PROGRAM PELATIHAN ORANGTUA UNTUK PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA BAGI ANAK DOWN SYNDROME
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar magister pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Oleh
Rahmi Khalida 1201654
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM PELATIHAN ORANGTUA UNTUK PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA BAGI ANAK DOWN SYNDROME
Oleh
Rahmi Khalida, S.Pd
UPI Bandung, 2014
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
© Rahmi Khalida 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Rahmi Khalida 1201654
HALAMAN PENGESAHAN TESIS
PROGRAM PELATIHAN ORANGTUA UNTUK PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA BAGI ANAK DOWN SYNDROME
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Zaenal Alimin, M.Ed NIP. 195903241984031002
Pembimbing II
Dr. Didi Tarsidi, M.Pd NIP. 1910601 197903 1 003
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “PROGRAM PELATIHAN
ORANGTUA UNTUK PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA BAGI ANAK
DOWN SYNDROME” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri,
dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila
dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.
Bandung, Juli 2014
Yang membuat pernyataan,
Rahmi Khalida
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penyelesaian penelitian ini, banyak pihak yang telah membantu
peneliti, baik pada tahap persiapan sebelum ke lapangan, pelaksanaan penelitian,
maupun penulisan tesis ini. Oleh karena itu peneliti menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Djadja Rahardja, M.Ed selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kebutuhan Khusus yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan
studi dengan tepat pada waktunya
2. Bapak Dr. Zaenal Alimin, M.Ed selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing, mengarahkan, serta memotivasi peneliti dengan penuh ketulusan
dan kesabaran sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
3. Bapak Dr. Didi Tarsidi, M.Pd selaku pembimbing II yang telah membimbing,
mengarahkan, memotivasi, serta memberikan pesan-pesan positif kepada peneliti
dengan penuh ketulusan dan kesabaran sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
4. Seluruh staf Dosen pada program studi pendidikan kebutuhan khusus yang telah
banyak memberikan bimbingan selama proses perkuliahan dan telah memberikan
saran secara tidak langsung kepada peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Orangtuaku yang tercinta, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan
keberkahan kepada mereka karena sampai detik ini merekalah yang selalu
memberikan bukti nyata kasih sayangnya sebagai perpanjangan tangan Rabb
Yang Maha Lembut, sehingga ananda bisa mencapai kesuksesan sampai pada
tingkat sejauh ini.
6. Adik-adikku yang kucintai, karena semangat dan cintanya kakak selalu optimis
untuk menjadi contoh dan turut memberikan kontribusi agar kalian mencapai
kesuksesan dalam semua aspek kehidupan.
7. Pada teman seperjuangan, kak Inel, ukh Dolly, ukh Rini, ukh Ade, ukh Dina, ukh
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kawan-kawan lain yang tidak sempat dituliskan namun selalu bernaung dalam
hati.
8. Para sahabat, mahasiswa S2 Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
angkatan 2012, atas segala kebersamaan dalam suka dan duka selama menempuh
pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus SPs UPI
Bandung.
Semoga segala bantuan yang diberikan kepada peneliti mendapat imbalan
pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya, peneliti berharap semoga hasil
penelitian ini dapat menjadi pijakan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Dan
tentunya kesempurnaan hanyalah milik Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa dan
kekurangan adalah milik kita sebagai makhluk-Nya. Akhir kata, peneliti berharap
tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandung, Juli 2014
Penulis
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Rabbil’alamin, segala puji beserta syukur kepada Allah SWT,
atas pertolongan, rahmat, dan ridha-Nya, tesis yang berjudul “Program Pelatihan
Orangtua untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Down Sindrom” dapat
diselesaikan. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh
gelar magister pendidikan dalam bidang Pendidikan Kebutuhan Khusus pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (SPs UPI).
Penelitian ini berawal dari fenomena peran orangtua dalam meningkatkan
kualitas hidup (Family Quality of Life) anak berkebutuhan khusus. Keadaan ini tentu
membutuhkan perhatian dari praktisi, akademisi pendidikan terutama dari bidang
Pendidikan Kebutuhan Khusus. Hal yang dimaksudkan adalah menyangkut
perkembangan kemampuan anak berkebutuhan khusus contohnya anak Down
Syndrome. Orangtua adalah merupakan lingkungan microsistem dalam
mempengaruhi perkembangan kemampuan anak sebagai sumber belajarnya.
Penerimaan orangtua terhadap kondisi yang dialami anak tentunya sangat
mempengaruhi pemberian stimulus atau intervensi terhadap hambatan
perkembangannya. Untuk dapat memberikan intervensi tersebut perlu adanya
pemahaman dan pengetahuan orangtua terhadap kondisi yang dialami anak. dengan
pemahaman yang baik pada orangtua tentunya akan mempengaruhi penerimaan
lingkungan yang lebih luas terhadap kondisi Anak. untuk menuju hal tersebut dalam
penelitian bertujuan merancang program pelatihan orangtua yang dapat dipergunakan
dalam meningkatkan pehamahan orangtua terhadap kondisi dan dan mengembangkan
keterampilannya dalam merancang intervensi untuk hambatan perkembangan anak
mereka. Sehingga dengan hal tersebut cita-cita untuk membuat kehidupan anak
berkebutuhan khusus di tengah keluarga dan lebih luasnya di lingkungan masyarakat
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat banyak
kekurangan. Hal ini tidak terlepas dari hakikat peneliti sebagi manusia yang tidak
bersifat sempurna dan memiliki keterbatasan pemahaman dan pengetahuan. Oleh
karena itu saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi melengkapi
tesis ini.
Bandung, Juli 2014
Penulis
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
B. RUMUSAN MASALAH DAN PERTANYAAN PENELITIAN ... 6
C. TUJUAN PENELITIAN ... 6
D. MANFAAT PENELITIAN ... 7
E. DEFENISI KONSEP ... 7
BAB II KAJIAN TEORI ... 9
A. TEORI EKOLOGI SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN PROGRAM INTERVENSI DINI ... 9
B. KONSEP FAMILY QUALITY OF LIFE ... 14
C. PROGRAM PELATIHAN ORANGTUA ... 18
D. ANAK DOWN SYNDROME ... 21
E. PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA ... 29
F. HASIL PENELITIAN TERDAHULU ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
A. PROSEDUR PENELITIAN ... 39
B. LOKASI DAN PARTISIPAN PENELITIAN ... 42
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 44
D. PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN ... 45
E. TEKNIK ANALISIS DATA ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A. HASIL PENELITIAN ... 50
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Upaya Orangtua Dalam Menstimulasi Perkembangan
Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome ... 65
3. Rancangan Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome ... 75
4. Hasil Uji Keterlaksanaan Progran Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Down Syndrome ... 77
B. PEMBAHASAN ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 113
A. KESIMPULAN ... 119
B. REKOMENDASI ... 125
DAFTAR PUSTAKA ... 127
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Dimensi Konsep Family Quality Of Life ... 17
Tebel 2.2 Transkrip Ujaran Anak ... .... 34
Tabel 2.3 Pengukuran Mean Length Uttarance ... .... 35
Tabel 3.1 Analisis Ujaran Anak ... .... 47
Tabel 3.2 Skala Pengukuran Mean Length Uttarance ... .... 48
Tabel 4.1 Rangkuman Deskripsi Intervensi Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Down Syndrome Berdasarkan Konsep FQoL ... .... 86
Tabel 4.2 Draft Rancangan Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Down Syndrome ... 94
Tabel 4.3 Desain Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Down Syndrome ... 102
Tabel 4.4 Draft Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Down Syndrome ... 103
Tabel 4.5 Program Intervensi Dini Dari Orangtua ... 112
Tabel 4.6 Hasil Uji Keterlaksanaan Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Down Syndrome ... 115
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Tabel 2.1 Teori Ekologi Microsistem ... 11
Tabel 3.1 Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research And Development ... 39
Tabel 3.2 Prosedur Penelitian Program Pelatihan Orangtua ... 40
Tabel 4.1 Deskripsi Tahap Pelaksanaan ... 79
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Program Pelatihan Orangtua
Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Down Syndrome ... 131
B. Instrument Pertayaan Wawancara ... 134
C. Transkrip MLU Anak ... 138
D. Catatan Lapangan ... 150
E. Transkrip Wawancara Orangtua ... 167
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome ditengah sebuah keluarga. Keberadaannya akan mempengaruhi kualitas hidup keluarga Family Quality of Life (FQoL) tersebut dengan kondisi yang mereka
bawa. Judul penelitian ini adalah “Program Pelatihan Orangtua untuk
Pemerolehan Bahasa Pertama Anak Down Syndrome”. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan program pelatihan orangtua dalam mengoptimalkan kemampuan pemerolehan bahasa pertama anak Down Syndrome. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Research and Development (R&D) dengan pendekatan studi kasus. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Subjek penelitian ini adalah tiga keluarga yang terdiri dari dua keluarga informan utama dan satu keluarga untuk uji keterlaksanaan program. Data diolah dengan melakukan analisis isi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kondisi kemampuan pemerolehan bahasa anak dipengaruhi oleh lingkungan micrositemnya (2) pemahaman orangtua terhadap kondisi anak mempengaruhi intervensi terhadap hambatan perkembangannya (3) dimensi FQoL yang ada pada keluarga dapat mewujudkan kualitas hidup keluarga terutama anak (4) perlunya kerjasama ahli bidang layanan bagi anak berkebutuhan khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman orantua dalam intervensi dini anak berkebutuhan khusus.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka sangat diperlukan usaha-usaha peningkatan
FQoL pada keluarga dan saran-saran dalam penelitian ini berupa anjuran yang
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Parent’s Trainning Program for Language Aquisition to Children With Down Syndrome
Rahmi Khalida 1201654
Special Need Education
ABSTRACK
One of a special needs children is a Down Syndrome in a family. This condition
will influence the quality of family life. The title of the research is “Parent’s
Trainning Program for Language Aquisition to Children With Down Syndrome”.
The research purpose are to formulate parent’s training program in optimalisation
of language aquisition for children with Down Syndrome. The method in this study using research and development with a case study design. The data are collected by interview and observation. The partisipants consist of three family that are divided into two family as main partisipant and one family for program implementation testing. The data is analyzed using content analysis
The result of this study show that (1) children language aquisition are influenced
by environment of microsystem, (2) Parents’ understanding about their child
codition influence the intervention due to development disorder, (3) the dimension og FQoL in family lead children to Family Quality of Life, (4) the importance of expert cooperation service for children with special needs in order to improve
knowledge and parents’ understanding in early intervention for children with
special needs.
Based on the description above, it is necessary to have improvement of FqoL in
family and this study is suggested to parents’, experts’ of children with special
1
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
berhubungan dan berinteraksi contohnya antara orangtua dan anak mereka.
Bahkan interaksi ini sudah terlihat di fase awal terlihat dari saling tatap atau
kontak mata (Fogel, et al. 1988 dalam Santrock,2007:157). Pada tahap
selanjutnya akan terjadi hubungan timbal balik dan ketika terjadinya sinkronisasi
dalam hubungan antara orangtua dan anak maka secara positif itu juga
berhubungan dengan kompetensi sosial anak (Harrist,1993 dalam
Santrock,2007:159).
Hubungan yang positif antara orangtua dan anak akan terjadi tentunya jika
adanya penerimaan yang baik dari orangtua. Setiap orangtua tentu akan memiliki
perasaan yang bahagia ketika mempunyai anak yang sehat, cerdas, memiliki fisik
yang normal. Namun ketika orangtua harus mendapatkan anak yang memiliki
kebutuhan khusus, kebanyakan mereka akan berat sekali untuk menerima
keadaan tersebut. Banyak aspek yang menjadi tantangan bagi mereka yang
kadang membuat mereka tidak kuat untuk menerima keaadaan anaknya. Namun
ada juga orangtua yang salah mengartikan anak berkebutuhan khusus ini
contohnya dalam memenuhi kebutuhan perkembangan mereka, orangtua
cenderung kurang mengajari anaknya tetapi malah mendidiknya dengan dasar
kasihan terhadap kondisi anak, sehingga permasalahan anak berkebutuhan khusus
menjadi sangat kompleks.
Pada dasarnya yang harus disadari oleh orangtua adalah bahwa mereka
atau anak-anak mempunyai kebutuhan fisik dan psikologis. Sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Maslow,1968 (Allen&Marotz,2010:4-5) bahwa “Semua anak -anak, yang berkembang dengan normal, yang mengalami kelainan
2
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mempunyai persamaan kebutuhan fisik dan psikologis”. Bagi orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus tentu harus belajar banyak untuk
kelangsungan hidup anak dan keluarga mereka. Adapun aspek yang harus mereka
pelajari mulai dari tumbuh kembang, bina diri, pengasuhan, pendidikan dan
banyak lagi aspek lainnya. Membahas perkembangan anak tentunya ada beberapa
bidang utama yang difokuskan yaitu: fisik, motorik, perseptual, kognitif,
personal-sosial, dan bahasa (Allen&Marotz, 2010:23). Maka hal ini lah yang
harus diperhatikan oleh orang tua sejak dini agar pemenuhan tugas
perkembangan anak dapat dioptimalkan.
Berbahasa pada umumnya banyak anak-anak merasakan bahwa itu adalah
suatu keterampilan yang rumit. Pemakaian bahasa terasa lumrah karena memang
tanpa diajari oleh siapa pun. Seorang bayi akan tumbuh bersamaan dengan
pertumbuhan bahasanya. Dari umur satu sampai dengan satu setengah tahun
seorang bayi mulai mengeluarkan bentuk-bentuk bahasa yang telah dapat kita
identifikasikan sebagai kata. Seseorang saat menyampaikan suatu informasi
kepada orang lain pada dasarnya menggunakan bahasa. Secara definisi “Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu
sistem masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya,
berdasarkan pada budaya yang mereka miliki bersama”
(Dardjowidjodjo,2010:16). Dari definisi ini sangat jelas pentingnya bahasa
dalam menyampaikan suatu informasi baik itu berupa berita, keinginan, pesan
dan lain sebagainya. Begitupun dengan anak berkebutuhan khusus akan
menggunakan bahasa sebagi alat untuk menyampaikan keinginannya pada orang
lain.
Pemerolehan bahasa pada anak dilakukan secara natural pada waktu dia
belajar bahasa ibunya (native language). Hal ini selaras dengan yang
dikemukakan Paivio and Beg, (Gleason,et al., 1981:148), “Language acquisition
3
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
secara naturalistik untuk memproduksi dan menafsirkan bahasanya sebagai alat
komunikasi sosial mulai dari awal sampai dengan terakhir perkembangannya.
Dalam hal ini anak juga belajar memahami dan mempersepsikan ujaran orang
lain. Dalam pandangan teori behaviorisme, mereka menekankan lingkungan
adalah sebagai sumber memperoleh pengetahuan termasuk pengetahuan bahasa.
Anak belajar bahasa mulai dari mendengarkan, mempersepsikan, memahami, dan
sampai pada tahap merespon. Dari gambaran di atas terlihat baik nature maupun
nurture diperlukan dalam pemerolehan bahasa. Nature diperlukan karena tanpa
bekal kodrati makhluk tidak dapat berbahasa. Dan nurture juga diperlukan karena
tanpa adanya input dari alam sekitar bekal kodrati itu tidak akan
terwujud.(Dardjowidjojo,2010:237)
Pada dasarnya bahasa dan inteligensi adalah dua faktor yang saling
berhubungan. Anak tunagrahita secara umum adalah individu yang mengalami
keterbatasan dalam intelegensinya, sehingga para ahli mendefinisikan
ketunagrahitaan berdasarkan keterbatasan bahasanya. Diasumsikan secara umum
bahwa bahasa diperlukan untuk sebagian besar proses berpikir tingkat tinggi, dan
oleh karenanya sebagian besar item dalam kebanyakan tes inteligensi melibatkan
stimulus verbal, respon verbal, atau keduanya. Menurut Ingalls ( Imandala:2012 )
“Minimnya pembendaharaan kata dalam keterampilan bahasa mungkin
merupakan karakteristik yang paling menonjol yang membedakan antara orang
tunagrahita dan non-tunagrahita”. Salah satu jenis ketunagrahitaan yang diambil peneliti dalam penelitian ini adalah Down Syndrome.
Dalam realitanya banyak anak Down Syndrome mengalami gangguan
ujaran (speech disorder) dan gangguan bahasa (language disorder). Hal ini adalah
hambatan yang terjadi akibat dari keterbatasan intelegensi tersebut. Adapun
pengertian dari gangguan ujaran adalah kesulitan dalam berbicara, tetapi belum
tentu anak lemah dalam pengetahuannya tentang bahasa. Gangguan ujaran pada
umumnya berupa masalah dalam artikulasi. Ini mencakup substitusi (satu bunyi
diganti dengan bunyi lain), dan omisi (menghilangkan bunyi sama sekali,
4
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilihat dari kemampuan berkomunikasi dan saling berkomunikasi melalui
bahasanya, karena berkomunikasi pada hakikatnya adalah berbahasa. Dapat
dilihat kecakapan berbahasa ini adalah tugas perkembangan yang utama bagi
seorang anak. Bisa dibayangkan apabila perkembangan bahasa ini mengalami
hambatan dan tidak disikapi cepat oleh orangtua maka aspek yang ikut terlambat
selanjutnya adalah seperti keterampilan berkomunikasi, bersosialisasi,
kemampuan akademik dan lain sebagainya.
Jumlah elemen yang mengandung arti dalam kalimat yang diucapkan anak
dapat dapat diukur dengan Mean Length of Utterance (MLU). MLU merupakan
satu kaidah yang digunakan untuk mengukur produk linguistik yang dihasilkan
oleh seseorang anak. Secara umum, penghitungan MLU dilakukan dengan
membagi bilangan morfem dengan bilangan ujaran. Semakin tinggi MLU anak
maka semakin meningkat penguasaan berbahasa anak tersebut. Pada anak Down
Syndrome usia 4-7 tahun akan terlihat perkembangan bahasanya baik ujaran dan
juga jenis frasa yang sudah muncul pada ujaran anak tersebut.
Adapun realita di lapangan yang ditemukan beberapa anak Down
Syndrome mampu mencapai proses perkembangan pemerolehan bahasa dengan
baik. Hal ini banyak dipengaruhi oleh stimulus yang diberikan orangtua untuk
melatih dan mengembangkan potensi anak dalam gaya pengasuhannya. Gaya
pengasuhan merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi, membimbing,
membina, dan mendidik anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari dengan
harapan menjadikan anak sukses menjalani kehidupan ini. Menurut Santrock
(2007) menyatakan bahwa cara orangtua dalam merespon kebutuhan anak,
membuat aturan kendali dan penerapannya dan menjadi individu yang dewasa
secara sosial serta dapat menemukan solusi terbaik dalam setiap
permasalahannya.
Kealamian pemerolehan bahasa tidak dibiarkan mengalir begitu saja, tetapi
diusahakan sedemikian rupa sehingga anak mendapat stimulus positif sebanyak
dan sevariatif mungkin. Dengan begitu, diharapkan anak tidak akan mengalami
5
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seseorang yang terampil berbahasa. Oleh karena itu gaya pengasuhan yang
kreatif, inovatif, seimbang, dan sesuai dengan tahap kebutuhan perkembangan
anak akan menciptakan interaksi dan situasi komunikasi yang memberi
kontribusi positif terhadap ketrampilan berbahasa anak.
Karena keterbatasan yang dimiliki oleh anak Down Syndrome maka
haruslah orangtua mempunyai keterampilan atau kecakapan khusus untuk
memfasilitasi segala kebutuhan anak mereka. Hendaknya orangtua mampu
mengoptimalkan potensi anak yang masih bisa dimaksimalkan. Dengan begitu
hidup anak akan lebih berarti dan juga dapat mandiri. Namun hal ini juga
didukukung oleh berbagai aspek dan yang paling utama adalah dukungan dari
orangtua anak tersebut. Kurangnya dukungan orang tua terhadap anak
berkebutuhan khusus tentu mempunyai banyak alasan. Seperti contoh orang tua
tidak mengetahui apa itu anak berkebutuhan khusus, bagaimana harus memenuhi
kebutuhan mereka, bagaimana kebutuhan perkembangannya dan masih banyak
lagi hal lain yang harus mereka pelajari demi kelangsungan hidup anak mereka.
Berdasarkan hal tersebut jelas diperlukan adanya program yang dapat
menunjang dukungan orangtua terhadap perkembangan anak berkebutuhan
khusus. Program ini nantinya dapat dijadikan pedoman bagi orangtua dalam
perkembangan anak mereka di rumah untuk mengatasi masalah perkembangan
bahasa. Secara spesifik dapat dijelaskan program yang dimaksud di sini adalah
program pelatihan orangtua dalam mengoptimalkan perkembangan pemerolahan
bahasa pertama anak Down Syndrome. Oleh karena itu penulis merasa perlu
melakukan penelitian agar program yang di harapkan dapat terhimpun dengan
baik. Dalam pengumpulan data ini peneliti akan mengambil tempat penelitian di
Padang, Sumatera Barat karena pemerolehan bahasa pertama yang akan diteliti
adalah bahasa Minang. Penjaringan dilakukan di beberapa tempat untuk
mendapatkan subjek penelitian ini. Anak Down Syndrome dan orangtuanya akan
menjadi subjek penelitian dalam hal ini. Dan untuk usia anak tersebut antara 4
6
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. RUMUSAN MASALAH DAN PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah “Bagaimana program pelatihan orang tua untuk pemerolehan bahasa pertama anak Down Syndrome?”
Berdasarkan rumusan penelitian tersebut, dikemukakan pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi pemerolehan bahasa pertama anak Down Syndrome
berdasarkan hasil pengukuran Mean Lenght Uttarance (MLU)?
2. Bagaimana upaya orangtua dalam menstimulasi pemerolehan bahasa
pertama anak Down Syndrome?
3. Bagaimana rumusan program pelatihan orangtua untuk pemerolehan
bahasa pertama bagi anak Down Syndrome?
4. Bagaimana keterlaksanaan program pelatihan orangtua untuk pemerolehan
bahasa pertama bagi anak Down Syndrome?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dalam penelitian ini adalah tersusunnya program pelatihan
orangtua untuk perkembangan pemerolehan bahasa pertama bagi anak Down
Syndrome. Adapun proses dalam mencapai tujuan penelitian tersebut dapat
dirinci sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan kondisi perkembangan pemerolehan bahasa pertama
anak Down Syndrome berdasarkan hasil pengukuran Mean Length
Uttarance (MLU).
b. Mendeskripsikan upaya orangtua dalam menstimulasi perkembangan
pemerolehan bahasa pertama anak Down Syndrome.
c. Menyusun program pelatihan orangtua untuk pemerolehan bahasa
7
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Mengkaji keterlaksanaan program pelatihan orangtua dalam
mengoptimalkan perkembangan pemerolehan bahasa pertama bagi anak
Down Syndrome.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat secara praktis yaitu adanya
perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku orangtua dalam mendidik anaknya
yang berkebutuhan khusus dan memperbaiki pelaksanaan program pelatihan
orangtua untuk pemerolehan bahasa pertama bagi anak Down Syndrome. Dan
secara teoritis hendaknya penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap
pengayaan disiplin ilmu pendidikan kebutuhan khusus terutama bagi para ahli
bidang pelayanan anak berkebutuhan khusus serta dapat memotivasi peneliti
selanjutnya untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
E. DEFINISI KONSEP
Untuk menghindari adanya kesalahpahaman mengenai istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, penulis memberikan penjelasan pada
istilah-istilah yang digunakan yaitu:
1. Teori Ekologi
Teori ini terdiri dari lima sistem lingkungan yang meliputi interaksi
interpersonal sampai pada pengaruh kultur yang lebih luas. Kelima
sistem tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, eksosistem,
makrosistem dan kronosistem. (Santrock,2007:156-157)
2. Family Quality of Life
Menurut Zuna et al. (Schalock,2008) FQoL merupakan pandangan
dinamis mengenai kesejahteraan keluarga yang dihayati baik secara
kolektif maupun secara subyektif oleh setiap anggota keluarga, dimana
kebutuhan-kebutuhan individual maupun kebutuhan keluarga saling
8
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Program pelatihan orangtua
Program pelatihan orangtua dalam penelitian ini adalah pelatihan
yang menekankan pada usaha untuk belajar dan membiasakan diri agar
mampu memberikan stimulasi berkenaan dengan perkembangan
pemerolehan bahasa pertama pada anak Down Syndrome. Kegiatan
pelatihan ini merupakan rangkaian kegiatan lanjutan dari hasil analisis
Mean Length Uttarance anak dan upaya orangtua dalam menstimulasi
perkembangan pemerolehan bahasa pertama anak yang telah dilakukan
sebelumnya.
4. Pemerolehan bahasa pertama
Menurut yang dikemukakan Oktavianus, “Setiap anak yang normal
akan belajar bahasa pertama (bahasa ibu) dalam tahun-tahun pertamanya
dan proses itu terjadi hingga kira-kira umur lima tahun” ( Harras, 2009: 35). Dalam proses perkembangan, semua anak manusia yang normal
paling sedikit memperoleh satu bahasa alamiah. Dengan kata lain, setiap
anak yang normal atau mengalami pertumbuhan yang wajar memperoleh
satu bahasa, yaitu bahasa pertama atau bahasa ibu dalam tahun-tahun
pertama kehidupannya.
5. Down Syndrome
Down Syndrome adalah suatu bentuk kelainan fisik dan mental yang
disebabkan oleh kelainan genetik pada kromosom 21. Seseorang dengan
Down Syndrome biasanya memiliki ciri-ciri fisik berupa profil wajah
datar dengan lidah besar, jari-jari pendek dan gemuk, dan lipatan
9
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kematangan mental yang lebih lambat dari orang normal lainnya
38
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian seorang peneliti memerlukan sistematika
yang jelas tentang langkah-langkah yang akan diambil sehubungan dengan
tujuan penelitian yang ingin dicapainya. Dalam metode penelitian akan
tergambar prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh. Metode yang
dimaksud dalam penelitian ini berkaitan dengan pendekatan, desain, strategi,
proses, prinsip, prosedur dan pelaksanaan penelitian dalam rangka pengumpulan
data dan analisis serta pemeriksaan keabsahan data hasil penelitian.
Langkah awal dari penelitian ini adalah memulai dari pengumpulan data
dengan metode studi kasus dan kemudian dilanjutkan dengan analisis kualitatif.
Alasan memilih metode ini karena studi kasus menyiratkan peneliti melakukan
analisis yang intensif pada satu unit analisis yang diteliti. Myers,2009 (dalam
Suryabrata,2013) mendefinisikan Case Study kualitatif sebagai penelitian yang
menggunakan bukti empiris dari satu atau lebih organisasi dan peneliti berusaha
mempelajari permasalahan dalam konteksnya.
Sesuai dengan fokusnya Case Study adalah untuk menjawab permasalahan
penelitian yang dimulai dengan kata tanya bagaimana atau mengapa. Dan hal ini
digunakan untuk meneliti kejadian nyata di masa kini dan (kontemporer) dimana
peneliti tidak dapat mengendalikannya dan mungkin saja semua kejadian yang
diamati terjadi dalam waktu yang bersamaan. Case study sebagai alat yang
digunakan untuk menguji dan menyempurnakan hipotesis dalam suatu kasus
nyata.
Pendekatan penelitian ini adalah Research and Development (R&D). R&D
adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan
menguji keefektifan produk tersebut (Sugiono.2012:297). Berikut ini
39
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar.3.1
Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development (R&D)
Dalam menggunakan pendekatan R&D harus mempertimbangkan waktu
yang dibutuhkan karena penelitian ini memerlukan waktu lebih dari 1 tahun
dalam menyelesaikan pengembangan sebuah produk (Gall and Borg.
2003:575). Oleh karena itu, kegiatan penelitian dan pengembangan untuk
program S2 dapat dihentikan sampai dihasilkan draft model, tanpa pengujian
hasil (Sukmadinata.2011:187).
A. PROSEDUR PENELITIAN
Untuk mencapai tujuan penelitian penelitian yang telah ditetapkan maka
diperlukan alur penelitian. Adapun alur dari prosedur penelitian yang terdiri
dari 3 tahap, sebagaimana digambarkan pada skema di bawah ini.
Potensi dan
Revisi Produk Produksi massal Batas tahapan penelitian
40
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2
Prosedur Penelitian Program Pelatihan Orangtua
Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap. Hal itu
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Studi Kasus
Pada tahap ini peneliti menggali data dengan metode studi kasus pada
keluarga yang dianggap berhasil mengintervensi hambatan perkembangan
anaknya dan mengobservasi kondisi kemampuan bahasa pertama anak.
Peneliti mencoba menggali data mengenai dimensi-dimensi yang terdapat
Tahap studi pendahuluan
bahasa pertama anak dan upaya intervensi dari orangtua
Ujicoba
41
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada keluarga dalam mengintervensi hambatan anak yang diharapkan
dapat diimplementasikan pada keluarga lain yang mempunyai anak
dengan hambatan yang sama dan belum maksimal dalam mengintervensi
hambatan anak. Agar dapat mengungkap data pada keluarga tersebut
maka akan dikumpulkan data melalui pendekatan studi kasus (case study
approach) .
2. Tahap Perancangan Program.
Data kualitatif yang terhimpun dari hasil telaahan teori, studi empiris di
lapangan akan dilanjutkan dengan perancangan draft program pelatihan
orangtua. Selanjutnya divalidasi oleh pakar. Hasil konkrit dari program
yang telah divalidasi direvisi kembali dan siap untuk diujicobakan
keterlaksanaannya pada keluarga.
3. Tahap Ujicoba Keterlaksanaan
Pada tahap ini peneliti berusaha mengkaji keterlaksanaan program
pelatihan orangtua untuk pemerolehan bahasa pertama yang telah
dikembangkan bagi anak Down Syndrome. Dengan memberikan pelatihan
kepada subjek baru sesuai kriteria atau keluarga yang mempunyai anak
Down Syndrome selama beberapa kali pertemuan. Dilanjutkan dengan
mengevaluasi program yang dilakukan tersebut. Berdasarkan dari hasil
tersebut maka dibuatkan analisis keterlaksanaan, sebagai akhir hasil
penelitian yang berbentuk hasil analisa uji keterlaksaan program.
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan tentang
deskripsi kondisi objektif MLU anak Down Syndrome akan mengumpulkan
data kuantitatif pengukuran ujaran anak dan keberhasilan orangtua dalam
memberikan stimulus untuk perkembangan pemerolehan bahasa pertama anak
Down Syndrome akan diambil adalah data kualitatif. Agar semua data dapat
42
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merekam anak ketika berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain.
Observasi ini dilakukan secara naturalistik pada kegiatan anak sehari-hari.
Penelaahan berbagai sumber data ini membutuhkan berbagai macam
instrumen pengumpulan data. Oleh karena itu peneliti dapat menggunakan
wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, kuesioner (hasil survei),
rekaman, bukti-bukti fisik, dan sebagainya (Sarosa,2012). Dalam hal ini
peneliti menggunakan observasi dan wawancara sebagai instrumen
pengumpulan data.
Subjek dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai anak Down
Syndrome umur 4-7 tahun. Program yang akan dirumuskan dalam penelitian ini
ditujukan kepada orangtua sebagai panduan orangtua. Tujuan dari pembuatan
dari program ini yakni orangtua mampu memberikan intervensi kepada
anaknya dalam mengoptimalkan pemerolehan bahasa anak tersebut.
B. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam studi kasus untuk merancang draft program ini
berada di kota Padang dalam dua keluarga yang mempunyai anak Down
Syndrome usia 4-7 tahun. Alasan pemilihan lokasi ini yaitu karena peneliti
mengambil bahasa Minang menjadi bahasa pertama anak yang akan
dijadikan subjek penelitian. Dan lokasi penelitian dalam uji keterlaksanaan
berada di kota Bandung karena peneliti akan melihat keterlaksanaan dari
program yang dirumuskan dari keluarga yang diaggap berhasil dalam
mengintervensi hambatan perkembangan anaknya. Oleh sebab itu uji
keterlaksanaan di lakukan pada subjek yang berbeda yaitu keluarga yang
baru.
43
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Subjek dalam penelitian ini adalah keluarga. Keluarga yang dimaksud
adalah orangtua atau ayah dan ibu anak tersebut. Adapun kriteria
pemilihan keluarga dalam penelitian ini didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan yaitu, sebagai berikut:
1) Orangtua yang memiliki anak Down Syndrome usia 4-7 tahun
2) Orangtua yang langsung terlibat dalam pengasuhan anaknya.
Pada tahap ujicoba keterlaksanaan program yang menjadi subjek
untuk ujicoba keterlaksanaan program adalah satu keluarga yang
mempunyai anak Down Syndrome yang berdasarkan observasi dan
wawancara orangtua disimpulkan anak belum mendapatkan intervensi
yang optimal dalam kemampuan pemerolehan bahasa pertamanya.
Alasan pemilihan anak dengan usia 4-7 tahun didasarkan pada asumsi
bahwa perkembangan pemerolehan bahasa anak pada usia tersebut,
kosakata dan keterampilan intelektual berkembang secara pesat,
memungkinkan anak untuk mengekspresikan gagasannya, memecahkan
masalah, dan membuat rencana (Eileen A. & Lynn R.,2010 dikutip
Santrock,2007:158). Walaupun perkembangan mental anak Down
Syndrome usia 4 tahun berbeda dengan perkembangan mental anak pada
umumnya, tetapi berdasarkan batasan ini kita dapat melihat keberfungsian
organ bahasanya terhadap perkembangan pemerolehan bahasa pertama
anak.
Penentuan subjek sebagai subjek dalam penelitian kualitatif tidak
dimaksudkan untuk mewakili suatu populasi tertentu. Namun penelitian
dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu. Sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2012) “teknik pengambilan sampel yang
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu dimaksudkan untuk
44
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini disebut dengan purposive sampling.” Dengan purposive sampling
memungkinkan peneliti untuk mengungkap data realita secara lebih baik.
Adapun subjek tambahan dalam penelitian ini yaitu anggota keluarga
yang berada dalam rumah tersebut seperti kakak, paman, bibi, kakek,
nenek dan lain sebagainya itu tidak ditentukan sebelumnya, tetapi bergulir
dengan cara “snow ball”. Artinya ketika anak berinteraksi dengan anggota keluarga, peneliti akan mengklarifikasi kejadian yang dilihat melalui
pengamatan dan mengkonfirmasi data melalui wawancara. Alasan peneliti
supaya memperoleh data se-alami mungkin, tanpa intervensi dan tidak
dikondisikan sebelumnya, dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Tahap Perancangan Draft Program
Dalam penelitian ini cara yang digunakan dalam pengumpulan data
mengenai rumusan program pelatihan orangtua dilakukan berdasarkan
hasil observasi dan wawancara dengan orangtua yang berhasil
mengoptimalkan pemerolehan bahasa pertama anaknya. Teknik yang
digunakan dalam kegiatan pengumpulan data penelitian yang berkaitan
dengan program pelatihan orangtua untuk pemerolehan bahasa pertama
bagi anak Down Syndrome adalah observasi dan wawancara. Pertama
observasi, observasi tidak terstruktur, yakni melakukan observasi atau
pengamatan langsung tanpa ada instrumen yang baku dan mencatat atau
merekam segala sesuatu yang terjadi saat kegiatan berlangsung. Alasan
dilakukan observasi ini antara lain agar dapat melihat data secara cepat dan
objektif. Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai
kondisi objektif pemerolehan bahasa pertama anak Down Syndrome
berdasarkan pengukuran MLU-nya dan mengamati kegiatan orangtua
dalam kesehariannya bersama anak. Kedua wawancara, wawancara dalam
penelitian ini adalah wawancara beraturan, karena untuk mengetahui lebih
45
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
orangtua dalam mengintervensi perkembangan bahasa pertama anaknya.
Wawancara juga digunakan untuk menggali data tentang kondisi
perkembangan bahasa anak.
2. Tahap Pengumpulan Data Hasil Uji Keterlaksanaan Program
Program pelatihan orangtua yang telah disusun kemudian
diimplementasikan pada kehidupan nyata di keluarga lain yang
mempunyai anak Down Syndrome. Ujicoba keterlaksanaan dilakukan pada
keluarga yang berbeda karena keluarga pertama atau subjek pada tahap
satu berfungsi sebagai keluarga yang diambil dimensi-dimensi positif
dalam upaya mengoptimalkan perkembangan anak khususnya anak Down
Syndrome. Yang dimaksud sebagai subjek dalam uji keterlaksanaan adalah
keluarga baru yang diambil sesuai dengan kriteria yaitu keluarga yang
mempunyai anak Down Syndrome usia 4-7 tahun dan belum maksimal
dalam mengintervensi hambatan pemerolehan bahasa pertama anak
tersebut. Hal ini dilakukan agar dapat melihat keterlaksanaan program
yang diambil dari dimensi yang terdapat pada keluarga sebelumnya.
Adapun sebelum memberikan pelatihan kepada keluarga tersebut peneliti
melakukan observasi dan wawancara dari orangtua dan anak untuk
melihat kondisi objektifnya. Untuk mendapatkan hasil uji keterlaksanaan
maka akan dikumpulkan data melalui wawancara dengan orangtua anak
setelah pelatihan kepada orangtua dilaksanakan.
D. PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN
Penelitian ini yang memakai pengembangan instrument berdasarkan
kisi-kisi pengumpulan datanya. Adapun langkah-langkah dalam
46
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Tahap I, Studi Kasus
a. Pedoman Observasi. Instrumen ini terdiri dari pedoman observasi
pemerolehan bahasa anak Down Syndrome yaitu pengukuran dengan
MLU dan pedoman sikap orang tua terhadap anak.(lampiran)
b. Pedoman Wawancara. Instrumen ini terdiri dari pedoman wawancara
kepada orang tua mengenai pemerolehan bahasa anak, pemahaman
dan sikap orang tua terhadap kemampuan anak, dan upaya yang
dilakukan orang tua dalam mengoptimalkan pemerolehan bahasa
anak.(lampiran)
2. Tahap II, Rancangan Program
a. Pedoman validasi program. Validasi yang dilakukan berkenaan
dengan program yang telah peneliti rumuskan. Validasi dilakukan
oleh pakar sehingga dapat menguatkan program dengan koreksi dan
rekomendasinya.
3. Tahap III, Uji Keterlaksanaan Program
a. Pedoman observasi. Observasi yang dilakukan agar memungkinkan
peneliti melihat dan mengamati sendiri, kemudian memberikan
catatan tentang perilaku dan kejadian sebenarnya.
b. Pedoman wawancara. Dalam uji keterlaksanaan bertujuan melihat
implementasi program pelatihan digunakan orangtua anak Down
Syndrome, pemahaman orang tua terhadap program dan sikap orang
tua dalam menjalani program tersebut. Adapun instrumen wawancara
dalam uji keterlaksaan ini dikembangkan berdasarkan tujuan program
pelatihan orantua.(lampiran)
E. TEKNIK ANALISIS DATA
Secara garis besar analisis data hasil penelitian dilakukan dalam dua
tahap secara terpisah yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif.
47
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk analisis data ini langkah-langkah yang dilakukan yaitu :
Pertama, pengumpulan data dalam bentuk catatan lapangan,rekaman
wawancara dan observasi. Kedua, reduksi data yakni merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal penting, mencari
tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Ketiga, display data
yakni penyajian data dalam pola, data terorganisasikan, tersusun dalam
pola hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami. Keempat,
verifikasi yakni memilih yang penting, membuat kategori dan
membuang yang tidak dipakai, penarikan kesimpulan dan verifikasi
(Sugiono,2013:334)
Analisis data dilakukan secara terus-menerus mulai dari awal penelitian
sampai ahkir baik itu data observasi maupun data wawancara. Untuk
mengolah data observasi mengenai kondisi ujaran anak juga akan
diperkuat dengan hasil pengamatan langsung dan wawancara peneliti
kepada orangtua anak tersebut. Adapun penjelasan mengenai cara
menganalisis data observasi analisis pengukuran Mean Length
Uttarance (MLU) berupa rekaman ujaran anak menurut Dardjowidjojo
(2010 : 241) yaitu, sebagai berikut :
Rumus Mean Length Uttarance (MLU)
Contoh :
Tabel 3.1 Analisis Ujaran Anak
No. Ujaran ∑ Ujaran ∑ Morfem
1. Ma-ma(2)/ mam(1) ki-ma (2) / 2 5
48
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bang ,(1) / ke-sini-lah (3)/ game bang (2) / 3 6
4. Kumlam… (1) / ma… (1) / 2 2
Σ 8 14
1,75
Maka setelah secara keseluruhan data MLU dianalisis dan didapatkan
MLU masing-masing anak, selanjutnya akan ditentukan tahap
pemerolehan bahasa anak tersebut sesuai dengan teori Brown dalam
Dardjowidjojo (2010, 241). Dan ukuran tersebut dibagi atas
bagian-bagian seperti yang dijelaskan di bawah ini :
Tabel 3.2 Pengukuran Mean Length Uttarance menurut Teori Roger Brown, 1973 (Mara’at,2005)
TAHAP USIA(bulan) MLU Keterangan
I 15-30 1.5-2.0
Pembendaharaan kata terdiri atas kata benda dan kata
kerja dengan sedikit kata sifat dan kata bantu. Misal :
“da-dah Mama”, “da-dah Papa”, “ikan besar”
II 28-36 2.0-2.5
Kalimat-kalimat anak mulai kompleks, kata majemuk
terbentuk, mereka menggunakan preposisi, kata kerja
tak beraturan,tensisi, bentuk jamak
III 36-42 2.5-3.0
Muncul pertanyaan-pertanyaan “Ya-tidak”,
“siapa,apa,dimana”, kata-kata negatif (tidak) dan kata-kata imperatif (perintah-permohonan) digunakan
49
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahasa lebih konsisten, mengaitkan kalimat satu
dengan kalimat lain
V 46-52+ 3.7-4.5+
Kalimat lebih kompleks dengan menggabungkan 2
atau lebih kalimat, kalimat-kalimat sederhana dan
hubungan-hubungan proposisi terkoordinasi
2. Tahap Uji Keterlaksanaan Program
Dalam uji keterlaksanaan program data akan dianalisis dengan memakai
analisis kualitatif. Data yang telah dikumpulkan dengan wawancara dan
observasi yang dilakukan bersama orangtua anak. langkah yang akan
digunakan dalam analisis ini serupa dengan langkah pada analisis data
pada tahap sebelumnya. Adapun langkah dari analisis data tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data dalam bentuk wawancara dan observasi.
b. Reduksi data yakni merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal penting, mencari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu.
c. Display data yakni penyajian data dalam pola, data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan
semakin mudah dipahami.
d. Verifikasi yakni memilih yang penting, membuat kategori dan membuang yang tidak dipakai, penarikan kesimpulan dan
119
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan dan saran yang berkenaan dengan hasil
penelitian ini.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai program
orangtua untuk pemerolehan bahasa pertama anak Down Syndrome maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kemampuan pemerolehan bahasa pertama pada anak dilihat dari
perkembangan ujaran, bahasa ekspresif, bahasa reseptif dan interaksi
sosialnya. Dalam berkomunikasi anak membutuhkan bahasa sebagai
alat dalam menyampaikan keinginannya. Pemerolehan bahasa pertama
adalah suatu kemampuan anak yang perkembangannya dapat
dipengaruhi secara naturalistik atau behavior. Keluarga adalah
lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak sesuai dengan
prinsip behavior dan teori ekologi. Anak yang cukup baik dalam
bahasanya berdasarkan penelitian ini dipengaruhi oleh pengasuhan
orangtua. Orangtua mampu memberikan intervensi terhadap masalah
perkembangan anak. Pemberian stimulus yang tepat untuk hambatan
perkembangan anak maka mengakibatkan anak dapat diterima oleh
lingkungan sosialnya.
2. Orangtua adalah lingkungan mikrosistem yang mempengaruhi
perkembangan kemampuan anak. Keterlibatan orangtua dalam
pengasuhan anak mampu mengarahkan anak pada pengoptimalan
kemampuannya. Adapun yang unsur yang harus ada dalam pengasuhan
orangtua tersebut agar mampu memberikan intervensi yang tepat pada
kebutuhan anak adalah pemahaman orangtua terhadap hambatan
perkembangan yang dialami oleh anak tersebut. Pemahaman orangtua
120
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sesuai dengan konsep FQoL hal tersebut akan meningkatkan kualitas
hidup keluarga terutama anak dengan hambatan perkembangan. Dengan
pemahaman yang dimiliki orangtua akan membentuk motivasi
memberikan solusi terhadap masalah yang dialami anak. Hal pertama
yang terlihat pada orangtua adalah penerimaannya terhadap kondisi
anak. Dapat dilihat dengan giatnya orangtua dalam mencari informasi
mengenai hambatan yang dimiliki anak dan konsisten dalam
memberikan intervensi. Pemberian stimulus yang sesuai dengan
kebutuhan anak dalam memaksimalkan perkembangannya orangtua
lebih kreatif dan lebih sabar dalam memberikan hal tersebut. Orangtua
juga berperan dalam memberikan pemahaman kepada anggota keluarga
lainnya mengenai kondisi anak bahkan orangtua juga melanjutnya
kepada pemahaman yang diberikan kepada masyarakat yang ada di
sekitar anak. Dengan tindakan orangtua ini maka akan tercipta
kerjasama antar semua, keluarga dan lingkungan masyarakat untuk
menjadi sumber belajar dalam mengoptimalkan kemampuan anak. Hal
ini menciptakan iklim yang kondusif terhadap perkembangan anak.
3. Rancangan program pelatihan orangtua ini dirumuskan berdasarkan
hasil penelaahan studi kasus dan studi literatur. Dari hal ini dapat
dianalisis upaya-upaya yang dilakukan oleh orangtua dalam
meminimalisir hambatan perkembangan anak. Intervensi yang
diberikan diimplementasikan dalam pengasuhan anak sehari-hari.
Teknik pengasuhan orangtua mempunyai dimensi-dimensi yang pokok
untuk diterapkan agar tujuan perkembangan anak dapat dicapai. Hal
yang perlu diperhatikan dalam perancangan program adalah kesesuaian
program terhadap kebutuhan perkembangan anak. Adapun
dimensi-dimensi yang mempengaruhi perkembangan pemerolehan bahasa
pertama anak mengadaptasi dari konsep FQoL yaitu; (a) kesehatan
keluarga, yang bertujuan meningkatkan penerimaan anggota keluarga
121
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terhadap perkembangan anak , (b) relasi keluarga, dimensi ini bertujuan
memastikan kondisi lingkungan rumah dan hubungan antar anggota
keluarga yang kondusif dalam memberikan intervensi dan sumber
belajar terhadap kebutuhan terutama perkembangan bahasa pertama
anak, (c) dukungan dari orang lain, bertujuan untuk melatih
kemandirian dan keterampilan orangtua dalam merancang,
menerapkan, dan mengevaluasi program yang diberikan kepada anak,
(d) dukungan dari kelembagaan, yang dimaksudkan adalah sekolah
yang mana bertujuan meningkatkan pengetahuan, motivasi dan
kerjasama orangtua dalam memberikan dan menerapkan intervensi
terhadap kebutuhan perkembangan anak, (e) pemanfaatan waktu luang
dan rekreasi, bertujuan meningkatkan fungsi waktu bersama orangtua
untuk memaksimalkan pengetahuan anak dengan komunikasi dan
interaksi dalam keluarga, (f) interaksi masyarakat, bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai fungsinya sebagai
sumber belajar bagi anak dalam memaksimalkan perkembangan anak.
4. Pada pelaksanaan program pelatihan yang diberikan pada orangtua anak
Down Syndrome terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian oleh
peneliti yaitu sikap atau respon keluarga atau orangtua. Untuk melihat
keterlaksanaan program pelatihan orangtua mempunyai sikap atau
tanggapan yang berbeda-beda. Hasil keterlaksanaan dalam program
pelatihan orangtua untuk pemerolehan bahasa pertama anak Down
122
Tabel 5.1
Kesimpulan Keterlaksanaan Program Pelatihan Orangtua
No Dimensi FQoL Tujuan Keterlaksanaan Program
1 2 3 4
kondisi anak, dampak hambatan serta
solusi terhadap perkembangan anak
Ketercapaian dalam uji keterlaksanaan program sesuai dengan
tujuan dengan memberikan materi seputar kondisi, dampak
hambatan dan solusi, orangtua terlihat antusias ketika
penjelasan tentang materi, berdiskusi dan berbagi masalah
perkembangan anak. Hal ini menunjukkan adanya penerimaan
orangtua yang berbentuk kepedulian terhadap anak dan juga
keterbukaan dalam sikapnya.
2
Relasi keluarga
Memastikan kondisi lingkungan rumah
dan hubungan antar anggota keluarga
yang kondusif dalam memberikan
intervensi dan sumber belajar terhadap
kebutuhan terutama perkembangan
bahasa pertama anak
Ketercapaian tujuan dari materi yang telah diberikan ketika
diamati orangtua mampu memahami materi yang diberikan,
dalam implementasi hubungan antar anggota keluarga
sebelumnya telah baik. Dengan materi yang ada orangtua
dapat lebih memahami tatacara membangun hubungan dan
sikap yang terbuka dalam memberikan stimulus untuk
123
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 2 3 4
3
Dukungan dari
orang lain
Meningkatkan pengetahuan, motivasi
dan kerjasama orangtua dengan ahli
dalam memberikan dan menerapkan
intervensi terhadap kebutuhan
perkembangan anak
Keterlaksanaan dapat dilihat setelah memberikan materi,
orangtua terlihat antusias dalam mempelajari kondisi anak
dari materi-materi yang diberikan. Keterlaksanaan program ini
baru dapat dilihat pada motivasi orangtua yang berkeinginan
untuk memberikan pemahaman tentang kondisi anak kepada
keluarga besar yang sehari-harinya juga bersama anak.
4
Dukungan dari
kelembagaan
Melatih kemandirian dan keterampilan
orangtua dalam merancang,
menerapkan, dan mengevaluasi
program yang diberikan kepada anak
Orangtua belum mendapatkan dukungan kelembagaan untuk
mengatasi hambatan perkembangan anak. Dari tatacara
merancang program intervensi pda anak, orangtua mulai
memperkirakan solusi atau intervensi yang sesuai dengan
kebutuhan dan hambatan perkembangan anak. pada prosesnya
sampai pada tahap evaluasi, orangtua masih memerlukan
pendampingan dalam pelaksanaannya.
124
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 2 3 4
6
Interaksi
masyarakat
Meningkatkan pemahaman masyarakat
mengenai fungsinya sebagai sumber
belajar bagi anak dalam
memaksimalkan perkembangan anak
Hasil dari pemberian materi dalam implementasi bersama
anak, orangtua baru memahami dan memiliki motivasi untuk
mendampingi anak berinteraksi dengan masyarakat atau
tetangga. Keterlaksanaan dari program ini orangtua masih
butuh pendampingan ahli dalam mengimplementasikan
125
bahwa program pelatihan orangtua ini pada orangtua CC dapat
membantunya dalam meningkatkan pemahamannya terhadap kondisi
anak dan memberikan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan
pemerolehan bahasa pertama CC. Dalam pelaksanaannya perlu
dirancang atau ditentukan tujuan program dalam jangka panjang,
menengah dan pendek. Berikut rancangan tujuan yang dibuat
berdasarkan kebutuhan perkembangan anak dan kondisi dari orangtua
yaitu sebagai berikut :
a. Tujuan jangka pendek, program ini dapat membantu
meningkatkan pemahaman orangtua mengenai kondisi objektif
anak meliputi kemampuan dan hambatan perkembangannya.
b. Tujuan jangka menengah, orangtua terampil membuat program
intervensi bagi hambatan perkembangan anak.
c. Tujuan jangka panjang, orangtua terampil melaksanakan
intervensi untuk hambatan perkembangan anak secara
berkelanjutan. Dan meningkatkan kualitas hidup dengan
memenuhi dimensi-dimensi menurut konsep Family Quality of
Life.
B. REKOMENDASI
Pada penelitian yang peneliti lakukan ini tentunya telah mencapai target
penulisan karya ilmiah. Namun peneliti tetap menyadari masih terdapat
kekurangan di bagian-bagian tertentu. Untuk mencapai hasil yang sempurna
maka peneliti mengharapkan adanya penerus dalam mengamati program
pelatihan orangtua ini. Berdasarkan hasil penelitian ini, berikut rekomendasi
yang diberikan peneliti :
1. Untuk orangtua
Orangtua sebagai guru pertama bagi anak diharapkan agar mampu
menunjukkan penerimaan terhadap kondisi anak dengan cara mencari
126
Rahmi Khalida, 2014
Program Pelatihan Orangtua Untuk Pemerolehan Bahasa Pertama Bagi Anak Down Syndrome Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan yang masih bisa di kembangkan dan cara mengintervensi
hambatan tersebut agar dapat diminimalisir atau dialihkan menjadi
suatu keunikan bagi anak.
2. Untuk ahli pendidikan kebutuhan khusus dan lembaga-lembaga yang
terkait dengan bidang pendidikan khusus baik secara formal maupun
informal
Dalam pelaksanaan program masih diperlukan pendampingan terhadap
orangtua sebagai ahli dalam mengarahkan kegiatan orangtua untuk
memberikan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan
anak. Diharapkan pada ahli dan praktisi dapat memberikan perhatian
dan pendampingan pada keluarga yang memiliki anak dengan hambatan
perkembangan dengan memberikan dukungan dan kerjasama para ahli
dalam perkembanagn anak untuk dapat memberikan suatu perubahan
bagi orangtua dan anak berkebutuhan khusus.
3. Untuk peneliti selanjutnya
Pada penelitian ini peneliti berkesimpulan program pelatihan Orangtua
ini bisa dipakai oleh orangtua namun masih perlu kegiatan lanjutan
sebagai bentuk pendampingan sampai nantinya orangtua mampu
mandiri. Peneliti menyarankan program ini dapat diimplementasikan
dengan karakter pemilihan subjek yang sesuai dengan kriteria kondisi
subjek atau keluarga yang ada pada penelitian. Dan bagi subjek atau
keluarga dengan kriteria yang berbeda diharapkan bagi peneliti
selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan berdasarkan kondisi
keluarga tersebut agar dapat menyempurnakan program yang sudah ada
dan mampu merancang program yang mencakup beberapa tujuan dari