• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMANDIRIAN ANAK USIA SD DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN URUTAN KELAHIRAN Kemandirian Anak Usia SD Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Urutan Kelahiran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMANDIRIAN ANAK USIA SD DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN URUTAN KELAHIRAN Kemandirian Anak Usia SD Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Urutan Kelahiran."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KEMANDIRIAN ANAK USIA SD DITINJAU DARI

JENIS KELAMIN DAN URUTAN KELAHIRAN

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

oleh:

Diana Rizkawati F 100 020 112

F AKULTAS PSIKOLOGI

UNIVE RSITAS MUH AMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

KEMANDIRIAN ANAK USIA SD DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN URUTAN KELAHIRAN

ABSTRAKSI

Setiap anak laki- laki maupun perempuan baik bungsu maupun sulung diharapkan memiliki kemandirian yang tinggi sehingga dapat melakukan kegiatan atau aktivitas tanpa tergantung sepenuhnya pada orang lain. Kemandirian berperan penting bagi semua individu karena merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak selanjutnya. Variabel yang diprediksi dapat mempengaruhi kemandirian yaitu jenis kelamin dan urutan kelahiran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Perbedaan kemandirian anak ditinjau dari jenis kelamin; 2) Perbedaan kemandirian anak ditinjau dari urutan kelahiran; 3) Tingkat kemandirian anak ditinjau dari jenis kelamin; 4) Tingkat kemandirian anak ditinjau dari urutan kelahiran.

Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V dan VI SD Inti Negeri 27 Kauman Solo dengan komposisi laki- laki 25 anak, perempuan 22 anak, berstatus sulung ada 26 anak dan bungsu 21 anak. Total subjek keseluruhan 47 anak. Pengambilan sampel menggunakan teknik

purposive sample, yaitu berdasarkan ciri- ciri: 1) masih memiliki kedua orang tua dan tinggal bersama orang tua dalam satu rumah, 2) berstatus sebagai anak sulung dan anak bungsu. Metode pengumpulan data menggunakan skala kemandirian. Teknik analisis data menggunakan analisis varians dua jalur.

Hasil analisis data perbedaan kemandirian ditinjau dari jenis kelamin secara parsial

diperoleh nilai F =5,800; R2=0,094; p = 0,019 (p<0,05). Artinya ada perbedaan yang

signifikan kemandiran anak laki- laki dengan perempuan. Nilai rata-rata laki- laki = 20,00 dan perempuan=15,318, dengan demikian kemandirian anak laki- laki lebih tinggi dibandingkan kemandirian anak perempuan. Hasil analisis data perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan

kelahiran secara parsial diperoleh nilai F =12,141; R2=0,197; p = 0,001 (p<0,01). Artinya ada

perbedaan yang sangat signifikan kemandiran anak sulung dengan bungsu. Nilai rata-rata anak sulung= 20,846 dan perempuan=14,048, dengan demikian kemandirian anak sulung lebih tinggi dibandingkan kemandirian anak bungsu. Adapun hasil analisis Anava dua jalur

diperoleh nilai FAB = 0,546; R2 = 0,009; p = 0,530 (p>0,05). Hasil ini diinterpretasi bahwa

secara simultan apabila variabel jenis kelamin dan urutan kelahiran digabungkan (dikompositkan) maka hasilnya tidak signifikan, hal ini disebabkan dalam analisis varians dua jalur terjadi intervariansi antara variabel jalur jenis kelamin dan urutan kelahiran

Kesimpulan penelitian menyatakan 1) ada perbedaan kemandirian anak usia SD ditinjau dari jenis kelamin; 2) Ada perbedaan kemandirian anak usia SD ditinjau dari urutan kelahiran. Namun gneralisasi dari hasil- hasil penelitian ini terbatas pada populasi dimana penelitian dilakukan (Sekolah Dasar Negeri Kauman 27 Surakarta) sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya perlu dilakukan penelitian ulang dengan menggunakan atau menambah variabel- variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian.

(5)

LATAR BELAKANG MASALAH

Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak selanjutnya. Kemampuan untuk mandiri tidak terbentuk dengan sendirinya. Kemampuan ini diperoleh dengan kemauan, dan dorongan dari orang lain. Masrun dkk (2000) menyatakan kemandirian adalah suatu sifat yang memungkinkan seseorang bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri, mengejar prestasi, penuh keyakinan dan memiliki keinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu mengatasi persoalan yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakan, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki, menghargai keadaan diri dan memperoleh kepuasan atas usaha sendiri.

Menurut penelitian Crandall dkk, (dalam Nakita, 2005) ditemukan bahwa anak-anak yang berprestasi memiliki kemandirian yang lebih tinggi dari pada anak-anak yang tidak berprestasi. Kemandirian juga berkorelasi dengan motivasi untuk berprestasi. Anak-anak yang mandiri secara emosional mengalami peningkatan IQ selama masa-masa praseko

Kemandirian dalam konteks individu yaitu memiliki aspek yang lebih luas dari sekedar aspek fisik dan perilaku. Kemandirian menurut Havinghurst (Mu’tadin, 2002) dapat dilihat dari segi, antara lain:

a. Aspek emosi yaitu ditujukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan

tidak tergantungnya emosi pada orangtua. b. Aspek ekonomi yaitu ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak

tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orangtua,

c. Aspek sosial yaitu ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.

d. Aspek inteligensi yaitu ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.

Hasil penelitian Partosuwido (dalam Nashori, 2003) menunjukkan stereotype tentang pria dan wanita menyebutkan bahwa kaum pria dipandang lebih aktif, mandiri, agresif, berani, terbuka, dominan bertindak rasional. Wanita cenderung bergantung, tertutup, malu malu, pasif, bertindak emosional. Jenis kelamin merupakan salah satu kategori dasar dalam kehidupan sosial.

Determinan atau variabel yang juga diasumsikan berpengaruh terhadap kemandirian yaitu urutan kelahiran. Masrun dkk (2000) mengemukakan anak sulung biasanya sejak kecil sudah dibiasakan untuk bersikap mandiri, sehingga bisa menjadi contoh adik-adiknya, pada anak bungsu, biasanya orang tua maupun kakak-kakaknya memanjakan dan melindungi serta menuruti segala keinginannya, dengan demikian akan menumbuhkan sifat tergantung. Pada anak tengah, tuntutan yang diberikan oleh orang tuanya biasanya tidak sekuat pada anak sulung.

(6)

memiliki kemampuan menipu, selain itu orang tua juga memiliki tuntutan yang lebih tinggi terhadap anak sulung, sehingga anak sulung lebih mandiri dibanding anak bungsu.

Mengenai masalah urutan kelahiran yang diduga dapat mempengaruhi perkembangan individu, Adler (dalam Mujiono, 2004) menjelaskan bahwa anak yang mempunyai urutan kelahiran tertentu dalam keluarga cenderung berbeda kemandiriannya. Biasanya anak sulung lebih didahulukan, lebih diberi tanggung jawab, lebih diharapkan untuk mandiri, mengalah dan menjadi contoh kepada anak yang lebih muda. Adanya perbedaan kesempatan dalam perlakuan orang tua yang didasarkan pada urutan kelahiran anak dalam keluarga tersebut akan menimbulkan pengaruh yang berbeda baik pada setiap anak dengan urutan kelahirannya dalam kepribadian, sikap dan pola tingkah lakunya. Diperkuat oleh pendapat Hurlock (2006) yang menyatakan bahwa anak sulung memiliki tanggung jawab, wewenang, dan kepercayaan diri yang lebih besar dirumah sehingga cenderung memiliki kemampuan pemimpin dan orang tua juga memiliki tuntutan yang lebih tinggi terhadap anak sulung daripada anak bungsu. Anak yang menduduki posisi pertama atau sulung dalam keluarga cenderung serius, ingin belajar dan mampu menyesuaikan maupun mengendalikan diri, sedangkan anak bungsu cenderung kurang berprestasi, cenderung manja. Oleh karena itu anak sulung dan anak bungsu mempunyai banyak perbedaan yang akan berpengaruh terhadap perilaku dalam kemandirian.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat dibuat rumusan masalah: Apakah ada perbedaan kemandirian ditinjau dari jenis kelamin dan anak sulung dan anak bungsu. Dengan rumusan masalah

tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kemandirian Anak ditinjau dari Jenis Kelamin dan Urutan Kelahiran“.

LANDASAN TEORI Kemandirian

Kemandirian berasal dari istilah mandiri yang telah dikenal kalangan luas. Pengertiannya sama yaitu untuk memberi ciri bahwa dalam segala aktivitas, individu dituntut untuk mampu berdiri sendiri. Menurut Sukadji (2006) yang dimaksud dengan kemandirian adalah : (a) Mampu mengatur diri sendiri sesuai dengan hak dan kewajiban, (b) Mampu menentukan nasib sendiri, tidak tergantung pada orang lain sampai batas kemampuannya, (c) Mampu bertanggung jawab. Kemandirian seseorang akan tampak bila individu tersebut penuh inisiatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi, memiliki ketekunan dalam mengerjakan tugas yang dibebankan pada dirinya dan berani mencoba sesuatu yang

baru. Memperjelas pendapat

sebelumnya, Masrun dkk. (2000) mengemukakan mandiri merupakan perilaku yang aktivitasnya diarahkan pada diri sendiri, tidak mengharapkan pengarahan dari individu lain, bahkan mencoba memecahkan atau menyelesaikan masalah sendiri tanpa bantuan individu lain.

Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi kemandirian menurut Masrun dkk (2000) adalah:

a. Faktor internal. faktor internal

ini meliputi faktor umum, jenis kelamin dan urutan kelahiran.

1).Umur. Banyak penelitian yang

menunjukkan bahwa umur merupakan variabel yang berpengaruh terhadap kepribadian seseorang.

2).Jenis Kelamin. Laki- laki lebih

(7)

semata akan tetapi karena orang tua dalam memperlakukan anak dalam kehidupan sehari- hari lebih cenderung memberikan perlindungan yang besar pada anak perempuan. Hal tersebut berkembang karena adanya mitos tentang perempuan adalah makhluk lemah dan laki- laki adalah makhluk kuat.

3).Urutan Kelahiran. Pada anak

sulung biasanya sejak kecil sudah dibiasakan untuk bersikap mandiri, sehingga bisa menjadi contoh adik-adiknya. Sedangkan pada anak bungsu, biasanya orang tua maupun kakak-kakaknya memanjakan dan melindungi serta menuruti segala keinginannya. Dengan demikian akan menumbuhkan sifat tergantung padanya. Pada anak tengah, tuntutan yang diberikan oleh orang tuanya biasanya tidak sekuat pada anak sulung.

b. Faktor eksternal. Faktor dari

luar yang mempengaruhi kemandirian dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan yang permanen dan lingkungan yang tidak permanen.

1).Lingkungan yang permanen.

Lingkungan permanen yang berpengaruh terhadap kemandirian, misalnya sekolahan.

2).Lingkungan yang tidak

permanen. Lingkungan yang tidak permanen mempengaruhi kemandirian misalnya terjadinya peristiwa-peristiwa penting yang ada dalam kehidupan individu yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan kepribadian individu. Contohnya adanya bencana alam atau kehilangan seseorang yang dicintai.

Menurut Nasution (2005) bahwa kemandirian dipengaruhi beberapa faktor antara lain:

a. Faktor eksogen, faktor eksogen merupakan faktor yang berasal dari luar yaitu yang berasal dari keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok teman sebaya.

b. Faktor endogen, faktor endogen merupakan faktor yang berasal dari

dalam individu yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis diantaranya kondisi fisik sehat dan tidak sehat atau sempurna dan tidak sempurna, sedangkan faktor psikologis meliputi: bakat, minat, motivasi, IQ dan kepribadian.

Kemandirian terbentuk oleh berbagai aspek. Berkaitan dengan hal tersebut Masrun dkk (2000) mengemukakan kemandiria n mempunyai lima aspek, yaitu:

a. Bebas. Aspek ini ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendaknya sendiri, bukan karena individu lain dan tidak pula tergantung pada individu lain.

b. Progresif dan ulet. Aspek ini yang ditunjukkan dengan adanya usaha untuk mengejar prestasi, penuh

ketekunan, perencanaan serta mewujudkan harapan- harapan.

c. Inisiatif. Yang termaasuk dalam aspek ini adalah kemampuan untuk berfikir dan bertindak secara original dan penuh kreatif.

d. Pengendalian dari dalam

(Internal Locus of Control). Yang

termasuk dalam aspek ini adalah adanya perasaan mampu untuk menghadapi masalah yang dihadapi, kemampuan mengendalikan tindakannya serta kemampuan mempengaruhi lingkungannya dan atau usahanya sendiri.

Jenis kelamin

(8)

Bentuk dan konstitusi tubuh pria berbeda dengan wanita. Pada pria perototannya kaku, kuat, dan padat, sedangkan tubuh wanita terdiri dari tulang-tulang yang relatif kecil, dan lebih banyak lemak serta memberi kesan bulat dan lebih halus. Oleh karena itu, kekuatan tenaga atau daya tarik fisik laki-laki lebih besar dari tenaga wanita, menurut Gunarsa (2005). Perbedaan yang mencolok antara lak-laki dan perempuan selain bentuk fisik juga pada segi kebutuhan dan fisiologis, yaitu wanita akan mengalami masa menstruasi, kehamilan, menopause dan keguguran.

Kartono (2004) mengatakan ciri-ciri jasmaniah wanita sangat berbeda dengan milik kaum pria. Perbedaan secara antomis dan fisiologis ini menyebabkan adanya perbedaan pada struktur tingkah laku dan struktur aktivitas lak- laki dan perempuan. Perbedaan tersebut menimbulkan perbedaan isi dan tingkah lakunya serta kemampuan selektif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Perbedaan dapat dilihat dari segi biologis maupun psikis, tetapi perbedaan itu tidak berarti bahwa satu lebih tinggi dari yang lain. Kartono (2004) menambahkan wanita akan lebih dekat denga n masalah-masalah kehidupan praktis, kongkrit, lebih spontan, bergairah, penuh vitalitas hidup, heterosentris dan sosial. Sedangkan pria lebih egosentris dan tertarik pada segi kejiwaan yang bersifat abstrak. Gunarsa (2005) menambahkan bahwa ada pembatasan pikiran, rasio, dan emosionalitas. Jalan pikiran pria tidak dikuasai emosi, perasaan maupun suasana hati.

Menurut Bem (Nrangwesty, 1995) peran jenis laki- laki dan perempuan secara umum terbagi dalam empat kelompok yaitu: maskulin,

feminim, androgini dan undifferentiated.

a. Peran maskulin menunjuk pada “tingkat” dimana seseorang memenuhi harapan sosial tentang

bagaimana seharusnya pria berperilaku atau berpenampilan. Dari pendapat di atas maka tanpa dikaitkan dengan jenis lak-laki dan perempuan individu dapat dikatakan bahwa peran seks maskulin menunjuk pada tingkat dimana seseorang memiliki karakteristik yang memenuhi harapan sosial tentang karakteristik pria. Peran seks maskulin diantaranya agresif, independen, kompetitif, logis dan rasional, suka berpetualangan atau mencari pengalaman baru, mudah mengambil keputusan, percaya diri, asertif, berorientasi pada tujuan dan pengembangan diri., berani mengambil resiko, dominan, berani mengambil sikap, penuh inisiatif, percaya diri sendiri, sportif dan suka menganalisa, cepat mengambil keputusan, berdikari, suka melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain, bersifat maskulin, suka bersaing untuk mencapai cita-cita tinggi dan suka memimpin.

b. Peran feminin. Peran seks feminin menunjuk pada tingkat dimana seseorang memenuhi harapan sosial tentang bagaimana seharusnya wanita berperilaku atau berpenampilan Berbagai literatur menyebutkan beberapa karakteristik peran seks feminin yaitu: emosional, sensitif, ekspresif, memahami perasaan orang lain, melindungi, kooperatif, hangat, simpatik, lembut, suka menolong, menyenangkan orang lain, mudah terpengaruh dan suka manja atau kekanak-kanakan.

c. Peran androgini. Terdapat sejumlah pandangan secara teoritis maupun hasil dari berbagai penelitian mengenai peran seks androgen, menurut Block (Nrangwesty, 1995) menyatakan bahwa androgini menyajikan suatu

keseimbangan orientasi agency dan

(9)

orientasi agency dan communion.

Individu androgini adalah orang yang memiliki temperamen feminin dan maskulin dalam kadar yang tinggi sehingga bebas dan fleksibel untuk menampilkan aktivitas dan ketrampilan sesuai tuntutan keadaan bagi sejumlah kapabilitas dan sensitivitas yang unik. Individu androgen dapat menjadi asertif ketika dibutuhkan dan juga mampu bersikap hangat dan ekspresif bila situasi menuntut demikian, Peran seks androgini meliputi karakteristik maskulin sekaligus karakteristik feminin, yaitu: mempertahankan keyakinan sendiri, mandiri, tegas, berkepribadian teguh, suka memaksakan kehendak sendiri pada orang lain, memiliki kemampuan memimpin, berani mengambil resiko, dominan, berani mengambil sikap, penuh inisiatif, percaya diri, sportif dan suka bersaing, peka terhadap kebutuhan orang lain, penuh pengertian, penyayang, suka menghibur orang lain yang berduka, hangat dalam pergaulan, senang pada anak-anak, lemah- lembut, suka mengalah, periang, suka dirayu, setia, suka berbicara secara lemah lembut, mudah terpengaruh keadaan orang lain, suka manja atau kekanak-kanakan, tidak suka berbicara kasar.

Urutan Kelahiran

Anak sulung adalah anak yang lahir pertama atau yang hidup pertamakali atau yang paling tua sebelum adik-adiknya lahir. Anak sulung ini biasanya mempunyai ciri-ciri : bertanggung jawab, setia, memiliki motivasi yang tinggi untuk berprestasi, memiliki jiwa kepemimpinan, perfeksionis, serius, mudah untuk menyesuaikan diri, berorientasi pada orang dewasa, penghibur, lebih berehati-hati, dan mudah merasa cemas karena takut mengalami kegagalan,sehingga cukup pasif, emosional, memiliki sifat sensitif, serta tidak suka kejutan. Sedangkan harapan orang tua dan

masyarakat pada anak sulung ini adalah sebagai “tiang” hari depan, sehingga pada waktu orangtua tersebut berusia lanjut maka dapat bersandar pada anaknya, dan selain itu juga dapat membantu mencari nafkah dalam keluarganya, karena anak tersebut dianggap sebagai anak yang paling tua serta dapat memberikan contoh yang baik kepada adik-adiknya. Harapan masyarakat dapat menjadi pemimpin yang baik dalam masyarakat.

Anak bungsu adalah anak yang mempunyai urutan paling akhir atau terkecil dalam suatu keluarga, karena urutannya yang paling kecil diantara anggota keluarga, yaitu setelah kelahiran anak sulung dan anak tengah, maka biasanya anak bungsu menjadi pusat perhatian keluarga baik orang tua

maupun kakak-kakaknya. Pada

(10)

Hipotesis

1. Hipotesis mayor

Ada perbedaan kemandirian anak usia SD ditinjau dari jenis kelamin dan urutan kelahiran.

2. Hipotesis minor

a. Kemandirian anak laki- laki lebih tinggi dibandingkan perempua n

b. Kemandirian anak sulung lebih tinggi dibandingkan anak bungsu.

METODE

Variabel penelitian:

Variabel bebas a. Jenis kelamin b. Urutan kelahiran Variabel tergantung: Kemandirian

Subjek Penelitian

Siswa-siswi SD Inti Negeri 27 Kauman Solo Kelas V dan VI yang berjumlah 47 siswa. Komposisinya sebagai berikut: laki- laki 25 anak, perempuan 22 anak, berstatus sulung ada 26 anak dan bungsu 21 anak. Total subjek keseluruhan 47 anak

Alat Ukur

Skala kemandirian disusun

berdasarkan aspek-aspekdari teori

Masrun, dkk (2000) meliputi aspek-aspek : bebas, progresif dan ulet, inisiatif, pengendalian dari dalam, kemantapan diri

Analisis Data

Analisis Varians Dua Jalur

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis data perbedaan kemandirian ditinjau dari jenis kelamin secara parsial diperoleh nilai F =5,800;

R2=0,094; p = 0,019 (p<0,05). Artinya

ada perbedaan yang signifikan kemandiran anak laki- laki dengan perempuan. Nilai rata-rata laki- laki = 20,00 dan perempuan=15,318, dengan demikian kemandirian anak laki- laki lebih tinggi dibandingkan kemandirian anak perempuan .

Hasil penelitian di atas sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya, antara lain dilakukan oleh Aviatin (1993) yang memaparkan bahwa pria memiliki persepsi kemandirian yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Selanjutnya penelitian Marsudi (2004) meneliti tentang kemandirian anak tuna grahita ditinjau dari pola asuh orangtua dan jenis kelamin. Hasil penelitian menyatakan ada perbedaan kemandirian antara anak tuna grahita laki - laki dan perempuan. Anak laki- laki memilki kemandirian lebih tinggi dibandingkan perempuan

Jenis lak- laki dan perempuan mempunyai pengaruh terhadap kepribadian. Partosuwido (dalam Nashori, 2003) mengemukakan beberapa perbedaan karakteristik tentang lak- laki dan perempuan. Kaum pria dipandang lebih aktif, mandiri, agresif, berani, terbuka, dominan bertindak rasional. Wanita cenderung bergantung, tertutup, malu- malu, pasif, bertindak emosional. Berkaitan dengan hal tersebut Gunarsa (2005) memaparkan bahwa ada pembatasan pikiran, rasio, dan emosionalitas. Jalan pikiran pria tidak dikuasai emosi, perasaan maupun suasana hati. Pria akan lebih percaya diri daripada wanita dalam pertemuan yang heterogen sedangkan dalam kelompok homogen wanita akan sama sama rasa percaya dirinya dengan pria. Perempuan biasanya mengalami hambatan dalam kepercayaan diri jika berhadapan dengan lawan jenis dan sebaliknya pria jarang mengalami hambatan jika berhadapan dengan lawan jenisnya.

Hasil analisis data perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran secara parsial diperoleh nilai F

=12,141; R2=0,197; p = 0,001 (p<0,01).

(11)

sulung lebih tinggi dibandingkan kemandirian anak bungsu.

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Choir (2010) yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan kemandirian anak sulung, tentgah dan bungsu. Anak sulung memiliki kemandirian yang paling tinggi dibandingkan anak tengah dan anak bungsu. Rahmawati (2005) pada penelitian yang telah dilakukan juga menyatakan bahwa kemandirian anak sulung telah masuk dalam kriteria tinggi sedangkan kemandirian anak bungsu masuk dalam kriteria sedang. Ditinjau dari tiap-tiap sub variabel kemandirian menunjukkan bahwa anak sulung pada aspek intelektual berada pada kategori sedang, sedangkan pada aspek ekonomi, emosi dan sosial berada pada kriteria tinggi sedangkan pada anak bungsu pada aspek intelektual, ekonomi, emosi dan sosial seluruhnya berada dalam kriteria sedang. Santrock (2006) mempertegas bahwa urutan kelahiran termasuk salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian, hal ini dikarenakan oleh perbedaan kesempatan dan perlakuan orang tua yang didasarkan pada urutan kelahiran anak dalam keluarga akan menimbulkan pengaruh yang berbeda dalam sikap dan tingkah lakunya. Anak sulung memiliki tanggung jawab, wewenang, dan kepercayaan diri yang lebih besar dirumah sehingga cenderung memiliki kemampuan menipu, selain itu orang tua juga memiliki tuntutan yang lebih tinggi terhadap anak sulung, sehingga anak sulung lebih mandiri dibanding anak bungsu.

Gneralisasi dari hasil- hasil penelitian ini terbatas pada populasi dimana penelitian dilakukan (Sekolah Dasar Negeri Kauman 27 Surakarta) sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya perlu dilakukan penelitian ulang dengan menggunakan atau menambah variabel- variabel lain

yang belum disertakan dalam penelitian ini ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Tidak ada perbedaan kemandirian ditinjau dari jenis kelamin dan urutan kelahiran.

2. Ada perbedaan yang signifikan kemandirian antara laki- laki dan perempuan. Anak laki- laki memiliki kemandirian lebih tinggi dibandingkan perempuan.

3. Ada perbedaan yang signifikan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran. Anak sulung memiliki kemandirian lebih tinggi dibandingkan anak bungsu.

4. Kemandirian anak laki- laki

tergolong tinggi dan anak perempuan tergolong sedang.

5. Kemandirian anak sulung tergolong tinggi dan anak bungsu tergolong sedang. .

Saran

Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan penelitian yang sama diharapkan agar memperhatikan variabel-variabel lain yang mempengaruhi kemandirian selain jenis kelamin dan urutan kelahiran, misalnya usia, lingkungan pergaulan dan pola asuh orangtua.

Daftar Pustaka

Choir, L. 2010. Perbedaan kemandirian remaja pada siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Malang ditinjau dari urutan kelahiran / Latifatul

Choir. Laporan Penelitian

-Universitas Negeri Malang

Gunarsa, S. 2005. Psikologi

Perkembangan Anak dan Remaja.

(12)

Hurlock, E.B. 2006. Psikologi

Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan (Terjemahan :

Istiwidayati). Jakarta : Erlangga.

Kartono, K. 2004. Psikologi Umum.

Bandung: Ganesha.

Masrun, Martono Martaniah, S.M. 2000. Studi Mengenai Kemandirian Pada Penduduk di Tiga Suku

(Jawa, Batak dan Bugis). Laporan

Penelitian. Yogyakarta: Kantor

Menteri Negara dan Lingkungan Hidup Fakultas Psikologi UGM.

Mujiono, M. 2004. Perbedaan Hubungan Interpersonal antara Anak Sulung

dan Anak Bungsu. Skripsi (tidak

diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.

Mussen P.H., Conger. JJ dan Kagan J.

2000. Perkembangan Anak

(terjemahan Meitasari Tjandrasa). Jakarta: Erlangga.

Mu’tadin, Z. 2002. Mengembangkan

Ketrampilan Sosial pada Remaja.

www.e-psikologi. com

Nakita 2005. Menjadikan Anak Mandiri.

Nakita. April. Hal 13-19.

Nashori, F. 2003. Kompetensi Interpersonal Ditinjau dari Kematangan Beragama, Konsep

Diri dan Jenis Kelamin. Tesis

(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM.

Nrangwesty, G. 1995. Studi Pengaruh Gender Perspektif Antara Maskulin, Feminin, Androgin dan Undifferentiated terhadap Motivasi Berprestasi Karyawan

Wanita. Skripsi Sarjana. (tidak

diterbitkan). Fakultas Psikologi UNAIR.

Rahmawati S.R. 2005. Perbedaan kemandirian antara Anak Sulung dengan Anak Bungsu pada Siswa Kelas II SMA Negeri 11 Semarang Tahun Pelajaran

2004/2005. Laporan Penelitian..

Jurusan Bimbingan dan Konseling. FIP. UNNES.

Santrock, J.W. 2006. Adolescense

(Perkembangan Remaja). Jakarta

: Erlangga.

Sukadji, S. 2006. Psikologi Remaja Bagi

Guru dan Kepala Sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

Namun, selain itu pihak bank juga memberikan pembiayaan umrah berupa uang yang ditransfer ke rekening nasabah apabila nasabah tidak menggunakan tour dan travel untuk

Usulan untuk meningkatkan kompetensi profesional adalah dengan sertifikasi keahlian melalui kegiatan-kegiatan: pelatihan berbasis kompetensi (Competence-Based Training

keberadaan konsep kedua ini merupakan pelengkap dari konsep yang pertama, ketika dalam meningkatkan bentuk partisipasi dan persepsi masyarakat pasangan usia muda harus

Sebagai kemungkinan lain, atau jika larut dalam air, menyerap dengan memakai bahan kering yang tidak giat dan masukkan ke wadah bahan buangan yang tepat.. Buang melalui kontraktor

Dari hasil impulse response function (IRF) dijelaskan dalam jalur suku bunga dan jalur nilai tukar di Malaysia membutuhkan time lag respon variabel terjadi ketika shock

Dari hasil pengamatan pada siswa kelas III Sekolah Dasar Islam AlMa’arif 02 Singosari Malang pada tanggal 23 April 2015, diperoleh gambaran tentang pembelajaran yang telah

Bila situs http://www.yahoo.com terbuka maka artinya pengerjaan squid anda sampai tahap ini berjalan lancar. Bila situs http://www.17tahun.com tidak terbuka dan hanya bertulisakan

Sarana informasi dan sosialisasi program BOS yang digunakan antara lain : komunikasi langsung dengan masyarakat (dalam hal ini orang tua siswa) saat pembagian