• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Usulan Penelitian Tindakan Kelas Format Word PTK TK 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " Contoh Usulan Penelitian Tindakan Kelas Format Word PTK TK 2"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENGEMBANGAN MORAL ANAK

DENGAN METODE

RIADLOH

DI TK ISLAM TARUNA TAMA KALIOSO SALATIGA

NAMA : SITI BADRIYATUL AHYANI

NIP : 131 586 211

GURU : TAMAN KANAK-KANAK

(2)

UPAYA PENGEMBANGAN MORAL PANCASILA

DENGAN METODE RIADLOH DI TK ISLAM TARUNA TAMA

KALIOSO SALATIGA

Penulis : Siti Badriyatul Ahyani

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Dalam peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1990 tentang pendidikan

prasekolah pada pasal 1 dinyatakan behwa pendidikan prasekolah adalah

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar.

Untuk pengembangan kemampuan dasar (jasmani) penjabarannya sudah lengkap dan sistematis, tetapi untuk pengembangan moral, yakni moral

Pancasila menurut penulis perlu penjabaran yang lebih bersifat praktis karena pengembangan moral Pancasila lebih ditekankan pada aspek nilai dan

pembentukan sikap (afektif) dan perbuatan (psikomotorik) walaupun dalam

prakteknya tidak melupakan aspek pengetahuan (kognitif).

Di dalam era globalisasi ini secara umum manusia mengalami

semacam alienasi (keterasingan) yang salah satu penyebabnya adalah tumbuhnya sikap-sikap egosentris, mementingkan diri sendiri, tidak peka

terhadap kondisi sosial yang melingkupinya. Betapa tidak, sekarang ini kesenjangan kaya miskin semakin menganga, dari sisi lain kesadaran untuk

saling membantu, saling tolong-menolong, kepekaan terhadap kondisi orang

lain semakin memprihatinkan.

Gejala umum tersebut kalau dikritisi dan ditarik ke belakang akan ditemukan salah satu penyebab utama, yaitu gagalnya pendidikan moral kita

selama ini, terutama yang menyangkut aspek metodologi pembelajaran

moral. Tampaknya selama ini pendidikan moral hanya ditekankan pada aspek teoretis (ilmi) dan menafikan/meniadakan aspek latihan

(praktis/amali). Kalaupun ada aspek-aspek praktis, belum menyentuh kedalaman nurani anak dan hanya pada tataran lingkup kelas yang sempit.

(3)

dramatisasi di ruang kelas, dari sisi lain ketika benar-benar ada teman lain

yang jatuh sakit, guru tidak mengajak anak-anak menengoknya. Padahal pengalaman langsung di lapangan lebih menyentuh nurani anak.

Dengan latar belakang di atas, perlu segera adanya terobosan

metodologi alternatif pembelajaran moral, yakni metodologi pembelajaran moral yang lebih menyentuh nurani anak sekaligus mampu membentuk

perilaku anak terpatri dan menjadi sebuah karakter yang tidak tergoyahkan oleh perubahan waktu dan ruang.

Oleh karena itu, penulis membuat sebuah tawaran metodologi alternatif yang dimaksudkan di atas, yakni metode riadloh (praktis/amali).

Penjabaran kegiatannya penulis sesuaikan dengan daya tangkap, kemampuan dan perkembangan anak usia TK.

Begitu pentingnya sebuah metodologi pembelajaran moral yang tepat,

namun selama ini metodologi pembelajaran moral yang ditawarkan oleh Pemerintah masih belum memenuhi harapan kalau tidak ingin mengatakan

terlalu statis. Dari sisi lain, sejauh yang penulis lihat, metodologi pembelajaran moral yang diterapkan di TK, terutama TK di daerah sekitar

penulis, sama sekali tidak ada sebuah inovasi dan kretifitas dalam metodologi pembelajaran moral ini. Sehingga metodologi pembelajaran

moral alternatif yang penulis tawarkan di atas benar-benar sebuah terobosan yang boleh dibilang cukup orisinal.

Melalui karya ilmiah ini penulis mencoba untuk menuangkan ide-ide

tersebut sekaligus laporan hasil kegiatan yang penulis lakukan. Karya tulis ini penulis beri judul: UPAYA PENGEMBANGAN MORAL PANCASILA MELALUI METODE RIADLOH DI TK ISLAM TARUNA TAMA

KALIOSO SALATIGA. Metodologi pembelajaran moral ini telah penulis uji cobakan kurang lebih selama 2 tahun dan hasilnya sudah dapat diukur

walaupun secara kuantitatif belum optimal. 2. Ruang Lingkup

Kegiatan yang penulis lakukan antara lain: a. Menyusun Landasan Teori

Sebelum melakukan pembelajaran moral dengan metode

(4)

teori yang mendukung validitas dan ketetapan metode riadloh untuk

pembelajaran moral tersebut.

Yang pertama perlu dijelaskan adalah makna riadloh itu secara

kebahasaan. Riadloh berasal dari bahasa Arab yang bermakna latihan

terus-menerus (konsisten dan kontinu). Biasanya riadloh dihubungkan dengan nafs atau riadloh an-nafs yang berarti latihan jiwa. Dengan cara

melatih diri untuk membiasakan sikap hidup dengan situasi yang baru dialami, lambat laun akan terbiasa dan menjadi kepribadian

(karakter yang baik).

Dalam khazanah keilmuan Islam, istilah riadloh an-nafs sering

digunakan dalam dunia tasawuf1 yang secara empirik terbukti bahwa metode riadloh an-nafs telah teruji dalam pengembangan moralitas

(akhlaq karimah/akhlak mulia).

Menurut ajaran tasawuf, satu-satunya jalan yang dapat mengantarkan seseorang ke hadirat Tuhan dan moralitas yang baik

hanyalah dengan kesucian jiwa. Sebab, menurut mereka, jiwa manusia merupakan refleksi atau pancaran dari cahaya Ilahi yang suci, maka

segala sesuatu itu harus suci dan sempurna—perfection, sekaligus tingkat kesucian dan kesempurnaan itu ada variasinya sesuai dengan

dekat dan jauhnya dari sumber aslinya, yakni Tuhan. Untuk mencapai tingkat kesucian dan kesempurnaan jiwa, memerlukan latihan

pembinaan yang berat dan lama. Oleh karena itu, pada tahap pertama,

teori dan amalan (praktik) tasawuf diformulasikan pada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan diri yang keras dan ketat. Dengan kata

lain, agar dapat berada di hadirat Tuhan, manusia harus terlebih dahulu mengidentifikasikan keberadaan dirinya dengan ciri-ciri

ketuhanan melalui penyucian jiwa raganya sehingga tercipta pribadi yang berakhlak mulia (Rivai Siregar 2000: 99) Secara operasional

proses pentahapan dalam perjuangan untuk menuju akhlak

(moralitas) yang baik itu disebut riadloh an-nafs.

Setidaknya ada dua tahapan yang harus dilalui oleh seseorang

(5)

1. Pendekatan diri kepada Tuhan melalui berbagai latihan seperti

zikir (mengingat Tuhan terus-menerus), tafakur (berfikir tentang kebesaran Tuhan), dan tadabur (penghayatan terhadap kebesaran

dan keagungan Tuhan). Dekat Tuhan dipandang dari aspek

moralitas berarti dengan dekat kepada Tuhan seseorang akan tumbuh kesadaran batin yang terdalam untuk selalu berjalan pada

moralitas (akhlak) yang diajarkan oleh Tuhan, tumbuh kesadaran untuk meniru sifat-sifat Tuhan yang baik (Asma’ul husna), tumbuh

kesadaran bahwa seluruh tingkah laku yang dilakukannya selalu mendapat pengawasan dari Tuhan kapan pun dan di mana pun,

tumbuh kesadaran bahwa seluruh perilakunya akan

dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan di akhirat kelak.

Kesadaran ini oleh Iqbal disebut sebagai religious experience (Moh.

Iqbal 1966: 158-159). Religious experience yang akan menumbuhkan kesadaran moralitas yang baik ini dapat dikembangkan secara

praktis lewat kegiatan-kegiatan zikir (mengingat dan menyebut nama Tuhan), berdoa dalam setiap kesempatan, menghubungkan

segala bentuk perilaku yang dilakukan dengan pengawasan Tuhan.

2. Pembiasaan langsung (amalan praktis), yaitu dengan melakukan amalan-amalan (perbuatan) yang baik secara terus-menerus

walaupun hati merasa berat. Dengan pembiasaan terus-menerus

dan konsisten itu akan menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi karakter (kepribadian). Contohnya, ketika ingin menumbuhkan

karakter penyayang dan peka terhadap kondisi sosial, maka seseorang harus selalu melatih dirinya dengan cara dekat dengan

fakir-miskin yang membutuhkan pertolongan sekaligus berusaha untuk membantu mereka dengan pikiran ataupun harta yang

dimilikinya. Ketika ingin mengembangkan sikap menghargai

(6)

b. Pelaksanaan Kegiatan

Berdasarkan landasan teori di atas, penulis berani untuk melaksanakan metode riadloh dalam upaya pengembangan moral

anak. Ada dua macam kegiatan pokok yang penulis lakukan dengan

melalui metode riadloh tersebut, yaitu:

1. Penanaman kesadaran ke-Tuhanan (religious experience) pada anak

yang meliputi:

a. Perasaan bahwa Tuhan selalu dekat dengan anak.

b. Mencontoh sifat-sifat Tuhan (Asmaul Husna).

2. Pembiasaan perilaku baik pada anak yang menacu pada moral

Pancasila. Yang penulis tekankan pada kegiatan ini adalah : a. Kepekaan sosial anak pada lingkungannya.

b. Kesadaran bermasyarakat anak.

3. Tujuan dan Manfaat

a. Tumbuh kesadaran pada anak bahwa Tuhan itu dekat, selalu

melihat, menyayangi, dan melindungi diri anak.

b. Tumbuh kesadaran pada anak untuk mencontoh sifat-sifat

Tuhan, seperti Tuhan itu mengasihi hamba-Nya dan Tuhan itu Maha Adil.

c. Tumbuh kepekaan sosial seperti menengok teman yang sakit,

menengok teman yang mengalami kesusahan, dan

memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.

d. Tumbuh kesadaran akan kebersamaan dalam bermasyarakat.

B. Laporan Kegiatan

1. Penyusunan Program Pembelajaran

Program pengembangan moral Pancasila dengan metode riadloh yang penulis lakukan dalam bentuk:

a. Kegiatan Terprogram

Kegiatan terprogram yakni kegiatan yang telah direncanakan

sejak awal tahun ajaran baru. Program ini dimusyawarahkan dengan

(7)

2. Kegiatan bulanan

3. Kegiatan mingguan 4. Kegiatan harian

Kegiatan Tahunan dan Bulanan, dapat dilihat pada tabel

berikut.

RENCANA KEGIATAN PROGRAM TAHUNAN DAN BULANAN

KEGIATAN Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Adapun kegiatan mingguan adalah berinfak melalui kotak amal

yang disediakan oleh TK.

(8)

b. Kegiatan Insidental

Untuk kegiatan Insidental dilakukan sesuai dengan keadaan/kejadian yang baru berlangsung. Contoh, ketika ada teman

yang mengalami musibah (kecelakaan, kematian, sakit, dsb),

anak-anak diajak untuk menengok. 2. Pelaksanaan Program

Penyajian atau pelaksanaan program-program di atas dapat dikemukakan di bawah ini:

a. Kegiatan Tahunan dan Bulanan Meliputi:

1. Kegiatan Berhikmat ke yatim piatu

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melatih anak untuk

mencintai sesama, mensyukuri nikmat, dan melatih kepekaan

sosial. Adapun secara teknis pelaksanaan kegiatan itu adalah sebagai berikut:

1. Sebelumnya guru menjelaskan maksud kedatangannya ke yatim-piatu.

2. Anak-anak disarankan membawa bingkisan seikhlasnya, seperti membawa kue dan baju layak pakai.

3. Di tempat yatim piatu, anak-anak diajak berkenalan, memberikan bingkisan yang telah dibawa.

4. Anak-anak diajak berdoa bersama dengan anak-anak yatim

piatu.

5. Setelah itu anak-anak disuruh memberikan pendapatnya

tentang kunjungan yang telah dilakukan. 2. Ke Tempat Kumuh

Tujuan kegiatan ini adalah melatih anak memiliki kepekaan sosial dengan melihat dari dekat saudara-saudara mereka yang

mengalami kekurangan secara ekonomi. Di samping itu dapat

melatih mereka untuk menjadi orang yang sederhana dalam hidup dan mensyukuri nikmat. Adapun teknis pelaksanaan kegiatan

(9)

1. Sebelumnya guru menjelaskan maksud dan tujuan melakukan

kunjungan ke tempat kumuh tersebut.

2. Anak-anak disarankan membawa bingkisan seikhlasnya,

seperti membawa kue dan baju layak pakai.

3. Di tempat kumuh itu anak-anak diajak berkenalan dengan para penghuni tempat itu, kemudian memberikan bingkisan

yang telah dibawa.

4. Anak-anak diajak berdoa bersama dengan anak-anak yang ada

di tempat kumuh tersebut.

5. Setelah itu anak-anak disuruh memberikan pendapatnya

tentang kunjungan yang telah dilakukan. 3. Tadabur Alam

Tadabur bermakna melakukan proses penghayatan.

Tadabur alam berarti menghayati alam ciptaan Tuhan YME. Bentuk penyajian seperti karya wisata tetapi lokasi yang dituju

lebih mudah dijangkau dan biaya ringan. Karena Salatiga dekat dengan wisata pegunungan, biasanya anak diajak tadabur alam ke

gunung. Adapun teknik pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan anak akan diajak melihat keindahan alam

ciptaan Tuhan.

2. Anak disuruh mengamati apa saja yang mereka lihat

kemudian menceritakannya di kelas.

Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah agar anak dapat mensyukuri nikmat Tuhan, dan anak dapat mengetahui

bahwa alam semesta yang indah itu merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, kemudian tumbuh

kesadaran pada anak bahwa Tuhan itu Penyayang terhadap hambanya, Mahabesar, maka anak-anak dapat meniru sifat Tuhan

Yang Maha Penyayang tersebut, yaitu menjadi anak yang senang

menyayangi sesama. 4. Pengumpulan Zakat

(10)

Yang menyerahkan tersebut kepada yang berhak adalah

anak-anak sendiri sehingga anak-anak-anak-anak secara langsung dapat mempraktikkan kesadaran sosial. Kegiatan ini dilaksanakan pada

akhir program pesantren Ramadan. Adapun tujuan pengumpulan

zakat di sekolah ini adalah:

1. Agar anak dapat mempraktikkan perintah/kewajiban

membayar zakat.

2. Tumbuh kepedulian pada si miskin/kepekaan sosial.

5. Halal bi Halal Bersama Masyarakat Sekitar Sekolah

Bentuk penyajian program ini adalah sekolah bersama BP3

mengundang masyarakat sekitar untuk ber-halal bi halal bersama dengan keluarga besar TK, orang tua wali, dan anak-anak.

Adapun tujuan pelaksanaan program ini adalah:

1. Anak mempraktikkan pentingnya arti kebersamaan.

2. Anak mempraktikkan pentingnya saling silaturahmi dan

memaafkan.

6. Idul Adha Bersama Fakir Miskin

Bentuk penyajian program ini adalah:

1. Idul Adha bersama mengundang fakir miskin.

2. Idul Adha mengumpulkan dana untuk dibelikan kambing kemudian disalurkan kepada yang berhak.

Adapun tujuan program ini adalah: merangsang kepekaan

sosial anak untuk mencintai sesama. 7. Tadabur Alam (2)

Bentuk penyajian: dilaksanakan menjelang tutup ajaran. Adapun tujuannya adalah mensyukuri nikmat Tuhan, menghayati

Mahakasih-nya Tuhan, kemudian anak diharapkan untuk meniru sifat Tuhan yang penyayang kepada hamba-Nya tersebut. Pada

gilirannya akan tumbuh kesadaran sosial pada anak.

8. Memberi Bingkisan Akhir Tahun kepada Teman Sebaya.

Bentuk penyajiannya adalah anak disuruh membawa

(11)

ini adalah: melatih anak untuk menyayangi teman sebaya dengan

simbol tanda kasih berupa benda yang tidak seberapa harganya, kemudian dengan itu akan tumbuh kesadaran pada anak bahwa

hidup bermasyarakat itu harus saling memberi dan menyayangi.

3. Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran

Penilaian merupakan suatu usaha mendapatkan berbagai informasi

cara berkala berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik.

Demikian juga dengan penilaian dari upaya pengembangan moral melalui metode riadloh. Untuk metode riadloh ini titik berat proses penilaian hasil

belajar yang diharapkan adalah adanya perubahan tingkah laku atau pembentukan sikap (afektif) yang lebih positif dan secara nyata. Adapun

teknik penilaian yang penulis pergunakan adalah teknik penilaian kontinu

kualitatif. Adapun penilaian kualitatif yang penulis maksud adalah sebagai berikut:

Setelah mengikuti kegiatan pengembangan moral dengan melalui

metode riadloh anak dengan perubahan tingkah laku atau perilaku yang

menonjol positif, penulis beri nilai dengan lambang lingkaran berisi penuh dengan kategori B (Baik).

Anak dengan catatan khusus pencapaian perubahan tingkah laku atau

dengan respons cukup baik diberi tanda cek atau C (Cukup).

Anak yang berdasarkan catatan penilaian perubahan tingkah laku atau

perilaku cenderung menonjol negatif diberi tanda lingkaran kosong atau

K (Kurang). 4. Laporan Hasil

Program atau kegiatan pendekatan (metode) ini sudah penulis laksanakan kurang lebih 2 tahun. Bentuk pendekatan atau metode riadloh ini

penulis buat di awal tahun ajaran berdasarkan hasil musyawarah bersama antara pihak sekolah dan orang tua. Sebelum membuat program ini penulis

juga memerhatikan minat, kemampuan, dan perkembangan anak. Dari

(12)

Hasil penilaian upaya pengembangan moral dengan metode riadloh

dapat dilihat pada tabel (lampiran)

Keterangan :

Dilihat dari hasil metode riadloh dari suatu kegiatan yang telah

dilaksanakan, presentase anak dengan kategori menonjol baik, dari 27 anak, ada 24 anak. Respons cukup baik ada 2 anak, yang responsnya kurang ada 1

anak. Jika dipresentasekan 95% merespons positif upaya pendekatan riadloh

ini, 4% cukup, 1% kurang merespons positif.

Dari hasil presentase bimbingan pengembangan moral dengan metode

riadloh, maka metode ini tepat dilaksanakan di TK umum atau khusus. Modal

pendekatan ini sebagai upaya pengembangan pendidikan moral yang lebih praktis dan mudah dilaksanakan.

C. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Bahwa pengembangan moral Pancasila dengan metode riadloh dapat dilaksanakan dengan memerhatikan beberapa aspek penting.

a. Untuk menentukan bentuk program kegiatan harus disesuaikan dengan umat, kemampuan, dan perkembangan anak.

b. Untuk menentukan bentuk kegiatan dan biaya sebaiknya dimusyawarahkan dengan orang tua (wali murid).

2. Saran

Untuk sesama teman guru bila akan melaksanakan program pengembangan moral anak dengan metode riadloh harus menguasai betul

(13)

Daftar Pustaka

Prof. H. A. Rivay Siregar 2000. Tasauf Dari Sufisme Ke Neo-Sufisme. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada.

Muh. Iqbal 1966. The Reconstruction of the Religious Thought in Islam. M. Ashraf Lahore.

Departemen P dan K 1992. Pedoman Guru Bidang Pengembangan Pendidikan Moral Pancasila di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen P dan K.

Referensi

Dokumen terkait