• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Trismus Post Operasi Abses Submandibular Di RSUD Salatiga.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Trismus Post Operasi Abses Submandibular Di RSUD Salatiga."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mewujudkan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, maka setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh derajat kesehatan yang layak meliputi kesehatan jasmani, rohani dan sosial. Bahkan masyarakat haruslah bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan, maka dalam sistem kesehatan nasional diupayakan pelaksanaan kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan berkesinambungan dan dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat. Upaya kesehatan yang dilakukan di Indonsia diantaranya adalah promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative (DepKes, 1992).

Banyak sekali penyebab penyakit, diantaranaya adalah virus dan bakteri yang mampu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Bakteri dapat menyerang semua bagian bagian tubuh termasuk pada rongga mulut sehingga mengakibatkan infeksi. Akibat dari infeksi tersebut adalah timbulnya abses. Abses submandibula adalah jenis abses leher yang menduduki urutan tertinggi dari semua jenis abses leher, dimana abses ini terjadi peradangan yang disertai pembentukan pus pada daerah submandibula. Abses submandibula menempati urutan tertinggi dari seluruh abses leher dalam. 70-85 % kasus yang disebabkan oleh infeksi gigi merupakan kasus terbanyak, selebihnya disebabkan oleh sialadenitis, limfadenitis, laserasi dinding mulut atau fraktur mandibula (Novialdy & Asyari, 2011). Menurut Negoro dkk

(2)

(2001) abses mandibular sering disebabkan oleh peradangan di daerah rongga mulut atau gigi, perdangan ini mengakibatkan adanya pembengkakan didaerah submandibular namun tidak ada fluktuasi. Huang dkk (2004) dalam penelitiannya menemukan kasus infeksi leher dalam sebanyak 185 kasus dan abses submandibula merupakan kasus terbanyak ke dua dengan prosentasi sebesar 15,7% setelah abses parafaring 38,4, diikuti oleh angina Ludovici 12,4%, parotis 7%, dan retrofaring 5,9%.

Pada kasus abses submandibular dapat ditangani dengan pemberian antibiotik dosis tinggi namun pada beberapa kasus abses submandibular yang sudah kronis atuapun parah diperlukan pembedahan untuk mengeluarkan abses (Novialdy & Asyari, 2011). Akibat dari tindakan operasi tersebut menimbulkan beberapa permaslahan dan terjadi komplikasi-komplikasi tertentu, seperti timbulnya nyeri, bengkak (oedema), keterbatasan lingkup gerak sendi, kelemahab otot serta timbulnya trismus. Bila ada tanda-tanda sumbatan jalan napas maka jalan napas harus segera dilakukan trakceostomi yang dilanjutkan dengan insisi digaris tengah dan eksplorasi dilakukan secara tumpul untuk mengeluarkan nanah, kelainan ini disebutkan Angina ludoviva (Selulitis submandibula) (Negoro dkk, 2001). Fisioterapi dapat berperan penting untuk meyelesaikan permasalahn tersebut.

Melihat dari permasalahan diatas maka peran fisioterapi adalah mengurangi keluhan-keluhan yang ada dengan pemberian modalitas berupa infra red dan Massage yang ditujukan untuk mengurangi nyeri dan dan

(3)

sehingga pada akhirnya pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa adanya hambatan maupun kesulitan.

Sehubungan dengan adanya keinginan penulis untuk memahami peran fisioterapi pada kasus trismus post operasi abses submandibula dalam mengurangi nyeri dan penurunan kekuatan otot pada pasien, maka penulis memilih judul karya tulis ilmiah : “PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRISMUS POST OPERASI ABSES

SUBMANDIBULAR DI RSUD SALATIGA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan pada kondisi trismus post operasi abses submandibular sehingga penulis dapat merumuskan permasalahan yakni bagaimana manfaat infra red (IR) dan massage dapat membantu dilatasi pembuluh darah sehingga dapat mengurangi nyeri dan peningkatan kekuatan otot rahang pada kasus trismus post operasi abses submandibular?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah : 1. Tujuan umum

(4)

2. Tujuan khusus

Agar dapat membantu dilatasi pembuluh darah sehingga dapat mengurangi nyeri dan membantu peningkatan kekuatan otot pada kasus trismus post operasi abses submandibular.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang ingin dicapai penulis pada kasus trismus post operasi abses submandibular dengan infra red (IR),dan massage adalah sebagai berikut :

1. Ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan yang memberikan gambaran bahwa modalitas infra red dan massage dapat digunakan sebagai modalitas fisioterapi untuk menyelesaikan problem pada kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pada kasus trismus post operasi abses submandibular.

2. Institusi pendidikan

Memberi manfaat bagi institusi pendidikan fisioterapi sebagai sarana pendidikan tentang pemahaman pelaksanaan fisioterapi pada kasus kasus trismus post operasi abses submandibular.

3. Bagi pasien

(5)

4. Bagi masyarakat

Memberikan informasi kepada pembaca maupun masyarakat umum tentang peran fisioterapi pada kasus kasus trismus post operasi abses submandibular.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya pemanfaatan torbangun sebagai sumber zat gizi mikro, terutama besi dan kalsium, dipilih digunakan sebagai bahan adisi untuk cookies yang menggunakan pati

Dalam jumlah yang terbatas, gaplek diolah menjadi tepung cassava yang kemudian digunakan oleh industri baik untuk makanan maupun produk lain.. Volume perdagangan cassava

through This study found the lack of sufficient knowledge about environmental problems and the difference between the rate of acceptance of rejection for all grades

Retno Wulandari, A 520 080 114, Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini di TK Kemala Bhayangkari , Jurusan Pendidikan Anak Usia

Upaya Dan Kendala Untuk Menarik Kembali Kredit Kendaraan Bermotor Akibat Kredit Macet (Studi Kasus Pada Pt. Artha Asia Finance Sragen), Jurusan Hukum Perdata Program Studi S1

Memiliki masa kerja sebagai guru (PNS atau bukan PNS) minimal 10 tahun per 31 Desember 2015 pada satuan pendidikan formal secara akumulatif; atau sudah menjadi guru RA/Madrasah per

Belum tersedianya bibit ayam lokal, khususnya ayam lokal langka dan rawan punah (seperti ayam Legund dan Walik ) yang baik, terbatasanya sarana dan prasarana yang

Morfologi eksterior yang terlihat di kolam: tubuh kuat, kokoh, mengkilat, dan keseluruhan tubuh berwarna abu-abu tua dengan abdomen abu-abu muda, tonjolan kepala yang khas,