• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2.4.1 Kemampuan siswa ABK

Dalam sekolah inklusi bahwa anak-anak yang belajar di sekolah tersebut terdiri dari siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus (ABK). Arti berkebutuhan khusus bukan berarti anak yang mengalami kekurangan saja akan tetapi berkebutuhan khusus yang dimaksud di dalamnya terdapat siswa yang mempunyai kelebihan intelegensinya.

Di sekolah inklusi SD Negeri 1 Panimbo kebetulan siswa ABK-nya tidak ada yang mempunyai kecerdasan IQ yang lebih, yang ada kebanyakan slowlearner dan keca- cadan.Namanya juga siswa ABK tentu untuk kemam- puan dalam menerima pelajaran juga berbeda dengan siswa normal.Walaupun demikian sedikit demi sedikit lama-lama mereka juga bisa mengalami perubahan

terutama siswa yang slowleaner. Sebagaimana hasil

wawancara dengan Rindho Budi Utomo guru kelas enam sebagai berikut: Kemampuan siswa ABK belum bisa mengikuti sesuai dengan siswa lain yang normal tetapi juga sudah mengalami perubahan. Terutama anak-anak

slowleaner .

Hal tersebut juga dperkuat oleh Aprilia Damayanti guru kelas empat yang menyatakan bahwa:

Siswa ABK di SDN 1 Panimbo terutama yang ada di kelas empat dalam mengkuti pelajaran tidak semuanya jelek. Mereka sudah ada perubahan terutama dalam membaca untuk siswa slowleaner yang dulu-dulunya susah banget tapi kini sedikit-sedikt sudah bisa . (wawancara tanggal 7 April 2016)

Kedua Pendapat diperkuat oleh Mudinem guru kelas tiga yang menyatakan sebagai berikut:

Bagas adalah siswa ABK yang mengalami gangguan pendengaran sedang.Dia sesekali disuruh menirukan yang diucapkan oleh guru atau temannya dia bisa menirukan atau mengikuti walau hanya sekali pengucapan . (wawancara tanggal 7 April 2016)

Dari hasil wawancara ketiga guru di atas bisa disimpulkan bahwa anak-anak ABK yang bersekolah di

SDN 1 Panimbo dalam mengikuti pelajaran dari bapak/ibu guru sudah ada perubahan atau bisa menerima walau tidak selancar siswa yang noramal.Hal ini karena usaha yang dilakukan guru kelas dengan penuh kesabaran, ketekunan dan keikhlasan tidak sia-sia terbukti mem- bawa hasil meskipun tidak maksimal.

4.2.4. 2 Perkembangan siswa ABK

Mengajar di sekolah inklusi berbeda dengan meng- ajar di sekolah yang bukan inklusi.Mengajar di sekolah inklusi dibutuhkan tingkat kesabaran, keuletan, kete- kunan, dan keikhlasan.Hal ini dikarenakan ada dua kategori siswa yang kemampuannya berbeda. Bagi guru baru akan terasa sedih atau jengkel saat awal mengajar, tetapi lama-kelamaan juga akan terbiasa dengan situasi dan kondisi yang ada yaitu butuh kesabaran.

Siswa ABK dalam pembelajaran di kelas awal masih butuh bimbingan yang sangat ekstra bila dibanding siswa ABK yang sudah di kelas atasnya.Dari beberapa siswa ABK baik yang slowleaner maupun yang mengalami kekurangan fisik setelah naik di kelas yang lebih tinggi ada perkembangan dalam pembelajarannya.Sebagaimana yang disampaikan oleh Aprilia Damayanti guru kelas empat sebagai berikut:

Dulu ketika saya mengajar di kelas tiga Aditia Maulana siswa ABK slowleaner masih susah kalau disuruh membaca hanya diam saja.Sekarang setelah di kelas empat sudah mulai bisa membaca meskipun belum

lancar. Ini memang butuh ketekunan dalam membimbing dan mengajarinya .(wawancara tanggal 9 April 2016)

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Rindho Budi Utomo guru kelas enam yang menyatakan sebagai beikut:

Pada saat awal saya mengajar di kelas enam ada siswa yang lambat belajarnya. Kemampuan membacanya masih belum lancar, tetapi setelah saya ajar dan saya bimbing dengan sabar mengalami perubahan mungkin juga karena faktor kematangan usianya.Tetapi kalau untuk pengetahuan hasilnya masih jauh bila dibandingkan dengan siswa yang normal . (wawancara tanggal 9 April 2016)

Begitu juga pendapat kepala sekolah yang mengajar mulok bahasa jawa untuk kelas empat sampai kelas enam menyatakan:

Ketika saya mengajar bahasa jawa di kelas lima Rony setiawan (siswa ABK slowleaner) disuruh membaca bahasa jawa juga belum bisa. Kemudian saya bimbing dan saya tuntun dalam membacanya sekarang sudah mulai bisa membaca dengan cara mengejanya . (wawancara tanggal 9 April 2016)

Dari hasil wawancara ketiga nara sumber di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa untuk kemampuan siswa ABK dalam pembelajarannya di SD Negeri 1 Panimbo juga mengalami perubahan. Sejalan dengan tingkatan kelas dan tingkat kematangan perkembangan usianya.

4.2.4. 3 Kemampuan siswa ABK Bersosialisasi

Sebagai mahkluk sosial manusia saling membutuh- kan antara manusia satu dengan manusia lainnya.Karena manusia tidak bisa hidup sendiri.Kehidupan yang saling membutuhkan antara manusia satu dengan manusia

sialisai.Begitu juga siswa ABK walaupun dirinya mengalami kekurangan mereka juga perlu teman untuk bermain bersama.Siswa ABK yang bersekolah di SD

Negeri 1 Panimbo baik yang slowleaner maupun yang

mengalami kekurangan fisik mampu bergaul dengan baik bersama teman-teman yang normal lainnya.Begitu juga Bagas Aji Santoso yang mengalami ketunarunguan sedang juga bisa begaul dengan teman-teman normal lainnya.Sedangkan Satria Gading Adiwinata siswa ABK tuna daksa (folio) kelas satu juga bisa bermain dengan teman-temannya meskipun diikuti oleh ibunya.Hasil ini diperoleh dari pengamatan langsung dilapangan.

4.2.4. 4 Hubungan Antara Siswa ABK dengan ABK lain Diantara siswa ABK yang bersekolah di SD Negeri 1 Panimbo tidak menunjukkan adannya ketertutupan diri mereka.Artinya siswa ABK yang ada bisa saling ber- teman, bergaul dan bermain bersama-sama baik antara siswa ABK dengan siswa ABK maupun siswa ABK dengan siswa yang normal.

Disaat sebelum masuk dan saat istirahat mereka tampak bersama-sama dalam bermain maupun dalam hal lainnya.Sepintas diantara mereka tidak ada perbeda- annya.Mana siswa ABK dan mana siswa yang normal kecuali siswa ABK yang mengalami kecacadan fisik- nya.Perbedaan itu baru tahu setelah masuk di kelas dan diberi pelajaran oleh gurunya masing-masing.

Dari sekian siswa ABK yang bersekolah di SD Negeri 1 Panimbo masih ada tiga siswa yang masih ditunggui orang tuanya termasuk siswa yang tuna daksa (folio) karena mereka masih kelas satu. Tetapi dalam bergaul dengan teman-teman mereka baik-baik saja tidak menunjukkan keanehan atau malu. Hasil dari pengama- tan langsung dilapangan

4.5 Hambatan dan Solusi

Dokumen terkait