• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH HARGA, IKLAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU IMPULSE BUYING PADA PRODUK PARIWISATA (PT. Lovely Corpin Tour & Travel Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH HARGA, IKLAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU IMPULSE BUYING PADA PRODUK PARIWISATA (PT. Lovely Corpin Tour & Travel Surabaya)."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH HARGA, IKLAN DAN KUALITAS

PELAYANAN TERHADAP PERILAKU IMPULSE BUYING

PADA PRODUK PARIWISATA

(PT.Lovely Corpin Tour & Travel Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh :

NOENIEK HERYANAWATI POEDJI ASTUTI

0712015010/FE/EM

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

(2)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH HARGA, IKLAN DAN KUALITAS

PELAYANAN TERHADAP PERILAKU IMPULSE BUYING

PADA PRODUK PARIWISATA

(PT.Lovely Corpin Tour & Travel Surabaya)

Disusun Oleh :

NOENIEK HERYANAWATI POEDJI ASTUTI

0712015010/FE/EM

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 24 Februari 2011

Pembimbing: Tim Penguji:

Pembimbing Utama Ketua

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr.H.Dhani Ichsanuddin Nur, MM.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur diucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sampai dengan selesai. Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Harga, Iklan dan Kualitas Pelayanan Terhadap Perilaku Impulse Buying Pada Produk Pariwisata.

(Studi Kasus PT.Lovely Corpin Tour & Travel Surabaya )” dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Skripsi ini telah melalui beberapa diskusi dan mendapatkan masukan serta koreksi dari para dosen maupun pelaku yang terlibat dalam pekerjaan ini, dengan harapan skripsi ini dapat mencapai tujuan dan sasaran.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

2. Drs. H. Supriyono SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberi saran, nasihat serta bantuan bimbingan sehingga skripsi dapat selesai dengan baik

(4)

4. Dr. Muhadjir Anwar, MM. selaku ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

5. Kedua Orangtuaku, yang telah banyak memberikan dorongan, doa, dan

kesabaran yang tidak terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Keluarga Besar Mas Her, Dik Hari, Dik Endah, Dik Arief dan Mas Toni. 7. Seluruh Dosen yang telah membagikan ilmunya dan memberikan

pengalaman yang tak terlupakan, staff dan karyawan yang telah membantu dalam proses kuliah

8. Teman teman Jurusan Manajemen Fakulatas Ekonomi Manajemen Angkatan 2007 Kelas Sore Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

9. Pihak – pihak lain yang mohon maaf tidak bisa disebutkan satu per satu dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dapat menambah wawasan bagi kami dan bagi pembaca umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita menuju jalan-Nya dan melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya bagi semua pihak yang telah banyak membantu kami dalam penyusunan skripsi ini.

Surabaya, Februari 2011

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………... i

DAFTAR ISI ……….……… iii

DAFTAR GAMBAR …….. ………..………... vii

DAFTAR TABEL ………... viii

ABSTRAKSI …….………..………. xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Perumusan Masalah ………. 6

1.3 Tujuan Penelitian ……….……. 6

1.4 Manfaat Penelitian ……….……… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ………..….. 9

2.2 Landasan Teori ………..………… 11

2.2.1. Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran .… 11

2.2.2. Jasa ………..……… 13

(6)

2.2.2.2. Karakteristik Jasa ………. 14

2.2.2.3.Kategori Jasa ………..… 16

2.2.3. Harga ……….. 17

2.2.3.1.Pengertian Harga dan Konsep Harga ………. 17

2.2.3.2.Peranan Harga ……….. 18

2.2.3.3.Tujuan Penetapan Harga ………. 19

2.2.4 Periklanan ……….……...………….. 20

2.2.4.1.Pengertian Iklan ………. 19

2.2.4.2.Tujuan Dan Fungsi Periklanan ……… 23

2.2.4.3.Media Periklanan ……….. 27

2.2.5. Pengertian Kualitas Pelayanan ………...…………. 29

2.2.6. Dimensi Kualitas Pelayanan ………. 30

2.2.6.1.Tangibles (bukti fisik) ……… 30

2.2.6.2.Reliability (keandalan) ………. 31

(7)

2.2.6.5.Emphaty (empati) ………. 34

2.2.7. Impulse Buying (pembelian tak terencana)... 35

2.2.8. Hubungan Harga Terhadap Perilaku Impulse Buying……….. . 38

2.2.9 Hubungan Iklan Terhadap Perilaku Impulse Buying……… 39

2.2.10. Hubungan Kualitas Pelayanan Terhadap Perilaku Buying……… 40

2.2.11.Kerangka Konseptual………... … 42

2.2. Hipotesis………... . 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Variable dan Pengukuran Variabel………. 44

3.1.1 Variabel Bebas (X)……… 44

3.1.2. Variabel Terikat (Y)……… 49

(8)

3.3. Tehnik Penentuan Sampel……… 50

3.4. Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis………... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian……….. 63

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden……… 66

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian……… 67

4.4. Analisis Data………. …... 83

4.3.1. Evaluasi Outlier……… 83

4.3.2. Evaluasi Reliabilitis………. …… 85

4.3.3. Evaluasi Validitas………. 87

4.3.4. Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extraced………. 89

4.3.5. Evaluasi Normalitas………. 90

4.3.6. Analisis Model One-Step Approach to SEM …… 92

4.3.7. Analisis Unidimensi First Order…………... 96

4.3.8. Analisis Undimensi Order………. ……. 97

4.3.9. Uji Kausalitas……….. …… 97

4.5 . Pembahasan………. …… 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan……….. 101

5.2. Saran……….. …….. 101

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kerangka Konseptual ……… 42

Gambar 2 : Model Pengukuran Faktor Tangible…… ……… 53

Gambar 3 : Model Pengukuran & Struktural (Model Spesifi-

cation One Step Approach-Base Model).. …….. 92

Gambar 4 : Model Pengukuran & Struktural ( Model Spesi-

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah Peserta Tour Wisata 2009……….. 4

Tabel 2 : Jumlah Peserta Tour Wisata ke Cina………. 5

Tabel 3.1 : Goodness of Fit Index……….. 66

Tabel 4.2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia…………. 67

Tabel 4.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan…. 67

Tabel 4.4 : Karakteristik Responden Mengenai Tingkat Harga…. 68

Tabel 4.5 : Jawaban Responden Mengenai Kartu Kredit………… 68

Tabel 4.6 : Jawaban Responden Mengenai Potongan Harga…….. 69

Tabel 4.7 : Jawaban Responden Mengenai Tema Iklan …………. 70

Tabel 4.8 : Jawaban Responden Mengenai Frekuensi Iklan……… 70

Tabel 4.9 : Jawaban Resposden Mengenai Media Iklan………….. 71

Tabel 4.10 : Jawaban Responden Mengenai Lokasi Kantor………. 72

Tabel 4.11 : Jawaban Responden Mengenai Fasilitas Fisik……….. . 72

Tabel 4.12 : Jawaban Responden Mengenai Penampilan karyawan 73

Tabel 4.13 : Jawaban Responden Mengenai Ketepatan Waktu

Pelayanan……… 74

Tabel 4.14 ; Jawaban Responden Mengenai Pelayanan yang

Mengesankan………. 74

Tabel 4.15 : Jawaban Responden Mengenai Ketelitian Karyawan

(11)

Tabel 4.16 : Jawaban Responden Mengenai Kesedian Karyawan

Untuk Memberikan Pelayanan………. 76

Tabel 4.17 : Jawaban Responden Mengenai Kecepatan Karyawan

Dalam Memberikan Pelayanan………. .. 76

Tabel 4.18 : Jawaban Responden Mengenai Penanganan Atas …… 77

Tabel 4.19 : Jawaban Responden Mengenai Pengetahuan Karyawan

Produk Yang Disediakan……… 79

Tabel 4.21 : Jawaban REsponden Mengenai Perasaan Aman…….. .. 79

Tabel 4.22 : Jawaban Responden Mengenai Perhatian Kepada

Karyawan……… 80

Tabel 4.23 : Jawaban Responden Pemahaman Terhadap Keinginan

Konsumen……… 81

Tabel 4.24 : Jawaban Responden Mengenai Kesabarab Dalam

Melayani Karyawan……….. 81

Tabel 4.25 : Jawaban Responden Mengenai Harga Murah………… 82

Tabel 4.26 : Jawaban Responden Mengenai Iklan Massa………….. 83

Tabel 4.27 : Outlier Data………... …… 84

Tabel 4.28 : Realibilitas Data……….. ….. 86

Tabel 4.29 : Validitas Data………. 88

Tabel 4.29 : Construct Reliability dan Variance Extraced…………. 89

Tabel 4.30 : Normalitas Data……….. ….. 91

Tabel 4.31 : Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices……… 93

(12)

Tabel 4.33 : Analisis Undimensi Order……….. 96

Tabel 4.34 : Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis……… 97

(13)

ANALISIS PENGARUH HARGA, IKLAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU IMPULSE BUYING

PADA PRODUK PARIWISATA (PT. Lovely Corpin Tour & Travel Surabaya)

Oleh :

NOENIEK HERYANAWATI POEDJI ASTUTI

ABSTRAKSI

Saat ini, persaingan antar perusahaan semakin kompentitif mengharuskan setiap pengusaha mengkaji ulang strategi yang digunakannya agar tidak kehilangan pelanggannnya dan demi mencapai keunggulan daya saing yang berkelanjutan. Usaha perusahaan dalam memasarkan produknya tidak bisa lepas dari beberapa faktor yaitu harga, iklan dan kualitas pelayanan. Ketiga faktor tersebut merupakan daya tarik pembeli untuk melakukan pembelian secara tak terencana (impulse buying). Atas dasar pemikiran tersebut penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh harga, iklan dan kualitas pelayanan terhadap perilaku impulse buying pada produk pariwisata PT. Lovely Corpin Tour & Travel Surabaya.

Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah Harga (Price) (X1), Iklan (Advertissing) (X2), Kualitas Pelayanan (Services Quality) (X3) dan Pembelian Tak Terencana (Impulse Buying) (Y). sample yang diambil 115 orang pelanggan peserta tour wisata PT. Lovely Corpin Tour & Travel Surabaya. Dari hasil jawaban responden kemudian dianalisis dengan tehnik analisis Struktural Equation Model (SEM).

Hasil analisis menunujukkan bahwa hipotesiis pertama yang menyatakan Service Quality berpengaruh positif terhadap Impulse Buying tidak significan. Hipotesis kedua yang menyatakan Price berpengaruh negative terhadap Impulse Buying, dapat diterima. Dan hipotesis ketiga yang menyatakan Advertisisng berpengaruh positif terhadap Impulse Buying dapat diterima.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan persaingan bisnis jasa pariwisata “ tour & travel ” yang semakin ketat, maka perusahaan dituntut untuk jeli dalam menentukan strategi , agar bisa memenangkan persaingan yang dihadapi.

Mengkomunikasikan produk wisata kepada konsumen nyata maupun potensial membutuhkan usaha promosi yang efektif. Promosi dalam memperkenalkan atau mengkomunikasikan produk dan jasa yang dihasilkan, merupakan suatu usaha pemasaran perusahaan dalam meningkatkan penjualan ( Sutojo dan Kleinsteurber, 2002 ). Meningkatkan penjualan produk dan jasa, tidak lain adalah terjadinya peningkatan pembelian pelanggan. Untuk itu dibutuhkan informasi produk atau jasa dengan jangkauan konsumen yang lebih luas.

(15)

Selain iklan, agar sukses dalam memasarkan suatu produk atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat. Harga sebuah produk merupakan faktor penentu utama permintaan pasar. Karena itu produsen dalam menetapkan harga berdasarkan kombinasi antara produksi yang bisa memuaskan keinginan konsumen tersebut. Dalam menetapkan harga perlu mengikuti kebijaksanaan yang tidak baku. Oleh karena itu, diperlukan kelenturan (fleksibel) harga demi meningkatkan volume penjualan untuk mempertahankan pangsa pasar. Faktor ketiga yang tidak kalah penting dalam mempengaruhi keberhasilan pemasaran dalam perusahaan jasa pariwisata adalah kualitas pelayanan. Gronros (1984) yang dikutip Lupioyadi (2001 : 5) mengemukakan dua konsep kualitas pada jasa pelayanan, yaitu kualitas tehnik dan kualitas fungsional. Kualitas tehnik adalah apa yang konsumen dapatkan, sedangkan kualitas fungsional mengacu pada bagaimana mereka menerima jasa pelayanan.

(16)

seperti supermarket atau hypermarket, tidak semuanya direncanakan (Negara, 2002). Diperkirakan 65 persen keputusan pembelian di seluruh supermarket dilakukan di dalam toko dengan lebih dari 50 persen tidak direncanakan sebelumnya, (Bayley, et al,1998).

Keputusan pembelian konsumen terutama keputusan yang bersifat impulse buying dapat didasar oleh faktor individu konsumen yang cenderung berperilaku afektif. Perilaku ini kemudian membuat pelanggan memiliki pengalaman berbelanja. Menurut Hausman (2000), Piron (1991), Rook (1987) dalam Park Kim and Forney, (2005) hedonic shopping value memainkan peran yang cukup penting dalam impulse buying. Oleh karena itu konsumen mengalami impulse buying ketika didorong oleh keinginan hedonis atau sebab lain diluar alasan ekonomi, seperti karena rasa senang, fantasi, sosial atau pengaruh emosional. Ketika pengalaman berbelanja seseorang menjadi tujuan, untuk memenuhi kepuasan kebutuhan yang bersifat hedonis, maka produk yang dipilih bukan berdasarkan rencana awal, melainkan karena impulse buying yang disebabkan oleh pemenuhan kebutuhan yang bersifat hedonisme ataupun karena emosi positif (Park, Kim and Forney, 2005).

(17)

tour wisata ini ada yang regular dan ada pula yang sifatnya request (permintaan) baik secara pribadi maupun group (instansi/lembaga pemerintahan).

Selain menangani program paket tour wisata domestik dan internasional, PT.Lovely Corpin Tour & Travel Surabaya juga memberikan jasa pelayanan untuk pembuatan visa dan pasport. Pemesanan tiket pesawat dan hotel ke seluruh dunia juga dilayani di sini.

Menurut data laporan jumlah peserta tour wisata PT.Lovely Corpin Tour & Travel Surabaya pada periode bulan Juli-Desember 2009 adalah sebagai berikut:

TABEL 1 JUMLAH PESERTA TOUR WISATA 2009 (PERIODE HIGH SESSION JULI – DESEMBER)

Tujuan

Wisata Bulan

Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Asean 67 orang 60 orang 71 orang 73 orang 83 orang 103 orang

Hongkong 43 orang 49 orang 58 orang 52 orang 62 orang 71 orang China 15 orang 20 orang 80 orang 22 orang 18 oramg 27 orang

Sumber : Laporan Data PT. Lovely Corpin Tour & Travel Surabaya

Berdasarkan data laporan tabel di atas, jumlah peserta tour wisata ke China untuk periode Juli-Desember 2009 paling rendah peminatnya dan mengalami fluktuasi. Untuk mendongkrak minat pelanggan maka PT. Lovely Corpin Tour & Travel Surabaya memberikan penawaran program paket wisata menarik yaitu “Program Charter Flight ke China”. Program ini ditawarkan pada periode High Session atau Peak Session antara bulan Juli sampai dengan Desember tepatnya pada bulan September.

(18)

kondisi tertentu dan harga yang ditawarkan lebih murah daripada paket regular. Paket murah ini sangat diminati pelanggan dan mereka sangat antusias untuk ikut paket ini.

Fenomena “Program Charter Flight ke China “ ini dimanfaatkan oleh PT. Lovely Corpin Tour & Travel dalam menarik pelanggan. Perilaku impulse buying yang merupakan karakteristik orang Indonesia dimanfaatkan untuk menggaet pelanggan sehingga berdampak pada kenaikan penjualan. Irawan (2007) konsumen Indonesia memiliki sepuluh karakter unik, yaitu berpikir jangka pendek, tidak terencana, suka berkumpul, gagap teknologi, berorientasi pada konteks, suka merek luar negeri, religius, gengsi, kuat disubkultur, dan kurang peduli lingkungan.

Menurut data laporan Tabel di bawah ini, jumlah peserta tour wisata meningkat tajam sekitar 300% dengan adanya Program Charter Flight ke China pada bulan September 2009. Laporan jumlah peserta tour wisata ke China pada bulan Juli sampai dengan Desember 2009 mengalami fluktuasi.

TABEL 2 JUMLAH PESERTA TOUR WISATA KE CHINA PERIODE JULI - DESEMBER 2009

Jenis Bulan

Kelamin Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Pria 9 orang 15 orang 48 orang 14 orang 6 orang 12 orang

Wanita 6 orang 5 orang 32 orang 8 orang 12 orang 15 orang

Total 15 orang 20 orang 80 orang 22 orang 18 orang 27 orang

Sumber : Laporan Data PT. Lovely Corpin Tour & Travel Surabaya

(19)

IKLAN, DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU

IMPULSE BUYING PADA PRODUK PARIWISATA ( PT. Lovely Corpin

Tour & Travel Surabaya).

1.2 Perumusan Masalah :

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan adalah :

1. Apakah faktor harga mempengaruhi perilaku impulse buying pada produk

pariwisata PT. Lovely Corpin Tour & Travel Surabaya?

2. Apakah faktor iklan mempengaruhi perilaku impulse buying pada produk pariwisata PT. Lovely Corpin Tour & Travel Surabaya?

3. Apakah faktor kualitas pelayanan mempengaruhi perilaku impulse buying pada produk pariwisata PT. Lovely Corpin Tour & Travel Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian :

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk membuktikan pengaruh harga terhadap perilaku impulse buying

pada produk pariwisata PT. Lovely Corpin Tour & Travel di Surabaya. 2. Untuk membuktikan pengaruh iklan terhadap perilaku impulse buying

(20)

3. Untuk membuktikan pengaruh kualitas pelayanan terhadap perilaku

impulse buying pada produk pariwisata PT. Lovely Corpin Tour & Travel di Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian :

a.Kegunaan Praktis

 Bagi penulis atau peneliti

Penulisan dan penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan sebagai sumber sumbangan yang cukup penting terhadap aplikasi langsung di masyarakat atas pengetahuan secara teori yang didapat selama dibangku kuliah dengn praktis.

 Bagi pemilik atau pengusaha travel dan tour pada umumnya

Dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dan bahan acuan tentang bagaimana faktor-faktor tertentu mempengauhi pengambilan keputusan berbelanja konsumen.

 Bagi lembaga pendidikan.

Sebagai suatu hasil karya dan sebuah karya yang dapat dijadikan sebagai bahan wacana dan pustaka bagi mahasiswa/pihak lain yang memiliki keterkaitan meneliti dibidang yang sama.

b.Kegunaan Teoritis

 Sebagai bahan pembanding antara teori dan fakta atau kenyataan yang

(21)

 Sebagai salah satu bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis dan

pengembangan penelitian selanjutnya.

 Sebagai pengembangan terhadap teori keputusan konsumen berbelanja dan

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penulis memperoleh informasi kepustakaan dari peneliti sebelumnya

tentang penulisan yang berhubungan dengan Perilaku Impulse Buying, yaitu oleh:

a. Semuel, 2007 dalam Jurnal Manajemen Pemasaran Volume 2 Nomor 1

April 2007: 31-42 melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Stimulus

Media Iklan, Uang Saku, Usia, dan Gender Terhadap Kecenderungan

Perilaku Pembelian Impulsif ( Studi Kasus Produk Pariwisaita ). Untuk

mengadakan penelitian ini dipilih konsumen yang potensial sebagai

sample adalah mahasiswa UK Petra dan minimal telah berada pada

semester empat, dan bersedia menjadi partisipan dalam percobaan.

Prosedur ini, didasarkan atas pertimbangan peneliti bahwa minimal pada

semester empat, mahasiswa telah mempunyai latar belakang pengetahuan

yang cukup untuk menjawab berbagai pertanyaan atau pernyataan

menyangkut indikator stimulus. Produk wisata yang diteliti adalah tempat

tujuan wisata budaya di Kabupaten Bangkalan Jawa Timur dan

produk-produk kerajinan masyarakat sekitarnya, atau produk-produk yang berasal dari

luar tetapi dijual secara rutin di daerah wiasata tersebut. Tehnik analisa

dalam penelitian ini adalah Analisa Varians (analisy of variance) yang

biasanya disingkat ANOVA. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah

(23)

online terhadap kecenderungan pembelian impulsif. Walaupun format

media online mempunyai kecenderungan pengaruh kuat secara total

terhadap kecenderungan perilaku pembelian impulsif, namun media

mempunyai pengaruh paling besar terletak pada media audio-visual dan

teks-gambar.

b. Penelitian Rachmawati dalam Majalah Ekonomi Tahun XIX, Nomor 2

Agustus 2009 dengan judul “ Hubungan Antara Hedonic Shopping Value,

Positive Emotion, Dan Perilaku Impulse Buying Pada Konsumen Ritel ”.

Obyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah department store, karena

pada umumnya konsumen melakukan pembelian pada departement store

seringkali karena impulse buying. Dengan kata lain keinginan pelanggan

untuk membeli itu timbul karena adanya situasi dalam toko yang

mendukung ditunjang dengan motivasi pribadi orang tersebut. Dalam

penelitian ini populasi yang dijadikan sample penelitian adalah pelanggan

Departemen Store, sejumlah sekitar 200 orang. Department Store di

Surabaya berada pada pusat perbelanjaan tersebut yaitu : Surabaya Plaza,

Tunjungan Plaza, Pakuwon Supermal, Royal Plaza dan Cito. Teknik

analisis yang dipakai adalah Multiple Regresion dan Hierarchical

Regression untuk melihat pengaruh dari variable-variabel penelitian.

Berdasarkan hasil analisa maka terbukti bahwa “

a) Variable Hedonic Shopping Value dan Positive Emotion

mempunyai pengaruh terhadap variable Impulse Buying terbukti

(24)

b) Variable Positive Emotion merupakan variable mediasi antara

variable Hedonic Shopping Value terhadap Impulse Buying

menjadi terbukti kebenarannya

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran.

Ujung tombak dari sebuah perusahaan adalah bagian pemasarannya. Untuk

mencapai target dan laba yang diinginkan, suatu perusahaan harus memiliki divisi

pemasaran yang cukup solid. Selama ini banyak ahli mengemukakan definisi

tentang marketing yang kelihatannya berbeda-beda satu dengan yang lain. Namun

bila diperhatikan definisi-definisi tersebut memiliki tujuan yang sama.

Menurut Kotler (1997 : 10) pemasaran merupakan proses sosial yang

dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas

mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.

Menurut Stanton dalam buku Swastha (1979 : 5) pemasaran adalah suatu

system keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditunjukkan untuk merencanakan,

menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang

memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun yang potensial.

Sedangkan menurut Ries dan Trout (1987) dalam buku Prasetijo (2005 : 67)

pemasaran merupakan peperangan antar produsen untuk memperebutkan persepsi

(25)

Dari semua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran

(marketing) merupakan segala daya upaya berupa marketing mix yang dilakukan

individu maupun kelompok untuk membuat produknya menjadi nomor satu

dibenak konsumen sehingga pada akhirnya dapat terjadi pertukaran antara

produsen dan konsumen.

Manajemen pemasaran terjadi bilamana setidak-tidaknya salah satu pihak

dalam pertukaran potensial mempertimbangkan sasaran dan sarana untuk

memperoleh tanggapan yang diinginkan pihak lain.

Menurut Kotler (2002 : 9), manajemen pemasaran adalah proses

perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi

gagasan. Barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi

sasaran-sasaran perorangan dan organisasi.

Dari definisi tersebut mengandung arti manajemen pemasaran sebagai

suatu proses yang meliputi analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian

yang mencakup gagasan, barang dan jasa yang dilandasi oleh pertukaran gagasan,

bertujuan untuk menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat.

Menurut Swastha (1999:17) konsep pemasaran adalah falsafah bisnis yang

menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi

dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Konsep pemasaran bersandar pada empat tiang utama, yaitu fokus pasar,

orientasi kepada pelanggan, pemasaran yang terkoordinasi dan kemampuan

menghasilkan laba. Konsep pemasaran didasarkan pada pandangan dari luar ke

(26)

pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasi seluruh kegiatan yang berkaitan

dengan pelanggan dan menghasilkan laba melalui kepuasan pelanggan.

Ringkasannnya konsep pemasaran adalah upaya pemasaran terkoordinasi yang

berfokus pasar dan berorientasi kepada pelanggan dengan tujuan memberikan

kepuasan kepada pelanggan sebagai kunci untuk mencapai tujuan organisasi.

2.2.2 Jasa

2.2.2.1 Pengertian Jasa

Jasa merupakan suatu fenomena yang rumit (complicated) (Gronroos,

1990) yang dikutip Lupioyadi (2001 : 72) . Kata jasa mempunyai arti dan ruang

lingkup, dari pengertian yang paling sederhana, yaitu hanya berupa pelayanan dari

seseorang kepada orang lain, bisa juga diartikan sebagai mulai dari pelayanan

yang diberikan manusia, baik yang dapat dilihat (expicit service) maupun yang

tidak dapat dilihat, yang hanya dirasakan (implicit service) sampai kepada

fasilitas-fasilitas pendukung yang harus tersedia dalam penjualan jasa dan

benda-benda lainnya.

Kotler (1997: 11) mendefinisikan jasa adalah segala aktifitas atau manfaat

yang dapat ditawarkan oleh suatu kelompok kepada yang lainnya, yang pada

dasarnya tidak nyata dan tidak berakibat pada kepemilikan apapun. Zeitham et. al.

(2003: 3) dan Kotler (1997 : 375) memberikan batasan tentang jasa: jasa

merupakan semua aktifitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam

bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya dikomsumsi pada waktu menghasilkan

(27)

atau kesehatan) atau pemecahan suatu masalah yang dihadapi konsumen.

Lovelock (2002: 6) jasa adalah tindakan perubahan yang diinginkan dalam

diri-atau atas nama-penerima.

Berdasarkan beberapa definisi di atas menunjukkan bahwa dalam jasa selalu

ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pemberi jasa, meskipun

pihak-pihak yang terlibat tidak menyadari. Jasa juga bukan merupakan barang, jasa

adalah suatu proses atau aktivitas, dan aktivitas-aktivitas tersebut tidak berwujud.

Oleh sebab itu sangat penting bagi semua komponen yang terlibat dalam kegiatan

penyedian layanan jasa untuk lebih memahami tentang jasa sehingga dapat

menyediakan layanan jasa sesuai dengan kenginan dan kebutuhan pelanggan.

Meskipun secara umum dikatakan bahwa jasa merupakan suatu proses atau

aktivitas yang tidak berwujud, namun secara lebih rinci jasa tersebut mempunyai

karakteristik yang berbeda dengan barang/produk fisik.

2.2.2.2 Karektaristik Jasa

Menurut Zeithaml dan Bitner (2003: 20) serta Kotler: (1998: 375)

menyebutkan bahwa karakteristik jasa:

a. Jasa bersifat tidak berujud (intangible). Konsekuensi dari sifat ini adalah

jasa tidak bisa dilihat, dirasakan, dicicipi, diraba, didengar, dicium,

disentuh dan tidak bisa disimpan. Nilai penting dari sifat ini adalah nilai

tidak berujud yang dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan

atau rasa aman. Orang yang menjalankan operasi wajah tidak dapat

(28)

b. Jasa bersifat keberagaman /bervariasi (heterogeneity). Sifat ini

menyebabkan jasa sulit distandarisasi. Kesulitannya (a) untuk suatu jasa

yang sama, setiap individu konsumen itu ingin dipenuhi keinginannya

dengan cara yang berbeda-beda, (b) setiap konsumen mempunyai

permintaan yang unik atau ingin mengalami jasa dalam cara yang unik

pula, misal dalam perawatan rambut, pemesanan gaun, (c)bisnis jasa

biasanya padat karya sehingga unjuk kerja karyawan sering berbeda dari

hari ke hari. Keberagaman bergantung pada siapa memberikannya dan

kapan dan dimana diberikan, jasa sangat bervariasi. Beberapa dokter

memiliki keramahannnya sangat baik dengan pasien; yang lain kurang

sabar dengan pasien-pasiennya.

c. Jasa bersifat simultanitas produksi dan konsumsi (simultaneous

productions and consumption). Barang biasanya dibuat dulu baru

dijualkan dan dikonsumsi, dan dikonsumsi secara simultan; jasa restoran.

Jika seseorang memberikan jasa, penyedianya adalah bagian dari jasa itu.

Karena pelanggan tersebut juga hadir pada saat jasa itu dihasilkan,

interaksi penyedia-pelanggan merupakan cirri khusus pemasaran jasa.

d. Jasa bersifat mudah musnah/rentan (perishable). Jasa tidak dapat disimpan,

tidak bisa dijual lagi, atau dikembalikan. Kursi pesawat yang kosong,

kamar hotel yang tidak dihuni, atau jam tertentu tanpa pasien ditempat

praktek dokter akan berlalu/hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan.

Bila suatu jasa tidak bisa digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu

(29)

diukur tidak bisa dikembalikan, atau akibat salah potong tidak bisa

dialihkan kepada konsumen lain?

2.2.2.3 Kategori Jasa

Kotler membagi penawaran jasa menjadi kategori-kategori jasa, seperti

yang dikutip oleh Lupiyoadi (2001: 72), yaitu:

1. Barang berwujud murni. Penawaran banyak terdiri dari barang berwujud

murni, tidak ada jasa yang menyertai produk tersebut. Contohnya: sabun,

pasta gigi.

2. Barang berwujud dengan jasa yang menyertainya. Penawaran terdiri dari

barang berwujud yang disertai dengan jasa untuk meningkatkan daya tarik

konsumen. Contohnya: produsen computer tidak akan menjual computer

saja, melainkan menambah kualitas pelayan dengan memberikan layanan

servis.

3. Campuran. Penawaran terdiri atas campuran barang dan jasa dengan

poroporsi yang sama. Contohnya: restaurant yang didukung oleh makanan

dan pelayannnya.

4. Jasa utama yang disertai barang-barang dengan tambahan. Penawaran

terdiri dari jasa utama dengan jasa tambahan dan atau barang pelengkap.

Contohnya: jasa penerbangan kelas satu.

5. Jasa murni. Penawaran hanya terdiri dari jasa saja. Contohnya: jasa

(30)

2.2.3 Harga

2.2.3.1 Pengertian Harga dan Konsep Harga

Menurut Swastha dan Irawan ( 2005 : 241 ) harga adalah jumlah barang

uang atau ditambah barang kalau mungkin produk beserta pelayanannya. Dari

definisi tersebut kita dapat mengetahui harga yang dibayarkan oleh pembeli itu

sudah termasuk pelayanan yang diberikan penjual, bahkan penjual juga

menginginkan sejumlah keuntungan dari harga tersebut.

Harga, menurut Tjiptono (2002: 151) merupakan komponen yang sangat

penting bagi kelangsungan suatu organisasi karena harga berpengaruh langsung

terhadap laba perusahaan. Penentuan harga dipengaruhi oleh pendapatan total dan

biaya total. Harga juga merupakan indikator nilai, karena berhubungan dengan

manfaat langsung yang dirasakan konsumen.

Secara sederhana, menurut Tjiptono, Chandra dan Adriana (2007: 465)

istilah harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter) dan/atau aspek

lain (non-moneter) yang mengandung utilitas/kegunaan tertentu yang diperlukan

untuk mendapatkan suatu produk. Produk adalah segala sesuatu ( barang, jasa,

orang, tempat, ide, informasi, organisasi) yang dapat ditawarkan untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan. Sedangkan utilitas merupakan atribut yang

berpotensi memuaskan kebutuhan dan keinginan tertentu. Secara garis besar

terdapat lima jenis utilitas:

 Utilitas bentuk (form utility), berhubungan dengan proses

produksi/konversi, yaitu perubahan fisik atau kimiawi yang membuat

(31)

 Utilitas tempat (place utility) terbentuk jika produk tersedia dilokasi-lokasi

tempat konsumen ingin membelinya.

 Utilitas waktu (time utility), tercipta apabila suatu produk tersedia saat

dibutuhkan oleh pelanggan potensial.

 Utilitas informasi (information utility) tercipta dengan jalan

menginformasikan calon pembeli mengenai keberadaan atau ketersedian

suatu produk.

 Utilitas kepemilikan (possession/ownership utility) tercipta jika terjadi

transfer kepemilikan atau hak milik atas suatu produk dari produsen ke

konsumen. Dengan kata lain, utilitas ini terbentuk kalau ada transaksi

pembelian produk atau jasa.

2.2.3.2 Peranan Harga

Peranan penting harga, dijelaskan Tjiptono (2002: 152) sebagai alokasi

harga yang membantu pembeli untuk memutuskan manfaat sebelum membeli.

Kedua, peran informasi yang mendidik konsumen dalam mengenali faktor-faktor

produk.

Menurut Tjiptono,Chandra dan Adriana ( 2007: 471) harga memainkan

peranan penting bagi perekonomian secara makro, konsumen, dan perusahaan.

 Bagi perekonomian. Harga produk mempengaruhi tingkat upah, sewa,

bunga, dan laba. Harga merupakan regulator dasar dalam system

perekonomian, karena harga berpengaruh terhadap alokasi faktor-faktor

(32)

 Bagi konsumen. Dalam penjualan ritel, ada segmen pembeli yang sangat

sensitive terhadap faktor harga dan ada pula yang tidak.

 Bagi perusahaan . dibandingkan dengan bauran pemasaran lainnya

(produk, distribusi dan promosi) yang membutuhkan pengeluaran dana

dalam jumlah besar, harga merupakan satu-satunya elemen bauran

pemasaran yang mendatangkan pendapatan. Harga produk adalah

determinan utama bagi permintaan pasar atas produk bersangkutan. Harga

mempunyai posisi bersaing dan pangsa pasar perusahaan. Dampaknya,

harga berpengaruh pada pendapatan dan laba bersih perusahan. Singkat

kata, perusahaan mendapatkan uang melalui harga yang dibebankan atas

produk atau jasa yang dijualnya.

2.2.3.3 Tujuan Penetapan Harga

Menurut Bearden (2001: 252-255) , terdapat lima faktor penting dalam

penetapan harga, yaitu:

a. Ongkos

Ongkos meliputi biaya produksi untuk pembuatan produk mulai dari

bahan mentah hingga bahan jadi dan pengemasannya, termasuk juga biaya

promosi.

b. Konsumen

Proses perjalanan produk dari penjual hingga oleh konsumen merupakan

faktor penting untuk menentukan harga karena pada saat proses ini

(33)

c. Kompetensi

Faktor dari harga yang ditetapkan oleh competitor akan sangat

mempengaruhi keadaan pasar. Oleh karena itu harga dari competitor harus

menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan harga. Karena jika harga

kita terlalu tinggi, maka akan mempengaruhi harga.

d. Kesesuaian dengan tujuan organisasi.

Penentuan harga juga dipengaruhi oleh bagaimana tujuan organisasi. Jika

organisasi menetapkan citra dirinya sebagai perusahaan yang elegan dan

mewah, maka kebijakan harga yang rendah sebaiknya harus dihindari,

karena akan merusak citra perusahaan.

Selanjutnya, Kotler (1997: 109) menjelaskan bahwa untuk menetapkan

harga membutuhkan enam langkah, yaitu:

a. Memilih tujuan penetapan harga.

b. Menentukan permintaan.

c. Memperkirakan biaya.

d. Menganalisa biaya, harga dan penawaran bersaing.

e. Memilih metode penetapan harga.

f. Memilih harga akhir.

Strategi penetapan harga menurut Mc Carthy dan Perreault (1995) dalam

Tjiptono (2002:171-173) dilakukan dengan dengan dua cara, yaitu cara Skimming

price dan penetration price. Skimming price berarti penetapan harga yang tinggi

diawal produk itu dipasarkan. Hal ini untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu

(34)

menetapkan harga murah di awal produk itu dipasarkan dengan maksud untuk

mendapatkan sebanyak mungkin konsumen yang membeli. Selanjutnya oleh

Tjiptono (2002: 174) dijelaskan bahwa perubahan harga akan dipengaruhi oleh

lingkungan pemasaran dan pergeseran permintaan oleh konsumen.

2.2.4 Periklanan

2.2.4.1 Pengertian Iklan

Periklanan merupakan salah satu dari alat yang paling umum digunakan

untuk mengarahkan komunikasi persuasive dari periklanan itu sendiri bersifat

tidak langsung yang didasarkan pada informasi suatu produk secara menarik

dirancang untuk membujuk yang akhirnya dapat mempengaruhi suatu pembelian.

Dalam memasarkan suatu produk, perusahaan perlu memasarkan program

periklanan yang efektif dimana penyebaran informasi dapat dilakukan dengan

seluas-luasnya kepada pasar. Masyarakat perlu diberitahu tentang siapa (sponsor)

yang mensponsori iklan tersebut.

Sebagai salah satu alat bauran promosi, iklan didefinisikan sebagai pesan

yang didanai oleh suatu sponsor yang teridentifikasi dan pesan tersebut

dikirimkan melalui media komunikasi massa (Russel dan Lane, 1996) dalam

jurnal Semuel, 2007. Senada dengan terdahulu, Kotler (2003:590) mendefinisikan

iklan sebagai suatu bentuk presentasi non personal dan promosi suatu gagasan,

barang, atau jasa yang dibiayai oleh sponsor yang teridentifikasi. Tentu saja

presentasi non personal disini terjadi karena iklan melibatkan media massa yang

(35)

suatu alat promosi yang memungkinkan munculnya komunikasi dua arah yaitu

pemasar ke pasar yang dituju maupun sebaliknya. Hal inilah yang menjelaskan

pernyataan non personal dalam definisi iklan. Konsekuensi dari komunikasi satu

arah adalah pemasar tidak mungkin mendapatkan atau bahkan mengetahui respon

pasar sasaran secara langsung.

Menurut Guiltinan (1997), iklan dapat digunakan untuk mencapai paling

tidak salah satu dari efek berikut: tahap kognitif yang mengindikasikan bahwa

pesan telah diterima, tahap afektif yang mengindikasikan perkembangan sikap

(suka atau tidak suka) terhadap produk atau perusahaan; dan tahap perilaku yaitu

respon aktual yang dilakukan oleh audience sasaran. Setiap program komunikasi

mempunyai karakteristik yang unik sehingga pemasar harus

mempertimbangkannya agar sesuai dengan harapan yang ingin diraih dari

program komunikasi tersebut.

Bendixen (1993), mengemukakan beberapa iklan yang biasanya

diterapkan oleh para pemasar, yaitu menciptakan kesadaran akan produk atau

merek baru, menginformasikan kepada konsumen tentang fitur dan manfaat dari

suatu produk atau merek, menciptakan suatu persepsi akan suatu produk maupun

merk, menciptakan preferensi akan suatu produk atau merek, dan membujuk

konsumen untuk membeli suatu produk atau merek tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa periklanan dimaksudkan sebagai alat

komunikasi dengan segala bentuk penyajian melalui berbagai media guna

(36)

pembeli dan juga berperan untuk mempengaruhi atau membujuk para calon

pembeli agar membeli produk yang dijual.

2.2.2.4 Tujuan Dan Fungsi Periklanan

Menurut Guiltinan (1994), tujuan iklan adalah menciptakan kesadaran,

mengingatkan konsumen untuk menggunakan produk, mengubah perilaku tentang

penggunaan suatu bentuk produk, mengubah persepsi tentang pentingnya suatu

atribut produk, mengubah keyakinan tentang merek, penguatan

perilaku,penciptaan citra perusahaan dan lini produk dan usaha mendapat respon

secara langsung .

Kotler (1997: 327), tujuan periklanan adalah:

a. Untuk menginformasikan

1. Memberitahukan pasar suatu produk baru

2. Mengusulkan kegunaan baru suatu produk

3. Memberitahukan pasar tentang perubahan harga

4. Menjelaskan cara kerja suatu produk

5. Mengurangi kemasan pembeli

6. Membangun citra perusahaan

b. Untuk membujuk

1. Menganjurkan membeli merek tertentu

2. Membujuk pembeli untuk membeli sekarang

(37)

c. Untuk mengingatkan

1. Mengingatkan pembeli bahwa produk tersebut mungkin

akan dibutuhkan dalam waktu dekat.

2. Mengingatkan pembeli dimana dapat membeli produk

tersebut

3. Membuat pembeli tetap ingat produk itu walau sedang tidak

musimnya.

4. Mempertahankan kesadaran puncak

Sedangkan menurut Kotler (1992: 271), tujuan iklan dapat

dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu:

a. Iklan Informasi

Iklan ini secara panjang lebar menerangkan produk dalam

tahap rintisan suatu produk untuk menciptakan permintaan

pokok atas kategori produk tertentu.

b. Iklan Persuasi

Iklan ini penting dalam persaingan dimana sasaran perusahaan

adalah menciptakan permintaan yang selektif akan merek

tertentu. Kebanyakan iklan termasuk dalam kategori ini.

Beberapa iklan persuasive menjadi iklan perbandingan yang

ingin menciptakan superioritas salah satu merek melebihi

(38)

c. Iklan Pengingat

Iklan sangat penting untuk produk yang berada pada tahap

kedewasaan untuk menjaga agar konsumen selalu ingat akan

produk tersebut. Bentuk serupa iklan ini adalah iklan

pemantapan (reinforcement) yang berusaha menyakinkan

pembeli bahwa mereka mengambil pilihan yang tepat.

Secara umum, bila dikompilasikan maka tujuan-tujuan iklan bisa

disarikan menjadi tiga hal dasar yaitu menginformasikan, mengingatkan

dan membujuk seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2004) . Karena ada

beberapa tujuan iklan yang harus dipertimbangkan oleh pemasar, maka

sebelum desain suatu iklan dibuat, pemasar harus cukup jeli untuk melihat

dua hal penting yaitu tujuan pembuatan iklan dan profil pasar yang akan

ingin disasar.

Tujuan pemasar adalah untuk mencoba menyakinkan konsumen

bahwa merek yang ditawarkan adalah pilihan yang tepat. Untuk

menampilakan pesan iklan yang mampu membujuk, membangkitkan dan

mempertahankan konsumen akan produk yang ditawarkan memerlukan

daya tarik bagi audiens sasaran. Daya tarik iklan sangat penting karena

akan meningkatkan keberhasilan komunikasi dengan audiens.

(39)

Periklanan menurut Lee dan Johnson (2004: 10) dapat melakukan

fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi “informasi”. Periklanan mengkomunikasikan informasi

produk, ciri-ciri, dan lokasi penjualan.

2. Fungsi “persuasif”. Periklanan mencoba membujuk para konsumen

untuk membeli merek-merek tertentu.

3. Fungsi “ pengingat” periklanan terus-menerus mengingatkan para

konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka tetap akan

membeli produk yang diiklankan tanpa memperdulikan merek

pesaingnya.

Selain itu, pemasar juga harus memahami kemampuan media iklan

dalam mengantarkan pesan kepada khalayak yang dituju, frekuensi dan

pengaruhnya terhadap tujuan pemasangan iklan. Bagaimanapun juga

selain mempunyai keunggulan setiap media iklan mempunyai kelemahan

baik dari sisi biaya, jangkauan, dan sebagainya yang akan mempengaruhi

keberhasilan pemasangan iklan.

2.2.4.3. Media Periklanan

Media dalam penyampaian pesan memegang peranan penting

dalam proses komunikasi. Tanpa media, pesan tidak akan sampai kepada

kelompok audiens yang diinginkan. Oleh karena itu, pemilihan media

yang tepat akan sangat menentukan apakah pesan yang ingin diampaikan

(40)

Perencanaan media dalam membuat pilihan dari berbagai kategori media

dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Surat Kabar

Media surat kabar mempunyai sifat yang fleksibilitas. Selain itu

media ini mempunyai beberapa keunggulan seperti ketepatan

waktu, penerimaan yang luas sangat dipercaya. Namun media ini

mempunyai jangka waktu yang pendek sehingga mutu

reproduksinya pendek.

2. Televisi

Media ini menghadirkan gambar, suara dan gerak sehingga

merangsang indera dan menimbulkan perhatian yang tinggi.

Namun biaya yang dikeluarkan untuk menampilkan iklan ditelivisi

relative tinggi dan audiens dipilih secara kurang baik.

3. Surat langsung

Media ini dapat memilih audiens secra terpilih dan mempunyai

sifat yang fleksibilitas. Media ini tidak punya persaingan iklan

pada media yang sama atau personalisasi, tetapi biaya yang

dikeluarkan tinggi dan juga media ini mempunyai citra sebagai

“Surat Sampah”

4. Radio

Radio merupakan media dengan penggunaan missal dan biaya

(41)

mempengaruhi konsumen hanya dengan menyajikan suara

sehingga perhatian yang ditimbulkan lebih rendah.

5. Majalah

Majalah mempunyai mutu reproduksi yang, tinggi, sehingga

mempunyai jangka waktu yang panjang karena pembaca terus

menerus membaca. Namun tidak mempunyai jaminan posisi

produk.

6. Telepon

Media ini mempunyai banyak pengguna dan juga mempunyai

peluang yang cukup besar untuk memberikan sentuhan pribadi.

Namun biaya yang dikeluarkan relative tinggi, kecuali jika

digunakan sukarelawan.

Media apapun yang telah ditetapkan sehubungan dengan pemilihan

media yang paling tepat untuk periklanan produk yang dihasilkan, tidaklah

terlepas dari beberapa faktor tehnis dalam penentuan media periklanan

yaitu:

a. Produk yang diiklankan

b. Kemampuan teknis media

c. Sasaran yang sempat dicapai

d. Karakteristik media

e. Biaya

(42)

Menurut Zeithaml, Parasuman, dan Berry (1990: 44) yang dikutip

Lupioyadi (2001 : 140) “ Service quality is the customer perception’s of the

superiority of the service”. Maksudnya kualitas layanan adalah persepsi konsumen

terhadap keunggulan suatu layanan. Pada dasarnya hanya konsumen yang menilai

kualitas layanan suatu badan usaha berkualitas atau tidak.

Menurut American Sociaty for Quality Control, seperti yang dikutip oleh

Lupiyoadi (2001: 144) kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan

karakteristik-karakteristik dari suatu produk jasa dalam hal kemampuannya dalam memenuhi

kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat laten.

Sedangkan menurut Murdick, Render, dan Russel (1990: 419) yang

dikutip Lupioyadi (2001)“ The quality of a service or product is determined by the

user’s perception. It is the degree to which the handle of service attributes as a

whole satisfies the user”. Maksudnya adalah kualitas layanan harus berorientasi

pada konsumennya karena penilaian baik buruk kualitas layanan yang diberikan

perusahaan ditentukan oleh persepsi penggunanyaa. Kualitas layanan merupakan

tingkatan dimana sekumpulan dimensi dari layanan tersebut secara keseluruhan

memuaskan penggunanya atau konsumennya. Sehingga tiap perusahaan dituntut

untuk dapat memberikan kualitas layanan yang sebaik-baiknya untuk

membedakan perusahaan yang satu dengan yang lainnya.

Kualitas pelayanan yang tinggi dapat menghasilkan kepuasan konsumen

yang tinggi pula, sehingga perusahaan harus menjaga kualitas pelayanan yang

diberikannya agar mampu bertahan dari serangan pesaing-pesaingnya, bahkan

(43)

2.2.6 Dimensi Kualitas Pelayanan

2.2.6.1 Tangibles (bukti fisik)

Menurut Parasuraman et.al (1998), seperti yang dikutip oleh Lupiyoadi

(2001: 148), tangibles yaitu kemampuan perusahaan dalam menunjukkan

eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan

prasarana fisik peruasahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata

dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Yang meliputi fasilitas fisik

(gedung, gudang, dan lain sebagainya), perlengkapan, dan peralatan yang

dipergunakan (teknologi), serta penampilan karyawannya.

Suatu servis tidak bisa dilihat, tidak bisa dicium, tidak bisa diraba (Irawan,

2002: 58), maka aspek tangibles menjadi penting sebagai ukuran pelayanan.

Konsumen akan mempunyai persepsi bahwa kantor (travel) mempunyai

pelayanan yang baik apabila penataan ruangannya yang sangat indah, dengan

ruangan yang sangat luas, serta pencahayaan atau penerangan yang baik.

Konsumen mempunyai penilaian yang baik apabila kantor mempunyai fasilitas

fisik ataupun peralatan yang menunjang, seperti kamar mandi, AC, kipas angin,

dan sebagainya

Selain penataan ruangan dan peralatan, konsumen akan menilai seragam

dan penampilan karyawan. Dengan seragam atau cara berpakaian yang baik,

(44)

persepsi konsumennya bahwa mempunyai kualitas pelayanan yang baik. Seragam

memberikan sinyal bahwa mereka merupakan team yang koordinasi dengan rapi,

selain itu seragam juga memberikan kenikmatan untuk penglihatan konsumen.

Jasa cenderung tidak bisa dipisah-pisahkan dan mempunyai ciri berupa

fakta bahwa jasa disampaikan secara bersamaan dengan kehadiran konsumen,

baik pada proses akhir penyampaian jasa. Untuk itu perusahaan harus menentukan

lokasi jasa yang strategis. Lokasi fasilitas jasa seringkali menentukan kesuksesan

suatu jasa (Tjiptono, 1996: 41), karena lokasi erat kaitannya dengan pasar

potensial suatu perusahaan. Jika perusahaan berhasil memperoleh dan

mempertahankan lokasi yang strategis (lokasi sentral dan utama), maka hal itu

dapat menunjang untuk akses ke pasar.

2.2.6.2 Reliability (keandalan)

Menurut Parasuman et.al (1998), seperti yang dikutip oleh Lupiyoadi

(2001: 148), realibility yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan

pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan dipercaya. Kinerja harus

sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang

sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan

akurasi yang tinggi.

Menurut Irawan (2002: 61), kepuasan pelanggan terhadap pelayanan juga

ditentukan oleh realibility yaitu dimensi kualitas pelayanan yang mengukur

kehandalan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannnya.

Broshur yang kreatif dan memberikan janji yang berlebihan jelas tidak

(45)

ini pihak kantor (travel) berusaha memberikan ketepatan pelanggannya sesuai

keinginan konsumen juga merupakan salah satu hal yang dapat membantu

perusahaan meningkatkan tingkat reliabilitynya.

Menurut Parasuman et.al (1998), sikap karyawan yang simpatik

merupakan salah satu ukuran dalam reliability, dalam hal ini karyawan

memberikan kepada konsumen sehingga konsumen merasa puas dengan

pelayanan yang sesuai harapannya.

2.2.6.3 Responsiveness (ketanggapan)

Menurut Parasuman et.al (1998) seperti yang dikutip oleh Lupiyoadi

(2001: 148), reaponsiveness yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan

pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaiannnya

informasi yang jelas.

Menurut Yasid (1999: 108), ketanggapan adalah kemauan untuk

memberikan pelayanan dan membantu konsumen dengan segera. Sejumlah

organisasi memilih untuk berfokus kepada tanggapan dalam posisinya. Mereka

memberi tanggapan terhadap keinginan konsumen dengan kemauan untuk

membantu melayani sesegara mungkin . dalam hal ini adalah kesediaaan

karyawan dalam memberikan pelayanan pada konsumen kapanpun konsumen

memerlukan bantuan selama berada di kantor.

Menurut Irawan (2002: 65) harapan pelanggan terhadap kecepatan

pelayanan hamper dapat dipastikan akan berubah dengan kecenderunagan naik

(46)

pelayanan yang lebih mahal untuk setiap waktu yang dapat dihemat, karena waktu

sama dengan uang yang harus digunakan secara bijak.

Menurut Berry dan Parasuman (1991) dalam Marketing Services

Competing Through Quality yang dikutip oleh Buchari (2002:231), daya tanggap

adalah kemauan dari karyawan dan pengusaha untuk membantu pelanggan dan

memberikan jasa dengan cepat serta mendengar dan mengatasi keluhan yang

diajukan konsumen, dalam hal ini mengatasi keluhan-keluhan konsumen travel

dengan baik.

2.2.6.4. Assurance (jaminan)

Menurut Parasuman et.al, (1998), seperti yang dikutip oleh Lupiyoadi

(2001: 148), assurance yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para

pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya pelanggan pada

perusahaan. Terdiri atas beberapa komponen antara lain : sopan santun,

komunikasi, dan keamanan. Menurut Irawan (2002: 69), assurance adalah dimensi

kualitas yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan dalam menanamkan

rasa percaya dan keyakinan kepada pelanggannya. Menurutnya ada empat aspek

dari dimensi ini yaitu keramahan, kompetensi, kredibilitas, dan keamanan.

Keramahan adalah salah satu aspek yang mudah diukur, ramah berarti

banyak senyum dan bersikap sopan kepada konsumen. Karyawan kantor yang

selalu ramah dengan memberikan salam, banyak senyum, tentunya merupakan

kesan pertama yang baik. Apalagi ditunjang dengan kesopan santunan karyawan

dengan memperlakukan konsumen sebaik-baiknya dengan bersikap melalui

(47)

Pengetahuan karyawan tentang produk yang disedikan merupakan salah

satu dalam assurance. Apabila konsumen memberikan pertanyaan dan karyawan

tidak bisa memberikan jawaban yang baik, maka konsumen akan kehilangan

kepercayaannya. Karyawan yang tidak kompeten dan terlihat bodoh dapat

mempengaruhi kepercayaan konsumen terhadap kualitas pelayanan.

Faktor keamanan juga merupakan adanyan faktor yang penting dalam

assurance. Keamanan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah keamanan dalam

hal penyedian fasilitas tempat parkir. Dengan adanya fasilitas tersebut maka

konsumen akan merasa aman dan nyaman selama berada di kantor tanpa harus

mengkhawatirkan kendaraan mereka.

2.2.6.5 Emphaty (empati)

Menurut Parasuraman et.al, (1998), seperti yang dikutip oleh Lupiyoadi

(2001: 148), emphaty yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat

individual atau pribadi yang diberikan kepada pelanggan dengan berupaya

memahami keinginan pelanggan dengan berupaya memahami keinginan

pelanggan. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan

pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara specifik,

serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.

Pemahaman terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen dapat dilakukan

upaya untuk mengenali kebutuhan konsumen dengan baik dan dapat memahami

apa yang dibutuhkan konsumen.

Menurut Yazid (1999: 109), organisasi jasa juga dapat memposisikan

(48)

perhatian, yaitu berupa perhatian individual. Pelanggan dari kelompok menengah

atas mempunyai harapan yang tinggi agar penyedia jasa mengenal mereka secara

pribadi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan yang

sebaik-baiknya layaknya tamu penting.

2.2.7 Impulse Buying ( Pembelian Tak Terencana )

Impulse buying atau biasa disebut unplanned purchase, adalah perilaku

konsumen dimana orang tersebut tak merencanakan sesuatu dalam berbelanja.

Konsumen yang melakukan impulse buying tidak berpikir untuk membeli produk

atau merk tertentu. Mereka langsung melakukan pembelian karena ketertarikan

pada merk atau produk pada saat itu juga. Menurut Rook dan Fisher ( Negara dan

Dharinesta, 2003 ) mendefinisikan impulse buying sebagai kecendurungan

konsumen untuk membeli spontan,refleks, tiba-tiba dan otomatis. Stern (1962)

dalam Semuel (2006 : 105), menyatakan sembilan karakteristik pembelian tidak

terencana terhadap produk adalah harga rendah, kebutuhan tambahan produk,

distribusi massa, self service, iklan massa, display produk yang menonjol, umur

produk yang pendek, ukuran kecil dan mudah disimpan.Dari definisi tersebut,

terlihat bahwa impulse buying sesuatu yang alamiah dan merespon reaksi yang

cepat.

Keputusan pembelian konsumen terutama yang bersifat impulse buying

dapat didasari oleh faktor individu konsumen yang cenderung bersifat afektif.

Perilaku ini kemudian membuat pelanggan memiliki pelanggan belanja. Menurut

(49)

2005 ) hedonic shopping value memainkan peran yang cukup penting dalam

impulse buying. Oleh karena itu seringkali konsumen mengalami impulse buying

ketika didorong oleh keinginan hedonis atau sebab lain diluar alasan ekonomi,

seperti seseorang merasa senang, fantasi, sosial, atau pengaruh emosional. Ketika

pengalaman berbelanja seseorang menjadi tujuan untuk memenuhi kepuasan

kebutuhan yang bersifat hedonis. Maka produk yang dipilih bukan berdasar

rencana awal melainkan karena impulse buying yang disebabkan oleh pemenuhan

kebutuhan yang bersifat hedonisme ataupun karena emosi positif (Park Kim and

Forney , 2005 ).

Impulse buying didefinisikan sebagai tindakan membeli yang sebelumnya

tidak diakui secara sadar sehingga hasil dari sebuah pertimbangan atau niat

membeli yang terbentuk sebelumnya ( Mawen dan Minor 2002 : 10 ). Pembelian

Impulsif bisa dikatakan suatu desakan hati secara tiba-tiba dengan penuh

kekuatan, bertahan dan tidak direncanakan untuk membeli sesuatu secara

langsung tanpa banyak memperhatikan akibatnya. Produk impulse kebanyakan

adalah produk-produk baru, contohnya produk dengan harga murah yang tidak

terduga.

Semuel ( 2005 ) sebagian orang menganggap kegiatan belanja dapat

menjadi alat untuk menghilangkan stress, menghabiskan uang dapat mengubah

suasana hati seseorang berubah secara signifikan dengan kata lain uang adalah

sumber kekuatan. Kemampuan untuk menghabiskan uang membuat seseorang

merasa berkuasa. Pembelian tidak terencana, berarti kegiatan untuk menghabiskan

(50)

diperlukan. Barang-barang yang dibeli secara tidak terencana ( produk impulsive )

lebih banyak pada barang yang diinginkan untuk dibeli, dan kebanyakan dari

barang itu tidak diperlukan oleh pelanggan.

Menurut penelitian Engel et.al, ( 1995 : 156 ) pembelian berdasar impulse

mungkin memiliki satu atau lebih karekteristik berikut ini :

a. Spontanitas. Pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen

untuk menjadi beli sekarang, sering sebagai respon terhadap stimulasi

visual yang langsung di tempat jualan.

b. Kekuatan , kompulasi dan intensitas. Mungkin ada motivasi untuk

mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika.

c. Kegairahan dan stimulasi. Desakan mendadak untuk membeli seseorang

disertai dengan emosi yang dicirikan sebagai menggairahkan,

menggetarkan atau liar.

d. Ketidak pedulian akan akibat. Desakan untuk membeli dapat menjadi

begitu ditolak sehingga akibat yang mungkin negative diabaikan.

2.2.8 Hubungan Harga terhadap Perilaku Impulse Buying

Berkaitan dengan impulse buying bagi konsumen maka harga adalah salah

satu faktor penting yang menjadi pertimbangan konsumen dalam mengkomsumsi

produk. Harga memiliki dua peranan utama. Menurut Tjiptono (1998) dalam

Harjanti dan Saputra (2005) yaitu (1) peranan alokasi harga yaitu fungsi harga

(51)

diharpkan berdasarkan daya belinya, (2) peranan informasi harga yaitu fungsi

harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk seperti kualitas.

Untuk menarik para konsumen agar membeli atau mengunakan suatu

produk, maka produsen atau penjual dapat menggunakan harga dengan harga

promosi. Harga tersebut dapat dilakukan dengan cara menjual barang dengan

dibawah harga pasar yaitu menetapkan harga spesial pada waktu event-event

tertentu, dan pada periode tertentu memberikan potongan harga dan berbagai

macam bonus.

Menurut Stern (1962) dalam Semuel (2006:105) menyatakan bahwa salah

satu karakteristik pembelian tidak terencana terhadap produk adalah harga rendah.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menarik para

konsumen agar membeli, maka perusahaan dapat menggunakan harga sebagai

langkah-langkah membuat konsumen merasa bahwa harga yang ditawarkan oleh

perusahaan sesuai dengan harapan pelanggan.

2.2.9 Hubungan Iklan terhadap Perilaku Impulse Buying

Iklan merupakan alat komunikasi non personal antara produsen dan calon

konsumen yang disampaikan melalui media yang dibayar oleh sponsor yang

bertujuan untuk membujuk orang membeli produk yang ditawarkan (Bovee dan

Arens, 1986: 5).

Menurut Stanton (1997:186) terjemahan Sundara, adalah: Periklanan

(52)

non personal (tidak tertuju pada personal tertentu) disuarakan (oral) visual dan

dibiayai terbuka untuk suatu produk.

Jadi dapat disimpulkan bahwa periklanan dimaksudkan sebagai alat

komunikasi ke bentuk penyajian melalui berbagai media guna menyampaikan

pesan mengenai produk, jasa, atau ide yang ditujukan pada calon pembeli dan

juga berperan untuk mempengaruhi atau membujuk para calon pembeli agar

membeli produk yang dijual.

Melalui iklan pembeli produk pariwisata bisa memilih tujuan wisata,

memutuskan membeli produk pariwisata dapat saja dilakukan secara impulsif,

misalnya dengan memutuskan memesan paket wisata yang sebelumnya tidak

direncanakan atau setelah membandingkan dengan paket tujuan wisata lainnya

secara online ( Stern, 1962). Tetapi memutuskan pembelian secara offline, itupun

dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk pembelian impulsif yang

dikemukakan Stern (1962) dan Rook(1987). Dengan demikian karakteristik

pembelian produk wisata melalui informasi iklan internet, berpotensi untuk masuk

kategori pembelian impulsif seperti membeli produk lainnya

2.2.10. Hubungan Pelayanan terhadap Perilaku Impulse Buying

Kebutuhan dan keinginan konsumen berkaitan dengan sikap dan perilaku

konsumen akan mempunyai peran yang penting dalam menentukan strategi

pemasaran yang tepat. Perubahan pendapat masyarakat sebagai konsumen,

(53)

komunikasi pengaruh hubungan sosial, semakin meluas menyebabkan terjadinya

perubahan dalam perilaku dan selera konsumen.

Ragam pelayanan yang disediakan oleh produsen yang disediakan oleh produsen

atau pihak penyedia pelayanan harus cocok dengan harapan dan keinginan

konsumen. Hal ini berkaitan dengan tolak ukur keberhasilan produk baru.

Perencanaan dalam pemasaran mencakup penentuan strategi yang akan

diambil agar produk dapat terjual ke tangan konsumen. Hal ini berarti tugas

manajemen pemasaran bagaimana mengkomunikasikan keberadaan produk

tersebut kepada pasar sehingga dalam pikiran konsumen muncul perhatian akan

produk tersebut merasa tertarik dan akhirnya konsumen memutuskan untuk

membeng dan jasa yang bersangkutan dimana service atau pelayanan yang akan

mengakibatkan keputusan pembelian ulang dan dan penggunaan konsumen yang

bersangkutan.(Harjanti dan Saputro, 2005:14).

Kondisi lingkungan usaha yang membawa perusahaan jasa kepada suatu

kenyataan kualitas pelayanan menjadi suatu keharusan agar perusahaan tetap

sukses, baik di tingkat operasional, manajerial maupun strategis. Perusahaan

dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas prima. Kualitas pelayanan

adalah senjata utama dalam keunggulan perusahaan terutama perusahaan

jasa.(Harjanti dan Saputro,2005:14)

Teori disonansi Kognitif menjelaskan hubungan pelayanan dengan

keputusan pembelian. Disonansi kognitif mengacu pada inkonsistensi yang

dipersepsikan oleh seseorang terhadap dua atau lebih sikapnya, atau terhadap

(54)

menambah nilai kepada hubungan pembeli penjual, proses ini harus didefinisikan

dianalisis dan dikelola dengan tujuan untuk memperbaiki kepuasan

(55)

2.2.11. Kerangka Konseptual

Impulse Buying

(Y) Harga

(X1)

Iklan (X2)

Kualitas Pelayanan

(X3) Tangibles

(X3.1)

Realibility (X3.2)

Responsivenes (X3.3)

Assurance (X3.4)

(56)

2.2. Hipotesis

 Diduga faktor harga berpengaruh positif terhadap perilaku impulse buying

pada produk pariwisata.

 Diduga faktor iklan berpengaruh positif terhadap perilaku impulse buying

pada produk pariwisata.

 Diduga faktor kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap perilaku

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

3.1.1 Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional variable penelitian adalah untuk memberikan

petunjuk tentang bagaimana suatu variable-variabel penelitian diukur. Variabel

beserta definisi yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini sebagai berikut:

1. Harga (X1)

Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah

barang beserta jasa-jasa tertentu atau kombinasi dan keduanya ( Gito

Sudarmo, 1999: 228). Indikator-indikatornya adalah:

1) Tingkat harga adalah harga yang ditawarkan oleh PT.Lovely Corpin

Tour & Travel Surabaya kepada konsumen terjangkau.

2) Kartu kredit adalah melakukan pembayaran dengan kartu kredit.

3) Potongan harga merupakan pengurangan terhadap harga yang telah

ditetapkan.

2. Iklan (X2)

Iklan didefinisikan sebagai pesan yang didanai oleh suatu sponsor yang

teridentifikasi dalam pesan tersebut dikirimkan melalui berbagai media

komunikasi massa (Russel dan Lane,1996). Senada dengan definisi terdahulu,

Kotler (2003:590) mendefinisikan iklan sebagai suatu bentuk presentasi non

personal dan promosi suatu gagasan, barang atau jasa yang dibiayai oleh

(58)

Indikator-indikator yang membentuk iklan adalah:

1) Tema iklan merupakan isi dari suatu iklan yang dipublikasikan guna

mempermudah suatu iklan dapat dipahami dan dimengerti oleh konsumen.

2) Frekuensi iklan adalah banyaknya pengiklanan percaya bahwa audiens

sasaran memerlukan sejumlah besar paparan agar iklan sungguh-sungguh

berpengaruh.

3) Media iklan adalah suatu sasaran yang memberikan suatu informasi

konsumen untuk dapat mengetahui suatu produk.

3.Kualitas Pelayanan (X3)

Menurut Wyckof ( Dalam Lovelock, 1998) dikutip oleh Tjiptono (1996, hal

59) kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan

pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan

konsumen.

Dimensi-dimensi kualitas pelayanan adalah sebagai berikut:

1. Tangibles (X1)

Yaitu kemampuan pihak Lovely Corpin Tour & Travel dalam menunjukkan

eksistensinys kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan

prasarana fisik kantor Lovely Corpin Tour & Travel harus dapat diandalkan

dan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan

oleh pemberi jasa.

Gambar

Gambar 3.1 : Contoh Model pengukuran faktor tangible
Table 3 : Goodness of Fit Index
Table 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Table 4.3 Karakteristik Berdasarkan Penghasilan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melalui hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari parameter prestasi, mesin diesel yang menggunakan bahan bakar minyak nabati murni (PPO) yaitu minyak kelapa murni (PCO)

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: Terdapat pengaruh yang signifikan latihan mendorong tembok (X) dengan

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah maka masalah dalam penelitian ini dibatasi yaitu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui

Banawa  Penerima Laporan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Donggala Desain Konstruksi IPLT dan Site Plain Kegiatan desain konstruksi IPLT yang apabila tidak sesuai

Hasil uji statistik diperoleh nilai p- value = 0,008, maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik pada alpa 5% ada hubungan yang signifikan antara Peran

Rancangan Halaman Buku Tamu pada Perangkat Lunak Bantu Pendaftaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Pt. Baiti Sejahtera Berbasis Web ini

Kepemimpinan merupakan faktor yang sering dipermasalahkan karena baik swasta maupun masyarakat semakin menyadari bahwa terciptannya suatu tujuan dalam skala

Untuk melaksanakam tugas sebagai Peer Reviewer dalam menilai Karya Ilmiah Saudari Dr. Hetty Karunia Tunjungsari, SE, M.Si Dosen Tetap Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi