MENGEMBALIKAN KEDAULATAN PANGAN LOKAL
UNTUK MENDUKUNG
KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN
A.
PENDAHULUAN
…”Berapa banyak anak-anak pergi tidur dalam keadaan kenyang”? Itulah salah satu
kutipan yang pernah disuarakan badan pangan dunia (WHO) sekitar satu dekade lalu, untuk
menantang semua Negara jujur melihat kondisi kemiskinan, yang ditandai dengan kekurangan
pangan. Hal itu yang kemudian melahirkan kesepakatan MDGs (millennium development goals), yang mendorong para pemimpin dunia memberikan perhatian yang besar terhadap kemiskinan.
Dikaitkan dengan faktor kekerasan, kelaparan adalah merupakan bentuk dari kekerasan yang
masih bersifat potensial/positif. Artinya, sebelum kelaparan muncul seharusnya Negara bisa
mencegahnya melalui berbagai program dan policy. Oleh sebab itu, kalau terjadi kelaparan, bukan hanya yang potensial menjadi nyata, tetapi juga terjadi sebuah tindak kekerasan oleh
Negara terhadap rakyatnya, khususnya yang miskin.
Berkaitan dengan konsep kekerasan itu, berkembanglah kemudian gagasan human security (ketahanan/keamanan [hidup] manusia). Gagasan ini tidak bisa dilepaskan dari dua pemikir filsafat kemanusiaan: Johan Galtung (1969 dan 1981) yang berbicara tentang
perdamaian dan ancaman terhadap manusia melalui budaya dan Negara, dan Amartya Sen
(1982) yang menekankan bahwa politik bisa potensial menyumbang kekerasan (dalam bentuk
kelaparan) melalui birokrasi yang jelek dan tak tertata rapi.
Apakah kerawanan hidup itu? Bagaimana keterkaitan itu dengan kerawanan pangan?
Keterkaitannya jelas. Pangan adalah salah satu sumber penting kehidupan. Tanpa pangan sulit
kehidupan yang baik bisa dijalankan. Namun, sebagai sebuah kerangka pikir kerawanan pangan
akan menjadi jelas dan bermakna ketika dikaitkan lebih erat dengan kerawanan hidup.
B.
PERMASALAHAN
Masalah ketahanan pangan, Indonesia yang memiliki penduduk
dengan beraneka ragam budaya, sosio-ekonomi dan letak geografis menduduki
tahun 2008). Meskipun Indonesia mengalami pemulihan yang cukup berarti sejak krisis ekonomi
tahun1998, namun masalah kemiskinan, kerawanan pangan dan gizi masih cukup besar dan
beragam antar provinsi dan kabupaten. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut
menandatangani World Food Summit (1996) dan Millennium Declaration (2000), terus menerus
memperkuat upayanya untuk mencapai tujuan ke 1 dari Millennium Development Goals (MDG),
yaitu menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah US$1 per hari dan
proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya pada tahun 2015.
Ketahanan pangan merupakan kekayaan bangsa dan kekayaan petani di masa lalu yang
kini mulai menipis bahkan menghilang diganti dengan pola produksi dan pola pangan serba
konsumtif sebagai hasil introduksi dari kepentingan globalisasi neoliberalisasi pertanian yang
nampaknya sangat “memanjakan” tetapi dibalik itu justru “membunuh” secara perlahan
sendi-sendi budaya dan kedaulatan bahkan keselamatan suatu generasi.
Oleh karena tidak berakar pada budaya bangsa dan kurang didasarkan pada aspek-aspek
kebutuhan, kesesuaian secara kesehatan dan sebagainya bahkan sarat muatan politik negara;
maka dalam perjalanannya pola produksi dan konsumsi yang berkiblat pada
globalisasi-neoliberalisasi itu kini mulai menunjukkan tanda-tanda kerapuhan dan ancaman krisis pangan.
Kesadaran akan kerapuhan itu kiranya bukan menjadi pemicu kekhawatiran tetapi justru menjadi
pemacu semangat untuk melakukan upaya-upaya penguatan petani dalam pengembangan pangan
local desa yang idealnya dilakukan oleh masyarakat petani itu sendiri.
Program ketahanan pangan menyangkut kepentingan banyak pihak, penting bagi
kelangsungan hidup suatu generasi dan kedaulatan suatu negara. Lemahnya kondisi pangan suatu
Negara berpengaruh pada segala aspek kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, kesehatan dan
pendidikan warga Negara serta harga dirinya dalam pergaulan di tingkat internasional.
Ketahanan dan kedaulatan pangan merupakan salah satu jawaban untuk mengatasi berbagai
permasalahan pangan selama ini., dan untuk merealisasikan hal itu maka pembangunan desa
yang merupakan wilayah agraris menjadi hal yang sangat vital. Kesadaran, penyadaran, dan
kearifan local yang merupakan potensi yang ada dalam suatu komunitas desa menjadi modal
social, ekonomu, dan budaya yang sangat penting untuk dikbangun kembali dalam rang ka
memperkuat kedaulatan pangan, yang mana sebagai muaranya adalah terciptanya ketahanan
C.
TUJUAN
Tujuan diadakannya workshop atau seminar dan lokakarya ini adalah sebagai berikut,
1. Mendesiminasikan hasil survey tentang kerawanan pangan di desa Lembu
2. Mempertemukan para pihak dalam kerangka kerjasama pengembangan pangan lokal desa Lembu.
3. Berbagi pengalaman dan ide pengembangan pangan lokal tingkat desa dalam rangka kedaulatan pangan.
4. Menyusun kegiatan pengembangan pangan dan gizi berbasis potensi lokal.
D.
HASIL YANG DIHARAPKAN
• Tersosialisasikannya hasil survey tentang kerawanan pangan desa Lembu pada semua pihak (Pemerintah daerah dari tingkat kabupaten hingga tingkat desa dan masyarakat desa)
• Dihasilkannya rumusan terkait dengan permasalahan kedaulatan dan ketahanan pangan yang aspiratif-adil-partisipatif yang berasal dari masyarakat (pendekatan bottom up) dan yang
bertujuan mendukung pembangunan nasional (pendekatan sistemik pemerintah), dalam bentuk
rencana aksi.
E.
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dan pemecahan
masalah kedaulatan dan ketahanan pangan di desa Lembu adalah sebagai berikut,
• Seminar: kegiatan ini dilakukan dalam rangka mendesiminasikan atau mensosialisasikan hasil survey tentang kedaulatan dan kerawanan pangan di Desa Lembu kecamatan
Bancak kabupaten Semarang. Dalam kegiatan seminar ini juga disajikan pula program
pengembangan pangan local dan gizi yang disampaikan oleh pihak Puskesmas setempat
• Lokakarya: Kegiatan ini sebagai tindak lanjut kegiatan seminar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat desa Lembu dengan dipandu oleh tim FISKOM dan
LSM Truka Jaya. Isue sentral dalam Lokakarya ini meliputi 3 program yakni: ketahanan
pangan, diversifikasi pangan, dan pertanian organik.
F.
PELAKSANAAN DAN ORGANISASI KEGIATAN
1. Jadwal Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat
Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema “Mengembalikan Kedaulatan
Pangan Lokal Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional” dapat dilihat pada tabel susunan
acara kegiatan seminar lokakarya sebagai berikut,
Selasa, 9 April 2013
WAKTU JENIS ACARA FASILITATOR PIC
08.30-09.00 Pembukaan :
1. Sambutan Camat Bancak
2. Sambutan Kepala desa Lembu
3. Sambutan Dekan FISKOM
Camat Bancak Mugiyono
Pamerdi GW
Kumas Setyo H (MC)
Notulensi : Rika dan Susi
09.00-12.00 1. Kerawanan pangan dan gizi (hasil
survey di desa Lembu) oleh FISKOM dan Trukajaya 2. Program Pengembangan Pangan
dan Gizi kec. Bancak 3. Diversifikasi Pangan Lokal
Daru Purnomo
Notulensi : Rika dan Susi
12.00-13.00 Istirahat (ISHOMA) -
13.00-17.00 • Pembekalan lokakarya dalam
Rabu, 10 April 2013
WAKTU JENIS ACARA FASILITATOR PIC
08.30-12.00 Lokakarya :
• Penyusunan program atas dasar 3
issue utama (ketahanan pangan, Diversifikasi pangan, dan PO)
• Presentasi program masing-masing
kelompok
• Diskusi dan tanya jawab terkait
dengan hasil presentasi
masing-13.00- selesai Makan siang
Foto bersama Pulang
Seksi konsumsi Seksi Dokumentasi
2. Organisasi Pengabdian Masyarakat
Pengabdian Masyarakat ini dilakukan sebagai ujud kerjasama antara FISKOM
UKSW – LSM TRUKAJAYA,dan ICCO Belanda, dengan melibatkan mahasiswa FISKOM
UKSW dalam rangka mengembangkan skill mahasiswa pada bidang penelitian dan pengabdian
masyarakat. Sususnan tim pengabdian masyarakat adalah sebagai berikut:
• Unsur LSM : Suwarto Adi
Eunike Widi Wardani (Koordinator)
Ratna Puspitaningtyas
• Unsur FISKOM: Daru Purnomo (Koordinator)
Sri Suwartiningsih
Pamerdi Giri Wiloso
Elly Ezra Kudubun
• Unsur Mahasiswa: Kumas Setyo Hadi
Rika Murwani Arum Susilowati