No.Daftar/17/PGPAUG/XII/2012
Karlina Widaningsih, 2013
PENGARUH PERMAINAN IMAJINATIF TEBAK GAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA ANAK TK DALAM KEGIATAN
APERSEPSI
(Pre-Eksperimen pada Anak TK B di TK Darussalam Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh
Karlina Widaningsih
0802002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
No.Daftar/17/PGPAUD/XII/2012
Pengaruh Permainan Imajinatif Tebak
Gambar Terhadap Keterampilan
Berbicara Anak TK Dalam Kegiatan
Apersepsi
Oleh
Karlina Widaningsih
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Karlina Widaningsih 2012 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
No.Daftar/17/PGPAUD/XII/2012
i
Karlina Widaningsih, 2013
ABSTRAK
Pengaruh Permainan Imajinatif Tebak Gambar Terhadap Keterampilan Berbicara Anak TK dalam Kegiatan Apersepsi (Pre-Eksperimen pada anak
TK B di TK Darussalam Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013)
Karlina Widaningsih 0802002
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya meningkatkan keterampilan berbicara anak. Guru maupun orang tua saat ini lebih menekankan pada kemampuan berhitung dan membaca ataupun kemampuan yang bersifat akademis saja, hal ini ditunjukkan dengan kurangnya kemampuan anak dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain terutama di dalam kelas, kurangnya kemampuan mengucap kalimat untuk mengekspresikan gagasan, perasaan, pikiran dalam bentuk rangkaian kata secara lisan, serta kurangnya penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak. Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi sebelum penerapan permainan imajinatif tebak gambar, bagaimana keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi sesudah penerapan permainan imajinatif tebak gambar, apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi sebelum dan sesudah penerapan permainan imajinatif tebak gambar. Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi sebelum penerapan permainan imajinatif tebak gambar, untuk mengetahui bagaimana keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi sesudah penerapan permainan imajinatif tebak gambar, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi sebelum dan sesudah penerapan permainan imajinatif tebak gambar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode pre-eksperimen. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu lembar observasi. Tahapan dalam penelitian pre-eksperimen ini yaitu dengan melakukan pre-test dan post-test, serta
treatment yaitu penerapan permainan imajinatif tebak gambar. Rata-rata perolehan
skor pada saat pre-test adalah 35,20 sedangkan rata-rata post-test adalah 55,67. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan imajinatif tebak gambar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan berbicara anak TK. Setelah dilakukan uji statistik menggunakan rumus Uji-t dependen sampel diperoleh hasil nilai P<0.05 maka Ha dapat diterima.
ABSTRACT
Effects of Games Imaginative Guess Kids Picture Of Speaking Skills in the Activity Apersepsi Kindergarten (Pre-experiments on children in
kindergarten Darussalam Dublin Academic Year 2012-2013)
Karlina Widaningsih 0802002
The research was motivated by the importance of improving the skills of speaking children. Teachers and parents are now more emphasis on math and reading skills or academic ability alone, as shown by the lack of children's ability to interact and communicate with others, especially in the classroom, lack of ability to give sentences to express ideas, feelings, thoughts in the form of a series of spoken word, as well as the lack of use of appropriate methods in teaching kids to improve speaking skills. Based on the background above, the research question in this study is how the child's speaking skills in the activity apperception before applying imaginative play guess the picture, how the child's speaking skills in apperception activity after application of imaginative play guess the picture, is there a significant difference in a child's speaking skills apperception activity before and after the application of imaginative play guess the picture. Based on the formulation of the problem above, the purpose of this study was to determine how the child's speaking skills in the activity apperception before applying imaginative play guess the picture, to know how the child's speaking skills in apperception activity after application of imaginative play guess the picture, to determine whether there are significant differences in speaking skills of children in the activity apperception before and after the application of imaginative play guess the picture. This study uses a quantitative approach to the pre-experimental methods. The data were obtained by using the research instruments observation sheet. Stages in the pre-experimental research is to conduct pre-test and post-test, and treatment is the application of imaginative play guess the picture. The average gain scores at pre-test is 35.20 while the average post-test is 55.67. The results showed that imaginative play guess the picture has a significant effect on conversational skills kindergartners. After the test was done using a statistical formula dependent samples t-test results obtained values P <0.05 Ha so acceptable.
vi
A. Latar Belakang Masalah ………...………...……
B. Rumusan Masalah ………....
C. Tujuan Penelitian ……….
D. Manfaat Penulisan ………...
E. Struktur Organisasi ………..
BAB II KAJIAN TEORETIS
PERMAINAN IMAJINATIF TEBAK GAMBAR TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA DINI …………..………
A. Konsep Perkembangan Bahasa ………
1. Pengertian Bahasa ………..
2. Fungsi Bahasa ………
3. Aspek-aspek Keterampilan Bahasa ………...
B. Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini ……….
1. Pengertian Keterampilan Berbicara ………...
2. Tujuan Berbicara bagi Anak ………..
3. Perkembangan Berbicara Anak ……….
4. Kegiatan Pembelajaran Berbicara……...………...
C. Konsep Bermain dan Permainan ……….
1. Pengertian Bermain ………...
2. Tujuan Bermain Bagi Anak ………...
3. Konsep Permainan ……….
4. Variasi dan keseimbangan dalam aktivitas bermain ………..
D. Konsep Permainan Imajinatif Tebak Gambar ……….
1. Pengertian Permainan Imajinatif ………...
2. Konsep Permainan Tebak Gambar ………
E. Perkembangan dan Karakteriktik Anak ………...
F. Penelitian Terdahulu ………
G. Hipotesis Penelitian ……….
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………
A. Populasi dan Sampel ………
1. Populasi Penelitian ………
F. Teknik Pengumpulan Data ………..
viii
Karlina Widaningsih, 2013
G. Teknik Analisis Data ………...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….
A. Hasil Penelitian ………
B. Pembahasan ……….
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………...
A. Kesimpulan ………..
B. Rekomendasi ………...
Daftar Pustaka Lampiran
44
46
46
78
85
85
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen ……….
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Pengujian Validitas ………..
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ………...
Tabel 4.1 Kategorisasi Indikator ………
Tabel 4.2 Keterampilan Berbicara Anak untuk Indikator Mengucapkan
Kata Sebelum Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar
Tabel 4.3 Keterampilan Berbicara Anak untuk Indikator Membentuk
Kalimat Sebelum Penerapan Permainan Imajinatif Tebak
Gambar ………
Tabel 4.4 Keterampilan Berbicara Anak untuk Indikator Merespon
Stimulus Sebelum Penerapan Permainan Imajinatif Tebak
Gambar ………
Tabel 4.5 Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Penerapan Permainan
Imajinatif Tebak Gambar ………
Tabel 4.6 Keterampilan Berbicara Anak untuk Indikator Mengucapkan
Kata Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar
Tabel 4.7 Keterampilan Berbicara Anak untuk Indikator Membentuk
Kalimat Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak
Gambar ……...
Tabel 4.8 Keterampilan Berbicara Anak untuk Indikator Merespon
Stimuluh Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak
x
Karlina Widaningsih, 2013
Gambar ……...
Tabel 4.9 Keterampilan Berbicara Anak Sesudah Penerapan Permainan
Imajinatif Tebak Gambar ………...
Tabel 4.10 Peningkatan Skor Indikator Mengucapkan Kata Sebelum dan
Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar ……
Tabel 4.11 Peningkatan Skor Indikator Membentuk Kalimat Sebelum dan
Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar ……
Tabel 4.12 Peningkatan Skor Indikator Merespon Stimulus Sebelum dan
Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar ……
Tabel 4.13 Keterampilan Berbicara Anak Sebelum dan Sesudah Penerapan
Permainan Imajinatif Tebak Gambar ………
Tabel 4.14 Uji Normalitas Data Pre-test Dan Post-test ………..
Tabel 4.15 Hasil Uji –t Dependent sampel untuk Hipotesis ………..
Tabel 4.16 Data Perolehan Skor Instrumen ………
61
63
65
67
70
72
75
75
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Skor Indikator Mengucapkan kata Sebelum Penerapan
Permainan Imajinatif Tebak Gambar ………..
Grafik 4.2 Skor Indikator Membentuk Kalimat Sebelum Penerapan
Permainan Imajinatif Tebak Gambar ………..
Grafik 4.3 Skor Indikator Merespon Stimulus Sebelum Penerapan
Permainan Imajinatif Tebak Gambar ………..
Grafik 4.4 Persentase Kategori Skor Anak Sebelum Penerapan Permainan
Imajinatif Tebak Gambar ………...
Grafik 4.5 Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Penerapan Permainan
Imajinatif Tebak Gambar ………...
Grafik 4.6 Skor Indikator Mengucapkan Kata Sesudah Penerapan
Permainan Imajinatif Tebak Gambar ………..
Grafik 4.7 Skor Indikator Membentuk Kalimat Sesudah Penerapan
Permainan Imajinatif Tebak Gambar ………..
Grafik 4.8 Skor Indikator Merespon Stimulus Sesudah Penerapan
Permainan Imajinatif Tebak Gambar ………..
Grafik 4.9 Persentase Kategori Skor Sesudah Penerapan Permainan
Imajinatif Tebak Gambar ………...
Grafik 4. 10 Keterampilan Berbicara Anak Sesudah Penerapan Permainan
xii
Karlina Widaningsih, 2013
Grafik 4.11 Peningkatan Skor Indikator Mengucapkan Kata Sebelum dan
Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar ……
Grafik 4.12 Peningkatan Rata-rata Skor Indikator Mengucapkan Kata
Sebelum dan Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak
Gambar ………
Grafik 4.13 Peningkatan Skor Indikator Membentuk Kalimat Sebelum dan
Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar …..
Grafik 4.14 Peningkatan Rata-rata Skor Indikator Membentuk Kalimat
Sebelum dan Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak
Gambar ………
Grafik 4.15 Peningkatan Skor Indikator Merespon Stimulus Sebelum dan
Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar …..
Grafik 4.16 Peningkatan Rata-rata Skor Indikator Merespon Stimulus
Sebelum dan Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak
Gambar ………
Grafik 4.17 Keterampilan Berbicara Anak Sebelum dan Sesudah Penerapan
Permainan Imajinatif Tebak Gambar ………
Grafik 4.18 Peningkatan Rata-rata Skor Keterampilan Berbicara Anak
Sebelum dan Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak
Gambar ………
Grafik 4.13 Perolehan Skor Instrumen ………..……….
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Anak usia TK memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai karena
anak usia TK adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan
selanjutnya, karena anak usia TK memiliki karakteristik tersendiri yang jauh
berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa (Ernawulan, 2005:4). Anak
usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias
yang kuat terhadap segala sesuatu, memiliki sikap berpetualang (adventurousness)
yang begitu kuat, banyak memperhatikan dan bertanya, keinginan mengenal
tubuhnya sendiri, senang bernyanyi, mengobservasi lingkungan dan benda-benda
disekitarnya, aktif melakukan berbagai aktivitas, tidak dapat lama-lama duduk dan
berdiam diri, menunjukkan hubungan dan kerjasama dengan teman-temannya
(Solehuddin, 1997:40). Rasa keingintahuan tersebut tentu harus ada cara untuk
mengungkapkannya yaitu dengan cara memperhatikan, membicarakan,
mempertanyakan hal-hal yang didengar dan dilihatnya.
Anak memperoleh pengetahuan dan kemampuan tidak hanya dari kematangan,
tetapi justru lingkunganlah yang memberi kontribusi yang berarti dan sangat
mendukung proses belajar anak (Masitoh dkk, 2005). Pada hakekatnya anak
senang meniru, anak senang meniru bunyi-bunyi tertentu ataupun ucapan
orang-orang disekitarnya. Perkembangan anak yang pertama kali dikuasai adalah
2
Karlina Widaningsih, 2013
berbicara merupakan salah satu komponen dari keterampilan berbahasa, berbicara
merupakan keterampilan yang pertama kali dikuasai. Melalui berbicara, anak
dapat menyampaikan keinginan, harapan juga permintaannya. Karena berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan
(Tarigan, 1985:15).
Memperkuat pendapat tersebut Suhartono (2005:22) mengatakan yang
dimaksud dengan berbicara adalah suatu penyampaian maksud tertentu dengan
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat dipahami oleh
orang yang ada dan mendengar disekitarnya.
Pembicara harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk
menyampaikan informasi kepada orang lain, agar orang-orang yang mendengar
dapat mengerti apa yang dibicarakan. Hal itu sejalan dengan Hurlock (1990:82)
yang mengatakan bahwa ada dua fungsi berbicara untuk berkomunikasi yaitu
kemampuan untuk mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain, sehingga dapat
menangkap maksud yang ingin dikomunikasikan orang lain, serta kemampuan
untuk berkomunikasi dengan orang lain sedemikian rupa sehingga dapat
dimengerti oleh lawan bicaranya.
Kenyataannya pengembangan keterampilan berbicara anak di Taman
Kanak-kanak belum maksimal dan cendrung mendapat hambatan sehingga anak kurang
berani untuk berbicara atau mengungkapkan pendapatnya. Seperti yang diketahui
kemampuan setiap anak berbeda-beda sehingga tidak semua anak mampu
3
adalah pembelajaran masih bersifat konvensional, interaksi antara guru dengan
anak masih terlihat kaku dan guru lebih dominan. Rendahnya keberanian
berbicara anak terlihat saat guru memberikan pertanyaan kepada anak, anak tidak
mampu mengungkapkan gagasannya, volume suara yang anak keluarkan sangat
kecil, sehingga anak sulit berkomunikasi dengan bahasa lisan, sulit
mengemukakan pendapat secara sederhana, sulit memberikan informasi, sulit
menjawab pertanyaan, malu untuk bertanya, juga sulit untuk menceritakan
pengalaman yang sederhana.
Berkenaan dengan paparan di atas, keterampilan berbicara dalam hal ini
adalah kemampuan anak untuk mengubah wujud fikiran atau perasaan menjadi
wujud bunyi berbahasa yang bermakna, kemampuan berkomunikasi secara lisan
sebagai media bagi setiap individu untuk menuangkan ide, gagasan dan pikiran
kepada orang lain untuk berbagai kepentingan (Suhendar, 1992). Keterampilan
berbahasa anak akan berkembang dengan baik bila guru di Taman Kanak-Kanak
memberikan stimulus untuk merangsang mengembangkan keterampilan
berbicaranya.
Berhasil tidaknya pembelajaran bidang pengembangan bahasa, khususnya
untuk mencapai keberhasilan keterampilan berbicara ditentukan oleh beberapa
faktor yang saling berkaitan. Faktor tersebut antara lain guru, siswa, metode, dan
teknik pembelajaran, serta kurikulum (Alrochmah, 2010:4).
Berdasarkan pernyataan di atas, maka memilihan metode pembelajaran yang
dapat merangsang anak berbicara haruslah menarik agar dapat memotivasi anak
4
Karlina Widaningsih, 2013
yang telah dilakukan maka peneliti berpendapat bahwa berimajinasi adalah hal
yang sangat mengungkinkan bagi anak untuk berbicara, anak-anak dapat
berimajinasi atau bertamasya jiwa sesuka hati mereka. Berimajimasi adalah hal
yang menyenangkan bagi anak, menurut Alrochmah (2010:4) berimajinasi
merupakan sifat manusiawi yang akan selalu ada selama manusia terus
mempunyai keinginan atau harapan. Intinya dalam pelajaran apapun dan siapapun,
berimajinasi dibutuhkan dalam pembelajaran. Melalui imajinasi anak dapat
mengembangkan daya pikir dan daya ciptanya tanpa dibatasi kenyataan dan
realitas. Ia bebas berpikir sesuai pengalaman dan khayalannya, imajinasi akan
membantu kemampuan berpikir fluency, fleksibility dan originary pada anak
(Rachmawati dan Kurniati, 2005:62).
Pernyataan di atas sejalan dengan Kieran Egan (2009:15) yang menyebutkan
bahwa semua ilmu pengetahuan adalah hasil dari harapan, ketakutan, dan gairah
manusia. Untuk menghadirkan ilmu pengetahuan di dalam pikiran anak, kita harus
memperkenalkan dalam konteks harapan, ketakutan, dan gairah manusia di mana
ilmu pengetahuan itu akan menemukan makna sepenuhnya. Sarana terbaik untuk
melakukan hal itu adalah dengan imajinasi. Berimajinasi juga termasuk bermain,
melalui bermain juga anak dapat mengembangkan kemampuan bahasa dan sosial,
seperti mendengarkan beraneka bunyi, mengucapkan suku kata atau kata,
memperluas kosa kata, membina hubungan dengan anak lain, bertingkah laku
sesuai dengan tuntutan masyarakat, menyesuaikan diri dengan teman sebaya, dan
paham bahwa setiap perbuatan ada konsekuensinya (Moeslichatoen, 2004: 27).
5
menggunakan orang lain atau benda-benda disekitarnya dengan senang, sukarela
dan dengan imajinatif, menggunakan perasaannya, tangannya atau seluruh
anggota tubuhnya (Gallahue dalam Tinny, 2009: 34).
Satu bentuk permainan atau alat permainan semestinya diciptakan dengan
tujuan yang jelas sehingga pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan akan
tercapai. Bermain merupakan kepuasan pada diri anak yang bersifat non serius,
lentur dan bahan mainan terkandung dalam kegiatan dan yang secara imajinatif
ditransformasikan sepadan dengan dunia orang dewasa (Moeslichatoen, 2004:24).
Imajinasi dapat diintegrasikan dengan sebuah permainan, dimana anak akan
diminta untuk berimajinasi dalam sebuah permainan untuk menebak gambar yang
tersembunyi dalam 20 kotak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:288)
gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan dan sebagainya) yang
dibuat dengan coretan pensil ataupun yang lainnya pada kertas ataupun yang
lainnya. Anak sangat menyukai gambar, jika gambar dibuat menarik dan disajikan
dengan persyaratan yang baik, lalu anak diminta untuk berimajinasi yang
diarahkan melalui cerita atau sebuah petunjuk yang berhubungan dengan gambar
bersebut. Setiap guru selesai memberikan petunjuk maka akan terbuka sebuah
kotak yang akan menampilkan atau memperlihatkan sebagian dari gambar,
melalui permainan imajinatif tebak gambar ini diharapkan anak dapat termotivasi
untuk berbicara mengemukakan pendapat dan memberikan komentar melalui
permainan imajinatif tersebut. Imajinasi ini dijadikan stimulus dalam
6
Karlina Widaningsih, 2013
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan keterampilan berbicara
anak di TK/RA Al-Fikri setelah menggunakan teknik reka cerita gambar dalam
kegiatan pembelajaran pengembangan bahasa mengalami peningkatan baik dilihat
dari aspek kosakata meliputi kosakata umum dan kosakata khusus, juga dalam
menceritakan isi gambar secara sederhana dengan urut berkembang dengan baik
serta kegiatan pembelajaran bahasa menjadi lebih efektif dibandingkan dengan
pembelajaran tanpa menggunakan teknik reka cerita gambar (Hani Solihah
Apriani, 2010).
Berdasarkan paparan di atas kemampuan berbicara merupakan salah satu
komponen berbahasa yang harus dikuasai agar anak dapat menggunakan bahasa
secara baik, dan untuk meningkatkan keberanian berbicara anak, akan efektif bila
diterapkan permainan imajinatif tebak gambar, karena bermain, imajinasi dan
gambar adalah dunia anak.
Berdasarkan permasalahan yang berkembang di atas, maka penelitian ini
memfokuskan kajian pada “PENGARUH PERMAINAN IMAJINATIF TEBAK
GAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA ANAK TK DALAM
KEGIATAN APERSEPSI”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan ke dalam pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi di
kelompok B TK Darussalam Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013 sebelum
7
2. Bagaimana keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi di
kelompok B TK Darussalam Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013 sesudah
penerapan permainan imajinatif tebak gambar?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan berbicara anak
dalam kegiatan apersepsi di kelompok B TK Darussalam Bandung Tahun
Pelajaran 2012-2013 sebelum dan sesudah penerapan permainan imajinatif
tebak gambar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana keterampilan berbicara anak dalam kegiatan
apersepsi di kelompok B TK Darussalam Bandung Tahun Pelajaran
2012-2013 sebelum penerapan permainan imajinatif tebak gambar.
2. Untuk mengetahui bagaimana keterampilan berbicara anak dalam kegiatan
apersepsi di kelompok B TK Darussalam Bandung Tahun Pelajaran
2012-2013 sesudah penerapan permainan imajinatif tebak gambar.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada
keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi di kelompok B TK
Darussalam Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013 sebelum dan sesudah
penerapan permainan imajinatif tebak gambar.
D. Manfaat Penulisan
8
Karlina Widaningsih, 2013
1. Untuk anak, diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berbicaranya
dengan cara berani berbicara sehingga dapat memberikan pengalaman
berbicara.
2. Untuk guru, diharapkan dapat menambah wawasan serta memberikan
pengalaman langsung dalam proses pembalajaran keterampilan berbicara
dengan menggunakan permainan imajinatif tebak gambar.
3. Untuk lembaga taman kanak-kanak, diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan kebijakan untuk melakukan inovasi pendidikan dan peningkatan
kualitas pendidikan.
E. Struktur Organisasi
Struktur organisasi atau urutan penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penulisan
E. Struktur Organisasi
BAB II KAJIAN TEORETIS
PERMAINAN IMAJINATIF TEBAK GAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA DINI
A. Konsep Perkembangan Bahasa
1. Pengertian Bahasa
2. Fungsi Bahasa
3. Aspek-aspek Keterampilan Bahasa
9
1. Pengertian Keterampilan Berbicara
2. Tujuan Berbicara bagi Anak
3. Perkembangan Berbicara Anak
4. Kegiatan Pembelajaran Berbicara
C. Konsep Bermain dan Permainan
1. Pengertian Bermain
2. Tujuan Bermain Bagi Anak
3. Konsep Permainan
4. Variasi dan keseimbangan dalam aktivitas bermain
D. Konsep Permainan Imajinatif Tebak Gambar
1. Pengertian Permainan Imajinatif
2. Konsep Permainan Tebak Gambar
E. Perkembangan dan Karakteriktik Anak
F. Penelitian Terdahulu
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
10
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data terhapan penerapan
permainan imajinatif tebak gambar untuk meningkatkan keterampilan
berbicara anak usia dini dilapangan, maka peneliti menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Keterampilan berbicara anak sebelum diberikan treatment berada pada
kategori sedang dan rendah. Diperoleh data bahwa terdapat 8 anak ada
pada kategori sedang dan 7 anak ada pada kategori rendah dengan rata-rata
skor kelompok 35,2.
2. Keterampilan berbicara anak sesudah diberikan treatment mengalami
peningkatan. Diperoleh data bahwa terdapat 13 anak ada pada kategori
tinggi dan 2 anak sangat tinggi dengan rata-rata skor 55.67.
3. Penerapan permainan imajinatif tebak gambar gambar terbukti efektif
dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak. Hal ini terbukti bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diterapkan
permainan imajinatif tebak gambar.
B. Rekomendasi
Dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara anak dengan menerapkan permainan imajinatif tebak gambar, peneliti mengajukan
86
Karlina Widaningsih, 2013 1. Kepada Guru
a. Bagi para guru penerapan permainan imajinatiftebak gambar ini dapat
diterapkan sebagai salah satu cara yang digunakan dalam proses
pembelajaran khususnya untuk meningkatkan keterampilan berbicara
anak. Gambar adalah benda yang tidak asing bagi akan dan
berimajinasi adalah hal yang menyenangkan bagi anak.
b. Sebaiknya pembelajaran dikelas tidak berpaku pada metode yang
selalu sama dan mengembangkan aspek lainnya tidak hanya membaca
dan berhitung saja, guru dapat menyesuaikannya dengan kebutuhan
anak agar hasil pembelajarn sesuai dengan apa yang diharapkan.
2. Kepada Pihak Sekolah
a. Memberikan kesempatan dan mendukung guru dalam menentukan
metode agar bembelajaran mendapatkan hasil yang diharapkan
khususnya dalam keterampilan berbicara.
b. Memfasilitasi apa yang dibutuhkan guru dalam proses pembelajaran
agar guru dapat menuangkan ide-ide kreatifnya secara bebas.
3. Kepada Peneliti Selanjutnya
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak
kekurangan, agar penelitian selanjutnya menjadi lebih baik dihapakan
agar:
a. Melakukan penelitian mengenai keterampilan berbicara anak, karena
dilapangan jarang pihak sekolah yang memperhatikan keterampilan
87
b. Melakukan penelitian mengenai penerapan permainan imajinatif
34
Karlina Widaningsih, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006:117). Populasi
dalam penelitian ini adalah anak-anak TK Darussalam yaitu kelompok B2 yang
berjumlah 15 anak.
2. Sampel Penelitian
Sampel digunakan dalam penelitian untuk mempermudah pengambilan data
dari populasi. “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2006:118). Sampel yang diambil dari populasi
harus betul-betul representatif (mewakili). Karena penelitian ini menggunakan
metode pre eksperimen maka kelompok yang digunakan adalah kelompok yang
sudah ada (intact group), sehingga peneliti mengguakan kelompok-kelompok
yang sudah ada.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode pre-eksperimen
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat. Desain penelitian pre-eksperimen ini menggunakan one-group
pretest-posttest design yaitu sebuah desain penelitian yang digunakan dengan cara
35
Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberikan perlakuan (Sugiyono,
110:2006). Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:
Desain penelitian
O1 X O2
(Sugiyono, 110:2006)
Keterangan:
O1 : nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)
O2 : nilai posttest (setelah diberi perlakuan)
X : perlakuan
Pre test dilakukan untuk mengetahui tingkat keberanian berbicara anak usia
dini sebelum perlakuan.
Post test dilakukan untuk mengetahui tingkat keberanian berbicara anak usia
dini setelah perlakuan.
Treatment atau perlakuan yang diberikan adalah permainan imajinatif tebak
gambar yang diharapkan dalam meningkatkan keberanian berbicara anak usia
dini.
C. Definisi Operasional
Untuk memahami konsep penting dalam penelitian ini maka penulis
memberikan definisi operasional mengenai hal-hal yang berkenaan dengan judul
36
Karlina Widaningsih, 2013 1. Keterampilan Berbicara
Menurut Hurlock (1990:83) dalam setiap tahapan usia, anak-anak lebih
mengerti apa yang dikatakan orang lain dari pada mengutarakan pikiran dan
perasaan-perasaan mereka sendiri dalam kata-kata. Lebih lanjut lagi Hurlock
(1990:113) menyebutkan berbicara merupakan tugas perkembangan bagi
tahun-tahun masa kanak-kanak (masa prasekolah), pada masa ini anak-anak
memiliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara karena belajar berbicara
merupakan sarana pokok dalam bersosialisasi dan belajar berbicara
merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Untuk meningkatkan
komunikasi anak-anak harus menguasai dua tugas pokok yang merupakan
unsur dalam berbicara. Tugas-tugas itu adalah meningkatkan kemampuan
untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain dan meningkatkan kemampuan
serta keterampilan berbicara sehingga dapat dimengerti orang lain. Hurlock
(1990:185) juga menyatakan bahwa awal masa kanak-kanak umumnya
merupakan saat berkembang pesatnya tugas pokok dalam belajar berbicara
yaitu menambah kosakata, menguasai pengucapan kata dan menggabungkan
kata-kata menjadi kalimat.
2. Permainan Imajinatif Tebak Gambar
Imajinasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir
divergen seorang anak yang dilakukan tanpa batas, seluas-luasnya dan multi
perspektif dalam merespon suatu stimulasi (Rachmawati dan Kurniati,
2010:62) . Stimulasi yang dimaksud adalah permainan tebak gambar, anak
37
gambar yang tersembunyi dalam 20 kotak. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1996:288) gambar adalah tiruan barang (orang, binnatang,
tumbuhan dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil ataupun yang
lainnya pada kertas ataupun yang lainnya.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang dialami (Sugiyono, 2008). Arikunto (2006,
160) mengemukakan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga
lebih mudah diolah.
Instrumen penelitian dapat berupa daftar ceklis, serta pedoman pengamatan
(observasi). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui
katerampilan berbicara pada anak usia taman kanak-kanak.
1. Kisi-kisi Instrumen
Arikunto (2006, 162) mengungkapkan bahwa kisi-kisi insrumen merupakan
sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam
baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom. Kisi-kisi instrumen
memperlihatkan hubungan antara variabel yang diteliti dengan sumber data yang
akan digunakan dan metode yang digunakan serta instrumen yang disusun
38
1. Anak dapat menggunakan kata-kata
yang berhubungan dengan cerita
gambar seperti menyebutkan nama
sayuran selain yang terdapat pada
gambar.
2. Anak dapat mengulang kalimat yang
disampaikan oleh guru seperti open
please.
3. Anak dapat mendengarkan cerita
yang disampaikan guru.
4. Anak dapat berkomentar tentang
gambar yang diperlihatkan.
5. Anak ikut serta dalam
mengucapkan teks yang telah
dikenali.
6. Anak dapat membedakan bunyi suara
yang diucapkan (mengucap ulang
kata/kalimat yang disampaikan
guru).
Membentuk
kalimat
1. Anak dapat turut serta dalam
percakapan.
2. Anak dapat menghubungkan
pengalaman dengan gambar yang
39
3. Anak dapat mengeluarkan kata-kata
dengan spontan.
4. Anak dapat menanyakan pertanyaan
yang berhubungan dengan
cerita/gambar.
5. Anak dapat mengekspresikan
imajinasi lewat kata-kata.
6. Anak dapat mengemukakan
pendapat yang berbeda dari teman
yang lainnya
Sumber : (Hurlock, 1990:113), (Hurlock, 1990:185), (Rachmawati & Kurniati, 2010:62)
E. Analisis Instrumen 1. Uji Coba
Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, instrumen tersebut terlebih
dahulu diuji cobakan. uji coba dilakukan pada anak kelompok B TK Bina Putra
Padasuka. TK Bina Putra dengan TK Darussalam yang akan dijadikan tempat
penelitian sama-sama berada di kompleks Padasuka jln. Permai sehingga
40
Karlina Widaningsih, 2013
tersebut sama-sama tinggal dilingkungan komplek jln. Permai. instrument diuji
cobakan kepada 10 anak dengan item berjumlah 20 butir. Setelah dilakukan uji
coba, maka langkah selanjutnya adalah penyeleksian item dengan cara validitas
instrumen.
2. Validitas
Menurut Arikunto (2006) Validitas merupakan suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang
valid berarti alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data itu valid. Valid
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur (Sugiyono, 2006: 173). Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen
tersebut mampu mengukur apa yang diinginkan. Instrumen dalam penelitian ini
menggunakan uji validitas isi (content validity).
1. Validitas isi (content validity) dapat digunakan para ahli (judgment experts).
Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi selanjutnya dikonsultasikan
kepada para ahli dengan penilain cukup baik untuk digunakan dalam
penelitian (Sugiyono,2006:182) Validitas isi dalam penelitian ini di judgment
oleh ibu Heny Djohaeni dan ibu Rita Maryana. Setelah di judgment oleh para
ahli, maka instrumen tersebut diuji cobakan ke sekolah lain yang mempunyai
kriteria sama dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. pengujian
validitas item dilakukan dengan mencari nilai r hitung (Sugiyono,2006:183).
41
Tabel 3.2
Hasil Perhitungan Pengujian Validitas
No Item r Hitung r Kritis Keputusan
1 0.371 0.30 Valid
2 0.356 0.30 Valid
3 0.507 0.30 Valid
4 0.628 0.30 Valid
5 0.356 0.30 Valid
6 0.401 0.30 Valid
7 0.362 0.30 Valid
8 0.702 0.30 Valid
9 0.332 0.30 Valid
10 0.618 0.30 Valid
11 0.444 0.30 Valid
12 0.525 0.30 Valid
13 0.481 0.30 Valid
14 0.396 0.30 Valid
15 0.471 0.30 Valid
16 0.665 0.30 Valid
17 0.318 0.30 Valid
18 0.417 0.30 Valid
19 0.396 0.30 Valid
42
Karlina Widaningsih, 2013
Hasil pengujian validitas di atas, dari 20 item soal yang diuji cobakan
semua item valid. proses pengambilan keputusan didasarkan uji hipotesa
dengan kriteria jika r hitung ≥ 0.30 maka butir soal valid dan sebaliknya jika r
hitung < 0.30 maka butir soal tidak valid. Karena nilai seluruh r hitung lebih
semua item lebih besar dari r kritis maka diputuskan smua item valid.
2. Reliabilitas
Realibilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik (Arikunto, 2002:154). pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan
dengan internal consistency. pengujian reliabilitas dengan internal consistency
dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang
diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu (Sugiyono,2006:183).
Pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan rumus KR 21 yaitu:
�
=
(�−�1){1
−
(��−2 )}
dimana:
k : jumlah item dalam instrumen
M : mean skor total
2
:
varians totalSetelah diketahui butir soal telah valid maka langkah selanjutnya adalah
menguji apakah item tersebut reliabel atau tidak, dapat mengacu pada tabel
43
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0.80 - 1.000
Untuk mengetahuinya peneliti menggunakan bantuan software SPSS Versi
18.0 dan diperoleh hasil sebagai berikut:
Reliability Statistics
kategori tingkat hubungan yang kuat.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spessifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. teknik pengumpulan data
dengan observasi data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gelaja alam dan bila responden
yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono,2006:203). Dari jenis proses
44
Karlina Widaningsih, 2013
berperanserta (participant observation). Dalam observasi ini, peneliti terlibat
dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai
sumber data penelitian (Sugiyono,2006:204).
G. Teknik Analisis Data
Pengolahan terhadap data-data mentah hasil penelitian dilakukan dengan
menggunakan uji statistik, yaitu dengan cara menentukan rumus uji statistik yang
akan dipakai sesuai dengan data yang ada. data tersebut diproses dan dianalisis
untuk mengetahui:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan agar peneliti dapat mengetahui apakah data yang
diperoleh dilapangan tersebut berdistribusi normal atau tidak normal. apabila hasil
dari uji normalitas ini menunjukkan data berdistribusi normal, maka data diolah
dengan menggunakan statistik parametrik, dan bila hasil yang didapat
menunjukkan data tidak berdistribusi normal maka data diolah menggunakan
statistik nonparametrik (Arikunto, 2006:313).
Pengujian normalitas dan homogenitas varians data dalam penelitian ini
menggunakan uji kolmogorov smirnov dan uji F (P>0.05) yang diolah dengan
menggunakan bantuan software SPSS Versi 18.0.
2. Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik, Data
yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis. berikut cara pengolahan data
45
a. Jika Data Berdistribusi Normal
Bila data berdistribusi normal maka dapat digunakan Uji –t dependent sample, dengan rumus:
= �
∑� ( 2−�1)
Keterangan :
Md : mean dari perbedaan pre-test dengan post-test
Xd : deviasi masing-masing subjek (d-Md)
∑�2� : jumlaj kuadrat deviasi
N : subjek pada sampel
d.b : ditenrukan dengan N-1
b. Jika Data Tidak Berdistribusi Normal
Bila data tidak berdistribusi normal maka dapat digunakan uji wilcoxon,
dengan rumus:
�= � − �
(� −1) 4
� �+ 124(2�+ 1)
Keterangan:
n : jumlah pasangan dimana selisihnya bukan 0
Ws : jumlah lebih kecil pada nilai mutlak dari tingkat yang ditandai