• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fungsi Pelayanan Pastoral Pendeta Weekend di Gereja Bukit Zaitun - Oelelo - Kupang Tengah – Nusa Tenggara Timur T2 752012027 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fungsi Pelayanan Pastoral Pendeta Weekend di Gereja Bukit Zaitun - Oelelo - Kupang Tengah – Nusa Tenggara Timur T2 752012027 BAB I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam setiap profesi yang dilakoni oleh manusia tentu memiliki fungsinya masing-masing yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya sendiri. Begitu pula menjadi seorang pendeta. Pendeta adalah seorang pemimpin jemaat, khususnya dalam hal moral dan spiritual.1 Gereja Masehi Injili di Timor (selanjutnya disebut dengan GMIT) adalah salah satu gereja yang diharapkan mampu untuk menghasilkan pendeta-pendeta yang penuh dengan rasa tanggung jawab. Untuk itu, jabatan pendeta dapat diperoleh seseorang setelah melewati berbagai proses. Salah satu proses pembentukan karakter seorang pendeta di GMIT disebut masa vikariat. Proses ini wajib dijalani oleh seorang calon pendeta selama dua tahun. Setiap calon pendeta harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh GMIT. Syarat tersebut berhubungan dengan: 1). Pemahaman tentang Alkitab dan pengakuan dan ajaran GMIT; 2). Memiliki komitmen yang tinggi dalam pelayanan. Hal ini di tunjukan dengan kesediaan untuk bekerja penuh waktu, bersedia ditempatkan di mana saja dalam wilayah pelayanan GMIT, bersedia untuk tinggal di tempat pelayanan, bersedia untuk membangun hubungan persaudaraan dan persekutuan dengan jemaat; 3). Memiliki kecakapan dan ketrampilan manegerial. Seorang pendeta adalah pemimpin yang harus menjadi teladan bagi jemaat. Keteladanan hidup seorang pendeta bercermin dari teladan Kristus. Seorang pendeta adalah panutan bagi jemaat dalam kehidupan secara rohani maupun jasmani.2 Dari uraian ini memberi gambaran

(2)

bahwa terdapat standar khusus yang harus dipenuhi oleh seseorang, sebelum ditabiskan menjadi pendeta. Tidak saja standar akademik tetapi juga komitmen pelayanan yang tinggi, memiliki ketaatan dan mampu menjadi teladan, serta memiliki disiplin hidup ditengah jemaat.

Fungsi seorang pendeta dalam pelayanan sebagaimana yang terdapat dalam Peraturan Pokok GMIT tentang jabatan pendeta, antara lain:3

1. Pendeta berwenang untuk :

a. Melayani Firman Allah dan sakramen,

b. Menggembalakan umat dan melaksanakan perkunjungan rumah tangga, c. Melayani peneguhan sidi dan pemberkatan nikah

d. Menthabiskan pejabat gereja

e. Memperhadapkan karyawan gereja, Badan Pengurus, Badan Pembantu Pelayanan, dan Unit Pembantu Pelayanan,

f. Menjadi ketua majelis jemaat, g. Memakamkan orang mati.

2. Tugas pendeta adalah melaksanakan panca pelayanan GMIT, yaitu pelayanan Koinonia (Persekutuan jemaat), Diakonia (pelayanan kasih), Marturia (pengajaran), Liturgia (tata ibadah) dan Oikonomia (Penataan kerumahtanggaan). Rumusan tentang tugas, wewenang dan tanggungjawab pendeta di atas, memberi gambaran bahwa, pendeta memiliki tugas untuk memimpin serta melengkapi warga jemaat untuk tugas kesaksian, pelayanan diakonia, penggembalaan, memelihara keutuhan jemaat dan mengelola perbendaharaan gereja demi kepentingan pelayanan.

(3)

Kenyataannya dalam Evaluasi terhadap kinerja pendeta oleh Majelis Sinode GMIT periode 2007-2011, menunjukan bahwa kinerja pendeta GMIT rendah. Laporan MS-GMIT periode 2011-2015, dalam sidang kerja pada tanggal 24-27 September 2012 disampaikan bahwa sekitar 90% masalah yang diselesaikan oleh MS-GMIT pada tahun pertama adalah masalah personil, yang berhubungan dengan kinerja pendeta. Masalah dimaksud antara lain adanya pendeta yang tidak tinggal di jemaat; adanya pendeta hari minggu; rusaknya relasi antara pendeta dengan pendeta, khususnya di jemaat yang memiliki pendeta lebih dari satu; rusaknya relasi antar pendeta dengan majelis jemaat; rusaknya relasi antara pendeta dengan jemaat; rusaknya relasi antara pendeta dengan Ketua Majelis Klasis; adanya masalah moralitas dan disiplin hidup.4

Dari fakta lapangan yang didapat oleh penulis, salah satu klasis di GMIT yaitu klasis Kupang Tengah, pendeta jemaat di gereja Bukit Zaitun - Oelelo Kupang Tengah yang tidak berdomisili di pastori yang telah disediakan oleh jemaat, namun lebih memilih untuk tinggal bersama keluarga dan mengunjungi jemaat hanya pada hari sabtu dan minggu. Pendeta tersebut juga memiliki seorang istri yang berprofesi sebagai pendeta, namun istrinya itu mendapatkan tugas di tempat yang jauh dari suaminya, sehingga mereka lebih memilih untuk tinggal di kota dari pada tinggal bersama jemaat, sehingga pelayanan pengembalaan menjadi terabaikan,5 padahal Herbert Anderson yang mengutip E. Thurneysen, pelayanan penggembalaan adalah suatu percakapan yang didasarkan pada asumsi yang paling pokok. Pelayanan ini diarahkan kepada suatu percakapan yang

4 Laporan Pertanggung Jawaban Majelis Sinode GMIT periode 2007-2011 dalam sidang sinode GMIT di

Rote tahun 2015.

(4)

berlangsung dari firman Allah dan memimpin kepada firman Allah.6 Penggembalaan adalah pelayanan yang membawa seseorang untuk semakin memahami kebenaran firman Tuhan dan kebenaran firman Tuhan itulah yang membuatnya mampu menjalani segala pergumulan hidupnya bersama dengan Tuhan.7

Melalui kenyataan ini, integritas pendeta sebagai teladan dan pemimpin di tengah jemaat mulai dipertanyakan dengan mengingat tugas dan tanggungjawab yang telah diemban. Memang pelayanan-pelayanan terhadap jemaat seperti pelayanan rumah tangga bisa dilakukan oleh majelis yang ada, namun bagaimanapun jemaat lebih membutuhkan sosok yang mampu membimbing mereka dengan pemahaman Alkitab secara benar agar kehidupan jemaat bisa menjadi baik. Akibat yang timbulpun menyangkut masalah personil, yaitu kurangnya relasi dengan jemaat, perbendaan pendapat dengan majelis, tingkat kehadiran jemaat dalam ibadah yang kurang, serta berdampak bagi kehidupan spirituaal jemaat yang kurang sehingga menyebabkan menurunya nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan jemaat.

Dengan mengacu pada hal di atas, maka sebaiknya para pendeta hari minggu tersebut sebaiknya lebih teliti dan peka terhadap tugas dan tanggung jawabnya, terkhususnya tugas sebagai pendampingan pastoral. Pendampingan patoral menurut Howard Clinebell8 menjabarkan lima fungsi pendampingan dan konseling pastoral, yaitu:

1. Penyembuhan (healing) adalah fungsi pastoral yang bertujuan mengatasi beberapa kerusakan dengan cara mengembalikan orang itu pada suatu keuruhan dan menuntun ke arah lebih baik dari sebeumnya.

6 Incarnation and Patoral Care dalam The Chucrh and Pastoral Care, (ed. LeRoy Aden dan J. Harold

Ellens; Grand Rapids: Baker, 1988), pg.58.

7 Obligations of Pastor and Congregation to Each Other dalam Vital Ministry Issues, (ed. Roy B. Zuck;

Grand Rapids; Kregel, 1994), pg.95.

8 Howars Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung

(5)

2. Penopang (stuaining) adalah menolong orang yang “terluka” untuk bertahan

melewati sutu keadaan yang dalamnya pemulihan kepada keadaan semula atau penyembuhan dari penyakit yang tidak mungkin atau tipis kemungkinan.

3. Pembimbingan (guidingi) adalah membntu orang-orang yang kebingungan untuk menentukan pilihan-pilihan yang pasti diantara berbagai pikiran dan tindakan alternatif, jika pilihan demikian dipandang sebagai yang mempengaruhi jiwa sekarang dan akan datang.

4. Pendamaian (reconciling) adalah berupaya untuk membangun relasi manusia dengan sesamanya dan antara manusia dengan Allah.

5. Mengasuh (nurturing) adalah bahwa penderita perlu ditolong dengan pengasuhan dalam arah menolong klien dalam hal pelayanan pastoral.

Selaras dengan pemahaman Clinebell, Van Beek menambahkan satu fungsi pastoral tentang holistik. Holistik adalah fungsi utama dan tujuan utama dari pendampingan pastoral yaitu pengutuhan kehidupan manusia dalam segala aspek baik sosial, fisik, mental dan juga spiritual,9 oleh karena itu pendeta diharapkan mampu untuk menjadi teladan bagi jemaatnya yang nampak dalam cara berpikir, perkataan, sikap, perilaku, dan karakternya.10 Sebagai seorang pemimpin yang memimpin jemaatnya, pendeta juga diharapkan dapat memberi arah tujuan ke mana jemaat tersebut akan dibawa, yang tentunya agar menjadi lebih maju, lebih baik, lebih berkualitas dan meningkat dari segi jumlah.11 Untuk itu, seorang pendeta harus menyadari panggilan hidup sebagai pendeta

9 Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), hal.12

10 The Journal of Pastoral Care and Counseling, SAGE JOURNAL, 2011.

11 Phan Bien Ton, Perkembangan Paradigma Pendampingan Pastoral di Indonesia, jurnal ICDCollege

(6)

yaitu melakukan pelayanan firman dan pengembalaan yang adalah dasar dari tugas dan tanggungjawabnya.

Pengertian dari pelayanan firman sendiri adalah penyampaian isi firman Tuhan yang merupakan sabda Tuhan kepada jemaat. 12 Penggembalaan merupakan kegiatan memelihara sekelompok orang Kristiani secara rohani. 13 Firman Tuhan yang dikotbahkan kepada jemaat diambil dari satu atau lebih ayat Alkitab yang dijabarkan sedemikian rupa sehingga jemaat dapat mengimplementasikan dalam kehidupannya sehari-hari.14 Penggembalaan merupakan istilah yang diambil dari kata gembala, yang menggambarkan pendeta memiliki tugas menjaga kehidupan rohani umatnya, mengenal umatnya dan melindungi umatnya dari keadaan-keadaan yang mengancam. Keadaan yang dikatakan mengancam misalnya, ketika jemaat ada yang mengalami masalah, pendeta bisa menguatkan dan menghibur mereka.15 Menyediakan “makanan rohani”, melakukan bimbingan yang bersifat rohani sehingga jemaat melakukan perintah-perintah agama.16

Dari latar belakang tersebut di atas, maka tulisan ini akan ditulis dengan judul:

PERAN PELAYANAN PASTORAL PENDETA WEEKEND DI GEREJA BUKIT

ZAITUN - OELELO - KUPANG TENGAH - NUSA TENGGARA TIMUR

B.RUMUSAM MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian adalah:

Bagaimana peran pendampingan pastoral pendeta yang tidak berdomisili dalam

12 Waarren. W. Wiersbe, Be Wise (1 Corinthians): Discren the Difference Between Man’s Knowladge and God’s Wisdom, (USA Second Edition, 2010), hal.49-50.

13 Bons-storm, M, Apakah Pengembalaan Itu? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), hal.7.

14 Richard. L. Strauss (editor), Bagaimana Memahami Kehendak Tuhan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2002), hal.90.

15 Anugrah dalam Pela yanan Pengembalaan, Nathanael Channing, jurnal Veritas 3/2, Oktober 2012. 16 Tj. G. Hommes (editor), Teologi dan Praktis Pastoral: Antologi Teologi Pastoral, (Jakarta: Kanisius,

(7)

pelayanan di jemaat GMIT Bukit Zaitun - Oelelo Kupang Tengah?

C.TUJUAN PENELITIN

Peneilitian ini bertujuan untuk:

Mendeskripsikan dan menganalisis peran pendampingan pastoral pendeta yang tidak berdomisili dalam pelayanan di jemaat GMIT Bukit Zaitun - Oelelo Kupang Tengah.

D.MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini dapat bersifat teoritis dan praktis. 1.Manfaat teoritis

Dapat memberikan sumbangan teoritik unutuk dapat menganalisa peran pendampingan pastoral bagi pendeta.

2.Manfaat praktis

Dapat memberikan bahan rujukan kepada para pendeta yang tidak berdomisili di jemaat agar mampu melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik.

E.METODE PENELITIAN

Menurut Moh.Nazir para peneliti dapat memilih berjenis-jenis metode dalam melaksanakan penelitiannya. Metode yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus sesuai dengan metode penelitian yang dipilih.17 Menurut Kartini Kartono metodologi adalah cara berpikir dan

(8)

berbuat yang dipersiapkan sebaik-baiknya untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai tujuan berdasarkan kebenaran.18

Tujuan akhir penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis suatu metode peran pendampingan patoral bagi pendeta. Berdasarkan tujuan tersebut maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis dilaksanakan untuk menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat yang terkait dengan substansi penelitian.19 Metode deskriptif analitis dipilih karena penelitian ini bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang dialamiahkan dengan cara memanfaatkan berbagai metode ilmiah.20

F.TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dilakukan dalam kajian empiris yang diperoleh melalui wawancara dan observasi yang ditambah dengan Focus Group Discussion.

a. Wawancara

Teknik wawancara merupakan peran seorang peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian. Wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara mengenai garis besar permasalahan yang ada.21 Menurut Stewan dan Cash22, wawancara adalah suatu proses komunikasi interaksional antara dua orang, setidaknya satu diantaranya

18 Kartini Kartono, Pengaantar Metodologi Riset Soial, (Bandung: CV. Mandar Maju 1996), hal.15. 19 Mohamad Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal.61.

20 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2006), hal.21.

21 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabet, 2012), hal.140. 22 Charles. J. Stewart & W. B. Cash, Interviewing: Principles and Practices, (USA: McGraw Hill

(9)

memiliki tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, dan biasanya melibatkan pemberian dan menjawab pertanyaan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara melalui tatap muka langsung dengan informan kunci atau orang-orang yang mengetahui tentang masalaah terebut, termasuk di dalamnya pendeta, jemaat serta majelis jemaat yang ada di gereja Bukit Zaitun - Oelelo Kupang Tengah.

b. Observasi

Menurut Moh.Nazir23, observasi adalah pengamatan mata tanpa ada bantuan dari alat standar lain untuk keperluan tersebut. Sedangkan menurut Hadari Nawawi24, observasi merupakan pengamatan langsung dilakukan terhadap objek ditempat terjadinya atau berlangsungnya peristiwa, sehingga peneliti berada bersama objek yang diselidiki. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu, melakukan umpan balik terhadap pengukuran tertentu.25

c. Focus Group Discussion

Herdiansyah26 menyatakan bahwa tujan Focus Group Discussion (FGD) adalah untuk berdiskusi dan berdialog bersama, bertatap muka dengan sesama responden / subjek / informan penelitian guna menghasilkan suatu informasi langsung dari berbagai sudut pandang. FGD juga dapat dilakukan guna memvalidasi data yang telah diperoleh di lapangan, jika terdapat data yang kebenarannya maih diragukan, maka dapat dilakukan

crosscheck ulang.

23 Mohamad Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal.175.

24 Harawi Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1991), hal.100.

25 Bungin. B, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2007), hal.25.

26 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanik,

(10)

G.SISTEMATIKA PENULISAN

Susunan penyajian di dalam tulisan ini diatur sebagai berikut :

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Mampu memahami jenis-jenis kata (parts of speech) Mampu memahami pola kalimat (sentence pattern) Mampu memahami jenis kalimat (types of sentence).. Mampu memahami kalimat aktif

Panitia Pengadaan Barangfiasa Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran 2011 Bidang.. Pekerjaan Konstruksi sesuai SK Bupati Banyuwangi Nomor :

Sehubungan dengan pelelangan pekerjaan paket tersebut diatas, maka Pokja memerlukan klarifikasi dan verifikasi terhadap Dokumen Penawaran dan Kualifikasi saudara

Media sudah tidak sigap dalam melaporkan peristiwa yang harusnya diketahui masyarakat, memberitakan secara sembrono,. dangkal, tidak akurat, dan tidak cover both side , serta

value attribution theory ” contain aspects of value as well as expectancy...

Sehubungan dengan pelelangan pekerjaan paket tersebut diatas, maka Pokja memerlukan klarifikasi dan verifikasi terhadap Dokumen Penawaran dan Kualifikasi saudara

Jean William Fritz Piaget (1896–1980) and.. Lev Semyonovich Vygotsky