LAPORAN PENELITIAN
UJI IN VIVO POTENSI DAUN KELOR (Moringa oleifera)
TERHADAP DAYA TAHAN BABI PADA INFEKSI BAKTERI
INTESTINAL
Peneliti :
Dr. drh. Hapsari Mahatmi, MP.
Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP.
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDYANA
ABSTRACT
Research has been done to determine the effect of Moringa oliefera on pig body weight.. In the present study were used 24 pigs 2 months age , divided into 6 groups. In group I as control (pigs were not given treatment) , group II were given 5
% Moringa oliefera , group III were given 10 % Moringa oliefera , group IV 5 %Moringa oliefera and were infected with E coli bacteria , group V given Moringa
oliefera 10 % and infected with E coli bacteria , group VI only infected with E coli bacteria.
The results showed that Moringa oliefera influence to the weight gain of pigs, E. coli bacterial and infections. Concentration Moringa oliefera 10 % gives the best effect on weight gain of pigs, and prevent the development E coli bacteria.
.
Keywords: pigs , Moringa oliefera, pig weight , E coli.
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh daun kelor (Moringa oliefera) terhadap pertanbahan berat badan babi. Pada penelitian ini dipergunakan 24 ekor babi umur 2 bulan yang terbagi menjadi 6 kelompok. Pada kelompok I babi tidak diberikan perlakuan, kelompok II diberi daun kelor 5%, kelompok III diberi daun kelor 10 %, kelompok IV diberi daun kelor 5% selanjutnya dinfeksi dengan bakteri E coli , kelompok V diberi daun kelor 10% selanjutnya dinfeksi dengan bakteri E coli, kelompok VI hanya dinfeksi dengan bakteri E coli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian daun kelor (Moringa oliefera) dapat berpengaruh terhadap berat badan babi, infeksi bakteri E.coli dan konsentrasi daun kelor (Moringa oliefera) 10 % memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertambahan berat badan babi, serta menghambat perkembangan bakteri E coli .
Kata kunci : babi, daun kelor (Moringa oliefera), berat badan, E coli.
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat
rahmatnyalah maka penelitian dengan judul : Daun Kelor (Moringa oleifera) Sebagai
Produk Feed Suplemen Ramah Lingkungan yang Mampu Meningkatkan Produktivitas
Serta Daya Tahan Babi terhadap Infeksi Bakteri dan Parasit Intestinal dapat dilaksanakan
sesuai dengan harapan. Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terimakasih
kepada Rektor Universitas Udayana, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Universitas Udayan, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana, serta semua pihak yang ikut berperan aktif pada penelitian ini. Semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat
menanggulangi penyakit bakterial dan paratik pada babi, yang pada akhirnya dapat
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Bali tidak terlepas dari keberadaan usaha
ternak Babi. Bali merupakan salah satu wilayah dengan jumlah populasi babi terbesar di
Indonesia yaitu sekitar 1 juta ekor lebih pada tahun 2008. Hal ini tidak terlepas dari
kebutuhan masyarakat Bali terhadap komoditas Babi yang terus meningkat dari tahun ke
tahun.
Dengan semakin sempitnya wilayah yang mendapat ijin masyarakatnya untuk
beternak babi maka ke depan Bali berpotensi menjadi pusat peternakan babi dan penelitian
tentang babi khususnya di universitas Udayana. Oleh karenanya sangat penting dilakukan
penelitian tentang berbagai aspek pada Babi selain bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi juga merupakan bagian dari implementasi Pola Ilmiah Pokok Kebudayaan
yang dicanangkan oleh Universitas Udayana.
Ternak babi mempunyai banyak kelebihan diantaranya beranak banyak,
pertumbuhan cepat, sumber makanan bervariasi mulai limbah dapur, hasil pertanian dan
pakan jadi berupa pellet. Hal ini terkait susunan organ pencernaannya yang merupakan
peralihan antara monogaster dan poligaster, sehingga mampu mencerna berbagai jenis
pakan. Kebanyakan peternakan babi yang ada di Bali merupakan peternakan rakyat yang
berskala kecil, hanya sebagai tabungan yang dipelihara secara rumahan dengan jumlah 2 –
6 ekor, meskipun ada beberapa yang sudah berbentuk peternakan Babi intensif. Babi juga
merupakan jenis ternak yang sangat rentan terhadap penyakit terutama penyakit yang
zoonosis. Pada umumnya usaha terapi yang dilakukan adalah dengan pemberian preparat
antibiotik dan anthelmintik.
Babi ditinjauan dari struktur anatomi dan jaringannya merupakan mamalia yang
merupakan peralihan antara bangsa ruminansia (poligaster) dengan monogaster (monyet,
manusia, anjing dan kucing). Pemilihan babi sebagai hewan model untuk pengujian
potensi Kelor (Moringa oleifera) secara invivo merupakan pilihan yang tepat agar hasil
penelitian ini nantinya bisa diterapkan penggunaannya pada berbagai jenis ternak bahkan
bangsa hewan kesayangan dan bahkan bangsa ikan.
Tanaman Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman yang banyak tumbuh di
kebun, halaman rumah, pinggir ladang atau sawah yang telah dikenal oleh nenek moyang
masyarakat Bali sebagai tanaman yang mempunyai khasiat sebagai; obat tradisional
terutama kulit batangnya dan daun serta buahnya dimanfaatkan sebagai sayur. Selain itu
di beberapa daerah tanaman kelor digunakan untuk memandikan jenasah orang yang
meninggal dan dimitoskan sebagai tananam yang bisa mengusir roh-2 jahat. Dari
cerita-cerita tersebut maka dapat disimpulkan bahwa daun kelor mempunyai khasiat tertentu
yang tidak dijelaskan oleh nenek moyang. Tanaman Kelor justru banyak diteliti oleh
peneliti dari Eropa, India, dan Amerika namun masih sangat sedikit diteliti oleh peneliti di
Indonesia. Menurut Reyes,.( 2006) daun kelor mempunyai kandungan nutrisi yang sangat
tinggi yang mampu meningkatkan produksi susu pada sapi perah yang sangat signifikan
yaitu sampai 50 % dari produksi awal. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman et al
(2009) menunjukkan bahwa daun kelor mempunyai potensi sebagai antibakterial terhadap
bakteri pathogen yang menyerang manusia. Hasil Penelitian Vingga (2010) menunjukkan
bahwa ekstrak kasar daun Kelor (Moringa oleifera) mampu menghambatan pertumbuhan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Babi merupakan hewan ternak yang mempunyai nilai komoditas yang sangat tinggi
di Bali, Selain itu Babi mempunyai tempat tersendiri bagi masyarakat bali terkait dengan
adat, budaya dan kehidupan sosial sebagian besar masyarakatnya. Sehingga kebutuhan
babi cenderung meningkat dari waktu ke waktu sesuai dengan peningkatan daya beli
masyarakat. Oleh karenanya maka sudah menjadi kebiasaan khususnya disebagian besar
masyarakat di pedesaan selalu memelihara babi sebagai tabungan untuk menghadapi hari
raya keagamaan maupun upacara-upacara perayaan perkawinan bahkan kematian.
Kendala yang muncul pada usaha peternakan Babi adalah adanya serangan
penyakit, terutama pada babi muda. Penyakit yang berdampak pada kerugian ekonomi
akibat penurunan berat badan, biaya pengobatan dan kematian terutama adalah penyakit
yang menyerang saluran cerna. Penyakit saluran cerna yang diakibatkan oleh adanya
infeksi bakteri yang sering menyerang babi adalah Kolibasilosis.
Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Escherichia
coli strain pathogen. Penyakit ini tidak saja menyerang Babi tetapi juga unggas, sapi,
ruminansia lainnya bahkan strain Escherichia coli tertentu bisa bersifat zoonosis atau
mampu menular dan menyerang manusia (Casey, et al. 2005; Rodney, et al. 1999;
Montagne et al. 2005). Umumnya kolibasilosis yang menyerang babi mempunyai angka
morbiditas antara 30-40 % dan mortaliatasnya cukup tinggi terutama pada anak babi yang
baru lahir.
Kolibasilosis atau diare neonatal disebabkan oleh infeksi bakteri enterotoxigenic E
coli (ETEC) yang mempunyai antigen perlekatan K88, K99, F41 atau 987P merupakan
lingkungan kandang induk babi beranak. Anak babi terinfeksi oleh ETEC melalui mulut
dengan masa inkubasi 6-18 jam. Anak babi neonatal yang terinfeksi oleh ETEC akan
menderita diare terus-menerus, tinja encer seperti air berwarna kekuning-kuningan. Anak
babi neonatal yang menderita diare akan mengalami dehidrasi, asidosis, dan cepat mati
(Hailton, et.al 2000). Vu-Khac, et al. (2004) melaporkan bahwa didapatkan beberapa
isolat strain E. coli pathogen penyebab diare pada anak babi umur 28 hari berdasarkan
metode PCR$ terhadap gen fimbrie yaitu F4, F5, F6, F18 dan F41, enterotoxins (STa,
STb and LT), verotoxin (VT2e or Stx2e) dan enteroaggregative heat-stable enterotoxin 1
(EAST1). Hal ini menunjukan bahwa ada suatu mobilitas terhadap strain atau gen baru
yang muncul pada strain E. coli.
Pengobatan yang dilakukan biasanya dengan pemberian antibiotik seperti
tetracycline, penstrep, preparat sulfa dll. Obat-obatan yang diberikan tanpa mengindahkan
aturan baik dosis maupun waktu pemberian akan berdampak pada timbulnya kasus
resistensi obat (Tzipori, 1985 dalam Supar, 1992). Rensistensi terhadap antibiotik selain
merugikan pada ternak babi secara langsung karena penggunaan antibiotik yang sudah
resisten tidak lagi bisa dipakai sebagai tindakan terapi, juga kejadian resistensi akan bisa
berdampak pada kesehatan konsumen. Oleh karenanya maka perlu dicari alternative
pengobatan yang murah, ramah lingkungan dan dampaknya minimal. Ali et al ( 2009).
Mendapatkan bahwa dampak resistensi antibiotic pada unggas sudah sangat meresahkan
Tanaman Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman perdu yang mampu
tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Sejak jaman dulu tanaman kelor
dipercaya mempunyai banyak khasiat sebagai obat tradisional yang sampai saat ini masih
sangat sedikit laporan ilmiah dari potensi daun kelor. Makkar and Becker, (1996)
melaporkan bahwa kandungan protein kasar pada daun yang diekstrak dan yang tidak
dan saponin yang sama banyaknya yang terkandung pada tepung kedelai . Daun Kelor
tidak mengandung inhibitor trypsin dan tidak ditemukan adalanya kandungan lectin.
Sonia, et al. (2010). Mendapatkan bahwa ternyata pemberian serbuk daun kelor pada anak
babi sebanyak 10 % dari total konsentrat yang diperlukan mampu meningkatkan berat
badan sebanyak 6.42 %.
Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam) merupakan satu-satunya anggota family
dari Moringaceae yang ditemukan mampu tumbuh diberbagai wilayah seperti di wilayah
Himalaya, india, Pakistan, banglades dan di Afganistan (Fahey, 2005) Tanaman Kelor
digunakan secara luas untuk mengobati infeksi bakteri, infeksi jamur, antiinflamasi,
penyakit menular kelamin, malnutrisi dan diare pada manusia. Moringa oleifera sudah
sejak jaman dulu kala dikenal sebagai bahan obat tradisional yang yang dipercaya dapat
dipakai untuk pengobatan tumor (Ramachandran et al.1980). Hasil penelitian Rahman et
al. (2009) mendapatkan bahwa daun Kelor mampu menghambat bakteri pathogen pada
manusia seperti S. aureus dan Streptococcus-B- haemolytica. Mahatmi, et al. (2012)
melaporkan bahwa ekstrak daun Kelor (Moringa oleifera) mampu menghambat
pertumbuhan beberapa serotype E. coli pathogen yang berpotensi zoonosis yang diisolasi
dari babi penderita colibacillosis.. Hasil penelitian Mahatmi et al. (2012) juga
menunjukkan bahwa ekstrak Kelor (Moringa oleifera) juga secara signifikan mampu
menghambat daya berembryo telur Ascaris suum infektif. Hal ini menunjukkan bahwa
ekstrak daun Kelor (Moringa oleifera) mampu mengurangi atau mencegah infeksi dan
infestasi pathogen saluran cerna babi yang secara ekonomi sangat merugikan.
Penggunaan daun kelor sebagai pakan sapi perah ternyata berdampak sangat signifikan
terhadap peningkatan produksi dan kualitas susu yang dihasilkan Penelitian tentang daun
kelor di berbagai negara sebenarnya sudah banyak dilaporkan namun masih sangat sedikit
beratus tahun yang lalu. Mahajan dan Mehta (2008) mendapatkan bahwa ternyata biji
Kelor mampu menghambat reaksi alergi yang umum pada manifestasi asma.
BAB III . TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu diketahui secara ilmiah khasiat
daun kelor terutama kemampuan sebagai pemacu pertumbuhan dan antibakteri serta
anthelmintik sehingga nantinya bisa dipakai sebagai pengganti penggunaan obat kimia
yang berdampak buruk pada kesehatan konsumen khususnya pada manusia. Hasil akhir
dari penelitian ini adalah produk feed suplemen untuk pakan ternak tidak terbatas untuk
BAB IV. METODE PENELITIAN
Pada tahun ke II penelitian difokuskan pada penelitian invivo, pada anak babi
sebagai model, mulai dengan pengujian dosis optimal pemberian, metode pemberian dan
uji tantang dan penghitungan jumlah E.coli yang dieksresikan oleh anak babi .
Anak babi yang dipakai adalah anak babi usia 8 minggu berat badan sekitar 10 kg
sebanyak 24 ekor yang terbagi dalam 6 kelompok masing-masing terdiri dari 4 ekor yang
diletakan pada kandang terpisah. Semua anak babi diadaptasikan selama 1 minggu.
Sebelum diberi perlakuan. Selama adaptasi anak babi diberi pakan pabrik seperti biasa.
Selanjutnya pada minggu kedua perlakuan dimulai yaitu sebagai berikut :
No. Kelompok Diskripsi
1. kelompok I
(P 1)
adalah kelompok kontrol negatif tanpa diberi perlakukan apapun
2. Kelompok II
(P2)
adalah kelompok kontrol positif : diberikan ekstrak daun kelor 5 % dari konsentrat tanpa diberikan tantangan bakteri .
3. Kelompok III
(P3)
kelompok yang diberi ekstrak daun kelor 10% dari konsentrat tanpa diberi tantangan. bakteri .
4. Kelompok IV
(P4)
adalah kelompok yang diberikan ekstrak daun kelor 5 % dari total konsentrat dan ditantang dengan 1x 108 cfu/ml isolat . Ecoli lapang. .
5. Kelompok V
(P5)
kelompok anak babi yang diberikan 10 % dari konsentrat dan Ditantang 1x 108 cfu/ml isolat . Ecoli lapang...
6 Kelompok VI
(P6)
kelompok anak babi yang ditantang 1x 108 cfu/ml 5 isolat . Ecoli lapang.
Uji Invivo dengan uji tantang dilakukan pada mimggu ke 2 setelah perlakuan pemberikan
ekstrak daun kelor. Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai minggu ke 8 pasca
infeksi. Berat badan anak babi dilakukan penimbangan pada awal penelitian dan selama
Parameter yang diukur adalah :
1. Kondisi babi
2.Berat badan
3. Jumlah E. coli (cfu/ml).
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptip, selain itu juga dianalisis secara
statistik dengan uji Time series (Split time)
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kondisi Babi
Pada minggu pertama setelah diberikan perlakukan dengan tantangan bakteri dan
telur cacing, anak babi yang tanpa diberikan daun kelor tapi dilakukan uji tantang (P6)
menunjukkan gejala diare. Sedangkan babi lainnya belum menunjukkan gejala klinis yang
mengarah sakit. Pada minggu kedua tampak diare makin berat terjadi pada babi yang
ditantang tapi tidak diberikan daun kelor P6), selain itu diare juga terjadi pada babi yang
tidak diberikan apa-apa (P1), sedangkan babi lainnya tidak terjadi diare.
Pada minggu ketiga diare terjadi pada P6, pada perlakuan P1 dan juga terjadi diare
ringan pada perlakuan P2, namun pada minggu keempat diare hanya masih terjadi pada
perlakuan P6, yaitu pada babi yang ditantang dengan bakteri dan telur cacing, tapi tidak
dibrikan daun kelor.
Diare secara umum tidak terjadi pada babi yang tidak ditantang dengan bakteri
dan telur cacing, serta pada babi yang diberikan daun kelor dengan konsentrasi 10 % (P3
Tabel 1. Kondisi babi selama penelitian
Pada penelitian ini tampak bahwa terjadi peningkatan berat badan yang berbeda
pada setiap perlakuan, setelah dianalisis ternyata perlakuan pemberian daun kelor
(Moringa olifera) berpengaruh terhadap berat badan babi (P<0,05). Dalam hal ini tampak
bahwa peningkatan berat badan babi yang diberikan daun kelor lebih baik dibandingkan
dengan babi yang tidak diberikan kelor. Peningkatan berat badan yang terbaik terkihat
pada perlakuan dengan pemberian daun kelor 10% tanpa dilakukan tantangan bakteri dan
cacing. (Tabel 2 dan Gambar 1)
Tabel 2. Berat Badan Babi Selama Penelitian
0
Gambar. 1. Grafik Perkembangan Berat Badan Babi Selama Penelitian
5.3. Jumlah bakteri E.coli
Pada penelitian ini tampak bahwa ada pengaruh yang nyata (P<0,005) pemberian
daun kelor terhadap perkembangan bakteri E.coli pada babi. Perkembangan bakteri yang
mencolok tampak pada babi yang tidak diberikan daun kelor, tapi diinfeksi dengan bakteri
dan cacing. Pada babi yang tidak diinfeksi , tapi diberikan daun, tampak bahwaterjadi
penekanan terhadap perkembangan bakteri yang telah ada sebelumnya. Sedangkan pada
babi yang diinfeksi dengan bakteri dan selanjutnya diberikan daun kelor, tampak bahwa
terjadi penekanan terhadap perkembangan bakteri tersebut. (Tabel.2 dan Gambar 2)
Tabel 3. Jumlah E.coli dalam tinja Babi
Perelakuan Minggu 0
0
Gambar 2. Perkembangan Jumlah E.coli pada tinja Babi
5.5. Pembahasan
Daun kelor dapat berperan pada kondisi, berat badan babi serta in eksi bakteri dan
parasit, karena daun kelor ini mengandung baha-bahan yang bermanfaat, diantaranya
senyawa gula sederhana seperti rhamnosa, glukosinalat dan isothiocyanat ( Fahey, 2005).
Selain itu , menurut Moyo et al (2011) dan Sirimongkolvorakul et al (2012), tanaman
kelor juga mengandung vitamin E, vitamin A, vitamin C dan β karoten yang dapat
berperanan sebagai antioksidan terhadap proses detoksifikasi. Oluduro (2012) pada
penelitiannya melaporkan bahwaterdapat beberapa beberapa kandungan dari kelor yang
dapat berperanan terhaaaadap terjadi infeksi bakteri atau parasit, yaitu saponin, alkaloid
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :
1. Pemberian daun kelor (Moringa oliefera) dapat berpengaruh terhadap berat badan
babi, infeksi bakteri E.coli .
2. Konsentrasi daun kelor (Moringa oliefera) 10 % memberikan pengaruh yang terbaik
terhadap pertambahan berat badan babi, serta menghambat perkembangan bakteri E
coli .
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disaran untuk melakukan
DAFTAR PUSTAKA
Ali AM., Alam S.,Hassan SMR and Shirin M. 2009. Antibiotic Resistance of Escherichia Coli Isolated From Poultry and Poultry Environment of Bangladesh . Journal of Food Safety, Vol.11. p. 19-23
Blanco M, Blanco J E Gonzalez, E A, Mora A, Jansen W Gomes, T A, Zerbini L F, Yano T, de Castro A F, and Blanco 1997. Genes coding for enterotoxins and verotoxins in porcine Escherichia coli strains belonging to different O:K:H serotypes: relationship with toxic phenotypes . J Clin Microbiol. 35(11): 2958–2963
Fahey, JW. 2005. Moringa oliefera: A Review of the medical evidence for its nutritional. Therapeutic and prophylactic properties. Trees for Life Journal 1:5
Francis, D.H. 1999. Colibacillosis in pigs and its diagnosis. Swine Health Prod. 1999;7(5):241-244.
Hong, TTT, 2006. Dietary Modulation to Improve Pig Health and Performance. Doctoral thesis Swedish University of Agricultural Sciences Uppsala
Makkar, H.P.S.and Becker, K. 1996.Nutritional value and antinutritional components of whole and ethanol extracted Moringa oleifera leaves. Animal Feed Science and Technology. Vol. 63. P. 1 -4.
Mahajan, SG.and Mehta, AA. 2008. Effect of Moringa oleifera Lam. seed extract on ovalbumin-induced airway inflammation in guinea pigs. Inhal Toxicol. Aug;20(10):897-909.
Mahatmi, H., Suratma. AN., Besung, NK (2012) Daun Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Produk Feed Suplemen Ramah Lingkungan Yang Mampu Meningkatkan Produktivitas Serta Daya Tahan Babi Terhadap Infeksi Bakteri Dan Parasit Intestinal. Laporan Hibah Unggulan Perguruan Tinggi. Universitas Udayana Montagne*L., Cavaney JR. 2004. Effect of diet composition on postweaning colibacillosis
in piglets. J. Anim. Sci. 2004. 82:2364-2374,
Moyo, B. Masika, P.J. Hugo, A. and Muchenje, V. 2011. Nutritional Characterization of Moringa (Moringa oliefera Lam) Leaves. African Journal of Biotechnology 10 (60): 12925-12933
Narayanan Rita, Ronald BSM., Krishnakumar N., Gopu P., Bharathidasan A., Prabhakaran R .2008. Effect of citric acid as feed additive in swine starter diet. Indian Journal of Animal Research Vol. 42, p. 4
Rahman, MM., Sheikh, MI., Sharmin, SK., Islam, MS., Rahman, MA., Rahman,MM.2 and Alam, MF. 2009. Antibacterial Activity of Leaf Juice and Extracts of Moringa oleifera Lam. Against Some Human Pathogenic Bacteria. CMU. J. Nat.Sci. vol. 8(2) p. 912.
Sads, PR. and Bilkei, G 2003. The effect of oregano and vaccination against Glässer’s disease and pathogenic Escherichia coli on postweaning performance of pigs. Irish Veterinary Journal Volume 56 (12): 611
Sonia PA., Hazel GD., Masilungan, Babylyn A.M. 2010. Partial Substitution Of Commercial Swine Feeds With Malunggay (Moringa Oleifera) Leaf Meal Under Backyard Conditions. Philippine Journal of Veterinary and Animal Sciences, Vol 36, No 2
Supar, Hirst RG and Patten BE. 1991. The importance of enterotoxigenic Escherichia coli containing the 987P antigen in causing neonatal colibacillosis in piglets in Indonesia. Vet Microbiol. 15;26(4):393-400.
WHO Scientific Working Group. 1980. Escherichia coli diarrhoae. Bull. WHO. 36 (1). 23 -30
Vingga, K 2010. Daya hambat Perasan daun Kelor (Moringa Oliefera) Terhadap Bakteri Escherichia coli Yang Diisolasi Dari Ayam. Skripsi bimbingan dari Mahatmi, H Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Vu-Khac H., Holoda E. and E. Pilipčinec 2004. Distribution of Virulence Genes in Escherichia coli Strains Isolated from Diarrhoeic Piglets in the Slovak Republic J. of Vet Med. Vol. 57. No. 7.
LAMPIRAN
Kandang babi perlakuan Babi yang dipergunakan penelitian