i
UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP HAMONG
PUTERA NGAGLIK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Anita Permata Sari NIM 11104244031
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v
MOTTO
Pendidikan bukan lah suatu proses untuk mengisi wadah yang kosong akan tetapi pendidikan adalah suatru proses menyalakan api pikiran,
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk :
1.Kedua orang tua saya Bapak Aris Wijanarko dan Ibu Ratna Budi Yanti yang
tidak pernah putus memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan segala
pengorbanan yang tidak terkira
2. Almamater BK FIP UNY
vii
UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI
DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP
HAMONG PUTERA NGAGLIK
Oleh :
Anita Permata Sari
11104244031
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar melalui metode diskusi kelompok pada siswa kelas VIII SMP Hamong Putera Ngaglik.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan alur putar spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan 2 siklus dan setiap siklus 4 kali pertemuan. S ubyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B sebanyak 28 siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Hamong Putera Ngaglik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sk a la m in a t be la ja r . Teknik analisis data pada penelitian ini adalah statistik deskriptif yaitu dengan mencari jumlah nilai skala dan analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode diskusi kelompok dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII SMP Hamong Putera Ngaglik. Peningkatan minat belajar pada siklus I adalah 5 siswa masuk dalam kategori sedang, 19 siswa masuk dalam kategori sedang, dan 4 siswa yang masuk dalam kategori tinggi. Pada siklus II adalah 22 siswa masuk dalam kategori sedang dan 16 siswa yang masuk dalam kategori tinggi.
Kata kunci : minat belajar, diskusi kelompok
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah
dan rizki-Nya, sehingga Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan dengan
lancar. Tugas Akhir Skripsi ini berjudul “Upaya Peningkatan Minat Belajar
Melalui Diskusi Kelompok pada Kelas VIII SMP HAMONG PUTERA
NGAGLIK”.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyusunan
skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu penulis dengan kerendahan hati
mengucap terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan
untuk menempuh pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah
berkenan memberikan ijin penelitian.
3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
yang menyutujui judul dalam penyusunan skripsi.
4. Bapak Dr. Muh. Farozin, M,Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
dan teliti dalam memberikan arahan, saran dan memotivasi penulis dalam
penulisan skripsi ini.
5. Semua dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah
memberikan wawasan, ilmu dan pengalaman kepada penulis selama perkulihan.
6. Kedua orang tuaku bapak Aris Wijanarko dan ibu Ratna Budi Yanti serta seluruh
x DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Batas Masalah ... 9
D. Rumusan Masalah ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II Kajian Teori A. MINAT BELAJAR 1. Pengertian Minat Belajar ... 13
2. Ciri-ciri Minat Belajar ... 14
3. Faktor yang mempengaruhi Minat Belajar ... 15
4. Cara Meningkatkan Minat Belajar ... 20
xi
B. Diskusi Kelompok
1. Pengertian Diskusi Kelompok ... 22
2. Tujuan Penggunaan Diskusi Kelompok ... 24
3. Manfaat Diskusi Kelompok ... 27
4. Kelebihan Diskusi Kelompok ... 28
5. Kelemahan Diskusi Kelompok. ... 30
6. Hal yang diperhatikan pemimpin dalam diskusi kelompok . 31
7. Langkah-langkah diskusi kelompok ... 34
C. Kerangka fikir ... 37
D. Penelitian yang Relevan ... 38
E. Hipotesis Tindakan ... 39
BAB III Metodologi Penelitian A. Pendekatan Penelitian ... 40
B. Subjek penelitian ... 42
C. Tempat penelitian... 42
D. Desain penelitian ... 43
E. Rancangan Tindakan ... 45
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan data ... 48
G. Uji Validitas dan Relabilitas ... 53
H. Teknik analisa data ... 56
I. Kreteria Keberhasilan Tindakan ... 58
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Deskripsi Waktu dan Waktu Penelitian ... 59
B. Pelaksanaan Tindakan Penelitian... 62
C. Hasil Penelitian ... 80
D. Keterbatasan Penelitian ... 88
BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 91
xii DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar. ... 51
Tabel 2. Skor Skala Minat Belajar ... 52
Table 3. Hasil Uji Coba Instrumen ... 55
Tabel 4. Kategori Skor Minat Belajar ... 58
Tabel 5. Hasil Minat Belajar Pra Tindakan ... 61
Tabel 6. Hasil Skala Minat Belajar pada Siklus I ... 70
Tabel 7. Peningkatan Minat Belajar dari Pra Tindakan hingga Siklus I 71 Tabel 8. Hasil Skala Minat Belajar pada Siklus II ... 78
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji Validitas ... 95
Lampiran 2. Rencara Pelaksanaan Layanan ... 97
Lampiran 3. Angket Minat Belajar ... 115
Lampiran 4. Hasil Angket Minat Belajar ... 121
Lampiran 5. Topik Diskusi Kelompok ... 125
Lampiran 6. Hasil Diskusi Kelompok... 127
Lampiran 7. Absen Siswa ... 177
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan
potensi diriya melalui proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
pengertian UU SISDIKNAS NO 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang
memyebutkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara akif mengembangkan potensi dirinya auntuk memiliki kekuatan
spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Salah satu cara yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan
tersebut adalah belajar. Diharapkan dengan belajar yang giat dapat
memperoleh prestasi yang baik. Menurut Suratinah Titonegoro (2001:13)
pengertian prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilian
usaha belajar. Prestasi belajar yang dicapai setiap siswa tidak sama, ada
yang mencapai prestasi yang tinggi dan ada yang rendah. Tinggi
rendahnya prestasi belajar siswa dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: bakat, minat, kecedasan, sarana belajar, motivasi, dan
sebagainya.
Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila seorang siswa melakukan
tidakan yang seharusnya tidak dilakukan maka perlu diketahui
2
siswa tidak senang terhadap materi pembelajaran, metode yang digunakan,
kondisi badan, masalah pribadi dll.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus memperhatikan
karakteristik siswa. Salah satu karakteristik remaja menurut Harlock
(1991:208) yaitu masa remaja sebagai periode perubahan yang artinya
masa remaja terjadi perubahan diantaranya meninggikan emosi, perubahan
yang artinya masa terjadi perubahan diantaranya meningginya emosi,
perubahan yang artinya masa perahlian atau perubahan dari anak-anak
menuju proses kedewasaan yang ditandai dengan emosi yang masih belum
stabil dan masih berusaha untuk menunjukkan identitas diri. Masa
perahlian ini berhubungan remaja dengan teman sebaya lebih akrab,
mereka bahkan lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah
bersama teman sebayanya dibandingkan dengan bersama keluarganya.
Remaja juga meninggalkan rumah dan bergaul secara lebih luas dalam
lingkungan sosialnya. Pergaulan meluas mulai dari terbentuknya
kelompok kelompok teman sebaya (peer group) sebagai suatu wadah
penyesuaian diri. Didalamnya timbul persahabatan yang merupakan ciri
khas pertama dan sifat interaksinya dalam pergaulan. Di dalam peer group
tidak dipentingkan adanya struktur organisasi, namun diantaranya anggota
kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan
kegagalan kelompoknya.
Hurlock (1991:208) juga menjelaskan minat remaja terhadap pe
3
merupakan masa dimana remaja bersiap kritis terhadap guru dann cara
guru mengajarkan. Oleh karena itu, metode layanan yang diberikan
disesuaikan dengan karakteristik siswa agar siswa tertarik untuk belajar
dikelas. Metodologi pembelajaran memiliki dua aspek yang menonjol
yaitu metode dan media pembelajaran sebagai alat bantu untuk mengajar
(Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2010:1). Metode layanan yang efektif
sangat membantu siswa untuk dapat berprestasi dlam kelas dan
menumbuhkan rasa semnagat pada siswa itu sendiri.
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah pada saat
ini masih berpusat pada guru bimbingan dan koseling, hal tersebut
memberikan dampak kurang adanya interaksi antara siswa dan guru
pembimbing, sehingga siswa kurang terlatih untuk aktif dalam proses
bimbingan. Siswa juga jarang bekerja secara berkelompok, sebenarnya
dalam program dianjurkan untuk belajar kelompok, hanya dalam
pelaksanannya kurang adanya pengawasan dalam pelaksanaan program.
Bimbingan berpusat pada guru BK kurang bisa memupuk kemampuan
siswa untuk bersosialisasi dan bekerjasama dengan orang lain padahal
seseorang belajar bersosialisasi dari lingkungan sekolah. Sehingga siswa
kurang terampil dengan masyarakat luar. Bimbingan konseling membantu
memandirikan siswa dalam menyelesaikan masalah.
Model ceramah masih dominan dilakukan dalam layanan
bimbingan. Siswa diam dan mendengarkan tanpa mengerti apa yang baru
4
berbicara didepan kelas sedangkan siswa asik mengerjakan tugas mata
pelajaran, bahkan siswa keluar kelas dan tidak mengikuti bimbingan
dikelas. Siswa menganggap bimbingan tidak penting dalam mempengaruhi
nilai akhir.
Metode yang sering digunakan hanya metode ceramah, maka
peneliti memberikan metode yang baru yaitu metode diskusi kelompok.
Metode diskusi kelompok bisa menjadi alternatif untuk menjadi metode
yang baru untuk meningkatkan minat belajar.
Menurut Suryosubroto (2002:179) metode diskusi kelompok dalam
proses pembelajaran merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan
memberikan kesempatan pada siswa (kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan guna mengumpulkan pendapat, menyimpulkan atau
penyusun alternatif pemecahan masalah. Materi pelajaran yang diberikan
oleh guru dibicarakan bersama, siswa satu sama lain saling memberikan
pengertian mengenai materi tersebut. Dibentuknya kelompok membuat
materi pelajaran akan lebih mudah dicermati oleh siswa.
Menurut Tatiek Romlah (2006:89) diskusi kelompok merupakan
percakapan yang terencana antara tiga orang atau lebih dengan tujuan
untuk memcahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persolaan yang
terpimpin. Diskusi kelompok dilakukan dengan tujuan yang jelas dan
terencana. Pelaksanaan diskusi kelompok terdapat seorang pemimpin yang
bertuguas mengatur jalannya diskusi agar tujuan dari diskusi kelompok
5
Menurut Roestiyah (2012:5) diskusi kelompok adalah suatu tekhik
belajar mengajar yang melibatkan proses interaksi aktif antara dua atau
lebih individu untuk saling tukar pengalaman, informasi, dan memecahkan
masalah, yang dilakukan oleh guru disekolah. Diskusi kelompok akan
memaksa siswa terlibat aktif, siswa lebih leluasa ketika menyampaikan
pengalaman, pendapat, dan bertanya. Hal tersebut dikarenakan siswa
berinteraksi dengan teman mereka sendiri sehingga tidak ada perasaan
canggung, malu, dan takut.
Jacobsen Eggen, Kauchak, dan Dulaney (dalam Tatiek Romlah,
2006:89), menyatakan bahwa metode diskusi kelompok dapat digunakan
dengan berbagai tujuan , yaitu (a) mengembangkan keterampilan
kepemimpinan; (b) merangkum pendapat kelompok; (c) guna mencapai
suatu persetujuan kelompok; (d) belajar menjadi pendengar aktif; (e)
mengatasi perbedaan-perbedaan dengan tepat; (f) mengembangkan
kemampuan untuk memparaprase; (g) belajar mandiri; dan (h)
mengembangkan kemampuan menganalisis, mensintesis, dan menilai.
Tujuan diskusi kelompok disini berarti mampu untuk mengembangkan
berbagai keterampilan, mulai dari keterampilan memimpin, mendengar,
mengatasi perbedaan, menyampaikan pendapatan, menarik kesimpulan,
mandiri, menganalis dan menilai.
Semiwan (dalam Tukiran, 2013:24) yang menyebutkan bahwa
diskusi kelompok dapat mempertinggi peran serta secara perseorangan,
6
saling menghargai pendapat orang lain. Kelemahan dari diskusi kelompok
yaitu diskusi kelompok memerlukan keterampilan-keterampilan khusus
yang belem tentu semua siswa memiliki, diskusi kelompok juga
memerlukan waktu yang cukup lama, tidak semua siswa juga mampu
mengemukan pendapatnya didepan umum secara langsung, adakalanya
juga ada beberapa siswa yang mendominasi jalanya diskusi kelompok.
Menurut M. Alisuf Sabri (1995) Minat belajar adalah
kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara
terus menerus, minat belajar berkaitan erat dengan perasaan senang,
karena itu dapat dikatakan minat belajar itu terjadi karena sikap senang
kepada sesuatu, orang yang berminat belajar kepada sesuatu berarti ia
sikapnya senang kepada sesuatu. Minat belajar juga dapat diartikan
sebagai berikut minat belajar akan timbul apabila mendapatkan
rangsangan dari luar. Dan kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu
bidang bersifat menetap dan merasakan perasaan yang senang apabila ia
terlibat aktif didalamnya. Perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau
berasal dari objek yang menarik.
Minat belajar ini juga diharapkan mampu menggugah semangat
belajar. Minat belajar juga bisa membentuk kebiasaan siswa senang belajar
sehingga minat belajar dapat meningkat. Minat belajar yang dimiliki siswa
bervariasi. Motivasi, kecerdasan dan minat tidak selalu seiring sejlan
7
perlu ditumbuhkan menyeluruh didalam diri siswa khususnya dalam
peningkatan prestasi belajar.
Setiap orang tua pasti menginginkan agar setiap anaknya
mempunyai prestasi yang membanggakan bagi mereka. Oleh karena itu
mereka harus mengetahui bagaimana proses belajar yang baik dan
faktor yang mempengruhi. Menurut Suharsimi Arikunto (1990:21)
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar :
Faktor yang berasal dalam diri manusia, dapat diklarifikasi menjadi dua, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis. Yang dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain : usai, kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.
Faktor-faktor diatas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar, salah satu yaitu minat belajar. Minat belajar sangat
mempengaruhi prestasi belajar. Jika siswa tidak memiliki minat belajar,
maka siswa juga akan mempunyai prestasi belajar yang rendah.
Menurut Muhibbin Syah (2001 : 136), minat belajar adalah
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Siswa membutuhkan gairah atau kecenderungan yang
tinggi untuk belajar. Belajar harus dilakukan kalau siswa memiliki gairah
untuk melakukan belajar tersebut. Jika siswa tidak memiliki gairah untuk
melakukan maka siswa tidak akan mendapatkan yang siswa inginkan.
Pada kenyataannya banyak siswa kelas VIII, yang minat belajarnya
turun dikarenakan terlalu menikmati suasana sekolah dan mendapatkan
8
yang membuat minat belajar siswa kelas VIII menurun. Jika, dikelas VII
siswa masih mempunyai minat belajar yang tinggi karena siswa tersebut
masih penyesuaian diri pada sekolah dan masih bersemangat pada belajar.
Pada kelas VIII siswa juga sudah mengalami sedikit jenuh pada pelajaran.
Jadi siswa kelas VIII mengalami minat belajat siswa rendah.
Demikian halnya dengan apa yang terjadi pada siswa kelas VIII
SMP Hamong Putera Ngaglik yang memiliki sifat sifat berbeda-beda.
Masing-masing siswa memliki pergaulan tersendiri sehingga terbentuk
suatu kelompok yang nilai-nilai sendiri. Masing – masing siswa juga memiliki metode pembelajaran sendiri. Yang terpenting menumbuhkan
minat belajar agar mau belajar secara optimal sehingga memperoleh
prestasi belajar yang baik.
Dari observasi yang dilakukan peneliti juga didapatkan bahwa
minat belajar siswa sekolah tersebut juga sangat menurun dikarenakan
siswa terlalu nyaman dengan teman-temannya dan siswa menjadi tidak
mempunyai minat untuk belajar. Dilihat dari nilai raport siswa juga
menunjukan bahwa nilai raport mereka menurun dari semester kemarin.
Peneliti juga mewawancarai beberapa siswa, siswa tersebut mengatakan
bahwa siswa tahu kalau nilainya turun tapi siswa tidak tahu kalau minat
belajarnya juga turun, siswa tahunya hanya malas untuk belajar dan ingin
main bersama teman-teman.
Dari uraian di atas, peneliti menanggap bahwa permasalahan
9
“Upaya Meningkatkan Minat Belajar Melalui Metode Diskusi Kelompok
Siswa Kelas VIII di SMP Hamong Putera Ngaglik”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan
permasalahan sebagai berikut:
1. Kurangnya minat belajar siswa dalam mengikuti dalam kegiatan
belajar mengajar.
2. Banyak siswa yang mengeluhkan metode yang digunakan oleh
guru bimbingan koseling yang kurang variatif.
3. Metode diskusi kelompok tidak pernah dilakukan oleh guru
bimbingan dan konseling dalam kegiatan bimbingan.
4. Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Hamong Putra belum
melakukan kegiatan untuk meningkatkan Minat Belajar.
5. Banyak siswa yang tidak mengetahui bahwa minat belajarnya
sedang menurun.
6. Metode diskusi kelompok tidak digunakan dalam meningkatkan
minat belajar.
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah ini bertujuan untuk memfokuskan perhatian
pada penelitian mengenai aspek akan diteliti. Cakupan masalah dalam
10
untuk meningkatkan minat belajar kelas VIII SMP Hamong Putera
Ngaglik.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Ada perubahan yang terjadi setelah melakukan metode diskusi
kelompok ?
2. Bagaimana peningkatan minat belajar terjadi dalam metode diskusi
kelompok?
3. Apakah terjadi perubahan dari praktik yang diterapkan dengan
metode diskusi kelompok?
4. Apakah terjadi perubahan kearah yang lebih baik dari praktik
sebelumnya?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah
1. Terdapat perubahan setelah melakukan metode diskusi kelompok
2. Adanya peningkatan minat belajar setelah melakukan mtode diskusi
kelompok.
3. Adanya perubahan dari praktik metode diskusi kelompok.
11 F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap
pengembangan ilmu teknik bimbingan dan konseling.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru Bimbingan dan Konseling
1) Sebagai tambahan metode dalam memberikan
layanan Bimbingan dan Konseling.
2) Sebagai salah satu metode meningkatkan minat
belajar siswa melalui metode diskusi kelompok.
3) Memperoleh pengalaman menerapkan metode
diskusi dalam pembelajaran
4) Meningkatkan guru dalam mengajar secara
bervariasi dengan memanfaatkan media
pembelajaran
b. Bagi Peserta Didik
1) Menerima layanan bimbingan dan konseling dengan
12
2) Diharapkan bisa membantu siswa untuk
meningkatkan minat belajar.
3) Siswa dapat belajar secara aktif melalui diskusi
kelompok sehingga minat belajar terhadap mata
pelajaran bimbingan konseling dapat meningkat
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai pengetahuan atau ide kepada rekan
seperjuangan dan meningkatkan layanan maupun dalam
13 BAB II KAJIAN TEORI
A. MINAT BELAJAR
B.Pengertian Minat Belajar
Menurut Sukardi (1988:61), minat dapat diartikan sebagai suatu
kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Adapun menurut
Sardiman (2007:77), minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila
seorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan
dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Oleh
karena itu, apa saja yang dilihat sesorang barang tentu akan
membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat it mempunyai hubungan
dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukan bahwa minat
merupakan kecenderungan jiwa sesorang terhadap sesuatu objek, biasanya
disertai dengan perasaan senang, karena itu merasa ada kepentingan
dengan sesuatu itu.
Menurut Bernard dalam Sardiman (2007:76) menyatakan bahwa
minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat
dari partisiapsi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja.
Jadi, jelas bahwa, minat akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan
dan keinginan. Dalam kaitnya dengan belajar Hansen (1995:1)
menyebutkan bahwa minat belajar siswa erat hubungannya dengan
kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identifikasi, faktor
14
atau dorongan dalam diri siswa terkait dengan apa dan bagaimana siswa
dapat mengaktualisasikan dirinya dalam belajar. Dimana identifikasi diri
memiliki kaitan dengan peluang atau hambatan siswa dalam
mengeskspresikan potensi atau kreativitas dirinya sebagai perwujudan dari
minat spesifik yang dia miliki. Adapun faktor keturunan dan pengaruh
eksternal atau lingkungan lebih berkaitan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi dari minat siswa akibat dari pengaruh yang terjadi dari minat
siswa akibat dari pengaruh situasi kelas, sistem, dan dorongan keluarga.
Dari beberapa gambaran definisi minat belajar diatas, kiranya dapat
ditegaskan disini bahwa minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam
melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk
memenuhi kesediaanya dalam belajar. Minat belajar adalah kemauan siswa
untuk mendapatkan ilmu yang diciri-ciri sebagai berikut : (1) kesukaan,
(2) ketertarikan, (3) perhatian, dan (4) keterlibatan
C.Ciri-ciri Minat Belajar
Ciri-ciri minat menurut Hurlock (2007:115) adalah
a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.
Minat disemua bidang beubah selam terjadi perubahan fisik dan
metal. Perubahan minat akan berubah dengan bertambahnya
usai.pada waktu perumbuhan terlambat dan kematangan dicapai,
15
b. Minat bergantung pada kesiapan belajar. Anak-anak tidak dapat
mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental.
c. Minta bergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan untuk
belajar bergantung pada lingkungan dan minat. Minat yang tumbuh
dari rumah, tetap dengan bertambah luasnya lingkup sosial akan
menjadi tertarik pada minat orang diluar rumah yang mulai dikenal.
d. Perkembangan minat terbatas. Ketidakmampuan fisik dan mental
pengalaman sosial yang terbtas membatasi minat seseorang.
e. Minat dipengaruhi oleh budaya. Anak-anak mendapat kesempatan
dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai
apa saja yang boleh kelompok budaya mereka dianggap minat sesuai
dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang
dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya mereka.
f. Minat berbobot emosional. Bobot emosional apek sfektif dari minat
menentukan kekuatannya. Bobot emosional yang tidak
menyenangkan melemahkan minat dan bobot emosional yang
menyenangkan mempekuatnya.
g. Minat itu egosentris. Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu
egosentris. Misalnya, minat anak laki-laki pada matematika sering
berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian dibidang matematika
disekolah merupakan langkah penting menuju kedudukan yang
16
Menurut Slamet (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secar terus menerus.
b. Ada rasa suka dan senag pada sesuatu yang diminati,
c. Memperoleh suatu kebanggan dan kepuasan pada sesuatu yang
diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang
diminat.
d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang
lainnya.
e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan
Menurut Safari (2005:111), terdapat ciri-ciri minat belajar yaitu :
a. kesukaan,
b. ketertarikan,
c. perhatian,
d. keterlibatan
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat
belajar adalah memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang sesuatu secara terus menerus, memperoleh kebanggaan
dan kepuasan terhadap hal yang diminati, berpartisipasi pada
pembelajaran, dan minat belajar dipengaruhi oleh budaya. Ketika siswa
17
dalam pembelajaran dan akan memberikan prestasi yang baik dalam
pencapaian prestasi belajar.
D. Faktor yang mempengaruhi minat belajar
Minat belajar yang ada pada siswa pada dasarnya dipenagruhi oleh
banyaknya faktor. Menurut Gorrison (1936:153) menyatakan bahwa :
Some factors that are of spesial importance in the develompt and guidance of the pupils are :
a) The personal of teacher
b) The attitude of the teacher toward the child and the school c) The home influence
d) Various enviromental influnce other that the home and the school
e) The maturity of the chlid
Pendapat diatas menerangkan bahwa faktor yang sangat penting
dalam pertumbuhan dan bimbingan siswa, sikap guru, pengaruh
lingkungan rumahdan di sekolah serta kematangan siswa.
Menurut Siti Rahayu Haditono (1983:3) ada dua faktor yang
mempengaruhi minat belajar yaitu :
a. Faktor dari dalam : diantaraya keluarga, sekolah, dan faktor
masyarakat.
b. Faktor dari luar : diantaranya keluarga, sekolah, dan faktor
masyarakat atau lingkungan.
Shaleh dan Wahab (2004:263), menyatakan bahwa, secara garis
besar faktor yang dapat mempenagruhi timbulnya minat terhadap sesuatu
18
bersangkutan (misal: bobot, umur, jenis kelamin); (2) berasal dari luar
individu mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
Seseorang akan berminat dalam belajar manakala ia dapat
merasakan manfaat terhadap apa yang dipelajari,baik untuk masa kini
maupun masa yang akan datang dan dirasakan ada kesesuaian dengan
kebutuhan yang sedang dihadapi, sehingga dapat disimpulkan bahwa
factor-faktor yang mempengaruhi tumbuh berkembangnya minat maupun
sebaliknya mematikan minat belajar adalah sebagai berikut :
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah factor yang berada dalam diri siswa antara lain :
a) Kematangan
Kematangan dalam diri siswa dipengaruhi oleh
pertumbuhan mentalnya. Mengajarkan sesuatu pada siswa dapat
dikatakan berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah
memungkinkan dan potensipotensi jasmani serta rohaninya telah
matang untuk menerima hal yang baru.
b) Latihan dan Ulangan
Oleh karena telah terlatih dan sering mengulangi sesuatu,
maka kecakapan dan pengetahuanyang dimiliki siswa dapat
menjadi semakin dikuasai. Sebaliknya tanpa latihan
19
karena latihan dan seringkali mengalami sesuatu, maka seseorang
dapat timbul minatnya pada sesuatu.
c) Motivasi
Motivasi merupakan pendorong bagi siswa untuk
melakukan sesuatu. Motivasi dapat mendorong seseorang,
sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu
pengetahuan tertentu. Tidak mungkin seseorang mau berusaha
mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya jika ia tidak
mengetahui betapa penting dan faedahnya hasil yang akan dicapai
dari belajarnya bagi dirinya
(Purwanto, 2006 : 103-104).
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah factor yang berasal dari luar diri siswa, antara
lain :
a) Faktor Guru
Seorang guru mestinya mampu menumbuhkan dan
mengembangkan minat diri siswa. Segala penampilan
seseorang guru yang tersurat dalam kompetensi guru sangat
mempengaruhi sikap guru sendiri dan siswa. Kompetensi itu
terdiri dari kompetensi personal yaitu kompetensi yang
berhubungan dengan kepribadian guru dan kompetensi
professional yaitu kemampuan dalam penguasaan segala seluk
20
pengajaran maupun yang berkaitan dengan metode pengajaran.
Hal demikian ini dapat menarik minat siswa untuk belajar,
sehingga mengembangkan minat belajar siswa.
b) Faktor Metode
Minat belajar siswa sangat dipengaruhi metode pengajaran
yang digunakan oleh guru. Menarik tidaknya suatu materi
pelajaran tergantung pada kelihaian guru dalam menggunakan
metode yang tepat sehingga siswa akan timbul minat untuk
memperhatikan dan tertarik untuk belajar
c) Faktor Materi Pelajaran
Materi pelajaran yang diberikan atau dipelajari bila bermakna
bagi diri siswa, baik untuk kehidupan masa kini maupun masa
yang akan dating menumbuhkan minat yang besar dalam
belajar. (Oemar Hamalik , 2006 : 30-32). Berbagai faktor
tersebut saling berhubungan erat dan dapat pula bersama-sama
mempengaruhi minat belajar siswa.
E. Cara Meningkatkan Minat Belajar Siswa
Dalam Sardiman ( 2008 : 95 ) cara membangkitkan minat
adalah sebagai berikut :
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
21
d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar
Menurut Winkel ( 1983 : 30 ) perasaan merupakan faktor psikis
yang nonintelektual, yang khusus berpengaruh terhadap
semangat/gairah belajar. Dengan melalui perasaannya siswa
mengadakan penilaian yang agak spontan terhadap
pengalaman-pengalaman belajar di sekolah. Penilaian yang positif akan terungkap
dala “perasaan senang” (rasa puas, rasa gembira, rasa simpati, dan lain sebagainya). Perasaan senang akan menimbulkan minat pula, yang
diperkuat lagi oleh sikap yang positif. Dalam Winkel ( 1983 : 30 )
guru di SMP dan SMA harus membuat siswa senang dalam belajar,
dengan cara antara lain :
a. Membina hubungan akrab dengan siswa, namun tidak bertingkah
seperti anak remaja.
b. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit, namun tidak
terlalu mudah.
c. Menggunakan alat-alat pelajaran yang menunjang proses belajar.
d. Bervariasi dalam cara pengajarannya, namun tidak berganti-ganti
22
B. Diskusi Kelompok
1. Pengertian Diskusi Kelompok
Menurut Tatiek Romlah (2006:89) diskusi kelompok merupakan
percakapan yang terencana antara tiga orang atau lebih dengan tujuan
untuk memcahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persolaan yang
terpimpin. Diskusi kelompok dilakukan dengan tujuan yang jelas dan
terencana. Pelaksanaan diskusi kelompok terdapat seorang pemimpin yang
bertuguas mengatur jalannya diskusi agar tujuan dari diskusi kelompok
dpat tercapai.
Menurut Roestiyah (2012:5) diskusi kelompok adalah suatu tekhik
belajar mengajar yang melibatkan proses interaksi aktif antara dua atau
lebih individu untuk saling tukar pengalaman, informasi, dan memecahkan
masalah, yang dilakukan oleh guru disekolah. Diskusi kelompok akan
memaksa siswa terlibat aktif, siswa lebih leluasa ketika menyampaikan
pengalaman, pendapat, dan bertanya. Hal tersebut dikarenakan siswa
berinteraksi dengan teman mereka sendiri sehingga tidak ada perasaan
canggung, malu, dan takut.
Diskusi Menurut Tukiran, dkk (2013: 23-25) ialah proses
penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan
saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah
ditentukan dengan tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat,
atau memcahkan masalah. Diskusi kelompk dilakukan dengan posisi
23
proses penyampaian pendapat dan interaksi tiap anggota kelompok dapat
terjadi dengan lebih mudah.
Menurut Suryosubroto (2002:179) metode diskusi kelompok dalam
proses pembelajaran merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan
memberikan kesempatan pada siswa (kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan guna mengumpulkan pendapat, menyimpulkan atau
penyusun alternatif pemecahan masalah. Materi pelajaran yang diberikan
oleh guru dibicarakan bersama, siswa satu sama lain saling memberikan
pengertian mengenai materi tersebut. Dibentuknya kelompok membuat
materi pelajaran akan lebih mudah dicermati oleh siswa.
Menurut Tohirin (2007: 291-292), Diskusi Kelompok merupakan
suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan
masalah secara bersama-sama.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode
diskusi kelompok adalah proses interaktif antara dua individu atau lebih
yang saling tukar pengalaman, informasi, dan memecahkan masalah.
2. Tujuan Diskusi Kelompok
Menurut Roestiyah (2012:6) ada tiga tujuan penggunaan diskusi
kelompok, yakni :
a. Siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki sebagai sarana untuk memecahkan masalah. Saat
24
pendapatantar siswa, dari situlah siswa akan belajar berfikir
logis untuk menentukan pendapat mana yang mendekati
kebenaran.
b. Melatih siswa untuk lebih demokratis dengan menyampikan
pendapatnya sendiri secara lisan.
c. Membantu siswa belajar berpartisipasi dalam berpartisipasi
dalam pembicaraan untuk memecahkan masalah.
Tujuan diskusi kelompok juga diungkap oeh Dinkmeyer dan Muro
(dalam Tatiek Romlah, 2006:89), diantaranya: (a) merangsang individu
untuk mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri; (b) merangkum
pendapat kelompok; (c) didapatnya pandagan baru mengenai hubungan
antara manusia.
Jacobsen Eggen, Kauchak, dan Dulaney (dalam Tatiek Romlah,
2006:89), juga menyatakan bahwa metode diskusi kelompok dapat
digunakan dengan berbagai tujuan , yaitu (a) mengembangkan
keterampilan kepemimpinan; (b) merangkum pendapat kelompok; (c)
guna mencapai suatu persetujuan kelompok; (d) belajar menjadi pendengar
aktif; (e) mengatasi perbedaan-perbedaan dengan tepat; (f)
mengembangkan kemampuan untuk memparaprase; (g) belajar mandiri;
dan (h) mengembangkan kemampuan menganalisis, mensintesis, dan
menilai. Tujuan diskusi kelompok disini berarti mampu untuk
25
memimpin, mendengar, mengatasi perbedaan, menyampaikan pendapatan,
menarik kesimpulan, mandiri, menganalis dan menilai.
Tujuan diskusi yang dilakukan guru memiliki tiga tujuan
insruksional penting seperti diungkapkan oleh Arends(2008:75). Pertama,
diskusi dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan membantunya
untuk mengonstruksikan pemahamannya sendiri mengenai isi akademik.
Diskusi membantu siswa meningkatan kemampuan untuk memahami
materi tertentu. Kedua, diskusi bertujuan untuk meningkatkan
keterlibatkan dan hubungan siswa. Diskusi memberikan kesempatan pada
siswa untuk berbicara dan mengemukakan ide-idenya sendiri di depan
umum serta memberikan motivasi pada siswa untuk terlibat dalam wacana
di luar kelas. Ketiga, dengan diskusi guru dapat membantu siswa
mempelajari bermacam-macam keterampilan komunikasi penting, seperti
menyatukan ide-ide dengan jelas, mendengarkan dan merespon orang lain,
serta mengajukan pertanyaan kepada orang lain dengan cara yang baik.
Tujuan diskusi menurut Arends adalah meningkatkan pemahaman dalam
berpikir, berhubungan dengan orang lain, meningkatkan keterampilan
komunikasi pada siswa.
Menurut J.J Hasibun dan Moedjiono (2006:23) diskusi kelompok
bertujuan agar siswa dapat berbagi informasi atau pengalaman, mengambil
keputusan atau untuk memecahkan masalah. Tujuan diskusi kelompok
26
a.Memberikan kesempatan siswa agar dapat menyalurkan
kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang lain.
b.Merangsang siswa agar lebih dapat bersikap terbuka.
c.Melatih siswa agar berpikir kritis dalam menyampaikan pendapat.
d.Mengasah siswa untuk menilai kemampuan dan peranan diri
maupun teman-teman.
e.Membantu anak menyadari dan merumuskan berbagai masalah,
baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran disekolah.
f. Melatih anak untuk dapat menerima pendapat atau masukan dari
orang lain.
g.Memberikan motivasi pada anak untuk dapat menerima masukan
orang lain.
Tujuan dari diskusi kelompok adalah bisa untuk mendiskusikan
dalam konteks pemecahan masalah siswa misalnya menyangkut masalah
belajar, penggunaan waktu luang, masalah-masalah karier. (Tohirin,292 :
2007)
Dari beberapa pendapat tentang tujuan diskusi kelompok dapat
disimpulkan bahwa dalam dunia pendidikan yang semakin demokratis ini,
metode diskusi mendapat perhatian besar karena memliki arti penting
dalam merangsang para siswa untuk berpikir dan mengekspresikan
pendapatnya secara bebas dan mandiri. Dengan demikian, diskusi
27
kemampuan berkomunikasi, termasuk di dalamnya keterampilan
berbahasa.
3. Manfaat Diskusi Kelompok
Diskusi sebagai metode mengajarkan lebih cocok dan diperlukan
apabila guru hendak :
a. Memnafaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan
kemampuannya.
c. Mendpatkan balikan dari siswa, apak tujuan telah tercapai.
d. Membantu siswa belajar berpikir kritis.
e. Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri
sendiri maupun teman-temannya.
f. Membatu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai
masalah yang “dlihat”, baik dari ppengalaman sendiri maupun
dari pelajran sekolah.
g. Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih giat.
(Hasibuan dkk, 2006:23)
Sedangkan menurut Engkoswara&Entang(1982:71-72)
mengemukakan bahwa secara lebih khusus kegiatan belajar mengajar
dalam kelompok-kelompok mempunyai manfaat dalam :
a.Mengembangkan kemampuan berkomunikasi
28
c.Mengecek hasil pencapaian siswa
d.Mengembangkan semnagat gotong royong dan saling
membantu.
e.Meningkatkan motivasi belajar yang sehat.
Dari beberapa pendapat tentang manfaat diskusi kelompok, penulis
lebih setuju dengan pendapat Hasibuan dkk, dikarena lebih relevan dan
cocok terhadap penelitian ini.
4. Kelebihan Diskusi Kelompok
Sebagai salah satu bentuk dari bimbingan kelompok, diskusi
kelompok memiliki kelebihan yang membedakan dengan bentuk
bimbingan lain. Siti Hartinah (2009:9) menyatakan keuntungan
menggunakan metode pendekatan kelompok adalah dapat
dikembangkannya sikap-sikap positif anak, seperti toleransi, saling
menghargai, kerjasama, tanggungjawab, dan displin. Selain itu, melalui
kegiatan kelompok dapat menghilangkan ketegangan emosi, konflik,
kekecewaan, curiga, dan iri hati.
Pendapat lain juga diungkapan oleh Semiwan (dalam Tukiran,
2013:24) yang menyebutkan bahwa diskusi kelompok dapat mempertinggi
peran serta secara perseorangan, mempertinggi peran serta kelas secara
keseluruhan, dan memupuk sikap saling menghargai pendapat orang lain.
Sedangkan menurut Suryosubroto (2002:185) penggunaan diskusi
29
a. Pelaksanaan diskusi kelompok melibatkan semua siswa secara
langsung dalam proses pembelajaran.
b. Tingkat pengetahuan dan penguasaan materi siswa akan diuji.
c. Siswa dilatih untuk berpikir dan bersikap ilmiah.
d. Siswa yang mengajukan dan mempertahankan pendapatnya
diharapkan dapat lebih percaya pada kemampuan dirinya.
e. Diskusi dapat digunakan sebagai sarana untuk menunjang
usaha pengembangan sikap sosial dan demokratis.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan
bahwa kelebihan dari diskusi kelompok adalah
a.Mampu menghidupkan susasana kelas
b.Siswa menjadi lebih aktif
c.Siswa menjadi bisa menilai diri sendiri dan orang lain.
d.Mengembangkan sikap demokratis
e.Mengembangkan sikap saling menghargai pendapat orang lain.
5. Kelemahan diskusi kelompok
Menurut Suryobroto (2002:185-186) kelemahan dari diskusi
kelompok adalah
a. Memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum
pernah dipelajari sebelumnya.
b. Diskusi kelompok yang mendalam perlu waktu yang banyak
30
d. Jalannya diskusi dapat dikuasi atau didominasi oleh beberapa
siswa yang menonjol.
Selain dari pendapat diatas, ada juga pendapat lain dari Wardani
(1983:8-9), mengemukakan pendapat bahwa kelemahan diskusi kelompok
adalah
a. Diskusi kelompok memerlukan waktu yang lebih banyak
daripada cara belajar yang lain.
b. Dapat memboroskan waktu, terutama bila terjadi hal-hal
negative seperti : pengarahan yang kurang tepat, pembicaraan
yang berlarut-larut, penyimpanan yang tidak ditegur dll.
c. Anggota-anggota yang kurang agresif (pendiam, pemalu dsb)
sering tidak mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan
ide-idenya, hingga menyebabkan terjadinya frustasi dan
penariakn diri.
d. Ada kalanya diskusi hanya didominasi oleh orang-orang
tertentu saja.
Dari beberapa pendatan tentang kelemahan diskusi kelompok dapat
disimpulkan yaitu diskusi kelompok memerlukan
keterampilan-keterampilan khusus yang belem tentu semua siswa memiliki, diskusi
kelompok juga memerlukan waktu yang cukup lama, tidak semua siswa
juga mampu mengemukan pendapatnya didepan umum secara langsung,
adakalanya juga ada beberapa siswa yang mendominasi jalanya diskusi
31
6. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pemimpin dalam diskusi
kelompok.
Hal-hal yang perlu diperhatiakan dalam diskusi kelompok tidak
hanya ditujukan kepada anggota kelompok, tetapi juga pemimpi
kelompok. Untuk dapat menjalankan peranan pemimpin interaksi melalui
diskusi, maka pada umunya guru sebagai pemimpin diskusi perlu
memperhatikan tiga hal tersebut, maka menurut Winarno Surakhamd
(1980) pemimpin diskusi harus memainkan tiga peranan yaitu :
a. Pemimpin sebagai pngatur lalu lintas berati guru berperan
sebagai penengah untuk mengatur jalan, arus, dan arah penfapat
dari tiap orang agar tidak terjadi kesimpang siuran, ataupun
pembicaraan yang tidak tertuju pada pokok diskusi.
b. Pemimpin sebagai dinding penangkis yaitu setiap kali
menerima pertanyaan-pertanyaan dari peserta, ia harus segera
menilai mana yang perlu dipantulkan kembali kepada
kelompok, sehingga tidak terjadi tnya jawab antara pemimpin
diskusi dengan sejumlah kecil anggota diskusi saja.
c. Pemimpin sebagai penunjuk jalannya yaitu bahwa sebagai
pemimpin interaksi, salah satu lagi tugas pemimpin tersebut
ialah memberi petunjuk-petunjuk umum mengenai
32
Menurut pendapat Roestiyah, bila mengunakan metode diskusi
kelompok, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
pelaksanaannya bisa lancar, yaitu :
a. Instruktur harus memahami dan menguasi sungguh-sungguh
masalah yang dilontarkan pada siswa masalah apa yang harus
dipecahkan dan dapat memberikan serta mengarahkan jalannya
diskusi, bila mugkin terjadi penyelewengan pembicaraan atau
menemui jalan buntu.
b. Instruktur harus mampu memberikan garis-garis besar pokok
persoalan yang penting, agar siswa terpimpin dapat mengetahui
dan memilih pokok-pokok soal yang mana harus diselesaikan
lebih dahulu agar tidak membicarakan hal-hal yang tidak perlu.
c. Instruktur harus mampu menetapkan jawaban terhadap
garis-garis besar persoalan, agar siswa mendapatkan bimbingan
dalam merumuskan jawaban itu.
d. Instruktur harus mampu mengetahui dan mengkap jawaban
yang telah disetujui bersama. Hal yang telah disetujui bersama.
Hal yang telah disetujui dirumuskan sebagai tumpuan
pemecahan soal yang berikut, sehingga semua masalah dapat
terpecahkan.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa keberadaan pemimpin kelompok atau instruktur merupakan aspek
33
instruksur harus dapat mengarahkan jalannya kegiatan kelompok dengan
mengatur jalannya diskusi. Pemimpin kelompok mengatur jalannya
diskusi dengan memberikan rangsangan untuk berdidkusi dan berusaha
merefleksikan pertanyaan dari anggota yang lain. Pemimpin diskusi atau
instruktur dalam mengambil kesimpulan harus menetapkan jawaban
terhadap garis-garis besar persoalan, selain hal tersebut yang telah
disetujui bersama melalui diskusi kelompok dapat dirumuskan sebagai
kesimpulan dalam kelompok. Terkait dengan proses diskusi kelompok,
unsur kerahasian merupakan tanggung jawab bersama anggota kelompok
diskusi.
7. Langkah-langkah dalam diskusi kelompok
Berikut ini beberapa pendapat mengenai langkah-langkah dalam
melakasanakan diskusi kelompok. Menurut J.J Hasibuan dan Moedjiono
(2006:24) langkah diskusi kelompok adalah sebagai berikut:
a. Guru memberi pengarahan pada siswa terkait dengan masalah
yang akan didiskusikan beserta cara pemecahannya dengan
jelas agar dapat dipahami siswa. Masalah tersebut juga dapat
ditentukan bersama antara guru dan siswa.
b. Guru memimpin siswa membentuk kelompok-kelompok
diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, penulis, dan pelapor),
34
c. Ketika tiap-tiap kelompok berdiskusi, guru berkeliling dari satu
kelompok ke kelompok lain (jika kelompok lebih dari satu),
menjaga kebersihan, memberi dorongan dan bantuan agar
anggota kelompok dapat aktif dalam diskusi.
d. Setelah selesai diskusi, tiap berkelompok melaporkan hasil
diskusinya dalam berkelompok yang lebih besar (kelompok
kelas) dan dari siswa dari kelompok lain dapat memberikan
penjelasan terkait laporan tersebut. Siswa mencatat hasil dari
diskusi dan hasil laporan dikumpulkan paga guru.
Langkah-langkah pelaksanaan diskusi kelompok juga disampaikan
oleh Suprihadi Saputro, Zainal Abidin, dan I Wayah Sutarna
(2000:184-185), langkah tersebut secara berurutan yakni:
a. Merumuskan masalah secara jelas
b. Dengan pemimpin guru para siswa membentuk kelompok
diskusi.
c. Melaksanankan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu
persis apa yang akan didikusikan dan bagaimana cara
berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap
anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama.
d. Melaporkan hasil diskusi.
e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru
35
Langkah-langkah dalam melaksanakan diskusi seperti yang
dikemukakan oleh Soryotobroto (2002:181-182) adalah sebagai berikut:
a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan
memberikan pengarahanan seperlunya mengenani cara-cara
pemecahannya.
b. Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk
kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris,
pelapor, mengtur tempat duduk, ruangan, saranan, dan
sebaginya)
c. Para siswa berdiskusi didalam kelompoknya masing-masing,
sedangkan guru hanya berkeliling dari kelompok satu ke
kelompok yang lain untuk menjaga ketertiban serta
memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap
anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan
dengan lancar.
d. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya.
Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua
siswa(terutama dari kelomok lain). Guru memberikan ulasan
atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut.
e. Akhirnya para siswa mencatat hasil diskusi, dan guru
mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok
36
Agar diskusi tersebut dapat berjalan secra efektif, maka perlu juga
didahului oleh perencanaan dan persiapan yang matang, yang mencakupi :
a. Pemilihan topik atau masalah yang akan didiskusikan.
b. Perencanaan dan penyiapan informasi pendahuluan yang
berhubungan dengan topik tersebut, hingga para siswa memiliki
latar belakang yang sama.
c. Guru perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin sebagi
pemimpin diskusi.
d. Penetapan besar kelompok.
e. Pengaturan tempat duduk.
(wardani,1983:7)
Selain itu, wardani (1983:6) juga mengungkapkan bahwa dalam
diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim yang terbuka” yaitu dalam
suasana persahabatanyang ditandai oleh kehangatan hubungan pribadi,
ketersedian menerima dan mengenalkan lebih jauh topik diskusi,
keantusiasan berpartisipasi, serta kesediaan menghargai pendapat orang
lain, sehingga kelompok mengangap diskusi sebagai suatu kegiatan yang
menyenangkan.
Berdasarkan pendapatkan diatas, langkah-langkah dalam diskusi
kelompok dapat diawali dengan melakukan perumusan masalah yang akan
dibahas. Langkah kedua yang dilaksanakan adalah melakukan
pembentukan kelompok diskusi. Langkah selanjutnya adalah
37
yang dilanjutkan dengan pelaporan hasil yang telah dilaksanankan.
Langkah terakhir yang dilakukan dalam diskusi kelompok adalah
melakukan pencatatan hasil kegiatan diskusi kelompok yang telah
dilakukan.
C. Kerangka Berpikir
Penerapan metode diskusi dalam proses pembelajaran merupakan
salah satu metode yang tidak terlalu mahal dan tidak terlalu sulit diterapkan
serta cukup efektif untuk mencapai tujuan belajar.Penerapan metode diskusi
merupakan sebuah metode yang dapat menggali potensi siswa untuk dapat
berpikir kritis, bebas mengembangkan gagasan-gagasannya serta memberi
pengalaman langsung sehingga perolehan belajar tidak bersifat verbal semata,
melainkan mampu memberi pengalaman yang bersifat konkret. Dengan
demikian metode tersebut akan dapat menguatkan ingatan siswa terhadap
materi yang dipelajarinya. Bertitik tolak dari kerangka berpikir demikian,
maka dapat dinyatakan bahwa dengan penerapan metode diskusi secara
efektif, cenderung dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam mata
pelajaran bimbingan konseling. Penerapan metode diskusi menyebabkan siswa
memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dan lebih kuat melekat
dalam memori (pikiran) mereka, sehingga secara tidak langsung berdampak
pula terhadap perolehan atau hasil belajar siswa. Di samping itu dengan
diterapkannya metode ini akan membuat perhatian siswa tertarik dalam proses
38
belajar sehingga akan mempermudah siswa tersebut memahami materi
pelajaran bimbingan konseling yang dipelajarinya. Diterapkannya metode ini
secara efektif dan efesien akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran bimbingan konseling.
D. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan Jufri Lanasir (2013) Meningkatkan Minat
Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Metode Diskusi di Kelas
III SDN Pembina Salakan Kecamatan Tinangkung Kabupaten Banggai
Kepulaua. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II tentang tingkat
keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran dengan perolehan nilai 46
atau prosentase 76,66 % dan masuk dalam kategori baik. Sedangkan hasil
pengamatan kegiatan guru dengan 15 indikator penilaian mendapat nilai 56
atau prosentase 74,66 % dan masuk dalam kategori baik. Berdasarkan uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode diskusi dapat
meningkatkan minat belajar siswa kelas III B SDN Pembina Salakan
Kecamatan Tinangkung Kabupaten Banggai Kepulauan. Adapun saran yang
diajukan dari hasil penelitian yaitu metode diskusi kiranya dapat menjadi
bahan pertimbangan bagi guru yang mengajar dengan menyesuaikan materi
yang diajarkan sebagai alternatif meningkatkan minat belajar.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Laras Ayni Widyastuti (2012) yang
berjudul pengaruh media permaianan sains terhadap minat belajar sains
siswa kelas II SDN Pujokusuman 2 dan SDN Pujokusuman 3 Yogyakarta.
39
belajar sains. Peningkatan skor minat belajar sains pada kelas ekperimen
setelah perlakuan(permainan sains) sebanyak 16,61. Sementara itu,
peningkatan rerata skor minat belajar sains pada kelas kontrol setelah
perlakuan (permainan sains) sebanyak 5,67. Dengan demikian,
peningkatan rerata skor pada kela eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan rerata skor pada kelas kontrol.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas maka dapat
diajukan hipotesis tindakan dari penelitian tindakan ini adalah Metode Diskusi
Kelompok dapat meningkatkan minat belajar pada siswa kelas VIII SMP
40 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan. Tim
Pelatihan Penelitian Tindakan UNY yang dikutip oleh Sujati (2002:2)
mengartikan penelitian tindakan sebagai salah satu strategi pemecahan
masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan
kemampunan dalam mendeteksi dan memcahkan masalah. Penelitian
tindakan merupakan metode penelitian yang menarik perhatian
orang-orang yang bergerak dibidang ilmu sosial dan humaniora.
Menurut elliot dalam Suwarsih madya (2006:9-10) penelitian
tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud meningkatkan
kualitas tindakan didalamnya. Seluruh proses diagnosis, perancanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh telah menciptakan hubungan
yang diperlukan antara evaluasi diri dan perkembangan profesional.
Secara ringkas tujuan utama penelitian tindakan adalah untuk
meningkatkan kualitas pelaksanaan praktik atau layanan pembelajaran.
Grindy dan Kemmis yang dikutip Suwarsih Madya (1994: 12)
menyebutkan bahwa tujuan penelitian tindakan adalah peningkatan
praktik, peningkatan atau pengembangan profesional, pemahamanpraktek
oleh praktisinya dan peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktek.
Fokus penelitian ini terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang
41
tindakan itu dapat memcahkan masalah yang dihadapi siswa. Selain itu,
pelaksanaan penelitian tindakan kelas diharapkan dapat menghasilkan
beberapa peningkatan dan perbaikan, diantaranya adalah :
1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas pengunaan
media, alat bantu mengajar, dan sumber belajar lainnya.
2. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan
alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan
hasil belajar siswa
3. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan
anak disekolah
4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan
kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa disekolah.
5. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa
di sekolah
6. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu pembelajaran
dikelas.
(Suhardjono, 2007:61)
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengupayakan peningkatan
minat belajar di SMP Hamong Putera Ngaglik melalui diskusi kelompok,
maka berdasarkan pendapat diatas, peneliti memilih untuk melakukan
penelitian tindakan. Jenis penelitian ini dianggap cocok untuk mengatasi
permasalahan mengenai meningkatkan minat belajar siswa. Oleh karena
42
peningkatan minat belajar siswa melalui diskusi kelompok. Hal ini
tersebut dilakukan tentunya untuk meningkatkan mutu pembelajaran
dikelas, seperti yang telah diungkapkan diatas bahwa salah satu hasil yang
diharapkan dari penelitian tindakan kelas adalah peningkatan perbaikan
terhadap mutu pembelajaran dikelas.
B.
Subjek Penelitian
Suharsimi Arikunto (1993:116) menyebutkan bahwa yang
dimaksud subjek penelitian adalah suatu benda, hal, atau orang, tempat
data variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan. Jadi subjek
merupakan sesuatu yang posisinya sangat penting, karena pada subjek
itulah terdapat data tentang variabel yang diteliti dan diamati oleh penliti.
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131).
Tehnik pengambilan sampel menggunakan teknik Total Sampling.
Dikatakan Purposive Sampling karena peneliti langsung tentukan
sampelnya yaitu semua siswa kelas VIII B SMP Hamong Putera Ngaglik
43
C.
Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Hamong Putera Ngaglik yang
terletak di Desa Gentan, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2016
D.
Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini, menggunakan desain penelitian
Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart yang menggunakan siklus
sistem spiral terdiri dari rencana, tindakan, observasi, dan refleksi
(Dede Rahmat Hidayat & Aip Badrujaman,2012:12). Ada empat
komponen penelitian yang terdapat pada model ini, yaitu:
1. Merencanakan tindakan.
2. Melaksanakan tindakan
3. Melakukan pengamatan/observasi
4. Refleksi hasil pengamatan
Adapun visualisasi bagan model penelitian yang disusun oleh
44
Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan
Gambar 1 di atas terdiri dari siklus I dan II, setiap siklusnya
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi
untuk mengetahui dampak atau hasil tindakan yang telah
dilakukan.Penelitian ini dikatakan berhasil apabila terdapat hasil
yang signifikan yang tercermin melalui perubahan kemampuan
komunikasi lisan siswa.
Pada penelitan tindakan kelas, jika siklus I belum
berhasil, maka peneliti akan melalakukan tindakan siklus II.
Tahap pada siklus II sama dengan yang dilakuakan pada siklus I,
hanya dalam silkus II peneliti terlebih dahulu mencari solusi untuk
memperbaiki kekurangan yang dilakukan pada siklus I.
Pada penelitian dengan desain Kemmis & McTaggart ini
dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru.
45
dengan peneliti adalah sebagai pemberi tindakan.
E.
Rancangan Tindakan
1. Pra Tindakan
Sebelum melakukan rencana tindakan, terlebih dahulu
peneliti perlu melakukan beberapa langkah pra tindakan, agar
peneliti dapat mengetahui kondisi awal peserta sebelum diberi
tindakan. Langkah- langkah yang dilakukan peneliti pada pra
tindakan adalah sebagai berikut:
a. Peneliti melakukan observasi pada siswa kelas VIII SMP
Hamong Putera Ngaglik dan melakukan wawancara pada
guru Bimbingan dan Konseling untuk mengetahui kondisi
subyek yang akan diberi tindakan.
b. Guru Bimbingan dan Konseling dan peneliti berdiskusi
untuk menyamakan persepsi terkait tindakan yang akan
diberikan kepada siswa.
c. Peneliti bersama guru B i m b i n g a d a n K o n s e l i n g
memberi materi untuk memancing siswa agar berpendapat
dan mengeluarkan kemampuan komunikasi lisannya, lalu
peneliti mengobservasi untuk mengetahui kemampuan awal
siswa.
d. Guru Bimbingan dan Konseling dan peneliti berdiskusi
46 2. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dan guru Bimbingan dan
Konseling mendiskusikan materi yang akan berikan kepada siswa.
Materi yang sudah ada diberiakan oleh guru untuk dikoreksi.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini melakukan penerapan metode diskusi
kelompok sebagai upaya untuk meningkatkan minat belajar.
Berikut ini pokok - pokok kegiatan yang akan dilaksanakan
dalam diskusi kelompok :
1) Tahap Persiapan
a) Menjelaskan aturan diskusi kelompok
b) Membagi siswa menjadi kelomopok-kelompok kecil
c) Menentukan pemimpin kelompok dan anggota kelompok
d) Membagi materi yang akan didiskusikan
e) Menghentikan diskusi kelompok
f) Mempresentasikan hasil diskusi
2) Tahap Observasi
Peneliti dengan bantuan guru Bimbingan dan Konseling
mengamati jalannya kegiatan peningkatan minat belajar
47
3) Tahap Refleksi
Setelah melakukan seluruh tindakan menggunakan
metode diskusi kelompok dan siswa sudah diberikan angket
untuk mengukur peningkatan angket. Semua data
terkumpul segera dilakukan analisis data. Kegiatan refleksi
adalah suatu kegiatan untuk melihat dampak dari tindakan
yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan dari rencana tindakan yang telah
ditetapkan.
3. Siklus II
Pada sikluskedua ini, tindakan yang diberikan dimaksudkan
untuk memperbaiki kekurangan - kekurangan yang terdapat pada
siklus I. Kekurangan - kekurangan tersebut akan diperbaiki pada
siklus II dengan menggunakan materi yang berbeda dari siklus
sebelumnya. Namun, lembar observasi yang digunakan masih sama
seperti siklus I.
1) Tahap Perencanaan
Membahas tindakan sebelumnya dan membahas kekurangan -
kekurangan pada siklus I, kemudian merancang kegiatan siklus II.
Memastikan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.
Kegiatan selanjutnya hampir sama dengan siklus pertama, hanya
48
2) Tahap Observasi
Peneliti dengan bantuan guru Bimbingan dan Konseling
mengamati jalannya kegiatan peningkatan minat belajar dengan
menggunakan metode diskusi kelompok.
3) Tahap Refleksi
Setelah melakukan seluruh tindakan menggunakan metode
diskusi kelompok dan siswa sudah diberikan angket untuk
mengukur peningkatan angket. Semua data terkumpul segera
dilakukan analisis data. Kegiatan refleksi adalah suatu kegiatan
untuk melihat dampak dari tindakan yang diberikan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari
rencana tindakan yang telah ditetapkan.
F.
Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data menurut Sugiyono (2008: 193) dapat dilakukan
dengan berbagai setting, sumber, dan berbagai cara dalam upaya
menumpulkan data. Suharsimi Arikunto (2005: 100) menyatakan teknik
pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Metode pengumpulan data meliputi skala minat belajar,
observasi, dan wawancara.