• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS IV SD NEGERI 2 GOMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS IV SD NEGERI 2 GOMBANG."

Copied!
236
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS IV SD NEGERI 2 GOMBANG

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh Nany Adika Putri NIM 13108241077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS IV SD NEGERI 2 GOMBANG

Oleh: Nany Adika Putri NIM 13108241077

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendiskripsikan proses model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang, (2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)) pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif. Subjeknya adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang yang berjumlah 19 siswa. Desain PTK menggunakan model Kemmis dan Taggart yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus, siklus I terdiri dari dua pertemuan dan siklus II terdiri dari dua pertemuan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis secara desktiptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

Proses pembelajaran dengan menggunakan tipe TGT terdiri dari lima tahap yaitu: (1) Presentasi Kelas untuk memberikan materi IPS kepada siswa, (2) Pengelompokan untuk membagi kelompok homogen dan heterogen, (3) Permainan akademik deangan kartu soal, (4) Turnamen yang saling berkompetisi antar kelompok homogen, dan (5) Pengakuan Kelompok berupa penghargaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Peningkatan persentase hasil belajar kognitif ketuntasan KKM siswa dari kegiatan pra tindakan dan setiap siklus, yaitu pada pra tindakan sebesar 26,31% pada akhir siklus I meningkat menjadi 42,10%, pada akhir siklus II meningkat menjadi 78,94%. Hasil belajar afektif juga menunjukkan peningkatan dari siklus I sebesar 62,55% meningkat di siklus II menjadi 79,20%.

(3)

IMPROVING THE STUDENTS SOCIAL STUDY LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

IMPLEMENTATION TOWARDS 4th GRADE STUDENTS IN ELEMENTARY SCHOOL GOMBANG 2 learning type Team Games Tournament (TGT) in improving the learning result of social study for fourth grade students in Elementary School Gombang 2, 2) to describe the improvement of learning result by using cooperative learning type TGT for fourth grade students in Elementary School Gombang 2.

The research was included as Classroom Action Research which done colaboratively with the teacher of fourth grade students in Elementary School Gombang 2. The subject of the research were 19 fourth grade students of Elementary School Gombang 2. The design of classroom action research was model Kemmis and Taggart included planning, action, observation, and reflection. The research was divided into two cycle, each cycle consisted of two meetings. The technique of collecting data were observation, test, and documentation. The collected data were analyzed as qualitative descriptive and quantitative descriptive.

The learning process by using type TGT consisted of five steps: (1) Class presentation to provide students with social sciences material, (2) Grouping to divide homogeneous and heterogeneous groups, (3) Academic games with about cards, (4) Competing between homogeneous groups, and (5) Group recognition in the form of rewards. The result of the research shows that applying the cooperative learning type TGT in social study could improve the learning result for fourth grade students of Elementary School Gombang 2. The improvement cognitive learning result were 26,31% in pre-test, 42,10% by the end of cycle I, and 78,94% by the end of cycle II.The affective learning result has improved from 62,55% in cycle I and 79,20% in cycle II.

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

“Seorang guru menggandeng tangan, membuka pikiran, menyentuh hati, membentuk masa depan. Seorang guru berpengaruh selamanya, tanpa tahu kapan

berakhirnya” (Henry Adam)

“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan

untuk berhasil”

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

1. Bapak, Ibu, dan keluargaku tercinta yang tidak pernah putus memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan segala pengorbanan yang tiada terkira.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) di Kelas IV SD Negeri 2 Gombang”

Banyak pihak yang dengan tulus dan tanpa pamrih menjadi jalan kemudahan dalam tersusunnya skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin berterima kasih kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan belajar sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

4. Bapak Suparlan, M.Pd.I., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing sehingga skripsi ini dapat terwujud dan terselesaikan.

(10)

6. Ibu Sri Mawarni, S.Pd., selaku kepala SD Negeri 2 Gombang yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Bapak Joko Triyanto selaku guru kelas IV SD Negeri 2 Gombang yang telah membantu saya dalam melaksanakan penelitian

8. Kedua orangtua yang selalu melantunkan doa dan senantiasa memberikan motivasi dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini.

10. Teman-teman kelas A PGSD 2013, terima kasih atas kesediaannya menjadi partner belajar selama hampir empat tahun bersama.

11. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 12 Mei 2017 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK . ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO………vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II……….. ... 12

KAJIAN TEORI ... 12

A. Tinjauan tentang Hasil Belajar ... 12

1. Pengertian Belajar ... 12

2. Ciri-ciri Belajar ... 13

(12)

4. Tujuan Belajar ... 17

5. Definisi Hasil Belajar ... 19

6. Hasil Belajar Kognitif ... 22

7. Hasil Belajar Afektif ... 25

8. Faktor Yang Mempegaruhi Hasil Belajar ... 30

B. Tinjauan tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 31

1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 31

2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 32

3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 34

C. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ... 36

1. Definisi Pembelajaran Kooperatif... 36

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 37

3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif ... 38

4. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif ... 43

5. Tipe-tipe pembelajaran Kooperatif ... 44

6. Definisi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ... 46

7. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ... 47

8. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)... 49

9. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)... 57

D. Tinjauan tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 58

E. Pembelajaran IPS SD dengan Model Kooperatif Tipe TGT ... 61

F. Hasil Penelitian Relevan ... 61

G. Kerangka Pikir ... 62

H. Hipotesis Tindakan ... 64

(13)

BAB II………….. ... 66

METODE PENELITIAN ... 66

A. Jenis Penelitian ... 66

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 67

C. Setting Penelitian ... 67

D. Desain Penelitian ... 68

E. Teknik Pengumpulan Data ... 76

F. Instrumen Penelitian ... 77

G. Teknik Analisis Data ... 81

H. Validitas Instrumen ... 85

I. Indikator Keberhasilan... 85

BAB IV……… ... 87

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 87

A. Hasil Penelitian ... 87

1. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 87

2. Deskripsi Pra Tindakan ... 88

3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ... 92

4. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ... 111

B. Pembahasan ... 128

C. Keterbatasan Penelitian ... 134

BAB V……….. ... 135

SIMPULAN DAN SARAN ... 135

A. Simpulan ... 135

B. Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 137

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Semester II ... 5

Tabel 2. Tingkatan Kognitif Berdasarkan Taksonomi Anderson ... 24

Tabel 3. Indikator Kecakapan Ranah Afektif ... 28

Tabel 4. Ciri-ciri Hasil Belajar Ranah Kompetensi Sikap (Afektif) ... 29

Tabel 5. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif ... 43

Tabel 6. Kriteria Penghargaan Kelompok ... 49

Tabel 7. Poin-Poin Turnamen Permainan Empat Pemain ... 53

Tabel 8. Poin-poin Turnamen Permainan Tiga Pemain ... 53

Tabel 9. Poin-poin Turnamen Permainan Dua Pemain ... 53

Tabel 10. Kisi-kisi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT .. 78

Tabel 11. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa Aspek Afektif dalam menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 79

Tabel 12. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis Siklus 1 ... 80

Tabel 13. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis Siklus 2 ... 81

Tabel 14. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Hasil Belajar Afektif Siswa ... 84

Tabel 15. Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Gombang pada Pre test ... 89

Tabel 16. Daftar Nama Kelompok Siklus I ... 93

Tabel 17. Penentuan Meja Turnament Siklus I ... 101

Tabel 18. Daftar Meja Turnamen Siklus I ... 101

Tabel 19. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... …104

Tabel 20. Perbandingan Hasil Belajar Kognitif Pre Test dan Post Test Siklus I ... …106

Tabel 21. Nilai Rata-rata Kelas Siklus I... 107

Tabel 22. Data Hasil Belajar Ranah Afektif Siswa Pembelajaran Siklus I ... 108

(15)

Tabel 24. Penentuan Meja Turnamen Siklus II ... 118

Tabel 25. Daftar Meja Turnamen Siklus II ... 118

Tabel 26. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II ... ..121

Tabel 27. Perbandingan Nilai IPS Siswa pada Kondisi Awal (Pre Test), Post Test Siklus I, dan Post Test Siklus II. ... 122

Tabel 28. Nilai Hasil Belajar Kognitif IPS Siklus II ... 124

Tabel 29. Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II ... 125

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Putaran Permainan ……….…..52 Gambar 2. Penempatan Meja Turnamen………53 Gambar 3. Desain Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggart……….68 Gambar 4. Grafik Klasifikasi Hasil Belajar Kognitif IPS Pra Tindakan………...91 Gambar 5. Grafik Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Siklus I………...………105

Gambar 6. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif dari Pre Test Sampai Siklus I………....107 Gambar 7. Diagram Batang Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I………...109 Gambar 8. Grafik Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Siklus II………..………...122 Gambar 9. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari Kondisi Awal, Siklus I,

dan Siklus II……….……….124

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 01. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 141

Lampiran 02. Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 166

Lampiran 03. Hasil Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 169

Lampiran 04. Lembar Observasi Siswa ... 178

Lampiran 05. Hasil Observasi Aspek Afektif Siswa ... 181

Lampiran 06. Kisi-kisi Soal Tes Siklus I ... 186

Lampiran 07. Soal Pre Test dan Post Test Siklus I ... 188

Lampiran 08. Kisi-kisi Soal Tes Siklus II ... 192

Lampiran 09. Soal Pre Test dan Post Test Siklus II ... 194

Lampiran 10. Kartu Soal TGT ... 198

Lampiran 11. Daftar Nama Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Gombang ... 201

Lampiran 12. Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT .. 203

Lampiran 13. Surat-surat Penelitian ... 206

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dari sumber yang ada baik yang berasal dari siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran tidak hanya menitik beratkan pada kegiatan siswa saja ataupun pada kegiatan guru saja tetapi guru dan siswa harus sama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Salah satu peran yang penting dalam pembelajaran yaitu guru. Guru adalah pihak yang terlibat langsung dengan pengajaran siswa di sekolah. Guru mempunyai peranan penting dalam pembelajaran untuk membimbing dan membantu siswa belajar dengan penuh tanggung jawab. Guru membantu siswa dalam mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri mereka. Selain itu, guru juga mempunyai peranan penting dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi siswa. Guru harus memahami setiap karakteristik siswa dalam kegiatan belajar. Semua yang berkaitan dengan pengajaran siswa adalah tanggung jawab guru agar siswa dapat belajar dengan baik dan mencapai hasil belajar yang diharapkan.

(19)

dengan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya. Aktivitas guru yang dilakukan di kelas antara lain mengelola pengajaran dan mengelola kelas. Guru hendaknya menyediakan kondisi belajar yang optimal, sesuai tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Artinya, siswa patut merasa betah atau merasa senang belajar di sekolah dan mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Meskipun banyak tempat untuk siswa melakukan kegiatan belajar, sesungguhnya sekolah sepatutnya dipandang sebagai tempat terbaik bagi terjadinya proses belajar dan bagi pencapaian prestasi belajar yang tinggi itu.

Upaya lain yang dianggap sepele yaitu perbaikan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru adalah penentu dan menduduki posisi strategis dalam rangka mengembangkan segala potensi yang dimikili setiap individu. Guru dituntut untuk membuat pembelajaran terutama dikelas menjadi menyenangkan serta mencapai tujuan pembelajaran. Di era saat ini guru harus selalu mengikuti perkembangan konsep-konsep baru di dunia pendidikan. Selain itu penguasaan IT juga diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran. Setelah guru mengikuti perkembangan konsep-konsep baru di dunia pendidikan, diharapkan guru bisa membuat desain pembelajaran yang menggunakan berbagai model, metode, strategi secara bervariasi yang akan menciptakan pembelajaran yang efektif. Hubungan yang baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa lainnya juga akan berpengaruh positif terhadap keberhasilan siswa.

(20)

dalam Suprihadi (2000: 2) mengatakan pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan berarti menyediakan seperangkat kondisi lingkungan anak yang dapat merangsang anak untuk melakukan aktivitas belajar.

Salah satu pembelajaran di sekolah dasar yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Proses pembelajaran IPS di jenjang persekolahan, baik pada tingkat pendidikan dasar maupun menengah, perlu adanya pembaharuan yang serius guna memenuhi tujuan pembelajaran IPS. Menurut Susanto (2014: 1) tujuan pembelajaran IPS adalah untuk memahami dan mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan sosial, kewarganegaraan, fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi serta mampu merefleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Tujuan yang diuraikan sudah cukup jelas untuk memberikan bekal bagi peserta didik. Siswa belajar IPS tidak hanya semata-mata mendapatkan pengetahuan saja, tetapi siswa akan mendapatkan keterampilan sosial sebagai bekal dalam hidup bemasyarakat. Di sekolah dasar mata pelajaran IPS yang dipelajari sudah kompleks. Khususnya pada materi IPS kelas tinggi yang sudah mencakup bidang-bidang dalam masyarakat seperti masalah ekonomi, sejarah, geografi dan kebudayaan. Oleh karena itu, pembelajaran IPS harus dikemas oleh guru melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

(21)

dilibatkan dalam pembelajaran. Sehingga sikap kerjasama siswa kurang muncul dalam pembelajaran. Pembelajaran konvensional seperti ceramah dianggap lebih baik, mengingat banyaknya materi yang harus diajarkan.

Kegiatan pembelajaran IPS yang belum maksimal tidak hanya berasal dari guru dan pelaksanaan pembelajaran, melainkan juga dari siswa. Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa yang dilakukan pada tanggal 29 November 2016 diketahui bahwa beberapa siswa tidak menyukai pembelajaran IPS karena harus banyak menghafal. Ada siswa yang mengatakan bahwa mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang sulit dimengerti. Ada beberapa siswa pula merasa pembelajaran IPS sangat membosankan dan kurang menarik. Wawancara juga dilakukan dengan guru dan siswa mengenai materi IPS yang dianggap sulit pada semester genap adalah materi mengenai Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi karena banyak materi yang dijabarkan.

(22)

Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Semester II

No Mata Pelajaran Nilai Rata-rata Ulangan Harian

1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 67, 50

2 Pendidikan Kewarganegaraan 73,67

3 Bahasa Indonesia 77,75

4 Matematika 82,92

5 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 61,91

(Sumber: Hasil Rata-rata Ulangan Harian Semester II)

Berdasarkan tabel di atas rata-rata nilai ulangan Harian Semester II siswa pada mata pelajaran IPS yaitu 61,91. Nilai ini belum mencapai KKM yang telah di tentukan. KKM untuk mata pelajaran IPS yaitu 68. Siswa yang nilainya diatas KKM hanya 3 siswa sedangkan yang nilainya di bawah KKM sebanyak 16 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa kelas IV untuk mata pelajaran IPS masih rendah.

Penyebabnya antara lain siswa merasa pembelajaran IPS kurang menarik dan membosankan. Guru cenderung menggunakan metode ceramah yang hanya menuntut siswa pada kekuatan ingatan dan hafalan. Maka dari itu guru disarankan untuk menggunakan berbagai variasi model pembelajaran. Bervariasinya model pembelajaran yang guru berikan merupakan salah satu keterampilan guru dalam menciptakan dan menjaga kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.

(23)

Selain penyebab diatas pada saat pembelajaran guru banyak menggunakan metode berceramah dan kurang memperhatikan kerjasama dalam berkelompok. Jadi kerjasama antar siswa di kelas IV SD Negeri 2 Gombang belum terlihat pada saat pengamatan. Adanya berbagai permasalahan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran menuntut guru untuk melakukan usaha perbaikan agar proses pembelajaran IPS dapat berjalan dengan baik sehingga hasil belajar yang dicapai siswa pun akan menjadi lebih baik. Untuk mengatasi masalah yang ada di pembelajaran salah satunya yaitu dengan memperbaiki model pembelajaran yang digunakan.

(24)

pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang peneliti harapkan untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

Taniredja (2011: 55) menyatakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran berkelompok. Pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan dalam meningkatkan ketertarikan siswa terhadap belajar karena pembelajaran didorong dan didukung dari teman sebaya. Tipe pembelajaran kooperatif salah satunya adalah tipe Teams Games Tournament (TGT). Tipe TGT dapat digunakan untuk semua mata pelajaran semua pokok bahasan yang berbentuk narasi tertulis yang menuntut banyak hafalan. Oleh karena itu, model ini cocok digunakan pada mata pelajaran IPS yang terlalu banyak hafalan untuk siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe TGT cocok dengan karakteristik siswa kelas IV yaitu sedang berada pada periode operasional konkrit (usia 7-11 tahun). Sebagaimana ciri-cirinya yaitu anak gemar membentuk kelompok teman sebaya, anak ingin selalu beradaptasi, berpikir kualitas dan sudah dapat melihat suatu permasalahan. Belajar kelompok akan menumbuhkan rasa saling membutuhkan dan harus bekerja sama untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

(25)

aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan serta penguatan. Tipe Teams Games Tournament (TGT) ini dapat diterapkan pada materi yang berbentuk tertulis seperti pelajaran-pelajaran kajian sosial seperti mata pelajaran IPS yang tujuannya yaitu mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial siswa.

Tujuan pembelajaran kooperatif antara lain, siswa dapat berbagi kemampuan, saling berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan, menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) diharapkan dapat mengatasi permasalahan dan memberikan perubahan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang menjadi lebih meningkat.

Beberapa keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yaitu: (a) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas; (b) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu; (c) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam; (d) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa itu sendiri; (e) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain; (f) Motivasi belajar lebih tinggi; (g) Hasil belajar menjadi lebih baik; (h) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

(26)

pembelajaran kooperatif tipe TGT ini belum pernah digunakan dalam proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri 2 Gombang. Atas dasar uraian di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian “Upaya Meningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Di Kelas IV SD Negeri 2 Gombang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi pelajaran yang dianggap membosankan bagi siswa.

2. Siswa masih kurang memiliki sikap kerjasama. 3. Siswa cenderung gaduh ketika pembelajaran.

4. Rendahnya hasil belajar IPS siswa SD Negeri 2 Gombang.

5. Guru hanya menerapkan model pembelajaran konvensional dan kurang menerapkan variasi dalam pembelajaran.

6. Fasilitas sekolah kurang mendukung siswa dalam menggunakan media pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

(27)

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat ditemukan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang?

E.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Terdeskripsikannya proses pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang.

2. Terdeskripsikannya peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Gombang.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru

(28)

c. Membantu guru dalam meningkatkan praktik pembelajaran di kelasnya. 2. Bagi siswa

a. Dapat meningkatkan partisipasi siswa aktif dalam pembelajaran IPS. b. Dapat melatih siswa untuk belajar bersosialisasi dengan cara memahami

berbagai perbedaan dalam kelompok. c. Dapat meningkatan prestasi belajar siswa. 3. Bagi Sekolah

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam usaha memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di sekolah.

b. Memberikan sumbangan yang positif bagi kemajuan sekolah.

(29)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Tinjauan tentang Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar telah menjadi kegiatan yang wajib bagi manusia. Manusia bisa bertahan hidup juga karena belajar. Belajar mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan manusia. Di jenjang pendidikan belajar merupakan unsur yang sangat fundamental.

Beberapa ahli mengemukakan pengertian belajar. Menurut Slameto (2003: 2-3) belajar adalah suatu proses usaha atau kegiatan yang dilakukukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Suyono (2011: 9) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan membentuk kepribadian.

(30)

bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam bentuk membentuk dan mengarahkan kepribadian manusia.

Apabila dicermati lebih lanjut, perubahan yang timbul akibat proses belajar tidak hanya berwujud perubahan tingkah laku, melainkan mencakup aspek lain seperti dalam segi pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang. Sesuai dengan pendapat Winkel (Sudjana, 2009: 39) mengemukakan bahwa belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Dari berbagai pendapat mengenai pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah usaha sadar maupun tidak sadar yang diperoleh individu dari hasil interaksi dengan lingkungannya untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Dengan adanya interaksi tersebut, individu juga memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang sifatnya tetap, mencakup aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Dalam penelitian ini, belajar adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan penerapan yang sifatnya relatif tetap.

2. Ciri-ciri Belajar

Willian Burton (Hamalik, 2004: 31) mengemukakan ciri-ciri belajar sebagai berikut:

(31)

b. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan siswa. c. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa sendiri.

d. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual di kalangan siswa-siswa.

e. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan siswa.

f. Proses belajar yang terbaik apabila siswa mengetahui kemajuan.

g. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.

h. Hasil-hasil belajar diterima oleh siswa apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.

i. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah.

Sedangkan ciri-ciri belajar menurut Djamarah (2005: 15-16) antara lain: a. Perubahan yang terjadi secara sadar

Individu yang belajar akan menyadari dan merasakan perubahan dalam dirinya. b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Perubahan yang terjadi akan berlangsung secara terus menerus serta menyebabkan perubahan berikutnya yang akan berguna bagi proses kehidupan selanjutnya.

(32)

Perubahan bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik. Semakin banyak usaha belajar yang dilakukan semakin banyak dan baik pula perubahan yang diperoleh.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi dari proses belajar bersifat kekal atau permanen. Jadi jika perubahan yang terjadi adalah tingkah laku maka akan bersifat menetap. e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku yang terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Maka perubahan tingkah laku benar-benar disadari dan terarah.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Individu yang belajar sesuatu akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh sebagai hasil dari perubahan.

Menurut Siregar (2011: 13) mengemukakan beberapa ciri-ciri belajar sebagai berikut:

a. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai dan sikap sikap (afektif).

b. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat disimpan.

c. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

(33)

dampak baik untuk membangun tingkah laku individu. Perubahan tersebut akan semakin mengalami kemajuan dan bersifat permanen.

3. Prinsip-prinsip Belajar

Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, maka di dalam melaksanakan proses belajar seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 42) adalah sebagai berikut.

Prinsip-prinsip belajar menurut Sardiman (2007: 24) adalah sebagai berikut: a. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan

kelakuannya.

b. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para siswa.

c. Belajar akan lebih mantap dan efektif bila didorong dengan motivasi. d. Didalam banyak hal belajar merupakan proses percobaan dan

conditioning atau pembiasaan.

e. Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.

f. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.

g. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.

(34)

b. Belajar merupakan proses yang sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik.

c. Belajar merupakan pengalaman yang pada dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan peneliti bahwa belajar memiliki prinsip-prinsip sebagi berikut: (a) belajar memerlukan proses yang bertahap, (b) belajar akan lebih efektif bila didorong dengan motivasi siswa yang berpartisipasi aktif sehingga akan mencapai tujuan instruksional, dan (c) belajar perlu ada interaksi.

Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan pada prisip-prinsip belajar yaitu proses belajar dengan keterlibatan langsung secara interaksi, serta memperoleh pengalaman dan kemudian akan mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam diri siswa.

4. Tujuan Belajar

Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional atau disebut instruksional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara itu Suprijono (2009: 5) mengemukakan tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional disebut nurturant effects. Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bersikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya.

(35)

penghargaan dan penyesuaian diri. Kawasan ini dibagi dalam lima jenjang tujuan, yaitu sebagai berikut:

a. Penerimaan (receiving): meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut, misalnya siswa menerima sikap jujur.

b. Pemberian respons (responding): meliputi sikap ingin merespons terhadap sistem, memberi respons, misalnya bersikap jujur dalam setiap tindakannya. c. Pemberian nilai atau penghargaan (valuing): penilaian meliputi penerimaan

terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai dan memberikan komitmen untuk menggunakan sistem nilai tertentu, misalnya jika seseorang telah menerima sikap jujur, ia akan selalu komit dengan kejujuran, menghargai orang-orang yang bersikap jujur.

d. Pengorganisasian (organization): meliputi memilah dan menghimpun sistem nilai yang akan digunakan, misalnya berperilaku jujur ternyata berhubungan dengan nilai-nilai yang lain seperti kedisiplinan, kemandirian, keterbukaan, dan lain-lain.

e. Karakterisasi (characterization): karakteristik meliputi perilaku secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya, misalnya karakter dan gaya hidup seseorang, sehingga ia dikenal sebagai pribadi yang jujur, keteraturan pribadi, sosial dan emosi seseorang sehingga dikenal sebagai orang yang bijaksana.

(36)

a. Keterampilan intelektual yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingkungan.

b. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti seluas-luasnya, termasuk juga kemampuan memecahkan masalah.

c. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.

d. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dll.

e. Sikap dan nilai berhubungan dengan arah serta tingkat emosional yang dimiliki seseorang sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan tingkah laku terhadap orang lain, barang atau kejadian.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah agar siswa mengalami perubahan tingkah laku yang bertahap secara permanen meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotornya.

5. Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar seringkali digunakan untuk acuan mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Kita dapat mengetahui keberhasilan sebuah proses belajar dengan melihat hasil belajar siswa. Sudjana (2009: 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Purwanto (2010: 45) hasil belajar adalah perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran.

(37)

diperoleh siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. Menurut Aunurrahman (2013: 37) hasil belajar kebanyakan ditandai dengan perubahan tingkah laku yang dapat diamati (observable).

Menurut Susanto (2014: 1) hasil belajar secara garis besar dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (a) pengetahuan dan pengertian (kognitif), (b) keterampilan dan kebiasaan (skill), dan (c) sikap dan cita-cita (afektif). Sejalan dengan Howard Kingsley (Sudjana, 2009: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, dan (c) sikap dan cita-cita.

Sejalan dengan pendapat tersebut Bloom (Sudjana. 2005: 22) menekankan bahwa secara garis besar klasifikasi hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah, yaitu sebagai berikut :

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan pada sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah psikomotorik

(38)

keterampilan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Bloom (Aunurrahman, 2013: 49) juga berpendapat ranah kognitif mencakup enam jenis tingkatan perilaku, yaitu :

a. Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan. Pengetahuan tersebut dapat berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap makna hal-hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Perilaku ini misalnya tampak dalam kemampuan menggunakan prinsip.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya tampak di dalam kemampuan menyusun suatu program kerja.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Sebagai contoh kemampuan menilai hasil karangan.

(39)

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.

Hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun pada penelitian ini peneliti membatasi permasalahan hasil belajar hanya pada ranah kognitif dan afektif saja. Hal ini dikarenakan bahwa dari ketiga ranah, ranah kognitiflah yang banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran dan ranah afektif disesuaikan dengan kompetensi dasar yang diteliti.

6. Hasil Belajar Kognitif

Ranah kognitif paling banyak dinilai oleh para giri di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Menurut Sudjana (2005: 23-28) ranah kognitif mencakup enam tipe hasil belajar yaitu sebagai berikut:

a. Tipe hasil belajar : Pengatahuan

Tipe hasil belajar pengetahuan mencakup pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya. Tes yang paling banyak dipakai untuk mengungkapkan aspek pengetahuan adalah tipe melengkapi, isian, dan benar salah karena siswa hanya dituntut kesanggupan mengingatnya sehingga jawabannya mudah ditebak.

(40)

Pemahaman menuntut siswa menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuai yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Pemahaman setingkat lebih tinggi daripada pengetahuan, namun untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal. Dalam tes objektif, tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah banyak mengungkapkan aspek pemahaman.

c. Tipe hasil belajar : Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi disebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Abstraksi dapat berupa prinsip dan generalisasi. Prinsip merupakan abstraksi suatu proses atau suatu hubungan mengenai kebenaran dasar atau hukum umum yang berlaku di bidang ilmu tertentu. Sedangkan generalisasi merupakan rangkuman sejumlah informasi atau rangkuman sejumlah hal khusus yang dapat dikenakan pada hal khusus yang baru.

d. Tipe hasil belajar : Analisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian terpadu. Apabila analisis sudah berkembang pada seseorang maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.

(41)

Berpikir berdasarkan pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daripada divergen. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan. Dengan kemampuan sintesis, orang mungkin menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraknya atau operasionalnya. f. Tipe hasil belajar : Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materiil, dll. Dalam tes esai, standar atau criteria tersebut muncul dalam bentuk frase “menurut pendapat saudara” atau “menurut teori tertentu”. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Mampu memberikan evaluasi tentang kebijakan mengenai kesempatan belajar, kesempatan kerja, dapat mengembangkan partisipasi serta tanggung jawabnya sebagai warga negara. Mengembangkan kemampuan evaluasi dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis akan mempertinggi mutu evaluasinya. Berdasarkan revisi taksonomi Bloom oleh Anderson (2015: 40) dimensi proses kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Berikut ini tabel keenam tingkatan ranah kognitif.

Tabel 2. Tingkatan Kognitif Berdasarkan Taksonomi Anderson

Tingkatan Kognitif Keterangan

Mengingat (C1) Menghafal, mengingat kembali

(42)

Mengaplikasikan (C3) Kemampuan menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru

Menganalisis (C4) Memecah bahan ke dalam unsur-unsur pokok dan menentukan hubungan satu sama lain Mengevaluasi (C5) Membuat pertimbangan berdasarkan criteria

tertentu

Mencipta (C6) Membuat produk baru dengan struktur yang belum pernah ada sebelumnya

(Sumber: Anderson dan Karthwohl, 2015: 40)

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yaitu skor yang diperoleh dari tes yang telah dirancang sesuai dengan materi yang dipelajari siswa setelah siswa tersebut. Pada penelitian ini tingkatan kognitif difokuskan pada mengingat atau mengetahui (C1), memahami (C2), dan mengaplikasi (C3) karena ketiga aspek tersebut dianggap sesuai dengan usia anak sekolah dasar.

7. Hasil Belajar Afektif

(43)

a. Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll.

b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang.

c. Valuing atau penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Di evaluasi ini termasuk di dalamnya menerima kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman.

d. Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu system organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

e. Karateristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Ranah afektif menurut Krathwohl, Bloom dan Maisa (Widoyoko, 2016: 52-53) dibedakan menjadi lima jenjang, dari jenjang yang dasar atau sederhana sampai jenjang yang kompleks, yaitu:

a. Receiving/attending (menerima/memperhatikan)

(44)

adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol, dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Pengertian lainnya adalah sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini siswa memiliki keinginan untuk memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku dan sebagainya.

b. Responding (menanggapi)

Responding mengandung arti adanya partisipasi aktif. Kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Hasil belajar ranah ini menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan memberi respon, atau kepuasaan dalam memberi respon.

c. Valuing (menilai/menghargai)

Valuing artiya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Dalam kaitannya dalam proses belajar mengajar, siswa tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan menilai konsep atau fenomena yaitu baik atau buruk.

d. Organization (mengatur/mengorganisasikan)

(45)

e. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai).

Characterization by evalue or calue complex merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hierarki nilai.

Menurut Majid (2014: 126) membagi penetapan indikator pencapaian hasil belajar ranah afektif sebagai berikut:

Tabel 3. Indikator Kecakapan Ranah Afektif

Ranah Level Kecakapan Indikator Kecakapan

Afektif Receiving (Penerimaan) Mempercayai (sesuatu atau seseorang untuk diikuti), memilih (seseorang ataus sesuatu untuk diikuti), mengikuti, bertanya (untuk diikuti), dan mengalokasikan. Responding

(Tanggapan)

Mengkonfirmasi, memberi jawaban, membaca (pesan-pesan), membantu, melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan.

Valuing (Penanaman nilai)

Menginisiasi, mengundang (orang untuk terlibat), terlibat, mengusulkan dan melakukan.

Organization

(Pengorganisasian nilai-nilai)

Memverifikasi nilai-nilai, menetapkan beberapa pilihan nilai, menyintesiskan (antarnilai), mengintegrasikan (antarnilai), menghubungkan (antarnilai)

Characterization (Karakterisasai kehidupan)

Menggunakan nilai-nilai sebagai pandangan hidup (world view), mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini.

(Sumber: Majid, 2014: 126)

(46)

Tabel 4. Ciri-ciri Hasil Belajar Ranah Kompetensi Sikap (Afektif) No Tingkatan Hasil Belajar Ciri-ciri

1 Receiving (Penerimaan) 1. Aktif menerima dan sensitive (tanggap) dalam menghadapi gejala-gejala (fenomena) 2. Siswa sadar tetapi sikap pasif terhadap

stimulus

3. Siswa sedia menerima, pasif terhadap fenomena tetapi sikapnya mulai aktif

4. Siswa mulai selektif, artinya sudah aktif melihat dan memilih

2 Responding (Tanggapan)

1. Bersedia menerima, menanggapi dan aktif menyeleksi reaksi

2. Mengikuti sugesti dan patuh

3. Bersedia menanggapi atau merespons 4. Merasa puas dalam menanggapi 3 Valuing (Penanaman

nilai)

1. Sudah mulai menyusun atau memberikan persepsi tentang objek atau fenomena.

2. Menerima nilai (percaya) 3. Memilih nilai atau seleksi nilai

4. Memiliki ikatan batin (memiliki keyakinan terhadap nilai)

4 Organization

(Pengorganisasian nilai-nilai)

1. Pemilikan sistem nilai

2. Aktif mengonsepsikan nilai dlam dirinya 3. Mengorganisasikan

5 Characterization (Karakterisasai kehidupan)

1. Menyusun berbagai macam system nilai menjadi yang mapan dalam dirinya

2. Terapan dan pemilikan system nilai

(47)

secara berkelompok. Penilaian dilakukan pada proses pembelajaran dan akhir proses pembelajaran IPS di kelas IV setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

8. Faktor Yang Mempegaruhi Hasil Belajar

Menurut Gestlat (Susanto, 2016: 12) hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, yang pertama siswa itu sendiri, dalam arti kemampuan berfikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Yang kedua lingkungan yaitu sarana prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan dan keluarga.

Wasliman (Susanto, 2016: 12) hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Secara terperinci uraian mengenai faktor internal dan eksternal sebagai berikut :

a. Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri siswa yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Slameto (2003: 54) menggolongkan faktor-faktor yang mem pengaruhi belajar menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

(48)

Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

b. Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Faktor tersebut berpengaruh terhadap belajar individu dan faktor tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

Dari kedua pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari dalam dan luar diri siswa. Dalam penelitian ini peneliti menekankan pada faktor intern.

B.Tinjauan tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

IPS merupakan kepanjangan dari Ilmu Pengetahuan Sosial, yaitu ilmu yang hakikatnya mempelajari tentang kehidupan, gejala sosial dan masalah sosial manusia di masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh Jarolimek (1977: 4), dengan menyatakan:

(49)

Ungkapan diatas menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan sosial asal usulnya dari ilmu sosial yang sebagai induk. Konsep-konsep yang ada di ilmu pengetahuan sosial mengambil dari konsep ilmu sosial. Istilah ilmu pengetahuan sosial merupakan nama mata pelajaran yang ada di tingkat sekolah dasar dan menengah.

Menurut Susanto (2016: 138), hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS bagi siswa yang diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat ilmu pengetahuan sosial adalah perpaduan ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan yang mengkaji manusia dengan sekelilingnya yang berfungsi mengembangkan kemampuan berpikir serta keterampilan siswa dalam hubungannya sebagai makhluk individu dan sosial. IPS SD mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan sosial.

2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Tujuan pendidikan IPS menurut kurikulum tahun 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

(50)

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Sejalan dengan pendapat diatas, Hasan (Susanto, 2014:31) menyatakan bahwa tujuan pendidikan ilmu pengetahuan sosial dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: (a) pengembangan kemampuan intelektual siswa, (b) pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakata dan bangsa, serta (c) pengembangan diri siswa sebagai individu. Menurut Hidayati (2002: 22) tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih siswa untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat demokratis.

Hamid Hasan (Susanto, 2016: 147) membagi tujuan pendidikan ilmu sosial dalam tiga kategori yaitu, sebagai berikut :

a. Pengembangan kemampuan intelektual siswa yang berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu. Tujuannya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir dan memahami ilmu sosial serta kemampuan proses dalam mencari informasi, mengelola informasi, dan mengkomunikasikan hasil temuan.

(51)

c. Pengembangan diri sebagai pribadi, berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat, maupun ilmu. Tujuannya berkenaan dengan pengembangan sikap nilai, norma, moral, yang menjadi anutan siswa dalam pembentukan kebiasaan positif untuk kehidupan pribadinya.

Dari beberapa tujuan pembelajaran IPS diatas dapat disederhanakan bahwa tujuan pelajaran IPS agar siswa mempunyai kemampuan mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis, kritis, memecahkan persoalan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai sosial dan kemanusiaan serta memiliki interaksi dan bekerjasama di masyarakat.

3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Menurut Susanto (2016: 149) ruang lingkup pembelajaran IPS, yaitu:

a. Mengenali konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

(52)

a. Dimensi pengetahuan yang mencakup fakta, konsep dan generalisasi yang harus dipahami siswa. Artinya dimensi pengetahuan dalam IPS merupakan peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat.

b. Dimensi keterampilan yang meliputi keterampilan meneliti, berfikir, partisipasi sosial, dan komunikasi. Semua keterampilan dalam pembelajaran IPS sangat diperlukan dan akan memberikan kontribusi positif.

c. Dimensi nilai dan sikap, yaitu seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telat ada dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berfikir atau bertindak.

Menurut Gunawan (2011: 39), ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Manusia, tempat, dan lingkungan. b. Waktu, berkelanjutan, dan perubahan. c. Sistem sosial dan budaya.

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

(53)

C.Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

1. Definisi Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif dari bahasa Inggris cooperate yang artinya bekerja bersama-sama. Kooperatif mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan berbersama-sama. Pembelajaran kooperatif menekankan pada pembelajaraan yang berkelompok. Chaplin (Suprijono, 2009: 75) mendefinisikan kelompok sebagai:

“a collection of individuals who have some characteristic in common or who are pursuing a common goal. Two or more persons who interact in any way constitute a group. Is not necessary, however, for the members of a group to interact directly or in to face manner”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok dapat terdiri dari dua orang saja, tetapi juga dapat terdiri dari banyak orang yang saling berinteraksi, saling memengaruhi satu dengan yang lain. Dengan adanya belajar secara kelompok maka akan menimbulkan interaksi sehingga siswa memperoleh keterampilan yang dibutuhkan serta mampu menerapkan isi pengetahuan.

Menurut Slavin (2008: 8) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran di mana para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Sejalan dengan pendapat diatas, Susanto (2014: 201) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana sistem belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

(54)

dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Sedangkan menurut Isjoni (2009: 20) pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai satu pendekatan mengajar dimana siswa-siswa bekerja sama di antara satu sama lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk menyelesaikan tugas individu atau kelompok yang diberikan guru. Situmorang (2004: 66) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memerlukan kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas dan tujuan. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan cara belajar yang dilakukan dengan menerapkan kerja sama dan membentuk kelmpok-kelompok kecil beranggotakan 3 sampai 5 orang siswa dalam satu kelompok sehingga mereka dapat belajar satu tim dengan bekerja sama untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim (Susanto, 2014: 206-207) terdapat tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif, yaitu :

a. Hasil belajar akademik

Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan hasil belajar siswa akan lebih meningkat. Karena dengan model pembelajaran kooperatif siswa akan terhindar dari rasa jenuh serta terbangkitnya motivasi belajar yang baru.

b. Penerimaan terhadap perbedaan

(55)

c. Pengembangan keterampilan sosial.

Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. Ada beberapa manfaat model kooperatif yang dikemukakan Rusman (Huda, 2015: 200) antara lain:

a. Memupuk anak untuk berani mengeluarkan pendapat tentang sesuatu persoalan secara bebas.

b. Supaya anak berpikir sendiri, tidak hanya menerima pelajaran dari guru.

c. Memupuk perasaan toleran, memberi kesempatan dan menghargai pendapat orang lain.

d. Melatih anak-anak untuk menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Selain itu Rusman (Huda, 2015: 201) juga mengemukakan beberapa tujuan model kooperatif antara lain:

a. Menghubungkan pelajaran dengan kehidupan nyata.

b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi, berbicara dan mengajukan pendapat sesuai dengan kemampuan.

c. Mempertinggi rasa tanggungjawab untuk melaksanakan keputusan diskusi. d. Membina sikap hati-hati terhadap pendirian sendiri.

3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan Johnson (Lie, 2008: 31-35) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut:

(56)

Saling ketergantungan yang positif artinya setiap anggota harus menyadari bahwa keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan bagi yang lain atau sebaliknya kegagalan akan menimbulkan kegagalan bagi kelompoknya. Jadi, keberhasilan setiap kelompok akan sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Dengan demikian, di antara sesama anggota saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)

Adanya ketergantungan positif dalam pembelajaran kooperatif akan memotivasi siswa untuk mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada kelompoknya, sehingga dalam pembelajaran kooperatif para siswa dituntut untuk memiliki kemampuan berpartisipasi secara aktif. Karena tujuan utama dalam pembelajaran kooperatif ini bukan hanya dapat diselesaikannya tugas yang diberikan oada kelompok, tetapi siswa diharapkan dapat saling membelajarkan di antara anggota kelompoknya.

c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)

(57)

hal itu akan berakibar hasil yang dicapai akan jauh lebih baik bila dikerjakan sendiri.

d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication)

Di pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk memiliki kemampuan berinteraksi dengan temannya sehingga sebelum menugaskan sisswa dalam kelompok, siswa perlu dibekali bagaimana cara berkomunikasi yang baik. Karena tidak setiap siswa mempunyai keahlian dalam mendengarkan dan berbicara. Walaupun memerlukan waktu yang panjang tapi proses ini bermanfaat bagi siswa untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan mental serta emosional siswa.

e. Evaluasi proses kelompok

(58)

kelompok mana yang paling baik. Pemberian reward dan pujian perlu diberikan untuk menambah semangat serta motivasi berprestasi kelompok.

Rofiq (2010: 6-7) menjelaskan unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yakni sebagai berikut:

a. Saling Ketergantungan Positif (Positif Interdependence)

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model Cooperative Learning setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun tugas.

c. Interaktif Tatap Muka (Face to Face Interaction)

(59)

Dan kegiatan interaktif tatap muka ini juga akan berimplikasi pada kecerdasan interpersonal antar sesama anggota atau lawan tatap muka. Proses ini bisa dipresentasikan dengan kerja kelompok atau pembentukan kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran umum atau pendidikan agama Islam pada khususnya.

d. Partisipasi dan komunikasi (Participation Communication)

Yang dimaksud dengan ketrampilan sosial adalah ketrampilan dalam berkomunikasi dalam kelompok. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka. Adakalanya pembelajar perlu diberitahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut.

e. Evaluasi proses kelompok (Group Debrieving)

Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada belajar kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini akan memunculkan kecakapan personal (personal skill), yang mencakup kecakapan mengenai diri (self awareness) dan kecakapan berfikir rasional (thinking skill).

(60)

dan komunikasi, dan (e) evaluasi proses kelompok. Kelima unsur tersebut saling terkait satu sama lain yang dapat membawa pembelajaran kooperatif mengkontruksi pengetahuan.

4. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif adalah mengembangkan sikap toleransi, kerjasama, keterampilan sosial serta menerima keberagaman. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang optimal, diharapkan siswa memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Selain itu agar proses pembelajaran kooperatif berjalan dengan lancar maka terdapat fase-fase atau tahapan yang harus ditempuh oleh guru selama proses pembelajaran.

Menurut Suprijono (2009: 65-66) sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 fase, yaitu sebagai berikut:

Tabel 5. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif

Fase-fase Perilaku Guru

Fase 3. Organize students into learning

Mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4. Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5. Test on materials

Gambar

Tabel 2. Tingkatan Kognitif Berdasarkan Taksonomi Anderson
Tabel 3. Indikator Kecakapan Ranah Afektif
Gambar 1. Putaran Permainan (Slavin, 2008: 173)
Tabel 9. Poin-poin Turnamen Permainan Dua Pemain
+7

Referensi

Dokumen terkait

“ UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT ( TEAMS GAMES TOURNAMENT) PADA SISWA KELAS VIIIB SMP ISLAM

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar sistem reproduksi melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berbasis multimedia

Dari penelitian tindakan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) yang dilaksanakan sesuai dengan

Hal ini terlihat dari hasil klasifikasi skor angket persepsi siswa mengenai penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) termasuk dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap kemampuan mengekplanasi

Tesis yang berjudul : “EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI

yang dilakukan di Kelas X A MAN Semarang yang menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TGT ( Teams Games Tournament ) dapat menumbuhkan semangat peserta didik

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh positif model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT terhadap hasil belajar siswa di SMP Negeri 2