• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS PROSES MANAJEMEN MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) : Studi Komparatif pada MAN Model dan MAN Reguler di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS PROSES MANAJEMEN MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) : Studi Komparatif pada MAN Model dan MAN Reguler di Kota Bandung."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PROSES MANAJEMEN

MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN)

(Studi Komparatif pada MAN Model dan MAN Reguler di Kota Bandung

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pasca Sarjana

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

M. Syarifuddin

NIM: 999.477

PPROGRAM PASCA SARJANA

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembin ibing I

Prof. Dr. H. Tb. Ab

NIP^TCtfl88292

in Syamsudin Makmun, MA. pNsc

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Djam'an Satori, MA

(3)

PERSETUJUAN KETUA PROGRAM STUDI

DISETUJUI OLEH

KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Prof. Dr. H. Tb.

188292

(4)

ABSTRAK

EFEKTIFITAS PROSES MANAJEMEN MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN)

(Studi Komparatif pada MAN Model dan MAN Reguler di Kota

Bandung) Oleh: M. Syarifuddin

NIM 999477

Sesuai kajian latar belakang penelitian, maka pada penelitian ini rumusan masalahnya yaitu "Bagaimanakah keefektifan proses manajemen

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) IModel dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2di Kota Bandung. Dari rumusan masalah tersebut dirumuskan masalah yang lebih

spesifik sebagai berikut: 1). Bagaimanakah tingkat keefektifan proses manajemen dalam hal : Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan

Evaluasi secara bersama-sama pada MAN model dan reguler di kota Bandung 2). Bagaimanakah tingkat keefektifan proses perencanaan (planning) pada MAN model dan reguler di kota Bandung. Yang mencakup: kerjasama, program kerja dan implementasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan di MAN reguler dan MAN Model? 3). Bagaimanakah tingkat keefektifan proses pengorganisasian

{organizing) pada MAN model dan reguler di Bandung, yang meiiputi- job

deskripsi, fasilitas, dan kompetensi di MAN reguler dan MAN model? 4)

Bagaimanakah tingkat keefektifan proses pelaksanaan {actuating) pada MAN

model dan reguler di kota Bandung mencakup: kepemimpinan, personality dan kesejahteraan baik di MAN reguler maupun di MAN Model? Dan 5) Bagaimanakah tingkat keefektifan proses penilaian (evaluasi/controlling) pada MAN model dan reguler di kota Bandung menyangkut: disiplin, pelayanan

belajar, humas, dan pembinaan di MAN reguler dan MAN model?

Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan dan menganalisis keefektifan manajemen Madrasah Aliyah Negeri model dan reguler di Kota Bandung yang berada di Bandung, dibawah binaan Kantor Wilayah

Departemen Agama Propinsi Jawa Barat.

Desain penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Komparatif berdasarkan

propesi responden yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan pegawai

adminitratif. Penelitian ini bersifat ex post facto, karena peristiwanya telah terjadi dan dalam penelitian ini tidak dilakukan pengendalian atau manipulasi terhadap

vanabelnya. Data dikumpulkan dengan pengukuran langsung terhadap responden berdasarkan pengalaman telah lalu yang dimiliki.

Dari hasil analisis data dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

keefektifan Madrasah Aliyah Negeri di Bandung secara umum termasuk kategori

efektif. Terdapat perbedaan yang signifikan antara keefektifan MAN Model dengan Reguler yaitu MAN Model dengan rata-rata skor sebesar 184 495 lebih efektif dibanding MAN Reguler dengan skor 173.3231, artinya hipotesis diterima

Data kedua kelompok tersebut termasuk normal dan homogen. Data penelitian

menunjukkan bahwa dalam perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

pengawasan pada Madrasah Aliyah Negeri telah dilakukan secara efektif

Dengan demikian kepala sekolah telah melaksanakan tugasnya mengarah pada

(5)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN DARI PEMBIMBING

ABSTRAK

KATA PENGANTAR '

UCAPAN TERIMA KASIH '"

DAFTAR ISI Vl

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x"

XIII

BAB I PENDAHULUAN

1 A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan Masalah 10

C. Tujuan Penelitian ^

D. Kegunaan Penelitian 13

E. Asumsi Penelitian 13

F. Hipotesis Penelitian 14 G. Keterbatasan Penelitian 14

H. Paradigma Penelitian ^

BAB II KAJIAN PUSTAKA 17

A. TINJAUAN TEORITIS 17

1. Manajemen Madrasah (Sekolah) 17

a. Perencanaan (Planning) 26

b. Pengorganisasian (Organizing) 32

c. Penggerakkan (Actuating) 34

d. Pengawasan (Controlling) 37

2. Efektifitas Manajemen Madrasah (Sekolah) 40

a. Konsep Efektifitas Pendidikan 40

b. Efektifitas Madrasah (Sekolah) 44

c. Karakteristik Kriteria Efektifitas Madrasah 48 3. Status Madrasah Dalam Sistem Pendidikan Nasional 52 4. Kesimpulan Hasil Kajian Teoritik 57

B. TINJAUAN EMPIRIK 59

1. Madrasah Aliyah Negeri (Model) 1 Bandung 59

2. Madrasah Aliyah Negeri (Reguler) 2 Bandung 62

C. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 66

A. Desain Penelitian 66

B. Populasi dan Sampel 66

C. Lokasi Penelitian cn

69

(6)

D. Variabel Penelitian 69

E. Instrumen Penelitian 6g

F. Uji Coba Instrumen 70

G.Kategori Rerata Skor 76

BAB IV PEMBAHASAN DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN 78

A. Penanggungjawab Madrasah Aliyah 78

B. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Negeri Bandung .... 80

1. Madrasah Aliyah Negeri 1 (Model) Bandung 80

2. Madrasah Aliyah Negeri 2 (Reguler) Bandung 87

C. Manajemen Madrasah Aliyah 89

D. Perencanaan Madrasah g7

E. Pengorganisasian Madrasah Aliyah Negeri 102

F. Penggerakan dan Kepemimpinan 105

G. Pengawasan (Contrail) Madrasah 109

H. Rekapitulasi Rerata Jumlah Skor dan Simpangan Baku . 112

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI .,: 114

A. Kesimpulan 114

B. Implikasi Penelitian -j16

C. Rekomendasi Penelitian 118

DAFTAR PUSTAKA 121

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor u .

Halaman

3.1 Keadaan Responden dan Sampel Penelitian 67

3.2 Sampel Penelitian 68

4.1 Keadaan Siswa MAN 1(Model) Bandung 84

4.2 Keadaan Siswa MAN 2 (Reguler) Bandung 88

4.3 Kriteria Keefektifan Manajemen Madrasah Aliyah 92

4.4 Keadaan Fasilitas Madrasah Aliyah Negeri Bandung 96

4.5 Kriteria keefektifan perencanaan Madrasah Aliyah 98

4.6 Kriteria keefektifan pengorganisasian

Madrasah Aliyah 103

4.7 Kriteria keefektifan penggerakan dan kepemimpinan

Madrasah Aliyah 106

4.8 Kriteria keefektifan pengawasan Madrasah Aliyah 110

4.9 Rekapitulasi rerata jumlah skore dan simpangan baku

keefektifan Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN Model)

Bandung 112

4.10 Rekapitulasi rerata jumlah skore dan simpangan baku keefektifan Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN Model)

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1 Paradigma Penelitian 16

3.1 Variabel Penelitian 69

3.2 Kategori Rentangan Skore 77

4.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama 78

4.2 Struktur Organisasi DEPAG Tingkat Provinsi 79

4.3 Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Negeri 85

4.4 Struktur Organisasi PSBB Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) Model Bandung 86

4.5 Struktur Organisasi Bidang Keterampilan

Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN) Model Bandung 87

(9)
(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan

pembangunan sumber daya manusia (SDM) melalui program pendidikan

yang diselenggarakan di sekolah, untuk mencapai tujuan pendidikan

memerlukan manajemen sekolah yang handal dan profesional yang tampak pada tingginya kualitas pelayanan belajar dan kualitas manajerial

sekolah yang dibuktikan oleh mutu lulusan memenuhi kualifikasi yang

dipersyaratkan.

Peningkatan mutu atau kualitas pendidikan artinya untuk

meningkatkan pelayanan pendidikan dalam bentuk kegiatan belajar

mengajar dikelas dan pelayanan teknis operasional pendidikan yang

membawa iklim perubahan dimasyarakat diperlukan manajer sekolah

(kepemimpinan) yang mempunyai visi, misi serta wawasan strategik

dalam mengelola pendidikan.

Sejarah peradaban manusia menunjukan bahwa masyarakat selalu

berubah, bahkan dalam beberapa dasawarsa terakhir, perubahan tersebut

meningkat dengan pesat teriebih lagi dengan munculnya istilah reformasi.

Tingkat perubahan yang dialami masyarakat tidak sama, dimana

sebagian masyarakat masih berada pada tahap perubahan dari

masyarakat agraris-tradisional ke masyarakat industri-modern. Pada saat

yang sama, masyarakat yang lain berada pada tahap perubahan dari

(11)

Kontribusi pendidikan terhadap perubahan yang dialami masyarakat

member! arti penting, karena semakin terdidik masyarakatnya, maka

semakin cepat masyarakat tersebut beradaptasi terhadap perubahan,

tetapi bagi masyarakat yang tidak terdidik mereka hanya sedikit disentuh

oleh perubahan.

Dengan demikian tampak bahwa sampai tingkat tertentu, perbedaan

tingkat perubahan masyarakat tersebut disebabkan perbedaan

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Teriepas dari perbedaan

tingkat perubahan tersebut, cepat atau lambat setiap masyarakat akan

dihadapkan pada era informasi dan globalisasi, yang tidak terelakkan oleh

setiap masyarakat di dunia. Pola kehidupan manusia oleh Sutrisno, (1990)

akan berubah sejalan dengan sifat dan ciri dari era informasi dan

globalisasi. Dimana masyarakat sedang dihadapkan pada suatu fase

tranformasi yang mendasar, karenanya setiap manusia dihadapkan pada

keharusan untuk dapat menemukan suatu sistem maupun struktur dunia

di masa yang akan datang. Singkatnya, setiap masyarakat dituntut untuk

berusaha menentukan sikap dengan setepat-tepatnya dalam menghadapi

perubahan global tersebut.

Keberhasilan suatu masyarakat mengahadapi perubahan dan

mengatasi tantangan ini, antara lain, ditentukan oleh kemampuan sumber

daya manusia (SDM). Di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, tidak akan lepas dari tantangan seperti itu. Dan upaya

peningkatan sumber daya manusia pada hakekatnya telah digariskan

(12)

suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini juga

dijabarkan dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 Bab II Pasal 4 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan banqsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia h!l9 * TJa? ubertac*wa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekert. luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri

serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan

Dengan rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut di atas

menggambarkan bahwa perkembangan pendidikan nasional di Indonesia

lebih menekankan pada terciptanya SDM yang berkualitas, dalam arti

manusia yang kreatif, inovatif, menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan berkeinginan untuk maju. Pelaksanaan pendidikan dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini menteri yang menyelenggarakan satuan pendidikan yang bersangkutan, didukung oleh orang tua dan

masyarakat Indonesia, agar bangsa Indonesia dapat sejajar dengan

bangsa-bangsa lainnya.

Manheim, Karl (1985:119) mengatakan pendekatan terhadap perubahan dapat dilakukan dengan memusatkan analisa pada

masyarakat, dalam ruang lingkup demikian terjadinya perubahan akan

dapat diamati dan dirumuskan. Dessler, Gary (1997:19) mengemukakan

bahwa peran manajemen SDM berubah dari pelindung dan penyaring

(13)

perubahan tersebut, upaya peningkatan keefektifan penyelenggaraan

program pendidikan di sekolah menjadi tema sentral dalam proses

pembangunan pendidikan.

Institusi sekolah dan madrasah merupakan bagian dari agen

perubahan dalam membangun SDM. Kebanyakan madrasah di Indonesia

pada mulanya dibangun oleh masyarakat atau yayasan swasta untuk

pendidikan agama Islam bagi anak-anak mereka. Dalam

perkembangannya madrasah sebagai agen perubahan mulai

mengajarkan mata pelajaran umum selain mata pelajaran pokok yaitu

agama Islam untuk meningkatkan statusnya menjadi setara dengan

Sekolah Menengah Umum lainnya. Dengan berlakunya kurikulum tahun

1994 Madrasah diwajibkan untuk memberikan mata pelajaran umum

sesuai kurikulum tersebut.

Dalam upaya memantapkan posisi madrasah sebagai agen

pembaharuan menyelenggarakan program pendidikan, maka keefektifan

pendidikan diukur dari kemampuan kepemimpinan (strong leadership)

kepala sekolah sebagai manaier lembaaa pendidikan meniadi taruhan menqhadapi persoalan tersebut. hal itu dilakukan denoan mftngnji

kemampuannya untuk memberdavakan funasi-funqsi manaiemen dalam

menvelenqqarakan program pendidikan di sekolah

Karena kepala madrasah adalah kepala dari lembaga, maka ia

adalah pimpinan yang mengambil peran dalam seluruh pelayanan

madrasah. Kepala madrasah memulai perencanaan seluruh pelayanan

(14)

administrasi, sebagai pengerah sumber daya, dan sebagai pemimpin

pendidikan. Struktur organisasi madrasah seharusnya fungsional bukan

birokratik, artinya seluruh guru dan siswa hams dapat berhubungan

langsung dengan kepala madrasah

dimana mereka setiap saat

membutuhkan informasi, komunikasi, dan bimbingan. Hams ada

kesempatan yang luas bagi guru untuk saling interaksi dan konsultasi

dengan kepala sekolah.

Dalam upaya mencerdaskan masyarakat institusi pendidikan terutama madrasah atau sekolah menduduki posisi penting, Wiranto Arismunandar (1990) mengemukakan pada dasarnya setiap manusia

dapat belajar sendiri, akan tetapi hanya sebagian kecil saja orang yang

berhasil

mencapai tingkat pengetahuan dan kemampuan yang

diharapkan, sehingga pendidikan jalur sekolah secara berjenjang

merupakan sarana yang paling efektif untuk kepentingan kegiatan belajar

mengajar yang dapat secara teratur mentrasfer kebudayaan melalui

metode belajar, mengajar, sistem evaluasi untuk mengukur kemajuan

belajar, dan kurikulum yang terstruktur.

Bertolak dari arti penting posisi dan kedudukan penyelenggaraan

pendidikan jalur sekolah untuk mengelola program sekolah, maka

keefektifan penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam penyelenggaraan

program pendidikan nasional di sekolah perlu diwujud-nyatakan dalam

(15)

sekolah, termasuk pengembangan kepemimpinan sekolah sebagai

manajer lembaga pendidikan di sekolah guna meningkatkan sumber daya

manusia (SDM).

Mengacu pada latar belakang tersebut, dalam kaitan ini kepala madrasah sangat berperan untuk terciptanya harapan di atas, melalui

wewenang kepemimpinannya yang dapat menciptakan kinerja manajemen ke arah pengembangan tersebut. Kepala madrasah

menyediakan bantuan profesional dan keahlian kepada guru dan siswa

dalam proses belajar mengajar, dengan pusat perhatian pada mutu

pendidikan untuk siswa. Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990

pasal 12 ayat 1, 2, dan 3 menyatakan :

1. Pimpinan sekolah menengah terdiri atas kepala sekolah dan seorang atau lebih wakil kepala sekolah berdasarkan kebutuhan 2. Pimpinan sekolah dibantu oleh tenaga kependidikan lainnya dan

tenaga administrasi.

3. Susunan organisasi, tugas dan wewenang sekolah menengah

yang diselenggarakan oleh pemerintah ditetapkan oleh menteri

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dari PP tersebut menggambarkan bahwa struktur kepemimpinan madrasah terdiri dari kepala dan wakil kepala berdasarkan kebutuhan, artinya dapat saja madrasah hanya dipimpin oleh kepala tanpa wakil

kepala, pimpinan dibantu oleh seluruh guru dan tenaga kependidikan

menyelenggarakan program pendidikan.

Dalam kaitannya dengan tanggungjawab kegiatan penyelenggaraan

program pendidikan, kepala madrasah mengelola dalam ruang lingkup

administrasi sekolah dan pelayanan kegiatan belajar mengajar yang terdiri

(16)

kesejahteraan guru, program pengajaran/kurikulum, media pengajaran,

buku penunjang pelajaran, sarana dan prasarana, keuangan, tata usaha,

hubungan madrasah dan masyarakat, serta pengelolaan lingkungan

madrasah.

Dalam kaitan tanggungjawab dan tugas kepala madrasah, sebagaimana telah dikemukan di atas, Menteri Agama mengeluarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 370 tahun 1993, dalam Bab Vpasal 7 ayat 1) di kemukakan Kepala Madrasah Aliyah bertanggung jawab atas :

1. Penyelenggagaan kegiatan pendidikan yang meiiputi •

a. Penyusunan program kerja madrasah"

b. Pengaturan kegiatan belajar mengajar, pelaksanaan

penilaian hasil belajar, serta bimbingan

penyuluhan-c. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Madrasah (RAPBM); J

d. Pendayagunaan perpustakaan madrasah

2. Pembinaan kesiswaan;

3. Pelaksanaan bimbingan dan penilaian atas guru dan tenaqa

kependidikan lainnya; y

4. Penyelenggaraan administrasi madrasah yang meiiputi administrasi ketenagaan, keuangan, kesiswaan, pelengkapan kurikulum dan perpustakaan;

5. Perencanaan pengembangan, pendayagunaan, dan

pemeliharaan sarana dan prasarana;

6. Pelaksanaan hubungan madrasah dengan lingkungan, orang tua

dan/atau masyarakat;

7. Pemeliharaan keamanan, ketertiban dan suasana keagamaan.

Oleh sebab itu, lembaga pendidikan sebagaimana juga madrasah berfungsi untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui proses

penerapan fungsi-fungsi manajemen yang efektif, dan untuk memenuhi

tuntutan keefektifan tersebut lembaga pendidikan itu (Madrasah) hams

dipimpin oleh seorang manajer yang memiliki visi dan kualifikasi untuk

(17)

sesuai dengan teori-teori manajemen sebagai yang dikemukaL!|&^l

para ahli dan dilaksanakan oleh administratuur modern, atau rru

hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya menjadi alasan penting bagi

peneliti untuk melakukan penelitian keefektifan manajemen madrasah.

Mengacu pada latar belakang tersebut di atas, peneliti ingin

melakukan penelitian tentang Efektifitas Proses Manajemen Madrasah

Aliyah (MAN), dengan melakukan Studi Komparatif pada MAN 1

(Model) dan MAN 2 (Reguler) di Bandung. Penelitian ini menjadi

penting, didasarkan pada pertimbangan bahwa baik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model maupun Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Reguler

selama ini terdapat dual sistem manajemen yang terdapat dikedua

lembaga pendidikan tersebut yaitu pengelolaan dengan konsep model dan

pengelolaan secara reguler.

Sekolah dan Madrasah merupakan dua istilah dengan arti yang

sama yaitu sebagai penyelenggara pendidikan di kelas. Penelitian ini

dilakukan di lembaga pendidikan yang bernama madrasah yang

sebenarnya juga adalah sekolah, persoalan madrasah dan sekolah adalah

persoalan yang sama dalam pendidikan yang tidak luput dari berbagai

kendala manajemen.

Oleh karena dua istilah yang mengandung makna yang sama tetapi

dengan latar belakang berdirinya yang berbeda seperti pengertian kata

sekolah dan madrasah sebagaimana dikemukakan dalam Ensiklopedi

Indonesia (1984:3060) Sekolah adalah tempat anak didik mendapat

(18)

Pelajaran hendaknya diberikan secara pedagogik dan didaktik. Tujuannya

untuk mempersiapkan anak didik menurut bakat dan kecakapannya masing-masing, agar mampu berdiri sendiri di dalam masyarakat. Menurut

badan pimpinannya, terdapat sekolah pemerintah, sekolah agama, dan sekolah swasta. Sedangkan menurut macam pelajarannya terdapat

sekolah umum dan sekolah kejuruan.

Sedangkan madrasah menurut buku yang sama diistilahkan

sebagai sekolah agama Islam, yang pertama kali didirikan di Persia pada

awal abad ke 11. Di Indonesia madrasah sebagai istilah khusus untuk

sekolah-sekolah agama Islam. Atas dasar tingkatannya, madrasah di

bedakan menjadi tiga yaitu: Ibtidaiyah setingkat Sekolah Dasar, Tsanawiyah setingkat Sekolah Lanjutan Pertama, dan Aliyah setingkat Sekolah Lanjutan Atas (sekarang SMU). Madrasah merupakan perpaduan antara pendidikan sistem pesantren (pondok) yang khusus mengajarkan

agama Islam dengan sistem pendidikan yang mengajarkan ilmu

pengetahuan umum. (Ensiklopedi Indonesia 1984:2078)

Dengan demikian, Madrasah Aliyah Negeri adalah lembaga pendidikan yang setara dengan SMU atau SLTA mempunyai spesifikasi

penekanan berimbang antara mata pelajaran agama Islam dengan mata pelajaran umum. Tetapi dalam perkembangannya Madrasah Aliyah adalah merupakan lembaga pendidikan yang sama dengan SMU dengan kurikulum yang sama pula, hanya bercirikan agama.

Di Jawa Barat ditemui sejumlah 754 Madrasah Aliyah terdiri dari

(19)

Dari 83 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) terbagi menjadi dua

yaitu: 79 MAN Reguler dan 4 MAN Model, termasuk di dalamnya

I Banten. Adapun tempat pelaksanaan MAN model itu berada pada 4 lokasi sebagai berikut: 1). Bandung MAN I Cijerah Bandung; 2). MAN Cipasung Tasikmalaya; 3). MAN Ciwaringin Cirebon; dan 4). MAN 2 Serang.

Ke empat MAN model tersebut, mempunyai dasar hukum

berdiriannya dengan Surat Keputusan yang sama, yaitu SK Dirjen Binbaga Islam Nomor E.IV/PP.006/Kep/17A/1998, Tahun 1998. Yang

pada akhirnya MAN Model akan dijadikan madrasah percontohan dalam

pengelolaan dan pelaksanaan serta sandar peralatan yang diperlukan.

B. Perumusan Masalah

Sesuai latar belakang penelitian, masalah pokok yang dipelajari dalam penelitian ini rumusan masalahnya yaitu "Bagaimanakah keefektifan proses manajemen Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Model

dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 di Kota Bandung, masalah tersebut

dirinci lebih spesifik menjadi sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat keefektifan proses manajemen dalam hal

: Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, dan Evaluasi

secara bersama-sama pada MAN model dan reguler di kota

(20)

2. Bagaimanakah tingkat keefektifan proses perencanaan

(planning) pada MAN model dan reguler di kota Bandung. Yang

mencakup: kerjasama, program kerja, dan implementasi untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan di MAN reguler dan MAN

Model?

3. Bagaimanakah tingkat keefektifan proses pengorganisasian

(organizing) pada MAN model dan reguler di Bandung, yang

meiiputi: job deskripsi, fasilitas, dan kompetensi di MAN reguler

dan MAN model?

4. Bagaimanakah tingkat keefektifan proses pelaksanaan

(actuating) pada MAN model dan reguler di kota Bandung

mencakup: kepemimpinan, personality, dan kesejahteraan baik

di MAN reguler maupun di MAN Model?

5. Bagaimanakah tingkat keefektifan proses penilaian (evaluasi/

controlling) pada MAN model dan reguler di kota Bandung

menyangkut: disiplin, pelayanan belajar, humas, dan pembinaan

di MAN reguler dan MAN model?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan dan

menganalisis keefektifan proses manajemen Madrasah Aliyah Negeri

model dan reguler di Kota Bandung yang berada di Bandung, dibawah

(21)

T T

2. Tujuan Khusus

Sedangkan secara khusus penelitian ini adalah untuk mengungkap

dan menganalisis serta memaknai efektifitas pengelolaan MAN model dan

MAN reguler di kota Bandung dengan dual sistemnya, sehingga tujuannya

adalah:

a. Menemukan tingkat keefektifan proses manajemen dalam hal:

Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, dan Evaluasi secara bersama-sama pada MAN model dan reguler di kota

Bandung.

b. Menemukan tingkat keefektifan proses perencanaan (planning)

mencakup: kerjasama, program kerja, dan implementasi untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan di MAN reguler dan MAN

Model.

c. Menemukan tingkat keefektifan proses pengorganisasian

(organizing) yang meiiputi: job deskripsi, fasilitas, dan

kompetensi di MAN reguler dan MAN model

d. Menemukan tingkat keefektifan proses pelaksanaan (actuating)

mencakup: kepemimpinan, personality, dan kesejahteraan baik

di MAN reguler maupun di MAN Model.

e. Menemukan tingkat keefektifan proses evaluasi/controlling

menyangkut: disiplin, pelayanan belajar, humas, dan pembinaan

(22)

T T

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi:

a. Pengembangan ilmu

1. Para ahli manajemen pendidikan dan peneliti yang menaruh perhatian pada pengembangan ilmu manajemen pendidikan yang bermanfaat bagi institusi penyelenggara program

madrasah dan sekolah.

2. Peneliti sendiri dalam mengembangkan wawasan keilmuan manajemen dan administrasi pendidikan temtama pada

masalah keefektifan manajemen madrasah/sekolah dibidang

proses manajemen pendidikan.

b. Para Praktisi

1- Para pengambil kebijakan pendidikan, baik pada tingkat

nasional maupun regional yang berkaitan dengan pengelolaan Madrasah Aliyah.

2. Para guru, pengamat pendidikan, dan pelaksana pendidikan

baik pemerintah, swasta dan organisasi kemasyarakatan yang

mempunyai minat kuat terhadap manajemen pendidikan.

E. Asumsi Penelitian

1. Semakin baik proses penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar

pada MAN Model maupun Reguler semakin efektif manajemen

(23)

2. Semakin baik proses perencanaan madrasah semakin dekat

kemungkinan pencapaian tujuan yang ditetapkan.

3. Semakin baik pengorganisasian kerja pada madrasah semakin

efektif pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada setiap

personel.

4. Semakin baik penggerakan dan kepemimpinan semakin dapat

menumbuhkan semangat kerja bagi personel.

5. Semakin baik pengawasan pada madrasah semakin sedikit resiko kegagalan dalam melaksanakan tugas yang diebebankan.

F. Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan yang signifikan tentang keefektifan manajemen

MAN Model dengan MAN Reguler.

2. Ada perbedaan yang signifikan tentang keefektifan perencanaan MAN Model dengan MAN Reguler.

3. Ada perbedaan yang signifikan tentang keefektifan pengorganisasian MAN Model dengan MAN Reguler.

4. Ada perbedaan yang signifikan tentang keefektifan penggerakan

dan kepemimpinan MAN Model dengan MAN Reguler.

5. Ada perbedaan yang signifikan tentang keefektifan pengawasan

MAN Model dengan MAN Reguler.

G. Keterbatasan Penelitian

1. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan terhadap

(24)

T T

Madrasah Aliyah diluar objek penelitian karena keterbatasan

penelitian ini.

2. Instrumen penelitian disusun dan dikembangkan oleh peneliti

dengan

mengacu

kepada

indikator-indikator

yang

dikembangkan dari teori-teori yang dipelajari oleh peneliti.

Ketidak sempurnaan atau kelemahan instrumen merupakan

keterbatasan penelitian ini.

3. Penelitian ini tidak dapat mengungkapkan semua variabel yang

berpengamh terhadap keefektifan Madrasah Aliyah pada objek

penelitian.

4. Data yang diperoleh melalui instrumen didukung dokumen,

obsevasi, dan wawancara langsung peneliti berdasarkan

persepsi responden yang dituangkan melalui instrumen

penelitian/angket. Kekeliman persepsi terhadap hasil observasi

dan wawancara serta intrumen lainnya merupakan keterbatasan

penelitian ini.

5. Keterbatasan penelitian ini juga terletak pada terbatasnya

unsur-unsur organisasi Madrasah Aliyah.

H. Paradigma Penelitian

Dengan bertitik tolak dari latar belakang pada uraian terdahulu,

maka paradigma penelitian nya dapat digambarkan sebagai berikut

(25)

Kerjasama,

Program kerja

dan

Implementasi.

Penggerakan

(Actuating)

i

Kepemimpinan, Personality, dan

Kesejahteraan

Gambar: 1.1

PARADIGMA PENELITIAN

Strategic Planning

Keefektifan

Manajemen

MAN

Strategic

Control

Job Deskripsi,

Fasilitas, dan Kompetensi

Organisational

Structure

Disiplin, Laya

nan belajar, Hu

mas, dan

Pembinaan

(26)
(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang dikemukakan

pada Bab I, penelitian ini ingin mengungkapkan Keefektifan Manajemen

Madrasah Aliyah Negeri. Desain penelitian ini adalah penelitian Deskriptif

Komparatif berdasarkan propesi responden yang terdiri dari kepala

sekolah, guru dan pegawai adminitratif. Penelitian ini bersifat ex post

facto, karena peristiwanya telah terjadi dan dalam penelitian ini tidak

dilakukan pengendalian atau manipulasi terhadap variabelnya. Data

dikumpulkan

dengan pengukuran langsung terhadap responden

berdasarkan pengalaman telah lalu yang dimiliki.

B. Populasi dan Sampel

Penelitian ini mengambil tempat pada Madrasah Aliyah Negeri di

Kota Bandung dan dilaksanakan pada Bulan Agustus s/d Desember 2001. 1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh guru pada MAN 1dan MAN 2

Kota Bandung tahun ajaran 2000-2001.

2. Sampel

Penarikan sampel menurut Donald Ary (1985) adalah tindakan menarik sebagian dari populasi dan mengamatinya, kemudian mengeneralisasikan

hasil pengamatan itu dari populasi induk. Pernyataan Donald Ary tersebut

(28)

-rrr

menunjukkan bahwa seluruh populasi tidak perlu untuk diamati, tetapi

cukup sebagian saja. Tujuan penarikan sampel dari populasi ini adalah

untuk memperoleh informasi mengenai populasi. Tuckman (1978)

mengatakan bahwa sampel dapat diambil minimal 10% dari populasi, dan

Arikunto (1992) mengatakan jika jumlah subjek lebih dari 100, maka dapat

diambil sampel sebesar 10%-15% atau 20% sampai 25%. Karena

populasinya kurang dari 100 orang, maka dalam penelitian ini memakai sampel total. No. 3. 6. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Jumlah Tabel: 3.1

Keadaan Responden dan Sampel Penelitian

(29)

•OB"

Penetapan sampel pada penelitian ini lebih dulu ditentukan ciri secara

purpossive yaitu dengan melihat bidang tugas dari masing-masing guru

dan golongan kepangkatannya. Sugiyono (1992) mengemukakan bahwa

purpossive sampling adalah penentuan sampel dengan tujuan tertentu,

Arikunto (1993:113) mengemukakan purpossive sampling adalah:

a' SS^^fJST1 hamS didasarkan atas ciri-cir''. sifat-sifat, atau

karakteristik tertentu yang merupakan ciri pokok populasi

tnhS yan9 di!mbH Sbagai samPel benar-benar merupakan

XopS(CttTmengandung cin'-ciri yang terda^at

C' SendXiStik P°PU,aSi dil3kUkan d6n9an "™< di dalam

Kerlinger (1973) mengemukakan purpossive sampling adalah sampel yang meiiputi kelompok yang diduga sebagai anggota.

Mengacu pada pengertian purpossive sampling maka sampel

penelitian ini ditentukan ciri-cir, dan sifat-sifatnya bagi guru mata pelajaran.

Seperti tampak pada tabel tersebut dijumpai sebanyak 15 mata pelajaran

baik pada MAN 1 dan 2, oleh karena itu secara purpossive sampel

ditentukan seluruh guru pada setiap mata pelajaran.

Tabel: 3.2 Sampel Penelitian 1. 2. Responden MAN 1 Jumlah MAN 2 Populasi 91 65 156 Sampel 91 65 156

Dengan demikian dari 156 populasi ditentukan seluruh guru

(sampel total) pada setiap guru mata pelajaran, maka sampel dalam

penelitian ini secara purpossive ditentukan sebanyak 156 orang guru

(30)

TJ^"

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di Madrasah Aliyah Negeri I

Bandung yang berlokasi di Cijerah Bandung sebagai MAN model dan

Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandung yang berlokasi di desa Cipadung

Kecamatan Cibim Bandung sebagai MAN reguler. Kedua MAN tersebut di

atas berada di Wilayah Kota Bandung propinsi Jawa Barat.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada lima variabel yang akan diteliti yaitu:

Gambar: 3.1

I Variabel Penelitian

Variabel Kode

Keefektifan Manajemen Madrasah X1 Keefektifan Perencanaan Madrasah X2 Keefektifan Pengorganisasian X3

Keefektifan Penggerakan X4

Keefektifan Pengawasan X5

E. Instrumen Penelitian

Leedy (1985) mengemukakan penelitian dengan menggunakan

metode deskripsi survey dapat menggunakan angket (teknik pengumpulan

pendapat) dalam memperoleh data. Desain penelitian ini adalah penelitian

(31)

pengumpulan data digunakan angket. Data yang digunakan dalam

penelitian ini dalam bentuk data primer dikumpulkan menggunakan instrumen. Data sekunder dikumpulkan melalui dokumentasi dari

Madrasah Aliyah dan instansi terkait yang digunakan sebagai penimbang

(judgment) terhadap data primer.

Instrumen pengumpulan data disusun oleh peneliti yang

dikonsultasikan dengan pembimbing. Instrumen penelitian ini berbentuk

angket dengan jawaban berskala lima yaitu: Sangat Setuju (SS) diberi

skor 5 behavior itu ditampakan secara positif termasuk kategori sangat

berKeefektifan, Setuju (S) diberi skor 4 behavior itu lebih banyak

ditempatkan daripada tidak, termasuk kategori Keefektifan baik sekali,

Kadang-kadang (KD) diberi skor 3behavior itu antara ditampakan dengan

relatif sama, termasuk kategori berKeefektifan, Kurang setuju (KS) diberi

skor 2 behavior itu lebih banyak tidak ditampakan, termasuk kategori

kurang berKeefektifan, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1 behavior itu tidak tampak, termasuk kategori tidak berKeefektifan.

F. Uji Coba Instrumen

Uji coba dilakukan untuk melihat apakah alat ukur sudah

benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur dan dapat dipercaya, maka

dilakukan uji validitas (kesahihan) dan uji reliabilitas

(keajegan-keterandalan). Setelah instrumen diujicobakan, selanjutnya dianalisis

dengan melakukan pengkajian kesahihan dan keterandalan. Ary (1985),

(32)

instrumen dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang

digunakan sudah mencerminkan keseluruhan isi yang dikaji. Instrumen

dikatakan sahih apabila instrumen itu memberikan hasil yang relatif sama

meskipun digunakan untuk mengukur berulangkali dalam hal yang sama.

Kesahihan ini diukur dengan cara mengetahui korelasi antar skor yang

diperoleh dari masing-masing butir pernyataan (item) dengan skor

keseluruhan angket.

Pengukuran reliabilitas (keterandalan) suatu instrumen mencerminkan kemantapan, keajegan atau stabilitas hasil pengamatan

dari instrumen itu. Cara yang ditempuh dalam uji coba ini ialah dengan

cara ukur sekali, artinya menurut Hadi (1989) pengukuran dapat dilakukan sekali melalui contoh-contoh butir yang diketik dari populasi butir dan

kemudian membandingkan hasil pengukuran butir contoh yang satu

dengan butir contoh yang lainnya.

Instrumen yang telah diujicobakan pada 30 guru MAN Sumedang,

pemilihan MAN tersebut sebagai sasaran uji coba instrumen didasarkan

pada beberapa pertimbangan: 1). Dilihat dari wilayah MAN Sumedang

berada di Jawa Barat, 2). Pedoman yang dipakai dalam pengelolaan MAN adalah sama, 3). Dilihat dari segi status MAN Sumedang adalah sekolah Negeri.

Setelah instrumen diujicobakan selanjutnya dianalisis dengan

(33)

apabila instrumen itu memberikan hasil yang relatif sama, meskipun

digunakan untuk mengukur berulangkali dalam hal yang sama (Ary, 1985,

Moore 1983, dan Hadi 1989). Kesahihan ini diukur dengan cara

mengetahui korelasi antar skor yang diperoleh dari masing-masing butir

pernyataan (item) dengan skor keseluruhan angket. Menurut Arikunto

(1989) dapat digunakan teknik pearson product moment, dengan rumus

sebagai berikut:

NZXY-(IX) (IY)

r = _

V{NZX2-(IX)2}{NSY2-(SY)2}

Keterangan: r=koefisien korelasi antar skor butir dan skor total

X = Skor butir Y = Skor total N = Jumlah sampel.

Untuk menentukan kesahihan setiap butir pertanyaan nilai r yang

diperoleh (r) dibandingkan dengan rdari tabel (rt) pada taraf signifikansi

5%. Jika rh< rt (rh= r hitung dan rt= r tabel) maka butir pernyataan

tersebut dinyatakan gugur, sedangkan jika rh> dari rt, maka pernyataan

tersebut dinyatakan sahih.

Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap 51 butir pernyataan

pada instrumen "Keefektifan manajemen madrasah aliyah", bahwa 49 butir

pernyataan dinyatakan sahih, dan 2butir pernyataan yaitu nomor 14 pada

variabel perencanaan dan No. 31 pada variabel

control dinyatakan

kurang. Jadi jumlah pernyataan yang dipakai dalam penelitian ini

(34)

Pengukuran reliabilitas instrumen (keterandalan) mencerminkan

kemantapan dan keajegan atau stabilitas hasil pengamatan dari instrumen

itu. Cara yang ditempuh dalam uji coba ini ialah dengan cara ukur sekali,

artinya menurut Hadi (1991) pengukuran dapat dilakukan sekali dalam contoh-contoh butir yang dipetik dalam populasi dan kemudian

membandingkan hasil pengukuran butir contoh yang satu dengan butir

contoh yang lain.

Reliabilitas (keterandalan) angket diukur dengan menggunakan

koefisien alpha dengan rumus:

rxx= Qh2

QX2

Dimana :

rxx = Reabilitas tes

Qb22 =Variansi skor sejati = variansi skor diamati

(Ary, 1985:228)

Koefisien reliabilitas instrumen ini tidak dapat diketahui dengan

membandingkan terhadap instmmen lainnya yang sejenis yang dapat

dijadikan sebagai instrumen kriterium. Dari analisis keterandalan angket

ternyata, bahwa angket dinyatakan reliabel dengan koefisien alpha

sebesar 0.8467 dari 49 item instrumen. Koefisien alpha ini menunjukkan

keterandalan yang tinggi berdasarkan kriteria konversi dari Sutrisno Hadi

(1989). Dalam penelitian ini menggunakan jasa komputer dengan program

(35)

1. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data digunakan dengan dua macam

kesiapan yaitu persiapan administratif dan persiapan teknis

a. Persiapan administratif

Persiapan administratif diperlukan yaitu penyiapan surat izin penelitian dari Direktur Program Pascasarjana UPI kepada Kepala MAN 1 dan 2untuk memudahkan pengumpulan data dan juga aspek legalitas.

b. Persiapan teknis

Persiapan teknis yang dilakukan peneliti ialah mencakup menyusun

disain penelitian, menyusun instrumen penelitian, melakukan uji coba

instrumen, melakukan revisi instrumen, pengumpulan data penelitian, dan

pengolahan data penelitian.

2. Teknik Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan melalui angket, diikuti dengan pemberian skor. Data tersebut merupakan hasil pengukuran variabel-variabel. Data yang diperoleh dari hasil instrumen berupa angket merupakan data

penelitian ini. Sebelum diolah lebih lanjut, data-data tersebut dimasukkan kedalam suatu tabel dasar yang memuat masing-masing keperluan data sesuai variabel. Data yang diperoleh diolah teriebih dahulu sebelum

dianalisisTiap-tiap butir pernyataan diberi skor dan masing-masing sub

variabel diberi jumlah skor. Dari jumlah skor yang diperoleh dapat

diketahui kecenderungan data dari setiap variabel.

(36)

1 Untuk mengetahui deskripsi fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, control, dan keefektifan manajemen madrasah dianalisis dengan metode univariate analisis. Karena menurut Babies (1986), bahwa univariate analisis mengacu pada pemeriksaan satu

variabel tunggal, yang diwakili oleh pernyataan tunggal angket

(kuesioner). Adapun teknik yang dipakai adalah summary average,

meiiputi: a. Rerata atau mean (Arkin dan Colton 1970), b. Simpangan

baku atau standar deviasi dengan rumus:

SB

1

Zfx2N

Keterangan: SB = Simpangan Baku

Fx2 = Deviasi dari rerata

N = Jumlah sampel

2. Pada dasarnya hipotesis dalam penelitian ini terdiri atas hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis penelitian ini secara

statistik dapat ditulis sebagi berikut.

1. Ho1 : r=0atauHa1 : r=0 2. Ho2 : r = 0 atau Ha2 : r = 0 3. Ho3 : r = 0 atau Ha3 : r = 0

4. Ho4 : r = 0 atau Ha4 : r = 0

5. Ho5 : r = 0 atau Ha5 : r = 0

Untuk menguji hipotesis 1,2,3,4 dan 5dipergunakan rumus uji t

(t-tes) dua sisi dilakukan pada taraf siknifikansi 5% dengan rumus sebagai

(37)

X1 - X2 ' (n1-1)s12 +(n2-1)s21 ~

n1+n2-2 n1 n2

Phopam(1989)

Keterangan :

t =Nilai perbedaan statistik secara signifikan

x1 =Rata-rata (mean) kelompok 1(MAN1)

x2 =Rata-rata (mean) kelompok 2(MAN2)

s1 = Variansi kelompok 1 s2 = Variansi kelompok 2

n1 = Jumlah sampel kelompok 1

n2 = Jumlah sampel kelompok 2

Apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima,

demikian pula sebaliknya.

G. Kategori rerata skor

Adapun kriteria yang digunakan dalam mengkategorikan rerata

jumlah skor yang dicapai

dan simpangan bakunya sebagaimana

dikemukakan Sudjana (1991) mengatakan bahwa cara menghitung rerata

ideal atau (Mi) ialah setengah skor maksimum, dan simpangan baku ideal

(SDi) adalah sepertiga dari rerata ideal. Stamboel (1990) mengatakan

(38)

yang berarti kelompoknya bersifat homogen, sedangkan deviasi standar

besar berarti kelompoknya bersifat heterogen.

Kriteria kategori rerata jumlah skor yang dicapai kriteria pada tabel 4 dimodifikasi dari kriteria penilaian yang dikemukakan oleh Suryabrata

(1989), adapun cara menghitung rerata ideal (Mi) ialah setengah skor

maksimum, dan simpangan baku ideal (Sdi) adalah sepertiga dari rerata

ideal (Sudjana, 1991).

Gambar: 3.2

Kategori Rentangan Skor

Kategori

2

T

Rentangan Skor

Mi+1.50 SDi atau lebih

Mi+0.50 SDi dan Mi +

1.50 SDi

Mi -0.50 SDi Mi+1.50 SDi

dan

Mi-0.50 SDi dan

Mi-1.50 SDi Mi-050

kurang

SDi atau

Keterangan

Baik sekali, artinya betul-betul

memenuhi kriteria keefektifan dilihat dari variabel yang diteliti.

Baik, artinya bila hampir atau

cenderung lebih efektif.

Sedang, artinya kadang-kadang

efektif dan kadang-kadang tidang

efektif

Kurang, artinya kurang efektif

(39)
(40)

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Keefektifan Madrasah Aliyah Negeri di Bandung secara umum

termasuk kategori efektif. Terdapat perbedaan yang signifikan antara

keefektifan MAN Model dengan Reguler yaitu MAN Model dengan

rata-rata skor sebesar 184.495 lebih efektif dibanding MAN Reguler

dengan skor 173.3231, artinya hipotesis diterima. Data kedua kelompok tersebut termasuk normal dan homogen. Data penelitian

menunjukkan bahwa dalam perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan pada Madrasah Aliyah Negeri telah

dilakukan secara efektif. Dengan demikian kepala sekolah telah

melaksanakan tugasnya mengarah pada sasaran yang telah

ditentukan bersama.

2. Perencanaan program Madrasah Aliyah Negeri Bandung dari penelitian ini termasuk kategori efektif, menunjukkan proses

perencanaan mulai dari penentuan sasaran, alat, tuntutan kebutuhan,

dan taksiran pos-pos tujuan yang dilakukan sesuai kesepakatan

bersama. Proses perencanaan pada MAN Model ditemui mean skor

sebesar 26.4505 menunjukkan lebih efektif dibanding MAN Reguler dengan skor 23.4615. Artinya kreatifitas dan kebersamaan kepala Madrasah Aliyah Model tampak lebih baik dibanding yang reguler.

(41)

115

3. Pengorganisasian Madrasah Aliyah Negeri di Bandung dalam

penelitian ini menunjukkan efektif yaitu telah menunjukkan kegiatan manajerial yang mewujudkan hasil yang sesuai dengan yang

direncanakan, sesuai struktur tugas, wewenang, dan tanggungjawab

personel sehingga terlaksana tugas pada setiap unsur organisasi

Madrasah.

Dalam penempatan personel sesuai tugas yang

dibebankan dan posisinya dalam organisasi mean skor MAN Model

sebesar 35.4505 tampak lebih efektif dibanding MAN Reguler dengan mean skor sebesar 29.3077. Artinya kepala Madrasah Aliyah Model lebih memperhatikan relevansi tugas yang diberikan dengan

kedudukan personel dalam organisasi.

4. Penggerakan dan kepemimpinan Madrasah Aliyah Negeri di Bandung

dalam penelitian ini menunjukkan kategori efektif. Hal ini

mendeskripsikan kepala Madrasah Aliyah telah menunjukkan

kemampuannya menggerakkan dan memimpin semua personel untuk

menyelesaikan tugas, membina kerjasama dengan semua personel,

menggerakkan sumberdaya sekolah, dan memberi kesejahteraan

sebagai motivasi kerja dalam rangka mencapai tujuan Madrasah.

Dalam kemampuan menggerakkan dan memimpin kepala Madrasah

tampak bahwa mean skor MAN Model sebesar 35.4505 menunjukkan

lebih efektif dibanding MAN Reguler dengan mean skor sebesar

(42)

116

Reguler. Artinya kepala MAN Model lebih berwibawa dan memiliki

kemampuan

memimpin dan menggerakkan seluruh personel

Madrasah dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan.

5. Pengawasan (Controlling) pada Madrasah Aliyah Negeri di Bandung

dalam penelitian ini menunjukkan efektif. Pengawasan yang dilakukan kepala Madrasah dapat memastikan bahwa semua personel melaksanakan tugas sesuai rencana, dan kepala Madrasah

mengoreksi penyimpangan sesuai aturan yang berlaku dengan

mengumpulkan informasi keadaan sekarang untuk memperbaiki

pelaksanaan tugas selanjutnya. Dalam hal memastikan apakah semua

personel telah melaksanakan tugas sesuai yang ditugaskan mean skor

MAN Model sebesar 81.5385 sedangkan mean skor MAN Reguler

sebesar 86.6923 data ini menunjukkan adanya perbedaan yang

siknifikan yaitu MAN Reguler lebih efektif dibanding MAN Model.

Artinya kepala sekolah MAN Reguler meluangkan lebih banyak

waktunya untuk mengoreksi dan memperhatikan kesesuaian kerja

personel dengan tugas yang diberikan.

B. Implikasi Penelitian

Hasil penelitian yang dikemukakan pada kesimpulan diatas,

memberikan implikasi bahwa keefektifan manajemen madrasah trdak

(43)

117

madrasah aliyah memberi gambaran kualitas pelayanan kegiatan belajar

mengajar di Madrasah. Implikasi dari keefektifan manajemen madrasah

memberi tekanan penting pada keefektifan fungsi-fungsi manajemen yaitu: 1. Perencanaan, keefektifan penyelenggaraan program kegiatan

madrasah diukur dari pencapaian program kerja yang telah disusun

berdasarkan target waktu yang ditentukan yaitu triwulan, semester, dan program tahunan secara rinci dan fisibel menjadi perencanaan jangka

pendek, menengah, dan panjang dalam penyelenggaraan program

madrasah. Ketika perencanaan itu dibuat tidak memenuhi ketentuan maka

sebagai implikasinya target dan tujuan program kerja madrasah menjadi tidak jelas dan tidak efektif, sebaliknya hasil penelitian menunjukkan bahwa jika perencanaan disusun memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dan fisibel, maka akan berimplikasi pada peningkatan

keefektifan dan kualitas manajemen madrasah tersebut.

2. Pengorganisasian, indikator keefektifan pengorganisasian madrasah

ditampakkan antaralain pada kesesuaian pembagian dan pembebanan

tugas kepada personel sesuai bidang dan keahliannya berimplikasi pada

kelancaran pelayanan belajar, artinya keefektifan organisasi berimplikasi membawa perbaikan dan menciptakan situasi lingkungan yang kondusif

bagi warga madrasah dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

3. Penggerakan dan kepemimpinan, sebagai manajer dalam

(44)

118

organisasi madrasah. Kepemimpinan yang efektif pada madrasah

berimplikasi secara langsung atau tidak langsung pada kinerja guru dan

pegawai, serta dukungan masyarakat dan stakeholder lainnya dalam

peningkatan mutu dan keefektifan madrasah secara keseluruhan.

4. Pengawasan (Control), keefektifan pengawasan ditampakkan pada terkontrolnya seluruh kegiatan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan. Secara operasional semua tugas yang dibebankan

kepada personel madrasah dilaksanakan tanpa melakukan kesalahan,

pengawasan seperti ini berimplikasi pada kualitas proses manajemen

dalam memberikan pelayanan teknis administrasi dan layanan belajar

pada madrasah dan kualitas mutu lulusan.

C. Rekomendasi Penelitian

1. MAN 1 (Model)

Dari analisis penelitian menunjukkan keefektifan Madrasah Aliyah Negeri di Bandung secara umum termasuk kategori efektif. Terdapat perbedaan yang signifikan antara keefektifan MAN Model dengan Reguler

yaitu MAN Model lebih efektif dibanding MAN Reguler. Data penelitian

menunjukkan bahwa dalam perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, dan pengawasan pada Madrasah Aliyah Negeri termasuk

kategori efektif. Dari keempat kriteria yang ditentukan dalam penelitian ini

kategori keefektifan pada MAN 1 (Model) masih dapat ditingkatkan

(45)

119

agar supaya MAN 1 (Model) melaksanakan penelitian sederhana yang

dapat menunjukkan keefektifan manajemen madrasah sehingga dalam

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan dapat

disempurnakan setiap tahun ajaran.

2. MAN 2 (Reguler)

Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

manajemen MAN 1 (Model) lebih efektif dibanding manajemen MAN 2

(Reguler). Untuk perencanaan dan pengawasan program Madrasah

Aliyah Negeri 2 Bandung dari penelitian ini termasuk kategori efektif, sedangkan untuk pengorganisasian dan penggerakan termasuk kategori sedang. Dengan demikian penelitian ini merekomendasikan kepada MAN

2 (Reguler) untuk senantiasa melakukan perbaikan pada proses

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan juga pengawasan

ditingkatkan dari kategori sedang menjadi efektif.

3. Departemen Agama Kota Bandung dan Propinsi Jawa Barat

Departemen Agama di Kota Bandung dan Propinsi Jawa Barat

untuk memantau penyelenggaraan program pendidikan di MAN

direkomendasikan melakukan penelitian untuk menentukan standar

keefektifan yang dapat berlaku paling tidak sekawasan Jawa Barat untuk

(46)

120

4. Peneliti Manajemen Pendidikan

Karena keterbatasan penelitian ini untuk mengetahui keefektifan

MAN diluar MAN yang diteliti, dan untuk mengetahui aspek-aspek lainnya

yang berkontribusi terhadap keefektifan MAN, maka direkomendasikan

kepada peneliti ahli manajemen untuk melakukan penelitian lebih mendalam sebagai upaya meningkatkan kualitas dan daya saing MAN di

(47)
(48)

Daftar Pustaka

Arikunto,Suharsimi,(1992). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rieka Cipta.

Arismunnandar, Wiranto (1990). Teknologi dan Sumberdaya Manusia Bandung-Seminar TNI AD, tidak dipublikasikan.

Arkon, H., &Colton, (1970). Statistical Methods, (5th ed). New York- Harper & Row.

Ary, D. Jacobs, L. C, & Razavieh, A. (1985). Introduction to Research in

Education. New York: Holt Reinhart and Winston.

Astin, Alexander W., (1980). Maximizing Leadership Effectiveness.

WashrngtonXondon: Jossey-Bass Publishers, San Francisco.

Banghart Frank W., Albert Trull Jr., (1973). Educational Planning

London-Collier-Mac Millan Limited

Barus,Ulian(1997). Effektifitas Penyelenggaraan Ujian Negara pada Perguruan Tinggi Swasta. Bandung: PPS IKIP Bandung, Tesis tidak

dipublikasikan.

Best, John W., (1978). Research in Education, Third Edition. New Delhi-Prentice-Hall of India Private Limited, -110001

Cascio, Wane F. dan Award, Elias M. 1981. Human Resources Management (an

Information System Approach). Virginia: Reston Publishing

Company,Ins.APretice Hall Company Reston.

Collins M.W., Brash Graham, (1983,1. International Dictionary ofThe

English Language. Singapore: Asian Low-Priced Edition, Graham Brash

(Pte) Ltd.

Degeng, INyomanSujana. (1992). Kontribusi Kurikulum IKIP 1992 dalam Pembentukan Manusia Baru Indonesia. Malang: Makalah Seminar dalam rangka Dies Natalis ke-38 IKIP Malang 1954-1992.

Dessler, Gary (1997), Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resource

Management 7e), Edisi Bahasa Indonesia, Jilid I. Jakarta: PT. Prehallindo.

Engkoswara, (1987). Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta"

P2LPTK, Depdikbud.

Farid Malik, Ghulam, (2001/ Pedoman Manajemen Madrasah. Jakarta- Basic Education Project (BEP) Departemen Agama Rl dengan Pusat Pengkajian

Islam dan Masyarakat (PPIM).

(49)

Fiedler, Fred E., (1967).^ Theory of Leadership Effectiveness Nw York-McGraw Hill, International Book Company,.

Hadi, Sutrisno (1989). Metodology Research. Yogyakarta: Andi Ofset.

Joni, Raka T. (1989). Mereka Masa Depan, Sekarang: Tantangan bagi pendidikan dalam Menyongsong Abad Informasi. IKIP Malang

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1988), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Repubhk Indonesia, Edisi Pertama, Jakartab Balai Pustaka

Keputusan Menteri Agama R.I. No. 370 Tahun 1993 Tentang Madrasah Aliyah

(1993) Departemen Agama.

Nomor 373 Tahun 1993 Tentang Kurikulum Madrasah Aliyah, (1993) Departemen Agama

Kerlinger, F. N., (1993), Asas-Asas Penelitian Behavioral, (Edisi Ketiga) Alih Bahasa : Landung R. Simatupang dan Koesoemanto. Yogyakarta

Gajahmada University Press.

Koontz Harold, Heinz-Weihrich, (1990). Essentials Management. New York-McGraw-Hill Publishing Company:.

Lipham James M., et.al., (1985/77^ Principalship Concepts, Competencies and

Cases. New York: Longman Inc.

Muhyadi (1989), Organisasi, Teori Strukur dan Proses Jakarta- PPLPTK

Depdikbud.

Nasution,Muslimin.(1994)Peranan Sumber Daya Manusia dalam Mengentas-kan Desa Tertinggal. Bandung: Makalah Semnas Manajemen

Produktivitas Pendidikan yang diselenggarakan ISPI tidak dipublikasikan.

Nawawi, Hadari, (1983). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.

Nawawi Hadari, M. Martini Hadari, (1995), Kepemimpinan yang Eifektif.

Jogyakarta: Gajah Mada University Press.

Partadilaga, Dewi S. (1992). Antara Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) dengan Teknologi Pendidikan (Suatu gagasan untuk penerapan Teknologi pendidikan di dunia Bisnis). Makalah dalam Seminar Nasional

IPTPI. Malang

Rusyana, Nana (2001). Rencana Strategis Pengembangan MAN (Model) 1 Bandung Lima Tahun Kedepan Tahun Pelajaran 2001-2006"

(50)

Sagala,(1995), Studi Keefektifan Organisasi Sekolah Pada SMP PTP VII dan

SMP Negeri Kotamadya Pematang Siantar, PPS IKIP, Malang, Tesis tidak

dipublikasikan.

Satori, Djam'an (1999). Perencanaan Pendidikan Makro dan Mikro

Jakarta-Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Biro Perencanaan Sekretariat

Jenderal.

Santoso,Edy(1988). Pelaksanaan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pengaruhnyapada Tugas-Tugas Guru. Bandung: PPS IKIP Bandung

Tesis tidak dipublikasikan.

Siagian, Sondang P., (1978). Filsafat Administrasi. Jakarta: CV. Haji Masagung.

Soekanto, Soerjono, (1985). Karl Mannheim, Sosiologi Sistematis. Jakarta- CV Rajawali,

Stamboel, C. S., (1990/ Prinsip dan Teknik Pengukuran dan Penilaian di Dalam

Duma Pendidikan. Jakarta: Mutiara Sumber Wijaya.

Steers, RichadM. (1980). Effektifitas Organisasi, Terjemahan oleh

Dra. Magdalena Jamin. Jakarta: Erlangga.

Sudjana^Nana, (2000). Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan

Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung- Falah Production.

Sudjana, Nana (1991). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, (1992), Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Suryadi Ace. (1993). Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta

(Makalah) Universitas Krisnadwipayana tidak dipublikasikan.

Sutrisno, Try. (1990). Pengarahan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Bandung: Seminar TNI AD, tidak diterbitkan.

Syamsuddin,Abin(1999;.^a//™ Posisi Sistem Pembangunan Pendidikan Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Biro Perencanaan

Sekretariat Jenderal,

SyaodihEriliany(1993). Koordinasi Dalam Proses Administrasi Akademik

Bandung: PPS IKIP Bandung, Tesis tidak dipublikasikan.

(51)

Terry, George R., (1993). Prinsip-Prinsip Manajement. Jakarta: Radar Java.

Tilaar, H.A.R. (1992/ Manajemen Pendidikan Nasional (Kajian Pendidikan

MasaDepan). Bandung: Remadja Rosdakarya.

(1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Dalam

>lrti-f AUs<sl "I 1 \ X 1 T„ J m

PrespektifAbadH. Magelang: Indonesia Tera.

Presiden Rl (1945). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

1945. Jakarta: BP7 Pusat.

Presiden Rl (1992). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)

Nomor 2Tahun 1989, dan Peraturan Pelaksanaannya. Jakarta: Sinar

Grafika.

Wirojoedo, Soebijanto. (1985). Teori Perencanan Pendidikan, Jogyakarta"

Referensi

Dokumen terkait

Guru bahasa Indonesia hendaknya meng- gunakan model inkuiri terpimpin berpasangan dalam pembelajaran menulis laporan konser- vasi budaya berbasis pendidikan karakter di

Apabila digunakan E- Learning dengan Schoology pada pem- belajaran materi Hukum Gravitasi Newton, maka siswa dapat lebih mudah memahami materi, terutama

Untuk itu peneliti ingin mengetahui faktor apa saja yang bisa mempengaruhi konsumen untuk tetap memilih makan di rumah makan Padang Salero Bundo seperti faktor

Pengembangan pembelajaran Drill and Practice berbantuan video mata kuliah kalkulus integral bagi mahasiswa matematika ini telah di uji secarateoritis dan hasil belajar

Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap satu individu yang terinfeksi pada suatu populasi berpotensi m e nu- larkan penyakit seksualnya kepada lebih dari satu individu yang rentan

5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik

Perlu saya jelaskan bahwa yang mengetik/membuat surat tertanggal 10 Agustus 2010, perihal : Permohonan Penerbitan SKSKB yang ditujukan kepada Bapak IRWAN EFENDI (P2SKSKB)

Seperti yang telah dikemukakan dalam Pendahuluan dan Rumusan Masalah, bahwa penelitian ini bermaksud untuk meneliti dan mendeskripsikan strategi komunikasi integrasi interkoneksi