No. Daftar FPIPS: 1618/ UN. 40.2. 4/ PL/2013
2013
PERAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP LOKASI PADA PESERTA DIDIK SMA DI KOTA CIREBON
Oleh
Benazir Fikri Islamy
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Benazir Fikri Islamy 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
No. Daftar FPIPS: 1618/ UN. 40.2. 4/ PL/2013
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
BENAZIR FIKRI ISLAMY
PERAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP LOKASI PADA PESERTA DIDIK SMA DI KOTA CIREBON
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS. NIP. 19600121 198503 2 001
Pembimbing II
Drs. Asep Mulyadi, M. Pd NIP. 19620902 199001 1 001
Mengetahui,
No. Daftar FPIPS: 1618/ UN. 40.2. 4/ PL/2013
ABSTRAK
Peran Lingkungan Sosial terhadap Pemahaman Konsep Lokasi pada Peserta Didik SMA di Kota Cirebon
Oleh :
Benazir Fikri Islamy (0901058)
Pembimbing I : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S. Pembimbing II : Drs. Asep Mulyadi, M.Pd.
Konsep lokasi dapat menjawab pertanyaan dimana dan mengapa fenomena, gejala atau peristiwa terjadi dan tidak di tempat lain. Berarti akan berhubungan dengan analisis sebab akibat yang mempengaruhi keberadaan atau keberlangsungan suatu fenomena, gejala dan peristiwa tersebut. Pemahaman konsep lokasi menjadi salah satu hal yang penting dimiliki oleh peserta didik karena dapat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku keruangan. Sebagaimana diketahui dari penelitian sebelumnya bahwa pemahaman konsep geografi terhadap sikap dan perilaku keruangan di Kota Cirebon memiliki kontribusi yang kecil. Hal tersebut pasti dilatarbelakangi oleh faktor-faktor tertentu baik faktor internal yang berasal dari dalam peserta didik, maupun faktor eksternal yang berasal dari luar peserta didik. Lingkungan sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, dan teman sebaya menjadi faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pemahaman dari peserta didik. Pemahaman dapat dikuasai dengan baik ketika peran lingkungan sosialnya pun maksimal. Tujuan dari penelitian ini diantaranya untuk memperoleh gambaran mengenai peran lingkungan sosial terhadap pemahaman konsep lokasi dan untuk memperoleh informasi mengenai lingkungan sosial yang dominan berperan terhadap pemahaman konsep lokasi peserta didik SMA di Kota Cirebon. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode survey yaitu terjun langsung ke lokasi penelitian. Pengumpulan data dengan cara mengedarkan soal dan kepada 98 peserta didik yang dijadikan responden dengan latar belakang dan lokasi sekolah yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan Peran Lingkungan sosial terhadap pemahaman konsep lokasi tergolong rendah yaitu sebesar 8,0%. Lingkungan keluarga memiliki kontribusi sebesar 38,4%, lingkungan sekolah memiliki kontribusi 1,6%, dan lingkungan teman sebaya memiliki kontribusi sebesar 6,3% terhadap pemahaman konsep lokasi. Sehingga lingkungan keluarga merupakan lingkungan sosial yang dominan beperan terhadap pemahaman konsep lokasi pada peserta didik SMA di Kota Cirebon. Hasil penelitian tersebut menjawab teori insight bahwa insight atau pemahaman tergantung kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya. Rekomendasi diajukan kepada lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya dan kepada peserta didik agar bisa saling bersosialisasi dan bekerjasama dengan baik. Sebaiknya peranan dapat dilaksanankan sesuai dengan fungsinya masing-masing (fungsional). Karena pemahaman pada peserta didik dapat terekam di otak berdasarkan pengalaman yang telah dialami.
ABSTRACT
The role of social environment against concept location comprehension on senior high school student in Cirebon
By :
Benazir Fikri Islamy (0901058)
Preceptor I : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S. Preceptor II : Drs. Asep Mulyadi, M.Pd.
The concept of location can answer the question of where where and why is it where phenomenon, symptom or the event occur and not in another. By questioning why is it where, it means would be related to analysis of causality affecting existence or the sustainability a phenomenon, symptoms and the event. Concept of location comprehension becomes one of the important thing possessed by the student because it can affect the attitudes and behavior spatial. As is known from previous research, concept of geography comprehension against the attitudes and behavior spatial in Cirebon city having small contribution. It definitely effected by certain factors both internal factors of the student, as well as external factors of the student. Social environment consisting of family, school, and peers environment into the external factors that can influence comprehension of the student. Comprehension can be controlled with a good social environment for any role as a maximum. The purpose of this research are to gain an idea of the role of the social environment of the comprehension of the concept and to obtain information about the dominant role of social environment against comprehension of concept location on senior high school student in Cirebon. A method of research used in this research is a method of a survey namely go directly to the location of research. Collecting data by means of a circulating about and to 98 student as of respondents in the background, and schools different. The result showed role of social environment against understanding concept location appertain low as that of 8.0 %. Family environment having constributions 38,4 %, school environment have the contribution of 1.6 %, and environment their peers having contribution of 6.3 % to understanding the concept of locations. So that family environment is the dominant shot a social environment of comprehension location on learners high school in Cirebon. This research answer the theory of insight that insight or comprehension depend on the arrangement and the provision of the environment. Recommendations presented to school, family environment, environment their peers and to the student in order to mutually sociable and have worked well. The role role should be in accordance with its function each (functional). Because student comprehension can be recorded in the brain based on the experiences that have endured.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMAKASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR PETA ... xi
DAFTAR HISTOGRAM ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Lingkungan ... 9
B. Hubungan Manusia dengan Lingkungan ... 10
C. Pendidikan Lingkungan ... 14
1. Lingkungan Keluarga ... 15
2. Lingkungan Sekolah ... 20
3. Lingkungan Teman Sebaya ... 24
D. Teori Belajar... 27
1. Teori Belajar Kognitf... 28
a. Teori Gestalt ... 29
b. Teori Medan ... 31
1. Faktor Internal ... 32
2. Faktor Eksternal ... 34
3. Faktor Pendekatan Belajar ... 36
F. Pemahaman Konsep ... 37
G. Pembelajaran Geografi ... 44
H. Konsep Lokasi ... 48
I. Peserta Didik SMA ... 50
J. Hubungan Lingkungan Sosial dengan Pemahaman Konsep ... 53
K. Kerangka Pemikiran ... 56
L. Hipotesis Penelitian ... 57
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 59
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 62
1. Populasi Penelitian ... 62
2. Sampel Penelitian ... 64
C. Desain Penelitian ... 67
D. Metode Penelitian... 68
E. Variabel Penelitian ... 68
F. Definisi Operasional... 69
1. Peran Lingkungan Sosial ... 69
2. Pemahaman Konsep ... 70
3. Konsep Lokasi ... 71
4. Peserta Didik ... 72
G. Instrumen Penelitian... 72
1. Pemahaman Konsep Lokasi... 72
2. Lingkungan Sosial ... 73
H. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian ... 77
1. Validitas ... 77
3. Tingkat kesukaran tes atau indeks kesukaran butir (Difficulty Index) ... 84
4. Daya Pembeda Tes (D) ... 84
I. Teknik pengumpulan Data ... 86
1. Pengamatan Observasi ... 86
2. Tes ... 86
3. Kuesioner ... 86
4. Studi Kepustakaan ... 86
5. Studi Dokumentasi ... 87
J. Teknik Analisis Data ... 87
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 89
B. Hasil Penelitian ... 94
1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 94
2. Uji Persyaratan analisis ... 104
3. Korelasi antara Pemahaman Konsep Lokasi, Sikap Keruangan dan Perilaku Keruangan ... 107
4. Uji Hipotesis ... 109
C. Pembahasan ... 114
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 125
B. Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA ... 127
LAMPIRAN ... 132
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Manusia” adalah makhluk yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Sejak ratusan tahun sebelum Nabi Isa, manusia telah menjadi salah satu objek
filsafat, baik itu objek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun
objek materiil mengenai peran manusia dengan berbagai kondisi. Sebagaimana
menurut Sunarto dan B. Agung (2008 : 2) “Adanya manusia dikenal sebagai
makhluk yang berpikir atau homo sapiens, makhluk yang berbentuk atau homo
faber, makhluk yang didik atau homo educandum merupakan
pandangan-pandangan tentang manusia yang dapat digunakan untuk menetapkan cara
pendekatan yang akan dilakukan terhadap manusia tersebut”. Jelas, berbagai
pandangan itu membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks.
Manusia yang memang sudah dikenal sebagai homo sapiens dan homo
educandum memerlukan pendidikan dalam kehidupan agar menjadi pribadi yang
memiliki sifat atau karakter hakiki yang seimbang dalam berbagai hal.
Keseimbangan hubungan tersebut menggambarkan manusia dengan dirinya
sendiri, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan alam sekitar yang
menjadi tempat tinggal, dan manusia dengan Tuhannya.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendidikan
adalah suatu cara untuk memanusiakan manusia.
Pendidikan memiliki fungsi yang jelas untuk dapat mencapai tujuan tertentu.
2
Nomor 20 Tahun 2003 tepatnya pada Pasal 3 yaitu, “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Pendidikan menjadi suatu alternatif yang bersifat preventif guna menciptakan
generasi baru ke arah yang lebih baik. Pendidikan juga diharapkan dapat
membangun dan mengembangkan generasi muda agar lebih berkualitas dalam
menghadapi permasalahan dan mencari solusi dari masalah bangsa Indonesia.
Menurut Syah (2011: 82) “Ranah psikologi peserta didik yang terpenting
adalah ranah kognitif”. Sedangkan menurut teori Bloom dalam Sunarto dan B.
Agung (2008: 11) “Teori kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi”. Sehingga dapat dikatakan ranah
kognitif menjadi pengendali ranah lainya yaitu ranah afeksi (rasa) dan ranah
psikomotor (karsa).
Otak tidak seperti organ tubuh lainnya, sebagai pusat fungsi kognitif otak tidak
hanya menjadi penggerak aktivitas akal pikiran, tetapi juga menjadi pusat
pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan. Bisa dibayangkan, tanpa ranah
kognitif sepertinya mustahil para peserta didik dapat berpikir. Namun begitu,
bukan berarti aspek afektif dan psikomotor seorang peserta didik tidak penting,
tetapi seyogyanya bisa dipandang sebagai hasil keberhasilan atau kegagalan dari
perkembangan fungsi kognitif.
Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar karena diukur
dengan tes hasil belajar. Sebagaimana diketahui bahwa “Hasil belajar merupakan
perpaduan antara faktor pembawaan (internal) dan pengaruh lingkungan (faktor
eksternal)” (Sunarto dan B. Agung, 2008: 11). Faktor pembawaan atau internal
3
kemauan untuk belajar. Sedangkan faktor eksternal disini adalah pengaruh
lingkungan sosial.
Setiap peserta didik pada tingkat manapun yang memiliki perbedaan latar
belakang dan pengalaman akan memiliki prestasi belajar yang berbeda pula,
terlepas dari potensi setiap individu peserta didik dalam menguasai bahan
pelajaran. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal tersebut berupa minat dan sikap peserta didik terhadap
mata pelajaran tertentu, serta kecakapan untuk berkonsentrasi pada bahan ajar.
Selain faktor internal terdapat pula faktor eksternal, yaitu lingkungan sekitar
peserta didik tersebut. Lingkungan sekitar baik itu fisik maupun sosial dapat
memberikan pengaruh yang berbeda-beda. Dengan kata lain dalam hal ini berlaku
paham fisis determinis dimana manusia dipengaruhi oleh alam atau lingkungan
sekitar.
Manusia dengan lingkungan adalah suatu kesatuan yang utuh sehingga tidak
bisa dipisahkan satu sama lain. Manusia mempunyai kedudukan yang sama
dengan penghuni planet bumi yang lain untuk dapat melangsungkan
kehidupannya dengan menggunakan lingkungan sekitar. Meskipun, disisi lain
manusia memiliki kelebihan akal dibanding makhluk lainya. Dengan akalnya
tersebut manusia beradaptasi dengan lingkunganya. Ketika terjadi adaptasi maka
akan terjadi interaksi sosial antara manusia yang satu dengan manusia lainnya
untuk membangun kebudayaan dengan maksud agar dapat tetap bertahan hidup.
Menurut Park Chung Hee dalam Mutakin dan Wahyu E. (2008: 39), Seharusnya
pembangunan sosio-kultura dilakukan di tiga lingkungan hidup secara simultan,
yaitu lingkungan hidup pertama (keluarga), kedua (masyarakat), dan lingkungan
dunia pendidikan atau sekolah.
“Dalam keseharian, kita pun seringkali berhadapan dengan pengambilan
keputusan keruangan dan perilaku keruangan (spatial behaviour) yang
membutuhkan kecerdasan ruang (spatial intelegent) dalam memutuskanya”
4
memilih tempat untuk dijadikan tempat tinggal, memilih belanja ke pasar
tradisional atau ke supermarket, bagaimana cara kita menjangkaunya, serta
bagaimana kita memaknai ruang, kita membutuhkan ilmu Geografi atau paling
tidak pengetahuan dan wawasan mengenai geografi karena “Geografi adalah ilmu
yang mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia dan mirror of man
dimana dan bagaimana lingkungan sekitar dimanfaatkan oleh manusia”
(Walmsley dan Lewis dalam Maryani, 2010: 3).
Jantung dari pendidikan sendiri ialah kurikulum. Dalam kurikulum KTSP
2004 maupun kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran
Geografi. Geografi merupakan ilmu yang dapat menunjang kehidupan dan
mendorong peningkatan kehidupan karena Geografi adalah ilmu yang
mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena-fenomena geosfer dengan
menggunakan pendekatan kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks
keruangan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh
jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek
spasial, dan ekologis dari eksistensi manusia. Sebagaimana Maryani (2010: 6)
sampaikan dalam pidatonya ketika pengukuhan menjadi guru besar :
Geografi senantiasa mengembangkan asas, konsep, metode dan pendekatan untuk mengembangkan teori-teori yang relevan dengan kebutuhan manusia sehingga memiliki nilai praktis, bukan hanya membuat manusia semakin cerdas memilih ruang tetapi juga mengembangkan mata pencaharian secara profesional. Image manusia tentang ruang dan bagaimana manusia memanfaatkan ruang sangat tergantung pada pengalaman, pengetahuan, sikap dan nilai-nilai yang dianutnya, semua itu ditransformasikan melalui pendidikan.
Geografi selalu mempergunakan konsep-konsep geografi dalam mengkaji
gejala atau peristiwa keruangan. Pada tingkat pendidikan menengah, Geografi
diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Pada kelas X SMA semester satu
terdapat materi tentang Konsep Geografi, tepatnya pada standar kompetensi dan
5
aspek geografi dan menjelaskan konsep Geografi. Peserta didik SMA
seharusnya dapat memahami konsep Geografi khususnya konsep lokasi dengan
baik. Karena dipelajari pada proses pembelajaran di sekolah. Tetapi yang terjadi
di Kota Cirebon sebagian besar peserta didik SMA tidak memahami konsep
tersebut. Ketidakpahaman peserta didik tersebut ditandai dengan tidak mampunya
peserta didik menjawab pertanyaan peneliti ketika melakukan studi pendahuluan
dengan memberi beberapa pertanyaan mengenai konsep lokasi di Kota Cirebon.
Bisa dibayangkan, jika peserta didik tidak paham mengenai konsep lokasi
terutama lokasi di kota tempat tinggalnya sendiri. Mereka tidak memahami arah
maupun jarak yang merupakan komponen dari lokasi. Ketika tidak memahami
konsep lokasi maka tidak akan mengetahui letak suatu tempat. Jika kita tidak
mengetahui lokasi tempat tujuan kita, sudah pasti kita tidak pernah sampai pada
tempat tujuan. Karena menurut Maryani (2009: 16) “Lokasi adalah konsep
geografi terpenting karena lokasi dapat menunjukkan posisi suatu tempat, benda
atau gejala di permukaan bumi”.
Lokasi dapat menjawab pertanyaan dimana dalam komponen tempat, arah
maupun jarak, mengapa hanya di tempat tersebut dan tidak di tempat lain yang
berkenaan dengan lokasi absolut juga lokasi relatif. Lokasi sendiri adalah posisi
suatu tempat, benda, peristiwa atau gejala di permukaan bumi hubunganya
dengan tempat, benda, peristiwa atau gejala itu sendiri.
Pemahaman konsep geografi memberikan kontribusi yang kecil terhadap sikap
dan perilaku keruangan peserta didik SMA di Kota Cirebon. Sebagimana pada
hasil penelitian Bayu (2012: 122) membuktikan bahwa
Pemahaman konsep geografi memberikan kontribusi terhadap sikap keruangan peserta didik SMA kelas XI IPS di Kota Cirebon sebesar 6,2 %. Dan pemahaman konsep geografi memberikan kontribusi terhadap perilaku keruangan peserta didik SMA kelas XI IPS di Kota Cirebon sebesar 5,15%.
Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan kondisi ideal pada umumnya.
6
pada ranah afektif dan psikomotor. Bagaimana bisa tujuan aspek afeksi dan aspek
psikomotor bisa tercapai jika tujuan pada aspek kognitif belum juga
termaksimalkan. Dengan kata lain, jika ingin menciptakan peserta didik yang
berperilaku dan berketerampilan keruangan maka peserta didik tersebut harus
paham terlebih dahulu mengenai materi geografi baik itu konsep ataupun
teori-teori geografi.
Kontribusi yang kecil tersebut tentunya disebabkan oleh faktor yang
melatarbelakanginya, khususnya pada aspek pemahaman konsep. Baik itu faktor
internal (motivasi, image) maupun faktor eksternal (lingkungan). Sebagaimana
menurut teori Gestalt dalam Sanjaya (2008: 243) bahwa pemahaman (insight)
tergantung kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya. Melalui peran
lingkungan khususnya lingkungan sosial, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan
teman sebaya atau bemain diharapkan Konsep Geografi khususnya Konsep
Lokasi dapat dipahami dengan baik. Berdasarkan permasalahan tersebut maka
peneliti menetapkan judul penelitian ini yaitu : “Peran Lingkungan Sosial
terhadap Pemahaman Konsep Lokasi pada Peserta Didik SMA di Kota
Cirebon“.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah lingkungan sosial berperan terhadap pemahaman konsep lokasi pada
peserta didik SMA di Kota Cirebon ?
2. Lingkungan sosial manakah yang dominan berperan terhadap pemahaman
7
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh gambaran mengenai peran lingkungan sosial terhadap
pemahaman konsep lokasi pada peserta didik SMA di Kota Cirebon
2. Untuk memperoleh informasi mengenai lingkungan sosial yang dominan
berperan terhadap pemahaman konsep lokasi pada peserta didik SMA di Kota
Cirebon
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
a. Memperluas khasanah ilmu pengetahuan bagi Jurusan Pendidikan
Geografi mengenai pembelajaran Geografi khususnya dalam hal
pemahaman konsep (aspek kognitif) dan konsep lokasi
b. Sebagai bahan bandingan bagi peneliti yang lain
c. Sebagai salah satu sumber data dan informasi untuk pengembangan
penelitian selanjutnya.
2. Secara Praktis
a. Sebagai bahan rujukan bagi pemerintah terkait yaitu Dinas Pendidikan
dalam mengembangkan kebijakan yang akan diambil mengenai ranah
kognitif siswa pada pembelajaran khususnya dalam hal pemahaman
konsep
b. Sebagai bahan rujukan bagi para guru Geografi SMA di Kota Cirebon
untuk memberikan gambaran tentang peran lingkungan sosial terhadap
perkembangan kognitif pada peserta didik khususnya mengenai
pemahaman konsep lokasi
c. Sebagai tolak ukur penilaian bagi peserta didik mengenai lingkungan
sosial yang berperan dalam pengambilan keputusan dan konsep lokasi
8
E. Struktur Organisasi Skripsi
BAB I Pendahuluan yaitu memaparkan latar belakang penelitian, rumusan
masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi
skripsi.
BAB II Kajian Pustaka yaitu menguraikan teori-teori yang relevan berkaitan
dengan lingkungan sosial, pemahaman konsep, pembelajaran Geografi, konsep
lokasi, peserta didik, dan hubungan lingkungan sosial dengan pemahaman
konsep. Selain teori berisi juga mengenai kerangka pemikiran dan hipotesis
penelitian.
BAB III Metode Penelitian yaitu menjelaskan cara-cara yang ditempuh dalam
penelitian. Hal tersebut berisi lokasi penelitian, populasi penelitian, sampel
penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen
penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
BAB IV Hasil dan Pembahasan yaitu mendeskripsikan mengenai hasil yang
didapat dari penelitian di lapangan disesuaikan dengan rumusan masalah pada
Bab I dan pembahasan mengenai hasil penelitian yang didapat berdasarkan
teori-teori yang terdapat pada Bab II.
BAB V Kesimpulan dan Saran yaitu menyimpulkan dari jawaban rumusan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kota Cirebon yang terletak 6041’ LS – 6047’50’’ LS dan 108031’ BT – 108035’30’’ BT. Kota ini terletak pada bagian pesisir utara Pulau Jawa tepatnya berada di bagian paling timur Provinsi Jawa Barat sehingga berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa tengah. Wilayah kota terbentang sepanjang ± 8 km dari barat ke timur dan ± 11 km dari utara ke selatan dengan ketinggian ± 5 m dengan luas kota ± 37.35 km².
Di Kota Cirebon terdapat sembilan SMA Negeri, dari SMA Negeri 1 sampai SMA Negeri 9. Kesembilan SMA tersebut tersebar di seluruh Kota Cirebon. SMA Negeri 1, 2, dan 6 terletak di kawasan perdagangan yang ditandai dengan banyaknya berdiri mall dan pusat perbelanjaan. SMA Negeri 3 terletak di kawasan perumahan yang padat penduduknya.
SMA Negeri 4, 5, dan 7 terletak di kawasan pendidikan dimana sepanjang jalan di kawasan tersebut banyak berdiri bangunan-bangunan pendidikan dari mulai SD sampai universitas. SMA Negeri 8 terletak di kawasan pemakaman dan industri yang cukup luas. Sedangkan SMA Negeri 9 terletak jauh dari pusat dan keramaian kota, lokasi sekolah ini juga memiliki aksesibilitas yang kurang memadai baik itu dari sarana maupun prasarana transportasi.
62
Sedangkan SMA Putera Nirmala, SMA Sekar Kemuning, SMA Advent, SMA Cokro Aminoto, SMA Nurusshidiq, dan SMA Syarif Hidayatullah terletak di kawasan pemukiman yang cukup padat. Lain halnya dengan SMA Al-Azhar, sekolah ini berada di kawasan perumahan elit dan cukup dekat dengan jalan kereta api. Selain itu terdapat pula sekolah yang berada di kawasan perkantoran dan gedung pertemuan penting, yaitu SMA Geeta School. Sedangkan SMA Widya Utama berada belakang LAPAS Kota Cirebon. Berbeda lagi dengan SMA Santa Maria I dan SMA Santa Maria II yang berada dalam satu kawasan gedung sekolah, kedua sekolah ini terletak di depan pelabuhan Kota Cirebon dan dilewati jalan nasional. Bahkan, terdapat sekolah yang bersebelahan dengan kawasan pemakaman yaitu SMA Windu Wacana.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Menurut Puspowarsito (2008 : 92) “Populasi adalah keseluruhan obyek (orang, kejadian, atau sesuatu) yang mempunyai karakteristik tertentu baik yang kongkrit (tangible) maupun obyek yang abstrak (untangible)”. Sedangkan menurut Sugiyono (2012 : 117) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya”. Jadi populasi bukan hanya orang atau individu, melainkan juga obyek, gejala dan benda-benda alam yang lain yang meliputi jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari beserta seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki obyek atau subyek tersebut.
63
konsep, pendekatan, prinsip, dan aspek Geografi. Untuk Kompetensi Dasarnya menjelaskan konsep Geografi. Peneliti ingin memperoleh gambaran dan informasi dari peserta didik yang baru saja mempelajari materi tersebut. Selain itu, peserta didik yang duduk di bangku kelas X mengalami masa transisi dari SMP, pasti terdapat perubahan dari lingkungan sosialnya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Populasi SMA di Kota Cirebon
No Nama Sekolah Status Akreditasi Jumlah Siswa
64
No Nama Sekolah Status Akreditasi Jumlah Siswa
Kelas X
Akreditasi C 1 20
Total 25 3747
Sumber : Dinas Pendidikan Tahun Ajaran 2012/2013 2. Sampel
Menurut Tika (2005 : 24) “Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili populasi-populasi”. Sedangkan menurut Sugiyono (2012: 118) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dengan kata lain sampel hanya menggambarkan populasi secara maksimal, tidak berarti keadaan populasi akan sama dengan sampel baik secara kualitas maupun kuantitas. Untuk mengurangi kesalahan tersebut maka dibutuhkan teknik tertentu dalam pengambilan sampel.
Kompleksitas objek populasi dalam penelitian ini tergolong heterogen dimana keseluruhan anggota populasi relatif memiliki sifat-sifat individual yang membedakan setiap individu anggota populasi. Hal ini dilihat berdasarkan status dan akreditasi sekolah yang sudah pasti mempengaruhi perbedaan intelegensi siswa khususnya dalam hal pemahaman konsep. Oleh karena itu, sampel penelitian harus mewakili setiap status dan akreditasi sekolah tersebut.
65
Pengambilan sampel sendiri menggunakan cara Stratified Purposive
Sampling. Menurut Tika (2005: 43) Stratified Sampling atau “Sampel
berstrata adalah pengambilan sampel dengan terlebih dahulu membuat penggolongan populasi menurut ciri geografi tertentu”. Selain itu, menurut Sugiyono (2012: 124) “Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Jadi Stratified Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel gabungan dari stratified dan purposive dengan cara membuat strata atau kelas-kelas berdasarkan kategori dan tujuan tertentu. Sifat populasi disini terdiri dari unit-unit yang sifatnya berlapis (berstrata). Untit populasi sendiri terdiri dari golongan, kelompok atau sejenisnya yang memiliki sifat bertingkat atau berlapis yang jelas. Unit populasi dalam penelitian ini berdasarkan status dan akreditasi sekolah. Pada akreditasi A terdapat dua puluh sekolah, yang terdiri dari sembilan SMA Negeri dan sebels SMA Swasta. Sedangkan pada akreditasi B dan C populasi sekolah hanya berstatus swasta dengan jumlah sekolah masing-masing empat SMA dan satu SMA.
Penentuan sampel dengan cara pemilihan secara berstrata dan pertimbangan tertentu seperti lokasi sekolah. Peneliti mengambil juga perwakilan dari setiap kecamatan agar lokasi sekolah yang dijadikan sampel menyebar di Kota Cirebon. Setelah itu, maka ditetapkan delapan sekolah yang dijadikan sampel penelitian yaitu SMA Negeri 2, SMA Negeri 4, SMA Negeri 9, SMA Islam Al-Azhar, SMA Santa Maria I, dan SMA Widya Utama dari akreditasi A, SMA Kartika III-5 dari akreditasi B dan SMA Syarif Hidayatullah yang merupakan satu-satunya SMA yang memiliki akreditasi C.
66
Kecamatan Pekalipan tidak terdapat SMA baik itu SMA negeri maupun swasta.
Perencanaan sampel yang representatif seringkali kurang memuaskan peneliti, karena sampel yang kurang bisa mendeskripsikan populasi. Oleh sebab itu harus dilakukan suatu perhitungan secara pasrti dari jumlah besaran sampel untuk mewakili populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus dari Radiany dalam Bungin (2010: 105).
Keterangan : jumlah populasi 3.747 peserta didik jumlah sampel yang diajukan sebesar 97,400572 yang kemudian dibulatkan menjadi 98 peserta didik SMA kelas X di Kota Cirebon. Jumlah peserta didik yang dijadikan sampel diproporsionalkan berdasarkan jumlah peserta didik kelas X di masing-masing sekolah. Jumlah sampel peserta didik setiap sekolahnya dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini :
67
8 SMA Syarif Hidayatullah 20 20 1 1
Total 1309 98 98
Sumber : Hasil Perhitungan
Seluruh SMA yang menjadi sampel tersebut tersebar di empat kecamatan berbeda di Kota Cirebon, yaitu Kecamatan Kejaksan, Kesambi, Harjamukti dan Lemahwungkuk. Sampel peserta didik yang berakreditasi A berjumlah 95 peserta didik, akreditasi B berjumlah 2 peserta didik dan akreditasi C berjumlah 1 peserta didik.
C. Desain Penelitian
Studi Literatur :
a. Kajian hasil penelitian
terdahulu
b. Analisis SK dan KD
Survey :
Peserta Didik (lingkungan sosial dan pemahaman konsep
lokasi)
Menentukan subjek
penelitian
Pembuatan Instrumen
Uji Coba Instrumen
Revisi
Pelaksanaan penelitian
68
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode ini menurut Sugiyono (2008 : 12) digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam eksperimen).
Menurut Bailey dalam Supardan (2009: 251) metode survey merupakan metode penelitian dengan teknik pengumpulan data, seperti wawancara maupun kuesioner (angket) dengan jumlah sampel besar dan merupakan penelitian yang menggambarkan keadaan terkini untuk memahami opini, pendapat, maupun tanggapan publik pada umumnya.
Pemilihan metode survey ini karena bertujuan untuk menguji suatu teori atau mengetahui kebenaran suatu hipotesis yang terjadi. Dengan metode ini diharapkan dapat mengungkap peran lingkungan sosial terhadap pemahaman konsep lokasi peserta didik di SMA Kota Cirebon.
E. Variabel Penelitian
69
kesimpulanya”. Sedangkan menurut Puspowarsito (2008: 49) “Variabel adalah sesuatu yang nilainya dapat berubah-ubah”. Jadi variabel adalah segala sesuatu yang ditetapkan peneliti dalam bentuk apapun dan memiliki nilai berubah-ubah yang berasal dari hasil perolehan informasi yang kemudian diperoleh kesimpulan akhirnya.
Karena terdapat hubungan antar variabel maka dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (independen) yang sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent dan variabel terikat (dependen) yang sering disebut sebagai variabel kriteria, output, konsekuen. “Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat” (Sugiyono, 2012: 61). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah peran lingkungan yang dilihat dari pengaruhnya dalam pengambilan keputusan keruangan peserta didik baik itu lingkungan keluarga, sekolah, maupun teman sebaya.
Sedangkan variabel terikat menurut Sugiyono (2012: 610) merupakan “Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Di dalam penelitian ini pemahaman konsep lokasi peserta didik menjadi variabel terikatnya.
Gambar 3.2 Hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat Variabel Terikat (Y)
Lingkungan Keluarga
(X1)
Lingkungan Sekolah
(X2)
Lingkungan Teman
Sebaya (X3)
70
F. Definisi Operasional
Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Peran Lingkungan terhadap Pemahaman Konsep Lokasi Peserta Didik di SMA Kota Cirebon“. Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan definisi operasional mengenai judul sebagai berikut :
1. Peran Lingkungan Sosial
“Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil” (Fadli dalam Kozier Barbara, 2008). Sedangkan menurut Supardan (2009:137) “Peran adalah satuan keteraturan perilaku yang diharapkan dari individu. Jadi peran adalah satuan keteraturan tingkah laku yang diharapkan dari individu terhadap orang lain sesuai dengan kedudukannya dalam suatu sistem”.
Lingkungan sosial menurut Setiadi (2011:181) “Lingkungan sosial adalah tempat atau suasana dimana sekelompok orang merasa sebagai anggotanya, seperti lingkungan kerja, lingkungan RT, lingkungan pendidikan, lingkungan pesantren, dan sebagainya”. Lingkungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan teman sebaya (bermain).
Jadi peran lingkungan sosial adalah satuan keteraturan tingkah laku yang diharapkan dari lingkungan baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun teman sebaya terhadap individu sesuai dengan kedudukan individu tersebut dalam suatu sistem.
71
terhadap kondisi jalan yang dilalui ketika bepergian, pengambilan rute tercepat untuk mencapai tujuan, memilih sekolah, memilih tempat les, memilih tempat berkumpul dengan teman-teman dan memilih tempat berbelanja.
2. Pemahaman Konsep
Dalam konteks pendidikan, menurut Bloom dalam Hasan (2005: 26) Pemahaman (comprehension) dalam taksonomi perilaku termasuk pada kawasan kognitif C2 yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal yang itandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan. Sedangkan menurut Suharsimi (2012: 131) “Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep”. Indikator pemahaman sendiri menurut Bloom (1979: 89-96) terdapat tiga aspek, yaitu mencakup translasi, interpretasi dan ekstapolasi. Adapun penjelasanya sebagai berikut :
a. Translasi
Kemampuan menerjemahkan konsep dari bentuk abstrak ke bentuk yang lebih konkret, dan menerjemahkan bentuk simbol ke dalam bentuk lain.
b. Interpretasi
Kemampuan untuk memahami pemikiran pada sebuah konsep secara utuh pada setiap level yang diinginkan, memahami dan menafsirkan berbagai jenis bahan bacaan secara jelas dan mendalam, membedakan konsep berdasarkan kejelasan, dan ketidakjelasan atau kesimpulan kontradiktif (bertentangan) dari sebuah data.
c. Ekstrapolasi
72
dari suatu tindakan yang sudah digambarkan, dan sensitif atau peka terhadap faktor-faktor yang membuat prediksi menjadi akurat.
3. Konsep Lokasi
“Lokasi adalah posisi suatu tempat, benda, peristiwa atau gejala di permukaan bumi dalam hubunganya dengan tempat, benda, gejala, peristiwa lain” (Maryani, 2009: 11). Lokasi juga merupakan konsep geografi terpenting karena lokasi dapat menunjukkan posisi suatu tempat, benda atau gejala di permukaan bumi. Konsep Geografi ini dapat menjawab pertanyaan dimana (where) dalam komponen tempat, arah maupun jarak, dan mengapa hanya di tempat tersebut dan tidak di tempat lain (why is it where).
4. Peserta Didik
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu”. Disini lebih ditekankan kepada pentingnya peserta didik atau murid untuk berperan secara aktif dalam proses pembelajaran di sekolah. Sasaran penelitian ini adalah peserta didik SMA kelas X di Kota Cirebon.
G. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran. Oleh karena itu harus ada alat ukur yang baik untuk sebuah penelitian. Alat ukur dalam suatu penelitian seringkali dinamakan instrumen penelitian. Jadi menurut Sugiyono (2012:148) “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.
73
tepat atau tidak valid dan reliabel lagi. Hal ini diakibatkan karena gejala atau fenomena sosial yang cepat berubah dan sulit dicocokkan kesamaanya. Maka dari itu instrumen penelitian yang digunakan khususnya dalam bidang pendidikan sering disusun sendiri termasuk dalam menguji validitas dan reabilitasnya. Pada penelitian ini yang diukur adalah pemahaman konsep dan peran lingkungan sosial dari peserta didik.
1. Pemahaman Konsep Lokasi
Pemahaman konsep sendiri termasuk pada perkembangan kognitif sehingga instrumen yang peneliti buat dalam bentuk soal. “Tes pemahaman konsep kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar, berguna untuk mengukur hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu” (Syaodih, 2005). Soal ini berbentuk pilihan ganda yang mengandung tiga indikator yaitu translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi mengenai konsep lokasi. Dalam soal ini berisi pertanyaan yang menguji konsep lokasi peserta didik dalam hal arah, jarak, lokasi relatif, lokasi absolut dan pemahaman peserta didik terhadap peta (lihat lampiran 154-158).
Selain soal, terdapat pula kuesioner sikap dan perilaku keruangan yang berisi pernyataan-pernyataan mengenai pemahaman konsep lokasi dalam kehidupan sehari-hari. Pernyataan tersebut dalam hal mempergunakan peta, kemampuan mind map, memilih rute tercepat, bepergian ke luar
kota, memperhitungkan jarak dan waktu ketika bepergian, memilih
74
2. Lingkungan Sosial
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Sub
Variabel Indikator Aspek yang Diuji
Jenis bentuk abstrak ke bentuk yang
lebih konkret
peta ke bentuk verbal atau sebaliknya
Interpretasi peta Kota Cirebon
3 Interpretasi peta batas Kota Cirebon
75
Variabel Sub
Variabel Indikator Aspek yang Diuji
Jenis Hubungan jarak dengan kualitas dan
harga suatu barang
Kondisi RTH di Kota Cirebon Lokasi relatif terkait penambangan
Variabel Sub
Variabel Indikator Aspek yang Diuji
Jenis
Hubungan lokasi dengan sarana dan prasarana transportasi
Memilih rute tercepat 1
Memperhitungkan waktu dan jarak 3
Bepergian ke daerah lain di luar Cirebon 1
Memilih sekolah 4
Memilih tempat les 4
Memilih tempat berkumpul 5
Memilih tempat belanja 5
77
77 G. Proses Pengembangan Instrumen
Setelah instrumen selesai disusun, perlu ada uji coba instrumen terlebih dahulu. Uji coba ini digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan sudah layak atau belum. Hal yang sangat tidak diinginkan adalah ketika peneltian di lapangan menggunakan instrumen yang tidak layak digunakan dalam memperoleh data penelitian. Layak atau tidaknya instrumen yang digunakan dapat diuji dengan beberapa cara di bawah ini :
1. Validitas
Instrumen yang valid menandakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
a. Pemahaman Konsep
Pengujian butir soal dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi
product moment (angka kasar) yang dikemukakan oleh Pearson, uji ini
dilakukan untuk mencari kolerasi antara skor item dengan skor total.
Keterangan :
: koefisien korelasi n : jumlah responden X : jumlah skor item Y : jumlah skor total
Sumber: Riduwan (2010:110) Untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu butir soal, maka nilai
harus dibandingkan dengan (nilai atau ketentuan tabel yang telah ditentukan). Jika lebih besar daripada maka butir soal dinyatakan valid dan sebaliknya jika lebih kecil daripada maka butir soal dinyatakan tidak valid. Hasil validitas terdapat pada tabel 3.4 :
= n ∑XY − (∑X). (∑Y)
78
Tabel 3.4 Hasil Validasi Soal Pemahaman Konsep Lokasi No Item r hitung r tabel Keterangan
Sumber : Hasil Penelitian 2013
Hasil perhitungan validasi pada tabel 3.4 tersebut menunjukkan hanya dua soal yang tidak valid, yaitu nomor 3 dan 16. Soal yang tidak valid maka tidak layak untuk tetap digunakan oleh karena itu nomor 3 dan 16 pada soal pemahaman dihilangkan. Sehingga jumlah butir soal pada soal pemahaman menjadi 14 soal yang tetap mewakili indicator. b. Sikap Keruangan
79
79 Tabel 3.5 Hasil Validasi Kuesioner Sikap Keruangan
Scale Mean if
Sumber : Hasil Penelitian 2013 c. Perilaku Keruangan
80
dan 21. Sehingga jumlah butir kuesioner perilaku berjumlah 17 butir. Berikut tabel 3.6 hasil validasi perilaku keruangan:
Tabel 3.6 Hasil Validasi Kuesioner Perilaku Keruangan
Scale Mean if Item
81
81 2. Reliabilitas
Tes dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Tes tersebut menunjukkan suatu keajegan atau ketetapan itulah mengapa tes harus diuji reliabilitasnya terlebih dahulu.
a. Pemahaman Konsep
Nilai reliabilitas didapat dapat dengan menggunakan reabilitas belah dua slit half (pembelahan ganjil genap). Rumus yg digunakan yaitu rumus Spearman-brown :
Keterangan :
11 : koefisien reabilitas internal seluruh item
: korelasi Product Moment antara belahan (ganjil genap) atau (awal-akhir)
Sumber: Riduwan (2010:113)
Hasil uji reliabilitas menggunakan rumus Spearman Brown menunjukkan sebesar 0,712 sehingga sudah memenuhi sebagai sayarat instrument penelitian karena nilai reliabilitas > 0,60 (0,712>0,6).
b. Sikap Keruangan
Hasil uji reliabilitas menggunakan program SPSS 11.5 menunjukkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,679 sehingga dapat disimpulkan kuesioner sikap tersebut sudah reliabel karena nilai lebih besar dari 0,6 (0,679 > 0,6). Dengan kata lain instrument tersebut sudah memiliki keajegan atau memberikan ketetapan pada hasil tes meskipun diuji berkali-kali. Berikut ini tabel validitas dan reliabilitas pada tabel 3.7 :
82
Sumber : Hasil Penelitian 2013
c. Perilaku Keruangan
Hasil uji reliabilitas menggunakan program SPSS 11.5 menunjukkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,676 sehingga dapat disimpulkan kuesioner sikap tersebut sudah reliabel karena lebih besar dari 0,6 (0,676 > 0,6). Berikut hasilnya pada tabel 3.8 :
No Nilai Alpha Cronbach
Alpha
CronbachStandar Keterangan Keterangan
S1 .613 .679 Valid Reliabel
S16 .710 .679 Tidak Valid Reliabel
S17 .599 .679 Valid Reliabel
83
83 Tabel 3.8 Tabel Validitas dan Reliabilitas Perilaku Keruangan No Nilai Alpha
Cronbach
Alpha
CronbachStandar Keterangan Keterangan
p1 .673 .676 Valid Reliabel
p14 .688 .676 Tidak Valid Reliabel
p15 .680 .676 Tidak Valid Reliabel
p16 .679 .676 Tidak Valid Reliabel
p17 .661 .676 Valid Reliabel
p18 .660 .676 Valid Reliabel
p19 .684 .676 Tidak Valid Reliabel
p20 .689 .676 Tidak Valid Reliabel
p21 .691 .676 Tidak Valid Reliabel
p22 .672 .676 Valid Reliabel
p23 .670 .676 Valid Reliabel
p24 .671 .676 Valid Reliabel
p25 .656 .676 Valid Reliabel
84
3. Tingkat kesukaran tes atau indeks kesukaran butir (Difficulty Index) Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkatan soal yang digunakan dalam tes. Tes tergolong soal yang mudah, sedang atau susah. Pengukuran ini dapat digunakan menggunakan rumus di bawah ini :
Keterangan :
P : indeks kesukaran tes
B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes
Sumber :Arikunto (2012:223)
Tabel 3.9 Ketentuan Tingkat Kesukaran Tes
Nilai P Keterangan
0,00-0,30 Soal sukar
0,31-0,70 Soal sedang
0,71-1,00 Soal mudah
Sumber : Arikunto (2012:225)
4. Daya Pembeda Tes (D)
Keterangan :
D : Daya pembeda tes
B" : Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
B# : Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
J " : Banyaknya peserta kelompok atas
J # : Banyaknya peserta kelompok bawah
Sumber: Arikunto (2012:228-229)
% = B
JS
D = B"
85
85 Tabel 3.10 Ketentuan Daya Pembeda Tes
Nilai P Keterangan konsep Geografi khususnya konsep lokasi. Adapun hasil uji instrument dapat dilihatpada table 3.9 berikut ini :
Tabel 3.11 Hasil Uji Instrumen No
86
Hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa soal yang diujikan
secara keseluruhan memiliki tingkat kesukaran berkategori sedang karena lebih banyak butir soal yang berkategori sedang. Tingkat kategori sedang terdapat pada nomer 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 13, dan 15. Berbeda dengan tingkat kesukaran dengan kategori mudah yang terdapat pada nomor soal 9, 11,14, dan 16. Sedangkan soal yang menunjukkan tingkat kesukaran dengan kategori sukar terdapat pada nomer 4, 5, dan 12.
Hasil perhitungan untuk tingkat daya pembeda baik berjumlah sembilan butir yang terdapat pada nomer 1, 2, 6, 8, 9, 11, 13, 14, dan 15. Sedangkan daya pembeda dengan kategori cukup baik berjumlah tujuh butiir yang ditunjukkan dengan nomer 3, 4, 5, 7, 10, 12, dan 16. Butir soal yang tidak valid termasuk pada daya pembeda yang cukup baik.
H. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengamatan Observasi
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara terjun dan melihat langsung ke tempat penelitian.
2. Tes
Pengumpulan data dengan cara menyebarkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan tertulis dalam bentuk soal yang harus dikerjakan oleh setiap peserta didik dengan memilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa pilihan jawaban.
3. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada responden untuk dijawabnya.
4. Studi Kepustakaan
87
87 5. Studi Dokumentasi
Studi ini meruapakan upaya untuk untuk mengkaji setiap bahan tertulis, film, serta catatan-catatan sebagai pelengkap data primer yang tidak ditemukan di lapangan. Dokumen ini dibagi menjadi dua macam yaitu dokumen resmi yang berasal dari instansi-instansi pemerintah terkait ataupun penelitian sebelumnya dengan tema senada yang menjadi rujukan dan dokumen pribadi peneliti.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan korelasi regresi. Menurut (Sudjana, 2005 : 310) “Analisis ini mempelajari cara bagaimana variabel-variabel dalam penelitian berhubungan”. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel bebas (X) yaitu lingkungan keluarga (X1), lingkungan sekolah (X2), dan lingkungan teman sebaya (X3) terhadap satu variable terikat (Y) sehingga korelasi regresi yang digunakan ialah regresi linear berganda.
Menurut Hasan (2010: 45) “Regresi liniear berganda, yaitu regresi liniear yang melibatkan lebih dari dua variabel, satu variabel terikat (Y) dan dua atau lebih variabel bebas (X1, X2, X3, …, Xn)”. Dalam penelitian ini untuk menganalisis hubungan peran lingkungan terhadap pemahaman konsep lokasi pada peserta didik SMA di Kota Cirebon. Adapun persamaan analisis regresi sebagai berikut :
Y
= a + b
1X
1+ b
2X
2+b
3X
3Keterangan :
88
Besarnya koefisien korelasi dapat diinterpretasi ke dalam tingkat hubungan antar variabel tersebut. Adapun pedoman interpretasi hubungan antar variabel penelitian terdapat pada tabel 3.12 berikut ini :
Tabel 3.12 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
No Interval Koefisien Tingkat Hubungan
1 0,00-0,199 Sangat Rendah
2 0,20-0,399 Rendah
3 0,40-0,599 Sedang
4 0,60-0,799 Kuat
5 0,80-1,00 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2012:257)
Setelah mengetahui hubungan antar variabel, besarnya kontribusi yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui dengan cara menghitung koefisien determinasi, yaitu teknik pengujian hipotesis untuk mengetahui seberapa besar faktor yang mempengaruhi hubungan antar variabel tersebut. Berikut ini rumus yang digunakan :
Keterangan :
Cd : Koefisien korelasi r : Nilai koefisien korelasi
Sumber :Sugiyono, (2012: 231)
124 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pertanyaan permasalahan dan hubungan antar variabel sudah terjawab dan
dipaparkan pada bab hasil dan pembahasan penelitian. Peran Lingkungan
sosial terhadap pemahaman konsep lokasi sebesar 8,0%. Sehingga
Lingkungan sosial berperan terhadap pemahaman konsep lokasi peserta didik
SMA di Kota Cirebon.
Lingkungan keluarga memiliki kontribusi sebesar 38,4% terhadap
pemahaman konsep lokasi, lingkungan sekolah memiliki kontribusi 1,6%
terhadap pemahaman konsep lokasi, sedangkan lingkungan teman sebaya
memiliki kontribusi sebesar 6,3%. Sehingga terdapat lingkungan sosial yang
dominan beperan terhadap pemahaman konsep lokasi dengan kontribusi
sebesar 38,4%. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang dominan
berperan terhadap pemahaman konsep lokasi peserta didik SMA di Kota
Cirebon.
Rendahnya peran lingkungan sosial menyebabkan pemahaman konsep
lokasi peserta didik berada dalam kategori sedang. Hasil penelitian tersebut
menjawab teori insight bahwa insight atau pemahaman tergantung kepada
pengaturan dan penyediaan lingkungannya.
Variabel-variabel lain yang mempengaruhi pemahaman antara lain faktor
internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal berasal
dari pembawaan peserta didik, faktor eksternal berasal dari pengaruh
lingkungan peserta didik, sedangkan faktor pendekatan belajar cara untuk
menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar mengenai materi tertentu.
Pada faktor internal secara fisiologis dapat berupa kelengkapan dan kesehatan
indera dan jasmani, secara psikologis dapat berupa kesehatan psikologi,
125
mempengaruhi pemahaman ialah lingkungan fisik.yaitu suasana lingkungan
sekitar peserta didik yang terlihat secara kasat mata. Berbeda dengan
pendekatan belajar, apakah dengan menggunakan pendekatan permukaan,
pendekatan mendalam ataukan pendekatan untuk mencapai prestasi yang
tinggi.
B. Saran
Saran pertama diajukan kepada pihak pengambil kebijakan, rendahnya
peran lingkungan sosial dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan
pertimbangan dalam memperhatikan pendidikan terutama dalam proses
pembelajaran peserta didik agar peran lingkungan sosial peserta didik dapat
semakin meningkat.
Saran kedua diajukan kepada lingkungan keluarga, faktor lain pembentuk
pemahaman ialah faktor pembawaan peserta didik. Anggota keluarga
diharapkan dapat memperhatikan kondisi peserta didik baik secara psikis dan
psikologis agar tetap sehat. Selain itu dibutuhkan pula fungsionalisasi secara
maksimal dari fungsi-fungsi lingkungan keluarga sehingga peserta didik dapat
mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Saran ketiga diajukan kepada lingkungan sekolah, faktor lain yang
mempengaruhi prestasi belajar peserta didik ialah strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran sebaiknya dikemas secara tepat. Baik itu dalam hal
metode pembelajaran, media yang digunakan dalam pembelajaran, sumber
belajar yang dijadikan relevansi, pendekatan pembelajaran, maupun
penciptaan suasana proses belajar mengajar. Semuanya itu harus dikemas
secara cantik agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan
prestasi peserta didik dapat mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan
Saran keempat diajukan kepada peserta didik, sebaiknya dalam menguasai
126
tahu saja,(hafal) tetapi juga pemahaman. Karena ketika paham, berarti
benar-benar tahu. Dan pilihlah lingkungan teman sebaya secara cermat agar
mendapat pengalaman baerkesan yang dapat direkam di memori karena dapat
menimbulkan perubahan persepsi terhadap pemahaman yang sebelumnya.
Saran terakhir untuk peneliti lain yang terkait dengan penelitian ini.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pemahaman khususnya pemahaman
konsep. Faktor internal dapat berupa motivasi dan intelegensi sedangkan
faktor eksternal (lingkungan) dapat berupa lingkungan fisik atau media massa
dan elektronik. Hal tersebut merupakan peluang bagi peneliti lain dalam
meneliti variabel-variabel lainnya yang mempengaruhi pemahaman. Atau
dapat memperhatikan aspek apa saja yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan
127
Daftar Pustaka
Abdurachman, Maman. (1988). Geografi Perilaku- Suatu Pengantar Studi
tentang Persepsi Lingkungan. Jakarta: Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Abdurachman, Maman. (1985). Hubungan antara Penggunaan Peta
Geografis dengan Image Keruangan dan Pemahaman Siswa tentang
Konsep-konsep yang Berkaitan dengan Arah, Jarak, Letak, Luas, dan
Bentuk. Disertasi pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan
Agustiani, Hendrianti. (2006). Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi
Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja.
Bandung: Refika Aditama
Ahmadi, Abu. (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
Azwar, Saefuddin .(2010). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya.
Yogyakarta: Pustaka Belaja.
Baharuddin. (2009). Psikologi Pendidikan Refleksi Teoretis Terhadap
Fenomena. Yogyakarta : Ar-ruz Media Group
Baharuddin. (2009). Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:
Ar-ruzz Media
Bayu, Nuansa Segara. (2012).Kontribusi Pemahaman Konsep Geografi
terhadap Sikap dan Perilaku Keruangan Peserta Didik di SMA Kota
Cirebon. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan
Bloom, Benjamin S. (1979). Taxonomy of Educational Objectives – Book 1
128
Bungin, M Burhan. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif. 2010. Jakarta :
Kencana
Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Dahlan, M Djawad. (2010). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Daldjoeni. (1991). Pengantar Geografi untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah.
Alumni
Departemen Pendidikan Nasional. Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Geografi Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Kurikulum
KTSP 2006
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Djamarah, Syaiful Bahri. (2004). Pola Komunikasi Orangtua dan Anak dalam
Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta
Gerungan, W. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama
Hartinah, Sitti. (2010). Pengembangan Peserta Didik. Bandung: PT Refika
Aditama
Hadis, Abdul. ((2008). Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Hasan, Iqbal. (2010). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Longworth, N. (1999). Making Lifelong Learningwork: Learning cities for a
Learning Century. London: Kogan Page Imited
Mahendra, Agus dan Amung Ma’mun. (1998). Teori Belajar dan
Pembelajaran Motorik. Bandung: CV Andira
Makmun, Abin Syamsuddin. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung : PT.
129
Maryani, E. (2009). Kompilasi Pendidikan Geografi dalam Konteks IPS yang
dimuat dalam Ilmu Pendidikan. Bandung
Maryani, E. (2010). Dimensi Geografi dalam Kepariwisataan dan
Relevansinya dengan Dunia Pendidikan. Pidato Pengukuhan Guru
Besar UPI : tidak diterbitkan
Matsumoto, David. (2008). Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Mutakin, Awan dan Wahyu E. (2008). Geografi Perilaku – Keragaman
Perilaku Lingkungan. Bandung
Mutakin, Awan dan Gurniwan Kamil. (2006). Geografi Budaya. Bandung:
Buana Nusantara
Ningrum, Epon. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks
Strategi Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara
Nurihsan, Ahmad Juntika. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan
Remaja. Bandung: PT. Refika Aditama
Pasya, Gurniwan Kamil. (2006). Geografi- Pemahaman Konsep dan
Metodologi. Bandung : Buana Nusantara
Purwanto, M Ngalim. (2001). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Purwanto, M Ngalim. (2009). Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Purwanto, M Ngalim. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Puspowarsito. (2008). Metode Peelitian Organisasi. Bandung : Humaniora
Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. (2011). Pengantar Sosiologi – Pemahaman
Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi, dan
130
Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Santrock, John W. (2007). Remaja. Jakarta: Erlangga
Soelaeman, M.I. (1994). Pendidikan dalam Keluarga. Bandumg : Alfabeta
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV Alfabeta
Suharyono dan Moch Amien. (1994). Pengantar Filsafat Geografi. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:
Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2012) Perkembangan Kurikulum – Teori dan
Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sumaatmadja, Nursid. (1997). Metodologi Pembelajaran Geografi. Jakarta:
Bumi Aksara
Sumaatmadja, Nursid. (2010). Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan
Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta
Supardan, Dadang. (2009). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sunarto dan B Agung. (2008). Perkembangan Peserta didik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Syah, Muhibbin. (2011). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Syaodih, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosada
Karya
Tika, Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT. Pradnya
131
Turniasih, Iis. (2012). Kontribusi Pemahaman dan Sikap terhadap Perilaku
Keruangan Peserta Didik SMA Negeri di Kota Bandung. Tesis pada
FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: CV. Eko Jaya
Uyanto, Stanislaus S, (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Yusuf, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Yusuf, Syamsu dan Nani M. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada
Sumber Internet
Maslihah, Sri. (2011). Studi Tentang Hubungan Dukungan Sosial,
Penyesuaian Sosial Di Lingkungan Sekolah Dan Prestasi Akademik
Siswa Smpit Assyfa Boarding School Subang Jawa Barat . [online].
Tersedia:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=jurnal%20lingkungan%20s
osial&source=web&cd=3&cad=rja&ved=0CDgQFjAC&url=http%3A
%2F%2Fwww.ejournal.undip.ac.id%2Findex.php%2Fpsikologi%2Far
ticle%2Fdownload%2F2848%2F2532&ei=apnTUfX-I8XirAf5wYGQCQ&usg=AFQjCNGnGKruexNpOAGQLISjZg8yER