(Studi Kasus Pada Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2
Padalarang Bandung Barat)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister
Pendidikan Dasar Konsentrasi Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh :
Gia Nikawanti
NIM. 1200948
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH PASCASARJANA
Karakter Disiplin Pada Anak Usia Dini (Studi Kasus pada Kelompok
Bermain Cikal Gemilang 2 Padalarang Bandung Barat)” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat ilmuwan.
Atas pernyataan ini, saya sanggup menanggung resiko/sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dari karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini.
Bandung, Januari 2015
Yang membuat pernyataan,
PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN PADA ANAK USIA DINI
(Studi Kasus Pada Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 Padalarang
Bandung Barat)
Disetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing :
Pembimbing
Dr. M. Solehuddin, M.Pd, M.A.
NIP. 1962 0208 1986 011002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Character Education Discipline In Early Childhood
(A Case Study of Play Group Cikal Gemilang 2 Padalarang Bandung Barat)
Gia Nikawanti (1200948)
Thesis Elementary Education Program
UPI Bandung (2015)
ABSTRACT
Discipline is the way people teach children about moral behavior accepted by the group. But when disciplining children, most people regard discipline as something that is rigid so that impressed force the child to follow the rules set immediately. Discipline needs to be instilled at an early age because it will affect the moral development of children in the future. In order to discipline the child is not wrong, it is necessary to the implementation of character education proper discipline. The purpose of this study was to obtain a specific picture on the implementation of character education discipline in play group Cikal Gemilang 2. This study uses a case study with a purposive sampling technique. Subjects in this study consisted of students, teachers, head master, operational managers and parents of students in play group Cikal Gemilang 2. The results found that the play group Cikal Gemilang 2 looks already well disciplined character education at school. Learning activities in play group Cikal Gemilang 2 is designed as an interactive learning called holistic. Disciplinary character that appears in play group Cikal Gemilang 2 has begun to develop in each child. This means that children have started showing some signs of behavior consistent discipline in everyday.
Pendidikan Karakter Disiplin Pada Anak Usia Dini
(Studi Kasus Pada Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 Padalarang
Bandung Barat)
Gia Nikawanti (1200948)
Tesis Program Studi Pendidikan Dasar
UPI Bandung (2015).
ABSTRAK
Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan pada anak mengenai perilaku moral yang diterima oleh kelompok. Namun ketika mendisiplinkan anak, kebanyakan orang menganggap disiplin sebagai sesuatu yang bersifat kaku sehingga terkesan memaksa anak untuk mengikuti peraturan yang telah ditetapkan dengan segera. Disiplin perlu ditanamkan sejak usia dini karena hal tersebut akan berpengaruh pada perkembangan moral anak di masa yang akan datang. Agar penanaman disiplin pada anak tidak keliru, maka perlu adanya penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran khusus tentang penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah, manager operasional dan orang tua siswa di kelompok bermain Cikal Gemilang 2. Hasil penelitian menemukan bahwa kelompok bermain Cikal Gemilang 2 terlihat sudah menyelenggarakan pendidikan karakter disiplin. Kegiatan belajar di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 dirancang menyenangkan yang disebut sebagai pembelajaran interaktif holistik. Karakter disiplin yang muncul di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 sudah mulai berkembang pada setiap anak. Artinya anak sudah mulai konsisten memperlihatkan berbagai tanda perilaku disiplin di kehidupan sehari-hari.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……...………... i
UCAPAN TERIMAKASIH ..………... ii
ABSTRAK ….………... iii
DAFTAR ISI ..………... v
DAFTAR TABEL …..………... viii
DAFTAR BAGAN ………... ix
DAFTAR GAMBAR .………... x
BAB I PENDAHULUAN …..………... 1
A. Latar Belakang ……...………... 1
B. Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah Penelitian ..………... 7
C. Tujuan Penelitian …...………... 8
A. Manfaat Penelitian ….………... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA .………... 10
A. Karakter Disiplin ………... 10
B. Pendidikan Karakter Disiplin .………... 13
C. Prinsip Pendidikan Karakter Anak Usia Dini ………... 21
D. Prinsip Penyelenggaraan Kelompok Bermain ……...………... 23
E. Komponen Penyelenggaraan Kelompok Bermain ….………... 24
F. Kerja Sama Antara Lingkungan Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat Dalam Melaksanakan Pendidikan Karakter …...……... 27
G. Strategi Pembelajaran Dalam Pembentukan Karakter Disiplin Anak Usia Dini …….………...33
H. Metode Dalam Pendidikan Karakter Disiplin Anak Usia Dini ……..………... 40
I. Evaluasi Dalam Pendidikan Karakter Disiplin Anak Usia Dini ……..………... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …..………... 44
B. Pendekatan dan Metode Penelitian ………... 44
C. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ………... 47
D. Fokus Penelitian …….………....48
E. Instrumen Penelitian ..………... 49
F. Teknik Pengumpulan Data ….………... 51
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……...………... 54
H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ………... 70
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ..………... 71
A. Profil Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ………... 71
B. Penyelenggaraan Pendidikan Karakter Disiplin Di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ….………... 73
1. Perencanaan Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ………... 73
a. Landasan Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ……….… 79
b. Tujuan dan Target Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ….………... 81
c. Proses dan Langkah-langkah Perencanaan Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ……….. 82
2. Implementasi Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ………... 87
a. Strategi dan Metode Pelaksanaan Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ………... 111
b. Pihak-Pihak yang Terlibat dan Peran Sertanya Dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ……….… 121
Karakter Disiplin di Kelompok Bermain
Cikal Gemilang 2 ……..……… 135
3. Evaluasi Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ……..………... 157
a. Proses Evaluasi Pembelajaran ………...157
b. Proses Evaluasi Program ………...161
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………... 165
A. Kesimpulan ………... 165
B. Rekomendasi ………... 166
C. Implikasi ………... 167
DAFTAR PUSTAKA ………... 168
BIBLIOGRAPHY ………. 172
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Lembar Observasi ………..………... 52
3.2 Proses Coding Perencanaan Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ………. 56
4.2 Skema Pembelajaran Holistik Cikal Gemilang 2 ………... 110
4.3 Karakter Disiplin Pada Anak ……...………... 128
4.4 Karakter Disiplin Jenjang Sekolah dan Kelas …..……….. 130
DAFTAR BAGAN
Halaman
2.1 Komponen Karakter Yang Baik ...………...16
4.1 Lingkaran Landasan Pendidikan Karakter
Disiplin Cikal Gemilang 2 ………..… 79
DAFTAR GAMBAR
Halaman
4.1 Halaman Luar Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ………... 71
4.2 Aktivitas Anak Di Dalam Kelas …..………... 72
4.3 Aktivitas Anak Pada Saat Bermain Papan Seluncur ………... 72
4.4 Kegiatan Anak Melaksanakan Presensi Secara Mandiri .………... 89
4.5 Orang Tua Menitipkan Tas Anak Kepada Guru ..………... 99
4.6 Guru Sedang Memasukan Tas Anak Ke dalam Loker ….………... 100
4.7 Ibu Guru Mengingatkan Anak Untuk Mencium Tangan .………... 102
4.8 Membiasakan Anak Mencium Tangan Guru Sebelum Pulang ………... 103
4.9 Kegiatan Berdoa Sebelum Memulai Pembelajaran …….………... 103
4.10 Kegiatan Mencucui Tangan …...………... 106
4.11 Kegiatan Makan Bersama Guru dan Anak ..………. 107
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya disiplin merupakan kebutuhan dasar bagi
perkembangan perilaku anak mengingat masa ini merupakan masa yang
sangat efektif untuk pembentukan perilaku moral anak. Setiap anak
memiliki potensi memahami aturan yang berkembang pada setiap tahap
kehidupannya. Disiplin diperlukan untuk membantu penyesuaian pribadi
dan sosial anak. Lickona (2013) menjelaskan bahwa melalui disiplin anak
dapat belajar berperilaku sesuai dengan cara yang disetujui oleh
lingkungan sosial.
Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan pada anak
mengenai perilaku moral yang diterima oleh kelompok. Namun ketika
mendisiplinkan anak, kebanyakan orang menganggap disiplin sebagai
sesuatu yang bersifat kaku sehingga terkesan memaksa anak untuk
mengikuti peraturan yang telah ditetapkan dengan segera. Mereka tidak
menyadari bahwa disiplin adalah suatu proses belajar yang berlangsung
sepanjang waktu.
Maka dari itu dapat dikatakan disiplin sangat penting pengaruhnya
dalam proses pembentukan perilaku anak. Disiplin perlu ditanamkan sejak
usia dini karena hal tersebut akan berpengaruh pada perkembangan moral
anak di masa yang akan datang. Agar penanaman disiplin anak tidak
keliru, maka perlu adanya penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin
yang tepat oleh orang tua dan guru sehingga anak dapat berperilaku
dengan tepat.
Morrison (2012) menjelaskan bahwa bagi anak usia dini
keterampilan yang penting dalam kesuksesan di sekolah dan kehidupannya
Keterampilan dasar berdisiplin di sini berarti kemampuan untuk mengikuti
peraturan dalam setiap kegiatan di sekolah.
Menurut Rimm (2003) penanaman disiplin perlu dimulai sejak
dini. Disiplin bukanlah pengekangan terhadap anak dan bukan juga
pemberian kebebasan mutlak terhadap anak. Disiplin mengarahkan agar
anak belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa
dewasanya kelak. Disiplin diri diharapkan akan membuat hidup mereka
bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang.
Ketika orang tua atau guru terlalu mengekang dan menggunakan
hukuman dalam mendisiplinkan anak, maka hal tersebut akan sangat
mempengaruhi pribadi anak dalam bersikap kelak sehingga anak akan
tumbuh menjadi individu yang kaku, penakut, tidak berani untuk
berekspresi, menjadi individu yang pemarah dan juga agresif. Sebaliknya
pemberian kebebasan yang berlebihan akan mengarahkan anak menjadi
impulsif dan terlibat pergaulan bebas pada saat remaja.
Disiplin pada anak tidak dapat dicapai begitu saja tanpa adanya
proses pendidikan. Proses tersebut berawal dari adanya penanaman
nilai-nilai perilaku disiplin yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak.
Dengan pemberian penanaman nilai-nilai kedisiplinan anak akan
mendapatkan pengetahuan secara utuh tentang kedisiplinan. Ketika anak
sudah mendapatkan pengetahuan tentang kedisiplinan secara utuh maka
anak akan menyadari bahwa disiplin penting bagi kehidupannya akhirnya
anak akan dengan suka rela melakukan perilaku berdisiplin.
Penanaman disiplin perlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam
lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan masyarakat.
Vladimir (2012) menjelaskan bahwa orang tua dan guru berperan penting
dalam menanamkan disiplin pada anak, karena orang tua dan guru adalah
lingkungan terdekat anak. Peraturan disiplin yang diterapkan pada anak
demikian peraturan yang diterapkan harus bersifat konsisten dan teratur
sehingga dapat menjadi pedoman yang jelas bagi anak dalam berperilaku.
Sudewo (2011) menjelaskan bahwa terdapat tiga karakter dasar
yang harus dimiliki oleh setiap individu yaitu tidak egois, jujur dan,
disiplin. Ketiganya harus ada dan tidak bisa ditawar-tawar karena hal
tersebut adalah prinsip dasar. Menurutnya, apabila salah satu tidak
dipenuhi maka gagallah individu tersebut menjadi individu yang
berkarakter. Jika seorang individu mempunyai sifat egois, maka ia akan
menjadi seorang perusak dalam suatu kelompoknya; indivdu yang tidak
jujur akan menghancurkan kepercayaan; dan individu yang tidak disiplin
akan mengakibatkan rentetan kelambatan yang merusak sistem di
lingkungannya.
Pada saat ini tiga karakter dasar tersebut khususnya karakter
disiplin semakin terkikis. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya beberapa
masalah yang dihadapi oleh generasi muda Indonesia saat ini. Penelitian
yang dilakukan oleh Novita (2012) tentang pelaksanaan penanaman
disiplin pada salah satu Taman Kanak-Kanak (TK) di kota Padang
menemukan bahwa pelaksanaan penanaman disiplin yang dilakukan oleh
guru dan pihak sekolah kurang dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anak
namun terlihat dibiarkan saja oleh guru atau pihak sekolah yaitu adanya
anak yang datang terlambat ke sekolah, tidak memberi salam serta
membalas salam, makan pada saat belajar, keluar ruangan tanpa permisi,
tidak merapikan alat mainan setelah digunakan, absen tanpa informasi,
tidak mau mendengarkan intruksi guru, dan ribut ketika belajar.
Kasus selanjutnya dapat dilihat dari hasil peneltian yang dilakukan
oleh Sutrisno (2009) tentang perilaku pelanggaran disiplin siswa di tingkat
siswa Kelas XI di salah satu SMA Negri kota Malang. Berdasarkan data
yang diperoleh dari dokumen sekolah, informasi wali kelas serta guru
Bimbingan dan Konseling (BK) ternyata perilaku pelanggaran disiplin di
sekolah yang masih banyak dilakukan oleh para siswa adalah terlambat
datang ke sekolah dan membolos.
Kasus terbaru yang berhubungan dengan pelanggaran perilaku
disiplin yaitu berita yang didapat dari media Online SoloPos pada tanggal
21 April 2014. Kasus tersebut memberitakan tentang sejumlah siswa
tingkat SMA/SMK di Boyolali yang merayakan kelulusan Ujian Nasional
(UN) dengan melakukan aksi konvoi dan corat-coret seragam sekolah.
Padahal sebelumnya telah ada larangan dari Dinas Pendidikan, Pemuda
dan Olah Raga (DISDIKPORA) kepada para siswa tingkat SMA/SMK
untuk tidak melakukan aksi mencorat-coret seragam sekolah dan
melakukan konvoi di hari kelulusan Ujian Nasional (UN) (Yustiningsih,
2014).
Berbagai fenomena di atas mengindikasikan bahwa saat ini
masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda sedang mengalami suatu
krisis karakter bangsa. Salah satu solusi untuk membangun karakter
bangsa adalah melalui pendidikan yang tepat. Pendidikan dianggap
berperan penting dalam membangun generasi baru yang lebih baik.
Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi bangsa
dalam berbagai aspek yang dapat mengurangi berbagai masalah karakter
bangsa.
Pemberian pendidikan karakter harus melalui suatu proses. Proses
pendidikan karakter tersebut terdiri dari nilai operatif, yaitu suatu nilai
yang mempengaruhi individu dalam melakukan sebuah tindakan. Karakter
individu akan berperoses ketika suatu nilai menjadi suatu kebaikan. Suatu
disposisi batin yang dapat diandalkan untuk menanggapi situasi dengan
cara yang menurut moral itu baik. Lickona membagi tiga proses dalam
(1) Pengetahuan moral, (2) Perasaan moral, dan (3) Perilaku moral
(Lickona, 2013).
Pendidikan pada masa kanak-kanak adalah pendidikan yang paling
efektif. Dimulainya pendidikan karakter pada usia dini diharapkan dapat
membentuk insan yang berkarakter kuat dan cerdas sehingga mampu
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada saat ini
pendidikan diharapkan untuk mampu membentuk manusia yang berbudi
pekerti luhur dan berakhlak mulia. Dengan demikian pendidikan karakter
perlu dilakukan secara konkrit sedari dini.
PAUD dianggap penting dalam membangun karakter suatu
individu. Hal tersebut terbukti dari hasil studi yang dilakukan oleh
University of Otago di New Zealand yang meneliti lebih dari 1000 anak
yang berusia 3 tahun selama 23 tahun. Hasil dari penelitian tersebut
menemukan bahwa sejak usia 3 tahun, seorang anak sudah dapat
diprediksi bagaimana karakternya kelak ketika dewasa hal tersebut dapat
dilihat dari pengaruh pemberian pendidikan karakter yang ditanamkan di
sekolah dan di rumah. Anak yang telah mendapatkan pendidikan karakter
sejak usia dini nantinya akan tumbuh menjadi remaja yang berkarakter
pula sehingga akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi
oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, dan perilaku seks
bebas (Megawangi, 2011).
Hal serupa juga diungkapkan oleh Gultom (2013) yang
menyatakan bahwa PAUD memegang peranan penting dalam membangun
membentuk anak Indonesia menjadi manusia Indonesia seutuhnya yaitu
insan yang beriman, bertakwa, disiplin, mandiri serta mempunyai
kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam sambutan pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang
ke-67 di Gedung Kemdikbud Jakarta. Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia M. Nuh memaparkan perihal pembangunan
pendidikan karakter Bangsa. Nuh, memaparkan beberapa hal yang
dinilainya sangat mendesak untuk ditanamkan dan diperkuat melalui dunia
pendidikan dan kebudayaan nasional. Hal tersebut mengenai pentingnya
semua pihak dalam membangun dan memperkuat karakter bangsa di
berbagai jenjang pendidikan (Indra, 2012).
Menyadari semua itu, Kementerian Pendidikan Nasional
menyelengarakan pendidikan karakter di seluruh jenjang pendidikan
termasuk di lembaga-lembaga PAUD. Salah satu karakter yang
diprioritaskan muncul adalah karakter disiplin. Pendidikan karakter di
lembaga PAUD menekankan pada pembiasaan kehidupan sehari-hari yang
bernuansa karakter. Dengan kata lain penanaman karakter pada anak usia
dini tidak dalam bentuk pembelajaran tersendiri, tetapi luluh dalam
aktivitas harian anak (Kemendiknas, 2012).
Salah satu lembaga PAUD yang menerapkan pendidikan karakter
sejak dini adalah kelompok bermain Cikal Gemilang 2. Hal ini didapatkan
peneliti dari hasil studi pendahuluan di lapangan dengan melakukan
observasi dan wawancara terlebih dahulu kepada kepala sekolah, salah
seorang dari tim penyusun kurikulum dan guru. Peneliti mendapatkan
fakta bahwa kelompok bermain Cikal Gemilang 2 adalah salah satu
karakter. Salah satu karakter yang diharapkan muncul pada anak adalah
karakter disiplin.
B. Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui secara
lebih mendalam tentang bagaimana penyelenggaraan pendidikan karakter
disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2. Berdasarkan fokus
penelitian tersebut, maka munculah rumusan masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana perencanaan pendidikan karakter disiplin pada kelompok
bermain anak di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?
a. Apa landasan pendidikan karakter disiplin di kelompok
bermain Cikal Gemilang 2?
b. Apa tujuan dan target pendidikan karakter disiplin di kelompok
bermain Cikal Gemilang 2?
c. Bagaimana proses dan langkah-langkah perencanaan
pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal
Gemilang 2?
2. Bagaimana Implementasi pendidikan karakter disiplin pada kelompok
bermain anak di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?
a. Bagaimana strategi dan metode pelaksanaan pendidikan
karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?
b. Pihak-pihak siapa sajakah yang terlibat dalam penyelenggaraan
Gemilang 2? Serta apa saja peran dari masing-masing pihak
yang terlibat tersebut?
c. Perilaku disiplin seperti apa yang sudah terlihat di kelompok
bermain Cikal Gemilang 2?
d. Apa saja permasalahan yang dialami dalam penyelenggaraan
pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal
Gemilang 2?
e. Bagaimanakah cara pihak-pihak tersebut dalam menanggulangi
permasalahan yang dialami dalam penyelenggaraan pendidikan
karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?
3. Bagaimana Evaluasi pendidikan karakter disiplin pada kelompok
bermain anak di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?
a. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi pendidikan karakter
disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?
b. Siapa saja yang melakukan evaluasi pendidikan karakter
disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah peneliti ingin mengeksplorasi
secara mendalam gambaran khusus tentang bagaimana penyelenggaran
pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 mulai
dari melakukan perancangan kurikulum, mengimplentasikan pendidikan
karakter disiplin tersebut di sekolah hingga bagaimana kelompok bermain
cikal Gemilang 2 melaksanakan evaluasi yang berkaitan dengan
pendidikan karakter disiplin.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat penelitian secara teoritis
Secara teoritis penelitian ini memberikan manfaat berupa pengetahuan
tentang gambaran khusus penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin di
perilaku disiplin yang muncul di kelompok bermain baik perilaku yang
dimunculkan oleh anak maupun oleh para warga sekolah.
Selain itu penelitian ini juga dapat memberikan ide berupa konsep
bahwa pendidikan karakter harus dikembangkan melalui proses pembelajaran
yang bermakna dalam rangka pembentukan kepribadian unggul dengan
memperhatikan berbagai aspek perkembangan anak mulai dari aspek kognitif,
psikomotor, dan afeksi. Dengan dimulainya penanaman pendidikan karakter
diusia dini diharapkan bukan hanya membentuk anak menjadi insan yang
cerdas namun dapat membentuk anak menjadi insan yang berkarakter kuat di
masa yang akan datang.
2. Manfaat penelitian secara praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini dapat memberikan gambaran
tentang proses kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan penanaman
pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini, sehingga guru dapat
membuat jadwal kegiatan pembelajaran secara tersusun berkaitan dengan
penanaman pendidikan karakter disiplin untuk anak usia dini. Penelitian ini
juga dapat membantu para pendidik untuk memunculkan kekreatifitasan
dalam menggunakan strategi, metode, dan evaluasi yang tepat berkaitan
dengan penanaman pendidikan karakter disiplin anak usia dini.
Penelitian ini bermanfaat pula bagi para orang tua dalam
memunculkan kesadaran orang tua untuk mampu meberikan pengasuhan dan
pendidikan yang tepat kepada anak karena tugas orang tua bukan hanya
sekedar memelihara dan melindungi anak. Orang tua juga wajib dalam
mengarahkan tingkah laku anak, salah satunya dengan cara menanamkan
nilai-nilai karakter khususnya karakter disiplin sedari dini kepada anak.
Penanaman karakter disiplin yang dilakukan orang tua kepada anak
maupun di lingkungan sekitarnya. Penelitian ini juga dapat membantu orang
tua dalam mengenali karakteristik perilaku disiplin anak, sehingga orang tua
dapat mengetahui cara-cara yang tepat dalam menanamkan pendidikan
karakter disiplin kepada anak di rumah. Sehingga anak dapat memahami
pentingnya berperilaku disiplin serta mampu mengimplementasikan perilaku
disiplin tersebut di sekolah maupun dikehidupannya sehari-hari.
3. Manfaat penelitian lebih lanjut
Penelitian ini dapat menjadi salah satu refrensi bagi penelitian lanjutan
yang ingin mengkaji tentang bagaimana penyelenggaraan pendidikan karakter
disiplin dalam ranah pendidikan anak usia dini baik dalam mengkaji
perancangan kurikulum, strategi, metode, ataupun penggunaan evaluasi yang
tepat sehingga dapat memberikan temuan baru guna memperkaya temuan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Partisipan Penelitian
Penelitian dilakukan di kelompok bermain Cikal Gemilang 2
Padalarang Bandung Barat yang beralamatkan di Jl. Gadobangkong No.167 b.
Kelompok bermain Cikal Gemilang 2 adalah salah satu PAUD yang
menanamkan pendidikan karakter dalam proses pembelajarannya. Partisipan
dalam penelitian ini terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah, manager
operasional dan orang tua siswa di kelompok bermain Cikal Gemilang 2.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
menggunakan metode penelitian studi kasus. Pendekatan kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data
tertulis atau lisan dari orang-orang dan dari perilaku yang diamati oleh
peneleliti secara utuh (holistik) (Sukmadinata, 2005). Penelitian kualitatif
lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil. Hal tersebut
disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih
jelas apabila diamati dalam proses.
Metode penelitian studi kasus digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam dari suatu fenomena yang unik yaitu suatu data khas yang
mengandung makna. Makna dalam metode penelitian studi kasus adalah data
sebenarnya, yaitu data pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang
tampak. Penelitian dilakukan pada objek yang alamiah. Objek yang alamiah
adalah objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti
dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.
Seperti yang dijelaskan oleh Creswell (2013) pendekatan penelitian
kualitatif dengan menggunakan studi kasus adalah metode untuk
mengumpulkan makna mendalam dari suatu fenomena yang unik. Metode
sekelompok individu pada seting waktu dan tempat tertentu yang dianggap
mempunyai keunikan atau kekhasan.
Adapun langkang-langkah dalam menggunakan metode penelitian
studi kasus yang dilakukan oleh peneliti merujuk pada langkah-langkah yang
dijelaskan oleh Creswell (2013, hlm. 120-121) seperti berikut:
1. Mengidentifikasi kasus yang akan diteliti. Langkah awal dalam melakukan
penelitian studi kasus yaitu peneliti harus jeli dalam menangkap fenomena
yang sedang menjadi isu atau permasalahan penting yang berkembang di
lingkungan masyarakat sehingga diperlukan suatu solusi untuk
memecahkan permasalahan tersebut. Dalam hal ini fenomena yang sedang
menjadi isu atau permasalahan penting dalam pendidikan di Indonesia
salah satunya adalah tentang pentingnya penanaman pendidikan karakter.
Hal tersebut dapat terlihat dari adanya beberapa masalah yang dihadapi
oleh generasi muda di Indonesia saat inikhususnya karakter disiplin yang
sedikit demi sedikit sudah mulai terkikis.
2. Memilih kasus yang paling menarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam
tentang pendidikan karakter khususnya pendidikan karakter disiplin pada
anak usia dini. Alasan peneliti tertarik meneliti tentang pendidikan
karakter disiplin karena menurut rujukan dari literatur dan teori-teori yang
dibaca oleh peneliti menyatakan bahwa disiplin merupakan kebutuhan
dasar bagi pembentukan perilaku moral anak dengan demikian dapat
dikatakan disiplin sangat penting pengaruhnya dalam proses pembentukan
perilaku anak di masa yang akan datang.
3. Mengeksplor secara intensif dan mendalam tentang kasus yang akan
diteliti serta mengurus perizinan penelitian. Setelah terlebih dahulu
mengidentifikasi dan memilih kasus untuk diteliti, tahap selanjutnya yang
dilakukan peneliti adalah mencari informasi secara itensif dan mendalam
tentang pendidikan karakter disiplin. Peneliti mencari informasi tentang
topik yang akan diteliti, mendalami membaca literatur-literatur yang
berhubungan dengan pendidikan karakter disiplin khususnya karakter
disiplin pada anak usia dini, dan yang terakhir mencari sekolah yang
menerapkan pendidikan karakter sebagai basis pendidikanya. Setelah itu
peneliti meminta persetujuan pihak sekolah agar sekolah tersebut bersedia
untuk dijadikan sebagai objek penelitian.
Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak sekolah, peneliti terlebih
dahulu melakukan studi pendahuluan di lapangan untuk mencari informasi
tentang pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah tersebut. Hasil dari
melakukan studi awal adalah peneliti mendapatkan fakta bahwa kelompok
bermain Cikal Gemilang 2 adalah salah satu lembaga PAUD di daerah
Bandung Barat yang bernuansakan pendidikan karakter. Hal ini didapat
dari informasi hasil wawancara peneliti dengan salah seorang tim
kurikulum. Salah satu karakter yang diharapkan muncul pada anak adalah
karakter disiplin.
Maka setelah peneliti melakukan studi pendahuluan di lapangan dan
mendapatkan data yang cukup relevan tersebut, barulah peneliti
melakukan penelitian yang lebih lanjut dan lebih mendalam tentang
bagaimana proses sekolah tersebut mengimplementasikan pendidikan
karakter khususnya karakter disiplin. Penelitian tersebut mulai
dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai dengan bulan Oktober
2014.
4. Melakukan analisis data. Setelah pengambilan data di lapangan selesai dan
data telah terkumpul hal yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan
penganalisisan data yang berawal dari dikumpulkan terlebih dahulu
data-data mentah berupa gambar, dokumen, video, hasil wawancara, dan hasil
observasi. Lalu mempersiapkan data untuk dianalisis, membaca
keseluruhan data, men-coding data, mendeskripsikan hasil peng-codingan
5. Melaporkan dan mempersentasikan hasil penelitian yang telah didapat.
Setelah data selesai dianalisis secara deskriptif, langkah terakhir adalah
melaporkan dan mempersentasikan hasil penelitian tersebut kepada pihak
sekolah untuk dijadikan sebagai lesson learned. Selain melaporkan dan
mempersentasikan hasil penelitian tersebut kepada pihak sekolah dalam
hal ini peneliti juga harus melaporkan dan mempersentasikan hasil
penelitian kepada pihak lecture expert (pengajar ahli) yaitu dosen
pembimbing dan dosen penguji sebagai pertanggung jawaban hasil karya
tulis ilmiah yang telah dilakukan oleh peneliti.
C. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam metode penelitian
studi kasus adalah purposive sampling. Teknik ini dilakukan dengan cara
pengambilan sampel berdasarkan konsep-konsep yang terbukti berhubungan
langsung dengan fenomena yang akan diteliti. Tujuan dari purposive sampling
adalah untuk mengambil sampel sesuai dengan fenomena yang menunjukan
kategori, sifat, dan karakteristik sehingga nantinya akan menjawab masalah
penelitian.
Seperti yang dijelaskan oleh Sukmadinata (2005) bahwa teknik
purposive sampling memfokuskan pada informan-informan terpilih yang kaya
dengan kasus atau fenomena yang akan diteliti secara mendalam. Pada
penelitian ini yang dipilih menjadi sampel penelitian untuk memberikan
informasi yang mendalam tentang penyelenggaraan pendidikan karakter
disiplin pada anak usia dini di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 terdiri
Alasan peneliti memilih sampel penelitian yang terdiri dari siswa,
guru, kepala sekolah, manager operasional dan orang tua siswa adalah karena
pembentukan karakter anak merupakan upaya yang perlu melibatkan semua
pihak baik peran dari keluarga maupun sekolah seluruh pihak harus berjalan
secara integrasi. Proses pendidikan karakter dipandang sebagai usaha sadar
dan terencana. Atas dasar ini, pendidikan karakter adalah usaha yang
sungguh-sungguh untuk memahami, memupuk nilai-nilai etika baik untuk diri sendiri
maupun untuk semua warga masyarakat.
Dengan demikian pendidikan karakter adalah segala upaya yang
dilakukan guru yang mempengaruhi karakter siswa. guru membantu
membentuk watak siswa. hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku
guru, cara guru menyampaikan materi, bagaiman guru bertoleransi, dan
berbagai hal yang terkait begitupun dengan peran pihak keluarga dalam
pembentukan karakter anak. Keluarga khususnya orang tua berperan sebagai
basis pendidikan karakter, keluarga adalah komunitas pertama di mana
manusia sejak usia dini belajar konsep baik buruk pantas tidak pantas benar
dan salah. Dengan kata lain dikeluargalah seseorang sejak dia sadar
lingkungan belajar tata nilai atau moral. Tata nilai yang diyakini sesorang
tercermin dalam karakternya, maka dikeluargalah proses pendidikan karakter
berawal. Maka dari itu pihak keluarga dan sekolah memiliki tanggung jawab
yang sama besarnya dalam melaksanakan pendidikan karakter karena
anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada
lingkungan yang berkarakter pula.
D. Fokus Penelitian
Penelitian kualitatif pada dasarnya tidak dimulai dari sesuatu yang
kosong tanpa suatu dasar permaslahan, tetapi dilakukan berdasarkan presepsi
seorang peneliti terhadapt suatu masalah yang akan ditelitinya. Masalah dalam
penelitian kualitatif dinamakan “fokus”. Seperti yang dijelaskan oleh Moleong
(1995) bahwa penelitian kualitatif harus mempunyai arah atau fokus dalam
dikumpulkan atau data mana yang harus diabaikan walaupun mungkin
menarik untuk diteliti.
Maka dari itu data yang tidak relevan tidak perlu dimasukan kedalam
sejumlah data yang sedang dikumpulkan. Jadi, dengan penetapan fokus
penelitian yang tepat peneliti dapat membuat keputusan yang tepat sesuai
dengan kaidah penelitian kualitatif dalam mengumpulkan suatu data
penelitian. Pada penelitian ini peneliti hanya memfokuskan pada proses
penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal
Gemilang 2 mulai dari bagaimana melakukan perencanaan merancang
kurikulum, mengimplementasikannya, sampai dengan melakukan evaluasi.
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi isntrumen penelitian adalah peneliti
sendiri, dimana peneliti berperan sebagai pencari tahu alamiah dalam
mengumpulkan data yang bergantung pada dirinya sendiri yaitu sebagai alat
pengumpul data. Seperti yang dijelaskan oleh Creswell (2008) peran peneliti
sebagi instrument penelitian dalam penelitian kualitaif adalah keterlibatan
peneliti dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan para
partisipan. Peneliti bertugas untuk mengidentifikasi secara langsung
pengalaman-pengalaman yang muncul dari fenomena yang ditelitinya.
Pada aktivitas penelitian, peneliti berperan menjadi “anggota”
kelompok subjek yang diteliti sehingga peneliti tidak lagi dipandang sebagai
“peneliti asing” tetapi sudah menjadi individu yang dapat dipercaya di dalam
lingkungan yang sedang diteliti dengan cara berkomunikasi dan berinteraksi
yang cukup lama dengan sebjek dalam situasi tertentu sehingga dapat
memberi peluang bagi peneliti untuk dapat memandang kebiasaan, proses, dan
aktivitas yang dilakukan oleh subjek.
Peran peneliti sebagai instrument penelitian merupakan peran yang
cukup rumit. Peneliti berperan sekaligus mulai dari menyusun perencanaan,
pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya
serta dalam semua proses penelitian. Maka dari itu karena peran peneliti
sebagai instrument penelitian sangat penting untuk mengetahui kualitas
keberhasilan dari hasil penelitian yang ditelitinya, peneliti harus mempunyai
karakteristik seperti berikut (Moleong, 1995, hlm. 121-123):
1. Responsive. Dalam melakukan penelitian diwajibkan bagi para peneliti
kualitatif untuk mampu berperilaku responsive terhadap lingkungan dan
terhadap pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan objek
penelitiannya.
2. Dapat menyesuaikan diri. Peneliti sebagai instrument penelitian harus
mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang menjadi objek
penelitiannya. Terlebih dahulu peneliti mempelajari pola-pola, aktivitas,
dan karakteristik lingkungan penelitian utnuk dapat menyatu dengan
susana lingkungan penelitiannya.
3. Menekankan keutuhan. Peran peneliti sebagai instrument penelitian harus
mampu memunculkan dan memanfaatkan imajenasi dan
kekreativitasannya dalam memandang dunia ini sebagai suatu keutuhan.
Jadi peneliti harus menyadari akan adanya kesinambungan di mana ia
memandang dirinya sendiri dan kehidupannya sebagai sesuatu yang
nyata, benar, dan mempunyai arti.
4. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan. Pada saat peneliti
melakukan fungsinya sebagai pengumpul data dengan menggunakan
berbagai cara tentu saja peneliti sudah dibekali dengan pengetahuan yang
mendukungnya untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya. Peneliti
dalam penelitian kualitatif harus mempunyai pengetahuan yang kaya
dalam mendukung pelaksanaan penelitiannya karena pengetahuan adalah
5. Memproses data secepatnya. Kemampuan lain yang harus dimiliki oleh
peneliti kualitaif adalah mampu memproses data dengan cepat dan tepat.
Setelah memperoleh data peneliti menyusun kembali secara inkuiri data
tersebut tidak boleh menundanya karena akan berpengaruh pada hasil
penelitian yang menjadi bias di mana data tersebut sudah tidak alamiah
lagi tetapi sudah terkontaminasi dengan pandangan yang tidak objektif
atau dapat disebabkan karena faktor lupa memproses data.
6. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan
mengikhtisarkan. Peneliti kualitatif harus mampu menjelaskan sesuatu
yang kurang dipahami oleh subjek atau responden. Sering hal itu terjadi
apabila informasi yang diberikan oleh subjek berubah maka secepatnya
peneliti harus mengetahuinya kemudian berusaha menggali dalam lagi
apa yang melatar belakangi perubahan informasi dari subjek atau
responden tersebut.
7. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang tidak lazim dan
idiosinkartik. Peneliti sebagai instrument penelitian harus mempunyai
kemampuan untuk menggali informasi yang sebelumnya tidak
direncanakan atau tidak terduga. Peneliti tidak boleh menghindari
informasi yang diberikan oleh subjek atau respondennya seharusnya
peneliti harus mencari tahu dan berusaha menggalinya lebih dalam
sehingga dapat memungkinkan peneliti mendapatkan penemuan atau
pengetahuan yang baru dari informasi yang tidak terduga tersebut.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini mengacu pada fenomena
kasus yang akan diteliti. Tujuannya adalah untuk menggali data perilaku yang
sedang berlangsung, untuk melihat prosesnya dan untuk menangkap hal-hal
yang bersifat kausalitas (Moleong, 1995). Dalam hal ini fenomena yang akan
diteliti secara mendalam oleh peneliti adalah tentang proses penyelenggaraan
Gemilang 2 Padalarang Bandung Barat. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan oleh peneliti, dilakukan dengan cara seperti berikut:
Wawancara, merupakan salah satu bentuk pengumpulan data yang dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual
maupun kelompok (Moleong, 1995). Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan wawancara secara terbuka, karena apabila mengggunakan
wawancara secara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak mengetahui
dan tidak menyadari bahwa mereka sedang diwawancarai. Cara demikian
tidak terlalu sesuai dengan penelitian kualitatif yang biasanya
berpandangan tebuka. Jadi, dalam penelitian kualitatif sebaiknya
dilakukan wawancara terbuka sehingga para subjek yang diteliti
mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa
maksud dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Sebelumnya peneliti
meminta izin apakah para subjek bersedia untuk diwawancarai serta
meminta izin untuk merekam hasil wawancara tersebut dengan
mengggunakan alat perakam yang sudah dipersiapkan oleh peneliti.
Selama melakukan wawancara pada setiap subjek, biasanya peneliti
melakukannya secara langsung dengan menggunakan model wawancara
tidak terstruktur. Namun dikarenakan ada salah seorang subjek yaitu orang
tua siswa yang berhalangan untuk melakukan wawancara secara langsung
dengan peneliti akhirnya wawancara dilakukan melalui e-mail dengan
persetujuan dari kedua belah pihak dan diketahui oleh manager
operasional Cikal Gemilang 2.
Studi dokumentasi, merupakan teknik atau cara pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik (Moleong, 1995). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan studi dokumentasi dengan melakukan perekaman video dan
mengumpulkan gambar yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi
selama pengamatan dengan menggunakan kamera poto. Selain itu peneliti
berupa buku pedoman kurikulum Cikal Gemilang, buku komunikasi pihak
sekolah dengan orang tua, rapport siswa, dan buku laporan evaluasi milik
Cikal Gemilang.
Observasi, adalah teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung
(Creswell, 2008). Pada kegiatan penelitian ini, peneliti menjadi observer
atau langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas
subjek di lokasi penelitian. Dalam proses observasi, peneliti merekam
secara visual melalui video, mengambil gambar dan mencatat aktivitas
lingkungan penelitian secara langsung dan mandiri.
Tabel. 3. 1.
Lembar Observasi
Pada saat penelitian, dipastikan peneliti mendapatkan suatu masalah
dalam melakukan proses pengambilan data. Pada dasarnya peneliti tidak dapat
melakukan proses pengamatan sambil membuat catatan atau sambil
mengadakan wawancara secara mendalam dengan subjeknya sekaligus. Oleh
karena itu, Moleong (1995, hlm. 100-101) memaparkan beberapa petunjuk
tentang cara mengingat pengambilan data yang telah dilakukan oleh peneliti.
Cara-cara untuk mengingat data yang telah diambil adalah sebagai berikut:
1. Buatlah catatan secepatnya, jangan menunda-nunda pekerjaan. Makin
ditunda, makin sukar diingat maka makin besar kemungkinan data bisa
hilang atau terbuang.
2. Jangan berbicara dengan orang lain terlebih dahulu tentang hasil
pengamatan sebelum peneliti menuangkannya kedalam catatan lapangan. Catatan Observasi
No. coding : CO. 1
Hari/Tanggal/Bulan/Tahun :
Waktu Pengamatan :
Lokasi :
Deskripsi Pengamat :
Hal ini menghindari terjadinya bias antara hasil yang alamiah dari
pengamatan dilapangan dengan presepsi dari orang lain yang
mempengaruhi keobjektivitasan peneliti.
3. Usahakan agar tidak terjadi gangguan sewaktu peneliti menulis, mengetik,
atau mendengarkan serta menyalin hasil rekaman dari alat perekam.
Biarkan alur berpikir dan mengingat hal atau peristiwa yang terjadi
mengalir dengan bebas dan lancar.
4. Usahakan untuk menggambarkan dalam diagram keadaan fisik yang
diamati atau struktur organisasi yang ditemui tuliskan secara urut peristiwa
langkah demi langkah sesuai dengan apa yang terjadi sewaktu diamati.
5. Buatlah garis besar yang berisi judul-judul tentang sesuatu yang ditemui
dalam suatu pengamatan atau wawancara yang cukup lama dilakukan.
6. Dalam jadwal yang disusun hendaknya disisakan banyak waktu sesudah
pengamatan atau wawancara yang dipergunakan untuk menulis catatan
lapangan.
7. Mencatat apa yang dilakukan oleh subjek secara verbatim hendaknya
dilakukan secara teliti, namun jika ada yang telupa hal tersebut jangan
dijadikan suatu masalah atasi hal tersebut dengan jalan menuliskan seperti
contoh berikut: Subjek seperti mengatakan ”……..……….” atau Subjek
pernah mengutarakan “………..”.
8. Sering apa yang dikatakan atau yang diamati terlupakan sesudah beberapa
hari berlalu. Jika teringat, segera catat kembali untuk kemudian dimasukan
kembali ke dalam catatan lapangan. Oleh karena itu, pada setiap saat
peneliti hendaknya senantiasa membawa buku memo khusus untuk
mencatat hasil temuan.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian kualitatif adalah
proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola,
terhadap analisis serta menghasilkan hubungan keterkaitan antara pola
dimensi yang diteliti.
Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah suatu proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema pokok dari suatu penelitian
(Moleong, 1995).
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan
melakukan analisis terhadap data-data yang berupa catatan lapangan, rekaman,
dokumen, dan hasil wawancara secara mendalam. Langkah sistematis yang
dilakukan peneliti dalam pengolahan dan penganalisisan data merujuk dari
Creswell (2010, hlm. 277) seperti berikut:
1. Mengumpulkan data mentah. Data mentah tersebut dapat berupa data
lapangan, gambar, transkripsi, video, hasil observasi, hasil wawancara dan
lain-lain.
2. Mempersiapkan data untuk dianalisis. Setelah selesai mengumpulkan
seluruh data mentah, peneliti mensortir data-data mana sajakah yang
termasuk data- data penting dari hasil observasi, data dari hasil wawancara
dan data dari hasil pengumpulan dokumen-dokumen yang dibutuhkan
guna penelitian tersebut.
3. Membaca keseluruhan data. Selesai mensortir data-data penting yang
dilakukan berikutnya adalah membaca keseluruhan data penting tersebut.
Membaca keseluruhan data bertujuan untuk membangun general sense
atas informasi yang diperoleh dan merefleksikan maknanya secara
keseluruhan. General sense atau pencarian gagasan umum tentang data
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah peneliti fokus mencari gagasan
umum yang mendalam tentang penyelenggaraan pendidikan karakter
disiplin pada anak usia dini di Cikal Gemilang 2 lewat data-data yang telah
diperoleh selama penelitian.
4. Men-coding data. Langkah selanjutnya menganalisis data lebih detail
atau informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya.
Langkah ini melibatkan tahapan dalam pengambilan data berupa tulisan
dari hasil wawancara atau gambar dari hasil mengobservasi yang telah
dikumpulkan selama proses pengumpulan data lalu mensegmentasi
kalimat-kalimat atau gambar-gambar tersebut ke dalam kategori-kategori
dengan berpijak pada literatur yang mendukung atau common sense yang
relevan dengan penelitian.Literatur yang dibaca dan dipakai peneliti untuk
mendukung penelitian adalah literatur-literatur seputar pendidikan karakter
disiplin pada anak usia dini. Selanjutnya langkah terakhir dalam
melakukan coding data adalah melabeli kategori-kategori dengan istilah
khusus yang pastinya dapat dimengerti oleh peneliti sendiri yang bertujuan
untuk memudahkan peneliti dalam membaca data.
Tabel 3.2. Proses Coding
Penyelenggaraan Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain
Cikal Gemilang 2
orang tua Cikal
3. Tujuan dan target
pendidikan karakter
disiplin di
kelompok bermain
Targetnya adalah
Kompetensi Isi
Menyusun Standar Isi
bermain Cikal
Gemilang 2
Datang ke sekolah tepat waktu
Mengerjakan tugas sesuai intruksi
guru
Menyelesaikan tugas tepat waktu
5. Menaati Peraturan 2.Implementasi
pendidikan karakter
disiplin di kelompok
bermain Cikal
Gemilang 2
Membereskan alat
9. Strategi dan metode
pelaksanaan
pendidikan karakter
disiplin di
kelompok bermain
oleh guru kepada
anak
Kelompok bermain Cikal Gemilang 2
Subsistem keluarga unggul dalam
membangun
karakter anak
kepemimpinan
menyimpan tasnya
ke dalam loker
namun dihari
berikutnya dia mau
menyimpan tasnya
ke dalam loker
Terlihat masih ada anak yang berebut
mainan atau tidak
meminta izin
meminjam mainan
dari temannya
Terlihat masih ada anak yang ribut
saat kegiatan
pembelajaran
(mengobrol dan
mengajak bermain
teman yang lain)
Terlihat masih ada anak yang tidak
mau membereskan
alat tulis/belajarnya
sendiri
Memberikan anak motivasi agar mau
mengikuti perintah
guru dengan
memberikan
anak
Memberikan pengertian secara
bijaksana sesuai
dengan bahasa dan
pola pikir anak
Memberikan pujian ketika anak sudah
mau melakukan
atau melaksanakan
perintah dari guru
Mengajarkan perilaku merawat
barang sendiri
Membujuk anak dengan lembut dan
penuh kesabaran
Memberikan gambaran sebab
akibat dari
perbuatan yang
dilakukan anak
sesuai dengan
tahapan
perkembangan
pemikiran anak
Orang tua mengungkapkan
bahwa salah satu
menanamkan
karakter disiplin di
oleh guru serta dari
berkaitan tentang
15. Pihak- pihak yang
melaksanakan
evaluasi program
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat 66 data yang berkaitan
dengan penelitian tentang penyelenggaran pendidikan karakter disiplin
pada anak usia dini yang dilakukan peneliti di kelompok bermain Cikal
Gemilang 2. Data-data tersebut selanjutnya dirinci ke dalam coding yang
dibuat oleh peneliti berdasarkan hasil membaca dan mengkaji teori-teori
yang berkaitan dengan penelitian. Dari hasil pengcodingan tersebut
ditemukan 15 coding data yang kemudian dimasukan ke dalam 3 tema
perencanaan pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal
Gemilang 2, implementasi pendidikan karakter disiplin di kelompok
bermain Cikal Gemilang 2, dan evaluasi pendidikan karakter disiplin di
kelompok bermain Cikal Gemilang 2.
5. Menghubungkan secara deskripsi hasil data yang telah di coding. Setelah
mengidentifikasi tema-tema selama proses coding, peneliti mengaitkan
tema-tema ke dalam suatu rangkaian cerita dan mengembangkannya
dengan teori atau literatur pendukung yang relavan sesuai dengan topik
penelitian.
6. Menginterpretasikan data. Langkah yang terakhir peneleliti harus
menyajikan kembali data yang sudah dideskripsikan dalam bentuk narasi.
Peneliti menyampaikan analisis interpretasi data meliputi pembahasan
tentang kronologi topik peristiwa yang diteliti. Menggambarkan kronologi
topik peristiwa secara spesifik yang ditinjau dari penilaian pribadi peneliti
dan dari hasil perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang
berasal dari literatur atau teori pendukung.
H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Pemerikasaan keabsahan data pada penelitian kualitatif berlangsung
selama proses penelitian. Peneliti harus fokus kepada pengambilan data yang
mendalam sehingga akan membantu peneliti dalam melakukan serta
Pada penelitian kualitatif pemeriksaan keabsahan data bertujuan untuk
melaksanakan keinkuirian yang sedemikian rupa sehingga tingkat
kepercayaan penemuan dapat dicapai dan mempertunjukan derajat
kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada
kenyataan temuan yang diteliti (Creswell, 2008).
Peneliti melakukan teknik pemerikasaan keabsahan data yaitu dengan
melakukan langkah-langkah yang sesuai dengan pemeriksaan keabsahaan data
yang dipakai dalam penelitian kualitatif seperti berikut :
1. Membercheck, adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data (Creswell, 2013). Tujuan dari membercheck adalah
untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa
yang diberikan oleh pemberi data. Selain melakukan membercheck
kembali kepada para partisipan peneliti juga melakukan membercheck
kepada salah seorang tim penyusun kurikulum dan petugas keamanan di
Cikal Gemilang untuk mengetahui secara lebih mendalam kesesuaian
data-data dan menambah informasi yang sudah didapatkan sebelumnya dari
para partisipan.
2. Judging expert, adalah proses pemeriksaan data dimana peneliti
menanyakan atau meminta saran terlebih dahulu dengan ahli yang
berkompeten dalam penelitian yang sedang diteliti. Dalam hal ini peneliti
meminta saran dan berdiskusi terlebih dahulu dengan dosen pembimbing.
3. Memperpanjang Pengamatan, berarti peneliti kembali kelapangan untuk
melakukan pengamatan yang lebih mendalam (Creswell, 2013). Peneliti
melakukan pencarian informasi kembali kepada sumber data sehinga
hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk rapport,
semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, dan saling
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelompok bermain
Cikal Gemilang 2 terlihat sudah menyelenggarakan pendidikan karakter
disiplin. Karakter disiplin yang muncul di kelompok bermain Cikal Gemilang
2 sudah mulai berkembang pada setiap anak. Artinya anak sudah
memperlihatkan berbagai tanda perilaku disiplin dan perilaku tersebut mulai
konsisten dilakukan. Kelompok bermain Cikal Gemilang 2
mengimplentasikan proses pendidikanya melalui peran serta dari tiga
komponen yang saling mendukung terciptanya pendidikan karakter pada anak.
Tiga komponen tersebut terdiri dari subsistem keluarga unggul yang
membangun karakter anak, subsistem sekolah yang membekali kompetensi,
dan subsistem masyarakat yang menguatkan kepemimpinan.
Dalam mendukung terciptanya sekolah yang berkarakter kegiatan
belajar di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 dirancang menyenangkan
yang disebut sebagai pembelajaran interaktif holistik. Pembelajaran interaktif
holistik dirancang untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik
maupun mental melalui komunikasi dua arah yang sehat dan sederajat antara
guru dengan masing-masing anak. Kegiatan belajar menjadi aktivitas yang
direnacanakan, terarah, terkontrol dan bertujuan. Belajar diawali dengan
semangat yang tinggi. Rasa aman dan nyaman diutamakan dalam proses
pembelajarannya, anak tidak dipermalukan jika melakukan kesalahan dan
B. Rekomendasi
1. Bagi Pihak Sekolah
Diharapkan untuk dapat lebih solid bekerja sama dengan para tim ahli
yang dimiliki oleh sekolah dalam merancang komponen pembelajaran
khususnya dalam memperkuat pendidikan karakter pada anak. Dengan
adanya kerjasama yang solid antara kepala sekolah, manager operasinal,
guru dan para tim ahli diharapkan sekolah dapat merancang komponen
program pembelajaran berbasis pendidikan karakter khususnya dalam
menanamkan pendidikan karakter disiplin yang lebih mukthair dan lebih
efektif baik dari segi strategi, metode, maupun evaluasi.
2. Bagi Pihak Guru
Di dalam menanamkan pendidikan karakter disiplin pada anak guru harus
lebih tegas dan jangan terlalu memberikan kebebasan yang berlebihan
kepada anak. Ketika ada anak yang meminta untuk dibawakan tasnya
menuju loker seharusnya guru dapat memahami dan sadar bahwa anak
tersebut sebenarnya sudah dapat melakukannya sendiri. Berilah
kesempatan dan kepercayaan pada anak bahwa ia dapat melakukannya
sendiri tanpa harus dibantu. Cara lain yang lebih menarik perhatian anak
yaitu guru dapat menempelkan poto dan nama anak dengan menggunakan
huruf berwarna warni pada setiap loker sehingga anak akan mempunyai
loker tasnya masing-masing. Diharapkan dengan melakukan cara tersebut
anak akan bersemangat membawa tasnya sendiri untuk dimasukan ke
dalam loker dan yang lebih penting lagi cara tersebut dapat membuat anak
belajar konsisten untuk berperilaku disiplin.
3. Bagi Pihak Keluarga
Di dalam mendisiplinkan anak diharapkan orang tua tidak hanya mendidik
melalui kata-kata saja jadilah contoh teladan yang baik dalam
pembentukan karakter awal pada anak adalah di lingkungan keluarga.
Berusahalah menjadi panutan yang positif bagi anak, sebab anak belajar
banyak dari apa yang dilihatnya. Karakter orang tua yang diperhatikan
melalui perilaku nyata merupakan bahan pelajaran yang akan diserap anak.
Mendidik anak berdisiplin melalui contoh teladan, artinya menanamkan
karakter yang baik dalam mendisiplinkan anak agar berperilaku sesuai
dengan harapan orang tua.
4. Bagi Pihak Masyarakat
Diharapkan dapat membantu terjadinya proses pendidikan karakter
disiplin di lingkungan masyarakat dengan memberikan penguatan karakter
berupa dukungan moril dari masyarakat. Penguatan tersebut dapat
berwujud dalam bentuk kegiatan keseharian yang menekankan pada
penciptaan lingkungan dan tingkah laku masyarakat yang tertib serta
menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman seperti tidak melajukan
kendaraan dengan kencang disekitar jalan raya yang terhubung dengan
lingkungan sekolah, parkir kendaraan dengan teratur, serta tidak
sembarangan berjualan di depan lingkungan sekolah sehingga tidak
mengganggu warga sekolah dalam beraktivitas.
C. Implikasi
Penelitian ini memiliki keterbatasan, mulai dari keterbatasan waktu
penelitian sampai dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki
peneliti. Peneliti belum dapat mencari tahu pihak siapa sajakah yang ikut
andil dalam merancang kurikulum selain tim perancang kurikulum,
manager operasional, dan guru di kelompok bermain Cikal Gemilang 2
serta apa tugas dari masing-masing pihak tersebut berkaitan dengan
perancangan kurikulum berbasis pendidikan karakter khususnya dalam
penanaman karakter disiplin. Maka dari itu diharapkan bagi para peneliti
selanjutnya yang ingin meneliti tentang penyelenggaraan pendidikan
karakter disiplin dapat mengkesplor lebih dalam lagi tentang bagaimana
dalam merancang kurikulum dan apa peran serta dari pihak-pihak tersebut
di dalam pelaksanaan perancangan kurikulum berbasis pendidikan
karakter khususnya dalam perancangan penanaman pendidikan karakter
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. (2008). Pengembangan Kurikulum Di Sekolah: Bandung. Sinar Baru Algensindo
Asmani, Ma’mur, Jamal. (2011). 7 Tips Apalikasi Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan. Jogjakarta: Diva press
Bredekamp, Sue. & Coople, Carol. (2011). Developmentally Appropriate
Paractice : In Early Childhood Program Serving Children from Brith Trhough Age 8 Thrid Edition. Washington: National Asociation for The
Education of Young Children
Creswell, W. John. (2008). Educational Research: Planing, Conducting, and
Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey: Pearson
Education
______________. (2010). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
_______________. (2013). Qualitative Inquiry & Research Design Choosing
Among Five Approaches. Washington DC: Sage
Chareles, C, M. (2011). Building Classroom Discipline. USA : Pearson
Dikdas. (2011). Prespektif: Pendidikan Karakter Menuju Bangsa Unggul. Jakarta: Buletin Policy Brief Edisi 4 juli 2011 Jendral Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan Nasional
Farida, Anna. Rois, Suhud, Ahmad, Edi, S. (2012). Sekolah yang Menyenagkan
Metode Kreatif Mengajar dan Pengembangan Karakter Siswa. Bandung :
Nuanasa Cendikia
Fitri, Zaenul, Agus. (2012). Pendidikan karakter Berbasis Nilai & Etika di
Sekolah. Jogjakarta :Ar-Ruzz Media
Gauvain, Mary. & Parke, D. Ross. (2009). Child Psychology A Contemporary
Viewpoint. California: MC Graw Hill
Georgi. & Clarke, Ann. (2014). Reward and Punisment. [Online]. Diakses dari http://families.naeyc.org/families-today/reward-and-punishment
Gultom, Lisonda, Aemi. (2013). Implementasi Pendidikan Karakter Pada
Pendidikan Anak Usia Dini dan Sekolah Dasar. Bandung: Proseding
Haryati, Nur. Maryatun, Budi, Ika. (2010). Pengembangan Program Pendidikan
Anak Usia Dini. Yogyakarta: UNY
Indra, Akuntono. (2012). Mendesak Pembangunan Karakter Bangsa Lewat
Pendidikan. [Online]. Diakses dari
http://edukasi.kompas.com/read/2012/08/07/08410914
Kemendikbud. (2012). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Kemendiknas. (2012). Pedoman Pendidikan Karakter Pada Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan Usia dini, Kementrian Pendidikan Nasional
__________. (2011). Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional
Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. (2010). Bahan Pelatihan: Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum
Kesuma, Dharma. Johar, Permana, & Triana, Cepi. (2012). Pendidikan Karakter:
Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Rosda
Lickona, Thomas. (2013). Educating For Character: Mendidik Untuk Membentuk
Karakter. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Megawangi, Ratna. (2011). Pendidikan Karakter di PAUD Melalui Pendidikan
Holistik Berbasis Karakter .[Online]. Diakses dari
http://nagaripetualang.wordpress.com/2011/10/09/pendidikan-karakter-di-paud/
Moleong, Lexy. (1995). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya
Mulyasa,E.H. (2012).ManajemenPendidikanKarakter. Jakarta: BumiAksara. Morrison. S. George. (2012). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini: Edisi
Kelima. Jakrata: PT. Indeks
Novita, Wirma. (2012). Pelaksanaan Penanaman Disiplin Pada Anak Di Taman
Kanak-Kanak Adhyaksa XXVI Padang. Jakarta: Pesona PAUD Vol 1.