• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemikiran Soekarno tentang Keadilan dan Kemerdekaan bagi Kaum Perempuan Ditinjau dari Perspektif Teori Keadilan Susan Moller Okin T2 752012002 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemikiran Soekarno tentang Keadilan dan Kemerdekaan bagi Kaum Perempuan Ditinjau dari Perspektif Teori Keadilan Susan Moller Okin T2 752012002 BAB V"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

119

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

melakukan kesimpulan dan mengusulkan saran, sebagai berikut:

A.KESIMPULAN

Indonesia adalah sebuah kata yang dapat menggambarkan tentang kenyataan

hidup berbangsa dan bernegara yang majemuk baik agama, budaya, warna kulit, ras,

suku, adat, dan masih banyak lagi perbedaan yang ada pada bangsa Indonesia dan

harus diakui bahwa keragaman/kemajemukan yang dimiliki merupakan kebanggaan

bagi anak bangsa. Dalam keragaman ini, rakyat Indonesia diikat oleh satu Kesatuan

Negara Republik Indonesia. Dan untuk dapat tetap merekatkan semangat Kesatuan

NKRI maka seharusnya seluruh rakyat Indonesia tidak membuang dari ingatannya

tentang masa-masa kelam yang pernah menghadirkan kesengsaraan, namun juga

menumbuhkan rasa sepenanggungan dalam memperjuangkan kemerdekaan. Enam

puluh sembilan tahun sudah bangsa ini memperoleh kemerdekaan. Enam puluh

sembilan tahun juga bukanlah waktu yang singkat untuk membenahi dan

mengarahkan bangsa ini pada kemerdekaan yang sesungguhnya memerdekakan

seluruh rakyat tanpa pengecualian. Sayangnya, dalam memasuki usia yang keenam

puluh sembilan tahun, bangsa ini pun belum sepenuhnya menghadirkan nilai-nilai

keadilan yang benar-benar memerdekakan seluruh rakyatnya, misalnya; tidak

diperhatikannya anak bangsa yang berdiam pada wilayah-wilayah yang sangat

terpencil, diskriminasi terhadap wilayah-wilayah tertentu, egoisme yang ada pada

(2)

120 ketidakadilan baik dalam dunia pendidikan, ekonomi, dan sebagainya, bahkan dalam

hal ini juga masih belum meratanya perlakuan yang adil terhadap kaum perempuan.

Namun setidaknya harus diakui bahwa sebagian dari kaum perempuan telah

berhasil memperoleh kebebasan untuk keluar di wilayah publik dan keadaan ini harus

disambut dengan penuh semangat oleh kaum perempuan lainnya dalam rangka

mendorong semua kaum perempuan untuk berjuang dan mendapatkan haknya sebagai

masyarakat yang benar-benar merdeka. Tetapi, pencapaian keberhasilan yang

diperoleh oleh sebagian kaum perempuan juga masih diwarnai dengan unsur-unsur

ketidakadilan. Artinya bahwa keberhasilan ini tidaklah langsung menjadi jaminan

seorang perempuan mempunyai hak sepenuhnya dalam berkarya dan menuangkan

talenta bahkan potensinya pada wilayah publik, lebih dari pada itu keberhasilan ini

tidak dapat menjamin bahwa perempuan tidak akan menemui tindakan-tindakan yang

tidak adil dan kemerdekaan yang benar-benar memerdekakan ketika bergabung pada

wilayah publik. Hal ini menegaskan pada dasarnya apa yang dikatakan tidak sesuai

dengan apa yang terjadi. Perempuan Indonesia yang hidup di negaranya sendiri masih

mendapatkan perlakuan diskriminatif, masih ditempatkan sebagai kaum kelas nomor

dua, dan sebagainya. Dengan demikian dapat dilihat bahwa masih terjadinya

ketidakadilan pada ranah publik.

Salah satu problem yang melatarbelakangi maraknya ketidakadilan pada

wilayah publik ialah kurang diberikannya perhatian terhadap kehidupan keluarga yang

merupakan dasar terbentuknya masyarakat. Masyarakat kita belum sepenuhnya sadar

untuk melihat peran penting dari kehidupan keluarga. Artinya, hampir semua orang

hanya fokus terhadap hal-hal yang kelihatan dari luar dan tidak menghiraukan bahkan

tidak peduli dengan nilai-nilai moral yang seharusnya dibentuk dari dalam keluarga

(3)

121 penting keluarga akan dikemukakan dari kehidupan keluarga penulis sendiri. Berikut

ini adalah penuturannya.

Saya adalah seorang perempuan yang semenjak lahir tidak dibesarkan oleh

orang tua kandung. Setelah beranjak dewasa, saya bertemu dengan seorang pria.

Hari demi hari pun berlalu dengan begitu cepatnya dan saya pun menjalin hubungan

dengan laki-laki tersebut. Proses pengenalan antara kami tidak berjalan lama dan

setelah itu kami menikah lantaran saya telah mengandung. Pernikahan kami secara

tidak langsung membatasi ruang gerak saya hanya pada wilayah domestik. Namun

saya berpikir bahwa itu merupakan konsekuensi yang harus diterima sebagai seorang

istri.

Masa-masa di awal pernikahan adalah masa yang sangat menyenangkan bagi

kami. Terlebih ketika usia kandungan saya sudah tidak dikatakan muda lagi, yakni

saya akan segera melahirkan. Perasaan senang pun semakin bertambah pada saat

saya melahirkan anak pertama. Kehidupan rumah tangga yang kami jalani terlihat

sangat bahagia dan jauh dari pertengkaran dan ketidakadilan.

Tahun demi tahun kami lewati bersama dalam bingkai kehidupan rumah

tangga. Banyak hal bahkan banyak permasalahan yang turut menemani kehidupan

keluarga. Kini kami dikaruniai tiga orang anak lak-laki yang pada waktu itu masih

berusia sekitar 5 tahun, 3 tahun, dan 1 tahun. Tidak banyak orang yang tahu tentang

kondisi keluarga kami, khususnya kondisi antara saya dan suami. Namun, secara

kasat mata para tetangga dapat melihat dengan jelas setiap hari pekerjaan yang

harus saya selesaikan. Saya harus mengerjakan pekerjaan rumah, harus mengurus

ketiga anak yang masih kecil-kecil, bahkan saya juga harus mengurusi semua

keperluan dan kebutuhan suami. Jika dibandingkan dengan suami, tidak satupun

(4)

122 pulang pada malam hari. Tidak jarang juga dia pulang dalam kondisi yang sudah

mabuk. Tidak ada cara lain yang harus saya lakukan selain mengurusinya walaupun

dengan kondisi yang lelah karena bekerja seharian. Kondisi seperti ini terjadi dalam

waktu yang lama. Hingga pada akhirnya saya mengetahui bahwa orang yang sangat

dekat dengan saya bahkan orang yang sangat saya kasihi yang tidak lain adalah

suami memiliki hubungan dengan wanita lain. Rasanya sangat berat perjalanan

hidup rumah tangga yang saya jalani. Saya berusaha tegar dalam mengatasi

permasalahan ini. Ketika itu perlakuan tidak adil mulai saya rasakan dari suami.

Biaya kehidupan bagi saya dan anak-anak telah berkurang bahkan juga tindakan dan

perkataan kasar menjadi hal yang tidak luput dalam keseharian.

Pada akhirnya saya jatuh sakit. Selama tubuh ini diserang penyakit, tidak

pernah saya dibawa pergi ke rumah sakit. Dalam ketidakberdayaan, saya

menanggung semua rasa sakit, baik sakit fisik maupun sakitnya perasaan karena

dikhianati. Meski demikian, saya tetap menjalankan tugas sebagai seorang istri

dengan baik. Hingga pada satu ketika penyakit di dalam tubuh ini tidak dapat diajak

kompromi sehingga nyawa saya pun direnggut oleh penyakit itu. Saya meninggalkan

tiga orang anak yang masih sangat kecil dan masih sangat membutuhkan kehadiran

serta kasih sayang seorang ibu.

Cerita di atas menggambarkan bahwa betapa seorang perempuan, ibu, istri

diperlakukan dengan sangat tidak adil, didiskriminasi, dan kemanusiaannya tidak

dianggap. Yang diperlukan adalah tenaganya untuk mengerjakan berbagai macam

pekerjaan rumah tangga/keluarga. Namun tidak diberikan kesempatan untuk

mengembangkan diri dan talenta. Ruang geraknya dibatasi untuk bekerja keras pada

wilayah domestik sehingga talenta dan kreatifitas yang ada pada perempuan menjadi

(5)

123 hendak menyampaikan pesan yang sangat penting bahwa betapa keluarga memegang

peranan besar untuk menerapkan nilai-nilai keadilan yang dimulai dari dalam keluarga

yang pada akhirnya akan berkontribusi bagi masyarakat dan negara. Karena itu, salah

satu indikator terjadinya ketidakadilan di dalam keluarga yakni paham patriaki yang

berkembang dalam pemahaman masyarakat haruslah diputuskan sehingga tidak

terfokus pada pandangan-pandangan yang pada akhirnya menghadirkan ketidakadilan

tetapi mampu menanamkan nilai-nilai dan tindakan-tindakan yang lebih bermoral dan

bermartabat untuk kemanusiaan seorang perempuan dan juga laki-laki.

Dengan begitu bagi penulis, pandangan dan solusi yang dikemukakan oleh

Susan Okin mengenai penerapan nilai-nilai moral yang disertai dengan praktik-praktik

keadilan tidak hanya sekedar menjadi formalitas untuk menunjukkan bahwa adanya

aktifitas pendidikan yang dilakukan dari dalam keluarga tetapi sebaliknya merupakan

suatu kebutuhan yang harus diterapkan mulai dari wilayah yang paling intim atau

wilayah yang paling dekat dengan kehidupan pribadi masing-masing orang yaitu

keluarga. Begitu juga dengan kehidupan masyarakat pun harus disertai dengan

tindakan-tindakan moral yang menghadirkan keadilan bagi seluruh masyarakat yang

dalam hal ini juga berawal dari dalam keluarga. Dengan demikian antara kehidupan

keluarga dan masyarakat seharusnya tidak dipisahkan karena merupakan dua unsur

yang saling melengkapi. Pada akhirnya kesadaran akan kesetaraan gender dan

keadilan terlebih dahulu harus dimulai dari dalam hubungan keluarga yaitu antara

suami dan isteri, maupun antara orang tua anak.

B.SARAN

Keluarga merupakan basis utama terbentuknya masyarakat yang adil. Karena

(6)

124 mengerti, memahami, dan mempraktekkan nilai-nilai dan tindakan-tindakan yang adil

di dalam keluarga. Suami dan isteri harus menunjukkan totalitas dan kualitasnya

sebagai orang tua yang baik dalam mendidik dan membina anak-anak tentang

nilai-nilai yang adil sejak usia dini sehingga ketika anak-anak mengalami perjumpaan

dengan masyarakat, mereka mampu hadir dan menyumbangkan tindakan-tindakan

yang adil atas nama kemanusiaan.

Kaum laki-laki harus menelanjangi sistim berpikirnya yang mendominasi

kaum perempuan serta harus menanggalkan sifat-sifat egois dan memberikan

kesempatan bagi kaum perempuan untuk mengembangkan diri pada wilayah publik.

Juga kaum perempuan harus berani bertindak tegas dan berani melangkah keluar dari

cara berpikir klasik yang mengharuskan setiap perempuan mengabdikan seluruh

tenaga dan hidupnya hanya pada wilayah domestik. Selain itu, kaum laki-laki dan

kaum perempuan harus menggabungkan seluruh tenaga dan daya pikirnya untuk

meruntuhkan hasil konstruksi masyarakat yang telah berkembang selama ratusan

bahkan ribuan tahun sehingga mendominasi sebagian besar pemikiran masyarakat

luas yang hadir hingga saat ini. Cara-cara semacam ini dapat ditempuh melalui proses

sosialisasi dan edukasi yang dilakukan secara terbuka dan berkelanjutan bagi semua

anggota keluarga, masyarakat, golongan, kelompok, suku, bahkan pada tingkat

Referensi

Dokumen terkait

PEMEGANG JAMINAN tidak menyampaikan Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan kepada KPPN, sebagaimana dimaksud dalam Jaminan Bank tersebut di atas.. Demikian kuasa ini diberikan

JATIWANGI GRHA CIPTAKARSA Gugur tidak memasukkan dokumen kualifikasi 18 sains group consultant Gugur tidak memasukkan dokumen kualifikasi 19 Wilis Harmoni Gugur tidak memasukkan

 Struktur formal adalah struktur resmi organisasi yang menggambarkan fungsi yang diharapkan dalam organisasi..  Struktur informal atau

• Kekuasaan ( power ) adalah kemampuan yang dimiliki untuk mengarahkan orang lain.. melakukan apa yang diinginkan atau membuat sesuatu terjadi sesuai

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Teknik penjamin keabsahan data didasarkan pada empat kategori yaitu: uji kredibilitas (kepercayaan), transferabilitas (keteralihan), dependebilitas (kebergantungan)

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP) Kegiatan Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan, Pekerjaan Pengadaan Aspal Tahun Anggaran 2016 pada Dinas Pekerjaan

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Satuan Pendidikan : SMP/MTs.. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN