• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI PECAHAN SEDERHANA (Penelitian Eksperimen pada Kelas III SDN 2 Karangkendal dan SDN 1 Pegagan Kidul Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI PECAHAN SEDERHANA (Penelitian Eksperimen pada Kelas III SDN 2 Karangkendal dan SDN 1 Pegagan Kidul Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon)."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI

MATEMATIS SISWA PADA MATERI

PECAHAN SEDERHANA

(Penelitian Eksperimen pada Kelas III SDN 2 Karangkendaldan SDN 1 PegaganKidulKecamatanKapetakanKabupaten Cirebon)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh UBAIDILLAH

0903269

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KAMPUS SUMEDANG

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI

MATEMATIS SISWA PADA MATERI

PECAHAN SEDERHANA

(Penelitian Eksperimen pada Kelas III SDN 2 Karangkendal dan SDN 1 Pegagan Kidul Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon)

Oleh Ubaidillah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Ubaidillah 2013 Kampus Sumedang

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

i

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Rumusan dan Batasan Masalah ... 6

C.

Tujuan Penelitian ... 6

D.

Manfaat Penelitian ... 7

E.

Definisi Operasional ... 7

BAB II STUDI LITERATUR ... 9

A.Hakikat Matematika ... 9

1. Pengertian Matematika ... 9

2. Pembelajaran Matematika di SD ... 10

3. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Matematika di SD ... 11

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika ... 12

a. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di Kelas III . 13 b. Konsep Dasar Pecahan Sederhana ... 14

B.Teori-teori Belajar Matematika ... 16

1. Teori Belajar Kontruktivisme ... 16

2. Teori Belajar Jean Piaget ... 17

a. Tahap Sensorimotor ... 18

b. Tahap Praoperasional ... 18

c. Tahap Operasi Konkret ... 18

d. Tahap Operasi Formal ... 18

3. Teori Belajar Jerome S Bruner ... 19

C.Model Pembelajaran Kontekstual ... 20

1. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual ... 20

2. Prinsip Model Pembelajaran Kontekstual ... 21

3. Karakteristik Pembelajaran Konteskstual ... 21

4. Komponen-komponen Model Pembelajaran Kontekstual .. 22

a. Konstruktivisme ... 22

b. Inkuiri ... 22

c. Bertanya ... 23

d. Masyarakat Belajar ... 23

e. Pemodelan... 23

(4)

ii

g. Penilaian Nyata ... 23

5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kontekstual ... 24

6. Perbedaan Model Pembelajaran Kontekstual dengan ... Pembelajaran Konvensional ... 25

7. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual ... 26

D.Pembelajaran Konvensional ... 27

E. Kemampuan Koneksi Matematis ... 28

F. Pembelajaran Pecahan Sederhana dengan Menggunakan... Model Pembelajaran Kontekstual ... 29

G.Temuan yang Relevan ... 31

H.Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A.Metode dan Desain Penelitian ... 33

1. Metode Penelitian ... 33

2. Desain Penelitian ... 34

B.Subjek Penelitian ... 34

1. Populasi ... 34

2. Sampel ... 36

C.Prosedur Penelitian... 37

1. Tahap Perencanaan ... 37

2. Tahap Pelaksanaan ... 37

3. Tahap Analisis Data ... 37

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 39

1. Pengolahan Data ... 39

A.Analisis Data Kuantitatif ... 48

1. Analisis Data Pretes ... 49

a. Uji Normalitas Data ... 51

b. Perbedaan Rata-rata ... 53

2. Analisis Data Postes ... 54

a. Uji Normalitas Data ... 56

(5)

iii

1) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1 ... 59

2) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2 ... 60

3) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3 ... 62

B.Analisis Data Kualitatif ... 67

1. Observasi Guru ... 67

2. Observasi Siswa ... 71

3. Analisis Data Angket ... 73

4. Analisis Wawancara ... 75

a. Wawancara Siswa ... 75

b. Wawancara Guru ... 76

C.Deskripsi Pembelajaran ... 76

1. Pembelajaran pada Kelompo Kontrol ... 77

2. Pembelajaran pada Kelompok Eksperimen ... 78

D.Temuan dan Pembahasan ... 79

BAB V PENUTUP ... 84

A.Kesimpulan ... 84

B.Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 100

(6)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di Kelas III SD ... 14

2.2 Perbedaan Model Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran ... Konvensional ... 26

3.7 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Ujicoba ... 42

3.8 Daya Pembeda Butir Soal ... 43

4.14 Data Observasi Kinerja Guru dalam Merencanakan Pembelajaran ... di Kelompok Kontrol ... 67

4.15 Data Observasi Kinerja Guru dalam Merencanakan Pembelajaran ... di Kelompok Eksperimen ... 67

4.16 Data Observasi Kinerja Guru di Kelompok Eksperimen Pertemuan 1 .... 68

4.17 Data Observasi Kinerja Guru di Kelompok Kontrol Pertemuan 1 ... 69

4.18 Data Observasi Kinerja Guru di Kelompok Eksperimen Pertemuan 2 .... 70

4.19 Data Observasi Kinerja Guru di Kelompok Kontrol Pertemuan 2 ... 70

4.20 Data Hasil Observasi Siswa Pertemuan 1 ... 71

4.21 Data Hasil Observasi Siswa Pertemuan 2 ... 72

4.22 Persentase Angket Respon Siswa Kelompok Eksperimen ... 73

(7)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(8)

vi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 51

4.2 Abonrmalitas Nilai Pretes Kelompok Eksperimen ... 52

4.3 Normalitas Nilai pretes Kelompok Kontrol ... 53

4.4 Nilai Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 56

4.5 Abnormalitas Nilai Postes Kelompok Eksperimen ... 57

4.6 Abnormalitas Nilai Postes Kelompok Kontrol ... 58

4.7 Peningkatan Nilai Rata-rata Kelompompok Eksperimen ... 60

4.8 Peningkatan Nilai Rata-rata Kelompok Kontrol ... 61

(9)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ... 100

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 101

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 107

LAMPIRAN B INSTRUMEN TES ... 113

B.1 Kisi-kisi Soal Ujicoba, Pretes, dan Postes ... 114

B.2 Soal Ujicoba ... 115

B.3 Soal Pretes dan Postes ... 122

LAMPIRAN C INSTRUMEN NON TES ... 126

C.1 Kisi-kisi Perencanaan Kinerja Guru ... 127

C.2 Format Penilaian Perencanaan Kinerja Guru ... 128

C.3 Kisi-kisi Format Observasi Kinerja Guru Kelompok Eksperimen ... 129

C.4 Format Penilaian Observasi Kinerja Guru Kelompok Eksperimen ... 132

C.5 Kisi-kisi Format Observasi Kinerja Guru Kelompok Kontrol ... 133

C.6 Format Penilaian Observasi Kinerja Guru Kelompok Kontrol ... 135

C.7 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelompok Kontrol dan ... Eksperimen ... 136

C.8 Format Penilaian Observasi Aktivitas Siswa Kelompok Kontrol dan ... Eksperimen ... 138

C.9 Kisi-kisi Angket Respon Siswa ... 139

C.10 Lembar Angket Respon Siswa ... 140

C.11 Kisi-kisi dan Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen ... 141

C.12 Kisi-kisi dan Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Kontrol ... 142

C.13 Kisi-kisi dan Pedoman Wawancara Guru Kelompok Eksperimen ... 143

C.14 Kisi-kisi dan Pedoman Wawancara Guru Kelompok Kontrol ... 144

LAMPIRAN D HASIL UJICOBA INSTRUMEN ... 145

D.1 Hasil Ujucoba ... 146

D.2 Validitas Butir Soal Ujicoba ... 148

D.3 Reliabilitas Soal Ujicoba ... 151

D.4 Daya Pembeda Soal Ujicoba ... 153

D.5 Tingkat Kesukaran Soal Ujicoba ... 156

D.6 Rekapitulasi Hasil Ujicoba ... 158

LAMPIRAN E ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN ... 159

E.1 Data Hasil Pretes ... 160

E.2 Data Hasil Postes ... 167

E.3 Hasil Perhitungan Angket Kelompok Eksperimen ... 174

E.4 Hasil Observasi Kinerja Guru Kelompok Kontrol ... 179

E.5 Hasil Observasi Kinerja Guru Kelompok Eksperimen ... 182

E.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelompok Eksperimen ... 185

(10)

viii

E.8 Hasil Wawancara ... 197

E.9 Dokumentasi Pembelajaran di Kelompok Eksperimen ... 201

E.10 Dokumentasi Pembelajaran di Kelompok Kontrol ... 203

E.11 Lembar Kerja Siswa ... 205

LAMPIRAN F TABEL STATISTIK ... 209

F.1 Hasil Uji Normalitas Data Pretes ... 210

F.2 Hasil Uji-U Data Postes ... 212

F.3 Hasil Uji Normalitas Data Postes Kelompok Kontrol dan Eksperimen .. 213

F.4 Hasil Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1 ... 215

F.5 Hasil Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2 ... 217

F.6 Hasil Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3 ... 218

LAMPIRAN G SURAT-SURAT ... 221

G.1 Surat Keterangan Pembimbing ... 222

G.2 Surat Izin Penelitian SDN 2 Karangkendal ... 223

G.3 Surat Izin Penelitian SDN 1 Pegagan Kidul ... 224

G.4 Surat Keterangan Penelitian SDN 2 Karangkendal ... 225

G.5 Surat Keterangan Penelitian SDN 1 Pegagan Kidul ... 226

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan umum pendidikan di Indonesia tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sanjaya, 2006).

Menurut Syah (Sagala, 2003: 3), “Pendidikan sebagai sebuah proses

dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”. Dari

pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah suatu rangkaian proses yang terencana dengan menggunakan metode tertentu untuk memperoleh suatu pengetahuan, pemahaman, serta tata cara bertingkah laku yang sesuai bagi kebutuhan hidup seseorang.

Salah satu pelajaran yang menjadi bahan ajar wajib di sekolah adalah

matematika. Stanic berpendapat (Kultsum, 2009) bahwa, “Tujuan pembelajaran

matematika di sekolah adalah untuk meningkatkan kegiatan berpikir siswa,

peningkatan sifat kreativitas dan kritis”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah merupakan hal yang sangat penting untuk membantu meningkatkan kecerdasan siswa. Menurut Sujono (Kultsum, 2009),

Matematika perlu diajarkan di sekolah karena matematika menyiapkan siswa menjadi pemikir dan penemu, matematika menyiapkan siswa menjadi warga negara yang hemat, cermat dan efisien dan matematika membantu siswa mengembangkan karakternya.

(12)

2

apa yang dilakukan manusia dalam kegiatan kesehariannya tidak pernah lepas dari masalah hitung menghitung, baik yang berhubungan dengan ukuran, waktu dan mengenai kegiatan lainnya. Mengingat begitu pentingnya ilmu tentang matematika, maka harus sejak dini pembelajaran matematika diberikan kepada peserta didik. Senada dengan pendapat Depdiknas (2006: 38), “Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama”. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa melalui pembelajaran matematika siswa diharapkan mempunyai kemampuan berpikir dan berinteraksi untuk dapat memecahkan permasalahan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-harinya.

Tujuan pelajaran matematika di sekolah dasar (SD) sendiri menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP, 2006: 30) yaitu, agar peserta didik dapat memiliki kemampuan di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, fleksibel, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau penjelasan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

(13)

3

Sejalan dengan tujuan pendidikan matematika seperti yang diungkapkan di atas, NCTM (Van de Walle, 2006: 4), “…prinsip-prinsip dan standar dari NCTM

memuat lima standar proses, yaitu: pemecahan soal, pemahaman dan bukti, komunikasi, hubungan, penyajian”.

Hubungan atau kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki disaat seseorang mempelajari matematika. Kemampuan koneksi matematis dapat dilihat sebagai kemampuan menerapkan konsep-konsep matematis yang telah dipelajari terhadap masalah-masalah yang berkaitan baik dalam konteks bidang matematika maupun dalam disiplin ilmu lainnya. Koneksi matematis bertujuan untuk membantu persepsi siswa dengan cara melihat matematika sebagai suatu bagian yang utuh dan terintegrasi dengan kehidupan. Tujuan pembelajaran koneksi matematis di sekolah dapat dirumuskan ke dalam tiga bagian yaitu memperluas wawasan pengetahuan siswa, memandang matematika sebgai suatu keseluruhan yang terpadu, bukan sebagai materi yang berdiri sendiri, serta mengenal relevansi dan manfaat matematika dalam konteks dunia nyata.

Kemampuan koneksi katematis sangat penting dimiliki siswa, terutama untuk membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Namun Sayangnya, kemampuan koneksi matematis siswa di Indonesia masih rendah. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Programme for International Student Assessment . Menurut Schoenfeld (Mariana,

2011) bahwa, “Penelitian yang dilakukan oleh Programme for International

Student Assessment menunjukkan bahwa 69% siswa di Indonesia tidak mampu

menemukan keterkaitan antara tema masalah dengan pengetahuan yang telah

dimiliki”.

Mengingat pentingnya siswa memiliki kemampuan koneksi matematis, maka diperlukan suatu model atau strategi pembelajaran untuk menjembatani siswa dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematisnya. Menurut Jacob

(Mariana, 2011), “Salah satu penyebab rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa karena faktor model pembelajarannya atau penggunaan

(14)

4

Salah satu masalah yang sering ditemukan siswa sekolah dasar (SD) dalam kehidupan sehari-harinya adalah permasalahan yang berhubungan dengan pecahan. Karena tanpa disadari konsep pecahan sering ditemukan dalam aktivitas manusia, tak terkecuali siswa SD. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa SD yang sulit memahami arti pecahan dan operasinya. Hal ini diperkuat oleh pendapat yang dikemukakan oleh Depdikbud (Heruman, 2007: 43), “Pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan”. Kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknannya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, dan sulitnya pengadaan media pembelajaran. Pada akhirnya guru mengambil jalan pintas dengan langsung memberikan rumus yang harus dihafal dan dicobakan ke soal-soal latihan.

(15)

5

Model pembelajaran kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang dalam prosesnya yaitu membantu siswa dalam membangaun suatu pengetahuan baru melalui mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari yang dialami oleh siswa. Pendapat ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Nurhadi (Sagala, 2003: 87),

Model pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Dari konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa, karena pengetahuan dibangun atas dasar pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam model pembelajaran kontekstual terdapat beberapa komponen yang harus dilaksanakan pada saat pembelajaran. Menurut Nurhadi (Sagala, 2003: 88), “Pembelajaran kontekstual dilakukan dengan melibatkan komponen utama pembelajaran yang efektif, yakni: konstruktivisme, inkuiri, tanya-jawab, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata”.

Model pembelajaran kontekstual sangat sejalan dengan makna koneksi matematis yang diuraikan di atas, yaitu kemampuan untuk mengaitkan antara konsep-konsep matematika secara internal yang berhubungan dengan matematika itu sendiri ataupun matematika secara eksternal, yaitu matematika dengan bidang lain, baik bidang studi lain atau dengan kehidupan sehari-hari. Adapun dari ketujuh komponen dalam pengaplikasiannya, konstruktivisme merupakan komponen yang memang sangat penting dan sejalan dengan peningkatan kemampuan matematis. Hal ini dikarenakan, konstruktivisme itu sendiri adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan koneksi matematis yaitu memanfaatkan (mengkoneksikan) matematika dalam konteks kehidupan nyata.

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, untuk itu perlu

(16)

6

untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Kelas III pada Materi Pecahan Sederhana (Penelitian Eksperimen Murni dengan Sampel SDN 2 Karangkendal dan SDN 1 Pegagan Kidul Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon)”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka masalah yang muncul dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis mengenai materi pecahan sederhana pada siswa kelas III secara signifikan?

2. Apakah penerapan pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis mengenai materi pecahan sederhana pada siswa kelas III secara signifikan?

3. Apakah kemampuan koneksi matematis siswa akan lebih baik dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual daripada pembelajaran konvensional secara signifikan?

4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran pada materi pecahan sederhana dengan penerapan model kontekstual?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui peningkatan kemampuan matematis siswa kelas III pada materi pecahan sederhana dengan penerapan model pembelajaran kontekstual.

2. Mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa kelas III pada materi pecahan sederhana dengan penerapan pembelajaran konvensional.

(17)

7

4. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pecahan sederhana dengan penerapan model kontekstual.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Meningkatkan kemampuan koneksi matematis pada diri siswa sehingga

dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan matematika atau di luar matematika.

2. Memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam pembelajaran matematika, dan bisa diterapkan dikehidupan sehari-hari.

3. Memberikan masukan bagi guru untuk dapat menerapkan model kontekstual dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan koneksi matematis siswa khususnya pada materi pecahan sederhana.

4. Bagi peneliti selanjutnya, akan dijadikan bahan referensi dalam melaksanakan penelitian, dan sebagai bahan acuan dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran matematika.

E. Definisi Operasional

Batasan istilah diperlukan untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran terhadap judul penelitian ini. Adapun istilah-istilah yang berkaitan dengan judul penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Model pembelajaran kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang dalam prosesnya yaitu membantu siswa dalam membangun suatu pengetahuan baru melalui mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari yang dialami oleh siswa. Model pembelajaran kontekstual pada umumnya melibatkan tujuh komponen utama yang dapat diaplikasikan di kelas secara sederhana sebagai berikut.

(18)

8

b. Inkuiri yaitu melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik sekiranya dimungkinkan.

c. Pertanyaan yaitu sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Masyarakat belajar yaitu menciptakan “masyarakat belajar” melalui belajar secara berkelompok.

e. Pemodelan yaitu menghadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran. f. Refleksi yaitu melakukan refleksi pada setiap akhir pertemuan.

g. Penilaian nyata yaitu melakukan penilaian nyata dengan berbagai cara. 2. Pembelajaran konvensional yang dilakukan di penelitian ini menggunakan

media dan mengadakan diskusi kelompok dalam pelaksanaannya. Namun yang lebih dominan adalah metode ceramah.

3. Kemampuan koneksi matematis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan konsep-konsep matematis yang telah dipelajari terhadap masalah-masalah yang berkaitan baik dalam bidang matematika, dengan disiplin ilmu lain, maupun dalam konteks dunia nyata. Adapun indikator yang dipakai dalam penelitian ini meliputi: mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur, menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau dalam kehidupan sehari-hari.

(19)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Menurut Maulana (2009: 3), “Penelitian adalah suatu cara mencari

kebenaran melalui metode ilmiah”. Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian

yaitu suatu cara mencari jawaban dari suatu permasalahan yang dilakukan melalui metode ilmiah.

“Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan” (Sugiyono, 2007: 107). Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yaitu: Pre-Experimental Design, True Experimental Design,

Factorial Design, dan Quasi Experimental Design.

Menurut Maulana (2009: 23), syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penelitian eksperimen adalah sebagai berikut ini.

a. Membandingkan dua kelompok atau lebih.

b. Adanya kesetaraan (ekuivalensi) subjek-subjek dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Kesetaraan ini biasanya dilakukan secara acak (random).

c. Minimal ada dua kelompok/kondisi yang berbeda pada saat yang sama, atau satu kelompok tetapi untuk dua saat yang berbeda.

d. Variabel terikatnya diukur secara kuantitatif maupun dikuantitatifkan. e. Menggunakan statistika inferensial.

f.Adanya kontrol terhadap variabel-variabel luar (extraneous variables). g. Setidaknya terdapat satu variabel bebas yang dimanipulasikan.

(20)

34

pembelajarannya dengan menggunakan model kontekstual sedangkan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran biasa atau konvensional. Untuk mengetahui hasil belajarnya, kedua kelompok tersebut diberikan pretes dan postes.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pretest-posttest control group design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang

dipilih secara random, kemudian diberi pretes untuk mengetahui data awal. Adapun bentuk desain penelitiannya menurut Maulana (2009) adalah sebagai berikut.

Keterangan:

A = Pemilihan secara acak /Random. = Pretes (tes awal) dan postes (tes akhir).

= Perlakuan (treatment) dengan model pembelajaran kontekstual.

= Perlakuan (treatment) dengan model pembelajaran konvesional.

B.Subjek Penelitian 1. Populasi

Menurut Sukardi (2003: 53) bahwa populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Sementara itu menurut Sugiyono

(2007: 117), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

(21)

35

berdasarkan rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) matematika dari masing-masing SD.

Tabel 3.1

Daftar SD Kecamatan Kapetakan

No SD

Jumlah Siswa Kelas III Rata-rata Nilai UN

Adapun tabel populasi SD yang akan dijadikan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut.

(22)

36

2. Sampel

Menurut Maulana (2009: 26), “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. “Semakin baik pengumpulan sampel maka akan semakin mendekati kebenaran ilmiah hasil penelitian yang dilakukan” (Maulana, 2009: 27). Melihat pernyataan di atas maka ukuran sampel sangat perlu diperhatikan karena sampel harus benar-benar bisa mewakili populasi. Sementara itu menurut Gay (Maulana, 2009: 26), “Menentukan ukuran sampel untuk penelitian eksperimen yakni minimum 30 subjek per kelompok”.Dalam penelitian ini, sampel diambil dari populasi SD unggul yang ada di Kecamatan Kapetakan. Adapun cara pengambilannya dilakukan secara acak/random. Menurut Prabowo (2012), apabila sampel yang diperoleh memiliki jumlah yang tidak sama, maka tidak menjadi masalah. Karena dalam hal ini untuk menentukan homogen atau tidaknya sampel dilihat dari sifat atau keadaannya, bukan dari jumlah siswa secara kuantitatif. Berikut adalah cara pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini.

a. Mengurutkan hasil nilai UN dari yang terbesar hingga yang terkecil. b. Membagi ke dalam 3 kelompok berdasarkan urutan, kelompok 1

(kelompok unggul), kelompok 2 (kelompok papak), dan kelompok 3 (kelompok asor).

c. Dari ketiga kelompok tersebut dipilih secara random/acak yang kemudian muncul kelompok 1 yang berarti kelompok unggul.

(23)

37

C.Prosedur Penelitian

Secara umum penelitian ini terbagi dalam tiga tahap yang harus dilakukan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data.

1. Tahap Perencanaan

Langkah-langkah kegiatan pada perencanaan penelitian ini adalah: a. Merancang instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

b. Mengkonsultasikan instrumen yang sudah dibuat kepada pihak ahli untuk menentukan validitas isi, apakah intrumen tersebut layak digunakan atau tidak.

c. Melakukan ujicoba instrumen, untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen.

d. Melakukan pengolahan terhadap instrumen yang telah diujicobakan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Permintaan izin kepada UPT sekaligus minta data siswa kelas III se-Kecamatan Kapetakan.

b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan penelitian.

c. Permintaan izin kepada sekolah yang akan dijadikan penelitian. d. Memberikan pretes di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

e. Melaksanakan pembelajaran di kelas eksperimen dan di kelas kontrol yang sudah direncanakan sebelumnya. Pelaksanaan dilaksanakan pada waktu yang berbeda.

f. Memberikan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. g. Melakukan pengolahan data.

h. Membuat laporan hasil penelitian.

3. Tahap Analisis Data

(24)

38

D.Instrumen Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Adapun bentuk-bentuk intrumen yang akan digunakan sebagai berikut.

1. Soal Tes

Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Adapun dalam penelitian ini soal tes dalam bentuk essay yang akan digunakan untuk pretes dan postes. Pretes diberikan sebelum perlakuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Sedangkan postes diberikan setelah perlakuan untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing perlakuan tersebut.

Materi yang terdapat dalam tes tersebut adalah pecahan sederhana. Sebelum diberikan, soal tes terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui layak tidaknya soal tersebut digunakan, dengan menghitung validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya.

2. Angket

Angket digunakan untuk mengukur aspek afektif siswa. Angket diberikan kepada kelompok eksperimen pada akhir pembelajaran untuk melihat respon siswa terhadap pembelajaran pada materi pecahan sederhana menggunakan model kontekstual.

3. Wawancara

Menurut Ruseffendi (Maulana, 2009: 35), “Wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan data yang sering digunakan dalam hal kita ingin mengorek sesuatu yang bila dengan cara angket atau cara lainnya belum bisa terungkap dengan jelas”.

(25)

39

4. Observasi

Menurut Maulana (2009: 35), “Observasi merupakan pengamatan langsung menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan perabaan, dan jika perlu pengecapan”. Observasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui aktivitas, kinerja, partisipasi, dan keterampilan siswa dan guru dalam pembelajaran.

E.Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

a. Validitas Tes

Validitas dijadikan bahan pertimbangan dari suatu instrumen yang hendak digunakan, karena validitas menunjukkan tingkat ketepatan atau keabsahan terhadap instrumen tersebut. Sejalan dengan itu, Wahyudin, dkk. (2006), mengungkapkan bahwa validitas menunjukkan tingkat ketepatan dalam mengukur sasaran yang hendak diukur.

Adapun untuk mengukur tingkat validitas instrumen dalam penelitian ini, maka akan digunakan koefisien korelasi. Untuk mengetahui koefisien korelasi yaitu dengan menggunakan rumus product moment berikut:

Keterangan:

= Koefisien korelasi antara X dan Y.

= Banyaknya peserta tes.

= Nilai hasil uji coba.

= Nilai rata-rata ulangan harian siswa.

(26)

40

Dari 20 soal yang telah diujicobakan yang kemudian dibandingkan dengan nilai ulangan harian menunjukkan, tujuh soal termasuk ke dalam soal yang memiliki validitas dengan kriteria tinggi, delapan soal termasuk ke dalam validitas dengan kriteria sedang, empat soal termasuk dalam validitas dengan kriteria rendah, dan satu soal termasuk dalam kriteria tidak valid. Namun secara keseluruhan keseluruhan soal yang digunakan dalam penelitian ini koefisien kolerasinya 0,67 yang artinya termasuk kriteria tinggi dan layak untuk digunakan.

Tabel 3.4

Validitas Tiap Butiran Soal Tes Ujicoba

Nomor

Soal Koefisien kolerasi Interpretasi

1 0,46 Sedang

(27)

41

b. Reliabilitas Instrumen

Menurut Wahyudin, dkk. (2006: 146), “Reliabilitas tes menunjukkan keajegan suatu tes, yaitu sejauhmana tes tersebut dapat

dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten”. Koefisien

reliabilitas instrumen dihitung dengan rumus alpha berikut:

Keterangan:

= Koefisien reliabilitas.

= Banyaknya butir soal.

= Variansi skor setiap butir soal.

= Variansi skor total.

Koefisien reliabilitas yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman dalam Mariana, 2011: 47):

Tabel 3.5

Kriteria Reliabilitas Butir Soal

Koefisien reliabilitas Interpretasi 0,80 < r11 ≤ 1,00

0,60 < r11 ≤ 0,80 0,40 < r11 ≤ 0,60 0,20 < r11 ≤ 0, 40 r11 ≤ 0, 20

Reliabilitas sangat tinggi Reliabilitas tinggi Reliabilitas sedang Reliabilitas rendah Tidak valid

Berdasarkan rumusan di atas, ujicoba soal yang telah dilaksanakan diperoleh koefisien kolerasi sebesar 0,828. Hasil tersebut menunjukkan bahwa soal yang telah diujicobakan memiliki reliabilitas yang sangat tinggi (perhitungan ujicoba instrumen terlampir).

c. Tingkat Kesukaran

Menurut Wahyudin, dkk (2006), “Di samping untuk memenuhi

(28)

42

memperoleh kualitas soal yang baik”. Untuk mengetahui tingkat kesukaran, maka digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

= Tingkat/indeks kesukaran.

= Rata-rata skor setiap butir soal.

SMI = skor maksimum ideal.

Setelah melakukan perhitungan dengan rumus di atas, selanjutnya hasil yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan ktriteria menurut Guilford (Suherman dalam Mariana, 2011: 48):

Tabel 3.6 dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Ujicoba

Nomor soal Skor rata-rata Skor maksimal Tingkat Kesukaran Tafsiran

1 1,86 2 0,93 Mudah

(29)

43

d. Daya Pembeda

Menurut Wahyudin, dkk. (2006: 96),

Tujuan daya pembeda adalah untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu/tinggi prestasinya dengan siswa yang tergolong kurang/rendah presastinya, artinya soal yang besangkutan diberikan pada anak/siswa yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi dan bila diberikan kepada siswa yang kurang, hasilnya rendah. Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda, jika diberikan kepada dua keompok siswa yang berbeda kemampuannya, hasilnya sama, atau soal itu tidak memberikan gambaran hasil yang sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya.

Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal, digunakan rumus sebagai berikut (Suherman dalam Mariana, 2011: 47):

Keterangan:

= Daya pembeda.

= Rata-rata skor kelompok atas.

= Rata-rata skor kelompok bawah.

= Skor maksimum ideal.

(30)

44

Tabel 3.9

Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Ujicoba

Nomor

soal Nilai Daya Pembeda Keterangan

1 0,25 Cukup

*Soal digunakan sebagai instrumen pretes/postes.

Setelah berkonsultasi dengan pihak ahli (expert), bahwa dalam penelitian ini akan menggunakan 10 soal. Adapun soal-soal yang akan digunakan, yaitu soal nomor 2, 3, 5, 7, 10, 13, 15, 17, 18 dan 20. Soal yang memiliki daya pembeda jelek disebabkan karena soal tersebut sukar untuk dikerjakan oleh siswa asor maupun unggul (perhitungan terlampir). Sukarnya soal ini tidak menghambat pemilihan soal, karena soal-soal tersebut masih valid, sehingga tetap dipakai.

2. Analisis Data

(31)

45

a. Data kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari instrumen tes. Data kuantitatif yang berupa hasil tes pada saat pretes dan postes diolah dengan cara sebagai berikut.

1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dapat dicari dengan melakukan uji liliefors (Kolmogorov-Smirnov). Dalam penelitian ini menggunakan SPSS 16.

2) Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki tingkat variansi data yang sama atau tidak. Untuk mengetahui homogenitas variannya dapat menggunakan uji F (Sugiyono, 2007: 275), yaitu:

Dengan ketentuan jika �ℎ� �� < � ��, maka kedua variansi homogen. Jika ternyata kedua variansi homogen, maka dilanjutkan untuk uji perbedaan rata-rata (uji-t).

3) Uji Perbedaan Rata-rata

Untuk mengetahui perbedaan rata-rata, maka pasangan hipotesis yang akan dibuktikan yaitu dengan uji-t dengan rumus sebagai berikut (Maulana, 2009: 93).

Keterangan :

= Rata-rata kelompok eksperimen = Rata-rata kelompok kontrol

= Jumlah siswa ujicoba di kelas eksperimen = Jumlah siswa ujicoba di kelas kontrol

(32)

46

= Variansi kelas kontrol 1 = Bilangan tetap

Jika uji normalitas dan uji homogenitas telah dilakukan, maka selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata atau uji-t. Menurut Maulana (2009), untuk menguji dan gunakan uji dua arah dengan kriteria uji: terima untuk .

Jika datanya tidak berdistribusi normal, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji U dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows.

4) Data Gain

Menghitung peningkatan kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa pada kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) sebelum dan sesudah pembelajaran dengan rumus gain yang dinormalisasi (N-Gain). Gain yang dinormalisasi adalah proporsi gain aktual dengan gain maksimal yang telah dicapai. Menurut Meltzer (Fauzan, 2012: 81) yaitu sebagai berikut.

Keterangan:

= skor postes

= skor pretes

= skor maksimum

Kriteria tingkat N-Gain menurut Hake (Fauzan, 2012: 81) adalah

sebagai berikut.

≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ < 0,7 Sedang

< 0,3 Rendah

b. Data Kualitatif

(33)

47

kategori tertentu. Data yang diperoleh diidentifikasi terlebih dahulu kemudian dianalisis. Selanjutnya data yang terkait dengan tujuan keperluan tertentu diolah dan dikualifikasikan seperlunya untuk menghasilkan suatu kesimpulan.

1) Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Penilaian data hasil observasi aktivitas siswa dilakukan dengan cara menyimpulkan hasil pengamatan observer selama proses pembelajaran berlangsung.

2) Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian menggunakan skala Likert, karena dalam penelitian ini menghendaki jawaban yang benar-benar sikap dan respon siswa terhadap penyataan yang diberikan. Dengan demikian peneliti memberikan empat arternatif pilihan jawaban.

Angket yang diberikan terbagai menjadi dua pernyataan yaitu pernyataan pisitif dan pernyataan negatif. Setiap pernyataan diberikan dua alternatif pilihan jawaban yaitu S (Setuju), TS (Tidak Setuju). Walaupun item R (ragu-ragu) tidak digunakan yang seharusnya item R diberikan skor 2, tetap tidak merubah pemberian skor untuk item lainnya.

3) Wawancara

Penilaian data hasil wawancara dilakukan dengan cara menyimpulkan hasil wawancara observer dengan subjek setelah proses pembelajaran berlangsung.

(34)

84

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa secara signifikan. Dilihat dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes kelompok eksperimen dengan menggunakan uji-u dan menggunakan � = 5% two tailed didapatkan nilai

P-value (Sig.2-tailed) = 0,000. Karena yang diuji satu arah, maka 0,000 dibagi

dua, sehingga hasilnya tetap 0,000. Hasil yang diperoleh P-value < �. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa kelas III pada materi pecahan sederhana secara signifikan. 2. Pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan koneksi

matematis siswa secara signifikan. Dilihat dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes kelompok kontrol dengan menggunakan uji U dan menggunakan �= 5% two tailed didapatkan nilai P-value

(Sig.2-tailed) = 0,000. Karena yang diuji satu arah, maka 0,000 dibagi dua,

sehingga hasilnya tetap 0,000. Hasil yang diperoleh P-value < �. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa kelas III pada materi pecahan sederhana secara signifikan.

(35)

85

berdistribusi normal. Setelah mengetahui bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Dari hasil uji homogenitas diperoleh taraf signifikansi 0,930. Karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, hal ini berarti Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa data berasal dari sampel yang bervarians sama (homogen). Kemudian hasil perhitungan uji-t nilai N-gain kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan taraf signifikansi � = 0,05 two

tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,126. Kondisi demikian

menunjukkan bahwa H0 diterima. Hal ini didasarkan pada nilai P-value (Sig.2-tailed) yang didapat yang nilainya lebih dari 0,05. Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada kelompok eksperimen dan siswa pada kelompok kontrol.

4. Berdasarkan respon yang diberikan siswa melalui lembar observasi, angket, dan wawancara, sebagian besar respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kontekstual adalah positif. Menurut pendapat siswa, model pembelajaran kontekstual sangat menyenangkan karena guru menghadirkan makanan sebagai media pembelajaran. Selain itu pembelajaran kontekstual membuat suasana kelas menjadi ramai.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengemukakan saran yang ditunjukkan untuk beberapa pihak sebagai berikut.

1. Bagi Guru

(36)

86

membaca di kelas III. Hal ini tertentu agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

2. Bagi Peneliti Lain

Terdapat kekurangan dalam penelitian yang dilakukan, seperti populasi yang hanya dapat digeneralisasikan untuk wilayah Kecamatan Kapetakan pada kelompok unggul saja dan waktu perlakuan yang sempit. Untuk peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran untuk memperluas generalisasi yang sudah ada, serta memperbanyak lagi waktu perlakuan dalam penelitiannya agar tujuan bisa tercapai secara maksimal.

3. Bagi Sekolah

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, N. dan Maulana (2006). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI Press.

Djuanda, Dadan, dkk., (2009). Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: Kuliah Kerja nyata 2009 UPI KS.

Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer

dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar terhadap Materi Kesebangunan (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Jatihurip dan SDN Cilengkrang di Kabupaten Sumedang). Skripsi PGSD UPI Sumedang: Tidak diterbitkan.

Heruman. (2007). Model Pembelajaran Matematika di Sokolah Dasar. Bandung: Rosda.

I’anah. (2008). Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Pemehaman Konsep Bilangan Pecahan Di Kelas III SDN 2 Buntet Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon. Skripsi PGSD UPI

Sumedang: Tidak diterbitkan.

Kultsum, S.U. (2009). Penerapan Penedekatan Matematika Realistic untuk

Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep Bilangan Bulat Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VII E SMP 2 Banjaran

Kab Bandung 2. [Online]. Tersedia:

http://matematika.upi.edu/index.php/penerapan-pendekatan-matematika-

realistik-untuk-meningkatkan-pemahaman-siswa-terhadap-konsep- bilangan-bulatpenelitian-tindakan-kelas-terhadap-siswa-kelas-vii-e-smp-2-banjaran-kab-bandung-2. [24 Maret 2013].

Kusuma, D.A. (2008). Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik dengan

Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme. [Online]. Tersedia:

http://pustaka.unpad.ac.id/wp- content/uploads/2009/06/meningkatkankemampuan-koneksi-matematik.pdf. [30 Desember 2012].

Mariana, Sri. (2011). Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Pemberian

Tugas Mind Maping Setelah Pembelajaran Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP.Skripsi FPMIPA UPI

Bandung. Tidak diterbitkan.

(38)

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian

Pendidikan dengan Benar. Bandung: Tidak diterbitkan.

Maulana. (2010). Dasar-dasar Keilmuan dan Pembelajaran Matematika Sequel 2. Bandung: tidak dipublikasikan.

Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Prabowo, E. (2012). Populasi dan Sampel. [Online]. Tersedia: http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/populasi.pdf. [20 Mei 2012].

Ruseffendi. (1992). Pendidikan matematika 3. Jakarta: Depdikbud.

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran (untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar). Bandung: Alfabet.

Sanjaya, Wina. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Subarinah, Sri. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi aksara. Sutardi, Didi dan Sudirjo, Encep. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD.

Bandung: Remaja Rosda Karya.

Suwangsih, Erna dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung : UPI PRESS.

Suyono., & M. S. Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosda. Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.

Jakarta: Pertasi Pustaka Publisher.

(39)

Wahyudin, dkk., (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS. Yuli. (2011). Pengertian matematika menurut NCTM. [Online]. Tersedia:

http://yulimpd.files.wordpress.com/2011/01/makalah-koneksi.pdf. [30 Desember 2012].

Dokumen

BSNP. (2006). Kurikulum 2006 (Peraturan Mendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar). Jakarta: BP. Dharma

Bhakti.

UPTD Pendidikan Kecamatan Kapetakan. (2012). Daftar Sekolah Dasar

Berdasarkan Jumlah Nilai Ujian Nasional SD/MI Tahun Ajaran 2011/2012 Tingkat Kecamatan Kapetakan. UPTD Pendidikan Kecamatan

Gambar

Gambar 2.1    Lingkaran dan Persegipanjang  .................................................................
Tabel 3.2 Populasi Penelitian
Tabel 3.3 Kriteria Validitas butir soal
Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Butir Soal
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan faktor yang membuat korban perselingkuhan mempertahankan perkawinannya selain ketangguhan pribadi yang dimiliki informan faktor lain yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) ada tidaknya perbedaan antara motivasi belajar kimia siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran

Hasil simulasi kendali kecepatan yang dirangkai terhadap kumparan utama atau stator dari hubungan pararel kehubungan seri menunjukkan perubahan Unjuk Kerja dari Motor

Hasil perencanaan pajak penghasilan bagi CV Delima Jaya dengan menggunakan peraturan perpajakan terbaru yaitu UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 adalah perusahaan dapat menghemat

[r]

[r]

Undang-undang no 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah. Undang-undang No 23 tahun 2014 tentang

1) Smith Van Ness. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed.. 2) Sandler. Chemical, Biochemical adn Engineering Thermodynamics,