ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI TERHADAP SELF ASSESSMENT SYSTEM
BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN GOLONGAN
PEGAWAI NEGERI SIPIL
Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Albertus Langgeng Triyono
NIM : 062114071
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI TERHADAP SELF ASSESSMENT SYSTEM
BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN GOLONGAN
PEGAWAI NEGERI SIPIL
Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Albertus Langgeng Triyono
NIM : 062114071
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan
orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya
mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah
(Thomas Alva Edison)
Cobalah tidak untuk menjadi seseorang yang sukses, tetapi
menjadi seseorang yang bernilai
(Albert Einstein)
Skripsi ini kupersembakan untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Kedua Orang Tuaku (Antonius Mulyono dan Titik Sukestri) serta kakakku (Sisilia Rina Lestari)
Keluarga besarku di Bantul
Monika Liawanda
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Analisis Perbedaan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Self Assessment System Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Golongan Pegawai Negeri Sipil (studi kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta) dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 14 juni 2013 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 05 Juni 2013 Yang membuat pernyataan
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Albertus Langgeng Triyono
Nomor Mahasiswa : 062114071
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Analisis Perbedaan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Self Assessment System berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Golongan Pegawai Negeri Sipil. Studi kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta.
Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 07 Juni 2013
Yang menyatakan
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ., selaku Rektor Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian kepada penulis.
2. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA., sebagai pembimbing yang telah
sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. Bambang Wisnu Handoyo, selaku Kepala DPPKA Yogyakarta dan
seluruh staf atas kerjasamanya dalam penyusunan skripsi ini.
4. Kedua Orang Tuaku dan Kakakku tersayang yang selalu mendorong,
memberikan semangat dan mendoakan penulis hingga skripsi ini dapat
selesai.
5. Keluarga besar Bantul: Mbah Kakung, Mbah Putri, Pakle, Bulek Waluyo,
Bulek Peni, Lek Hardi, Menil, Denok, Asri, dan Dita yang selalu mendukung
6. Kekasihku Monika Liawanda yang selalu mendoakanku dan tidak
henti-hentinya memberi semangat serta dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
7. Sahabatku: Bangher, Wasis, Efri, Pius, Wisnu, Yadi, Ithok, Codot, Agung,
Theo, Lele, Greg, Azhari, Ishak, Vika, Rizki, Kangdhi, Wawan atas doa,
semangat, dan dukungan dari kalian semua.
8. Teman-teman Bimbingan: Chandra, Billy, Eska, Yudha, Erwin, Prana.
9. Teman-teman akuntansi angkatan 2006 atas kebersamaan belajar selama ini.
10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala
dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Yogyakarta, Juni 2013
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
ABSTRACT. ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Sistematika Penulisan ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
A. Pajak ... 6
B. Pajak Penghasilan... 9
C. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak ... 17
D. Sikap Manusia ... 19
E. Persepsi ... 22
F. Hasil Penelitian Sebelumnya... 29
H. Hubungan antara Golongan Pegawai Negeri Sipil Dengan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap
Self Assessment System ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A. Jenis Penelitian ... 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
C. Subyek dan Objek Penelitian ... 34
D. Data Penelitian ... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ... 35
F. Variabel Penelitian ... 36
G. Teknik Pengukuran Data ... 37
H. Teknik Pengujian Instrumen ... 37
I. Teknik Analisis Data ... 39
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Deskripsi Data ... 48
B. Pengujian Data ... 56
C. Analisis Data ... 59
D. Pembahasan ... 64
BAB V PENUTUP ... 77
A. Kesimpulan ... 67
B. Keterbatasan Penelitian ... 68
C. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Skor Penilaian ... 37
Tabel 3.2 Tingkatan Skor persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi ... 40
Tabel 3.3 Rekapitulasi Data Kuesioner Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41
Tabel 3.4 Frekuensi Skor Persepsi Wajib Pajak Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41
Tabel 3.5 Perhitungan fh variabel tingkat pendidikan ... 42
Tabel 3.6 Perhitungan Chi-square Variabel Tingkat Pendidikan ... 43
Tabel 3.7 Rekapitulasi Data kuesioner berdasarkan golongan PNS ... 44
Tabel 3.8 Frekuensi Skor Persepsi Wajib Pajak Berdasarkan golongan PNS ... 45
Tabel 3.9 Perhitungan fh variabel golongan PNS ... 46
Tabel 3.10 Perhitungan Chi-square Variabel golongan PNS ... 46
Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Umur ... 49
Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50
Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 50
Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Pangkat, Golongan/Ruang ... 51
Tabel 4.5 Data Responden Berdasarkan Masa Kerja atau Lamanya Kerja ... 53
Tabel 4.6 Data Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan ... 54
Tabel 4.8 Data Responden Berdasarkan Kepemilikan Usaha
atau Penghasilan Lain ... 56
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas ... 57
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner ... 72
Lampiran 2. Pengujian Validitas dan Reabilitas ... 79
Lampiran 3. Rekapitulasi Data Kuesioner Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ... 89
Lampiran 4. Rekapitulasi Data Kuesioner Berdasarkan Golongan
Pegawai Negeri Sipil ... 99
ABSTRAK
ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP SELF ASSESSMENT SYSTEM BERDASARKAN TINGKAT
PENDIDIKAN DAN GOLONGAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Studi kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja
di DPPKA Pemerintah Kota Yogyakarta
Albertus Langgeng Triyono NIM: 062114071
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2013
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban mengenai ada atau tidaknya perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menanggapi self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil. Setiap orang memiliki perbedaan dalam berpikir sesuai dengan jenjang pendidikannya. Golongan Pegawai Negeri Sipil memiliki perbedaan tingkatan berdasarkan prestasi kerja dan pengabdiannya. Munculnya persepsi wajib pajak dapat ditentukan oleh tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil.
Penelitian yang dilakukan berupa studi kasus, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai bulan November tahun 2012. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan metode chi-square.
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE DIFFERENT PERCEPTION OF INDIVIDUAL TAX PAYERS ABOUT SELF ASSESSMENT SYSTEM BASED ON EDUCATIONAL LEVEL AND CIVIL SERVANT INCOME CLASS
A Case Study of Individual Tax Payers Working at the Office of DPPKA Yogyakarta
Albertus Langgeng Triyono NIM: 062114071
SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA
2013
This study aims to find out of whether there is different perception among individual tax payers about self assesment system based on educational level and civil servant income class. Educational background determines the way of thinking. The income class of civil servants was determined by their achievements and dedication. The perception of individual tax payer about self assessment system could be determined by educational level and civil servant income class.
This study was a case study. Undertaken during September until November 2012. Data was collected using the methods of documentation and questionare.
Chi-square method was employed to analyze the data.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Di dalam suatu negara, pajak merupakan salah satu faktor penerimaan
negara yang memegang peranan penting. Peran kontribusi pajak digunakan
untuk membiayai pembangunan dan penyelenggaraan sebuah negara yang
berguna bagi kepentingan bersama dimana dapat mengarahkan kehidupan
masyarakat menuju kesejahteraan.
Dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak, sejak akhir tahun 1983
pemerintah telah menempuh langkah-langkah strategis dalam melakukan
reformasi perpajakan secara menyeluruh. Perubahan tersebut dimaksudkan
untuk lebih memberikan keadilan, memperluas dasar pengenaan pajak, lebih
memberikan keseimbangan hak dan kewajiban wajib pajak, menciptakan
keterbukaan/transparansi, perbaikan administrasi perpajakan, dan untuk
memenuhi aspirasi tuntutan masyarakat.
Dalam misi utamanya, setiap sistem perpajakan bertujuan untuk
mengumpulkan dana bagi pembiayaan pemerintah dan pembangunan seoptimal
mungkin, dengan pembedaan yang adil dan merata ke segenap lapisan
masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Beberapa fenomena
perpajakan utama saat ini adalah pemungutan secara adil, mudah (sederhana),
kegotongroyongan nasional dan didukung oleh adanya ketentuan yang lengkap
dan administrasi yang memadai.
Sistem pemungutan pajak di Indonesia telah mengalami perubahan yaitu dari
official assessment system menjadi self assessment system. Official assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang. Sedangkan self assessment system merupakan suatu pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung
besarnya pajak yang terutang (Mardiasmo, 2009: 7).
Tetapi didalam praktik pelaksanaannya self assessment system yang dianut oleh wajib pajak sulit berjalan sesuai yang diharapkan atau bahkan
disalahgunakan, hal ini dapat dilihat tingkat kesadaran wajib pajak yang masih
rendah dan banyaknya wajib pajak yang dengan sengaja tidak patuh dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Rendahnya kepatuhan dan kesadaran
wajib pajak ini bisa terlihat dari sangat kecilnya jumlah mereka yang memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan cara wajib pajak yang melaporkan
SPT tahunannya.
Menurut Purwantini dan Suratno (2004), Undang-Undang pajak
penghasilan Tahun 2000 pada kenyataannya tidak sesederhana seperti yang
diidealkan dan tingkat pendidikan mayoritas masyarakat di Indonesia masih
tergolong rendah. Jikalau pemahaman masyarakat Indonesia masih rendah
maka dapat dipastikan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia tentang
Indonesia tentang perpajakan masih rendah maka dapat disimpulkan bahwa
pemahaman wajib pajak terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan pun
cenderung negatif.
Persepsi wajib pajak dapat dipengaruhi oleh latar belakang wajib pajak.
tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil merupakan variabel
dari latar belakang wajib pajak yang dapat mempengaruhi kesadaran wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Persepsi wajib pajak yang
bersifat subjektif dapat menghasilkan penilaian yang sama atau berbeda,
meskipun objek yang dinilai sama. Munculnya persepsi wajib pajak dapat
ditentukan oleh tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi Wajib Pajak Orang
Pribadi bagi Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di Instansi-instansi
Pemerintahan terhadap pelaksanaan self assessment system yang sudah berjalan sampai saat ini. Hal ini menarik karena di Negara Indonesia banyak
masyarakatnya yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan
catatan Badan Kepegawaian Negara, hingga 31 Desember 2008 lalu, jumlah
Pegawai Negeri Sipil diseluruh Indonesia mencapai 4,08 juta orang. Dari
jumlah itu, belum jelas berapa jumlah PNS yang belum memiliki NPWP
pribadi.
Dalam penelitian ini difokuskan pada Wajib Pajak yang berstatus sebagai
Pegawai Negeri Sipil, dan dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada
Negeri Sipil terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil.
B.Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan?
2. Apakah ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan golongan Pegawai Negeri Sipil?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban mengenai ada atau
tidaknya perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menanggapi self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil.
D.Manfaat Penelitian
1. Bagi Wajib Pajak
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi wajib pajak untuk membantu memahami
self assessment system dalam perpajakan khususnya pajak penghasilan. 2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah bahan bacaan bagi
pihak-pihak yang membutuhkan dan sebagai referensi kepustakaan.
3. Bagi Penulis
Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang baru terutama ketika
mencari data yang diperlukan dan dalam mempelajari persepsi wajib
E.Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini akan menguraikan penjelasan atas teori-teori pendukung
berkaitan dengan topik penelitian dan digunakan sebagai dasar
dalam melakukan pembahasan.
Bab III Metode Penelitian
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, waktu
penelitian, tempat penelitian, subyek dan obyek penelitian, data
penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, analisis
validitas dan reliabilitas, serta teknik dan analisis data.
Bab IV Analisis Data dan Pembahasan
Pada bab analisis data dan pembahasan akan dijelaskan mengenai
deskripsi data yang diperoleh, hasil pengujian data, dan teknik
analisis data beserta pembahasannya.
Bab V Penutup
Pada bab penutup akan disimpulkan hasil dari analisis data
penelitian, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pajak
1. Definisi dan Unsur Pajak
Definisi pajak menurut Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 mengenai
Ketentuan Umum Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Rochmat Soemitro dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990: 5) menyatakan: ”Pajak adalah iuran kepada kas
Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki
unsur-unsur:
a. Iuran rakyat kepada negara.
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa
b. Berdasarkan Undang-Undang.
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta
aturan pelaksanaannya.
c. Tanpa ada jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara
langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
2. Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak (Waluyo, 2008: 6), yaitu:
a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
b. Fungsi Mengatur (Reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
3. Tata Cara Pemungutan Pajak
Menurut Waluyo (2008: 16) cara pemungutan pajak adalah sebagai
berikut:
a. Stelsel Pajak
Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 (tiga) stelsel, adalah
1) Stelsel anggapan (fictive stelsel)
Pengenaan pajak di dasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
Undang-Undang, sebagai contoh; penghasilan suatu tahun
dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal
tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak terutang untuk
pajak berjalan.
2) Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan
suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak
disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya, apabila besarnya
pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut
anggapan, maka wajib pajak harus menambah kekurangannya.
Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil, maka kelebihannya
dapat diminta kembali.
b. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi (Waluyo, 2008: 17):
1) Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya
Ciri-ciri Official Assessment System adalah sebagai berikut:
(a)Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada
pada fiskus.
(b)Wajib pajak bersifat pasif.
(c)Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
2) Self Assessment System
Sistem ini memberikan pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya
pajak yang harus dibayar.
3) Withholding System
Sistem ini memberikan pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak.
B. Pajak Penghasilan
1. Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak
(Casavera, 2009: 78).
2. Subjek Pajak Penghasilan
Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan disebut
diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai
pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban
subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak (Casavera, 2009: 78).
Subjek pajak meliputi :
a. Orang pribadi
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada
di Indonesia ataupun di luar Indonesia.
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak.
c. Badan, dan
d. Bentuk usaha tetap
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluhtiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia.
3. Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan
Penghasilan yang tidak termasuk subjek pajak berdasarkan
Undang-Undang perpajakan tahun 2008 adalah:
a. Kantor perwakilan negara asing
b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan kosulat atau pejabat-pejabat
mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka,
dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau
pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik;
c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat: Indonesia menjadi
anggota organisasi tersebut dan tidak menjalankan usaha atau
melaksanakan kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya
berasal dari iuran pada anggota.
d. Pejabat-pejabat perakilan organisasi internasional sebagaimana yang
dimaksud pada huruf c, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan
tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia.
4. Objek Pajak Penghasilan
Objek pajak meliputi penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun (Casavera, 2009: 84).
Objek pajak antara lain meliputi:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali dalam undang-undang pajak penghasilan.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
c. Laba usaha.
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta, termasuk:
1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
2) keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya;
3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama
dan dalam bentuk apa pun;
4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
5) keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh
hak penambangan, tanpa turut serta dalam pembiayaan, atau
permodalan dalam perusahaan pertambangan;
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi.
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
m.Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
n. Premi asuransi.
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai keputusan umum dan tata cara perpajakan, dan
s. Surplus Bank Indonesia.
5. Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan
Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak berdasarkan
Undang-Undang perpajakan tahun 2008 adalah:
a. 1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia,
yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang
berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah;
2) Harta hibah yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,
badan social termasuk yayasan, kopersasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
b. Warisan;
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 (b) sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal;
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib
Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak
yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Undang-Undang Pajak
Penghasilan;
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa;
f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2) bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen)
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf g dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan;
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif;
j. dihapus;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut:
1) merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
2) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
m.Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,
yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan; dan
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada wajib pajak tertentu, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
C. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
1. Kewajiban Wajib Pajak
a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.
b. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
c. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.
d. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukkan ke
Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.
e. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan.
f. Jika diperiksa wajib:
1) Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib
2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
dipandang perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran
pemeriksaan.
g. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau
dokumen serta keterangan yang diminta, wajib pajak terikat oleh suatu
kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu
ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.
2. Hak-hak Wajib Pajak
a. Mengajukan surat keterangan keberatan dan surat banding.
b. Menerima tanda bukti pemasukan SPT.
c. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan.
d. Mengajukan permohpnan penundaan penyampaian SPT.
e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran
pajak.
f. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat
ketetapan pajak.
g. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
h. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta
pembetulan surat ketetapan pajak yang salah.
i. Memberikan kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban
pajaknya.
j. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak.
D. Sikap Manusia
Sikap manusia merupakan suatu ungkapan pikiran atau perasaan seseorang
sebagai bentuk evaluasi atau reaksi emosional terhadap gejala tertentu.
Menanggapi munculnya gejala dalam kehidupan masyarakat, seseorang dapat
menunjukkan sikapnya ke arah positif atau negatif, tergantung faktor-faktor
yang membentuknya, baik yang berasal dari dalam diri manusia maupun faktor
dari luar diri manusia.
Menurut La Pierre dalam Azwar (2007: 5) sikap adalah suatu pola perilaku,
tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam
situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulasi
sosial yang telah terkondisikan.
Dari beberapa definisi tersebut maka dapat di simpulkan bahwa sikap
sebagai suatu kecenderungan pola perilaku menolak (negatif) atau menerima
(positif) yang dimiliki oleh seseorang terhadap stimuli-stimuli yang berada
dilingkungan sekitarnya.
Pembahasan mengenai sikap dapat erat kaitannya dengan perbuatan atau
tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga telah banyak
dipelajari. Ditinjau dari segi pentingnya masalah sikap pada tingkah laku atau
perbuatan manusia dalam kehidupan manusia sehari-hari, sikap merupakan
salah satu aspek yang mempengaruhi pola berpikir individu dalam
kesehariannya terutama dalam pengambilan keputusan. Saat sikap telah
terbentuk, maka sikap akan menentukan cara-cara berperilaku terhadap obyek
Selanjutnya sikap akan memberikan corak pada tingkah laku seseorang
maupun kelompok.
1. Struktur Sikap dan Pembentukannya
a. Struktur Sikap
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang
(Wibowo, 2009: 83), yaitu:
1) Komponen Kognitif
Komponen kognitif berisi semua pemikiran serta ide-ide yang
berkenaan dengan objek sikap. Isi pemikiran seseorang meliputi
hal-hal yang diketahuinya sekitar objek sikap, dapat berupa tanggapan
atau keyakinan, kesan, atribusi, dan penilaian tentang objek sikap tadi.
2) Komponen Afektif
Komponen afektif dari sikap meliputi perasaan atau emosi seseorang
terhadap objek sikap. Adanya komponen afeksi dari sikap, dapat
diketahui melalui perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak
senang terhadap objek sikap. Isi perasaan atau emosi pada penilaian
seseorang terhadap objek sikap inilah yang mewarnai sikap menjadi
suatu dorongan atau kekuatan/daya.
3) Komponen Perilaku
Komponen perilaku dapat diketahui melalui respon subjek yang
berkenaan dengan objek sikap. Respon yang dimaksud dapat berupa
tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan dapat berupa intensi
objek sikap. Intensi merupakan predisposisi atau kesiapan untuk
bertindak terhadap objek sikap.
Menurut Rosenberg dan Hovland dalam Azwar (2007: 7) sikap seseorang
terhadap suatu objek selalu berperan sebagai perantara antara responnya dan
objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam tiga macam, yaitu
respon kognitif (respon perseptual dan pernyataan mengenai apa yang
diyakini), respon afektif (respon syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi), serta
respon perilaku atau konatif (respon berupa tindakan dan pernyataan mengenai
perilaku). Masing-masing klasifikasi respon ini berhubungan dengan ketiga
komponen sikap.
Berikut konsepsi skematik mengenai sikap menurut Rosenberg dan Hovland.
.
STIMULI
(individu, situasi,
isu sosial,
kelompok sosial
dan objek sikap
[image:38.595.101.512.316.713.2]Keyakinan yang bersifat normatif (diharapkan orang lain) dan motivasi
untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma
subjektif dalam diri individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman
masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudah untuk
melakukan perilaku yang bersangkutan.
Sikap yang dipengaruhi oleh keyakinan tentang suatu perilaku, keyakinan
yang bersifat normatif dan kontrol perilaku ini akhirnya membentuk intensi
suatu perilaku. Dari intensi untuk berperilaku tersebut akhirnya terbentuklah
perilaku.
E.Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang
menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan
informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.
Mangkunegara dalam Arindita (2002) berpendapat bahwa persepsi adalah
suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini
persepsi mecakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input),
pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah
diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan
sikap. Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya
dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi
Walgito (1991) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan
proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang
mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan
pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam
menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar
selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang
diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara
individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka
diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian
merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan
pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang
terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa
seseorang akan bertindak.
Leavitt dalam Rosyadi (2001) membedakan persepsi menjadi dua
pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang sempit
mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang melihat
sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian besar
dari individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu
sama dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan sempit, tidak
hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap
Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita
terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang
sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami hal
ini, akan diberikan contoh sebagai berikut: individu baru pertama kali
menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada
orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga. Individu
kemudian mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari
buah itu secara saksama. Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam
benak (memori) individu. Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah
yang sama, maka individu akan menggunakan kesan-kesan dan konsep yang
telah kita miliki untuk mengenali bahwa yang kita lihat itu adalah mangga
(Taniputera, 2005).
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi
merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan
menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan
pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan
keseluruhan gambaran yang berarti.
2. Proses Persepsi dan Sifat Persepsi
Alport dalam Mar’at (1991) proses persepsi merupakan suatu proses
kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan
individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan
struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan
individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam
menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku
individu terhadap objek yang ada.
Walgito dalam Hamka (2002) menyatakan bahwa terjadinya persepsi
merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:
a. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses
kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu
stimulus oleh alat indera manusia.
b. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis,
merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor
(alat indera) melalui saraf-saraf sensoris.
c. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses
psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang
stimulus yang diterima reseptor.
d. Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi
yaitu berupa tanggapan dan perilaku.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses
persepsi melalui tiga tahap, yaitu:
a. Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial
melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula
pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada.
b. Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta
c. Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi
lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman,
cakrawala, serta pengetahuan individu.
Menurut Newcomb dalam Arindita (2003), ada beberapa sifat yang
menyertai proses persepsi, yaitu:
a. Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang
sebagai orang itu sendiri walaupun perilaku yang ditampilkan
berbeda-beda.
b. Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor.
Dalam arti bahwa banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan
dan keterbatasan kemampuan perseptor dalam mengelola dan menyerap
informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang diterima
dan diserap.
c. Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi yang
sama dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang
berbeda-beda.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi
karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
berasal dari dalam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun politik.
memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya
berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan
terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari :
a. Pelaku persepsi (perceiver) b. Objek atau yang dipersepsikan
c. Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan
Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau
gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan
tindakan orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum
alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada
pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan
penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh
karena itu, persepsi dan penilaian individu terhadap seseorang akan cukup
banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai
keadaan internal orang itu (Robbins, 2003).
Gilmer dalam Hapsari (2004) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi
oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati
perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada
beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi,
maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama
lain.
Oskamp dalam Hamka (2002) membagi empat karakteristik penting dari
a. Faktor-faktor ciri dari objek stimulus.
b. Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat.
c. Faktor-faktor pengaruh kelompok.
d. Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural.
Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural.
Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya
kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis kelamin,
dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor di
luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat
berpengaruh terhadap seseorang dalam mempersepsikan sesuatu.
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor
pemersepsi (perceiver), obyek yang dipersepsi dan konteks situasi persepsi dilakukan.
4. Aspek-aspek Persepsi
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai
komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport dalam
Mar'at (1991) ada tiga yaitu:
a. Komponen kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi
yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini
kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap
b. Komponen Afektif
Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya
evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau
sistem nilai yang dimilikinya.
c. Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang
berhubungan dengan obyek sikapnya.
Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung
komponen kognitif, komponen afektif, dan juga komponen konatif, yaitu
merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang
pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga
komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan
dan berperilaku terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling
berinterelasi dan konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian
secara internal diantara ketiga komponen tersebut.
F. Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya yang ditulis oleh Anggi Andestri Natalia (2011)
dengan judul “Analisis Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Self Assessment System” menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pemahaman orang pribadi yang bekerja di instansi pemerintahan (PNS) tentang self assessment system berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Tidak adanya perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap
Pajak Orang Pribadi yang bekerja di instansi pemerintah mempunyai
tuntutan dan kebiasaan yang sama, Laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan secara kodrati yang tidak dapat ditukarkan satu sama lain.
Tetapi masih ada faktor lain yang mempengaruhi pemahaman yang berasal
dari luar diri manusia, yaitu lingkungan kerja, dan pengaruh orang lain
dalam kehidupan bersama. Proses belajar dan lingkungan sosial akan
merubah pola pikir masing-masing individu untuk saling menyesuaikan
diri untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu pemahaman
yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan akan sama dikarenakan
tuntutan dan kebiasaan yang sama.
Tidak adanya perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap
self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan disebabkan karena dalam pendidikan formal dari jejaring SLTP dan SLTA pengetahuan
perpajakan tidak diberikan secara detail. Sedangkan pada perguruan tinggi
pengetahuan perpajakan hanya diberikan pada jurusan-jurusan tertentu
saja, misalnya ekonomi.
G.Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Persepsi Wajib Pajak
Orang Pribadi Terhadap Self Assessment System
Menurut Azwar (2007: 35) tingkat pendidikan seseorang memiliki pengaruh
dalam pembentukan sikap hal ini disebabkan pendidikan akan memberikan
dasar pengertian dan konsep moral diri individu. Sikap seorang wajib pajak
juga dapat dibentuk dari dasar pengertian dan konsep moral individu yang
No.IV Tahun 1973 tentang Garis Besar Halan Negara (GBHN) mengatakan
bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam atau diluar sekolah dan berlangsung
secara hidup selain itu ditanami nilai moral, pandangan hidup yang nantinya
dapat membentuk kepribadian maupun karakter individu
Menurut Soerjono (1982), pendidikan memberikan nilai tertentu bagi
manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan
juga berpikir ilmiah, dimana pendidikan sangat diperlukan bagi semua orang
sebab pendidikan akan mempersiapkan generasi muda dengan bekal
pengetahuan dan ketrampilan yang dapat digunakan untuk memecahkan dan
memutuskan permasalahan yang bersangkutan selain itu pendidikan juga dapat
meningkatkan pengetahuan teknis dan ketrampilan. Pendidikan mengandung
unsur-unsur penting yaitu :
a. Pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan, pengetahuan,
sikap, tingkah laku, kompetensi sosial anak secara optimal.
b. Pendidikan selalu menggunakan nilai positif bagi masyarakat, dimana
pendidikan bertujuan mempengaruhi anak didik ke arah kebaikan.
Menurut Soerjono (1982), pendidikan mempengaruhi cara berpikir, bereaksi
dan bersikap terhadap suatu pencapaian tujuan tertentu. Setiap orang memiliki
perbedaan dalam berpikir sesuai dengan jenjang pendidikannya melalui
pendidikan juga seseorang akan memperoleh pengalaman, mampu
Tingkatan yang terdapat dalam pendidikan yaitu :
a. Lulusan SD, sifat dan kepribadian yang dimiliki adalah statis, monolistis,
dan cenderung dogmatis.
b. Lulusan SMP, sifat dan kepribadian yang dimiliki adalah sedikit punya
inisiatif, kritis tetapi cenderung skeptif dan birokratif.
c. Lulusan SMU, sifat dan kepribadian yang dimiliki adalah terbuka terhadap
kritik, dimensi, kosmopolis, tidak fanatik, condong bersifat demokratif.
d. Lulusan Perguruan Tinggi, sifat dan kepribadian yang dimiliki adalah
kepribadian yang dinamis, kosmopolis, tidak fanatik, dan cenderung bersifat
demokratis.
Ho: tidak ada perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan
Ha: ada perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan
H.Hubungan antara golongan Pegawai Negeri Sipil dengan persepsi Wajib
Pajak Orang Pribadi terhadap self assessment system
Pegawai Negeri adalah pegawai yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (www.kopri.or.id). Pangkat adalah kedudukan yang menunjukan tingkatan seorang Pegawai
Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian
penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdiannya. Agar
kenaikan pangkat dapat dirasakan sebagai penghargaan, maka kenaikan
pangkat harus diberikan tepat pada waktunya dan tepat kepada orangnya
(peraturan pemerintah nomor 99 tahun 2000 tentang kenaikan Pegawai
Negeri Sipil). Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan
struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal.
Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,
jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural
adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma
sosial (Oskamp dalam Hamka, 2002). Golongan Pegawai Negeri Sipil
termasuk dalam faktor struktural yaitu faktor di luar individu, misalnya
lingkungan, budaya, dan norma sosial yang sangat berpengaruh terhadap
seseorang dalam mempersepsikan sesuatu.
Ho: tidak ada perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap self assessment system berdasarkan golongan Pegawai Negeri Sipil
Ha: ada perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap self assessment system berdasarkan golongan Pegawai Negeri Sipil
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah yang studi kasus yaitu penelitian dengan
karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi
saati ini dari subjek yang di teliti. Tujuan dari studi kasus adalah
melakukan penyelidikan yang mendalam mengenai subjek tertentu untuk
memberi gambaran yang lengkap mengenai subjek tertentu. Hasil
penelitian ini tidak dapat dibuat generalisasi.
B.Tempat dan Waktu Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan di DPPKA (Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset) Pemerintah Kota Yogyakarta.
2. Waktu penelitian adalah bulan September sampai bulan November
2012.
C.Subyek dan Objek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang atau badan yang berhubungan
dengan obyek penelitian dan dapat memberikan informasi tentang
obyek penelitian tersebut. Dalam hal ini subyek penelitian adalah
Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di institusi pemerintahan
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah suatu hal yang menjadi pokok penelitian dalam
hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah perbedaan persepsi wajib
pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan golongan Pegawai Negeri Sipil.
D.Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
didapat melalui mendistribusikan kuesioner secara langsung kepada
responden. Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan pemahaman
pelaksanaan self assessment system pada wajib pajak orang pribadi yang berkaitan dengan fungsi perhitungan, fungsi pembayaran dan fungsi
pelaporan pajak yang terutang.
E.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
kuesioner. Kuesioner yang disebarkan berisi pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat tertutup. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian satu yang
berisikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum untuk mendapatkan data
tentang responden, dan bagian kedua yang berisikan pernyataan-pernyataan
yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian untuk mendapatkan
data penelitian. Kuesioner tersebut langsung dibagikan kepada responden
F.Variabel Penelitian
Variabel terikat yang diukur dalam penelitian ini adalah persepsi wajib
pajak orang pribadi terhadap pelaksanaan self assessment system pajak penghasilan dan terdiri dari dua variabel bebas yaitu tingkat pendidikan dan
golongan Pegawai Negeri Sipil. Untuk memperoleh data tersebut digunakan
sejumlah pertanyaan yang dapat mengungkapkan persepsi wajib pajak
terhadap pajak penghasilan yang sistem pemungutannya berdasarkan pada
self assessment system. Pertanyaan yang diberikan kepada responden meliputi 2 bagian :
Bagian I : Berisi pertanyaan mengenai data diri atau karakteristik responden.
Bagian II: Berisi tentang pernyataan mengenai persepsi wajib pajak orang
pribadi terhadap pelaksanaan self assessment system.
Pertanyaan yang diberikan kepada responden meliputi:
1. Persepsi wajib pajak orang pribadi terkait dengan fungsi perhitungan
pajak terhutang 5 butir pertanyaan
2. Persepsi wajib pajak orang pribadi terkait dengan fungsi pembayaran
pajak yang terhutang terdiri atas 6 butir pernyataan.
3. Persepsi wajib pajak orang pribadi terkait dengan fungsi pelaporan pajak
G. Teknik Pengukuran Data
Pengukuran persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap pelaksanaan
self assessment system dapat dilihat dari hasil kuesioner yang telah penulis rancang. Hasil dari kuesioner tersebut akan memberikan gambaran penilaian
pelaksanaan self assessment system. Untuk pemberian jumlah skor atas jawaban pertanyaan yang telah diajukan maka digunakan penilaian skala
[image:54.595.99.506.272.601.2]likert 1-4:
Tabel 3.1 Skor Penilaian
Alternatif Jawaban Skor Penilaian Sangat Tidak Setuju 1
Tidak Setuju 2
Setuju 3
Sangat Setuju 4
Sumber : (Sugiyono, 2005: 84)
H.Teknik Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas Instrumen
Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang
seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur (Kuncoro,
2003: 151). Untuk mengungkapkan keadaan suatu faktor disusun sejumlah
pertanyaan yang disebut dengan butir atau indikator, sedangkan faktor atau
variabel penelitian yang dilihat tersebut dinamakan sebagai konstruk.
Validitas suatu pertanyaan dalam kuesioner dapat diketahui dengan
cara membandingkan tingkat signifikan koefisien korelasi tersebut
dengan taraf signifikan yang ditentukan, apabila hasilnya lebih besar dari
taraf signifikan yang ditentukan maka setiap pertanyaan dalam kuesioner
Untuk menguji validitas ini akan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson (Sugiyono, 2005: 182) :
2 2
2
2
Y Y n X X n Y X XY nr
xy Keterangan :r
xy = koefisien korelasi setiap pertanyaanX = Nilai total skor masing-masing variabel X
Y = Nilai total skor masing-masing variabel Y
X2= Kuadrat variabel x
Y2= kuadrat variabel y
n = jumlah responden
Besarnya r dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan taraf
signifikansi (α) 5%. Apabila r hitung > r tabel , maka pengukuran tersebut
tersebut dikatakan valid karena menyatakan adanya korelasi yang nyata
antara kedua variabel tesebut. Akan tetapi apabila r hitung ≤ r tabel , maka
pengukuran tersebut tersebut dikatakan tidak valid.
2. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten, jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama.
Setelah itu apabila alat ukur telah dinyatakan valid, maka langkah
menggunakan teknik Spearman-Brown, yaitu teknik belah ganjil-genap (Supriyono, 2005: 122).
Rumus formula tersebut :
r
i =b b
r r
1 2
Keterangan :
ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = Korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua
Taraf nyata 5%
Apabila ri > r tabel, maka instumen/kuesioner sebagai alat ukur
dalam penelitian ini dinyatakan telah memenuhi syarat reliabilitas.
Apabila ri≤ r tabel, maka instrumen/kuesioner tersebut dinyatakan tidak
memenuhi syarat reliabilitas.
I. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah diatas menggunakan analisis Chi-Square, analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis terhadap perbedaan lebih dari dua proporsi.
Langkah-langkah pengujian analisis Chi-square adalah:
1. Menentukan tingkat persepsi orang pribadi yang bekerja di instansi
Pemerintahan (PNS) mengenai self assessment system, maka dicari interval skor persepsi terlebih dahulu dengan rumus :
Interval = Skortertinggi – skorterendah
Dalam penelitian ini skor tertinggi adalah 4 dan skor terendah adalah
1, serta banyak skor adalah 4. Sehingga setelah dimasukkan ke dalam
rumus nilai intervalnya adalah:
= 0,75
Persepsi wajib pajak orang pribadi yang bekerja di instansi
pemerintahan (PNS) tentang self assessment system dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Tingkatan Skor persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Skor Persepsi Wajib Pajak Keterangan
1,00 – 1,75 Sangat Tidak Setuju
>1,75 – 2,50 Tidak Setuju
>2,50 – 3,25 Setuju
>3,25 – 4,00 Sangat Setuju
2. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif untuk masing-masing
pertanyaan.
Untuk variabel tingkat pendidikan:
Ho: Tidak ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap
self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan. Ho : µ1=µ2=...=µk
Ha: Ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan.
Untuk variabel golongan PNS:
Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif dari variabel golongan
PNS.
Ho: Tidak ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap
self assessment system berdasarkan golongan PNS. Ho : µ1=µ2=...=µk
Ha: Ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan golongan PNS.
Ha : µ1≠µ2≠...≠µk
3. Menghitung Chi-square dari variabel tingkat pendidikan a. Memasukkan data kuesioner ke dalam tabel
Tabel 3.3 Rekapitulasi Data Kuesioner Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Responden Tingkat Pendidikan
Skor Pertanyaan
Jumlah Mean X1 X2 X3 X4 Xdst
1 2 Dst
b. Memasukkan data kuesioner dalam tabel frekuensi skor persepsi
[image:58.595.100.517.222.689.2]Wajib Pajak berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 3.4 Frekuensi Skor persepsi Wajib Pajak Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Sangat Tidak Setuju
Tidak
Setuju Setuju
c. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh) dari variabel pendidikan,
dengan rumus:
<