• Tidak ada hasil yang ditemukan

Re-Branding One Day No Rice di Depok.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Re-Branding One Day No Rice di Depok."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

RE-BRANDING ONE DAY NO RICE DI DEPOK

One Day No Rice adalah gerakan yang menghimbau masyarakat Indonesia untuk

mengurangi mengomsumsi nasidalam 1 hari saja dan memanfaatkan aneka ragam pangan bahan lokal, seperti umbi-umbian. Gerakan ini muncul berdasarkan Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman KomsumsiPangan (P2KP) berbasis sumber daya lokal.

Masyarakat Indonesia mempunyai ketergantungan terhadap nasi, sehingga belum lengkap rasanya jika belum mengomsumsi nasi, maka cara pandang inilah yang membuat pemerintah harus mencari alternatif lain untuk mengurangi komsumsi pangan beras demi menanggulangi krisis pangan dunia dan mengurangi pengeluaran kas negara. Di tahun 2014, Indonesia berencana untuk menghentikan impor beras, bayangkan jika masyarakat Indonesia masih terbiasa mengomsumsi nasi tanpa adanya persediaan beras yang cukup.

Depok adalah kota yang benar-benar bertekad melaksanakan gerakan ini dengan baik. Sayangnya, setelah 3 tahun gerakan ini dilaksanakan, namun, keberhasilannya masih seputar di daerah Pemerintah Depok. Hal ini terjadi karena sosialisasi ODNR hanya berupa sosialisasi saja dan belum mempunyai identitas & strategi visual yang tepat. Sehingga,

re-branding ODNR adalah solusi yang terpilih.

Re-branding ODNR yang akan dibuat adalah dengan memberikan identitas yang baru yang

sesuai dengan sasaran pasar. Di antaranya adalah logo, dengan media utama kemasan produk

ODNR. Dengan dukungan media promosi seperti, unconventional poster, mini booth, exhibition booth, x-banner, video memasak, brosur, merchandise; totebag, celemek, dan

brosur tata cara memasak. Diharapkan dengan memposisikan ODNR sebagai solusi makanans ehari-hari, masyarakat Depok akan tertarik dan melaksanakan gerakan tersebut dan menjadikan ODNR sebagai lifestyle yang baru.

(2)

ABSTRACT

RE-BRANDING ONE DAY NO RICE IN DEPOK

By:

Elwina Willianto

NRP 1064054

One Day No Rice is a movement that appealed Indonesian people to reduce their daily consumption of rice just and use any local foods, like tubers as the substitute. This movement emergesbased on PeraturanPresiden No. 22 Tahun 2009 aboutFood Consumption Acceleration Policy (P2KP) based on local resources.

Indonesian people have a dependency on rice, so it feels incomplete if they didn’t consume rice. From this perspective the government has to look for other alternatives to reduce the consumption of rice in order to overcome the world’s food crisis and reduce state’s spending cash. In 2014, Indonesia plans to stop importing rice, just imagine if the Indonesian people are still accustomedto consumerice without enough rice supplies.

Depok is the only city that does this movement properly. Unfortunately, even after 3 years implementing this movement, this movement only works around the area of Depok Government. Thishappened because the only form of ODNR socialization was only an appeal, without any proper visual identity and strategy. Therefore, Re - branding ODNR is the chosen solution.

Re - branding ODNR which will be created is to give a new identity that suits the target market. Among them is the Logo, with the main media which is ODNR product packaging. With the support of promotional media such as, unconventional posters, mini booth, exhibition booth, x - banner, cooking videos, brochures, merchandises; tote bag, aprons, and cooking proceduresbrochures. It is expected that by positioning ODNR as a daily food solution, Depok people will be interested to do the movement and make the ODNR as a new lifestyle.

(3)

DAFTAR ISI

JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

ABSTRAK... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... v

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR DIAGRAM... xiv

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup... 6

1.3Tujuan Perancangan... 7

1.4Sumber dan Teknik Pengumpulan Data... 7

1.5Skema Perancangan... 9

BAB II LANDASAN TEORI... 10

2.1 Branding... 10

2.1.1 Brand Characteristic... 11

2.1.2 The Strategic Role of Branding... 11

2.2 Advertising... 13

(4)

2.3.1 Advertising Campaign Concept... 14

2.3.2 Characteristic of an Advertising Campaign... 15

2.3.3 Campaign Outline... 18

2.3.4 Communication Concept... 19

2.3.5 Media Strategy... 19

2.4 AIDCA... 20

2.5 Food Packaging... 20

BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH... 10

3.1 Data dan Fakta... 10

3.1.1 Dinas Komunikasi dan Informasi... 11

3.1.2 Sosialisasi One Day No Rice... 27

3.1.3 Kesehatan dan ODNR... 38

3.2 Kuisioner terhadap gerakan ODNR... 43

3.2.1 Kuisioner ODNR... 43

3.2.2 Kuisioner Sosialisasi ODNR... 51

3.2.3 Kuisioner Umbi-Umbian... 56

3.2.4 Klasifikasi Tingkat Pendapatan... 57

3.3 Pro dan Kontra ODNR... 60

3.4 Pratinjau Terhadap Proyek Sejenis... 62

3.5Analisis Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta ... 67

3.5.1 Branding... 67

3.5.1.1 Brand Characteristic... 67

3.5.1.2 The Strategic Role of Branding... 68

3.5.2 Advertising... 70

3.5.3 Advertising Campaign... 71

3.5.3.1 Advertising Campaign Concept... 71

3.5.3.2 Characteristic of an Advertising Campaign... 72

3.5.3.3 Campaign Outline... 73

3.5.4 Communication Concept... 74

3.5.5 Media Strategy... 75

(5)

3.5.7 Food Packaging... 77

3.6 SWOT One Day No Rice... 78

3.6Segmentasi, Targeting, Positioning... 79

BAB IV PEMECAHAN MASALAH... 83

4.1 Konsep Komunikasi... 83

4.1.1 Awareness………... 85

4.1.2 Informing………... 85

4.1.3 Informing (Conviction)... 85

4.1.4 Action... 86

4.1.5 Reminding... 86

4.2 Konsep Kreatif... 86

4.3 Konsep Media... 88

4.4 Timeline... 87

4.5 Hasil Karya... 94

4.5.1 Konsep Desain ODNR... 94

4.5.2 Identitas Desain ODNR... 96

4.5.3 Packaging... 98

4.5.4 Desain Kampanye Iklan... 101

4.6 Budgeting... 115

BAB V PENUTUP... 116

4.1 Simpulan... 116

4.2 Saran... 117

DAFTAR PUSTAKA... 118

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo Dinas Depok... 22

Gambar 3.2 Strata Kepemimpinan Diskominfo... 26

Gambar 3.3 Poster One Day No Rice... 27

Gambar 3.4 SK Himbauan Walikota... 28

Gambar 3.5 Kantin Sehat Balai Kota... 29

Gambar 3.6 Menu Kantin Sehat... 30

Gambar 3.7 Apa Kabar Indonesia... 31

Gambar 3.8 Walikota dan Batik ODNR... 31

Gambar 3.9 Buku ODNR... 32

Gambar 3.10 Buku ODNR seri 2... 33

Gambar 3.11 Pin ODNR... 33

Gambar 3.12 Dokumentasi Sosialisasi... 34

Gambar 3.13 Brosur One Day No Rice... 35

Gambar 3.14 Komik One Day No Rice... 35

Gambar 3.15 Kalender One Day No Rice... 35

Gambar 3.16 Buku Revolusi ODNR... 36

Gambar 3.17 Dokumentasi Pemecahan Rekor Muri... 36

Gambar 3.18 Pekan Sarapan Pagi Nasional... 37

Gambar 3.19 Menu ODNR... 37

Gambar 3.20 Pin Pekan Sarapan Pagi Nasional... 38

Gambar 3.21 Kemasan Beras Jagung ODNR... 41

Gambar 3.22 Beras Jagung ODNR... 41

Gambar 3.23 Beras Jagung & Mie Mocaf... 42

Gambar 3.24 Top 10 Consumers of Corn, Wheat, Rice... 42

Gambar 3.25 Poster P2KP... 62

Gambar 3.26 P2KP di Grand Panghegar Bandung... 63

Gambar 3.27 Siswa-Siswi SD Kristen Manahan Solo... 64

Gambar 3.28 Iklan Layanan Masyarakat... 65

(7)

Gambar 4.2 Logo Selasa Tanpa Nasi... 95

Gambar 4.3 Ilustrasi Jagung & Singkong... 97

Gambar 4.4 Packaging Jagung... 99

Gambar 4.5 Packaging Mie Mocaf... 100

Gambar 4.6 Unconventional Poster; Ini Ada Bedanya... 101

Gambar 4.7 Unconventional Poster; Ini Ada Bedanya (2)... 102

Gambar 4.8 Unconventional Poster; Temukan Sehatnya... 103

Gambar 4.9 Unconventional Poster; Temukan Sehatnya (2)... 104

Gambar 4.10 Mini Booth... 105

Gambar 4.11 Brosur... 106

Gambar 4.12 X-Banner... 107

Gambar 4.13 Exhibition Booth... 108

Gambar 4.14 Celemek... 109

Gambar 4.15 Totebag... 109

Gambar 4.16 Tata Cara Memasak... 110

Gambar 4.17 Iklan Gondola... 111

Gambar 4.18 Website... 112

Gambar 4.19 Facebook... 113

Gambar 4.20 Youtube... 113

(8)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1 Skema Perancangan... 9

Diagram 3.1 Pengetahuan Siswa Terhadap ODNR... 43

Diagram 3.2 Mahasiswa/Siswa yang Melaksanakan ODNR... 44

Diagram 3.3 Pengetahuan Akibat Mengomsumsi Nasi ... 44

Diagram 3.4 Pandangan Mahasiswa/Siswa Terhadap ODNR ... 45

Diagram 3.5 Kesetujuan Mahasiswa/Siswa Terhadap Istilah... 46

Diagram 3.6 Ketertarikan Terhadap Olahan Pangan Lokal ... 46

Diagram 3.7 Pengetahuan Pekerja Terhadap ODNR... 47

Diagram 3.8 Pekerja yang Melaksanakan ODNR... 48

Diagram 3.9 Pengetahuan Akibat Mengomsumsi Nasi ... 48

Diagram 3.10 Pandangan Pekerja Terhadap ODNR ... 49

Diagram 3.11 Kesetujuan Pekerja Terhadap Istilah... 50

Diagram 3.12 Ketertarikan Terhadap Olahan Pangan Lokal ... 50

Diagram 3.13 Pandangan Mahasiswa/Siwa Terhadap Media Sosialisasi ODNR... 51

Diagram 3.14 Mahasiswa/Siwa yang Pernah/Tidak Melihat Media... 52

Diagram 3.15 Mahasiswa/Siswa yang Pernah Melihat Produk ODNR... 53

Diagram 3.16 Pandangan Pekerja Terhadap Media Sosialisasi ODNR... 54

Diagram 3.17 Pekerja yang Pernah Melihat Produk ODNR... 53

Diagram 3.18 Pandangan Mahasiswa/Siwa Terhadap Umbi-Umbian... 56

Diagram 3.19 Pandangan Pekerja Terhadap Umbi-Umbian... 57

Diagram 3.20 Ketertarikan Pembelian Pendapatan (1)... 58

Diagram 3.21 Ketertarikan Pembelian Pendapatan (2)... 58

Diagram 3.22 Ketertarikan Pembelian Pendapatan (3)... 59

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Skema Perancangan... 9

Tabel 4.1 Timeline... 93

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Rangkuman Wawancara... 120

A.1 Wawancara dengan Kepala Sub-Bagian, Analisa Kebijakan Publik Diskominfo, Rita... 120

A.2 Wawancara dengan Koordinator Humas dan Sekertariat Depok, Fathir Fajar... 121

A.3 Wawancara dengan Kepala Bidang Tanaman Hortikultura, Dinas Pertanian, Hermin Kusmiati... 123

A.4 Wawancara dengan BKPD Jawa Barat... 125

Lampiran B Kuisioner... 128

Lampiran C Ucapan Terima Kasih... 131

Lampiran D Data Penulis... 133

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Cara pandang ‘belum makan nasi berarti belum makan’ sudah melekat di benak masyarakat Indonesia. Memang, nasi merupakan makanan pokok orang Indonesia

tetapi anehnya, jika belum makan yang namanya nasi, apapun makanan yang telah

dikomsumsi walaupun sifatnya mengenyangkan, hal tersebut tidak dapat dikatakan

bahwa ‘kita sudah makan’.

Belum lengkap rasanya jika belum makan nasi. Cara pandang masyarakat inilah yang

menyebabkan ketergantungan terhadap nasi. Beras menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dengan budaya pangan Indonesia. (Dinas Komunikasi dan Informasi

Kota Depok, 2013:24)

Beras memang menjadi pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia,

tidak hanya telah menjadi budaya, dari sisi sosial masyarakat bahkan menganggap

beras memiliki citra yang lebih baik dibanding dengan bahan pangan karbohidrat

lainnya. (Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian RI, 2012: 12).

Ketergantungan terhadap nasi (beras) ini membuat pemerintah Indonesia mengambil

beberapa alternatif untuk mengurangi komsumsi pangan beras di Indonesia demi

menanggulangi krisis pangan dunia. Menurut data FAO (Food and Agriculture

Organization) 2012, kawasan Asia merupakan kawasan pengkomsumsi beras

terbesar di dunia dengan jumlah yaitu 1.056,4 juta per tahun. Di Indonesia komsumsi

terhadap beras dapat dua kali lipat dari negara tetangga, bahkan tertinggi di dunia.

(12)

Fakta ini diperkuat dengan 10 peringkat teratas negara dalam mengomsumsi jagung,

gandum, dan nasi menurut US Department of Agriculture, Production, Supply, &

Distribution 2013. Indonesia sama sekali tidak masuk peringkat dalam

mengomsumsi jagung, dibandingkan gandum dan nasi, Indonesia termasuk dalam

peringkat 3 teratas. Indonesia mendapatkan peringkat ke-2 sedunia dalam

mengomsumsi gandum dan ke-3 dalam mengomsumsi nasi. (Dinas Komunikasi dan

Informasi Kota Depok, 2013:16).

Hal ini menyebabkan Indonesia harus mengimpor beras dari negara lain seperti:

Vietnam, India, dan Thailand. Beras impor masih belum dapat dihilangkan, hal ini

dibuktikan dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam detikFinance, masih

terdapat 51 ribu ton beras yang diimpor pada bulan September tahun 2013 yang

seharga Rp. 306,2 miliar. Indonesia masih terus impor beras dengan harga mencapai

Rp. 306 miliar dalam sebulan. (Maikel, 2013)

Menurut Menteri Pertanian Suswono dalam Okezone (2012), produksi beras

Thailand hanya menghasilkan 20 juta ton per tahun, namun negara ini dapat

melakukan ekspor dibandingkan dengan Indonesia yang dapat menghasilkan 37 juta

ton per tahun tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan beras 200 juta lebih penduduk.

Hal ini dikarenakan oleh jumlah penduduknya tidak sebesar Indonesia yang

jumlahnya tiga kali lebih besar dibanding Thailand.

Tambahnya, Indonesia terlalu banyak mengomsumsi beras, sementara komsumsi

umbi-umbian kecil dan menurun, sehingga perlu dilakukan pemanfaatan lahan dan

produktifitas pangan pertanian. Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Depok

mengutip dalam Revolusi Mindset (2013), di tahun 2010 pangan selain beras dalam

pola komsumsi pangan pokok nyaris hilang dibanding beras dan terigu dibandingkan

(13)

Produksi beras dalam negri tidak dapat memenuhi kebutuhan negara sendiri yang

jumlah penduduknya sangat banyak. Ironis memang, disaat luas sawah Indonesia

yang lebih luas dari Thailand justru harus mengimpor beras dari sana.

Menteri Negara BUMN (Badan Usaha Milik Negara), Dahlan Iskan mengatakan di

tahun 2014, Indonesia tidak perlu mengimpor beras karena cadangan beras di

BULOG (Badan Urusan Logistik) sebanyak 3,6 juta ton dan 20% nya dalam bentuk

gabah. (detikfinace (tv), 2013). Pada tahun sebelumnya, 2012 -2013, Menteri

Suswono pun mengatakan hal yang sama, dikutip dari Dakwatuna (2013) Indonesia

tidak akan mengimpor beras karena cadangan beras di BULOG sudah cukup, yakni 2

juta ton.

Bayangkan yang akan terjadi jika masyarakat Indonesia tetap memiliki

ketergantungan terhadap nasi tanpa adanya penyediaan beras yang cukup. Sehingga,

pemerintah mendorong untuk menggeser komsumsi bahan makanan pokok ke

umbi-umbian untuk mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras yang

berlebihan. Upaya ini dilakukan juga untuk menganggulangi krisis pangan di masa

mendatang.

Sementara tingginya komsumsi beras menyebabkan rendahnya komsumsi pangan

nasional, mendorong Badan Ketahanan Pangan Nasional untuk melaksanakan

penganekaragaman komsumsi pangan atau diversifikasi pangan. Hal ini juga penting

untuk mengembangkan keseimbangan gizi dalam pola komsumsi pangan untuk

hidup sehat, aktif, dan produktif. (Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian RI,

2012: 12-13).

Telah diamanatkan dalam Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan

Percepatan Penganekaragaman Komsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya

Lokal, sehingga pengurangan beras bukan digantikan oleh komsumsi gandung/terigu

(14)

ubi kayu, ubi jalar, talas, pisang, labu kuning, dan sukun. (Badan Ketahanan Pangan

Kementrian Pertanian RI, 2012: 13)

Diversifikasi pangan merupakan suatu amanah yang penting untuk dilaksanakan

secara bersama-sama di setiap lapisan masyarakat dan kepemerintahan, yang

diwujudkan tentu sesuai dengan kewenangan masing-masing setiap daerah dan juga

saling mendukung, apalagi dalam upaya mengurangi kemiskinan. (Badan Ketahanan

Pangan Kementrian Pertanian RI, 2012: 14)

Gerakan yang muncul akibat Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2009 tentang

Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Komsumsi Pangan (P2KP) Berbasis

Sumber Daya Lokal adalah Gerakan “One Day No Rice”.

One Day No Rice’ (ODNR) adalah gerakan yang bermaksud menumbuhkan kesadaran untuk mengubah pola pikir masyarakat sehingga mereka mau mulai

mengurangi komsumsi nasi dan mulai membiasakan mengomsumsi makanan yang

bersumber daya lokal. Gerakan ini bukanlah untuk mengharamkan dan melarang

mengomsumsi nasi. (Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Depok, 2013: i)

Kembali kepada kewenangan masing-masing daerah, sehingga tidak semua gerakan

One Day No Rice’ memiliki kebijakan yang sama dalam mempublikasikannya dan keberhasilannya. Depok adalah satu-satunya wilayah di Jawa Barat yang

benar-benar mendukung gerakan ODNR dengan baik.

Walikota Depok adalah mantan Menteri Kehutanan RI dan memiliki latar belakang

akademis dalam bidang pangan, sehingga beliau mempunyai kepedulian dan

(15)

Keberhasilan Depok dapat dibuktikan melalui penghargaan yang telah didapat oleh

Walikota Depok, yaitu penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) 2013

kategori Pembina Ketahanan Pangan yang diserahkan lansung oleh Wakil Presiden

Republik Indonesia, Boediono. (Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Depok,

2013:i)

Menurut Kepala Sub-Bagian, Analisa Kebijakan Publik Diskominfo, Rita,

keberhasilan sosialisasi ODNR dapat terlihat juga dari media-media cetak dan

televisi yang meliput lansung Walikota Depok dan kegiatan beliau tentang ODNR.

Walikota pun tidak segan untuk menjadi narasumber dan memfasilitasi studi banding

terhadap ODNR di Depok maupun di luar Depok.

Program diawali dengan dikeluarkannya Surat Edaran Walikota Depok Nomor

500/1688-Ekonomi tentang Gerakan “Satu Hari Tanpa Nasi” (One Day No Rice),

pada tanggal 27 Desember 2011, yakni satu hari tanpa nasi pada hari selasa. (Dinas

Komunikasi dan Informasi, 2013: 27).

Telah 3 tahun gerakan tersebut digalakkan, namun, keberhasilan gerakan ODNR

masih seputar di area pemerintah Depok. Hal ini diakui oleh, Fathir Fajar,

Koordinator Humas dan Sekertariat Depok, bahwa cara pandang masyarakat yang

masih menganggap terlalu serius gerakan-gerakan yang berasal dari kepemerintahan.

Ditambah, media-media yang dipergunakan oleh pemerintah sebagai media

sosialisasi adalah tidak jauh dari artikel dan tulisan akademis, serta pemerintah kota

Depok menyadari bahwa mengubah pola pikir adalah hal yang sulit sehingga dalam

setiap sosialisasinya Walikota Depok melakukannya secara demokratis.

Apalagi dengan nama “One Day No Rice” yang berasal dari bahasa Inggris

menambah pula “keseriusan” gerakan ini. Diakui olehnya lagi, gerakan One Day No

Rice, sulit untuk “out of the box” sehingga sulit untuk mempunyai visual yang

(16)

Fathir Fajar, Koordinator Humas dan Sekertariat Depok, menambahkan tujuan dari

gerakan ‘One Day No Rice’ adalah menciptakan sebuah lifestyle di kalangan

anak-anak dan remaja. Pemerintah Depok ingin membuat cara pandang keren jika

mengomsumsi pangan-pangan lokal.Hal inilah yang belum dapat dicapai oleh

Pemerintah Depok sendiri

Sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan dengan pembuatan media visual yang

sesuai dengan target harapan Pemerintah Depok dapat memberikan dampak yang

lebih baik terhadap jalannya gerakan “One Day No Rice” dan juga diharapkan dapat menyukseskan program pemerintah dalam menangani krisis pangan negara di masa

mendatang.

Oleh karena itu dengan strategi pemasaran, media, dan visual yang lebih menarik

akan dilakukan kepada remaja untuk mewujudkan harapan Pemerintah Depok dalam

menjadikan “One Day No Rice” sebagai gaya hidup yang baru.

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup 1.2.1 Permasalahan

1. Bagaimana upaya menanamkan pola pikir masyrakat Depok melalui gerakan

ODNR ’ bahwa komsumsi umbi-umbian akan berdampak positif terhadap diri sendiri dan negara Indonesia?

2. Bagaimana membuat gerakan ‘ODNR ’ menjadi lebih menarik dari melalui

kampanye periklanan sehingga gerakan dapat menjadi gaya hidup

(17)

1.2.2 Ruang Lingkup

Ruang Lingkup yang akan dikaji adalah seputar keberhasilan sosialisasi dan

pandangan gerakan “One Day No Rice”, serta pengkajian visual kepada masyarakat

Depok sebagai proyek percontohan. Dengan segmentasi remaja dengan usia di atas

17 tahun, kemudian para dewasa berusia 26 – 35 tahun. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui pandangan masyarakat terhadap media ODNR, pengetahuan mereka

tentang ODNR dan permasalahan yang sebetulanya terjadi. Terakhir juga tentang

pengetahuan pangan-pangan lokal yang menyehatkan untuk mengetahui seberapa

besar para target peduli tentang kesehatan mereka sendiri.

1.3Tujuan Perancangan

1. Upaya menanamkan pola pikir masyrakat Depok melalui gerakan ‘ODNR

bahwa komsumsi umbi-umbian akan berdampak positif terhadap diri sendiri

dan negara Indonesia.

2. Membuat gerakan ‘ODNR ’ menjadi lebih menarik lewat kampanye

periklanan sehingga gerakan dapat menjadi gaya hidup di antara masyarakat.

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data yang akan dilakukan dalam studi ini adalah

sebagai berikut, yaitu:

1. Sumber data dari instansi.

Sumber data yang akan diperopleh dari Instansi Depok dan Jawa Barat yang

(18)

2. Wawancara

Kegiatan tanya jawab yang akan dilakukan kepada pihak yang mengetahui

perkembangan sosialisasi gerakan ODNR dan kepada target harapan

pemerintah untuk mengetahui dampak sebenarnya yang terjadi di mata

mereka.

3. Observasi

Pengamatan lansung terhadap kegiatan ODNR yang terdapat di wilayah

Depok. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar antusiasme para

masyarakat dan kepemerintahan Depok dalam melaksanakan gerakan ini.

4. Studi Pustaka

Pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari sumber-sumber yang

terkandung di dalam buku dan data-data dari internet. Terutama buku yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Depok mengenai ODNR dan buku yang

membahas tentang kesehatan akan mengomsusi pangan lokal Indonesia

dibanding beras.

Serta studi tentang kampanye dan komunikasi yang baik, dan juga

pengetahuan tentang pangan-pangan lokal yang menyehatkan.

5. Kuisioner

Kuisioner disebarkan kepada responden harapan pemerintah Depok untuk

mengetahui benar selera visual target, pengetahuan, serta permasalahan

(19)

1.5 Skema Perancangan

Diagram 1.1 Skema Perancangan Sosialisasi One Day No Rice yang kurang berhasil terhadap masyarakat

Depok.

Analisis Data & Fakta Data:

Observasi

Wawancara dan Kuisioner

Studi Pustaka

Konsep Perancangan

Teori:

Iklan

Branding

Kampanye Iklan

Komunikasi

Pemilihan Media

Packaging Kampanye Iklan

Startegi Kreatif (Iklan) Strategi Komunikasi Strategi Media

Analisis Strategi (brief)

(20)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Gerakan One Day No Rice adalah gerakan merubah gaya hidup masyarakat yang

dirasa sulit dan perlu adanya kesadaran dari masing-masing masyarakat. Sehingga

perlu ditelaah lagi permasalahan yang membuat masyarakat enggan melaksanakan

gerakan tersebut.

Ternyata, melalui survey yang telah dibagikan terhadap masyarakat Depok,

permasalahan yang benar-benar terjadi bukanlah mengenai sosialisasi yang telah

dikeluarkan oleh Pemerintah Depok, permasalahan yang terjadi adalah melalui

ketersediaan pangan pengganti beras (nasi).

Mereka hanya tidak mengetahui bahwa ada pangan dasar pengganti beras yang

terbuat dari umbi-umbian, oleh karena itu dengan mempromosikan produk-produk

tersebut masyarakat menjadi tertarik untuk melakukan gerakan ODNR.

Strategi promosi akan berkonsentrasi pada promosi produk dengan memberikan

identitas visual yang sesuai dengan target market, dimulai dari identitas gerakannya

hingga kemasan produk.

Pada tahap kampanye iklan, pesan yang akan dibawa adalah dengan membuat

masyarakat mempunyai pola pikir bahwa makanan hasil olahan produk ODNR

dengan makanan biasa mempunyai citra yang sama.

Hal ini ditunjukan melalui perbandingan makanan dan menunjukannya melalui

makanan hasil olahan produk yang menggugah selera dan membuat konsumen untuk

berpikir bahwa produk ini adalah solusi pangan sehari-hari biasa dan mau

(21)

5.2Saran

Diharapkan Re-Branding One Day No Rice menjadi sebuah program yang

benar-benar dilaksanakan oleh Pemerintah Depok. Dimulai dari packaging dan rangkaian

iklannya. Serta, Program One Day No Rice tidak hanya dilaksanakan diseputar

(22)

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku

Shimp, Terence A. 2003, Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jakarta: Erlangga.

Fill, Chris. 2009, Marketing Communications; Interactivity, Communities and Content, USA : Prentice Hall/Financial Times

Suyanto, M 2004, Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan, Yogyakarta: Andi Offset.

Parente, Donald 2000, Advertising Campaign Strategy; a Guide to Marketing Communication Plans, United States of America: Harcourt College.

Sutiono, Rudy J 2009, Visual Merchandising Attraction, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hampshire, Mark 2007, Design Successful Packaging for Specific Customer Groups, Amerika Serikat: Rockport Publishers.

Han, Jung H. 2014, Innovation in Food Packaging, Amerika Serikat: Elsevier. (disunting oleh Jung H. Han)

Isma’il, Nur Mahmudi 2012, One Day No Rice, Jakarta: Rockport PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Depok. 2013. Revolusi Mindset, One Day No Rice, Depok: Diskominfo Depok.

(23)

B. Internet /Online

Diskominfo. “Profil” , (Online), (http://diskominfo.depok.go.id/profil-kota-depok diakses tanggal 1 ‘Febuari 2013)

Putra, A. “Merubah Budaya Makan, Sebuah Tantangan” , (Online), (http://sosbud.kompasiana.com/2012/03/09/merubah-budaya-makan-sebuah- tantangan-441083.html. diakses tanggal 21 Desember 2013)

Jefriando, Maikel. “Indonesia Masih Terus Impor Beras, Sebulan Capai Rp 306 miliar”, (Online), (“http: // finance.detik.com/read/2013/11/04/072835/2402776/ 4/Indonesia-masih-terus-impor-beras-sebulan-capai-rp-206-miliar diaksestanggal 21 Desember 2013)

Harya, Marieska. “Konsumsi Beras Indonesia Hampir 3 Juta Ton/Bulan” , (Online), (http://economy.okezone.com/read/2012/04/03/320/604712/konsumsi-beras- indonesia-hampir-3-juta-ton-bulan.diakses tanggal 22 Desember 2013)

Detik Finance TV. “Dahlan Iskan: Tahun Depan Indonesia Tak Akan Impor Beras” (Online), (http://finance.detik.com/readvideo/2013/12/03/144636/131203040/ 070214833/dahlan-iskan-tahun-depan-indonesia-tak-akan-impor-beras.diakses tanggal 22 Desember 2013)

Bahri, Saiful. “Tidak Ada Alasan Indonesia Impor Beras“, (Online), (http://www.dakwatuna.com/2013/12/24/43725/tidak-ada-alasan-indonesia- impor-beras/#axzz2olv3lCpZ.diakses tanggal 20 Desember 2013)

McGregor, Red. “Response Essentials; No.1 The AIDCA Formula” , (Online), (http://www.redmcgregor.com/response_essentials/Response_Essentials_1.pdf. diakses tanggal 10 Febuari 2014)

Burhani, Ruslan. “Ahli: Peningkatan Konsumsi Beras Dorong Diabetes” , (Online), (http://www.antaranews.com/berita/313359/ahli-peningkatan-konsumsi-beras dorong-diabetes. diakses tanggal 15 Febuari 2014)

Waluyani, Dyah Oktabriawatie. Ahli: Peningkatan Konsumsi Beras Dorong Diabetes, (Online),(http://food.detik.com/read/2013/02/26/123440/2179973/900/?/

Referensi

Dokumen terkait

Peran- cangan yang dilakukan yaitu dengan menyusun unit penanggulangan kebakaran sesuai dengan peraturan pemerintah untuk klasifikasi tingkat risi- ko bahaya kebakaran

Form Tanda Terima Barang Jadi Dalam Proses3. Form Retur

limbah ban karet sebagai bahan substitusi agregat kasar dalam campuran beton3. Hal ini dikarenakan limbah ban karet memiliki sifat yang tahan terhadap

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan

Berdasarkan data yang ada, baik kualitatif maupun kuantitatif, guru sebagai peneliti melakukan evaluasi untuk menemukan keberhasilan dari dampak tindakan yang telah

Pasal 15, dalam pasal ini yang termasuk dalam objek PPh final adalah penghasilan dari perusahaan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri,. Perusahaan pelayaran dan

atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri.

Pa te