• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Perencanaan Hidraulik Peredam Energi Tipe MDS Dengan Model Fisika Dua Dimensi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Perencanaan Hidraulik Peredam Energi Tipe MDS Dengan Model Fisika Dua Dimensi."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI

TIPE MDS DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

Aditira Lesmana 0321022

Pembimbing : Ir. Endang Ariani, Dipl. HE.

ABSTRAK

Di dalam dunia pengelolaan jaringan sistem irigasi, tentu sudah tidak aneh terdengar bangunan yang bernama bendung. Salah satu kelengkapan bendung yaitu bangunan peredam energi yang tipenya beragam diantaranya tipe MDS. Salah satu fungsi dari peredam energi adalah mencegah penggerusan pada bagian di hilir bendung.

Model untuk penelitian dilakukan di Laboratorium Hidraulika dan Mekanika Fluida, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Faktor utama terjadinya penggerusan di hilir bendung adalah peredam energi yang belum berfungsi secara optimal. Maka, untuk mengatasi penggerusan yang terjadi di hilir bendung, dilakukan modifikasi terhadap model fisik peredam energi dan juga penambahan terhadap kelengkapan dari peredam energi itu sendiri, yaitu penambahan pengaman gerusan berupa rip-rap batu, baik dari diameter rip-rap, panjang rip-rap, kedalaman rip-rap, dan kemiringan rip-rap daripada model awal peredam energi tanpa menggunakan pengaman gerusan berupa rip-rap.

Hasil penggerusan pada model awal dengan debit 100%(Qthompson=0,02772m3/detik) sedalam –3cm, hasil penggerusan cukup dalam, maka

dilakukan pemodifikasian ke-1 yaitu pemberian rip-rap berdiameter 3cm, dengan panjang 20cm, kedalaman 7cm, kemiringan 1:10, dan dengan debit 100%(QThompson=0,02696 m

3

/detik), penggerusan yang terjadi sedalam -1cm. Hasil sedikit lebih baik model awal, namun masih bisa dikatakan cukup dalam, maka dilakukan pemodifikasian ke-2 yaitu pemberian riprap berdiameter ≤ 1cm, dengan panjang 20cm, kedalaman 7cm, kemiringan 1:10, dan dengan debit 100%( QThompson=0,02832 m

3

/detik), penggerusan yang terjadi sedalam -0,5cm. Hasil ini lebih baik dari sebelumnya, namun untuk lebih efisien lagi dilakukan pemodifikasian ke-3, yaitu pemberian riprap berdiameter ≤ 1cm, dengan panjang 10cm, kedalaman 2cm, kemiringan 1:5, dan dengan debit 100%(QThompson=0,02799m

3

/detik), penggerusan yang terjadi sedalam -1cm. Hasil ini sama dengan pemodifikasian ke-1, maka dilakukan lagi pemodifikasian ke-4, yaitu pemberian riprap berdiameter ≤ 1cm, dengan panjang 5cm, kedalaman 2cm, kemiringan 1:5, dan dengan debit 100%(QThompson=0,02859 m

3

/detik), penggerusan yang terjadi sedalam -1,5cm. Hasil ini bisa membahayakan struktur bendung. Dari semua perubahan, hasil penggerusan terdangkal terjadi pada perubahan ke-2, yaitu – 0,5 cm dengan debit 100% (QThompson=0,02832 m

3

(2)

PLANNING STUDY MDS TYPE HYDRAULIC ENERGY

ABSORBERS WITH TWO DIMENSIONS OF PHYSICAL

MODEL

Aditira Lesmana 0321022

Pembimbing : Ir. Endang Ariani, Dipl. HE.

ABSTRACT

In a world of irrigation system network management, it is not surprising that hearding a specific structure, so-called dike. Energy damping structure of such diverse type as MDS is one of attachments coming with the dike. The energy damping structure have function as equiment to prevent downstream of the dike from process of scapping down.

The research design was made at Hydraulics and Fluid Mechanics Lab, Department of Civil Engineering, University of Christian Maranatha, Bandung. Major factor contributing to process of scrapping down upon downstream of the dike is suboptimal function of the energy damping structure. To cope with process of scrapping down upon downstream of the dike, it is involving modifying physical design of energy damping structure and adding attachments to the energy damping structure – increasing of scrapping safeguard in the form of fillings in terms of diameter, length, depth, and slope than early design of energy damping structure with no the scrapping safeguard in the design, but it is still can be said rather deep, the modification 2 was made, the distribution of fillings in diameter of 1cm, length 20cm, depth 7cm, slope 1:10, and discharge 100%(Qthompson=0.02832m3/sec.), the process of scrapping down occured is -0.5cm in

depth. This result is better than formerly; however, for even more efficient results, the modification 3 should be made, the distribution of fillings in diameter of 1cm, length 10cm, depth 2cm, slope 1:5, and discharge 100%(Qthompson=0.02799m3/sec.), the process

of scrapping down occured is -1cm in depth. This result is equal modification 1, then modification 4 is made, the distribution of fillings in diameter of 1cm, length 5cm, dept 2cm, slope 1:5, and discharge 100%(Qthompson=0.02859m3/sec.), the prosess of scrapping

down occured is 1.5cm in depth. This result is endangering the dike structure. Of all alteration, shallowest process of scrapping down is occur upon alteration 2; that is, -0.5cm and discharge 100%(Qthompson=0.02832m3/sec.). Meanwhile, the sand under use

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR ... ii

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... v

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 1

1.3 Ruang Lingkup ... 2

1.4 Sistematika Pembahasan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bendung ... 4

2.1.1 Klasifikasi Bendung ... 4

2.1.2 Komponen Utama Bendung ... 5

2.2 Peredam Energi ... 6

2.2.1 Tipe-Tipe Peredam Energi ... 7

2.2.2 Prinsip Pemecahan Energi ... 13

2.3 Alat Ukur Thomson ... 14

2.4 Berat Jenis Butir Pasir ... 14

2.4.1 Tujuan Percobaan ... 14

2.4.2 Alat-Alat yang Digunakan ... 15

2.4.3 Prosedur Percobaan Kalibrasi Erlenmeyer ... 15

2.5 Ukuran Butir Pasir ... 17

2.5.1 Tujuan Percobaan ... 17

2.5.2 Alat-Alat yang Digunakan ... 17

2.5.3 Prosedur Percobaan ... 18

BAB III PENYAJIAN DATA KASUS 3.1 Deskripsi Model Peredam Energi Tipe MDS ... 19

3.2 Data Desain Model Peredam Energi Tipe MDS ... 20

3.3 Prosedur Kerja ... 22

BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Analisi Percobaan Lengkung Debit ... 24

4.2 Analisis Penggerusan di Hilir Bendung ... 25

4.2.1 Penggerusan pada Model Desain Awal ... 26

(4)

4.2.3 Penggerusan pada Model Perubahan ke-2 ... 40

4.2.4 Penggerusan pada Model Perubahan ke-3 ... 47

4.2.5 Penggerusan pada Model Perubahan ke-4 ... 54

4.3 Analisis Karakteristik Pasir ... 62

4.3.1 Penentuan Berat Jenis Butir Pasir (Specific Gravity – GS) ... 62

4.3.2 Analisis Ukuran Butir Pasir... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Komponen utama bendung ... 6

Gambar 2.2 Peredam energi tipe Vlughter ... 7

Gambar 2.3 Peredam energi tipe bak tenggelam ... 8

Gambar 2.4 Peredam energi tipe Schoklitsch... 8

Gambar 2.5 Peredam energi tipe USBR tipe I ... 9

Gambar 2.6 Peredam energi tipe USBR tipe II ... 9

Gambar 2.7 Peredam energi tipe USBR tipe III ... 10

Gambar 2.8 Peredam energi tipe USBR tipe IV ... 10

Gambar 2.9 Peredam energi tipe MDO ... 10

Gambar 2.10 Peredam energi tipe MDS... 11

Gambar 2.11 Grafik MDO ... 11

Gambar 2.12 Grafik MDO ... 12

Gambar 2.13 Sketsa alat ukur Thompson ... 14

Gambar 3.1 Denah saluran terbuka ... 19

Gambar 3.2 Peredam energi tipe MDS... 20

Gambar 3.3 Desain peredam energi tipe MDS ... 22

Gambar 4.1 Grafik hubungan QThompson dan ∆h Thompson... 25

Gambar 4.2 Kondisi awal ... 26

Gambar 4.3 Profil aliran dan penggerusan debit QThompson debit 100% ... 28

Gambar 4.4 Profil aliran dan penggerusan debit QThompson debit 50% ... 30

Gambar 4.5 Profil aliran dan penggerusan debit QThompson debit 25% ... 32

(6)

Gambar 4.7 Profil aliran dan penggerusan perubahan ke-1 debit QThompson debit

100%. ... 35 Gambar 4.8 Profil aliran dan penggerusan perubahan ke-1 debit QThompson debit

50% ... 37 Gambar 4.9 Profil aliran dan penggerusan perubahan ke-1 debit QThompson debit

25% ... 39 Gambar 4.10 Kondisi perubahan model ke-2 ... …40 Gambar 4.11 Profil aliran dan penggerusan perubahan ke-2 debit QThompson debit

100% ... 42 Gambar 4.12 Profil aliran dan penggerusan perubahan ke-2 debit QThompson debit

50% ... 44 Gambar 4.13 Profil aliran dan penggerusan perubahan ke-2 debit QThompson debit

25% ... 46 Gambar 4.14 Kondisi awal perubahan ke-3 ... ....47 Gambar 4.15 Profil aliran dan penggerusan perubahan ke-3 debit QThompson debit

100% ... …49 Gambar 4.16 Profil aliran dan penggerusan perubahan ke-3 debit QThompson debit

50% ... …51 Gambar 4.17 Profil aliran dan penggerusan perubahan ke-3 debit QThompson debit

25% ... …53 Gambar 4.18 Kondisi awal perubahan ke-4 ... …54 Gambar 4.19 Profil aliran dan penggerusan perubahan ke-4 debit QThompson debit

100% ... …56 Gambar 4.20 Profil aliran dan penggerusan perubahan ke-4 debit QThompson debit

50% ... …58 Gambar 4.21 Profil aliran dan penggerusan perubahan ke-4 debit QThompson debit

(7)

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

B = lebar satuan (m)

c = koefisien debit sebesar 1,39

Cu = koefisien keserbasamaan

Cc = koefisien gradasi

D10 = diameter butir tanah dimana 10% lolos ayakan

D30 = diameter butir tanah dimana 30% lolos ayakan

D60 = diameter butir tanah dimana 60% lolos ayakan

G = percepatan gravitasi (m/detik2) Gs = berat spesifik tanah

Gt = berat spesifik air pada saat T

h = tinggi mercu terhadap muka air udik (m) Q = debit aliran (m3/detik2)

q = debit per satuan lebar (m2/detik2)

QThompson = debit Thompson (m3/detik2)

a = tinggi ambang hilir / ensill (m) 2a = lebar ambang hilir / ensill (m)

T = temperature (ºC)

D2 = tinggi muka air hilir terhadap permukaan pasir (m)

Ds = tinggi puncak mercu ke permukaan kolom olak (m) W1 = berat botol Erlenmeyer + berat air + berat tanah (gr)

W2 = berat botol Erlenmeyer + berat air (gr)

W3 = berat kontainer (gr)

W4 = berat kontainer + berat tanah kering (gr)

(8)

z = elevasi m.a udik bendung – elevasi m.a hilir bendung (m)

L = panjang kolam olak (m)

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Nomor, ukuran, dan berat ayakan . ... 17

Tabel 3.1 Data bacaan pada kondisi awal ... ... 20

Tabel 4.1 Perhitungan ∆hThompson dan QThompson ... 24

Tabel 4.2 Perubahan Model ... ... 61

Tabel 4.3 Kalibrasi Erlenmeyer ... ... 62

Tabel 4.4 Berat Spesifik ... ... 63

Tabel 4.5 Hasil berat tanah ... ... 64

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran L.1 Data Specific Gravity of Water ... 73

Lampiran L.2 Data Specific Gravity Beberapa Jenis Tanah ... 73

Lampiran L.3 Soil Classification Chart ... 74

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam dunia pengelolaan jaringan sistem irigasi, tentu sudah tidak aneh terdengar bangungan yang bernama bendung, yaitu suatu bangunan yang di bangun melintangi sungai beserta kelengkapannya, dengan tujuan untuk meninggikan taraf muka air sehingga dapat mengalir dari saluran satu ke saluran berikutnya. Salah satu kelengkapan bendung yaitu bangunan peredam energi yang tipenya beragam diantaranya tipe MDS.

Salah satu fungsi dari peredam energi adalah mencegah penggerusan pada bagian hilir bendung, menaikkan kembali tinggi energi atau permukaan air pada daerah hilir saluran pengukur, dan berguna untuk menjaga agar permukaan air saluran irigasi tetap tinggi. Dari pandangan pemakaian praktis, peredam ini berguna untuk meredam energi di hilir bendung, pelimpah bendung, dan pintu air yang ditimbulkan oleh kecepatan yang tinggi akibat pembendungan sehingga penggerusan lokal dihilir bendung dapat dikurangi atau penggerusan tidak membahayakan konstruksi bendung. Pada saat perencanaan bendung, biasanya perencana pada umumnya tidak memperhatikan keamanan akibat pengaruh dari morfologi sungai jauh di daerah udik dan hilir bangunan, serta pengaruh perubahan lingkungan yang terjadi sehingga terkadang loncatan air yang tidak terkontrol dapat membahayakan konstruksi bangunan bendung tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

(12)

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Uji model fisik dilakukan disaluran terbuka Laboratorium Hidraulika dan Mekanika Fluida, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, dengan model peredam energi tipe MDS, dimana data perencanaan ukuran hidraulik peredam energi diperoleh dari hasil perhitungan desain peredam energi tipe MDS.

Dalam penelitian ini, uji model fisik dibatasi oleh :

1. Ukuran saluran terbuka, panjang 8 m, tinggi saluran 0,64 m, lebar 1 m. 2. Ukuran hidraulik bendung yang terdiri dari, tinggi mercu bendung 16

cm, jari-jari mercu 5 cm, kemiringan bidang hilir 1:1.

3. Pasir yang digunakan pada saluran hilir adalah pasir pasang yang berasal dari Padalarang.

4. Rip-rap batu yang digunakan berukuran  <1 cm dan  3 cm. 5. Pengukuran debit menggunakan alat ukur Thomson.

6. Penggerusan dilakukan dengan debit 25%, 50%, 100%. 7. Tinggi pasir di hilir bendung adalah 33 cm.

1.4 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang digunakan pada penulis Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I, berisi Pendahuluan yang membahas mengenai Latar Belakang Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Ruang Lingkup Pembahasan, serta Sistematika Pembahasan.

BAB II, berisi Tinjauan Pustaka merupakan tinjauan pustaka mengenai bendung, peredam energi, macam-macam peredam energi, prinsip pemecahan energi, Alat Ukur Thomson, berat jenis pasir dan ukuran butir pasir.

BAB III, berisi Penyajian Data Kasus merupakan deskripsi model peredam energi tipe MDS, data desain model peredam energi tipe MDS dan prosedur kerja.

(13)

BAB V, berisi Kesimpulan dan Saran merupakan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.

(14)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan dan menganalisis data, maka diperoleh hasil-hasil berikut ini:

1. Pada pemodelan desain awal peredam energi tipe MDS

dialirkan air yang mendekati debit 100% (QThompson = 0,02700

m3/detik), penggerusan terdalam yang terjadi adalah -3 cm, yang berarti hasil penggerusan cukup dalam.

2. Dilakukan perubahan ke-1, dimana perubahan yang dilakukan dengan memberi rip-rap  3 cm, panjang rip-rap 20 cm, kedalaman 7 cm dan kemiringan 1 : 10. Dialiri air yang mendekati debit 100% (QThompson =0,02696 m3/detik),

penggerusan terdalam yang terjadi adalah -1 cm yang berarti hasil sedikit lebih baik dari model awal, namun masih bisa dikatakan kurang dangkal.

3. Dilakukan perubahan ke-2, dimana perubahan yang dilakukan dengan memberi rip-rap  ≤ 1 cm, panjang rip-rap 20 cm, kedalaman 7 cm dan kemiringan 1 : 10. Dialiri air yang mendekati debit 100% (QThompson =0,02832 m3/detik),

penggerusan terdalam yang terjadi adalah – 0,5 cm yang berarti hasil lebih baik dari perubahan ke-1.

4. Dilakukan perubahan ke-3, dimana perubahan yang dilakukan dengan memberi rip-rap  ≤ 1 cm, panjang rip-rap 10 cm, kedalaman 2 cm dan kemiringan 1 : 5. Dialiri air yang mendekati debit 100% (QThompson =0,02799 m3/detik),

(15)

5. Dilakukan perubahan ke-4, dimana perubahan yang dilakukan dengan memberi rip-rap  ≤ 1 cm, panjang rip-rap 5 cm, kedalaman 2 cm dan kemiringan 1 : 5. Dialiri air yang mendekati debit 100% (QThompson = 0,02859 m3/detik),

penggerusan terdalam yang terjadi adalah – 1,5 cm yang berarti hasil penggerusan cukup dalam.

6. Dari semua perubahan, dimana hasil penggerusan terdangkal terjadi pada perubahan ke-2, yaitu – 0,5 cm dengan debit 100%

(QThompson =0,02832 m3/detik).

7. Dengan menggunakan metoda USCS (Unfied Soil

Classification System) dengan melihat soil classification chart, maka contoh pasir yang dipakai termasuk pasir dengan gradasi yang buruk, dan bersimbol grup – SP dengan nilai Gs sebesar 2,66.

5.2 Saran

Untuk mengadakan penelitian lebih lanjut disarankan agar memodifikasi model peredam energi beserta sedimennya, antara lain :

1. Panjang dan kedalaman rip-rap batu dengan berbagai ukuran diameter nya.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

1. American Society for Testing and Materials. (1982), ASTM Standards, Philadelphia, PA.

2. Chow Ven Te, Ph.D. (1997), Hidrolika Saluran Terbuka (Open-Channel Hydrolics), University Of Illinois, ahli bahasa Ir.E.V. Nensi Rosalina,

M.Eng. Penerbit Erlangga.

3. Das, Braja M. (1985), Mekanika Tanah - Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis, Jilid 1 & 2, Terjemahan Noor Endah Mochtar, Ir., M.Sc., Ph.D, dan Indra Surya B. Mochtar, Ir., M.Sc., Ph.D. Principles of Geotecnical Engineering, Penerbit Erlangga, Jakarta.

4. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan. (1986), Standar Perencanaan Irigasi (Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan

Utama KP-02), Penerbit CV Galang Persada, Bandung.

5. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan. (1986), Standar Perencanaan Irigasi (Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud uji simulasi sistem kontrol PSO-PID pada sistem fotovoltaik penjejak matahari dua sumbu yang dilakukan adalah penerapan hasil perancangan sistem kontrol

Hal-hal lain yang menyertai soal seperti tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang

PHP merupakan secara umum dikenal sebagai bahasa pemrograman script yang membuat dokumen HTML secara on the fly yang di eksekusi di server web, dokumen HTML yang

tersebut seperti Columbia Agar Base dengan ditambah 5% dari darah domba, atau dengan CTBA (Cystine-Tellurite Blood Agar), kemudian setelah panen atau sejumlah

Grafik diatas menunjukkan bahwa persentase rata-rata penilaian responden terhadap bahan ajar berbasis model Discovery Learning berada pada kategori sangat

Pemberian dosis infusa umbi rumput teki secara bertingkat dimaksudkan untuk dapat mempercepat timbulnya efek sedasi dan meningkatkan lamanya waktu mencit tertidur

Garis lurus yang diperoleh dari isoterm adsorpsi pada Gambar IV.16 tersebut menunjukkan bahwa adsorpsi ion-ion logam sesuai dengan model isoterm Langmuir dan harga dari