• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUAHAN EKONOMI DI KABUPATEN TRENGGALEK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUAHAN EKONOMI DI KABUPATEN TRENGGALEK."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUNGI PERTUMBUHAN

EKONOMI DI KABUPATEN TRENGGALEK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Ekonomi Studi Pembangunan

Oleh :

Hariesma Chandra Wisesa 0511010117/FE/EP

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “

JAWA TIMUR

(2)

NAMA

: HARIESMA CHANDRA WISESA

NPM

: 0511010117

JURUSAN : EKONOMI PEMBANGUNAN

JUDUL “ FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TRENGGALEK“

VARIABEL :

Y : PERTUMBUHAN EKONOMI

X1 :

FAKTOR INVESTASI

X2 : PENGELUARAN PEMERINTAH

X3 : JUMLAH PENDUDUK

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum Wr. Wb.

Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT serta Sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang peneliti susun dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN

EKONOMI DI KABUPATEN TRENGGALEK” ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Namun, tanpa bantuan bimbingan, motivasi, saran dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak, peneliti tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Drs. EC. Marseto DS, MSi selaku Dosen Pembimbing Utama telah banyak

meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan, pengarahan, dorongan, masukan-masukan, dan saran dengan tidak bosan-bosannya kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

(4)

3. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

5. Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb

Surabaya, Juli 2009

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL……….. vii

DAFTAR GAMBAR……….. viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

ABSTRAKSI……….. x

BAB I : PENDAHULUAN……….... 1

Latar Belakang………. …. 1

Perumusan Masalah……… 5

Tujuan Penelitian……… 6

Manfaat Penelitian………... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA………. 8

2.1. Penelitian Terdahulu……....………... 8

2.2. Landasan Teori………..… 11

2.2.1.PertumbuhanEkonomi...……… 11

2.2.1.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi...… 11

2.2.1.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi... 12

2.2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi... 13

(6)

2.2.1.5 Pengaruh Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi... 16

2.2.2 Pengertian Investasi... 16

2.2.2.1. Teori Investasi... 17

2.2.2.2. Jenis-Jenis Investasi...……… 19

2.2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi…. 21 2.2.3. Pengeluaran Pemerintah...…... 23

2.2.3.1. Pengertian Pengeluaran Pemerintah...……… 22

2.2.3.2. Struktur Dan Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah Daerah... 24

2.2.4. Pengertian Jumlah Penduduk....……….... 25

2.2.4.1. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi... 28

2.2.5. Definisi Industri Kecil…...………... 28

2.2.5.1. Macam Industri... 30

2.2.5.2. Kriteria Industri Kecil... 32

2.2.5.3 Kebijakm Pengembangan Industri... 32

2.3. Kerangka Pikir………... 33

2.4. Hipotesis………... 36

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN……… 37

3.1. Definisi Operasional... 37

3.2. Teknik Penentuan Data………... 38

3.3. Jenis Dan Sumber Data………... 38

(7)

3.3.2 Sumber Data... 39

3.3.3. Teknik Dan Pengumpulan Data... 39

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis………. 39

3.4.1. Teknik Analisis……… 39

3.4.2. Uji Hipotesis……… 41

3.5. Pendeteksian Asumsi BLUE……… 44

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 47

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian………. 47

4.1.1. Kondisi Geografis……… 47

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian………. 48

4.2.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi…………... 49

4.2.2. Perkembangan Investasi... 50

4.2.3. Perkembangan Pengeluran Pemerintah... 51

4.2.4. Perkembangan Jumlah Penduduk.... ... 52

4.2.5. Perkembangan Industri Kecil Menengah...………... 53

4.3 Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased

Estimator)………. 54

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis... 58

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan... 60

4.3.3. Uji Hipotesis Secara Parsial... 61

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN………... 73

5.1. Kesimpulan………... 74

(8)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1994-2008... 49

Tabel 2. Perkembangan Investasi 1994-2008... 50

Tabel 3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah 1994-2008... 51

Tabel 4. Jumlah Penduduk Tahun 1994-2008... 52

Tabel 5. Perkembangan Industri Kecil Menengah 1994-2008 ... 53

Tabel 6. Uji Multikolinieritas... 56

Tabel 7. Uji Heteroskedastisitas... 57

Tabel 8. Analisis Varian (ANOVA)………... 60

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran... 36

Gambar 2. Kurva Distribusi F... 42

Gambar 3. Kurva Distribusi T... 43

Gambar 4. Statistik d Durbin-Watson... 46

Gambar 5. Kurva statistik Durbin-Watson... 55

Gambar 6. Distribusi Kriteria Penerimaan/Penolakan Hipotesis Secara Simultan atau Keseluruhan... 61

Gambar 7. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Investasi (X1) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)... 63

Gambar 8. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial faktor Pengeluaran Pemerintah(X2) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)... 64

Gambar 9. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Jumlah Penduduk (X3) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)... 66

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Input Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Trenggalek. Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Penduduk, dan Industri Kecil Menengah

Lampiran 2 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (Descriptive Statistics, Variables Entered, Model Summary dan ANOVA)

Lampiran 3 : Hasil Analisis Berganda (Coefficients) dan Hasil Analisis Berganda (Casewise Diagnostic dan Uji Heterokedastisitas)

(11)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUAHAN EKONOMI DI KABUPATEN TRENGGALEK

ABSTRAKSI

Hariesma Chandra Wisesa

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat bangsa dan Negara yang termasuk dalam UUD’45. untuk itu tujuan pembangunan nasional yakni menciptakan masyarakat yang adil dan makmur baik meteriil maupun spiritual. Perkembangan ekonomi di Kabupaten Trenggalek menurut data BPS Jawa Timur dari tahun 1993 sampai tahun 2007 mengalami perubahan. Meskipun demikian pertumbuhan tersebut cukup baik mengingat terjadi krisis ekonomi di banyak Negara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh simultan dan parsial di variabel investasi, Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Penduduk, Usaha Kecil Menengah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Trenggalek.

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Surabaya. Variabel yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi (Y), PMDN (X1),

Pengeluaran Pemerintah (X2), jumlah penduduk (X3), Usaha Kecil Menengah (X4) untuk

menguji hipotesis yang diajukan digunakan uji regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diperoleh hasil Fhitung 4,405 > F tabel = 3,48. Sehingga secara simultan variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Trenggalek. Sedangkan hasil uji t secara Parsial variabel PMDN (X1) berpengaruh secara nyata dan positif terhadap Pertumbuhan

Ekonomi dan nilai t hitung 3,982 > t tabel = 2,228. Variabel Pengeluaran Pemerintah (X2)

berpengaruh secara nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan nilai hitung 0,558 < t tabel = 2,228. Variabel jumlah penduduk (X3) berpengaruh secara nyata dan positif terhadap

PDRB dan nilai t hitung = 0,631 < t tabel = 2,228. Variabel Usaha Kecil Menengah (X4) t hitung = -0,864 < t tabel = -2,228

Kata kunci : Pertumbuhan Ekonomi (Y), PMDN (X1), Pengeluaran Pemerintah

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakan Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global (Widiyawati, 2001 : 02).

Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan ekonomi adalah sangat penting, sebab pemerataan tanpa pertumbuhan ekonomi berarti membagi atau memeratakan kemiskinan, sedangkan pembangunan ekonomi adalah memeratakan kemakmuran dan itu baru bisa terjadi apabilah pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, melampaui pertumbuhan jumlah penduduknya. Sehingga dengan pertumbuhan ekonomi yang harus meningkat kapasitasnya maka secara tidak langsung akan berdampak terhadap pertumbuhan dan pembangunan sektor industri yang bisah meningkatkan pendapatan nasional maupun daerah dan dapat menyerap tenaga kerja seiring pertumbuhan penduduk yang terus meningkat (Tambunan, 2001 : 37).

(13)

kerja. Selain itu pemerintah sebagai stimulator, dana yang dimiliki pemerintah dapat digunakan sebagai stimulan untuk mengarahkan investasi swasta atau masyarakat umum ke arah yang diinginkan pemerintah (baik dari sudut garis kebijakan maupun lokasinya (Tariyan, 2005:32).

Dengan demikian salah satu indikasi dari pembangunan adalah terjadinya Pertumbuhan Ekonomi (Economic growth) yang ditunjukkan oleh pertambahan produksi atau pendapatan nasional. Keberhasilan pembangunan akan dapat mempertinggi kemampuan bangsa dalam melaksanakan pembangunan dibidang lainnya.Dan pembangunan selalu disertai dengan pertumbuhan akan tetapi pertumbuhan belum tentu belum disertai dengan pembangunan, tetapi pada tingkat-tingkat permulaan pembangunan ekonomi mungkin disertai dengan pertumbuhan dan begitu sebaliknya (Irawan dan Suparmoko, 2002 ; 7).

Pertumbuhan ekonomi menunjukan pertumbuhan riil dari produksi barang dan jasa, tanpa memasukan unsur perubahan harga. Ini berarti besaran pertumbuhan ekonomi menunjukan perubahan kuantitas barang dan jasa yang di hasilkan di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, karena pertumbuhan ekonomi merupakan satu ukuran keberahsilan suatu daerah di dalam pembangunan ekonomi. (Anonim, 2002 : 17)

(14)

Ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 1996 sebesar 6,60 % dan Pertumbuhan Ekonomi terendah pada tahun 1998 sebesar -7,89 %. Hal ini disebabkan pada tahun 1998 di Indonesia terjadi krisis ekonomi, sosial, dan keamanan serta naiknya nilai inflasi, kurs valas. Tapi pada Periode tahun 1999-2008 menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Trenggalek terus meningkat. Hal ini dapat dilihat peningkatan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Trenggalek dari 1,45 % pada tahun 1999 terus meningkat menjadi 5,55% pada tahun 2008. (Anonim, 2008 : 1)

Pengeluaran pemerintah terutama di daerah-daerah secara garis besar di kelompokan menjadi dua bagian yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, pengeluaran daerah mempunyai cukup banyak pos pengeluaran baik pada pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin terdiri dari sembilan komponen di antaranya belanja pegawai, belanja barang, biaya pemeliharaan lainnya, sedangkan pengeluaran pembangunan terdiri dari dua puluh sektoral di antaranya sektor industri, sektor pertanian dan kehutanan, serta sektor tenaga kerja dan lainnya. (Anonim. 2008 : 2).

(15)

pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran masyarakat oleh karena itu jumlah penduduk yang besar perlu di maanfaatkan untuk sumber modal pembangunan. (Anonim. 2008 : 3).

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perkembangan Industri Kecil Menengah selama 15 tahun ( 1994-2008 ) cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Industri Kecil Menengah adalah pada tahun 2008 sebesar 48,93 % dan perkembangan terendah adalah pada tahun 2007 sebesar -68,28 %. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2007 terjadi krisis finansial di dunia yang berdampak pada Industri Kecil Menengah di Trenggalek pada khususnya dan Indonesia pada umumnya, Industri Kecil Menengah tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 29.032 unit dan Industri Kecil Menengah terendah pada tahun 2007 sebesar 1858.489 unit.(Anonim 2008 : 4).

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Trenggalek, Jatim, hingga triwulan ketiga tahun 2009 mencapai 5,72 persen. angka pertumbuhan ekonomi ini masih satu digit di bawah pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang mencapai 6,5 persen. kontribusi terbesar pertumbuhan ekonomi Trenggalek berasal dari sektor pertanian yang mampu menyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Trenggalek hingga mencapai 32,26 Persen.

Produk domestik regional bruto ( PDRB ) adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Unit-unit produksi tersebut dikelompokan menjadi 9 sektor :

1. Pertanian

(16)

3. Industri pengolahan 4. Listrik, gas, dan, air bersih 5. Konstruksi dan bangunan 6. Perdagangan, hotel dan restoran 7. Pengangkutan dan komunikasi

8. Keunangan, persewaan, dan, jasa perusahaan 9. Jasa-jasa

Selian itu Kabupaten Trenggalek juga mempunyai berbagai obyek wisata tersebar di wilayah ini. Kabupaten yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian petani ini, mempunyai potensi besar bagi pengembangan Industri kecil menengah.

Menurut data Dinas Koperasi dan PKM Jawa Timur (2004), industri kecil menengah yang ada di Kabupaten Trenggalek antara lain kerajinan gerabah, batu

onyx ( marmer ), kerajinan batik, makanan khas, industri genteng dan batu bata.

Industri genteng dan batu bata di Trenggalek juga mulai terkenal di daerah-daerah yang berada di sekitar Trenggalek. Hal ini merupakan potensi besar yang dimiliki Kabupaten Trenggalek. Namun kondisi atau peluang besar itu baik sumber daya alam dan SDM belum termanfaatkan secara optimal. Hal ini terlihat seperti pada pendapatan perkapita penduduk yang masih rendah. Padahal potensi itu cukup besar untuk mengembangkan Industri Kecil Menengah sebagai motor penggerak laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Trenggalek.

(17)

untuk mengamati Pertumbuhan Ekonomi dan mengkaji lebih dalam lagi tentang“ FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TRENGGALEK ”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas tersebut, maka perumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Apakah faktor Investasi (X1), pengeluaran pemerintah (X2), jumlah penduduk (X3) dan usaha kecil menengah (X4) berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di kabupaten Trenggalek?

2. Manakah dari ke-empat variabel Investasi (X1), pengeluaran pemerintah (X2), jumlah penduduk (X3) dan usaha kecil menengah (X4) tersebut diatas yang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di kabupaten Trenggalek?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di kemukakan sebelumnya, maka perlu diketahuitujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(18)

b. Untuk mengetahui diantara variabel Investasi, pengeluaran pemerintah, jumlah penduduk dan usaha kecil menengah. Manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di kabupaten Trenggalek?

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi Pengembangan Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu yang berharga bagi pihak universitas khususnya Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sekaligus sebagai koleksi pembendaharaan referensi dan tambahan wacana pengetahuan untuk perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional

“VETERAN” Jawa Timur.

b. Bagi Instansi Yang Terkait

Sebagai masukan untuk pertimbangan pengambilan keputusan dalam menentukan kebijaksanaan dalam mengontrol jumlah pertumbuhan ekonomi di kota Surabaya. Serta untuk mencapai tujuan setabilitas ekonomi.

c. Bagi Peneliti

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis selain memperoleh informasi dari berbagai literature perpustakaan dan instasi terkait,juga memperoleh informasi lain dari penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1 Aji (2001 : 65), dengan judul penelitian “Analisa Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur ,” Dari analisa uji F disimpulkan bahwa variabel PMDN (X1), Ekspor (X2), Pengeluran Pemerintah Daerah (X3), Inflasi (X4), berpengaruh secara nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur (Y). dengan F hitung = 42,884 > F tabel =3,48. Sedangkan dari analisa uji t menunjukkan bahwa variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat dengan t hitung (X1) = 2,092, t hitung (X2) -3557, t hitung (X3) = 1,768, t hitung (X4) = -8,229 > t tabel = -2,228

(20)

3 Setyawan (2001 : 75 ) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim, dengan judul “ Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Ekonomi Di Pemerintahan Di Kota Surabaya”.Dari hasil pengujian hipotesis secara simultan F hitung = 5,960 > F tabel = 3,59. Secara parsial (X1) pengeluran pemerintah t hitung = -3,328 < -t tabel = 2,201, untuk (X2) jumlah penduduk t hitung = 2,813 > t tabel = 2,201, untuk (X3) pajak nilai t hitung = 0,857 < t tabel = 2.201. Hal ini menunjukan bahwa pengeluaran pemerintah, jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi, Sedangkan pajak pengolahan t hitung = 0,857 < t tabel = 2.201 yang menunjukkan tidak berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi.

(21)

6. Zafrullah dan Suyanto (2002:108). Dengan jurnal “Analisis Keuangan Dan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur : Penerapan Kausalitas Granger”. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel produk Domestik Regional Broto (PDRB) memberikan pengaruh kausal Granger terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sementara itu variabel PAD tidak memberikan pengaruh kausal Granger terhadap PDRB. Penelitian yang dilakukan oleh penulis kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan ini terletak pada ruang lingkup dan digunakannya serta kurun waktu penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN (X1), pengeluaran pemerintah (X2) ekspor (X3) dan pertumbuhan ekonomi (Y), tujuan dari pada dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisa apakah ada pengaruh PMDN, pengeluaran pemerintah dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.

Jadi Penelitian yang dilakukan oleh penulis pada kesempatan kali ini berbeda dengan penelitian–penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada ukuran waktu, tempat penelitian dan ruang lingkup yang di gunakan oleh

(22)

adalah PMDN (X1), pengeluaran pemerintah (X2), jumlah penduduk (X3), dan usaha kecil menengah (X4).

2.2 Landasan Teori

Landasan teori ini atau tinjauan pustaka ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menemukan dasar-dasar secara teoritis guna membantu memecahkan permasalahan.

2.2.1 Pertumbuhan Ekonomi

2.2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. (Todaro,2004 : 99).

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat meningkat. (Sukirno, 2002 : 10 ).

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan tertentu (Putong, 2003, : 252).

Pertumbuhan ekonomi adalh mengambarkan ekspansi GDP potesial atau outpit nasional Negara. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi terjadi apabila batas kemungkinan produksi bangsa bergeser keluar. ( Samuelson,2004 : 249).

(23)

ekonomi adalah peningkatan kemakmuran masyarakat yang dapat dilihat dari kenaikan pendapatan perkapita penduduk dari tahun ketahun.

2.2.1.2 Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Factor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi masyarakat adalah :

a. Akumulasi Modal, termasuk semua PMDN baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiscal dan sumber daya manusia.

b. Pertambahan penduduk, karenanya terjadi pertumbuhan dalam angkatan kerja walaupun terlambat.

c. Kemajuan teknologi, dalam bentuknya yang paling sederhana, kamajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional. (Todaro, 2000 : 137).

Dengan adanya ketiga faktor utama tersebut dapat dikatakan bahwa dengan PMDN yang besar dapat memperbaiki mutu fisik dan sumber daya manusia yang ada, meningkatkan sumber-sumber produktif yang sama dan mengembangkan semua produktifitas atau sumber-sumber daya spesifik melalui penemuan, pembaharuan dan kemajuan teknologi yang sudah dicapai akan terus menjadi faktor-faktor utama dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi dalam masyarakat di mana saja.

2.2.1.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi a. Teori Pertumbuhan Adam Smith

(24)

bergerak dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antarpelaku ekonomi.

Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus tunduk terhadap fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi. Pertumbuhan ekonomi akan mulai mengalami perlambatan jika daya dukung alam tidak mampu lagi mengimbangi aktivitas ekonomi yang ada.

Mengenai Teori Pertumbuhan Adam Smith ini adalah pembagian kelompok masyarakat yang secara eksplisit dapat menabung dan tidak dapat menabung hanya didasarkan pada jenis usaha yang digelutinya. ( Kuncoro, 2006 : 46-48 ). b. Teori Pertumbuhan Schumpeter

Teori ini menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha didalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisiensi dalam memproduksi barang-barang baru, memperluas pasar suatu barang kepasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi perusahaan dengan tujuan mempertinggi efisiensinya.

(25)

mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Maka pendapatan masyarakat bertambah dan tingkat konsumsi menjadi bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru.

Menurut Schumpeter semakin tinggi tingkat kemajuan suatu perekonomian maka semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Yang pada akhirnya nanti akan tercapai tingkat keadaan tidak berimbang atau “stationary state”. (Sukirno, 2004 : 434).

c. Teori Pertumbuhan Harrod - Domar

Teori Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang.

Dalam analisisnya Harrod-Domar menunjukkan bahwa walaupun pada suatu tahun tertentu barang-barang modal sudah mencapai kapasitas penuh, pengeluaran

agregat dalam tahun itu akan menyebabkan kapasitas barang modal menjadi semakin tinggi pada tahun berikutnya. Dengan perkataan lain, investasi yang berlaku dalam tahun tersebut akan menambah kapasitas barang modal untuk mengeluarkan barang dan jasa pada tahun berikutnya.

(26)

yang perlu berlaku apabila pengeluaran meliputi komponen lebih banyak, yaitu meliputi pengeluaran pemerintah dan ekspor. (Sukirno, 2004 : 435-436).

2.2.1.4 Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi

Untuk menentukan Pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu Negara, dihitung berdasarkan laju perubahan Pendapatan Nasional riil per tahun dalam persentase atau besarnya pertambahan riil Pendapatan Nasional riil tahun t (sekarang) dari tahun t-1 (sebelumnya), kemudian dikalikan 100% atau dengan menggunakan rumus persamaan sebagai berikut :

Gt = PNRt − PNRt-1

PNRt-1

Dimana :

Gt = Pertumbuhan ekonomi tahun t PNRt = Pendapatan Nasional riil tahun t PNRt-1 = Pendapatan Nasional riil tahun t-1

2.2.1.5. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

(27)

Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu akan memperbesar jumlah tenaga kerja dan pertambahan tersebut kemungkinan untuk menambah produksi. Di samping itu sebagai akibat pendidikan, latihan dan pengalaman kerja yang menyebabkan kemahiran penduduk akan bertambah lagi, maka produktifitas akan bertambah ini selanjutnya menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja, apabila penduduk bertambah dengan sendirinya luas pasar akan bertambah pula, karena peranannya ini muka perkembangan penduduk akan menimbulkan dorongan kepada pertambahan produksi dan tingkat kegiatan ekonomi (Sukirno,2002 : 26).

2.2.2.Pengertian Investasi

Menurut Tandelilin ( 2001 ; 3 ) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang di lakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang.

PMDN dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal dan pelengkap produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian Dalam prakteknya, suatu usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investor dari dalam negeri (atau pembentukan modal atau penanaman modal), meliputi pengeluaran atau pembelanjaan sebagai berikut:

(28)

b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya.

c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional. (Sukirno, 2001: 107).

Dari berbagai penjelasan diatas tentang definisi PMDN tersebut maka dapat disimpulkan bahwa PMDN adalah pengeluaran yang disediakan untuk meningkatkan atau mempertahankan barang-barang modal, selain itu bisa diartikan sebagai usaha membina industri supaya dapat lebih maju dan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup usaha sebagai faktor penunjang di dalam memperlancar proses produksi.

2.2.2.1. Teori Investasi

Masalah investasi adalah suatu masalah yang langsung berkaitan dengan besarnya pengharapan di masa depan inilah yang menjadi faktor yang sangat penting untuk penentuan besarnya investasi. Menurut Suparmoko (2002 : 84) terdapat dua teori, salah satunya teori Keynes.

Menurut Keynes masalah investasi baik penentuan jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi baik didasarkan atas konsep MEI (

(29)

tingkat bunga. menurunnya garis MEI (marginal efficiency of investment) ini antara lain di sebabkan oleh dua hal, yaitu :

a. Bahwa semakin banyak jumlah investasi yang terlaksana dalam masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal investasi itu sebab makin banyak investasi yang terlaksana dalam berbagai lapangan ekonomi, maka semakin sengitlah persaingan para investor sehingga MEI menurun.

b. Semakin banyak investasi dilakukan maka biaya dari barang modal menjadi lebih tinggi.

Gambar .1. Marginal Efficiency Of Investment

Tingkat Pengembalian Modal

Ro A

R1 B

R2 C

Io 1I I2 MEI

Sumber : Sukirno Sadono, 1995, Pengantar Teori Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal: 112

(30)

Untuk memperjelas arti konsep efisiensi modal marginal dapat dijelaskan sebagai berikut, sumbu tegak menunjukkan nilai investasi yang akan dilakukan. Pada kurve

Marginal Efficiecy of Capital ditunjukkan dengan tiga buah titik A,B,C. Titik A menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah sebesar Ro dan investasi adalah Io. Ini berarti titik A menggambarkan bahwan perekonomian terdapat investasi yang akan menghasilan tingkat pengembalian modal sebanyak Ro atau lebih tnggi, dan untuk mewujuudkan investasi tersebut modal yang diperlikan adala sebanyak Io. Titik B da C juga memberikan gambaran yang sama. Titik A menggamarkan

wujudnya kesempatan untuk menginvestasika dengan tingakt pengembalian modal R1 atau lebih dan modal yang diperlukan adalah I1, dan titik C menggambarkan untuk mewujudkan usaha yang menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R2 atau lebih diperlukan modal sebanyak I2.

Marginal Efficiency of Capital (MEC) atau Marginal Efficiency of Investasi

(MEI) adalah hasil yang diharapkan atas tambahan satu satuan modal yang mana konsep Marginal Efficiency of Investasi dapat digunakan untuk mengadakn evaluasi, Dalam melakukan iinvestasi terlebih dahulu harus ditentukan tingginya Marginal Efficiency of Investasi tersebut denan tingkat bunga di pasar. (Sukirno, 1995 : 112)

2.2.2.2. Jenis-Jenis Investasi

Pembagian jenis-jenis investasi (Rosyidi, 1999 : 169) sebagai berikut :

a. Domestic Investment dan Foreign investment Domestic Investment adalah total dalam total dalam negeri yang berada di dalam negeri. Sedangkan

(31)

b. Groos Investment dan Net Investment Groos Investment (investasi bruto) adalah total seluruh investasi atau semua jenis investasi yang di laksanakan di suatu negara dengan tidak peduli jenis investasi apa saja di laksanakan selama periode waktu tertentu.

Net investment (investasi netto) adalah selisih antara total seluruh investasi (investasi bruto) dengan penyusutan.

c. Public Investment dan Private Investment Public Investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan pemerintah yang dimaksud pemerintah disini adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah tingkat I, tingkat II, kecamatan, maupun desa, public investment tidak dilaksanakan oleh pihak-pihak yang bersifat personil.

Private investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh swasta. Di dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang akan diperoleh masa depan penjualan dan sebagainya memainkan peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi.

d. Autonomous Investment dan Induced Investment Autonomous Investment

(investasi otonom) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan-perubahan faktor di luar pendapatan. Faktor-faktor selain pendapatan yang mempengaruhi tingkat investasi seperti itu, misalnya tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan pengusaha.

(32)

2.2.2.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi a. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang.

Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang barang-barang modal dinamakan kegiatan memakan waktu. Dan apabila investasi tersebut telah selesai dilaksanakan, yaitu pada waktu industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan barang dan jasa yang menjadi produksinya, maka para pemilik modal biasanya akan melakukan kegiatan terus selama beberapa tahun. Oleh karena itu dalam menentukan apakah semua kegiatan yang akan dan dikembangkan itu dapat memperoleh atau menimbulkan kerugian, maka para pemilik modal harus membuat ramalan-ramalan mengenai keadaan dimasa mendatang.

b. Tingkat bunga.

Bagi perusahaan yang bijaksana hendaknya selalu mengikuti dan memperhatikan perkembangan pasar, terutama tentang perkembangan tingkat bunga yang dapat mempengaruhi beropeasinya setiap perusahaan oleh karena itu tingkat bunga dapat digolongkan sebagai salah satu faktor penting yang akan menentukan besarnya investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha.

c. Perubahan dan perkembangan teknologi.

(33)

banyak pula jumlah kegiatan pembaharuan yang dilakukan oleh para pengusaha.

d. Tingkat pendapatan Nasional dan perubahan-perubahannya.

Sejarah perkembangan ekonomi dunia menunjukkan bahwa akhir-akhir ini berbagai penemuan dan pembaharuan sangat besar peranannya. Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara pendapatan nasional dan investasi merupakan cenderung untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional semakin besar jumlahnya. Demikian pula sebaliknya, apabila pendapatan nasional rendah biasanya nilai investasinya juga rendah.

e. Keuntungan yang dicapai perusahaan.

(34)

2.2.3. Pengeluaran Pemerintah

2.2.3.1 Pengertian Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah adalah semua pembelian barang atau jasa oleh pemerintah pusat dan pemerintah-pemerintah daerah. Barang dan jasa yang dimasukan dalam pengeluaran pemerintah hanyalah pembelian barang-barang dan jasa-jasa yang merupakan produksi tahun yang lampau tetapi dibeli pemerintah tahun ini bukanlah merupakan bagian dari pengeluaran pemerintah. (Boediono 2002 : 50).

Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indicator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiyai oleh pengeluaran pemerintah itu sendiri. Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pengeluaran pemerintah yang bersangkutan, tetapi proporsi pengeluaran pemerintah terhadap penghasilan nasional broto (GNP) adalah suatu ukuran yang sangat kasar terhadap kegiatan atau peranan pemerintah dalam suatu perokonomian. (Anonim, 2003 : 08)

Pemerintah menggunakan anggaran untuk mengendalikan dan mencatat masalah-masalah fiskal, suatu anggaran menunjukan rencana pengeluaran dan penerimaan yang akan dilakukan untuk satu tahun tertentu.

(35)

Pada waktu tahun tertentu pemerintah pada umumnya melaksanakan surplus atau defisit dalam anggaran, surplus terjadi apabila seluruh penerimaan pemerintah melebihi pengeluaran dan defisit terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari pengeluarannya (Samuelson, 2002 : 458)

2.2.3.2.Struktur Dan Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah Daerah.

Pengeluran pemerintah daerah secara fungsional dapat dikelompokan ke dalam kategori utama, yaitu pengeluran (anggaran belanja) rutin dan pengeluaran ( anggaran belanja) pembangunan.

Pengeluaran rutin pada pokoknya disediakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pemerintah yang bersifat lancer (current) dan bukan untuk tujuan investasi.Oleh karena itu bagian terbesar dari anggaran belanja rutin digunakan bagi pembiayaan aparatur pemerintah, serta pembiayaan operasional dan pemeliharaan kekayaan daerah (operation and maintenance outlays). Sedangkan pengeluran pembangunan adalah segala pengeluaran yang diarahkan untuk membiayai berbagai program dan proyek-proyek dalam rangka pelaksanaan rencana pembangunan daerah (Anonim, 2001 : 12)

A.Anggaran Belanja Rutin

(36)

hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu secara fungsional, pengeluran rutin mencakup antara lain :

1.Belanja pegawai

Anggaran belanja pegawai dipergunakan untuk menampung pengeluran-pengeluaran bagi pembayaran upah dan gaji, tunjangan beras dan lain-lainnya belanja pegawai.

2.Belanja Barang

Bagian terbesar dari anggaran belanja barang dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasional pemerintah,serta pemeliharaan kekayaan daerah berupa saran dan prasarana dasar yang ada,serta proyek-proyek baru.

3.Belanja Perjalanan Dinas

Mata anggaran ini disediakan untuk menampung biaya perjalanan dinas dari pejabat atau petugas daerah yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan operasional pemerintah.

B.Anggaran Belanja Pembangunan

(37)

2.2.4. Pengertian Jumlah Penduduk

Penduduk adalah manusia yang memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi, karena penduduk merupakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan. Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi dan dalam usaha untuk membangun suatu perekonomian. Dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi, penduduk memegang peranan penting karena penduduk menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dari tenga usahawan. (sukirno, 2001 : 87)

Diluar ilmu ekonomi, maka cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak menarik perhatian para ahli ekonomi adalah ilmu tentang kependudukan. Dimaksudkan dengan perkataan penduduk disini adalah penduduk manusia dan bukan yang lainnya (sepeti misalnya:ternak, tumbuhan, unggas, dan sebagainya), sekalipun yang lainnya itu tidaklah diabaikan sama sekali.

Ketertarikan para ahli ilmu ekonomi terhadap masalah kependudukan karena penduduk itulah yang melakukan produksi maupun konsumsi. Hal ini juga dikarenakan penduduk itulah yang menjadi subjek ekonomi.

(38)

merupakan sumber tenaga kerja, human resource, disamping sumber faktor produksi skill. (Rosyidi, 1994 : 87)

Dengan peranan penduduk sebagai sumber tenaga kerja dan faktor produksi skill maka dengan jumlah yang besar dengan kualitas yang baik pada suatu daerah yang bersangutan. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang besar, produksi suatu dalam GBHN tahunh 1993, disebutkan bahwa penduduk yang besar jumlahnya merupakan sumber daya manusia yang potensial dan produktif bagi pembangunan.

Apabila suatu Negara mempunyai jumlah penduduk yang sedikit maka penduduk itu akan mampu memanfaatkan sumber-sumbernya dengan seefisien mungkin sebagaimana yang mungkin dihasilkan jika saja jumlah penduduknya besar. Dalam keadaan seperti ini, usaha untuk mewujudkan produksi secara besar-besaran sangatlah tidak mungkin. Dan sebaliknya, apabila suatu daerah menderita

over population, maka penduduk dapat memanfaatkan tanah ataupun modalnya seefisien mungkin, namun denagan demikian karena penduduk terlalu banyak maka hasil yang diterima setiap orang pun akan menjadi sangat kecil. (Rosyidi, 1994 : 92)

Untuk menanggulangi masalah tingginya jumlah penduduk maka pemerintah mempunyai suatu kebijakan yaitu program transmigrasi dan penyaluran tenaga kerja ke Luar Negeri. (Anonim, 2006 : 23)

(39)

sumber-sumbernya dengan seefisien mungkin, sebagaimana yang mungkin akan dihasilkan jika saja jumlah penduduknya lebih besar. (Rosyidi, 1994 : 85)

Definisi penduduk menurut (Anonim 1997 : 11) adalah sejumlah orang yang mendiami suatu tempat atau wilayah tertentu. Dalam hal ini penduduk adalah manusia yaitu yang memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi karena penduduk merupakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahan dan tenaga usahawan. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi faktor penduduk dalam pembangunan :

Jadi penduduk adalah sejumlah orang yang mendiami suatu tempat atau wilayah tertentu. Dalam hal ini manusia yaitu yang memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi.

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang sangat besar, apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha pembangunan di segala bidang, jika tidak demikian, maka akan timbul pengangguran dan problem sosial yang dapat melemahkan ketahanan nasional.

2. Komposisi Penduduk

(40)

3. Persebaran Penduduk

Persebaran penduduk yang ideal adalah persebaran yang sekaligus dapat memenuhi persyaratan kesejahteraan dan keamanan yaitu persebaran yang proposional.

4. Kualitas Penduduk

Faktor yang mempengaruhi kualitas penduduk ialah faktor fisik meliputi kesehatan, gizi, dan kebugaran dan faktor non fisik meliputi mentalitas dan intelektualitas (Anonim, 1997 : 12).

2.2.5. Definisi Industri dan Industri Kecil

1. Definisi mengenai industri itu bermacam-macam, namun pada dasarnya tidak berbeda satu sama lain. Adapun definisi industri adalah:

a. Industri adalah usaha produktif terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu untuk menyelenggarakan jasa-jasa misalnya transportasi dan peralatan perhubungan yang menggunakan modal tenaga kerja dalam jumlah relatif besar. Winardi, (2002: 181).

b. Departemen Perindustrian dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (Anonim, 2002: 91).

Industri adalah badan usaha yang penanaman modalnya dalam badan usaha berupa lahan, tidak melebihi Rp. 200 juta. Selain itu pemilik usaha kecil harus seorang warga negara Indonesia.

(41)

yang memproduksi barang tertentu dan menempati areal tertentu dengan memproduksi barang substitusi.”

2. Pengertian Industri Kecil

Ada beberapa pengertian industri kecil, yaitu: a. Biro Pusat Statistik (Anonim, 2002 : 90).

Industri Kecil adalah perusahaan yang menggunakan jumlah tenaga kerja 5 sampai 19 orang pekerja.

b. Bank Indonesia (Anonim, 2002 : 91).

Industri kecil adalah industri yang aset nettonya bernilai kurang dari Rp. 100 juta.

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Industri Kecil adalah Perusahaan yang memiliki struktur organisasi yang sederhana, jumlah tenaga kerja yang minim sekali (antara 5-19 orang) serta modal yang ada jumlahnya lebih kecil dibanding dengan industri besar atau industri menengah.

2.2.1.2. Macam Industri

Untuk mengetahui macam-macam industri ini bisa dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu:

a. Pengelompokkan industri yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian, yang dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu:

1. Industri Dasar

(42)

mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan struktur industri dan bersifat padat modal. Teknologi maju, teruji dan tidak padat karya namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru secara besar sejajar dengan tumbuhnya industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya.

2. Industri Hilir

Yaitu kelompok Aneka Industri (AI) yang meliputi antara lain: industri yang mengolah sumber daya lautan, industri yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas, dan lain-lain. Kelompok aneka industri ini mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan atau pemerataan memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah dan atau teknologi maju. Dari pengertian tersebut diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa industri adalah proses merubah bahan dan barang agar menjadi lebih tinggi nilainya bagi masyarakat dan pemakai barang.

3. Industri Kecil

(43)

kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah dengan memanfatkan pasar dalam dan pasar luar negeri (ekspor). (Arsyad, 2002:306).

b. Pengelompokkan industri menurut jumlah tenaga yang dipekerjakan, menurut Biro Pusat Statistik (BPS), pengelompokkan industri dengan cara ini dibedakan menjadi 4, yaitu:

1. Industri Besar, dengan mempekerjakan 100 orang atau lebih dalam setiap industri.

2. Industri Sedang, dengan mempekerjakan 20 sampai 99 orang dalam setiap industri.

3. Industri Kecil, dengan mempekerjakan 5 sampai 19 orang dalam setiap industri.

4. Industri Kerajinan (Rumah tangga), dengan mempekerjakan 1 sampai 4 orang dalam setiap industri.

2.2.1.3. Kriteria Industri Kecil

Kriteria untuk industri kecil adalah sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b.Memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 milyar. c. Milik warga negara Indonesia.

(44)

e. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. (Anonim, 2001:5).

2.2.1.4. Kebijakan Pengembangan Industri

Pada dewasa ini terutama dalam pembangunan industri kecil diharapkan dapat meningkatkan nilai produksi industri kecil antara lain melalui perbaikan sistem produksi, peningkatan kemampuan manajerial dan penyempurnaan iklim usaha. Oleh karena itu Departemen Perindustrian menekankan pelaksanaan program pengembangan usaha kecil yang terdiri dari rincian sebagai berikut:

1.Pengembangan industri kecil termasuk industri tradisional dalam upaya menciptakan lapangan usaha dan lapangan kerja yang lebih luas.

2. Pengembangan kewiraswastaan dan profesionalisme tenaga kerja pada industri kecil yang mencakup aspek kualitas dan kuantitas.

3. Program pelatihan terus menerus untuk pengusaha kecil yang menjalankan usaha kecil.

4. Program bapak angkat untuk mendorong perkembangan industri kecil, terutama dalam menanggulangi masalah-masalah pemasaran dan penyediaan bahan baku mereka.

(45)

2.3. Kerangka Pikir

Pertumbuhan ekonomi tidak akan pernah lepas dari peranan para pelaku ekonomi yakni pemerintah yang berperan dengan instrument kebijakan publik dan fiskal, swasta yang berperan sebagai input dari produksi dan jaminan terciptanya pasar dalam perekonomian investasi dalam pembangunan. (Anonim,2004 : 2).

PMDN sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian, baik berupa penanaman modal langsung atrau tidak langsung yang bertujuan untuk meningkatkan atau mendapatkan suatu keuntungan dalam memproduksi barang dan jasa. Pada akhirnya juga akan meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi. (Anonim,2007 : 62).

Pengeluaran pemerintah merupakan pembelian barang atau jasa oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dimana tersedianya berbagai sarana dan prasarana pembangunan Hal ini akan mengakibatkan pengeluaran pemerintah meningkat. dan secara tidak langsung pembangunan nasional juga akan meningkat dengan adanya proyek tersebut menyebabkan tersedianya berbagai sarana dan prasarana pembangunan yang secara tidak langsung akan mendorong kegiatan perekonomian dan pada akhirnya juga akan meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi (Anonim,2002 : 01).

(46)

penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu akan memperbesar jumlah tenaga kerja dan produktivitas akan bertambah ini selanjutnya menimbulkan pertambahan jumlah produksi yang lebih cepat. Jumlah penduduk yang bertambah tinggi akan membesar jumlah tenaga kerja dan pertumbuhan tersebut memungkinkan untuk menambah produksi, karena perkembangan penduduk dapat menimbulkan dorongan kepada pertambahan produksi dan tingkat kengiatan ekonomi, sehingga akan menciptakan pertumbuhan ekonomi (Sukirno,2002 : 426).

Industri Kecil Menengah adalah Perusahaan yang memiliki struktur organisasi yang sederhana, jumlah tenaga kerja yang minim sekali, dengan mempekerjakan 20 sampai 99 orang dalam setiap industri. Serta modal yang ada jumlahnya lebih kecil dibanding dengan industri besar.

(47)

Gambar 2 : kerangka konseptual hubungan investasi, pengeluaran pemerintahan, jumlah penduduk, usaha kecil menengah

2.4. Hipotesis

Hipotesis pada dasarnya adalah keputusan sementara dan masih di uji kebenarannya, berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian yang merupakan faktor penunjang dalam penelitian ini dapat di ajukan suatu hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga bahwa faktor PMDN, pengeluaran pemerintah, jumlah penduduk dan usaha kecil menengah dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kabupaten Trenggalek ?

2. Diduga PMDN mempunyai pengaruh paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Trenggalek ?

(48)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Yang dimaksud dengan definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel-variabel alami pemilihan secara operasional, baik berdasarkan teori yang telah ada maupun pengalaman empiris.

Untuk memperjelas terhadap masing-masing variabel yang diamati, maka pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut adalah yang dapat diuraikan sebagai tersebut:

a. Variabel Terikat (Dependent Variabel) adalah sebuah variabel yang ditentukan oleh beberapa variabel yang lain. Dimana Variabel Terikat adalah Tingkat Pertumbuhan ekonomi (Y), yaitu

Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun ke tahun. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel pertumbuhan ekonomi pertahun dari perkembangan dihitung berdasarkan persen (%) pertahun.

b. Variabel Bebas (Independent Variabel) adalah sebuah variabel yang menjelaskan variabel yang lain. Dimana Variabel Bebas terdiri dari :

(49)

2. Variabel Pengeluaran Pemerintah (X2)

Adalah suatu jumlah yang terdiri dari pengeluaran pembangunan dan pengeluran rutin di kabupaten Trenggalek, pengukuran variabel pengeluaran pemerintah di hitung dalam Ribuan rupiah (Rp ribu)

3. Variabel jumlah penduduk (X3)

Adalah banyaknya penduduk yang terdapat di kabupaten Trenggalek, pengukuran variabel jumlah dinyatakan dalam satuan jiwa.

4. Variabel Industri Kecil (X4)

Adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah dalam penggunaannya dalam proses produksi. (dalam Unit).

3.2. Teknik Penentuan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data berkala (Time Series) yaitu data dari tahun ke tahun selama lima belas tahun terhitung sejak tahun 1994-2008.

3.3. Jenis dan Sumber Data

3.3.1. Jenis Data

(50)

3.3.2. Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari :

• Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Timur, Surabaya.

• Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan cabang Surabaya.

3.4. Teknik dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan jalan mempelajari buku-buku literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang ada di penelitian ini.

Studi lapangan yaitu pengumpulan data sekunder dan primer di dasarkan pada laporan langsung secara administratif yang merupakan dokumen dari lembaga terkait.

Selain itu, penelitian ini mengambil kabupaten Trenggalek sebagai lokasi penelitian. Lingkup penelitian dibatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi di kabupaten Trenggalek antara lain investasi, pengeluaran pemerintah, jumlah penduduk dan usaha kecil menengah

3.5. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis

(51)

Model ini menunujukkan hubungan spesifik antara variabel-variabel bebas dan terikat.

Bentuk perumusannya sebagai berikut :

Y = o + 1X1 + 2X2 + X3 + X4 +u ……...(Sulaiman, 2001 : 80 ) Dimana :

Y = pertumbuhan ekonomi X1 = Investasi

X2 = pengeluaran pemerintah X3 = Jumlah Penduduk

X4 = Industri Kecil Menengah  = Konstanta

1, ,  = Koefisien Regresi

u = Variabel Pengganggu (residual)

Untuk mengetahui apakah model analisis tersebut layak digunakan dalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat maka perlu diketahui nilai adjusted R2 atau koefisien nilai determinasi dengan menggunakan rumus:

Jadi R2 = Re .

KTGalat gresi KT

………( Sulaiman, 2006 : 86 ).

Dimana :

(52)

b. Nilainya berkisar antara 0 (nol) dan 1 (satu) atau 0 < R2 < 1

3.5.2. Uji Hipotesis

Untuk menguji pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel terikat Y dengan prosedur sebagai berikut :

1. Uji F

Uji F dipergunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat.

Dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut : - Merumuskan hipotesis

Ho : 1 =3 = 4 = 0 (Tidak terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat )

Hi : 1 0 (Ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat)

- Menentukan level of signifikan sebesar 5 %

- Menghitung nilai F untuk mengetahui hubungan secara simultan antara variabel bebas dan variabel terikat drngan rumus sebagai berikut :

Fhitung = KT Regresi ( Soelistyo, 2004 : 325 ). KT Galat

- Menggunakan derajat kebebasan = (n-k-l) dengan ketentuan : n = Jumlah Sampel / pengamatan

(53)

Gambar 7 : Kurva Distribusi F

Daerah penolakan

Daerah penerimaan

F ()

Sumber: Soelistyo, 2001, Dasar – dasar Ekonometrika, BPFE UII, Yogyakarta, Jakarta, hal. 326

Kaidah pengujiannya:

1. Apabila F hitung ≤ F table, maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya variabel bebas secara keseluruhan tidak mempengaruhi variabel terikat. 2. Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Hi diterima. Artinya variabel

bebas secara keseluruhan mempengaruhi variabel terikat. 2. Uji t

Uji t dipergunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

 Uji t dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

t hitung = i ( Nachrowi dan Usman, 2005 : 19 ). Se ()

 Merumuskan hipotesis sebagai berikut :

(54)

Hi : i0 (ada pengaruh variabel bebas terhadap vriabel terikat) Derajat kebebasan sebesar n-k-l, dalam persamaan tersebut : Dimana :

 = Koefisien Regresi Variabel bebas (i=1,2,3,4) Se = Standart Error

n = Jumlah sampel

k = Jumlah parameter regresi Gambar 8 : Kurva Distribusi t

Ho ditolak Daerah penerimaan Ho ditolak Ho

( -t  2 ; n-k-l ) ( t  2 ; n-k-l )

Sumber: Widarjono, Agus. 2005, Ekonometrika, Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama, Ekonosia FE UII, Yogyakarta, hal. 59.

 Kaidah pengujiannya :

1. Bila t hitung ≤ t table, maka Ho diterima dan Hi ditolak, yang artinya secara parsial tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

(55)

3.6. Pendekatan Asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator)

Tujuan utama penggunaan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien regresi yang terbaik linier dan tidak bias (BLUE), karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut, uji t dan uji F yang dilakukannya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh. Sifat dari BLUE itu sendiri adalah:

a. Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam uji signifikan data terhadap  dan 

b. Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penafsiran.

c. Unbiased : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya. d. Estimasi : e diharapkan sekecil mungkin.

Yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antara variabel bebas atau regresi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut betul-betul linier dan tidak bias atau tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan persamaan, seperti :

a) Multikolinearitas

(56)

VIF (Varience inflation factor) menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF (Varience inflation factor) lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier. Pendeteksian multikolinier yang berikutnya adalah dengan mudah antara variabel bebas yang terjadi korelasi.

b) Autokorelasi

Yang dimaksud dengan autokorelasi yaitu keadaan dimana kesalahan pengganggu dalam suatu periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengganggu periode yang lain, pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik Durbin Watson.

t=n

(et – et--1)2

DW= t = 2 ( Widarjono, 2006 : 181 ). t=n

et2

t = 1

Dimana : et adalah residual ( perbedaan variabel tak bebas yang sebenarnya dengan variabel tak bebas yang ditaksir ) dari setiap periode waktu. Sedangkan et-1 adalah residual dari waktu sebelumnya.

(57)

2 4

Menerima Ho atau H*o Atau kedua-duanya

Gambar 9 : Statistik d Durbin-Watson

d

0

Sumber: Suliyanto, 2005, Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran, Ghalia Indonesia, hal. 86.

c) Heterokedastisitas

Pengujian heterokedastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada kesalahan pengganggu mempunyai varian yang sama atau tidak. Hal tersebut dilambangkan sebagai :

E (Ui2) = 2 ( Suliyanto, 2006 : 115 ). Dimana :

2

= varian

i = 1, 2, 3, 4 …n

Apabila didapat varian yang sama maka asumsi homokedastisitas (penyebaran yang sama) diterima.

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Trenggalek

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Trenggalek, Jatim, hingga triwulan ketiga tahun 2009 mencapai 5,72 persen. angka pertumbuhan ekonomi ini masih satu digit di bawah pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang mencapai 6,5 persen. kontribusi terbesar pertumbuhan ekonomi Trenggalek berasal dari sektor pertanian yang mampu menyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Trenggalek hingga mencapai 32,26persen. Kemudian disusul sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 24,14 persen.

Sektor jasa sebesar 20,8 persen, industri sebesar 8,24 persen, dan sisanya berasal dari sektor kecil lainnya yang mendukung. meski menunjukkan pertumbuhan, namun Pemkab Trenggalek terus berbenah untuk meningkatkan kesejarhetaan warganya. Apalagi, masyarakat miskin di Kabupaten Trenggalek masih cukup besar. Diperkirakan jumlah rakyat miskin masih sebesar 20 persen atau sebanyak 40.046 Kepala Keluarga (KK) atau sebanyak 119.317 jiwa dari total penduduk Kabupaten Trenggalek yang mencapai 700.000 jiwa.

(59)

pertanian dan juga pemda setempat harus bekerja keras dalam mewujudkan tujuan pembangunan daerah untuk meningkatkan ekonomi daerah, khususnya disub sektor tanaman pangan dan hortikultura. Pengembangan sistem agrobisnis yang berdaya saing dan berkelanjutan, bantuan modal, serta bimbingan teknis juga perlu dilakukan untuk kemajuan Industri di tingkat petani desa.

Selian itu Kabupaten Trenggalek juga mempunyai bergai obyek wisata. Kabupaten yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian petani ini, mempunyai potensi besar bagi pengembangan Industri kecil menenah. Menurut data Dinas Koperasi dan PKM Jawa Timur (2004), industri kecil menengah yang ada di Kabupaten Trenggalek antara lain kerajinan gerabah, batu onyx ( marmer ), kerajinan batik, makanan khas, industry genteng dan batu bata. Namun kondisi atau peluang besar itu baik sumber daya alam dan SDM belum termanfaatkan secara optimal. Hal ini terlihat seperti pada pendapatan perkapita penduduk yang masih rendah. Padahal potensi itu cukup besar untuk mengembangkan Industri Kecil Menengah sebagai motor penggerak laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Trenggalek.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

(60)

4.2.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1994-2008 Tahun Pertumbuhan Ekonomi

( % )

Perkembangan ( % )

1994 3,98 -

1995 6,25 2,27

1996 6,60 0,35

1997 5,82 - 0,78 1998 - 7,89 - 13,71

1999 1,45 9,34

2000 2,69 1,24

2001 2,71 0,02

2002 3,01 0,30

2003 3,52 0,51

2004 4,16 0,64

2005 4,81 0,65

2006 5,12 0,31

2007 5,35 0,23

2008 5,55 0,20

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur ( diolah )

(61)

1998 sebesar -7,89 %. Hal ini disebabkan pada tahun 1998 di Indonesia terjadi krisis ekonomi, sosil, dan keamanan serta naiknya nilai inflasi, kurs valas

4.2.2. Perkembangan Investasi

(62)

Tabel.2. Perkembangan Investasi Tahun 1994-2008

Tahun Investasi (Juta Rupiah)

Perkembangan ( % )

1994 49.485.000 -

1995 58.550.000 18,31

1996 60.422.000 3,19

1997 66.700.000 10,39

1998 27.269.000 - 59,11

1999 52.765.000 93,49

2000 55.840.000 5,82

2001 64.390.000 15,31

2002 67.470.000 4,78

2003 70.690.000 4,77

2004 57.470.000 - 18,70 2005 56.039.000 - 2,48

2006 61.441.000 9,63

2007 65.642.000 6,83

2008 68.382.000 4,17

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur( diolah )

4.2.3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Pengeluaran Pemerintah setiap tahunnya mengalami naik turun yang tidak tentu besarnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 yang menjelaskan bahwa pada tahun 1994 sampai 2008, Perkembangan terbesar Pengeluaran Pemerintah pada tahun 2001 sebesar 156,85 % dan terendah sebesar 0,78 % terjadi pada tahun 2004, hal ini disebabkan terjadi kenaikan harga BBM Pengeluaran Pemerintah terbesar pada tahun 2008 sebesar Rp. 752.241.963.253. dan Pengeluaran Pemerintah yang terendah yaitu

(63)

Tabel.3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Tahun 1994-2008

Tahun Pengeluaran Pemerintah (Rupiah)

Perkembangan ( % ) 1994 19.424.844.000 - 1995 20.889.246.000 7,53 1996 31.649.833.000 51,51 1997 38.050.371.096 20,22 1998 56.052.667.998 47,31 1999 83.845.668.270 49,58

2000 102.508.837.325 22,25

2001 263.301.270.829 156,85

2002 294.855.375.564 11,98

2003 361.343.480.862 22,54

2004 364.166.021.875 0,78

2005 376.235.968.568 4,12

2006 562.427.420.178 54,44

2007 620.209.468.811 10,27

2008 752.241.963.253 21,28

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur( diolah )

4.2.4 Perkembangan Jumlah Penduduk

(64)

Tabel.4. Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 1994-2008

Tahun Jumlah Penduduk ( jiwa )

Perkembangan ( % )

1994 670.193 -

1995 672.989 0,41

1996 672.612 - 0,05

1997 674.367 0,26

1998 675.376 0,14

1999 677.464 0,30

2000 680.402 0,43

2001 683.472 0,45

2002 685.782 0,33

2003 687.773 0,29

2004 689.445 0,24

2005 691.185 0,25

2006 692.248 0,15

2007 693.105 0,14

2008 693.860 0,08

(65)

4.2.5 Perkembangan Industri Kecil Menengah

Perkembangan Industri Kecil Menengah dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel.5. Perkembangan Industri Kecil Menengah Tahun 1994-2008 Tahun Industri Kecil Menengah

( unit )

Perkembangan ( % ) 1994 25.742

1995 25.765 0,08

1996 25.818 0,20

1997 25.850 0,12

1998 25.865 0,05

1999 28.722 11,04

2000 28.744 0,07

2001 28.760 0,05

2002 29.032 0,94

2003 26.809 - 7,65

2004 26.872 0,23

2005 26.506 - 1,36

2006 26.764 0,97

2007 8.489 - 68,28

2008 12.643 48,93

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur ( diolah )

(66)

4.3 Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator).

Agar dapat diperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) atau perkiraan linier tidak bias yang terbaik maka estimasi tersebut harus memenuhi beberapa asumsi yang berkaitan. Apabila salah satu asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Dalam hal ini harus dihindarkan terjadinya kasus-kasus sebagai berikut :

1. Autokorelasi

(67)

Kaidah keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jika d lebih kecil daripada dL atau lebih besar daripada (4-dL), maka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat autokorelasi.

2. Jika d teletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima yang berarti tidak ada autokorelasi.

3. Jika nilai d terletak antara dL dan dU atau antara (4-dL) dan (4-dU) maka uji Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti, untuk nilai-nilai ini tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi di antara faktor-faktor penganggu.

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model penelitian maka perlu dilihat nilai DW tabel. Diketahui jumlah variabel bebas adalah 4 (k=4) dan banyaknya data adalah (n=15) sehingga diperoleh nilai DW tabel adalah sebesar dL = 0,685 dan dU = 1,977

Gambar 6. Kurva Statistik Durbin Watson

Daerah Daerah Daerah Daerah

Kritis Ketidak- Terima Ho Ketidak- Kritis pastian pastian

Tolak Tidak ada Tolak Ho autokorelasi Ho

0 dL= 0,685 dU = 1,977 (4-dU) = 2,023 (4-dL) = 3,315 d 0,956

(68)

Berdasarkan hasil analisis, maka dalam model regresi ini tidak terjadi gejala autokorelasi karena nilai DW tes yang diperoleh adalah sebesar 0,956 berada pada daerah antara dL dan dU yang berarti berada dalam daerah ketidakpastian.

2. Multikolinier

Multikolinieritas berarti ada hubungan linier yang “sempurna” atau pasti di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi.

Dari dugaan adanya multikolinieritas tersebut maka perlu adanya pembuktian secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier dengan cara menghitung Variance Inflation Factor (VIF). VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier.

(69)

Tabel 6 : Tes Multikolinier

TOLERANCE VIF Ketentuan KETERANGAN

0,762 1,313 ≤ 10 Tidak terjadi

Multikolinier

0,496 2,015 ≤10 Tidak terjadi

Multikolinier

0,180 5,552 ≤10 Tidak terjadi

Multikolinier

0,342 2,923 ≤10 Tidak terjadi

Multikolinier

Sumber : Lampiran 3

3. Heterokedastisitas

Gambar

Gambar .1. Marginal Efficiency Of Investment
Gambar  2 : kerangka konseptual hubungan investasi, pengeluaran pemerintahan,
Gambar 7 : Kurva Distribusi F
Gambar 8 : Kurva Distribusi t
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh ModernisasiI Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makasar Utara. Terdapat pengaruh yang

Otoritas penguasaan potensi alam (penguasaan cendana) di Kabupaten Timor Tengah Selatan mengalami perubahan seiring dengan bergulirnya zaman. Era reformasi dan otonomi

Pemrosesan yang dilakukan oleh sistem pakar merupakan pemrosesan pengetahuan, bukan pemrosesan data seperti yang dikerjakan dengan pemrograman secara konvensional yang

Tahun 2013 perilaku PSN belum maksimal dilakukan pada masyarakat kota Pontianak, berdasarkan data dari penelitian ini masih banyak masyarakat yang belum melaksanakan perilaku

a) Tingkat bunga. Meskipun tingkat bunga konstan, harga obligasi sangat berfluktuasi. Harga obligasi sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah atau bank sentral. Tingkat

Dengan ini saya Nama : Aluysius Jaya N S NIM : H0213004 Program Studi : Ilmu Tanah menyatakan bahwa dalam skripsi saya yang berjudul “ FOSFOR (P) TERSEDIA TANAH DAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang mana bentuk penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK), dimana pelaksanaannya menyajikan semua temuan

1) membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien yang mengalami masalah. Pada tahap ini konselor berusaha untuk membangun hubungan dengan cara melibatkan klien