• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK DENGAN PENUGASAN MIND MAPPING TERHADAP KUANTITAS MISKONSEPSI DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK DENGAN PENUGASAN MIND MAPPING TERHADAP KUANTITAS MISKONSEPSI DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP KUANTITAS MISKONSEPSI DAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar

Magister Pendidikan Fisika

Disusun Oleh:

Imelda Free Unita Manurung

NIM 1201016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP

Oleh :

Imelda Free Unita Manurung S.Pd. Universitas Negeri Medan, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Fisika

© Imelda Free Unita Manurung 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

September 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

MISKONSEPSI DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP

Oleh:

Imelda Free Unita Manurung 1201016

Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Dr. Eng. Agus Setiawan, M.Si NIP. 196902111993031001

Pembimbing II

Dr. Andhy Setiawan, M.Si NIP. 197310131998021001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

(4)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan

Pernyataan i

Abstrak ii

Kata Pengantar iii Ucapan Terima Kasih iv Daftar Isi vi Daftar Tabel viii Daftar Gambar ix Daftar Lampiran x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Model Pembelajaran Sinektik ... 11

2.2 Mind Mapping ... 18

2.3 Kemampuan Kognitif ... 26

2.4 Miskonsepsi ... 31

2.5 Matriks Model Pembelajaran Sinektik ... 35

2.6 Kerangka dan Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 38

3.2 Tempat Penelitian ... 39

3.3 Subjek Penelitian ... 40

3.4 Data dan Sumber Data ... 41

3.5 Definisi Operasional ... 44

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 45

(5)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 49

4.1.1 Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 49

4.1.2 Kemampuan Kognitif ... 55

4.1.3 Miskonsepsi ... 66

4.2 Pembahasan ... 79

4.2.1 Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 79

4.2.2 Kemampuan Kognitif ... 89

4.2.3 Miskonsepsi ... 92

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 101

5.2 Saran ... 103

(6)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK DENGAN PENUGASAN MIND MAPPING TERHADAP KUANTITAS MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF

SISWA SMP

IMELDA FREE UNITA MANURUNG 1201016

ABSTRAK

(7)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA yang didalamnya mencakup mata pelajaran fisika perlu ditingkatkan dan dilaksanakan dengan baik agar dapat memberikan bekal yang kuat kepada siswa sebagai landasan untuk dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fisika merupakan ilmu dasar yang dikembangkan berdasarkan hasil pengamatan fenomena-fenomena fisis di alam yang sering dijumpai dalam keseharian, sehingga pada prinsipnya belajar fisika adalah belajar tentang alam.

(8)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. (Depdiknas, 2006).

Untuk mewujudkan tujuan diatas, maka pembelajaran fisika harus berlangsung sesuai dengan hakikat IPA yang terdiri atas tiga komponen, yaitu sikap, proses, dan produk ilmiah. Sikap merupakan karakter dan prilaku seseorang yang mempelajari IPA. Proses sains dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti, sehingga dikenal dengan proses ilmiah atau metode ilmiah. Produk yang dihasilkan dari IPA dapat berupa teori, prinsip, hukum,azas, dan konsep-konsep. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu memilih strategi dan model pembelajaran yang sesuai dengan minat, kemampuan serta bisa mengaktifkan siswa di dalam pembelajaran. Disamping itu, guru juga diharapkan dapat memaksimalkan peran sebagai fasilitator di dalam melakukan penyelidikan sehingga tujuan pembelajaran fisika dapat tercapai (Crawford, 2000).

Menurut Suparno (2009), ada banyak teori pembelajaran fisika yang dapat mempengaruhi cara guru fisika mengajar fisika dengan baik sesuai dengan keadaan siswa, bahan, kemampuan guru, situasi zaman, dan perkembangan ilmu pengetahuan, salah satunya adalah pengajaran yang memanfaatkan analogi dan metafora untuk membantu siswa memvisualisasikan isi Gordon (dalam Bruce, 2009). Pembelajaran yang menerapkan analogi ini telah diteliti oleh Murat (2013). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan analogi dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang terlihat dari tes hasil belajar kognitif siswa sebelum dan sesudah pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran analogi lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran tradisional.

(9)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Martis Anandi (dalam Vani, 2012) dalam jurnalnya mengenai pengembangan kompetensi mahasiswa calon guru melalui penerapan model pembelajaran sinektik yang dilakukan oleh mahasiswa calon guru terhadap siswa SMP juga menyatakan bahwa setiap tahapan dalam pembelajaran sinektik dapat meningkatkan hasil belajar siswa, akan tetapi pada tahapan eksplorasi yaitu siswa mengeksplorasikan kembali topik yang telah dianalogikan masih perlu dikembangkan, sehingga peneliti merasa bahwa model pembelajaran sinektik pada tahapan eksplorasi perlu dibantu dengan suatu teknik atau pendekatan.

Menurut Khalifah (2007) dalam penelitiannya mengenai model pembelajaran sinektik menyatakan bahwa membelajarkan siswa dengan model sinektik memang bukanlah hal yang mudah, sehingga dibutuhkan prasarana yang tepat untuk memperlancar aktivitas analogi sebagai kerja sinektik. Salah satu prasarana yang memiliki cara kerja yang relatif sama dengan model pembelajaran sinektik yaitu dengan penggunaan mind mapping. Buzan (2007) menyatakan bahwa mind mapping merupakan suatu cara untuk mengorganisasikan dan menyajikan konsep, ide, tugas atau informasi lainnya dalam bentuk diagram radial-hierarkis non-linier. Mind mapping pada umumnya menyajikan informasi yang terhubung dengan topik sentral, dalam bentuk kata kunci, gambar (simbol), dan warna sehingga suatu informasi dapat dipelajari dan diingat secara cepat dan efisien. Mind mapping juga mampu mendorong kerja otak untuk mengembangkan asosiasi antar gagasan dan merupakan manifestasi visual tentang cara kerja otak dalam berfikir sehingga siswa dapat memetakan seluruh pengetahuannya melalui pembentukan cabang-cabang yang berhubungan dengan topik yang dipelajari.

(10)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terorganisir. Berdasarkan paparan diatas terlihat kesamaan yang dimiliki model pembelajaran sinektik dan mind mapping yaitu dengan menggunakan asosiasi gagasan untuk menyelesaikan masalah. Adanya kesamaan antara model pembelajaran sinektik dan mind mapping tersebutlah yang menjadi alasan peneliti mengkombinasikan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping.

Lebih lanjut Navalakha (dalan Vani, 2013) menyebutkan bahwa selain dapat meningkatkan keterampilan berfikir siswa, model pembelajaran sinektik yang didalamnya mengandung unsur analogi jika dikombinasikan dengan pendekatan lain juga dapat mengatasi miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Menurut Glynn dalam penelitian yang dilakukan oleh Sahin (2010) mengenai efektivitas penggunaan analogi untuk mencegah miskonsepsi siswa SMP pada materi gaya menyatakan bahwa melalui penggunaan analogi dapat membantu siswa membangun konsep dari konsep yang abstrak (sulit dipahami) menjadi konsep yang lebih mudah dipahami sehingga dapat mencegah miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sahin (2010) tersebut menyatakan bahwa siswa yang mendapat pembelajaran analogi tentang materi gaya mengalami miskonsepsi yang lebih kecil dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran tradisional. Hasil penelitian menunjukkan penurunan miskonsepsi yang dialami oleh siswa di kelas yang mendapatkan model pembelajaran analogi sebesar 57% sedangkan pada siswa di kelas yang mendapatkan model pembelajaran tradisional sebesar 11%. Untuk itu penerapan model pembelajaran sinektik yang didalamnya mengandung unsur analogi memiliki peluang dalam menghindarkan miskonsepsi. Dari penelitian yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa pemilihan metode pembelajaran merupakan faktor penting untuk mencegah miskonsepsi siswa.

(11)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dialami siswa yang mendapatkan pembelajaran melalui mind mapping berkurang sebesar 42% dan siswa yang mendapatkan pembelajaran tradisional berkurang sebesar 15%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan mind mapping dalam pembelajaran juga memiliki potensi mengurangi miskonsepsi yang dialami oleh siswa SMP.

Berdasarkan uraian di atas diperoleh bahwa model pembelajaran sinektik dan mind mapping memiliki potensi untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dan juga dapat menghindarkan siswa dari miskonsepsi yang sering terjadi dalam pembelajaran. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “ Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Sinektik dengan Penugasan Mind Mapping terhadap Kuantitas Miskonsepsi dan Peningkatan

Kemampuan Kognitif Siswa SMP”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kuantitas miskonsepsi dan peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP dibandingkan dengan model pembelajaran sinektik?”

Rumusan masalah ini kemudian dapat dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran fisika dengan menggunakan model sinektik?

(12)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagaimanakah perbandingan kuantitas miskonsepsi siswa antara siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping dibandingkan dengan siswa yang yang mendapat pembelajaran fisika dengan menggunakan model sinektik? C.Batasan Masalah

1. Keterlaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini merupakan gambaran sejauh mana rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun dapat terlaksana dalam pembelajaran sinektik dan sinektik dengan penugasan mind mapping. Keterlaksanaan pembelajaran dilihat berdasarkan hasil persentase

yang diperoleh dari aktivitas siswa dan guru pada setiap tahapan pembelajaran dari lima pertemuan, kemudian hasil persentase keterlaksanaan pembelajaran tersebut dianalisis secara deskriptif untuk melihat perbandingan antara keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran sinektik dan pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping.

2. Hasil belajar kemampuan kognitif dalam penelitian ini didasarkan pada taksonomi Bloom revisi (Anderson, 2010) yang terdiri dari 2 dimensi yaitu dimensi proses kognitif dan aspek pengetahuan. Kemampuan kognitif pada penelitian ini dibatasi hanya pada aspek kemampuan mengingat, memahami, dan mengaplikasikan sedangkan aspek dimensi pengetahuan ini dibatasi pada pengetahuan faktual dan pengetahuan konseptual. Kemampuan kognitif siswa sebelum dan sesudah pembelajaran diukur melalui tes essay. Kategori peningkatan kemampuan kognitif siswa ditentukan oleh rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g>. Peningkatan hasil belajar ranah kognitif dianalisis berdasarkan skor rata-rata gain yang dinormalisasi dan uji beda rerata dianalisis dengan uji statistik menggunakan SPSS 16.

(13)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konsepsi siswa yang paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi dengan berpedoman pada tabel konsepsi siswa yang diadopsi dari Kaltakci (2007). Dengan demikian jumlah siswa yang paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi dapat diketahui dari hasil posttest yang kemudian dinyatakan dalam bentuk persentase. Hasil persentase konsepsi siswa tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui perbandingan persentase setiap konsepsi antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran sinektik dan model pembelajaran sinektik dengan mind mapping.

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perbandingan peningkatan kemampuan kognitif dan perbandingan gambaran kuantitas miskonsepsi siswa serta gambaran keterlakasanaan model pembelajaran antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping dengan siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan model sinektik.

E.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat :

1. Menjadi bukti empiris tentang potensi pembelajaran sinektik dan sinektik dengan penugasan mind mapping dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan mengidentifikasi kuantitas miskonsepsi yang dialami oleh siswa.

2. Memperkaya hasil penelitian terkait penggunaan pembelajaran sinektik dan sinektik dengan penugasan mind mapping dalam pengembangan pembelajaran fisika

(14)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

(15)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperiment (eksperimen semu) dan metode deskriptif. Metode eksperimen semu

digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa. Quasi eksperiment memiliki tujuan untuk memprediksi keadaan yang dapat dicapai

melalui eksperimen yang sebenarnya, tetapi tidak ada pengontrolan dan atau manipulasi terhadap seluruh variabel yang relevan (Arifin,2011) dan metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran kuantitas miskonsepsi siswa dan keterlaksanaan pembelajaran yang mendapatkan pembelajaran dengan model sinektik dengan penugasan mind mapping dan yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran sinektik tanpa penugasan mind mapping. Metode deskriptif yang digunakan adalah analisis kegiatan yang diarahkan untuk menganalisis kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan (Sukmadinata,2011). Desain penelitian yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa adalah desain randomized control group pretest-postest design sedangkan desain yang digunakan untuk

mengetahui kuantitas miskonsepsi yang dialami oleh siswa dan keterlaksanaan model pembelajaran dilakukan secara deskriptif selama proses pembelajaran.

Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelas Pretest Perlakuan Pengukuran

perlakuan

Posttest

Eksperimen T1 X1 O1 T1, T2

Kontrol T1 X2 O2 T1, T2

Keterangan :

T1 = Pretest dan posttest kemampuan kognitif siswa

T2 = Posttest miskonsepsi siswa

O1 = Keterlaksanaan treatment berupa penerapan pembelajaran sinektik dengan

(16)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

O2 = Keterlaksanaan treatment berupa penerapan pembelajaran sinektik

X1 = Perlakuan berupa model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind

mapping

X2 = Perlakuan berupa model pembelajaran sinektik

Desain penelitian diatas memperlihatkan bahwa sebelum diterapkannya pembelajaran, siswa diberikan pretest berupa tes kemampuan kognitif dan setelah diterapkan pembelajaran siswa diberikan posttest berupa tes kemampuan kognitif dan miskonsepsi. Hasil pretest dan posttest kemamapuan kognitif tersebut kemudian dianalisis dan hasil posttest miskonsepsi dideskripsikan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pembelajaran sinektik dan sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap hasil belajar kognitif siswa.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII pada salah satu SMP di Kabupaten Bandung Barat semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 5 kelas. Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A dan VIII-B yang dipilih secara cluster random sampling yaitu suatu metode atau teknik pengambilan sampel dengan random atau tanpa pandang bulu dari kelompok anggota yang terhimpun dalam kelas (Arikunto, 2006). C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan kognitif dan kuantitas miskonsepsi.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dilakukan pendefinisian secara operasional sebagai berikut : 1. Keterlaksanaan pembelajaran merupakan gambaran sejauh mana rencana

(17)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

observasi pembelajaran yang nilai oleh 3 orang observer.

Model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan kepada analogi-analogi. Tahapan-tahapan dalam model ini yaitu memperkenalkan topik yang akan dipelajari, analogi langsung, analogi personal, mengidentifikasi kesamaan antara konsep dengan analogi, menjelaskan kembali topik yang telah dipelajari, membuat analogi langsung (pada tahap ini siswa diberikan penugasan berupa mind mapping). Topik yang diajarkan adalah topik tekanan pada kelas VIII SMP.

2. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual. Kemampuan kognitif berdasarkan revisi Taksonomi Bloom (Andreson & Krahtwolh, 2010) yang terdiri atas 2 dimensi yaitu dimensi proses kognitif dan pengetahuan. Dimensi proses kognitif dalam penelitian ini hanya ditinjau dari tiga ranah kognitif yaitu C1 (mengingat), C2

(memahami) ,dan C3 (menerapkan) sedangkan pada aspek dimensi

pengetahuan terdiri dari pengetahuan faktual (K1) dan pengetahuan

konseptual (K2) karena disesuaikan dengan standar kompetensi (SK) dan

kompetensi dasar (KD) serta disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan. Hasil belajar kognitif siswa sebelum dan sesudah pembelajaran diukur melalui tes tertulis dalam bentuk essay. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa ditunjukkan dengan adanya perubahan yang positif terhadap pemahaman konsep siswa yang dinyatakan dengan rata-rata gain yang dinormalisasi skor pretest dan posttest.

(18)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Instrumen Tes

a. Tes kemampuan kognitif

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Riduwan, 2010). Tes hasil belajar kognitif dalam penelitian ini menggunakan tes essay yang berjumlah 14 soal. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali sebelum dan sesudah pembelajaran. Butir soal tes disusun dan dikembangkan berdasarkan indikator pembelajaran yang disesuaikan dengan indikator hasil belajar kognitif.

b. Miskonsepsi

Miskonsepsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang berbentuk three-tier test yang dikembangkan dari beberapa aspek dan indikator untuk

mengidentifikasi miskonsepsi yang dialami oleh siswa (Kaltakci, 2007). Jumlah soal miskonsepsi yang diberikan kepada siswa sebanyak 10 soal dengan lima option jawaban. Tes ini hanya dilakukan sebanyak satu kali yaitu sesudah

pembelajaran.

2. Instrumen Non Tes

Intrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru dan siswa yang memuat daftar keterlaksanaan model pembelajaran sinektik dan sinektik dengan penugasan mind mapping yang akan dilaksanakan. Instrumen keterlaksanaan model pembelajaran

(19)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Teknik Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk soal essay untuk tes kemampuan kognitif dan miskonsepsi. Instrumen ini terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, judgement oleh para ahli, diujicobakan dan dilakukan analisis untuk mengetahui reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.

a. Validitas Tes

Validitas adalah derajat dimana suatu tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur (Arikunto,2009). Untuk mengukur kadar ketelitian tes agar dapat memenuhi fungsinya dalam menggambarkan keadaan aspek yang akan diukur maka digunakan validitas tes. Validitas tes yang digunakan adalah validitas isi (content validity). Validitas isi pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Untuk memberikan gambaran bagaimana suatu tes divalidasi dengan menggunakan validitasi isi, pertimbangan para ahli tersebut dilakukan dengan cara para ahli diminta untuk mengamati secara cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi, kemudian meminta untuk mengoreksi semua item-item yang telah dibuat, dan pada akhir perbaikan para ahli juga diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana suatu tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang hendak diukur. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2009).

(20)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau tidak berubah-ubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda (Sugiyono, 2009). Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan secara eksternal dengan test-retest. Instrumen diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mengujicobakan

instrumen beberapa kali pada responden yang sama. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama akan tetapi waktunya berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel (Sugiyono, 2009). Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan teknik korelasi product moment angka kasar (Sugiyono, 2009) :

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen digunakan tolak ukur yang ditetapkan J.P. Guilford ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3.

Interval reliabilitas (Arikunto, 2007)

No Interval r11 Kriteria

1 0,80 < r11≤ 1,00 Sangat Tinggi

2 0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi

3 0,40 < r11 ≤ 0,60 Cukup

4 0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

(21)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil uji coba tes kemampuan kognitif dan miskonsepsi dapat dilihat pada Lampiran B. Proses analisis hasil uji coba dua paket soal untuk melihat reliabilitas instrument menggunakan Microsoft Office Excel 2007. Perhitungan reliabilitas soal dapat dilihat pada lampiran B. Dari hasil analisis jawaban siswa diperoleh nilai reliabilitas instrumen tes hasil belajar ranah kognitif sebesar 0,80 dan miskonsepsi sebesar 0,65 , kedua tes tersebut berada pada kategori tinggi.

c. Tingkat Kemudahan Soal

Tingkat kemudahan merupakan bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal (Arikunto, 2007). Analisis tingkat kemudahan dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Untuk menghitung tingkat kemudahan tiap butir soal (Arikunto, 2007) digunakan persamaan:

B P

JS

 ……….(3.2)

Keterangan:

P = indeks kemudahan

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat kemudahan butir soal dengan menggunakan kriteria pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.4.

Interpretasi Tingkat Kemudahan Butir Soal (Arikunto, 2007) Nilai P Kriteria

0,00-0,30 Sukar 0,31-0,70 Sedang

0,71-1,00 Mudah

Proses analisis tingkat kemudahan instrumen tes kemampuan kognitif menggunakan AnatesV4 sedangkan miskonsepsi menggunakan Microsoft Office Excel 2007. Perhitungan tingkat kemudahan soal dapat dilihat pada lampiran B.

(22)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.5.

Hasil Perhitungan Tingkat Kemudahan Tes Hasil Belajar Kognitif dan Miskonsepsi

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0,42 Sedang 1 0,46 Sedang

11 0,51 Sedang Reliabilitas Soal (rXY)=0,65 (Tinggi) 12 0,32 Sedang

13 0,21 Sukar 14 0,38 Sedang Reliabilitas Soal (rXY)=0,80

(Tinggi)

Hasil analisis pada Tabel 3.5 menunjukkan bahwa masing-masing soal memiliki tingkat kemudahan yang berbeda. Dari 14 soal tes kemampuan kognitif yang diujicobakan sebanyak 2 soal atau 14,29 % berada pada kategori sukar dan 12 soal atau 85,71% berada pada kategori sedang sedangkan dari 10 miskonsepsi yang diujicobakan sebanyak 2 soal atau 20 % berada pada kategori sukar dan 8 soal atau 80% berada pada kategori sedang.

d. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. (Arikunto, 2009). Untuk menentukan nilai daya pembeda maka digunakan rumus sebagai berikut:

(23)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DP = daya pembeda butir soal JB = banyaknya peserta kelompok bawah

Nilai DP yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya pembeda butir soal dengan menggunakan kriteria pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.5.

Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal (Arikunto, 2007) Nilai DP Kriteria

Proses analisis daya pembeda instrumen tes kemampuan kognitif menggunakan AnatesV4 sedangkan miskonsepsi menggunakan Microsoft Office Excel 2007 . Perhitungan daya pembeda soal dapat dilihat pada lampiran B. Hasil

perhitungan tingkat kemudahan soal terdapat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5.

Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Tes Hasil Belajar Kognitif dan Miskonsepsi

No.Soal Daya Pembeda Tes Hasil Belajar

Kognitif

No.Soal Daya Pembeda Miskonsepsi

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

(24)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No.Soal Daya Pembeda Tes Hasil Belajar

Kognitif

No.Soal Daya Pembeda Miskonsepsi

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

10 0,39 Cukup 10 0,29 Cukup memiliki daya pembeda yang berbeda. Dari 14 soal tes kemampuan kognitif yang diujicobakan sebanyak 2 soal atau 14,29 % berada pada kategori cukup dan 12 soal atau 85,71% berada pada kategori baik sedangkan dari 10 miskonsepsi yang diujicobakan sebanyak 2 soal atau 20 % berada pada kategori baik dan 8 soal atau 80% berada pada kategori sedang.

Dari hasil analisis daya pembeda, tingkat kemudahan dan reliabilitas soal diatas, dapat ditentukan bahwa soal layak digunakan dalam penelitian. Agar lebih jelas rekapitulasi hasil analisis butir soal yang dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7.

Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Miskonsepsi

No. Soal

Tes Hasil Belajar Kognitif No. Soal

Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

(25)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Soal

Tes Hasil Belajar Kognitif No. Soal

Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria Reliabilitas Soal (rXY) = 0,80

(Tinggi)

Berdasarkan tabel hasil uji coba di atas dapat disimpulkan bahwa semua soal tes kemampuan kognitif dan miskonsepsi dapat dipakai dalam penelitian. Komposisi instrumen tes kemampuan kognitif dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Komposisi Instrumen Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif Dimensi Proses Lembar observasi pembelajaran dikembangkan dari RPP yang telah disusun untuk kedua kelas eksperimen dan kontrol. Sebelum dijadikan panduan untuk membuat lembar observasi pembelajaran, RPP terlebih dahulu didiskusikan dengan dosen pembimbing. Lembar observasi pembelajaran berupa daftar ceklist yang terdiri dari aktivitas guru dan aktivitas siswa. Pada awalnya lembar observasi hanya berupa daftar ceklist terlaksana atau tidak. Kemudian lembar observasi tersebut direvisi berdasarkan saran dari dosen pembimbing sehingga pada setiap point dapat dilihat persentase keterlaksanaan aktivitas yang sesuai dengan RPP.

G. Teknik Pengumpulan Data

(26)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 Keterlaksanaan model

2 Kemampuan Kognitif Tes berbentuk Essay

Pelaksanaan di awal dan di akhir pembelajaran

3 Miskonsepsi Tes berbentuk Three-tier Test

Pelaksanaan di akhir pembelajaran

H. Prosedur dan Bagan Penelitian

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:

a. Menentukan masalah yang akan dikaji. Untuk menentukan masalah yang akan dikaji, peneliti melakukan studi pendahuluan melalui kegiatan observasi, yaitu mengamati kegiatan pembelajaran fisika di dalam kelas, penyebaran skala sikap kepada siswa serta melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran fisika dan beberapa siswa.

b. Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang akan dikaji.

c. Melakukan studi kurikulum mengenai materi ajar yang dijadikan penelitian untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai.

d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan skenario pembelajaran yang mengacu pada tahapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping.

e. Membuat dan menyusun instrumen penelitian.

f. Pertimbangan (judgment) instrumen penelitian oleh tiga orang dosen ahli. g. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

h. Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian dan kemudian menentukan soal yang layak digunakan sebagai instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

(27)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Memberikan perlakuan pada kedua kelas yang berbeda yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping dan model pembelajaran sinektik tanpa penugasan mind mapping

c. Memberikan tes akhir (posttest) 3. Tahap Akhir

Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain :

a. Mengolah data hasil pretest dan posttest serta menganalisis instrumen tes lainnya.

b. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.

c. Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang sesuai. Untuk lebih jelasnya, alur penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

(28)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1. Bagan Penelitian I. Teknik Analisis Data

1. Analisis Observasi Pembelajaran

Untuk melihat persentase ketercapaian pelaksanaan pembelajaran ditentukan dari rata-rata persentase tiap kegiatan. Nilai ini menunjukkan nilai keterlaksanaan kegiatan yang ada dalam pembelajaran sinektik dan sinektik dengan penugasan mind mapping. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah

data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran.

b. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus persamaan berikut (Sugiono, 2008) :

...(3.4)

Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan pembelajaran sinektik dan sinektik dengan penugasan mind mapping dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.9

Tabel 3.9.

Tak satu kegiatan pun terlaksana Sebagian kecil kegiatan terlaksana

2. Analisis Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa

(29)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data peningkatan hasil belajar ranah kognitif dianalisis dengan uji statistik dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 16.0. Langkah-langkah dalam penganalisisan data dari hasil tes awal dan tes akhir hasil belajar ranah kognitif adalah sebagai berikut:

a. Menentukan skor dan nilai tes awal dan tes akhir.

b. Menentukan nilai rata-rata dan persentase masing-masing kategori.

c. Menghitung skor gain yang dinormalisasi (N-Gain) dari tes awal dan tes akhir untuk menunjukkan peningkatan hasil belajar ranah kognitif dengan menggunakan rumus N-gain yang dikembangkan oleh Hake (1999) sebagai berikut:

g = gain yang dinormalisasi

Spost = skor tes akhir yang diperoleh siswa Spre = skor tes awal yang diperoleh siswa Sm ideal = skor maksimum ideal

d. Menentukan skor rata-rata gain yang dinormalisasi

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa pada materi tekanan digunakan data skor rata-rata gain yang dinormalisasi yang diolah dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Hake (1999), yaitu:

<S

S

<g> = skor rata-rata gain yang dinormalisasi <Spost> = skor rata-rata tes akhir yang diperoleh siswa <Spre> = skor rata-rata tes awal yang diperoleh siswa Sm ideal = skor maksimum ideal

(30)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.10.

Kriteria nilai rata-rata N-gain (Hake,1999) Nilai <g> Kriteria

<g> ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ <g> < 0,7 Sedang <g> < 0,3 Rendah

Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran sinektik dan sinektik dengan penugasan mind mapping dapat dilihat dari perbandingan rata gain. Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan rata-rata gain lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya (Margendoller, 2006). f. Pengujian Hipotesis

Untuk menentukan statistika yang cocok pada pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data N-gain. Jika data terdistribusi normal dan homogen, maka digunakan uji t. Jika data terdistribusi normal tetapi tidak homogen digunakan uji t’.Apabila data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen maka digunakan uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney (Ruseffendi, 1998). Alur uji hipotesis dapat digambarkan pada Gambar 3.2

a) Uji Normalitas

Gambar 3. Alur uji hipotesis Pengujian

hipotesis dengan uji-t

Kesimpulan

Uji Mann Data-data

Uji normalitas

Uji homogenitas

Tidak

Ya

Ya

Tidak

Pengujian hipotesis dengan

(31)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data data N-gain hasil belajar ranah kognitif siswa yang diperoleh mempunyai distribusi (sebaran) yang normal atau tidak. Distribusi normal adalah salah satu distribusi yang digambarkan dalam grafik berbentuk lonceng. Berbentuk dua bagian yang simetris, dimulai dari sebelah kiri, menaik mencapai titik puncak tertentu selanjutnya mulai menurun namun tidak menyentuh garis horizontal. Suatu kelompok data dikatakan mempunyai distribusi normal atau fungsi normal jika memiliki ciri – ciri sebagai berikut.

1) Data dapat diukur dan data yang memiliki nilai ekstrim ( terlalu besar atau terlalu kecil) tidak terlalu banyak.

2) Data yang mendekati nilai rata – rata jumlahnya terbanyak. Setengah data memiliki nilai lebih kecil atau sama dengan nilai rata – rata dan setengah lagi memiliki nilai lebih besar atau sama dengan nilai rata – ratanya.

Uji normalitas data N-gain kemampuan kognitif siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Wahyono, 2009) Normalnya distribusi data dapat diketahui dari nilai signifikan (2-tailed) output SPSS, jika lebih besar dari 0,05 maka data terdistribusi normal. Jika data gain terdistribusi normal maka sebaran data gain mendekati nilai rata-rata

N-gain, dimana sebagian data N-gain lebih kecil atau sama dengan nilai rata – rata N-gain, dan setengah lagi memiliki nilai lebih besar atau sama dengan nilai rata – ratanya

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi adalah sama atau tidak. Uji homogenitas data N-gain hasil belajar ranah kognitif siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan menggunakan uji Levene dalam One-Way Anova pada taraf signifikan . Uji ini didasarkan pada rumus statistik yaitu uji statistik F (Ruseffendi, 1998) yaitu:

(32)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dengan S2 = varians

Homogenitas data dapat diketahui dari nilai signifikan (2-tailed) output SPSS, jika lebih besar dari 0,05 maka data homogen atau varian sama (Wahyono, 2009). Sehingga bisa dikatakan bahwa kedua kelas memiliki karakteristik yang sama.

c) Uji Hipotesis

Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata data N-gain hasil belajar ranah kognitif siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dilakukan dengan analisis secara statistik. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t satu ekor (1-tailed) dengan taraf signifikan α = 0,05 (Sugiyono, 2008). Jika data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji statistik dengan rumus:

X = rata-rata gain kelompok eksperimen

2

X = rata-rata gain kelompok kontrol

n1 = jumlah anggota kelompok eksperimen

n2 = jumlah anggota kelompok kontrol

S1 = varians kelompok eksperimen

S2 = varians kelompok kontrol

Dengan kriteria pengujian: jika tHitung > tTabel maka H0 ditolak pada taraf

signifikansi (α = 0,05) dan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 – 2), sehingga HA

diterima.

3. Analisis Miskonsepsi

(33)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Melakukan penskoran terhadap hasil posttest masing-masing siswa yang mendapat pembelajaran sinektik dan sinektik dengan mind mapping. b. Membedakan konsepsi siswa yang paham konsep, tidak paham konsep dan

(34)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan mengenai penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Keterlaksanaan model pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran sinektik untuk setiap tahapan belum terlaksana dengan baik seperti pada tahapan membuat analogi langsung sedangkan pada model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping seluruh kegiatan sudah terlaksana dengan baik .

2. Penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping secara signifikan dapat lebih meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dibandingkan model pembelajaran sinektik tanpa penugasan mind mapping. 3. Penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping

memiliki kuantitas miskonsepsi yang lebih rendah dibandingkan model pembelajaran sinektik tanpa penugasan mind mapping.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kuantitas miskonsepsi dan meningkatkan kemampuan kognitif siswa SMP, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

(35)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran. Dengan demikian perlu penelitian yang memadukan model pembelajaran sinektik dengan pendekatan problem solving.

2. Berdasarkan hasil analisis miskonsepsi yang dialami oleh siswa dari penerapan pembelajaran pada materi tekanan terlihat bahwa pada setiap pertemuan siswa masih mengalami miskonsepsi, agar miskonsepsi yang dialami oleh siswa semakin kecil dalam pembelajaran sinektik, hendaknya guru dapat menggunakan analogi-analogi yang lebih baik seperti analogi-analogi yang erat kaitannya dengan pengalaman siswa sehari-hari (kontekstual) sehingga siswa lebih mudah memahami analogi yang dimaksud dalam pembelajaran. Dengan demikian perlu penelitian mengenai pengembangan analogi kontekstual pada model sinektik untuk mengurangi miskonsepsi yang dialami oleh siswa.

(36)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anderson. L. W. (2010). Pembelajaran Pengajaran Dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Akpınar, B., Yıldırım, B. & Dönder, A. (2012). Assessment Of The Turkısh

Teachers’ Views On Making And Using Analogies In Teaching Of

Science. Turki :International Conference New Perspective In Science Education.

Akyüz, T. (2007). The Effects Of Using Analogy Techniques On Students’ Achievements At Different Taxonomic Levels In Science Education. Unpublished Master Thesis Hacettepe University, Ankara, Turkey.

Arkasali, R.N. (2004). Effectiveness Of The Synectics Model Of Teaching In Terms Of Instructional And Nurturerant Effects. Un Published Doctoral Thesis. Dharwad: Karnatak University.

Aykutlu, I. & Şen, A. İ. (2012). Determination Of Secondary School Students’

Misconceptions About The Electric Current Using A Three Tier Test, Concept Maps And Analogies. Turki :International Conference New Perspective In Science Education

Buzan, T. (2007). Buku Pintar Mind Map Untuk Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Chei,C. (2008). The Effect Of Concept Mapping On Student’s Learning Achievements

And Interests. Prancis: Routledge : Inovations In Education And Teaching International

Chiou CC(2008). The Effect Of Concept Mapping On Students' Learning Achievements And Interests. Beijing: Innovations In Education And Teaching International.

.

Gonzales, David. (2001). A Art Of Solving Problems : Comparing The Similarities And Differences Between Creative Problem Solning (CPS), Lateral

Thinking And Synectics. State University Of Newyork-Buffalo State College International Leater For Studies In Creativity

(37)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: Http://Lists.Asu.Edu/Cgi-Bin/Wa?A2=Ind9903&L=Aera-D&P=R6855.

Hernawati, Fuji. (2013). Diagnosis Miskonsepsi Siswa Pada Materi Kalor Menggunakan Three Tier Test. Skripsi: Tidak Dipublikasikan.

Henry,Dkk. (2009). IPA 2: Untuk SMP/Mts Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Ismail, B. (2010). Model Pembelajaran Sinektik Dan Pengelolaan Kelas. Makalah. Universitas Islam Jakarta. Jakarta: Tidak Diterbitkan.

Joyce, B. (2009). Models Of Teaching. Eighth Edition (Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kaltakchi (2005). Identifying Pre-Service Physics Teachers’ Misconceptions With Three-Tier Tests. Turkey : Department Of Secondary Science/Math Education

Khalifah, M. (2007). Pengaruh Model Pembelajaran Sinektik Dipadu Dengan Mind Mapping Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, Sikap Kreatif, Dan Penguasaan Materi.Jakarta: Lentera Pendidikan

Kose, S. (2007). The Effects Of Concept Mapping Instruction On Overcoming 9th

Grade Students’ Misconceptions. Turkey : Pamukkale University.

Martin D(2011).Concept Mapping, Mind Mapping And Argument Mapping: What Are The Differences And Do They Matter. Turkey : Pamukkale University

Murat (2012). The Effect Of University Process In Improving The Misconceptions Of

Pre-Service Science Teachers About Motion. Journal Of Baltic Science Education;2009, Vol. 8 Issue 3, P145

Nenden, Dkk. (2009). Ilmu Pengetahuan Alam 2 : Untuk SMP/Mts Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Noah, S (2006). Use Of Analogy In Learning Physics : The Role Of Representations. USA : University Of Colarado At Boulde Departement Of Physics, University Of Colarado At Boulde.

(38)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Colarado At Boulde Departement Of Physics, University Of Colarado At Boulde.

Osterwalder (2012). Teaching By Analogies. Southern Switzerland: University Of Applied Sciences Of Southern Switzerland

Pesman, H. (2005). Development Of A Three-Tier Test To Assess Ninth Grade Students Misconceptions About Simple Electric Circuits. Thesis Of The Graduater School Of Naturak And Applied Science,Middle East Technical University,Turki: Tidak Diterbitkan.

Prekel, Heinz. (2010). A Visual Overview Of The Synectics Invention Model. Synectics World

Rizki, K. (2013). Pengaruh Penerapan Synectics Lesson Dalam Pembelajaran IPA Fisika Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Kelas VIII Di SMPN 1 Solok. Pillar Of Physics Education.

Saeful, K. (2008). Membuka Cakrawala Alam Sekitar 2 Untuk Kelas VII SMP/Mts. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.

Sagala, S. (2010). Supervisi Pembelajaran: Dalam Profesi Pendidikan. Jakarta: Alfabeta

Seligmann, E. (2007). Reaching Students Through Synectics : A Creative Solution. Colorado : University Of Northern Colorado.

Sencar, S., & Ery1lmaz, A. (2004). Factors Mediating The Effect Of Gender On Ninth-Grade Turkish Students’ Misconceptions Concerning Electric Circuit. Journal Of Research In Science Teaching.

Shinde, S.N. (2011), Effect Of The Synectics Model Of Teaching On The

Development Of Language Creativity In Hindi Amongst The Students Of Hindi. Unpublished Doctoral Thesis. Dharwad.: Karnatak University.

Shirish, P. (2006) Student’s Alternative Conceptions In Pressure, Heat And Temperature. India: Homi Bhabha Centere For Science Education.

Sudjana, N .(2009). Metode Statistika. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

(39)

Imelda Free Unita Manurung, 2014

Pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik dengan penugasan mind mapping terhadap kualitas miskonsepsi & peningkatan kemampuan kognitif siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suparno, P. (2009). Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Taşlıdere, E. (2013). Effect Of Conceptual Change Oriented Instruction On

Students’ Conceptual Understanding And Decreasing Their

Misconceptions In DC Electric Circuits. Turkey: Creative Education.

Thakur, U. (2011). Making Familiar Strange Approach Of Synectics Model Of Teaching : A Treatment For Enhancing Creativity And Academic Achievement. Punjab.Lovely School Of Education Departement Of Education Phagwara.

Treagust, D.F. (1998). Development And Use Of Diagnostic Tests To Evaluate Students Misconceptions In Science. International Journal Of Science Education.

Tresnasih. (2013). Analisis Konsepsi Mahasiswa Terhadap Materi Elektrolisis Menggunakan Instrumen Three Tier Test Multiple Choice. Bandung: Prosiding Simposium Nasional Inovasi Dan Pembelajaran Sains.

Turker,F. (2005). Developing A Three Tier Test To Assess High School Students Misconceptions Concering Force And Motion. A Thesis Submitted To Graduate School Of Natural And Apllied Sciences Of Middle East Technical University.

Unal, S. (2005). Problematic Issue For Students : Does It Sink Or Float?. Turkey: Karadeniz Technical University

Uyanto,S. (2009). Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Vani, M. (2012). Effectiveness of synectics model of teaching in enhancing language creativity of learners. Indian Streams Research Journal.

Walker, D. (2009). Promoting Metaphorical Thinking Through Synectics: Developing Deep Thinking Utilizing Abstractions. Bloomsburg : University Of Pennsylvania.

Ying, L (2014). The Effect Of Mind Mapping On Teaching And LearningA Meta-Analysis. Beijing: School Of Educational Technology

Zoya. (2012). Effectiveness of synectics with problem solving on

Gambar

Tabel 3.1  Desain Penelitian
Tabel 3.5.  Hasil Perhitungan Tingkat Kemudahan Tes Hasil Belajar Kognitif dan
Tabel 3.5.  Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Tes Hasil Belajar Kognitif dan
Tabel 3.7.  Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif dan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Akibatnya, bahan organik yang ada pada limbah cair tersebut dapat

menggunakan wawancara mendalam, observasi (pengamatan) dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan

segi teks hadis, bagi kaum wanita, salatnya lebih afdal dilaksanakan di rumah, dan jika dilihat dari segi konteks, dapat dilihat bahwa hadis tersebut

Penelitian ini membahas tentang hubungan antara penguasaan siswa terhadap simple past tense dan kemampuan mereka dalam menulis teks anekdot pada kelas delapan MTsN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan karakteristik campuran beton aspal AC-WC dan menentukan variasi kadar filler yang optimum pada campuran beton

Oleh karena itu pada penelitian ini akan didesain sebuah jaringan LAN sederhana dengan menggunakan router komputer dengan sistem operasi Linux yang didalamnya akan

Perlakuan terbaik berdasarkan ketahanan luntur warna yang dipilih yaitu pada perlakuan proporsi jenis benang 50% serat daun nanas : 50% katun dengan jenis pewarna alpukat dengan

Di kalangan pengamat tafsir dan penulis pemikiran Al- Syawkani seperti Husayn al-Dzahabî, Mannâ’ al-Qaththân dan Ibrahim Ibrahim Hilal, profil Al-Syawkani dipandang