• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS AIRTANAH DANGKAL DI KECAMATAN DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KUALITAS AIRTANAH DANGKAL DI KECAMATAN DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

3.2. Metode Penelitian ...

3.3. Populasi dan Sampel ...

3.4. Variabel Penelitian ...

3.5. Alat dan Bahan ...

3.6. Teknik Pengumpulan Data ...

3.7. Teknik Analisis Data ...

3.8. Proses Pelaksanaan Penelitian ...

43

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Dayeuhkolot ...

4.1.1. Kondisi Fisik ...

(3)

4.1.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...

4.2. Karakteristik Kualitas Airtanah Dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot ...

4.2.1. Parameter Fisika ...

4.2.2. Parameter Kimia ...

4.3. Persebaran Kelas Kualitas Airtanah Dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot ...

4.4. Perlakuan Masyarakat Terhadap Airtanah dangkal ...

91

93

93

108

126

134

BAB V PENUTUP ... 142

5.1. Kesimpulan ...

5.2. Rekomendasi ...

142

144

DAFTAR PUSTAKA ... 147 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H2O. Air

merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk

kelangsungan hidupnya.

Dublin, 26-31 Januari 1992 – The Dublin Statement (International

Conference on Water and the Environment)

“Air merupakan bagian penting dari lingkungan dan merupakan wadah bergantungnya berbagai bentuk kehidupan dan kesehjateraan manusia. Kelangkaan dan penyalahgunaan air bersih akan menghadapi ancaman yang serius dan makin bertambah terhadap pengembangan dan perlindungan lingkungan yang berkelanjutan.”

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga

tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat

menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik

kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh

manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk

kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.

Air seperti halnya energi, adalah hal yang esensial bagi kehidupan. Sebagai

ilustrasi, ketika manusia tidak makan maka akan dapat bertahan selama satu

bulan, namun apabila satu hari tidak minum, maka kemampuan bertahannya tidak

akan berlangsung lama. Ini menjelaskan bahwa betapa penting keberadaan air.

Air sebagai sumberdaya memiliki potensi penting yang tidak dapat

(5)

jumlah atau seberapa banyak air yang tersedia disuatu tempat. Jumlah air di bumi

relatif tetap, yakni sebesar ± 1,4 miliar km3. Hampir 97,5 % air di dunia dalam

keadaan asin. Bila dianggap permukaan bumi ini seragam (tanpa lembah dan

gunung), maka jumlah air sebesar itu akan menutup rata seluruh permukaan bumi

sedalam 2,6 km. Dari jumlah sebesar itu, hanya 2,5% air di dunia yang bersifat

tawar. Sekitar 1,7% tersimpan dalam bentuk es, terutama sekali di daerah kutub,

sedangkan 0,1% berada di atmosfer sebagai uap air. Dari seluruh air tawar di

bumi, sekitar dua pertiga berwujud es di kutub. Sementara sebagian besar dari

epertiga sisa air tawar berupa air tanah yang berada pada kedalaman 200-600 m di

bawah permukaan tanah.

Dari keseluruhan air tawar, hanya 0,006% yang mengalir di permukaan

bumi, sementara kandungan air tawar dalam tubuh makhluk hidup seluruhnya

sebesar 0,003% yakni sekitar setengah dari jumlah air tawar di danau, sungai, dan

rawa-rawa di bumi kita. Secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa jumlahnya

relatif tetap atau konstan. Air akan selalu ada karena air bersikulasi dan tidak

pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer mengikuti siklus

hidrologi.

Namun dengan keberadaan air di dunia yang melimpah ruah, tentunya tidak

semua air dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup sehari-hari. Air yang dapat

dimanfaatkan jumlahnya terbatas. Pemanfaatan air untuk keperluan sehari-hari

terkait erat dengan kualitas air itu sendiri. Kualitas air berhubungan dengan

(6)

peruntukannya, air bersih untuk keperluan sehari-hari harus memenuhi beberapa

syarat seperti di bawah ini:

1. Syarat Fisik, yaitu keadaan fisik air tersebut yang tidak boleh berbau, tidak

berwarna dan tidak berrasa

2. Syarat kimia, yaitu keadaan air yang tidak mengandung zat-zat kimia yang

dapat meracuni tubuh

3. Syarat biologis, yaitu bahwa air tidak boleh mengandung bakteri-bakteri yang

merugikan (patogen)

Syarat-syarat tersebut dapat dijadikan dasar untuk mendapatkan air bersih

yang memenuhi syarat sesuai standar kualitas air sehingga dapat dikonsumsi.

Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius.

Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar mutu, saat ini menjadi

barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam

limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas,

sumberdaya air telah mengalami penurunan.

Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat mengambil air dari

dalam tanah, air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke tiga sumber air

tersebut, air tanah yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki

beberapa kelebihan di banding sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas

airnya yang lebih baik serta pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil. Air

tanah disini terbagi menjadi dua, ada air tanah dangkal dan air tanah dalam

(7)

Akan tetapi air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat

kesehatan, karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat

tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan

kelangsungan hidup manusia. Pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih

oleh penduduk di wilayah-wilayah perkotaan di Indonesia, sampai sat ini masih

menjadi andalan utama. Cara umum yang dipakai adalah dengan membuat sumur

bor atau sumur gali. Alasan utama pemanfaatan airtanah adalah karena lebih

murah dan mudah, disamping perusahaan-perusahaan air minum pemerintah

(PAM atau PDAM), tidak dapat memenuhi kebutuhan air penduduk secara

memadai. Tetapi, kualitas airtanah dangkal yang banyak digunakan oleh

penduduk rentan terhadap pencemaran sebagaimana air permukaan.

Djajadiningrat (2001) menyatakan bahwa kecenderungan gangguan terhadap

kulaitas air tanah dangkal dari lingkungan pemukiman cukup tinggi.

Pencemaran dapat terjadi ketika badan air mengalir melalui pori-pori batuan

dibawah tanah maupun yang mengalir dipermukaan tanah, hal ini disebabkan

karena sifat dan karakteristik air yang mudah melarutkan unsur-unsur kimia

tertentu maupun logam-logam berat lainnya. Mineral-mineral yang terkandung di

dalam batuan merupakan faktor dominan sebagai sumber yang memberikan

pencemaran pada badan air yang mengalir di daratan. Disamping itu pembuangan

limbah ke dalam sungai maupun tanah yang berasal dari limbah industri dan

pertambangan serta limbah pertanian, rumah tangga dan limbah lainnya dapat

(8)

Masalah yang berhubungan dengan air adalah masalah-masalah yang

berkaitan dengan pemanfaatan air bagi keperluan tertentu. Sebagaimana diketahui

bahwa sumberdaya air dapat dijumpai di permukaan tanah, seperti sungai, danau,

rawa, udara dan lautan serta yang berada di bawah permukaan tanah, seperti air

tanah dangkal (shallow groundwater) dan air tanah dalam (deep groundwater).

Selain masalah pencemaran, kualitas airtanah juga dipengaruhi oleh

aktivitas manusia diatasnya dan perlakuan masyarakat (treatment) itu sendiri.

Kecamatan Dayeuhkolot, adalah kecamatan yang memiliki

permasalahan-permasalah seperti diatas yang menyagkut akan kulaitas airtanah dangkal.

Permasalahan yang ada saat ini diperparah lagi dengan meningkatnya laju

pertumbuhan penduduk dimana daerah sempadan Sungai Citarum adalah daerah

yang telah berubah fungsi menjadi kawasan pemukiman padat dan kumuh.

Sejak tahun 1980 an perkembangan penduduk di bantaran sungai Citarum,

khususnya kecamatan Daeyuhkolot terus mengalami perkembangan yang pesat.

Perkembangan tersebut diiringi dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat

pula. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat mengakibatkan terjadinya

kepadadatan penduduk Beberapa teori mengemukakan bahwa unsur kimia

airtanah dipengaruhi oleh kondisi alam dan kondisi limbah akivitas manusia.

Kondisi alam antara lain dipengaruhi oleh batuan penyusun aquifer.

Mengingat sebagian besar penduduk di kecamatan Dayeuhkolot masih

memanfaatkan sumber air bersih dari airtanah dangkal atau sumur gali, tentunya

perlu ada suatu penelitian guna menguji kualitas airtanah dangkal dan mengetahui

(9)

oleh penduduk setempat agar terciptanya perilaku yang sehat dan berwawasan

lingkungan.

Oleh karena itu peneliti berkeinginan untuk meneliti permasalahan tersebut

dengan judul “Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten

Bandung”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, dirumuskan kedalam

beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas airtanah dangkal berdasarkan karakteristik fisika dan kimia

di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana persebaran kelas kualitas airtanah dangkal di Kecamatan

Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana perlakuan masyarakat pada setiap kelas kualitas airtanah dangkal di

Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kualitas airtanah berdasarkan parameter fisika dan kimia air.

2. Menentukan kelas kulitas airtanah berdasarkan karakteristik fisika dan kimia.

3. Mengevaluasi perlakuan masyarakat terhadap airtanah sebagai pemenuh

(10)

1.4. Manfaat Penelitian

Dari informasi yang ada, diharapkan penelitian ini dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pendalaman materi geografi mengenai hidrologi khususnya

airtanah dangkal

2. Memberikan informasi terhadap masyarakat setempat mengenai kualitas air

tanah dangkal sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam penggunaannya.

3. Sebagai masukan data untuk peneliti selanjutnya dengan permasalahan yang

lebih aktual

4. Sebagai bahan pengayaan dalam proses pembelajaran geografi mengenai

pokok bahasan airtanah di SMA kelas XII.

1.5. Definisi Operasional

Judul dalam penelitian ini adalah “Perlakuan Masyarakat Pada Setiap Kelas

Kualitas Airtanah Dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung” Agar

tidak terjadi kesalah pahaman tentang istilah yang digunakan dalam judul

penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan istilah yang ada pada judul yaitu:

1. Menurut Sunaryo (2005:69) perlakuan umumnya berwujud sikap, peran serta,

atau tindakan. Perlakuan (treatment) pada penelitian ini merupakan suatu

kegiatan dengan menggunakan prosedur standar yang dilakukan oleh

masyarakat dalam memperoleh airtanah dengan kondisi yang kurang baik

sehingga dapat menjernihkan airtanah dan memperoleh air bersih untuk

(11)

2. Masyarakat

Menurut Koenjaraningrat (1990:14) adalah “kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu

dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama”. Masyarakat yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Kecamatan

Dayeuhkolot.

3. Airtanah Dangkal

Menurut Kodoatie (1996 : 7) “Airtanah dangkal adalah sejumlah air di bawah

permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan

atau sistem drainase, juga dapat disebut aliran secara alami yang mengalir ke

permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan.” Airtanah dangkal dalam

penelitian ini diperoleh melalui air sumur gali yang ada di wilayah penelitian.

4. Kualitas Air

Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu

dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kualitas air mencakup tiga

karakteristik yaitu fisik, kimia dan biologi. Pada penelitian ini parameter

kualitas airtanah yang diuji terdiri dari fisika yaitu bau, rasa, suhu, zat padat

terlarut (TDS), kekeruhan, dan daya hantar listrik (DHL) serta kimiawi yaitu

pH, kesadahan (CaCO3), besi (Fe), zat organik (KmnO4), sulfat (SO4), nitrat

(NO3) dan nitrit (NO2).

5. Karakteristik Fisika dan Kimia

Dalam penelitian parameter fisika dan kimia yang telah ditentukan diuji di

(12)

kelas mutu airtanah dangkal yang kepada kualitas air minum No:

492/MENKES/PER/IV/2010. Baku mutu untuk karakteristik fisika: (1) bau

adalah tidak berbau; (2) rasa adalah tidak berasa; (3) TDS dengan nilai

maksimum kandungan 500 mg/L; (4) kekeruhan dengan nilai maksimum

kandungan 5 NTU. Baku mutu untuk karakteristik kimia: (1) pH dengan nilai

antara 6,5 – 8,5; (2) besi dengan nilai kandungan maksimum 0,3 mg/L; (3)

kesadahan dengan nilai kandungan maksimum 500 mg/L CaCO3; (4) nitrat

dengan nilai kandungan maksimum 50 mg/L; (5) nitrit dengan nilai kandungan

maksimum 3 mg/L; (6) sulfat dengan nilai kandungan maksimum 250 mg/L;

dan (7) zat organik dengan nilai kandungan maksimum 10 mg/L. Kelas kualitas

air mengacu pada standar kualitas air di perairan umum (PP No. 82 Tahun

2001) dengan ketentuan tiap parameternya sebagai berikut:

 Kelas I: tidak berasa, tidak berbau, DHL < 2250 Umhos/cm, kekeruhan tidak lebih dari 5 NTU, pH 6.5-8.5, kesadahan tidak lebih dari 500 mg/L, besi tidak lebih dari 0,3 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit minimal 1 mg/L.

 Kelas II: tidak berasa, tidak berbau, DHL < 2250 Umhos/cm, kekeruhan tidak lebih dari 5 NTU, pH 5-9, kesadahan > 500 mg/L, besi tidak lebih dari 5 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit minimal 1 mg/L.

 Kelas III: berasa, berbau, DHL < 2250 Umhos/cm, kekeruhan lebih dari 5 NTU, pH 6-9, kesadahan > 500 mg/L, besi lebih dari 5 mg/L, nitrat tidak lebih dari 10 mg/L, nitrit < 1 mg/L atau 0,06 mg/L.

(13)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Dayeuhkolot yang merupakan

salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Bandung, tepatnya di Bandung

Selatan dengan luas wilayah 1.102,91 ha. Secara astronomis Kecamatan

Dayeuhkolot terletak pada 107o35’30” BT -107o38’30” BT dan 06o57’30” LS –

06o59’24” LS. Secara administrasi Kecamatan Dayeuhkolot termasuk wilayah

Kabupaten Bandung yang berbatasan langsung dengan:

1. Kotamadya Bandung di sebelah utara

2. Kecamatan Bojongsoang di sebelah timur

3. Kecamatan Baleendah di sebelah selatan

4. Kecamatan Margahayu di sebelah barat

Secara geografis letak Kecamatan Dayeuhkolot sangat strategis karena

merupakan salah satu daerah penyangga antara pusat kota dengan daerah di

sekitarnya. Jarak pusat pemerintahan wilayah kecamatan dengan ibu kota

Kabupaten adalah 15 km (45 menit); dan jarak dengan ibu kota propinsi Jawa

Barat adalah 23 km (1 jam). Seiring dengan berkembangnya pertumbuhan

perekonomian, Kecamatan Daeyuhkolot juga mulai dipenuhi dengan aktivitas

(14)
(15)

3.2. Metode Penelitian

Menurut Arikunto (2006:26) ”Metode Penelitian adalah cara yang

digunakan oleh peneliti dalam menggunakan data penelitiannya”. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif dan survai. Menurut Tika,

P (2005:4) “penelitian ini lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau

keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan, fakta-fakta yang ada

walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau anailis”. Penelitian

deskriptif perlu memanfaatkan ataupun menciptakan konsep-konsep ilmiah,

sekaligus berfungsi dalam mengadakan suatu spesifikasi mengenai gejala-gejala

fisik maupun sosial yang dipersoalkan.

Menurut Singarimbun (1987:3) ”Metode penelitian survey adalah penelitian

yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai

alat pengumpulan data yang pokok”. Sedangkan menurut Tika, P (2005:6), survei

adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah

besar data berupa variabel, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Tika, P (2005:24) populasi adalah himpunan individu atau objek

yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Sedangkan menurut Sugiyono

(2007:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subyek

(16)

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun dalam penelitian

ini yang menjadi populasi terdiri atas:

1.1 Populasi Wilayah

Populasi wilayah meliputi seluruh wilayah desa/kelurahan di Kecamatan

Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Terdiri atas Kelurahan Pasawahan, Desa

Dayeuhkolot, Desa Cangkuang Wetan, Desa Cangkuang Kulon, Desa Sukapura,

dan Desa Citeureup.

1.2 Populasi manusia

Populasi manusia yaitu seluruh yang berada di Kecamatan Dayeuhkolot

berdasarkan KBDA Tahun 2009 dan laporan data jumlah penduduk hasil daripada

sensus penduduk tahun 2010 adalah berjumlah 101.554 jiwa, dengan 28.283 KK

sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

(17)

2. Sampel

Menurut Tika, P (2005:24) sampel adalah sebagian dari objek atau

individu-individu yang mewakili suatu populasi. Sedangkan menurut Sugiyono (2007:118)

sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan yaitu sampel wilayah dan

sampel manusia.

2.1 Sampel Wilayah

Sampel wilayah dalam penelitian ini adalah bagian wilayah administratif

yang menjadi populasi penelitian. Wilayah administratif yang dimaksud disini

ialah mencakup seluruh wilayah di Kecamatan Dayeuhkolot. Tujuannya adalah

untuk mengidentifikasi kondisi fisik wilayah penelitian terutama juga

mengidentifikasi kualitas air melalui uji sampel air dari sumur gali. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Titik Plot Pengambilan Sampel Air Sumur Gali Titik

Sumber: Hasil pengolahan data, 2011

Untuk mendapatkan sampel airtanah dangkal diambil dari sumur gali secara

(18)
(19)

nya jenuh air. Setiap desa/kelurahan diambil masing-masing 2 sampel air sumur.

Pengambilan sampel atas pertimbangan: keterdapatan sumur, jarak sumur dengan

pemukiman, dan intensitas penggunaan sumur gali dalam penggunaan sehari.

2.2 Sampel Manusia

Adapun penentuan jumlah sampel dari manusia yang diteliti dalam

penelitian ini menggunakan teknik probability sampling. Menurut Soehartono

(1955:60) dalam semua probability sampling, cara mengambilnya dilakukan

secara random atau acak. Dengan kata lain menurut Tika (2005:29) probability

sampling adalah cara pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang

sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih.

Dalam metode pengambilan sampel populasi, peneliti menggunakan metode

acak sederhana (simple random sampling). Menurut Bailey (1982) simple random

sampling adalah pengambilan sampel dalam suatu survey biasanya dilakukan

tanpa pengembalian. Pengertian tersebut sejalan dengan Tika (2005:30) yang

menyatakan bahwa metode simple random sampling adalah cara pengambilan

sampel dengan memberikan kesempatan yang sama untuk dipilih bagi setiap

individu atau unit dalam keseluruhan populasi. Teknik ini dapat dilakukan setelah

dibuat suatu kerangka sampling yang benar. Unit sampling dalam kerangka

sampling ini adalah unsur sampling itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa kerangka sampling ini memuat semua unsur yang menjadi anggota

populasi secara keseluruhan.

Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan

(20)

menandai, atherton dan Klemmack (Soehartono, 1995:59). Untuk mengetahui

besarnya sampel yang harus diambil, dapat ditentukan dengan menggunakan

rumus yang dikemukakan oleh Dixon dan Leach (Tika, 2005:25), sehingga dapat

diketahui berapa sampel yang akan diambil dalam penelitian ini.

=

� . �

²

...(1)

Keterangan :

n = ukuran sampel

Z = tingkat kepercayaan (confidence level) dinyatakan dalam persen dan nilai

konversinya dapat dicari dalam Tabel statistik. Misalnya peneliti mengambil

confidence level (Z) 95%, kemudian membagi dua nilai tersebut sehingga

diperoleh angka 47,5% atau 0,4750. Nilai desimal tersebut dicari dalam

Tabel kurva normal standar sehingga didapat nilai 1,96.

V = variabilitas (dalam persen) dihitung dengan rumus :

�= � ( − �) ...(2)

Keterangan :

p = peresentase karakteristik sampel yang dianggap benar.

C = batas kepercayaan (confidence limit) dalam persen, yaitu perbedaan rata-rata

sampel dengan rata-rata yang diharapkan untuk memperoleh nilai populasi.

Dalam penelitian ini diambil 10%.

Untuk menghitung jumlah sampel yang dikoreksi, dapat menggunakan

rumus berikut :

=

+�

(21)

Keterangan :

n’ = peresentase karakteristik sampel yang dianggap benar. n = jumlah sampel yang dihitung berdasarkan rumus

N = jumlah populasi (kepala keluarga)

Persentase karakteristik dalam sampel ini adalah

P = � � � � ��� �

� � � � � � 100%

P = 28.283

101.554� 100%

P = 27,85%

Sehingga dari hasil persentase karakteristik tersebut di dapat variabilitas

sebesar:

� = �(100− �)

� = 27,85 (100−27,85)

� = 2009,37

� = 44,8 ...(1)

Akhirnya jumlah sampel tersebut didapat dengan menggunakan rumus

berikut:

= Z . V C

2

� � = 1,96 . 44,8 10

2

= 77, 10 ...(2)

(22)

= n

1 +Nn maka =

77,10

1 +28.283 77,10

= 77.10 1,0027

= 76,89 = 77 KK (dibulatkan)

......(3)

Selanjutnya, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 77 KK

dari 28.283 KK secara keseluruhan. Jumlah sampel tersebut disebar dalam

beberapa desa/kelurahan dengan teknik sampel berstrata proposional (proposional

stratified sampling).

Menurut Arikunto (1998:127) sampel acak berstrata proposional merupakan

salah satu teknik yang digunakan untuk memperoleh sampel yang representatif

dengan pengambilan subjek dari setiap strata atau stiap wilayah ditentukan dari

besar atau kecilnya jumlah penduduk yang ada di wilayah tersebut. Untuk

menentukan jumlah sampel secara proposional berdasarkan tiap desa/kelurahan

adalah sebagai berikut:

= �

Σ� ×�

Dimana:

ni = banyaknya sampel dari masing-masing kelompok

Ni = banyaknya sampel yang diambil dari seluruh kelompok

(23)

Tabel 3.3

Sampel Penduduk di Daerah Penelitian

No Nama Desa/Kelurahan Jumlah KK �= ��

Sumber: Hasil pengolahan data, 2011

3.4. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (1996:99) variabel adalah “objek penelitian atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Adapun variabel yang terdapat dalam

penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Lebih

jelasnya dapat dilihat di Gambar 3.3 dibawah ini.

Gambar 3.3

Bagan Variabel Penelitian Variabel Bebas :

Parameter Fisik:

bau, rasa, suhu, zat padat terlarut (TDS), kekeruhan, dan daya hantar listrik (DHL)

(24)

3.5. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian dan penganalisaan

yaitu:

1. Alat

a. GPS (Global Pisitioning System): digunakan untuk menentukan plot lokasi

yang akan diteliti

b. Kamera: digunakan untuk mendokumentasikan penelitian di lapangan

c. Cheklist: sebagai pedoman dalam mengamati kondisi fisik di lapangan

d. Botol plastik atau jirigen: digunakan untuk menyimpan sampel air yang

diambil dari lapangan

e. Alat ukur seperti tali rapia dan meteran, untuk mengukur kedalaman sumur.

f. pH tester, untuk mngukur tingkat keasaman air langsung dilapangan

g. Thermometer, untuk mengukur suhu air langsung dilapangan

h. Perangkat komputer berupa Hardware dan Software, digunakan untuk

pengolahan data

i. Pedoman wawancara : Digunakan sebagai pedoman untuk wawancara dengan

masyarakat yang akan dijadikan sampel. Pedoman wawancara ini dipegang

oleh peneliti.

2. Bahan

a. Peta RBI lembar Bandung dan Ujungberung tahun 2001. Digunakan sebagai

pedoman untuk melakukan survey dan identifikasi objek penelitian.

b. Peta Geologi skala 1:100.000 lembar Kabupaten Bandung. Digunakan untuk

(25)

c. Peta Hidrogeologi skala 1:100.000 lembar Kabupaten Bandung digunakan

untuk mengetahui batas pengambilan air tanah dan akuifer produktif di

Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung.

d. Peta Geomorfologi cekungan Bandung skala 1:100.000 lembar Kabupaten

Bandung digunakan untuk mengetahui bentukan/morfologi yang ada di

Kecamatan Dayeuhkolot.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam proses pengumpulan data

dilakukan dengan alat pengumpul data berupa pedoman wawancara.

Dalam penelitian ini teknik dan instrumen penelitian dalam proses

pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu:

1. Observasi Lapangan

Menurut Tika (2005:44) “observasi adalah cara dan teknik pengumpulan

data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian”. Sedangkan observasi

lapangan yaitu observasi yang dilakukan terhadap objek di tempat kejadian atau

tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada bersama objek yang

(26)

2. Pengambilan Sampel Air dan Uji Laboratorium

Sebelum pengambilan sampel, hal yang dilakukan pertama kali adalah

menentukan titik sampel air yang diambil dari sumur gali warga yang telah

ditentukan secara proporsional dari tiap desa/kelurahan di Kecamatan

Dayeuhkolot. Sampel diambil kemudian dimasukkan dalam wadah botol plastik

untuk nantinya diteliti dan diuji secara laboratorium mengenai parameter fisika

seperti: zat padat terlarut (TDS), kekeruhan, dan daya hantar listrik. Serta

parameter kimia seperti: Kesadahan (CaCO3), besi (Fe), zat organik (KMnO4),

sulfat (SO4), nitrat (NO3) & nitrit (NO4). Dari hasil uji laboratorium ini kita dapat

mengetahui apakah air yang ada di daerah penelitian telah memenuhi standar baku

untuk dikonsumsi atau tidak.

3. Wawancara

Menurut Tika (2005:49) “wawancara merupakan metode pengumpulan data

dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan

pada tujuan penelitian”.

4. Studi Literatur

Studi literatur digunakan untuk memperoleh data penelitian yang berkaitan

dengan topik penelitian. Dalam prosesnya, penulis melakukan studi kepustakan

dengan membaca dan mempelajari buku-buku, diktat, surat kabar, jurnal, hasil

penelitian sebelumnya dan maupun bahan-bahan lainnya yang dianggap relevan

(27)

5. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder tentang

masalah penelitian yaitu monografi, data klimatologi (curah hujan dan temperatur)

dan data lainnya. Disamping itu juga dalam studi ini dapat diambil foto lokasi

penelitian dan fenomena yang berkaitan dengan judul penelitian.

3.7. Teknik Analisis Data

Menurut Sumaatmadja (1988:114) analisis data merupakan pengolahan dan

interpretasi data untuk menguji kebenaran hipotesis dan untuk menarik

kesimpulan hasil penelitian”. Tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti untuk

menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Data Terkumpul

Pemeriksaaan data dilakukan dengan tujuan memeriksa data yang telah

dikumpulkan dengan menilai apakah data tersebut cukup baik atau relevan untuk

diproses atau diolah lebih lanjut (Tika, 2005 : 63).

2. Pengelompokan Data

Pengelompokan data dilakukan untuk mengelompokan data menurut

macamnya agar memudahkan dalam proses penyajian data.

3. Analisis Hasil Uji Laboratorium

Uji laboratorium mengacu kepada baku mutu air minum No:

492/MENKES/PER/IV/2010. Kemudian hasil uji laboratorium disesuaikan

(28)

Pemerintah No.82 Tahun 2001 ). Maka setelah dicocokan hasil lab dengan standar

baku, kemudian akan diketahui kelas kualitas airnya.

4. Kompilasi Data

Kompilasi data dimaksudkan untuk menganalisis perbedaan tiap wilayah

yang berkenaan dengan kualitas airtanahnya.

5. Analsisi Data

Dalam penelitian ini teknik analsisi data yang digunakan yaitu dengan

statistik deskriptif untuk menganalisis kualitas air, dan yang berkaitan dengan

respon masyarakat terhadap kualitas airtanah dangkal di Kecamatan Dayeuhkolot

Kabupaten Bandung dengan menggunakan rumus persentase.

5.1 Tabulasi

Data yang telah terkumpul kemudian ditabulasi dengan cara:

1. Menguraikan satu persatu skor jawaban responden

2. Mengelompokkan data dari tiap-tiap butir seluruh pertanyaan yang ada pada

instrument dengan cara memberikan kode tiap-tiap item instrumen

pengumpul data

3. Mengubah jenis data yang disesuaikan dengan teknik analisis yang akan

digunakan.

4. Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data jika

akan menggunakan komputer.

Selanjutnya setelah data terkumpul dengan melalui langkah-langkah di atas,

(29)

dalam penelitian secara umum dibagi menjadi dua, yaitu analisis deskriptif dan

analisis statistik.

5.1.1.Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif ini mendeskripsikan gejala yang nampak secara verbal

dari data Tabel dan peta. Dalam penelitian ini teknik analisis deskriptif

mendeskripsikan gejala yang nampak di daerah penelitian seperti gambaran

umum daerah penelitian, baik kondisi fisik maupun kondisi sosial.

5.1.2.Analisis Statistik

Setelah data terkumpul dengan melalui langkah-langkah di atas maka data

yang telah diperoleh kemudian diolah melalui analisis statistik. Analisis statistik

dilakukan dengan menggunakan perhitungan persentase.

Untuk mengukur kecenderungan jawaban responden digunakan analisis

persentase dengan menggunakan formula dari Santoso (2002:57) sebagai berikut:

P

=

X 100%

Keterangan:

P : Persentase

f : Frekuensi setiap kategori jawaban

n : Seluruh responden 100 : Bilangan konstanta

Untuk mengetahui jawaban rensponden, penulis menggunakan angka indeks

untuk membandingkan suatu obyek atau data baik yang bersifat faktual maupun

perkembangan. Kriteria tersebut diungkapkan oleh Effendi dan Manning

(30)

Tabel 3.4

Kriteria Penilaian Skor

No Prosentase Skor Kriteria

1 100 Seluruhnya

2 75 – 99 Sebagian besar

3 51 – 74 Lebih dari setengahnya

4 50 Setengahnya

5 25 – 49 Kurang dari setengahnya

6 1 – 24 Sebagian kecil

7 0 Tidak ada

Sumber: Kontjaraningrat, 1990.

3.8. Proses Pelaksanaan Penelitian

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan serta

rekomendasi berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

sebelumnya.

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini meliputi:

1. Adapun parameter yang diuji, yaitu; (1) parameter fisik meliputi Zat Padat

Terlarut, kekeruhan, dan daya hantar listrik (DHL), sedangkan (2) parameter

kimia meliputi kandungan Besi (Fe), Kesadahan (CaCO3), Nitrat (NO3), Nitrit

(NO2), Sulfat (SO4), dan Zat Organik (KMnO4). Standar baku mutu mengacu

kepada air minum No: 492/MENKES/PER/IV/2010. Hasil klasifikasi kelas

kualitas airtanah dangkal di Kecamatan Daeyuhkolot berdasarkan Standar

Kualitas Air di Perairan Umum (PP No. 82 Tahun 2001) adalah sebagai

berikut:

 Kelas I plot 2, 9 dan 10, seluruhnya memenuhi syarat, dan nilai/angka

dari tiap paramaternya tergolong dalam kategori kelas kualitas air I

 Kelas II plot 8 dan 12 tidak memenuhi syarat, karena kandungan besi,

melebihi 0,3mg/liter. Adapun nilai kandungan besinya tergolong kedalam

kelas kualitas air II, yang mensyaratkan kandungan besi 5 mg/liter.

(32)

 Kelas III plot 1, 3, 4, 5, 6, 7, dan 11 hampir seluruhnya tidak memenuhi

syarat, karena kandungan besi dan nitrat yang jauh diatas standar yang

ditentukan. Untuk kelas kualitas air I dan II standar nitrat adalah 10

mg/liter, sedangkan kandungan yang ada di plot tersebut jauh melebihi

nilai standar tersebut.

2. Persebaran kualitas airtanah di Kecamatan Dayeuhkolot adalah:

Kelas Kualitas

3. Perlakuan masyarakat terhadap airtanah dangkal di Kecamatan Dayehkolot:

3.1.Perlakuan masyarakat pada mutu kelas kualitas air I

Perlakuan pada kelas ini tidak begitu khusus, hanya saja masyarakat bersikap

waspada bilamana terjadi banjir, maka sebagai tindakan pencegahan adalah

dengan membangun dinding tembok sumur setinggi 1 meter, sekaligus penutup

sumur. Sedangkan jika air yang akan digunakan untuk dikonsumsi cukup dengan

didihkan air hingga suhu 100oC.

3.2.Perlakuan masyarakat pada mutu kelas kualitas air II

Perlakuan yang diberikan masyarakat pada kelas kualitas air II adalah

melakukan filtrasi sederhana terlebih dahulu. Yaitu dengan menggunakan wadah

(33)

dihasilkan terlihat jernih secara fisik, namun untuk meminimalisir kandungan besi

(fe) jika untuk digunakan sebagai air konsumsi, masyarakat memasak air terlebih

dahulu hingga mendidih pada suhu 100oC dan tiriskan. Seperti halnya pada kelas

I, masyarakat perlu wasapada bilamana terjadi banjir, maka sebagai tindakan

pencegahan adalah dengan membangun dinding tembok sumur setinggi 1 meter,

sekaligus penutup sumur. Untuk menghindari sumur terendam air banjir yang

membawa material dan polutan zat kimia berbahaya.

3.3.Perlakuan masyarakat pada mutu kelas kualitas air III

Perlakuan yang diberikan oleh masyarakat pada kualitas air dengan mutu

kelas III adalah melakukan filtrasi. Filtrasi yang dilakukan masyarakat adalah

membuat bak penampungan yang didalamnya berisi penyaring seperti arang aktif,

injuk, pasir halus dan kerikil yang disusun secara bertahap. Kemudian setelah

melakukan filtrasi, air tersebut tidak langsung digunakan, melainkan diendapkan

beberapa jam. Perlakuan ini dilakukan masyarakat secara berkesinambungan

selama sepekan, yaitu minimal 3 hari sekali. Hal ini dilakukan untuk menjaga air

senantiasa baik dan mensterilkan air secara fisik. Secara kimia masyarakat

memilih menaburi dengan tawas yang sesuai dosis.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa

rekomendasi sekiranya dapat bermanfaat dalam menyelesaikan masalah kritis

(34)

1. Untuk pemerintah setempat hendaknya memberikan keseriusan dalam

mengatasi masalah kualitas air, bisa dengan melakukan sosialisi mengenai air

bersih dan rutin dilakukan setiap sebulan sekali agar masyarakat lambat laun

menjadi peka dan peduli dan timbul kesadaran untuk merubah kebiasaan tidak

sehat, mengingat kualitas air didaerah tempat tinggalnya kurang baik dan jika

digunakan dalam jangka waktu yang sangat panjang akan mengganggu

kesehatan.

2. Selain itu, pemerintah juga hendaknya bertanggung jawab dan memperhatikan

mengenai hal ini. Misalnya dengan melakukan distribusi air bersih ke setiap

daerah yang kritis kualitas air secara gratis dan terjadwal setiap satu minggu

sekali, mengingat air dengan kualitas yang baik sulit didapat jika tidak

membeli dari agen air bersih swasta yang setidaknya memerlukan biaya untuk

mendapatkannya.

3. Untuk masyarakat setempat hendaknya harus sadar jika kualitas airtanah di

daerah tempat tinggalnya itu tidak baik untuk dikonsumsi dan segera beralih

untuk mencari sumber air lain. Namun seperti yang kita ketahui, kebutuhan air

adalah kebutuhan yang sangat mendesak, maka usaha yang dilakukan agar

kualitas air senantiasa terjaga adalah; membangun dinding sumur setinggi

mungkin karena untuk meminimalisir tergenang air saat banjir, dan membuat

penutup sumur. Dan untuk kualitas secara fisik terjaga adalah dengan

melakukan filtrasi dan pengendapan, sedangkan secara kimia maka air yang

sudah di filtrasi dan diendapkan harus dimasak terlebih dahulu hingga matang

(35)

4. Untuk semua pihak yang terlibat dalam penanganan masalah kualitas air di

lokasi penelitian ini hendaknya tidak mendahulukan kepentingan pribadi.

Sehingga seluruh masyarakat khusunya msayarakat yang kurang mampu pun

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwakarta, S. dan Trisnasomantri, A. (1998). Geomorfologi Umum. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi

Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Anonimus. (2009). Kabupaten Bandung dalam Angka. Bandung: Badan Pusat Statistik.

Anonimus. (2009). Pengertian Persepsi/Definisi Persepsi. Tersedia:http:// defines-pengertian.blogspot.com/2009/11/pengertian-persepsidefinisi-persepsi.html [9 Februari 2010]

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arsyad, S. (1989). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press

Bemmelen, V. (1934). Geological of Bandung. Bandung: Geologi Tata Lingkungan

Bintarto, R. dan surastopo. (1979). Metode Analisis Geografi. Jakarta: LP3S

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius

Hartono, D. (1980). Stratigraphy and Sedimentation In Northern Bandung Area. Bandung: Geologi Tata Lingkungan

Hasan, I. (2006). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Hermawan, A. (1984). Hidrologi untuk Insinyur. Jakarta: PT Virama Karya

Hindarko, S. (2002). Manfaat Airtanah Tanpa Merusak Kelestariannya. Jakarta: ESHA

Jurnal Geografi GEA. (2008). Sumber Daya Air. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS – UPI

Kecamatan Dayeuhkolot. (2010). Data Monografi Kecamatan Dayeuhkolot.

Kabupaten Bandung: Tidak Diterbitkan

(37)

Kordi, K. M. Gufron dan Andi Baso Tancung. (2007). Pengelolaan Kualitas Air. Jakarta: RINEKA CIPTA

Kurniawan, Iwan. (2000). Potensi dan Pemanfaatan Airtanah di Desa Cikarang Kecamatan Cilodog Kabupaten Sukabumi. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Linsley R.K dan Joseph B. Franzini. (1994). Teknik Sumber Daya Air. Jakarta: Erlangga.

Martha, W. dan Adidarma, W. (1983). Mengenal Dasar-Dasar Hidrologi. Bandung: Nova

Noor, D. (2006). Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Nurhaeni. N. (2011). Evaluasi Potensi Airtanah Pada Daerah Permukiman di Sub Daerah Aliran Ci Keruh. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS-UPI. Tidak diterbitkan.

Rafi’i, S. (1995). Meteorologi dan Klimatologi. Bandung: Angkasa

Rakhmat, J. (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Robbin, S.P. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia

Seyhan, E. (1997). Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Singarimbun, M. Dan Effendi, S. (1989). Metode Penelitian Survai. Jakarta:

Sumaatmadja, N. (1998). Manusia Dalam Konteks Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung: CV Alfabeta

Sumaatmadja, N. (1998). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni

(38)

Sugiono. (2000). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta

Tika, P. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Desa/Kelurahan di Kecamatan
Tabel 3.2 Titik Plot Pengambilan Sampel Air Sumur Gali
Tabel kurva normal standar sehingga didapat nilai 1,96.
Tabel 3.3 Sampel Penduduk di Daerah Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Desain dalam penelitian ini yang digunakan adalah dengan menggunakan rancangan korelasional, dalam hal ini adalah hubungan antara persepsi anak terhadap keharmonisan orang tua

Bank Pelapor menyampaikan laporan, form header, dan/atau koreksi laporan proyeksi arus kas untuk periode tanggal 8-12 Oktober 2012 secara On-Line pada hari Jumat tanggal 5

68 SITI ZAINAB BINTI LANSA Guru Akademik Ting.6 DG44. 69 SITTI INDRAWANA BINTI MAIDIN Guru Akademik

Dalam studi ini ruang lingkup materi yang akan dikaji lebih menitik beratkan pada pengkajian terhadap peyimpangan penggunaan lahan khususnya kawasan yang

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Studi Empiris Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Pertumbuhan Perusahaan, dan Nilai Pasar Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Kedelapan item itu adalah: Dosen ybs menjelaskan tujuan dan rencana perkuliahan di awal semester ; Dosen ybs mengacu pada buku ajar/textbook yang mutakhir ; Materi perkuliahan

Hasil tersebut konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ardhini (2011) dan Losa (2012) yang menunjukkan bahwa secara statistik adanya rasio