HUBUN DENG
BA
PR
UN
NGAN TING GAN GANG AGIAN WEA
ROGRAM
FAK
NIVERSIT
GKAT KED GGUAN PE AVING III D
NASKA
Di
ANNISA
J 4
STUDI K
KULTAS
TAS MUHA
DISIPLINA ENDENGAR
DI PT. DAN
AH PUBLI
isusun ole
A NUR PE
410 100 06
KESEHAT
ILMU KE
AMMADI
2014
AN PEMAKA RAN PADA N LIRIS, SU
IKASI
eh :
ERTIWI
61
TAN MASY
ESEHATA
IYAH SU
AIAN EAR A KARYAW UKOHARJ
YARAKA
AN
URAKART
PLUG WANO
AT
PROGRAM
STUDI KESEHATAF{
MASYARAKAT
Jl. A. Yani Tromol Pos I - Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417, Fax : 7151448 Swakarta 57102Surat Persetuiuan
Artikel
PublikasiIlmiah
Yang bertanda tangan
ini pembimbing/ skripsi/
tugas akhir : PembimbingI
Nama
:
dr. Hardjanto, Sp.Ok}rIIK
:
131269137Pembimhing
II
Nama
:
Dr. Suwadji, M.kes}{IK
:195311231983031002Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama
: Annisa Nur PertiwiNIM
: J 410 100 061Program Studi : Kesehatan Masyarakat Judul
Skripsi
:,6HUBUNGAN
TINGKAT
KEDISIPLINAN
PEMAKAIAN
EAR
PLUG
DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN
PAI}A
KARYAWAN BAGIAN
WEAWNG
m
Dr PT.DAN LIRTS,
SUKOHARJO"
Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, November 2014
Pembimbing
II
SURAT
PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA
ILMIAH
B i smi I I a h irr ahmanirr o h im
Yang bertanda tangan dibawah
ini,
saya:Nama
:ANNISA
NURPERTIWI
NIM
: J 410 100 061Fald
Prodi
: FlK,/I(esehatan MasyarakatJenis Judul
: Skripsi
(HUBUNGAN
TINGKAT
KEDISIPLINAN
PEMAKAIAN EAR
PLAG
DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA KARYAWAN BAGIAN
WEAWNG
Itr
DI
PT. DAN LIRTS,SUKOHARJO''
Dengan
ini
menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :l.
Memberikanhak
bebasroyalti
kepada perpustakaan {JMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.2. Memberikan hak menyimpan,
mengalih mediakon/
mengalih formatkan,mengelola dalam bentuk pangkalan
data (database), mendistribusikan
serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepadaPerpustakaan
UMS, tanpa
perlu
meminta
iin
dari
soya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulisi pencipta.3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secaro
pribadi
tonpa melibatkanpihak Perpustakaan {JMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan
ini
sayabuat
dengan sesungguhnyadan semoga
dapat digunakan sebagaimana mestinya.Surakarta,
November2014 Yang MenyatakanA^
t
/
HUBUNGAN TINGKAT KEDISIPLINAN PEMAKAIAN EAR PLUG DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA KARYAWAN BAGIAN
WEAVING III DI PT. DAN LIRIS, SUKOHARJO
Annisa Nur Pertiwi*, Hardjanto**, Suwadji***
*Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FIK UMS, **Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS, ***Dekan FIK UMS
ABSTRAK
Kurangnya kedisiplinan pemakaian ear plug, dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran di unit weaving III termasuk pendengaran karena trauma akustik yang disebabkan karena terpapar suara keras selama waktu yang lama dalam proses mesin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kedisiplinan pemakaian ear plug
dengan gangguan pendengaran pada karyawan bagian weaving III di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo. Metode penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan metode cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 384 orang di PT. DAN LIRIS Sukoharjo. Pemilihan sampel menggunakan proposive sampling sebanyak 236 dan dirandom sampel sehingga menghasilkan 30 orang. Uji statistik menggunakan uji korelasi product moment
dengan menggunakan spss 17. Hasil penelitian diperoleh nilai signifikan kedisiplinan p value = 0,000 atau (p value < 0,05) pada telinga kanan dan p value = 0,011 pada telinga kiri dengan ini disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat kedisiplinan pemakaian alat pelindung telinga dengan gangguan pendengaran di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo.
Kata kunci : Kedisipinan, APD, Gangguan pendengaran
ABSTRACT
Lack of discipline the using hearing protection devices cause hearing loss. Hearing disorder because of acoustic trauma which caused by lound sound of machine during process. This research purpose is to know the relation of the disipline of ear protection wearing and hearing disorder of employees in weaving III division of PT.DAN LIRIS, Sukoharjo. This method of research used observational design with cross sectional approaching. The population of is 111 people in PT. DAN LIRIS Sukoharjo. Purposive sampling from 236 and random sampling to used to select the sample of populations 30 people. The statistic test is used software SPSS 17 with Product Moment Correlation Method. The result of this research get the significant value of discipline p value = 0,000 or (p value < 0,05) the right ear and p value = 0,011 or (p value < 0,05) the left ear, so the conclusion of this research is there a significant correlation between discipline of ear protection wearing and hearing disorder in PT. DAN LIRIS, Sukoharjo.
Artikel Penelitian Hubungan Tingkat Kedisiplinan Pemakaian Karyawan Bagian Weaving III di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo Ear Plug dengan Gangguan Pendengaran pada
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta Page
PENDAHULUAN
Dalam kaitannya dengan penggunaan alat pelindung diri, diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER/01/MEN/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
Ear plug digunakan untuk menyumbat telinga yang digunakan atau dipakai dengan tujuan melindungi, mengurangi paparan kebisingan masuk kedalam telinga serta menurunkan intensitas kebisingan yang mencapai alat pendengaran. Ukuran, bentuk, dan posisi
saluran telinga untuk tiap-tiap individu berbeda-beda dan bahkan antar kedua telinga dari individu yang sama berlainan. Sumbat telinga harus dipilih sesuai dengan ukuran, bentuk, posisi saluran telinga pemakainya. Diameter saluran telinga berkisar antara 3-14 mm, tetapi paling banyak 5-11 mm. Umumnya bentuk saluran telinga manusia tidak lurus, walaupun sebagian kecil ada yang lurus. Sumbat telinga dapat mengurangi bising sampai dengan 30 dB.
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha tehnis pengamatan tempat, peralatan dan lingkungan kerjaadalah sangat perlu diutamakan. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan saepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri ( personal protective devices
). Alat-alat demikian harus memenuhi syarat: Enak dipakai, Tidak mengganggu kerja dan Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.
Dalam Permenaker No. 8 Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri bahwa setiap pengusaha wajib menyediakan alat pelindung diri bagi pekerja/buruh di tempat kerja. Kewajiban-kewajiban lain yang berhubungan dengan APD yang harus dipenuhi menurut peraturan menteri yaitu, Alat pelindung diri yang digunakan harus sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku. Pengusaha diwajibkan melakukan manajemen APD di tempat kerja, yang meliputi identifikasi kebutuhan dan syarat APD, pemilihan APD yang sesuai, pelatihan, dan lain-lain. APD harus segera diganti apabila rusak, tidak dapat berfungsi dengan baik atau telah habis masa pakainya (lifespan). APD yang telah rusak dan mengandung bahan berbahaya harus dimusnahkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Suara yang ditimbulkan getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar yang menyebabkan membran timpani bergetar. Getaran tersebut selanjutnya diteruskan menuju inkus dan stapes melalui melleus
yang terkait pada membrane itu.
Standar tingkat penurunan gangguan pendengaran yaitu ringan antara 26–40dB (jika seseorang tidak mampu mendengar dengan suara berbisik berjarak 30 cm), sedang antara 41-60 dB (jika seseorang tidak mampu mendengar percakapan normal dengan jarak 1 m), berat antara 61-90 dB (jika seseorang tidak mampu mendengar suara keras/teriakan dari jarak 3 m).
faktor resiko yang telah disebutkan merupakan suatu indikasi dilakukan pemeriksaan untuk menentukan suatu gangguan pendengaran.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Mei 2014 di bagian Weaving III PT. DAN LIRIS, tenaga kerja bekerja dengan kebisingan tinggi dan tidak memakai ear plug, dengan waktu yang lama. Sehingga tenaga kerja banyak yang mengalami gangguan pendengaran. Pemakaian ear plug yang tidak disiplin dapat menimbulkan gangguan pendengaran
yang sedang sampai tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara spesifik apakah ada hubungan antara kedisiplinan pemakaian
ear plug dengan gangguan pendengaran bagian weaving III PT. DAN LIRIS.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat kedisiplinan pemakaian alat pelindung diri ear plug dengan gangguan pendengaran pada karyawan bagian weaving III di PT. DAN LIRIS Banaran Sukoharjo.
METODE
Jenis penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan
cross sectional. Tempat penelitian dilakukan di unit Weaving III PT. DAN LIRIS, Banaran, Sukoharjo yang dilakukan akhir Juni 2014.
Populasi penelitian ini adalah berjumlah 384 orang yang bekerja di unit
Weaving III PT. DAN LIRIS, Banaran Sukoharjo. Sampel dalam penelitian ini adalah (purposive sampling) yaitu seluruh karyawan unit weaving III sebanyak 236 orang dan kemudian di random sampling menjadi 30 orang.
Analisis data yang akan digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Uji Normalitas data bila normal maka menggunakan Uji Korelasi Pearson Product Moment yang bertujuan untuk mengetahui kedisiplinan pemakaian ear plug dan tidak disiplin dengan gangguan pendengaran.
HASIL
A. Hasil Analisis Univariat
1. Data Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin
Jenis kelamin tenaga kerja unit workshop yang menjadi sampel dalam penelitian ini seluruhnya adalah laki-laki dan perempuan. b. Umur
Usia responden di unit weaving III antara 15 sampai 50 tahun dengan kelompok usia terbesar yaitu umur 36 – 45 tahun sebanyak 13 responden dengan (43.3%) dengan rata-rata usia 38.17±8.50 th. c. Masa Kerja
Artikel Penelitian Hubungan Tingkat Kedisiplinan Pemakaian Karyawan Bagian Weaving III di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo Ear Plug dengan Gangguan Pendengaran pada
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta Page
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Umur Frekuensi Presentase
(tahun) (%) 15 – 25 4 13.3 26 – 35 6 20.0 36 – 45 13 43.3 46 – 50 7 23.3 Jumlah 30 100
Tabel 2. Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja Masa kerja Frekuensi Presentase
(tahun) (%) 5 – 10 5 16.7 11 – 15 6 20.0 16 – 20 8 26.7 21 – 25 7 23.3 26 – 30 4 13.3 Jumlah 30 100 d. Kondisi Kesehatan
Berdasarkan data penelitian ini bahwa subyek penelitian tidak mempunyai riwayat penyakit pendengaran sebelumnya
baik bawaan sejak lahir, selain itu tidak mempunyai penyakit trauma akibat gangguan pendengaran sebelum bekerja di PT. DAN LIRIS sukoharjo.
Tabel 3. Hasil responden berdasarkan tingkat kedisiplinan pemakaian ear plug karyawan bagian Weaving III di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo.
Tingkat disiplin Frekuensi Presentase ( hari ) (%)
• Tidak disiplin (1-3) 11 36.7
• Kurang disiplin (4-6) 16 53.3
• Disiplin (7-10) 3 10.0 Jumlah 30 100 2. Hasil Tingkat Kedisiplinan
Berdasarkan tabel 3. diatas bahwa tingkat kedisiplinan pemakaian ear plug di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo yang disiplin sebanyak 3, kurang disiplin sebanyak 16 dan tidak disiplin sebanyak 11 orang. Responden yang paling banyak dalam
tingkat kedisiplinan pemakaian ear plug
sebagaian besar yaitu kurang disiplin. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan pada unit weaving III terutama pada bagian Seishing, Inspekting dan
Tabel 4. Hasil pengukuran gangguan pendengaran bagian Weaving III
Gangguan Frekuensi
Pendengaran Kanan % Kiri %
• Ringan 9 30.0 7 23.3
• Sedang 20 66.7 23 76.7
• Berat 1 3.3 0 0 30 100 30 100
3. Hasil Pengukuran gangguan pendengaran
Berdasarkan tabel diatas bahwa gangguan pendengaran responden yang berada di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo pada telinga kanan terdapat 30.0% dengan gangguan ringan, sebanyak 66.7% gangguan sedang, dan gangguan berat sebanyak 3.3%. Dan pada gangguan pendengaran responden bagian weaving
pada telinga kiri yang mengalami gangguan ringan sebanyak 23.3% dan gangguan sedang sebanyak 76.7%.
Hasil dari penilaian tersebut dapat dikatakan pekerja yang mengalami gangguan pendengaran pada telinga kanan
yang paling banyak yaitu sedang terdapat 20 orang dengan jumlah 66.7%. pekerja yang mengalami gangguan pendengaran pada telinga kiri paling banyak yaitu sedang terdapat 23 orang dengan jumlah 76.7%.
Hal ini disebabkan banyak pekerja yang masih kurang disiplin dalam pemakaian ear plug, karena pemakaian ear plug tidak nyaman digunakan oleh pekerja/karyawan dan dapat diketahui bahwa pekerja yang mengalami gangguan pendengaran diatas Nilai Ambang Batas (NAB) pada bagian weaving III tersebut.
B. HASIL BIVARIAT
Tabel 5. Hubungan tingkat kedisiplinan pemakaian ear plug dengan gangguan pendengaran pada telinga kanan di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo.
Variabel
Telinga Kanan
N r p
value Keterangan Tingkat Kedisiplinan 30
-0,685 0.000 signifikan Gangguan pendengaran
(dB) 30
Artikel Penelitian Hubungan Tingkat Kedisiplinan Pemakaian Karyawan Bagian Weaving III di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo Ear Plug dengan Gangguan Pendengaran pada
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta Page
1. Hubungan tingkat kedisiplinan pemakaian ear plug dengan gangguan pendengaran pada telinga kanan di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo.
Dari hasil uji korelasi antara kedisiplinan dengan gangguan pendengaran pada telinga kanan didapatkan nilai p value adalah 0.00. Hasil ini menunjukkan bahwa data tersebut signifikan antara kedisiplinan
dengan gangguan pendengaran pada telinga kiri karena p < 0.05. dengan demikian Ha diterima dan nilai r sebesar -0.685 dimana nilai berada antara range 0,60 – 0,799 yang berarti ada tingkat hubungan yang kuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat kedisiplinan pemakaian ear plug dengan gangguan pendengaran pada telinga kanan.
Tabel 6. Hubungan tingkat kedisiplinan pemakaian ear plug
dengan gangguan pendengaran pada telinga kiri di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo.
Variabel
Telinga Kiri
N r p
value Keterangan Tingkat Kedisiplinan 30
-0,456 0.011 signifikan Gangguan pendengaran
(dB) 30
2. Hubungan tingkat kedisiplinan pemakaian ear plug dengan gangguan pendengaran pada telinga kiri di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo.
Dari hasil uji korelasi antara kedisiplinan dengan gangguan pendengaran pada telinga kiri didapatkan nilai p value adalah 0.011. Hasil ini menunjukkan bahwa data tersebut signifikan antara kedisiplinan
dengan gangguan pendengaran pada telinga kiri karena p < 0.05. dengan demikian Ha diterima dan nilai r sebesar -0.456 dimana nilai berada antara range 0,40 – 0,599 yang berarti ada tingkat hubungan yang sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat kedisiplinan pemakaian ear plug dengan gangguan pendengaran pada telinga kiri.
PEMBAHASAN
A.Karakteristik Subyek Penelitian
1. Umur
Hasil pada tabel 1 tersebut akan menunjukkan bahwa jika terdapat penurunan pendengaran bukan karena usia. Dari analisis tersebut dapat dikatakan bahwa umur responden akan lebih terhindar dari gangguan pendengaran karena seseorang dalam usia produktif yaitu 15-55 tahun
kurangnya pendengaran dari derajat ringan sampai dengan yang berat. 2. Masa Kerja
Hasil analisa masa kerja pada tabel 2 yang digunakan pada sampel penelitian yaitu > 5 tahun. Pada hasil penelitian masa kerja responden antara 5-30 tahun, dapat memperngaruhi resiko gangguan pendengaran.
Berdasarkan penelitian Putra, dkk 2010 dapat diketahui bahwa tenaga kerja dengan masa kerja > 5 tahun akan lebih cepat menderita gangguan pendengaran dibandingkan dengan tenaga kerja yang relatif lebih mudah.
Karena semakin lama bekerja pada mesin yang bising akan semakin berpengaruh terhadap gangguan pendengaran yang dialami. Dengan demikian faktor masa kerja yang lama ( >5 tahun ) merupakan faktor resiko kejadian penurunan ambang dengar. Gangguan pendengaran yang timbul pada seseorang yang bekerja pada lingkungan bising, terjadi dalam jangka waktu lama biasanya 5 tahun atau lebih.
B.Tingkat Kedisiplinan Pemakaian Alat Pelindung Diri Ear Plug
Tingkat kedisiplinan di Indonesia pada tahun 2007 dari hasil studi Departemen Kesehatan dalam masalah kedisiplinan menunjukkan bahwa sekitar 84,68% yang tidak memakai ear plug.
Jenis kedisiplinan di PT. DAN LIRIS yang bersumber dari weaving III termasuk jenis kedisiplinan korektif, dikarenakan penerapan disiplin kepada karyawan yang nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan
dan kepadanya dikenakan sanksi secara bertahap.
Kedisiplinan pemakaian ear plug
yang berada di unit weaving III dengan standar perusahaan PT. DAN LIRIS, Sukoharjo, harus mengetahui kenyamanan dalam pemakaian ear plug yang dipakai oleh karyawan yang bekerja di unit tersebut. Tetapi masih banyak karyawan yang belum memakai ear plug dikarenakan kurang nyaman dalam penggunaanya dan bisa mengganggu aktivitasnya.
C. Hubungan Tingkat Kedisiplinan Pemakaian
ear plug dengan Gangguan Pendengaran.
Hasil analisis tingkat kedisiplinan pemakaian ear plug dengan gangguan pendengaran menunjukkan bahwa paling banyak responden dengan
kategori kurang disiplin yaitu 16 orang (53.3%), responden yang tidak disiplin yaitu 11 orang (36.7%) dan disiplin sebanyak 3 orang (10.3%).
Berdasarkan perhitungan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji korelasi product moment dengan taraf kepercayaan 95% pada telinga kanan dan diperoleh p value sebesar 0,000 < p (0,05), dan nilai r sebesar -0,685 dimana nilai berada antara range 0,60 – 0,799 yang berarti ada tingkat hubungan yang kuat.
Artikel Penelitian Hubungan Tingkat Kedisiplinan Pemakaian Karyawan Bagian Weaving III di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo Ear Plug dengan Gangguan Pendengaran pada
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta Page
pemakaian ear plug, maka semakin kecil tingkat gangguan pendengarannya. Sehingga, dapat dinyatakan bahwa dalam penelitian ini terdapat hubungan secara signifikan antara kedisiplinan pemakaian
ear plug dengan gangguan pendengaran pada karyawan bagian weaving III PT. DAN LIRIS Banaran, Sukoharjo.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi Nugraheni mengenai Faktor yang berhubungan dengan kedisiplinan pemakaian Alat Pelindung Telinga di Bagian Weaving PT. Primatexco Indonesia Kabupaten Batang, dengan nilai p = 0,035 maka p < 0,05 ada hubungan tingkat kedisiplinan pemakaian APD dibagian weaving Hasil rata-rata tingkat kedisiplinan pemakaian alat pelindung diri dibagian weaving III adalah
sebanyak 27,8% dimana tenaga kerja rata-rata tidak nyaman dalam memakai ear plug.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Etykawaty (2005) bahwa adanya Pengaruh motivasi disiplin terhadap pemakaian APD pada bagian ruang cetak PT. AIR MANCUR, Surakarta. Dengan nilai signifikan (p) 0,000 yang berarti p < 0,05 dan rata-rata peningkatan kedisiplinan dengan gangguan pendengaran masih dalam ambang normal.
Berdasarkan hasil penelitian di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat kedisiplinan pemakaian ear plug dengan gangguan pendengaran pada unit weaving III di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo.
.
PENUTUP A.Simpulan
1. Terdapat Hubungan antara tingkat kedisiplinan pemakaian ear plug dengan gangguan pendengaran pada karyawan di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo.
2. Hasil tingkat kedisiplinan pemakaian
ear plug yang berdasarkan pengamatan selama 10 hari diperoleh sebanyak 10.0% atau 3 orang yang hanya menggunakan ear plug. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata kedisiplinan di unit weaving III, masih dibawah 50%, dikarenakan kebanyakan pekerja yang berada di unit weaving III PT. DAN LIRIS, kurang nyaman untuk memakainya. Para pekerja cukup disiplin dalam penggunaan alat pelindung diri ear
plug, tetapi ada beberapa pekerja yang enggan menggunakan ear plug.
3. Hasil pengukuran gangguan
B.Saran
a. Bagi Perusahaan
Sebaiknya perusahaan mewajibkan, memberikan motivasi menerapkan kedisiplinan bagi tenaga kerja yang lalai dalam memakai ear plug agar diberikan teguran lisan ataupun tertulis, dan memantau pekerjaanya untuk membiasakan diri dan disiplin dalam pemakaian alat pelindung diri khususnya ear plug dan ear muff agar tidak terjadi gangguan pendengaran. b. Bagi Pekerja
Berdasarkan hasil peneltian tersebut, hendaknya Karyawan yang
bekerja pada bagian Weaving III lebih memperhatikan setiap gejala gangguan kesehatan, lebih meningkatkan kesadaran dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) ear plug agar tidak terjadi resiko penyakit akibat kerja.
c. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat dijadikan referensi untuk pengembangan peneliti lainnya namun dengan menambahkan variabel lain seperti ear muff dan lain
DAFTAR PUSTAKA
Asmiarsih T. 2006. Pengaruh
Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Brebes.
[Skripsi]. Semarang : Fakultas Ilmu Sosial.Universitas Negeri Semarang.
Bustanul A. dan Susanto A. 2013. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pekerja dalam Pemakaian Alat Pelindung Diri di Bagian Coal Yard PT X Unit 3 & 4 Jepara. Jurnal Kesmas UNDIP Vol.2. No.1. 2013.
Budiono S. 2005. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatn Kerja : Higiene Perusahaan, Kesehatan Kerja dan Keselamatan Kerja. Semarang : Undip
Bashiruddin J dan Sosialisman. Tinitus. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J & Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta : Balai Penerbit FK UI; 2010.
Deo, Marselina. 2012. Pengaruh Intensitas
Kebisingan terhadap Gangguan Pendengaran pada Tenaga Kerja Bagian weaving di PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA. (Skripsi). Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Departemen Tenaga Kerja RI. 1990.
Himpunan Petunjuk Ketiga (
Keselamatan dan Kesehatan Kerja )
di Indonesia 1989-1990. Jakarta : Yayasan Pendidikan Widyadhana Atmaja.
Depkes. 1992. Undang-undang RI No.23 Tahun 1992. Republik Indonesia.
Fathoni A. 2006. Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta.
Irma, I dan Intan A. 2013. Penyakit Gigi, Mulut, dan THT. Yogyakarta : Nuha Medika
Artikel Penelitian Hubungan Tingkat Kedisiplinan Pemakaian Karyawan Bagian Weaving III di PT. DAN LIRIS, Sukoharjo Ear Plug dengan Gangguan Pendengaran pada
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta Page
Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo.
Indonesia. 2001. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Departemen Tenaga Kerja.
Lawrence G. 2000. Diterjemahkan oleh Zulazmi hamdy. Perencanaan Pendidikan Kesehatan Sebuah Pendekatan Diagnostik. FKM Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Jakarta.
Nasution. 2010. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo S. 2008. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugraheni D. 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Kedisiplinan Pemakaian Alat Pelindung Telinga Bagian Weaving PT. Primatexco Kabupaten Batang. [Skripsi]. Batang : Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pekalongan.
Riyanto A. 2011. Aplikasi Metodelogi Penelitian Kesehatan. Terjemahan
Yogyakarta : Nuha Medika.
Ridley J. 2006. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. (Terjemahan). England : PT. Gelora aksara pratama
Santoso. 2004. Ergonomi manusia, peralatan
dan lingkungan. Sidoarjo : Prestasi pustaka publisher.
Siagaan. 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Rineke Cipta.
Siagaan, S. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bina Aksara.
Siswanto A. 2003. Alat Pelindung Diri, Hiperkes dan Keselamatan Kerja. No 4. Oktober - Desember.
Sukadji. 2000. Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah (Direvisi dan Dilengkapi) . Depok : Universitas Indonesia.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Suma’mur. 2010. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Sagung Seto.
Tarwaka, Solichul HA, Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA PRESS.
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3 ditempat kerja. Surakarta : Harapan Press.