• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016 T2 92014052 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016 T2 92014052 BAB IV"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan di SD Negeri 1 Panimbo

ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi

program pendidikan inklusi yang diselenggarakan.

Adapun hasil penelitian ini yang bisa dijelaskan meliputi

aspek perencanaan program, pelaksanaan program, dan

evaluasi program. Data yang dikumpulkan menggunakan

teknik triangulasi data dengan model CIPP yang meliputi

konteks, input, proses dan produk. Akan tetapi tidak

semua data yang dikumpulkan menggunakan triangulasi

hanya beberapa contoh saja sedangkan pengumpulan

data lainnya menggunakan dwiangulasi data.

4.2.1 Komponen Konteks

4.2.1.1 Kebutuhan Sekolah Penyelenggara Inklusi

Dengan kemajuan tehnologi seperti sekarang ini

berdampak pada perkembangan pendidikan yang meliputi

sekolah yang berada di desa atau daerah terpencil dan di

kota-kota besar . Hal tersebut bisa dilihat pada Sekolah

Dasar Negeri 1 Panimbo sebagai sekolah penyelenggara

pendidikan inklusi. Sekolah inklusi sangat dibutuhkan

masyarakat sekitar agar mereka yang mempunyai anak

berkebutuhan khusus (ABK) bisa bersekolah. Masyarakat

sekarang sudah mulai sadar akan pentingnya pendidikan

(2)

mem-punyai kebutuhan khusus juga sudah bisa bersekolah,

bergaul dengan teman-teman sebayanya di sekolah

inklusi. Seperti yang diungkapkan Kepala Sekolah dari

hasil wawancara peneliti sebagai berikut:

Pemahaman masyarakat akan halnya pendidikan bagi putra-putrinya kini sudah mulai sadar terutama orang tua yang mempunyai anak kurang sempurna (cacad).Ini terbukti di sekolah kami (SDN 1 Panimbo) orang tua sudah mau menyekolahkan anaknya yang kurang atau berke- butuhan khusus di sekolah ini.Dengan bukti ini meyakinkan bahwa orang tua sudah mendukung SD Negeri 1 Panimbo sebagai penyelenggara pendidikan inklusi .(wawancara tanggal 9 Februari 2016)

Hal senada juga diperkuat oleh guru kelas 6 sebagai

berikut:

Para orang tua terutama mereka yang mempunyai anak berkebutuhan khusus kini sudah mulai menyadari dan memperhatikan akan pentingnya pendidikan anaknya. Pendidikan tidak hanya untuk anak-anak yang normal saja tetapi anak yang mengalami kekurangan juga bisa bersekolah bersama dengan anak normal di sekolah reguler (sekolah inklusi) .(wawancara tanggal 9 Februari 2016)

Dari kedua pendapat di atas diperkuat oleh sunadi

sebagai ketua komite sebagai berikut:

(3)

Dari hasil keterangan wawancara di atas jelas

bahwa sekolah inklusi sangat dibutuhkan oleh

masya-rakat sekitar seperti yang sudah berjalan di SD Negeri 1

Panimbo. Selain itu kesadaran orang tua akan pentingnya

pendidikan bagi putra-putrinya juga mulai tumbuh atau

berkembang.

Penyelenggaraan sekolah inklusi di SD Negeri 1

Panimbo tidak lepas dari perhatian pemerintah baik

pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinsi. Hal

ini dapat dilihat dari dokumen yang dimiliki sekolah dari

hasil pelatihan/diklat yang sudah pernah dilakukan

berupa sertifikat. Diklat tersebut dilaksanakan di

BP-Dikjur Provinsi Jawa Tengah Semarang. Disamping

ada-nya diklat yang sudah dilaksanakan hal yang

memper-kuat penyelenggaran pendidikan inklusi di SD Negeri 1

Panimbo yaitu: adanya Surat Keputusan bersama dari

Bupati Grobogan dan Plan Indonesia Grobogan dengan

nomor : 421/3129/B/2007 tertanggal 2 Mei tahun 2007

tentang penyelenggaraan pendidikan inklusi.

4.2.1.2Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi yang diselenggarakan di SD

Negeri 1 Panimbo bertujuan untuk melayani dan

men-didik anak-anak yang mempunyai kekurangan fisik/ABK

di wilayah Desa Panimbo yang selama ini belum bisa

(4)

Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan kepala

sekolah sebagai berikut:

Tujuan pendidikan inklusi di SDN 1 Panimbo adalah menampung bagi anak-anak yang mempunyai kelainan fisik atau ABK agar bisa sekolah.Karena selama ini sebelum ada sekolah inklusi mereka yang mempunyai anak ABK belum semuanya mau menyekolahkan di sekolah reguler, hanya ada satu atau dua orang saja yang mau menyekolahkan di sekolah reguler. Selain itu tujuan sekolah inklusi ini juga membekali siswa supaya memiliki kemampuan dan berkembang sesuai dengan apa yang ia miliki supaya lebih mandiri dibanding siswa lain yang tidak bersekolah . (wawancara tanggal 11 Februari 2016)

Penjelasan lain mengenai tujuan penyelenggaraan

pendidikan inklusi dituturkan oleh guru kelas empat

yang menyatakan sebagai berikut:

Agar tidak ketinggalan dengan siswa yang normal siswa ABK juga perlu pendidikan.Pendidikan yang pas bagi anak ABK adalah sekolah SLB atau sekolah inklusi.Karena Sekolah SLB jauh keberadaanya yaitu di wilayah kabupaten maka bagi anak ABK yang berada di daerah pinggiran atau jauh dari SLB bisa bersekolah di sekolah inklusi terdekat yaitu di SDN 1 Panimbo. Saya bersama bapk/ibu guru lain berusaha semampu kami untuk bisa memberikan pelayanan bagi siswa ABK agar bisa mandiri .(wawancara tanggal 11 Februari 2016)

Hal senada juga disampaikan oleh anggota komite

sekolah bapak Muji yang menuturkan bahwa:

Siswa berkebutuhan khusus juga butuh pendidikan sebagaimana anak yang normal agar bisa berkembang. Bagi orang tua yang mempunyai anak ABK sekarang sudah bisa menyekolahkan anaknya di SDN 1 Panimbo sebagi sekolah penyelenggara inklusi dan sekolahnya tidak jauh .(hasil wawancara tanggal 11 Februari 2016)

Keterangan tersebut di atas dapat disimpulkan

(5)

Panimbo adalah untuk menampung dan memenuhi

kebutuhan pendidikan bagi anak-anak ABK yang selama

ini belum bisa bersekolah khususnya di Desa Panimbo

dan umumnya bagi masyarakat sekitar yang mempunyai

anak berkebutuhan khusus (ABK). Pokok penekanannya

pendidikan inklusi ini adalah agar bisa berkembang dan

mandiri setidaknya mampu mengurus dirinya sendiri

sehingga tidak harus tergantung pada orang lain. Selain

dari itu dalam misinya SD Negeri 1 Panimbo juga

men-dukung dengan adanya pendidikan inklusi ini.Adapun

misi tersebut berbunyi melayani peserta didik

berke-butuhan khusus tanpa membedakan dengan peserta

didik lain .

4.2.1.3 DukunganMasyarakat, Komite dan Pimpinan

Pada awal penyelenggaraan sekolah inklusi

masya-rakat belum begitu tahu apa itu sekolah inklusi. Dengan

adanya sekolah inklusi di SD Negeri 1 Panimbo tentunya

bisa membuat orang tua terutama yang mempunyai anak

yang mengalami kekurangan merasa lega. Karena dengan

adanya sekolah inklusi mereka setidaknya punya harapan

untuk bisa menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut.

Sebagaimana hasil wawancara yang telah dilakukan

dengan Sutimin (tokoh masyarakat/ulama) menyatakan:

(6)

tidak mau menyekolahkan di sekolah reguler. Karena ia beranggapan anak yang mengalami keku- rangan tidak bisa belajar seperti anak-anak yang normal. Bila sekolah hanya menghabiskan waktu saja sehingga orang tua tidak bisa bekerja .(wawancara tanggal 13Februari 2016)

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Sunadi

selaku ketua komite SD Negeri 1 Panimbo sebagai

berikut:

SDN 1 Panimbo sebagai penyelenggara sekolah inklusi sangat membantu masyarakat terlebih orang tua yang mempunyai anak berkelainan khusus. Saya sebagai komite juga sangat merespon. Dengan adanya sekolah inklusi anak-anak ABK bisa sekolah di SDN 1 Panimbo dan tidak harus jauh-jauh ke SLB karena orang tuanya juga tidak mampu untuk membiayainya . (wawancara tanggal 13 Februari 2016)

Selain penjelasan tersebut di atas pernyataan ini

juga diperkuat oleh Suratman, S.Pd, M.Pd selaku kepala

sekolah SD Negeri 1 Panimbo sebagai berikut:

Sudah menjadi tugas saya sebagai kepala sekolah untuk melanjutkan sekolah inklusi di SD ini. Karena SD ini ditunjuk sebagai sekolah penyelenggara inkulsi ya saya siap melanjutkan sesuai dengan kemampuan saya. Apalagi saya juga belum pernah mengikuti pelatihan tentang inklusi. Yang penting kita dukung secara bersama-sama antara kepala sekolah, guru-guru, komite, wali murid dan masyarakat sekitar. Mudah-mudahan nanti ada pelatihan tentang sekolah penyelenggara inklusi lagi sehingga pengetahuan tentang inklusi semakin bertambah .(wawancara tanggal 13 Februari 2016)

Dari hasil wawancara ketiga nara sumber dapat

dipertegas bahwa dengan adanya sekolah inklusi di SD

Negeri 1 Panimbo sangat membantu masyarakat. Sekolah

inklusi sangat dibutuhkan oleh masyarakat terlebih orang

(7)

sekolah inklusi yang dekat anak-anak penyandang cacad

bisa bersekolah. Anak-anak ABK bisa bergaul,

berin-teraksi dengan anak normal lainnya dan belajar

bersama-sama tanpa ada perbedaan.

4.2.1.4 Sosialisasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi

Untuk persiapan pelaksanaan pendidikan inklusi

pihak sekolah sudah melakukan sosialisai kepada

masya-rakat dan sekolah di sekitar baik pada waktu penerimaan

murid baru, dalam pertemuan-pertemuan maupun

acara-acara di masyarakat agar pihak orang tua ABK atau

masyarakat pada umumnya tahu dan mau untuk

menye-kolahkan anaknya di sekolah inklusi yang ada yaitu di

SD Negeri 1 Panimbo. Sebagaimana penjelasan Rindho

Budi Utomo guru kelas enam berikut ini:

Pada awalnya sebelum penyelenggaraan sekolah inklusi di SDN 1 Panimbo kepala sekolah bersama dengan guru-guru melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan sekolah di sekitar Desa Panimbo. Tujuan sosialisai ini agar masyarakat dan orang tua yang mempunyai anak ABK tahu dan bisa menyekolahkan anaknya. Anak-anak ABK tidak harus bersekolah di SDLB atau SLB yang ada di kota kabupaten tapi sekolah di sekolah inklusi terdekat yang ada .(wawancara tanggal 15 Februari 2016)

Kepala Sekolah SD Negeri 1 Panimbo juga

menjelaskan sebagai berikut:

(8)

Hal senada juga dituturkan Sunadi sebagai komite

yang sudah dua kali terpilih dan menjadi ketuanya

sebagai berikut:

Penyelenggaraan inklusi di Desa Panimbo adalah hal yang baru bagi masyarakat.Apalagi ditingkat Kecamatan Kedungjati juga belum ada sehingga untuk pelaksanaanya pasti ada hambatannya. Agar masalah tersebut bisa diatasi maka pihak sekolah melakukan sosialisai kepada masyarakat agar mereka tahu dan paham akan pentingya pendidikan, serta menerima keberadaan sekolah inklusi yang ada di SDN 1 Panimbo. Untuk sosialisasi dengan sekolah lain SDN 1 Panimbo sudah melakukan di SDN 2 Panimbo sebagai sekolah tetangga dan terdekat . (wawancara tanggal 15 Februari 2016)

Sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi

SD Negeri 1 Panimbo juga menerima murid dari wilayah

luar Desa Panimbo yang berada disekitarnya. Karena SD

Negeri 1 Panimbo berdekatan dengan wilayah

KecamatanWonosegoro tepatnya Desa Bengle. Dari

masyarakat Desa Bengle yang berada dekat wilayah Desa

Panimbo juga bersekolah di SD Negeri 1 Panimbo bahkan

ada anak ABK tuna rungu (belum ada identifikasi yang

resmi dari pihak terkait) dan slowleaner.Untuk kegiatan

sosialisasi pada awal penyelengaraan biaya dibebankan

pada BOS yang ada. Sedangkan untuk sosialisasi

lanjutan setelah men- dapatkan beasiswa dari APBD

tingkat I anggaran diambilkan dari beasiswa yang

diterima siswa ABK sesuai proposal yang telah dibuat.

(9)

4.2.2 Komponen Input

Agar pelaksanaan pendidikan inklusi bisa berjalan

maka perlu adanya program.Untuk itu SD Negeri 1

Panimbo telah menyusun program tersebut agar

penge-lolaan anak ABK ada acuannya.Program tersebut bisa

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1

Program Pendidikan Inklusi SDN 1 Panimbo

(10)

Sumber : Hasil wawancara dan dokumen sekolah

4.2.2.1Sosialisasi Pendidikan Inklusi

Sosialisasi kepada masyarakat dan sekolah

diseki-tar untuk persiapan pelaksanaan pendidikan inklusi

sudah dilakukan baik pada waktu penerimaan murid

baru, dalam pertemuan-pertemuan maupun acara-acara

di masyarakat agar pihak orang tua ABK atau masyarakat

pada umumnya tahu dan mau untuk menyekolahkan

anaknya di sekolah inklusi yang ada yaitu di SD Negeri 1

Panimbo. Sebagaimana penjelasan guru SD Negeri 1

Panimbo berikut:

Pada saat sebelum sekolah inklusi di selenggarakan di SDN 1 Panimbo kepala sekolah bersama dengan guru-guru melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan sekolah di sekitar Desa Panimbo. Tujuan sosialisai ini agar masyarakat dan orang tua yang mempunyai anak ABK tahu dan bisa menye- kolahkan anaknya. Anak-anak ABK tidak harus bersekolah di SDLB atau SLB yang ada di kota kabupaten tapi bisa belajar di sekolah inklusi yang ada terdekat .(wawancara tanggal 17 Februari 2016)

Kepala Sekolah SD Negeri 1 Panimbo juga

menjelas-kan sebagai berikut:

Di SD ini saya baru menjabat sebagai kepala sekolah.Ketika sekolah ini ditunjuk untuk melaksanakan pendidikan inklusi saya sebagai kepala sekolah di SD Negeri 2 Panimbo yang berada di di sebelah timur dari SDN 1 Panimbo.Pada waktu itu kepala sekolah dan guru-guru pernah melakukan sosialisasi di SD saya pada saat ada pertemuan dengan wali murid . (wawancara tanggal 17 Februari 2016)

Hal senada juga dituturkan Sunadi sebagai komite

yang sudah dua kali terpilih dan menjadi ketuanya

(11)

Pendidikan inklusi di Desa Panimbo adalah hal yang baru bagi masyarakat.Apalagi ditingkat Kecamatan Kedungjati juga belum ada sehingga untuk pelaksanaanya pasti ada hambatannya. Agar masalah tersebut bisa diatasi sosialisai kepada masyarakat dilakukan supaya paham dan tahu akan pentingya pendidikan, serta menerima keberadaan sekolah inklusi yang ada di SDN 1 Panimbo. Untuk sosialisasi dengan sekolah lain SDN 1 Panimbo sudah melakukan di SDN 2 Panimbo sebagai sekolah tetangga dan dimasyarakat .(wawancara tanggal 17 Februari 2016)

Sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi

SD Negeri 1 Panimbo juga menerima murid dari wilayah

luar Desa Panimbo yang berada disekitarnya. Karena SD

Negeri 1 Panimbo berdekatan dengan wilayah Kecamatan

Wonosegoro tepatnya Desa Bengle. Dari masyarakat Desa

Bengle yang berada dekat wilayah Desa Panimbo juga

bersekolah di SD Negeri 1 Panimbo bahkan ada anak ABK

tuna rungu (belum ada identifikasi yang resmi dari pihak

terkait) dan slowleaner.Untuk kegiatan sosialisasi pada

awal penyelengaraan biaya dibebankan pada BOS yang

ada. Sedangkan untuk sosialisasi lanjutan setelah

mendapatkan beasiswa dari APBD tingkat I anggaran

diambilkan dari beasiswa yang diterima siswa ABK sesuai

proposal yang telah dibuat. (bukti dokumen)

4.2.2.2 Identifikasi siswa ABK

Sekolah inklusi menerima semua siswa yang ingin

masuk di sekolah inklusi baik siswa normal maupun

siswa yang mempunyai kekurangan (difabel).Untuk

(12)

bersama-sama.Untuk identifikasi siswa ABK SD Negeri 1

Panimbo belum menjalin kerjasama dengan rumah sakit

jiwa (RSJ) yang ada.Hal ini karena rumah sakit jiwa

letaknya jauh dari lokasi sekolah yaitu adanya di Wilayah

Semarang.Untuk mengetahui siswa ABK yang masuk

sekolah, dari pihak sekolah atau bapak ibu guru hanya

berpedoman pada jenis kekurangan yang mereka alami

misalnya lamban belajar, lumpuh, kurang pendengaran

atau jenis lainnya.

Identifikasi siswa ABK ini dilakukan pihak sekolah

pada saat penerimaan siswa baru.Harapannya kedepan

untuk identifikasi siswa ABK ini bisa dilakukan

kerjasama antara pihak sekolah dengan tenaga ahli atau

psikolog dari rumah sakit jiwa (RSJ) agar siswa ABK yang

ada benar-benar bisa dideteksi sesuai jenis kelainannnya

sehingga pelayanannya bisa lebih tepat. Sebagaimana

hasil wawancara dengan kepala sekolah yang

menya-takan:

Identifikasi siswa ABK di sekolah kami baru dilakukan oleh pihak sekolah atau guru dengan cara melihat jenis kelainan yang mereka alami. Setelah itu baru kita katakan jenis kelainan nya. Hal ini dilakukan karena sekolah belum menjalin kerjasama dengan tenaga ahli atau pihak rumah sakit jiwa (RSJ) yang ada. Mudah-mudahan hal ini bisa segera diatasi dengan kerjasama pada pihak yang berwenang kalau ada dana atau beasiswa lagi .(wawancara tanggal 20 Februari 2016)

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Wahyuningsih

(13)

Awal tahun pelajaran saat penerimaan murid baru pihak sekolah dan guru mendaftar siswa yang masuk sambil menyeleksi siswa ABK yang ada. Kalau ada siswa ABK yang jelas kecacadannya kita beri tanda siswa ABK tetapi untuk menentukan siswa yang slowleaner baru setelah beberapa minggu dalam pembelajaran di kelas .(wawancara tanggal 20 Februari 2016)

Pendapat di atas diperkuat oleh Sunadi selaku

ketua komite SD Negeri 1 Panimbo yang menyatakan:

SDN 1 Panimbo sebagai sekolah inklusi sampai saat ini belum menjalin kerjasama dengan pihak rumah sakit jiwa yang ada sehingga untuk mengidentifikasi siswa ABK, sekolah berpedoman pada jenis kekurangan yang mereka alami .(wawancara tanggal 20 Februari 2016)

Jadi dari penjelasan nara sumber di atas dapat

disimpulkan bahwa untuk mengidentifikasi jenis ABK

yang ada di sekolah SD Negeri 1 Panimbo selama ini

hanya berpedoman pada jenis kecacadan yang mereka

alami belum ada tes secara resmi dari tenaga ahli atau

RSJ terkait. Hal ini disebabkan karena kepala sekolah

yang menjabat sering dimutasi, belum adanya dana

untuk melakukan idenfikasi ke RSJ dan juga jarak RSJ

yang jauh dari sekolahan sehingga identikasi siswa ABK

selama ini yang secara tepat sesuai jenis kekurangannya

belum bisa terlaksana.

4.2.2.3 Pelatihan/WorkshopPendidikan Inklusi

Pemerintah dalam mengambil kebijakan mengenai

sekolah inklusi tentunya juga sudah dipersiapkan sejak

dini agar program pendidikan inklusi bisa berjalan

(14)

penyelenggara inklusi bisa terlaksana sesuai aturan yang

ada. Adapun kebijakan tersebut salah satunya adalah

pengadaan workshop bagi sekolah penyelenggara inklusi.

Workshop atau pelatihan yang pernah diikuti oleh SD

Negeri 1 Panimbo tahun 2010 yaitu workshop yang

diselenggarakan oleh BP-Diksus Semarang yang diikuti

oleh kepala sekolah dan satu guru yang telah ditunjuk

oleh sekolah sebagai perwakilan. Karena untuk kepala

sekolahnya pada waktu itu masih dirangkap maka yang

ikut pelatihan akhirnya guru semua. Kemudian pada

tahun 2014 juga pernah mengikuti workshop atau

pelatihan di Semarang lagi tapi untuk kali ini hanya satu

orang guru yang dikirim karena untuk kepala sekolah

pada waktu itu masih dirangkap kepala sekolah dari SD

lain.Dengan adanya workshop atau pelatihan tersebut

harapannya SD Negeri 1 Panimbo sebagai sekolah

penyelenggara inklusi guru-gurunya bisa dan mampu

mendidik anak ABK dengan baik. Tetapi hal tersebut

justru malah kebalikannya karena dua orang guru yang

pernah mengikuti pelatihan tadi dua-duanya sudah

dimutasi dari SD Negeri 1 Panimbo yang satu kembali ke

asal wilayahnya di Rembang sedangkan yang satunya lagi

dimutasi di SD Negeri 2 Panimbo sebagai mana

penjelasan kepala sekolah sebagai berikut:

(15)

whorkshop atau pelatihan bagi sekolah-sekolah inklusi se-Jateng agar penyelenggaraannya bisa bejalan sesuai peraturan, akan tetapi di SDN 1 Panimbo ini guru-guru yang pernah ikut workshop sekarang sudah dimutasi semua sehingga untuk pembelajaran terutama siswa ABK menjadi kurang maksimal .(wawancara tanggal 22 Februari 2016)

Keterangan kepala sekolah tersebut diperjelas oleh

Rindho Budi Utomo guru kelas enam sebagai berikut:

Pada tahun yang lalu SDN 1 Panimbo guru-gurunya sudah pernah ada yang mengikuti whorkshop atau pelatihan inklusi di Semarang. Bahkan ada dua orang guru yang pernah ikut pelatihan tapi sekarang dua guru tersebut sudah pindah semua. Jadi guru-guru yang ada sekarang dalam mengajar siswa ABK ya semampu kita sesuai pengalaman yang dimiliki. Tapi walaupun demikian siswa ABK tetap kita layani dengan baik hanya kurang maksimal saja karena kurangnya pengalaman kami .(wawancara tanggal 22 Februari 2016)

Dari penjelasan Kepala Sekolah dan Rindho Budi

Utomo tersebut diperkuat oleh Sutardiyanto selaku

komite sekolah sebagai berikut: Bapak/Ibu guru SDN 1

Panimbo pada waktu itu sudah ada yang ikut pelatihan

inklusi di Semarang, tapi guru tersebut sekarang sudah

dipindah ke sekolah lain .

Untuk pelaksanaan workshop penyelenggaraan

pendidikan inklusi di SD Negeri 1 Panimbo ini

sebetul-nya sudah pernah dilakukan oleh guru-guru. Hasebetul-nya saja

bapak/ibu guru yang sudah pernah mengikuti pelatihan

sekarang tidak mengajar lagi di SD Negeri 1 Panimbo

maka untuk pembelajaran bagi siswa ABK menjadi

(16)

mempunyai pengetahuan yang cukup untuk siswa ABK.

Kepala Sekolah berencana mengirim guru-guru untuk

whorkshop pendidikan inklusi agar SD Negeri 1 Panimbo

guru-gurunya mempunyai pengetahuan dan ketrampilan

dalam memberikan pelayanan kepada anak-anak

berke-butuhan khusus (ABK), sehingga program pendidikan

inklusi di SD ini bisa lebih baik lagi. Studi dokumentasi

berupa hasil sertifikat dan RKT/RKS sekolah yang ada.

4.2.2.5 Kerjasama Dengan Tenaga Ahli

Yang dimaksud dengan team ahli yaitu orang yang

mempunyai ilmu kejiwaan atau psikologi.Orang yang

mempunyai keahlian ini biasa disebut tenaga psykiater.

Untuk mendapatkan tenaga ahli sekolah harus

melaku-kan kerjasama dengan rumah sakit jiwa (RSJ) terkait.

Karena SD Negeri 1 Panimbo berada jauh dari RSJ maka

untuk menjalin kerjasama dengan tenaga ahli sampai

saat ini belum terlaksana. Selain karena jauh juga

terkendala masalah dana yang dibutuhkan. Agar

apayang sudah diprogramkan tersebut bisa terlaksana

maka perlu adanya campur tangan pemerintah baik

pemerintah pusat, provinsi maupun pemerintah

daerah.Disamping itu perlu juga dukungan dari pihak

ketiga (donatur) agar pendidikan inklusi di SD Negeri 1

Panimbo bisa terwujud.

4.2.2.5 Pengadaan Guru Pembimbing Khusus (GPK)

(17)

yang-bertugas membimbing anak-anak ABK yang berasal dari

lulusan pendidikan SLB atau yang sederajat. Guru

pembimbing khusus ini sudah mempunyai keahlian

terhadap anak-anak ABK. SD Negeri 1 Panimbo sebagai

sekolah penyelenggara inklusi sampai saat ini belum

mempunyai GPK. Padahal kehadirannya sangat

dibutuh-kan sekolah agar bisa membantu guru kelas dalam

melayani anak berkebutuhan khusus (ABK). Keberadaan

SDLB yang ada jauh dari sekolah yaitu dikota kabupaten.

Jarak tempuh ke kabupaten dari sekolah dua jam lebih

dengan mengendarai sepada motor. Disamping itu untuk

mendatangkan GPK dari kabupaten masih terkendala

dengan dana. Untuk bantuan dari APBD 1 baik beasiswa

maupun bantuan operasional untuk tahun 2015 juga

tidak ada. Sekolah dalam memberikan layanan kepada

siswa ABK kalau tidak ada bantuan beasiswa maka hanya

bersumber dari dana BOS yang ada dan digunakan untuk

kepentingan operasional sekolah secara bersama-sama

dengan siswa normal lainnya. Mengenai GPK kaitannya

dengan sekolah inklusi seperti hasil wawancara dengan

kepala sekolah sebagai berikut:

(18)

Pendapat tersebut diperkuat oleh Rindho Budi

Utomo sebagai berikut:

Sekolah belum mempunyai guru pembimbing khusus (GPK), maka guru kelas yang bertindak sebagai GPK dengan bekal dan kemampuan yang ada agar siswa ABK juga mendapat pelayanan pendidikannya . (wawancara tanggal 24 Februari 2016)

Selain itu pendapat dari Mudinem guru kelas tiga

juga menjelaskan sebagai berikut:

Sebagai sekolah inklusi kalau hanya mengandalkan guru kelas saja untuk membimbing siswa ABK hasilnya tidak akan maksimal.Kami selaku guru kelas sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan kepada siswa ABK, tetapi karena kemam- puan kami yang terbatas maka hasilnya juga belum maksimal. Mestinya pemerintah harus memikirkan sekolah inklusi yang belum mempunyai GPK untuk menugaskan atau mengangkat GPK di sekolah inklusi walaupun hanya satu guru sehingga pelayanan pada siswa yang mempunyai kebutuhan khusus menjadi lebih baik .(wawancara tangal 24 Februari 2016)

Hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa untuk pembelajaran di SD Negeri 1 Panimbo

terutama untuk melayani siswa ABK selama ini masih

dilakukan oleh guru kelas dan belum pernah

mendatang-kan guru pembimbing khusus. Padahal keberadaan GPK

sangat dibutuhkan sekali di sekolah inklusi agar siswa

ABK yang ada bisa terlayani lebih baik lagi karena GPK

mempunyai pengalaman khusus untuk mendidik siswa

yang membutuhkan pelayanan khusus.

4.2.2.6 Sumber Dana Inklusi

(19)

penyelenggaraanpendidikan-inklusi di SD Negeri 1 Panimbo berasal dari APBD

Provinsi dan dana BOS sekolah. Dana yang berasal dari

APBD 1 biasanya berupa beasiswa inklusi dan dana

operasional. Untuk memperoleh dana tersebut sekolah

harus membuat proposal setelah ada perintah atau

petunjuk dari Pemerintah Kabupaten setempat.

Penga-juan bantuan beasiswa atau dana operasional tidak setiap

tahun ada tergantung pada pemerintah provinsi (APBD 1).

Bantuan beasiswa yang pernah diperoleh siswa ABK

digunakan untuk keperluan mereka. Karena yang

mendapat beasiswa hanya beberapa siswa saja tidak

sesuai jumlah ABK yang ada maka dari pihak sekolah

membagikan kepada semua siwa ABK yang ada dengan

bagian yang sama. Bantuan operasional yang pernah

diterima di SD Negeri 1 Panimbo sebagai sekolah inklusi

diujudkan barang sehingga barang tersebut kadang tidak

sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan sekolah.

Karena dana bantuan atau beasiswa untuk siswa ABK

juga tidak setiap tahun ada, maka sekolah kalau hanya

mengandalkan dana BOS yang ada juga tidak cukup.

Untuk mencari bantuan dari pihak lain juga masih

kesulitan karena wilayah di SD Negeri 1 Panimbo berada

(20)

Tabel 4.2

Data ABKpenerima beasiswa tahun 2014

No Nama Kelas L/P Jenis ABK Ket

1 Gisela Nabila Syakieb

1 P Slowleaner

2 Septriasa Ramadani 1 P Slowleaner 3 Adha Desi Lutfiana 1 P Slowleaner

4 Aditya 2 L Slowleaner

5 Antono 2 L Slowleaner

6 Bagas Aji Santoso 2 L Tuna rungu sedang 7 Rahayu Ningsih 3 P Slowleaner 8 Tri Yantik 3 P Slowleaner 9 Septi Wahyuningsih 4 P Slowleaner 10 Johana Kusuma 4 L Slowleaner

11 Jesen 4 L Slowleaner

12 Bagas Saputra 4 L Slowleaner 13 Denik Murtasiyah 5 P Slowleaner 14 Rendy Aditya 5 L Slowleaner 15 Wahyu Pujilestari 5 P Slowleaner 16 Endik Setiyawan 6 L Slowleaner 17 Andi Romandhon 6 L Slowleaner

18 Eliyani 6 P Slowleaner

Hasil dokumen beasiswa ABK 2014

4.2.2.7 Pengadaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di SD Negeri 1 Panimbo seba

gai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi masih

sangat kurang. Hal ini karena untuk ruang kelas saja

sampai sekarang belum lengkap baru ada lima kelas

sehingga untuk kelas dua harus masuk siang. Dari pihak

sekolah sebetulnya sudah berusaha mengajukan proposal

ke pemerintah terkait melalui UPTD Pendidikan setempat

tetapi belum dapat teralisasi.Tentunya tidak hanya

(21)

perlu ada ruangan untuk bimbingan khusus bagi anak

ABK.

Untuk sarana dan prasarana lain SD Negeri 1

Panimbo pada tahun 2011 mengajukan proposal ke APBD

1 untuk peralatan yang berhubungan dengan kebutuhan

inklusi. Proposal tersebut dari pemerintah provinsi

diujudkan berupa barang-barang meliputi: peralatan

drumband, organ, komputer, LCD, handy camp, puzzel

dan kepentingan kebutuhan inklusi lainnya. Harga

bantuan tersebut diperkirakan mencapai Rp.50.000.000

karena sekolah memang tidak menerima rincian harga

barangnya, yang diterima hanya daftar nama

barang-barang yang ada.

Pengelolaan dan penyimpanan peralatan yang ada

dikelola oleh tenaga administrasi sekaligus sebagai

penjaga sekolah. Karena sekolah belum mempunyai

gudang yang layak hanya ada ruangan kecil saja maka

peralatan yang ada kurang bisa terawat dengan

baik.Bahkan peralatan tersebut sudah ada yang rusak

dan mahal untuk penyervisannya sehingga dibiarkan

begitu saja.Sebagai pengelola dan penyimpanan barang

tentu tugasnya tidak hanya menyimpan saja tetapi juga

mencatat dan mengiventariskan barang-barang yang

dimiliki sekolah. Petugas ini sekarang dikenal dengan

nama petugas aset sekolah. Seperti penjelasan kepala

(22)

Agar peralatan sekolah yang ada bisa bermanfaat perlu adanya pengelolaan dan penyimpanan. Sebagai petugas aset saya serahkan kepada tenaga administrasi yang nota benenya adalah penjaga sekolah dan sudah diangkat CPNS tahun 2014 yang lalu .(wawancara tanggal 27 Februari 2016)

Begitu juga pendapat Susanto sebagai petugas aset

yang menyatakan sebagai berikut:

Sebagai petugas aset saya telah mencatat barang-barang milik sekolah termasuk peralatan bantuan dari APBD 1 untuk siswa ABK. Selain masuk dalam buku inventaris barang-barang tersebut perlu kelola dan dirawat tapi sayang gudang penyimpan barang belum layak .(wawancara tanggal 27 Februari 2016)

Dari penjelasan kepala sekolah dan petugas aset di

atas dapat disimpulkan bahwa untuk sarana dan

prasa-rana di SD Negeri 1 Panimbo sebagai penyelenggara

pendidikan inklusi masih jauh dari harapan karena

masih banyak kekurangannya baik sarana maupun

prasananya.Untuk itu perlu adanya perhatian dari pihak

pemerintah yang lebih serius lagi agar pendidikan inklusi

yang sudah dilaksanakan di SD Negeri 1 Panimbo bisa

berjalan dengan baik.

Hasil dari lapangan mengenai sarana dan prasaran

yang belum ada di SD Negeri 1 Panimbo dapat dilihat data

(23)

Tabel 4.3

Sarpras yang belum ada di SDN 1 Panimbo

No Nama Barang Manfaat

1 Ruang Kelas Untuk pembelajaran

2. Perpustakaan Wacana membaca dan belajar 3. Ruang Bimbingan Untuk bimbingan ABK

4. Kursi Roda Sarana ABK tuna daksa/folio

5. Alat Peraga KBM

6. Alat Olah Raga Mengembangkan bakat ABK

Hasil pengamatan lapangan

4.2.2.8MenjalinKerjasama denganStakeholder

Kerjasama sangat dibutuhkan dalam

penyeleng-garaan pendidikan inklusi. Kerjasama tersebut berguna

untuk mendukung agar pelaksanaan pendidikan inklusi

dikenal oleh masyarakat umum. Setelah tahu atau kenal

harapannya bagi orang tua yang mempunyai anak ABK

mau menyekolahkan di sekolah inklusi terdekat.

4.2.2.8.1 Tokoh Masyarakat

Sebagai tokoh masyarakat sangat besar

pengaruh-nya dalam kehidupan di lingkungnpengaruh-nya.Untuk itu sekolah

sangat membutuhkan orang-orang seperti itu agar

dima-syarakat mereka juga bisa mensosialisasikan pendidikan

inklusi kepada masyarakat yang ada dilingkungannya

untuk mendukung terselenggaranya pendidikan inklusi di

(24)

4.2.2.8.2 Komite Sekolah

Setiap lembaga pendidikan mempunyai mitra kerja

untuk mendukung program sekolah.Mitra kerja tersebut

adalah komite sekolah.Tugas komite membantu sekolah

dalam melaksanakan program pendidikan yang

dijalan-kan agar terlaksana dengan baik.SD Negeri 1 Panimbo

dalam merencanakan program pendidikan inklusi juga

melibatkan komite sekolah. Berikut pernyataan Sunadi

selaku ketua komite:

Komite adalah sebagai mitra kerja sekolah untuk itu saya dan teman-teman sewaktu-waktu dibutuhkan siap membantu semampunya demi kemajuan pendidikan anak-anak bangsa.Dalam merencanakan program sekolah juga melibatkan komite walaupun tidak semua anggota tapi cukup perwakilan saja.Untuk sarpras terutama gedung di SDN 1 Panimbo ini kurang karena memang luas tanah juga tidak mencukupi. Melalui pertemuan antara pihak sekolah, komite, tokoh masyarakat dan wali murid telah menyepakati untuk membeli tanah seluas ± 75 m² hasil dari iuran wali murid dan pihak sekolah. Untuk pembangunannya baru diajukan ke pemda setempat dan sampai saat ini belum teralisasi .(wawancara tanggal 1 Maret 2016)

Dari pendapat komite tersebut diperkuat oleh

pendapat kepala sekolah yang menyatakan sebagai

berikut:

(25)

Pendapat tersebut diperkuat oleh Rindho Budi

Utomo sebagai berikut:

Dalam menyusun program inklusi sekolah ini tidak lupa mengundang komite sekolah. Peran komite sangat penting terutama untuk menampung aspirasi dari masyarakat yang bisa digunakan untuk masukan dalam menetapkan program inklusi .(wawancara tanggal 1 Maret 2016)

Sudah jelas bahwa komite sekolah sangat

dibutuh-kan keberadaannya oleh pihak sekolah dalam

perencana-an program yperencana-ang berhubungperencana-an dengperencana-an sekolah inklusi di

SD Negeri 1 Panimbo ini. Karena komite sekolah sebagai

wakil dari masyarakat dan orang tua wali murid untuk

menyampaikan aspirasi kepada pihak sekolah.

4.2.2.8.3 Orang Tua Wali (Wali Murid)

Selain hubungan dengan komite sekolah, hubungan

dengan orang wali murid juga sangat penting. Terlebih

hubungan dengan orang tua ABK. Dengan adanaya

hubungan yang baik maka keharmonisan antara sekolah

dengan orang tua wali akan memudahkan untuk

men-dapatkan informasi yang menyangkut dengan siswa

berkebutuhan khusus secara mudah.

Pelayanan pendidikan di sekolah berkisar antara

empat hingga tujuh jam saja sedangkan di rumah siswa

waktunya lebih banyak. Ini artinya orang tua dalam

membimbing putra-putrinya di rumah lebih lama

dibanding bapak ibu guru di sekolah. Orang tua yang

memperhatikan perkembangan anak ABK-nya sangat

(26)

hasil wawancara dengan Ibu Sumiyem yang mempunyai

anak ABK sebagai berikut:

Sebagai orang tua wali murid saya sangat mendukung SDN 1 Panimbo sebagai sekolah inklusi. Saya mem- punyai anak ABK yaitu pendengarannya terganggu kalau dipanggil.hanya sekali bisa menjawab dan selanjutnya hanya tertawa-tawa saja bila dipanggil. Sekarang sudah kelas tiga dan mengenai hasil belajarnya terserah bapak ibu guru yang penting dia mau berkumpul dengan teman-temannya di sekolah. Masalahnya kalau di rumah selalu pergi kemana saja kadang-kadang tidak terkontrol .(wawancara tanggal 3 Maret 2016)

Pendapat dari Ibu Sumiyem diperkuat oleh

pendapat Ibu Dwi Rahayu orang tua wali dari Gading

Satria Adinata kelas 1 (siswa tuna daksa/folio)

Saya mempunyai anak lumpuh dan sudah usia sekolah. Sekarang sudah saya sekolahkan di SDN 1 Panimbo. Karena saya asli orang Panimbo dan rumah saya jarak dari sekolah kurang lebih hanya lima ratus meter saja. Saya senang anak saya bisa bersekolah walaupun saya setiap hari harus mengantarnya. Untuk perencanaan program inklusi saya kurang paham karena anak saya juga baru kelas satu yang penting apa yang diajarkan sekolah kepada anak-anak baik, kita harusmendukungnya .(wawancara tanggal 3 Maret 2016)

Hal tersebut di atas juga didukung hasil

wawan-cara dengan Ibu Wartiyem wali murid dari Jacinta yang

anaknya normal sebagai berikut:

(27)

Hasil wawancara dari ketiga nara sumber di atas

dapat disimpulkan bahwa wali murid sangat mendukung

dengan adanya penyelenggaraan sekolah inklusi yaitu SD

Negeri 1 Panimbo. Mereka merasa senang karena anaknya

bisa sekolah, begitu juga dengan wali murid yang lain

merekajuga bisa menerima keberadaan siswa ABK yang

ada disekolah. Bukti lain berupa dokumen orang tua yang

selalu menunggu anaknya karena masih ada siswa kelas

satu yang belum mau tinggal orang tuanya sehingga

4.2.2.9Membina Siswa ke Arah Life Skill

Sekolah berusaha dalam melayani siswa-siswi ABK

yang ada, tujuannya agar mereka bisa mandiri.

Maksudnya bahwa siswa ABK yang sudah bersekolah di

SD Negeri 1 Panimbo selain mereka bisa menikmati

pen-didikan setidaknya ia dapat melakukan sesuatu sendiri

yang dianggap mampu tanpa bantuan orang lain (orang

tua). Misalnya memakai baju, makan dan lain-lain.

4.2.2.9.1 Prestasi yang diperoleh siswa ABK

Setiap manusia mempunyai kemampuan yang

berbeda-beda.Kemampuan tersebut dinamakan

bakat.Begitu juga halnya dengan siswa ABK.Meskipun

siswa ABK tentu juga mempunyai bakat di dalam dirinya.

Untuk mengembangkan bakat tersebut perlu dilatih dan

dibim- bing agar bisa menonjol. Lebih-lebih siswa ABK

yang bersekolah di SD Negeri 1 Panimbo rata-rata adalah

(28)

belajar ini biasanya berhubungan dengan membaca atau

menulis dan menerima materi pelajaran. Sedangkan

dibidang lain seperti melukis, menyanyi atau olah raga

tentu siswa ABK ini ada yang mampu. Hal ini sesuai hasil

wawancara dengan Susanto sebagai tenaga administrasi

atau penjaga yang pernah membimbing siswa ABK untuk

lomba lukis sebagai berikut:

Saya pernah membimbing Bagas siswa slowleaner mengikuti lomba dikabupaten yang diselenggarakan oleh PLAN di Grobogan mendapat juara dua dan mendapat hadiah sepeda. Kemudia tahun ini mengikuti lomba lukis POPDA ditingkat kecamatan juga juara dua . (wawancara tanggal 5 Maret 2016)

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Sugiyarso

sebagai guru olah raga sebagai berikut: Pada tahun yang

lalu Ihksan siswa slow leaner pernah ikut seleksi bola POPDA tingkat kecamatan juga terpilih ikut mewakili

tingkat Kecamatan Kedungajati walau akhirnya

dikalah-kan oleh Kecamatan Tegowanu .

Selanjutnya kepala sekolah juga mempertegas dari

kedua pendapat tersebut bahwa :

Pada POPDA tahun ini 2016 dari sekolah kami mengikuti lomba lukisoleh Bagas siswa slowleaner yang sudah beberapa kali mengikuti lomba lukis mendapat juara dua di tingkat kecamatan. Sebetulnya dari dua yuri sudah memenangkan menjadi juara satu tetapi ada satu yuri yang menyatakan dalam menggambarnya Bagas menggunakan penggaris akhirnya digeser men- jadi juara kedua .(wawancara tanggal 5 Maret2016)

Ini membuktikan bahwa siswa ABK juga

(29)

dikembangkan. Walaupun di SD Negeri 1 Panimbo belum

mempunyai GPK tetapi juga sudah mampu membimbing

siswa ABK mencapai prestasi apalagi kalau ada guru

GPK-nya pasti akan lebih meningkat lagi.

4.2.2.10Menyiapkan Program PPI

Untuk hasil pelaksanaan program pendidikan

individual (PPI) tidak terlaksana.Hal ini karena untuk

mewujudkan PPI membutuhkan pengetahuan khusus

yang mestinya dimiliki oleh GPK.Berhubung di SD Negeri

1 Panimbo sebagai sekolah inklusi belum mempunyai

GPK maka hasilnya untuk mengembangkan program

pendidikan individual tidak berjalan.Selain dari itu

guru-guru kelas yang biasa menangani anak-anak ABK

menyatakan belum mampu dan tidak paham mengenai

PPI.

4.2.2.2Sumber Daya Manusia atau Guru

Sumber daya manusia atau tenaga pendidik dan

kependidikan di SD Negeri 1 Panimbo terdiri dari

bebe-rapa komponen antara lain meliputi:

4.2.2.2.1 Kepala Sekolah

Peran kepala sekolah sebagai manajer atau

pimpinan sangat besar manfaatnya dalam

penyeleng-garaan pendidikan inklusi. Karena untuk menentukan

program inklusi dibutuhkan pemikiran yang komplek

dan pandangan yang luas agar bisa menghasilkan

(30)

sekolah juga harus pandai-pandai memanfaatkan sumber

daya yang ada di sekolah berupa apa saja untuk

men-dukung terselenggaranya pendidikan inklusi di sekolah

yang dipimpinnya. Belum lagi kalau ada perubahan atau

pengembangan kurikulum yang disesuiakan dengan

ke-butuhan siswa ABK agar semuan siswa terpenuhi akan

kebutuhan pendidikannya. Hal ini sesuai dengan prinsip

pendidikan inklusi yaitu melayani pendidikan untuk

semua tanpa perbedaan agar lulusan atau out put

mem-punyai ketrampilan untuk hidupnya.

Hal ini sesuai yang diungkapkan Aprilia Damayanti

mengenai pentingnya peran kepala sekolah sebagai

berikut;

Kepala sekolah memegang peranan penting dalam menentukan program di sekolah. Program tersebut meliputi program akademik maupun non akademik. Apalagi sebagai sekolah inklusi tentu dalam membuat program berbeda dengan sekolah yang bukan inklusi. Dalam pembuatan program tersebut juga dibantu oleh guru-guru sehingga bisa memberi masukan bila ada program yang kurang sesuai. Tapi walaupun demikian berhasil dan tidaknya program adalah tangggungjawab kepala sekolah .(wawancara tanggal 8 Maret 2016)

Pendapat lain yang mendukung dari pernyataan

Aprilia Damayanti adalah Wahyuningsih yang

menutur-kan sebagai berikut:

(31)

dimilki sehingga program inklusi bisa terlaksana sesuai tujuan dengan baik .(wawancara tanggal 8 Maret 2016)

Kedua pendapat di atas diperkuat dengan pendapat

Sugiyarso yang menyatakan bahwa:

Penyelenggaraan pendidikan inklusi di SDN 1 Panimbo programnya disusun atau direncanakan oleh kepala sekolah bersama-sama bapak/ibu guru melalui perte-muan terlebih dahulu. Dengan demikian maka apa yang kita butuhkn untuk kepentingan inklusi guru-guru bisa memberi masukan, tapi tanggungjawab program ada ditangan kepala sekolah .(wawancara tanggal 8 Maret 2016)

Dari keterangan tiga nara sumber di atas jelas

bahwa peran kepala sekolah dalam menyusun atau

membuat program sekolah inklusi sangat menentukan

akan keberhasilan program apakah berhasil atau tidak.

Tergantung bagaimana manajemen kepala sekolah dalam

menerapkan progran tersebut, karena guru-guru hanya

sebagai pelaksana program saja dan tanggungjawab

sepenuhnya ada di kepala sekolah.

4.2.2.2.2 Guru Kelas

Guru kelas adalah guru/pendidik yang mengajar di

kelas dan sekaligus sebagai wali kelas yang diajarnya.

Guru kelas hanya berlaku di tingkat Sekolah Dasar (SD)

saja. Sebagai sekolah inklusi maka guru kelas harus

mengajar siswa yang normal dan siswa inklusi satu kelas

secara bersama-sama.Lebih-lebih sekolah inklusi yang

belum ada Guru Pembimbing Khusus (GPK) maka kerja

(32)

kesabaran tersendiri. Karena tidak semua guru bisa dan

mampu mendidik siswa ABK tanpa adanya kesabaran,

ketulusan, keiklahasan, ketekunan yang dimiliki. Seperti

pendapat kepala sekolah berikut ini:

Walaupun saya sebagai kepala sekolah baru, saya berusaha untuk lebih memberi motivasi atau semangat kepada guru-guru. Karena sekolah kita adalah sekolah inklusi maka dalam mengajar di sekolah tersebut kita harus siap mental dan mempunyai kesabaran. Karena yang diajar bukan hanya anak normal saja tapi didalamnya terdapat siswa ABK yang kemampuanya berbeda dengan siswa yang lainnya. Lebih-lebih terhadap siswa ABK yang mempunyai ketunaan. Kalau hanya untuk siswa yang slowleaner mungkin masih bisa diarahkan. Dalam bekerja seperti ini dasarnya memang harus ibadah sebagaimana ajaran yang telah diajarkan pada agama kami . (wawancara tanggal 10 Maret 2016)

Pendapat lain disampaikan oleh Mudinem sebagai

guru kelas tiga yang ada siswa tuna rungu (tuna rungu

sedang) identifikasi dari sekolah (sementara) karena siswa

tersebut kadang-kadang kalau dipanggil masih ada reaksi

atau merespon walau hanya sekali dan memang belum

ada identifikasi yang pasti dari pihak berwenang. Tentu

siswa yang seperti ini membutuhkan kesabaran dan

ketekunan dalam pelayanannya.Sebagaimana pendapat

yang diucapkan Mudinem adalah sebagai berikut:

(33)

dan tentunya de ngan bantuan kepala sekolah dan guru yang lainnya .(wawancara tanggal 10 Maret 2016)

Sebagai penguat argumentasi di atas tentang

kesabaran dan ketelatenan dalam mengajar di sekolah

inklusi seperti yang diungkapkan oleh Rindho Budi

Utomo sebagai berikut:

Pada awal penyelenggaraan pendidikan inklusi ini kami para guru juga bingung dan belum siap karena tidak punya bekal untuk melayani siswa ABK.Dengan bimbingan dan arahan dari kepala sekolah pada waktu itu lama-kelamaan kami berusaha semampu kita dengan niat ihklas membantu anak-anak ABK agar bisa bersama-sama dengan siswa normal belajar bersama di sekolah ini.Yang kami butuhkan hanya kesabaran, kegigihan serta keuletan untuk melayani mereka . (wawancara tanggal 10 Maret 2016)

Dari keterangan ketiga sumber di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa dalam penyelenggaraan sekolah

inklusi dibutuhkan persiapan yang cukup, baik kesiapan

mental maupun kesiapan moral yang berupa kesabaran,

ketelatenan, keikhlasan dan keuletan untuk melayani

siswa ABK. Karena tanpa adanya kesabaran, keuletan,

ketekunan maka pendidikan inklusi tidak akan bisa

berjalan dengan baik. Selain penjelasan dari nara sumber

keterangan mengenai persiapan penyelenggaraan sekolah

inklusi juga diperoleh dari dokumen yang berupa hasil

notulen pertemuan.

4.2.2.2.3 Guru Bidang Studi

Guru bidang studi atau juga disebutguru

(34)

setingkat SLTP atau SLTA. Pada umumnya untuk guru

bidang studi ditingkat sekolah dasar meliputi guru

agama, guru penjas atau guru olah raga.Pekerjaan

sebagai guru termasuk pekerjaan formal dan profesional

baik guru yang mengajar ditingkat bawah (paud) sampai

yang mengajar ditingkat menengah (SLTA).Dikatakan

formal karena guru mengajar dilembaga resmi dan

waktunya ditentukan atau diatur. Sedangkan dikatakan

profesional karena guru mempunyai keahlian tertentu

sesuai kualifikasinya yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Begitu juga guru bidang studi keberadaannya sangat

dibutuhkan untuk sekolah inklusi. Tugas guru bidang

studi sama dengan guru kelas atau GPK yaitu

membimbing dan melayani siswa ABK sesuai mata

pelajaran yang diampunya. Sebagaimana yang

diungkapkan kepala sekolah sebagai berikut:

Di sekolah inklusi keberadaan guru bidang studi sangat dibutuhkan. Karena dengan keberadaan guru bidang studi siswa ABK akan mendapatkan penga- laman atau pelajaran tertentu. Contohnya guru agama maka akan mengajarkan akhlaq atau ilmu agama, guru olah raga tentunya juga akan mengajari teori dan praktek olah raga yang mampu siswa ABK lakukan sehingga mempunyai ketrampilan untuk hidupnya . (wawancara tanggal 12Maret 2016)

Begitu juga pendapat dari Kundori guru agama

islam yang menyatakan sebagai berikut:

(35)

kepada anak-anak termasuk anak ABK. Dengan pendidikan agama ahklaq anak akan terbentuk. Saya memprogramkan kepada mereka menulis kaligrafi untuk meng embangkan bakat atau potensi pada anak-anak termasuk anak ABK . (wawancara tanggal 12Maret 2016)

Pendapat Kepala Sekolah dan Kundori diperkuat

oleh pendapat Sugiyarso sebagai guru penjaskes atau

olah raga yang menyatakan sebagai berikut:

Sebagai sekolah penyelenggara inklusi saya selaku guru olah raga harus bertindak lebih hati-hati karena anak-anak yang saya ajar tidak hanya anak-anak normal saja tetapi ada anak ABK yang harus saya layani dan bimbing secara bersama. Agar ketahuan bakatnya dan kemapuannya saya berusaha untuk mencari dengan mengajarkan beberapa cabang olah raga melalui eksta sehingga nantinya bisa ditangani secara khusus . (wawancara tanggal 12Maret 2016)

Dari penjelasan ketiga nara sumber di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa keberadaan guru bidang studi

atau guru mata pelajaran sangat dibutuhkan dalam

penyelenggaraan sekolah inklusi guna membantu

anak-anak khususnya anak-anak ABK agar bakat atau kemampuan

yang dimiliki bisa berkembang sesuai kematangan

usianya sebagai life skillnya. Pembianaan tersebut

difokuskan pada kegiatan ekstakurikuler.

4.2.2.2.4 Tenaga Administrasi/Penjaga

Meskipun sebagai tenaga administrasi atau penjaga

mereka juga mempunyai peran dalan penyelenggaraan

pendidikan inklusi. Peran tenaga tehnis tentu berbeda

dengan peran guru kelas atau guru bidang studi. Kalau

(36)

siswa ABK, tetapi kalau peran tenaga tehnis bisa

langsung dan tidak langsung. Sebagaimana yang

diungkapkan Susanto sebagai penjaga/tenaga

adminis-trasi sebagai berikut:

Kadang saya dimintai bantuan oleh kepala sekolah untuk membimbing siswa ABK melukis dalam lomba POPDA di tingkat kecamatan maupun lomba-lomba di tingkat kabupaten. Karena saya sedikit-sedikit bisa menggambar. Popda tahun ini lomba seni lukis mendapat juara dua ditingkat kecamatan .(wawancara tanggal 15 Maret 2016)

Hal senada juga disampaikan oleh kepala sekolah

yang menyatakan sebagai berikut:

Sekolah kami mempunyai tenaga administrasi/penjaga yang mempunyai kemampuan melukis dengan baik bila dibanding kan dengan bapak/ibu guru lainnya. Untuk itu bila ada lomba lukis saya suruh untuk membimbing siswa yang dipersiapkan untuk mengikuti lomba, baik siswa normal maupun siswa ABK.Dalam lomba Popda tahun ini siswa dari SDN 1 Panimbo mendapat juara duauntuk seni lukis .(wawancara tanggal 15 Maret 2016)

Dari keterangan hasil wawancara menunjukkan

bahwa selain guru tenaga kependidikan dalam hal ini

penjaga/tenaga administrasi juga berperan dalam

membimbing siswa ABK agar pendidikan inklusi

terlaksana.

4.2.2.3 Motivasi Guru

Guru adalah penentu keberhasilan suatu sekolah

baik dari segi akademik dan non akademik. Baik dan

tidaknya suatu sekolah tergantung bagaimana cara guru

(37)

siswa-siswinya. Kalau sekolah ingin mendapat prestasi maka

guru-gurunya juga harus giat, semangat dan mempunyai

motivasi untuk maju.Wujud motivasi tersebut bisa

ditunjukkan dalam bentuk apapun baik dalam tingkah

laku, dalam RPP maupun dalam pembelajaran.

Sebagai-mana pernyataan dari Rindho Budi Utomo guru kelas

enam sebagi berikut:

Mengajar di sekolah inklusi berbeda dengan mengajar di sekolah reguler lainnya. Mengajar di sini harus semangat dan mempunyai motivasi terutama yang berhubungan dengan anak-anak ABK agar mereka juga bisa bergaul bersama-sama kita, baik di kelas maupun di luar kelas .(wawancara tanggal 17 Maret 2016)

Begitu juga yang disampaikan oleh Wahyuningsih

guru kelas dua sebagai berikut:

Saya guru baru di sekolah ini.Pada awal saya mengajar saya belum tahu kalau sekolah ini sekolah inklusi.Karena yang diajar ada anak ABK maka sebagai pendidik kita harus punya semangat dan motivasi tersendiri untuk melayani mereka agar mereka juga bisa menerima kita dengan baik sehingga mau menerima pelajaran yang kita ajarkan . (wawancara tanggal 17 Maret 2016)

Sebagai guru lebih-lebih mengajar di sekolah

inklusi dibutuhkan motivasi yang lebih bila dibanding

mengajar di sekolah reguler lainnya. Ini bukan berarti

mengajar di sekolah reguler tidak butuh motivasi akan

tetapi motivasi yang dibutuhkan tentu berbeda dengan

yang di sekolah inklusi. Karena dengan motivasi yang

tinggi maka anak-anak ABK juga akan merespon apa

yang disampaikan.

(38)

Sudah barang tentu bila dilihat karakteristiknya

sebagai sekolah inklusi menunjukkan adanya perbedaan

yang mencolok antara siswa normal dan siswa ABK. Ini

bisa dilihat dari tingkah laku maupun kebiasaan

sehari-hari yang dilakukan dari siswa-siswi.

Seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah yang

menuturkan sebagai berikt:

Sebagai sekolah inklusi bila dilihat karakteristik dari anak-anak sangat beragam. Terutama anak-anak ABK kadang-kadang menunjukkan sikap yang aneh-anah seperti Bagas siswa kelas tiga saat tanda masuk dibunyikan ia ikut masuk kelas tetapi beberapa saat kemudian kelaur dan tidak mau masuk lagi .(wawancara tanggal 19 Maret 2016)

Bukti lain mengenai karakteristik siswa juga

disampaikan oleh Muhamad Lutfhi sebagai berikut:

Anak-anak kelas yang sekarang ini secara keseluruhan menurut dan tertib bila dibandingkan dengan kelas lainnya. Hal ini saya bisa membanding- kan karena ketika kelas lima tahun kemarin saya yang mengajarnya. Akan tetapi kelas lima yang sekarang saya ajar ada beberapa siswa yang agak bandel dan kalau diberi tugas masih ada yang tidak tidak mengerjakan .(wawancara tanggal 19 Maret 2016)

Kesimpulan dari hasil wawancara di atas

menunjukkan bahwa karakteristik peserta didik di SD

Negeri 1 Panimbo sangat beragam.Terlebih bagi siswa

ABK kadang-kadang menunjukkan sifat-sifat yang aneh

dan sulit dimengerti oleh guru-guru maupun siswa

lainnya.

4.2.3 Komponen Proses

(39)

Setelah program dibuat langkah selanjutnya adalah

pelaksanaan program. Begitu juga di SD Negeri 1

Panimbo program pendidikan inklusi yang telah dibuat

sudah berusaha dilaksanakan sesuai kemampuan

sekolah. Artinya bahwa program tersebut oleh kepala

sekolah, guru-guru, tenaga administrasi dan steakholder

lainnya yang ada sudah melaksanakan program inklusi

yang telah dibuat secara bersama-sama namun pada

kenyataanya masih ada kendala atau kesulitan sehingga

hasilnya belum maksimal. Sebagaimana pernyataan

kepala sekolah sebagai berikut:

Program pendidikan inklusi di SDN 1 Panimbo, kami selaku kepala sekolah dan bapak/ibu guru sudah berusaha melaksanakan sesuai kemampuan kami tapi apa daya ternyata masih ada juga kekurangan atau kesulitan dalam pelaksanaannya .(wawancara tanggal 22 Maret 2016)

Pendapat tersebut juga didukung oleh Aprilia

Damayanti guru kelas empat yang menyatakan sebagai

berikut:

Selaku guru saya dan teman-teman sudah berusaha melaksanakan program pendidikan inklusi yang telah dibuat sekolah. Namun karena keterbatasan kami dalam pengetahuan tentang inklusi sehingga hasilnya belum maksimal. Untuk itu agar program inklusi bisa terlaksana dengan baik perlu adanya guru khusus yang memahami tentang pendidikan inklusi .(wawancara tanggal 22 Maret 2016)

Selain pendapat dari kepala sekolah dan Aprilia

Damayanti, Rindho Budi Utomo juga menjelaskan sebagai

(40)

Pelaksanaan program pendidikan inklusi di SDN 1 Panimbo, agak berjalan ketika kepala sekolahnya dipegang oleh beliau Bapak Bejo, S.Pd karena beliau orangnya aktif dan sudah pernah ikut pelatihan

/workshop tentang pendidikan inklusi, namun kekurangan-kekurangan juga masih ada karena semua guru juga belum mempunyai pengalaman tentang inklusi .(wawancara tanggal 22 Maret 2016)

Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa pelaksanaan program pendidikan inklusi di SD

Negeri 1 Panimbo sudah dilaksanakan oleh kepala

sekolah dan guru-guru akan tetapi belum semua program

bisa terlaksana karena adanya hambatan-hambatan

terutama mengenai GPK, kerjasama dengan psikolog dan

pelayanan PPI karena terkendala oleh jarak dan dana.

4.2.3.2Evaluasi Progran Pendidikan Inklusi

Penyelenggaraan pendidikan inklusi di SD Negeri 1

Panimbo sudah dimulai sejak pertengahan tahun 2007.

Sampai sekarang sudah berjalan hampir sembilan tahun

belum pernah atau ada yang mengevaluasi program

tersebut. Kalau pun ada evaluasi hanya disampaikan

secara lisan dalam pertemuan awal tahun ajaran tanpa

tindak lanjut.Hal ini karena dari pihak sekolah sendiri

menyatakan bahwa belum adanya evaluasi program

inklusi ini disebabkan di SD Negeri 1 Panimbo kepala

sekolahnya selalu diganti dengan kepala sekolah yang

baru, sedangkan guru-gurunya juga belum memahami

(41)

program inklusi berjalan belum ada yang melakukan

evaluasi sehingga untuk mengembangkan ke yang lebih

baik belum ada, karena secara keseluruhan kita belum

mengetahui program mana yang perlu dirubah atau

dibenahi.

4.2.3.3 Identifikasi siswa ABK

Identifikasi siswa ABK yang dilakukan oleh sekolah

setiap penerimaan siswa baru (sifatnya sementara). Utuk

tahun ajaran 2015/2016 siswa ABK kelas satu adan lima

orang satu tina daksa dan empat siswa lambat belajar

(slowleaner).Jumlah keseluruhan dari kelas satu sampai

kelas enam ada dua puluh tujuh siswa. Kebanyakan

siswa ABK di SD Negeri 1 Panimbo adalah siswa

slowleaner (lamban belajar). Harapannya ke depan untuk identifikasi siswa ABK SD Negeri 1 Panimbo bisa terwujud

dengan menjalin kerjasama antara rumah sakit jiwa (RSJ)

dan sekolah. Untuk mengetahui siswa ABK yang masuk

sekolah, dari pihak sekolah atau bapak ibu guru hanya

berpedoman pada jenis kekurangan yang mereka alami

misalnya lamban belajar, lumpuh, kurang pendengaran

atau jenis lainnya.

Identifikasi siswa ABK dilakukan pihak sekolah

agar siswa ABK yang ada benar-benar bisa dideteksi

sesuai jenis kelainannnya sehingga pelayanannya bisa

lebih tepat. Sebagaimana hasil wawancara dengan kepala

(42)

Untuk identifikasi siswa ABK di sekolah kami baru dilakukan oleh pihak sekolah atau guru dengan cara melihat jenis kelainan yang mereka alami. Setelah itu baru kita katakan jenis kelainan nya. Hal ini dilakukan karena sekolah belum menjalin kerjasama dengan tenaga ahli atau pihak rumah sakit jiwa (RSJ) yang ada. Mudah-mudahan hal ini bisa segera diatasi dengan kerjasama pada pihak yang berwenang kalau ada dana atau beasiswa lagi .(wawancara tanggal 24 Maret 2016)

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Wahyuningsih

guru kelas dua sebagai berikut:

Awal tahun pelajaran saat penerimaan murid baru pihak sekolah dan guru mendaftar siswa yang masuk sambil menyeleksi siswa ABK yang ada. Kalau ada siswa ABK yang jelas kecacadannya kita beri tanda siswa ABK tetapi untuk menentukan siswa yang slowleaner baru setelah beberapa minggu dalam pembelajaran di kelas .(wawancara tanggal 24 Maret 2016)

Pendapat di atas diperkuat oleh Sunadi selaku

ketua komite SD Negeri 1 Panimbo sebagai berikut:

Sebagai sekolah inklusi SDN 1 Panimbo belum menjalin kerjasama dengan pihak rumah sakit jiwa yang ada sehingga untuk mengidentifikasi siswa ABK, sekolah berpedoman pada jenis kekurangan yang mereka alami .(wawancara tanggal 24 Maret 2016)

Jadi dari penjelasan nara sumber di atas dapat

disimpulkan bahwa untuk mengidentifikasi jenis ABK

yang ada di sekolah SD Negeri 1 Panimbo selama ini

hanya berpedoman pada jenis kecacadan yang mereka

alami belum ada tes secara resmi dari tenaga ahli atau

RSJ terkait. Hal ini disebabkan karena kepala sekolah

yang menjabat sering dimutasi, belum adanya dana

untuk melakukan idenfikasi ke RSJ dan juga jarak RSJ

(43)

selama ini yang secara tepat sesuai jenis kekurangannya

belum bisa terlaksana.

4.2.4.5 Modifikasi Kurikulum

Kurikulum yang digunakan di SD Negeri 1 Panimbo

sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi adalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam

penyusunan perencanaan program inklusi tinggal

ditam-bahkan di dalamnya baik mengenai tujuan, materi proses

dan evalusi. Hal tersebut diujudkan pada perencanaan

pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh masing-masing

guru. Bagi siswa ABK tentu disesuaikan dengan

kemam-puannya. Begitu juga dengan penetapan kreteria

ketuntasan minimal (KKM) yang dibuat guru. KKM dibuat

sama tapi untuk ukuran atau bobot soalnya yang berbeda

dalam pencapaiannya.

Untuk kreteria kelulusan bagi siswa ABK di SD

Negeri 1 Panimbo mengacu pada Permendiknas 70 Tahun

2009, pasal 9 bahwa ABK tidak perlu dinyatakan lulus,

namun cukup diberi surat keterengan tamat, dan berhak

mendapat surat keterangan tamat belajar (SKTB). Dengan

demikian untuk siswa ABK yang sudah kelas enam

(setingkat kelas enam) tidak perlu diikutkan ujian yang

standar nasional namun hanya diikutkan pada ujian

(44)

Program inklusi yang sudah dibuat SD Negeri 1

Panimbo bertujuan untuk memberikan pelayanan pada

anak-anak ABK agar bisa mengurangi dampak negatif

yang dideritanya. Selain itu juga memberikan pelayanan

pendidikan yang lebih bermanfaat dan dapat

mengem-bangkan potensi dalam dirinya. Untuk anak yang

mengalami gangguan pendengaran diberikan binaan

pengucapaan dan gerakan, utuk siswa tuna daksa (folio)

diberikan bimbingan mengucap dan menulis

(meng-gerakkan anggota tubuh), sedangkan untuk siswa

slowleaner diberikan bimbingan pengembangan diri.

Sebagaimana pendapat kepala sekolah sebagai berikut:

Kurikulum yang digunakan di SDN 1 Panimbo yaitu kurikulum KTSP dan penyusunannya melibatkan guru-guru, komite dan tokoh masyarakat. Untuk kepentingan pelayanan siswa ABK maka dibuatlah program khusus yang dimasukkan dalam kurikulum tersebut dengan menyesuaikan kemampuan siswa ABK. Untuk pengembangannya diserahkan kepada kemampuan guru masing-masing kelas .(wawancara tanggal 29 Maret 2016)

Pendapat lain yang mendukung keterangan dari

kepala sekolah yaitu dari Mudinem menuturkan:

Penyusunan kurikulum dilakukan dengan menghadirkan komite dan wakil dari orang tua/masyarakat dengan maksud agar ada kesepahaman untuk memberi masukan hubungannya dengan siswa ABK. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP .(wawancara tanggal 29 Maret 2016)

Begitu juga keterangan dari Sunadi selaku komite

sekolah bahwa:

(45)

masyarakat. Ini membuktikan bahwa komite juga diperhatikan oleh sekolah dan tidak hanya untuk formalitas saja keberadaannya .(wawancara tanggal 29 Maret 2016)

Selain dari penjelasan di atas bukti dari

doku-mentasi sekolah yang berupa kurikulum yang telah

dibuat sekolah juga menunjukkan adanya tanda tangan

komite sekolah. Memang peran komite sekolah dalam

penyusu- nan kurikulum tentunya hanya sebagian kecil

saja karena mereka memang kurang memahami tentang

kurikulum.

4.2.3.4.1 Kreteria Ketuntasan Minimal siswa ABK

Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) dibuat sekolah

untuk menentukan batas minimal nilai yang harus

dicapai olehs siswa. Untuk KKM siswa ABK dan siswa

normal dibuat sama yang membedakan hanya pada

tingkat kemampuannya. Untuk siswa ABK tentu juga

disesuaikan dengan masing-masing tingkatan yang

dialaminya. Bagi siswa ABK yang belum bisa mencapai

target KKM terutama yang slow leaner diberikan

perbaik-an sedperbaik-angkperbaik-an untuk siswa ABK lainnya cukup dibina

atau dibimbing untuk melakukan sesuatu yang berupa

ketrampilan. Seperti hasil wawancara dengan Muhamad

Lutfhi yang menyatakan sebagai berikut:

(46)

Kundori sebagai guru agama islam juga

menjelas-kan sebagai berikut:

Anak-anak ABK dalam ulangan yang belum tuntas KKM saya berikan perbaikan terutama siswa slowleaner, sedangkan siswa ABK yang agak berat cukup saya tuntun untuk mengucapkan atau melakukan sesuatu yang ada manfaatnya untuk mereka .(wawancara tanggal 2 April 2016)

Begitu juga pendapat dari Wahyuningsih guru kelas

dua yang menyatakan sebagai berikut:

Di kelas dua ABK yang ada yaitu lambat belajar dan hiperaktif sehingga kalau ulangan yang belum mencapai KKM saya berikan soal remidi dan yang tuntas saya berikan pengayaan agar mereka tidak saling mengganggu .(wawancara tanggal 2 April 2016)

Jelas dari bukti-bukti hasil hasil wawancara

ter-sebut di atas dapat disimpulkan untuk KKM siswa ABK

dibuat sama dengan anak-anak normal dan bagi anak

yang kurang mencapai KKM sekolah diadakan remidi

atau perbaikan nilai sesuai tingkat atau jenis kekurangan

yang anak-anak alami. Bukti lain adalah dokumen

kurikulum yang didalamnya berisi KKM masing-masing

kelas.

4.2.3.5Kesulitan Guru Dalam Mengajar ABK

Mengajar anak-anak ABK tentu berbeda dengan

mengajar anak-anak normal. Apalagi sebagai guru kelas

yang harus menguasai beberapa mata pelajaran dan

tidak mempunyai pengalaman khusus untuk mengajar

(47)

pernyataan dari Mudinem guru klas tiga yang

menyata-kan sebagai berikut:

Mengajar anak-anak ABK tidak semudah mengajar anak yang normal. Untuk mengarahkan mereka saja sulit bahkan kadang-kadang saya juga merasa bosan untuk mengarahkan mereka, tetapi karena memang mereka anak ABK maka kita harus sabar .(wawancara tanggal 5 April 2016)

Pendapat tersebut juga disampaikan oleh Kundori

sebagai guru agama islam sebagai berikut:

Mengajar di SDN 1 Panimbo termasuk mendapat pengalaman baru karena yang diajar terdapat siswa ABK yang membutuhkan bimbingan khusus. Tiga hari saya mengajar di SD Prigi yang bukan sekolah inklusi juga ada anak yang lamban belajarnya akan tetapi tidak sesulit bila mengajar anak ABK yang benar-benar membutuhkan bimbigan khusus .(wawancara tanggal 5 April 2016)

Sudah jelas bahwa dari keterangan kedua guru

tersebut diatas untuk mengajar siswa ABK guru-guru

mengalami kesulitan karena memang tidak mempunyai

pengalaman khusus untuk mengajar anak-anak ABK

sebagaimana guru GPK yang ada hanya kesabaran dan

kemauan yang kuat agar mereka juga bisa terlayani

sebagaimana anak-anak normal.

4.2.3.6 Rencana Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

Sesuai surat ijin yang dikeluarkanoleh Universitas

Kristen Satya Wacana yang peneliti ajukan bahwa

rencana penelitian ini yaitu di SD Negeri 1 Panimbo,

Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan. Karena

sekolah tersebut adalah sekolah penyelenggara inklusi

(48)

antar kabupaten yaitu Kabupaten Grobogan dan

Kabu-paten Boyolali. Peneliti mengambil subjek penelitian di

sekolah tersebut disebabkan karena sebagai sekolah

penyelenggara pendidikan inklusi yang sudah berjalan

kurang lebih sembilan tahun sejak ditetapkannya belum

ada peneliti atau pihak sekolah melakukan untuk

meneliti evaluasi programnya.

Begitu surat ijin penelitian dikeluarkan oleh

Kampus UKSW sejak Bulan Februari 2016 peneliti

segera menyampaikan kepada kepala sekolah bahwa

peneliti mau melakukan penelitian di SD Negeri 1

Panimbo sebagai sekolah penyelenggara pendidikan

inklusi. Setelah menyerahkan surat ijin kepada kepala

sekolah dua hari berikutnya peneliti mulai melakukan

penelitian. Untuk penelitian ini tehnik atau metode yang

digunakan peneliti cukup sederhana yaitu metode

wawancara dan tehnik dokumentasi serta pengamatan

langsung karena peneliti juga terlibat di dalamnya. Teknik

wawancara digunakan untuk mempertegas jawaban

langsung dari pihak terkait baik kepala sekolah,

guru-guru, komite, orang tua wali maupun stakeholder

lainnya.Pelaksanaan wawancara berpedoman pada

instrumen pengumpulan data.Sedangkan tehnik

dokumentasi digunakan sebagai bukti fisik yang ada di

sekolah tersebut dan tehnik pengamatan digunakan

Gambar

Tabel 4.1Program Pendidikan Inklusi SDN 1 Panimbo
Tabel 4.2Data ABKpenerima beasiswa tahun 2014
Tabel 4.3Sarpras yang belum ada di SDN 1 Panimbo
Tabel 4.4Rencana Program Inklusi
+2

Referensi

Dokumen terkait

The final section shifts to a more normative focus, addressing labour market institutions and policies, along with systematic approaches to quantifying labour markets in

LPS setelah stock split antara lain penelitian yang dilakukan oleh. Lakonishok and Lev (1987) dalam Wahyu Anggraini dan

Penelitian tentang Informasi Laba dan Dividen Kas yang Dibawa Oleh Pengumuman Pemecahan Saham. Jurnal Bisnis

An anatomy of the French labour market: country case study on labour market segmentation / Thomas le Barbanchon, Franck Malherbet ; International Labour Office, Employment

• Bersahabat dengan ketidakpastian • Menjalankan usaha yang RIIL,

Umum : Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai proses yang terdapat dalam suatu siklus proyek konstruksi secara umum dan mampu mengintegrasikan perencanaan manajemen konstruksi

[r]

[r]