Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR BAGAN ... xiv
DAFTAR GRAFIK ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitiaitian ... 12
E. Hipotesis Penelitian ... 13
F. Kerangka Pemikiran... 14
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Landasan Teori ... 17
1. Nasionalisme ... 17
2. Nasionalisme Indonesia ... 20
3. Sikap Nasionalisme Generasi Muda ... 23
4. Kontribusi Lingkungan Sosial terhadap Sikap Nasionalisme .... 28
a. Lingkungan Keluarga ... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ... 46
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 47
C. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 48
D. Hubungan Antar variabel ... 53
E. Teknik Pengumpulan Data ... 54
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 59
1. Uji validitas dan realibilitas instrument ... 59
2. Uji normalitas data ... 66
3. Uji homogenitas data ... 67
4. Uji linieritas ... 67
5. Uji hipotesis ... 68
G. Alur Penelitian ... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 73
1. Lingkungan Keluarga ... 73
2. Lingkungan Sekolah ... 75
3. Lingkungan Masyarakat... 77
4. Sikap Nasionalisme Peserta Didik ... 79
B. Uji Persyaratan Analisi ... 81
1. Uji Normalitas ... 81
2. Uji Homogenitas ... 84
3. Uji Linieritas ... 85
C. Uji Hipotesis ... 86
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Nasionalisme pada dasarnya menitikberatkan pada semangat, perasaan cinta kepada bangsa dan tanah air yang muncul karena adanya persamaan sikap dan tingkah laku dalam memperjuangkan nasib yang sama. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Indonesia terdiri dari aneka ragam suku bangsa, ras, agama, dan golongan sosial-ekonomi, maka nasionalisme itu sendiri ada ketika muncul keinginan untuk menyatukan keanekaragaman tersebut. Semangat nasionalisme diwujudkan oleh para pemuda tahun 1928 dalam sumpah yang menyatukan satu tekad bahwa mereka mencintai tanah airnya yaitu Indonesia, sumpah tersebut dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Pada masa perjuangan merebut kemerdekaan, para pemuda dengan suka rela mengorbankan semua yang dimilikinya untuk bertempur melawan penjajah hingga terlontar satu motto yang menggelora dalam hatinya yaitu “Merdeka atau Mati”. Moto dapat memberikan semangat untuk berjuang membela Indonesia.
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
ketidakpastian pelaksanaan hukum, dan yang lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pernyataan para generasi muda pada tahun 2007 di salah satu media massa (Darmawan dan Momon Sudarma, 2011:1) saat diminta mengungkapkan pendapatnya mengenai bagaimana pandangan mereka mengenai sikap nasionalisme. Jawaban yang diberikan oleh generasi muda pun cukup bervariasi, ada yang menjawab bahwa sikap nasionalisme itu ditunjukkan dengan tidak korupsi (jujur), membantu orang miskin, membela rakyat (tidak mementingkan partai/golongan), dan ada juga yang menjawab bahwa sikap nasionalisme itu dapat ditunjukkan dengan belajar rajin di sekolah.
Berkaitan dengan hal tersebut, Achdian (2010) mengemukakan bahwa
“tantangan internal seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, korupsi, kepentingan
golongan, dan lainnya dapat mempengaruhi kadar nasionalisme yang sudah
terbentuk sebelumnya”. Fenomena yang kerap lekat dengan keadaan generasi muda khususnya para peserta didik sekolah menengah saat ini adalah sudah tidak lagi menampakkan sikap nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari mereka. Contohnya, di sekolah para peserta didik menganggap bahwa menyontek merupakan hal biasa yang tidak akan merugikan bangsa ke depannya, namun sesungghnya tanpa mereka sadari bahwa dengan menyontek kita sudah membiasakan diri untuk bersikap tidak jujur, dan ketika generasi muda yang kelak akan menjadi penerus bangsa sudah terbiasa untuk tidak jujur, maka tidak tertutup kemungkinan kedepannya justru tindakan korupsi akan semakin parah.
digeluti, serta musik yang disenangi lebih cenderung mengarah ke Barat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Darmawan dan Momon Sudarma (2011:9)
bahwa “selera makan, musik, hingga gaya berpakaian generasi muda Indonesia
sudah american minded”. Tidak salah jika generasi muda ingin mempelajari
budaya negara-negara lain, karena hal tersebut dapat memberikan pengetahuan tersendiri kepada mereka, namun kenyataan yang ada pada generasi muda Indonesia cenderung tidak menggunakan filter agama untuk memandang baik buruk budaya tersebut, mereka beranggapan bahwa jika dapat mengikuti budaya barat berarti mereka telah menjadi generasi modern.
Kenyataan lainnya yaitu generasi muda saat ini dianggap sudah tidak lagi hirau terhadap bahasa Indonesia, seni, budaya, dan juga nilai-nilai lokal yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi dari derasnya arus globalisasi yang masuk kedalam negara kita, dan bukan hal yang salah ketika generasi muda mempelajari bahasa
asing. Darmawan dan Momon Sudarma (2011:1) menyatakan bahwa “dalam
konteks globalisasi, belajar dan menguasai bahasa asing adalah salah satu peluang
bagi seseorang untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas dirinya”. Namun
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap “generasi muda saat ini lebih menyukai pakaian-pakaian import daripada buatan
dalam negeri dengan alasan lebih bagus kualitas dan gayanya”. Mereka tidak
menyadari bahwa bahan baku pembuatan pakaian tersebut berasal dari Indonesia yang dieksport ke luar negeri, hal tersebut berarti sebenarnya generasi muda tersebut tetap menggunakan produk dalam negeri.
Dalam hal ini lingkungan sosial (keluarga, sekolah, masyarakat) berupaya menanamkan semangat kebangsaan kepada generasi muda secara menyeluruh, bukan hanya mengaku sebagai orang Indonesia, namun dapat menunjukkan sikap cinta dan bangga terhadap bangsanya melalui cara yang sesuai dengan kebutuhan zamannya saat ini. Baik orangtua, guru, maupun masyarakat diharapkan dapat memberikan contoh kongkrit hingga akhirnya tertanam dalam diri generasi muda bagaimana sikap kebangsaan yang sebenarnya. Sikap nasionalisme masa kini tentu saja tidak sama dengan masa di mana Indonesia masih dijajah. Wiriaatmadja
(2011:7) menjelaskan bahwa “generasi yang mewarisi karakter pejuang bukan
hanya yang berperang melawan penjajah, tetapi berjuang melawan musuh-musuh
zamannya seperti kebodohan, kemiskinan, dan ketidakpedulian”, sama halnya
dengan yang dikemukakan oleh Raptor (2009) bahwa:
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menunjukkan rasa cinta terhadap tanah air. Seperti belajar dengan baik dalam menggapai cita-cita untuk mengisi kemerdekaan, atau menunjukkan sikap peduli pada negara dengan tidak acuh pada sekitar, menjaga dan memelihara alam semesta, serta menjaga kekayaan bangsa yang telah sekian lama diperjuangkan dan dibangun oleh para pendahulu kita (para pejuang).
belajar yang tinggi hingga akhirnya dapat menggunakan ilmu mereka kelak untuk mencerdaskan generasi selanjutnya dibarengi dengan menanamkan nilai-nilai kejujuran, toleransi, disiplin, dan mementingkan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi, serta menghargai orang lain. Wiriaatmadja (2011:6)
menyimpulkan bahwa “semangat patriotisme peserta didik bukanlah mengacungkan kepalan tinju ke udara, melainkan yang mampu menunjukkan sikap-sikap positif seperti jujur, toleran dan empathy”. Sehingga jelaslah tidak cukup hanya dengan mengikuti acara-acara seremonial seperti peringatan kemerdekaan Indonesia setiap tanggal 17 Agustus saja yang dilakukan tanpa makna yang mendalam setiap tahunnya.
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
bahwa peserta didik belum mampu mengaplikasikan teori yang diperoleh dari sekolah ke dalam perbuatan atau sikap kongkrit pada kehidupan sehari-harinya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap bahwa sejarah merupakan pelajaran hafalan yang sangat membosankan, dimana isinya tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa yang harus diingat kemudian diungkap kembali saat menjawab soal-soal
ujian. Anggara (2007:101) mengemukakan bahwa “pembelajaran sejarah seperti
itu dianggap lebih banyak memenuhi hasrat dominan group seperti rezim yang berkuasa, kelompok elit, pengembang kurikulum dan lainnya sehingga mengabaikan peran peserta didik sebagai pelaku sejarah zamannya”.
Jika pembelajaran sejarah di sekolah terus demikian, maka tujuan pembelajaran sejarah tidak akan pernah terpenuhi. Hasan (2008:1)
mengemukakan bahwa “tujuan pendidikan sejarah yaitu untuk mengembangkan
potensi berpikir kronologis dan kritis analitis peserta didik serta dapat memahami
sejarah dengan baik dan benar”. Dijelaskan lebih lanjut oleh Departemen
Pendidikan Nasional (2003:6) mengenai tujuan pembelajaran sejarah di SMA, yaitu:
Pembelajaran sejarah di SMA diharapkan dapat mendorong peserta didik berpikir kritis analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan masa yang akan datang; memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari; dan dapat mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan untuk memahami proses perubahan dan keberlanjutan di masyarakat.
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, analisis, sikap serta perilaku yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman sejarah dengan menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya serta mampu membuat keputusan dan mengambil hikmah dari pengalaman-pengalaman tersebut yang kemudian dijadikan tolak ukur dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku. Dalam kesempatan lain, Hasan (1997:140) mengemukakan bahwa:
Sesuai dengan fungsi institusional, peserta didik SMA dapat diarahkan pada kemampuan berpikir kritis, analitis, dan keterampilan prosesual yang didasarkan pada disiplin ilmu sejarah. Mereka mulai dapat diperkenalkan dengan berbagai cara kerja, cara analisis dan juga wawasan keilmuan sejarah. Ini dirasakan sebagai suatu kebutuhan untuk mempersiapkan mereka memasuki pendidikan yang lebih tinggi, yaitu perguruan tinggi. Dalam jenjang pendidikan tersebut, tujuan utama pendidikan sejarah bukan lagi menambah keluasan pengetahuan tentang berbagai peristiwa yang terjadi melainkan mendalami peristiwa tersebut.
Rasional pembelajaran ilmu pengetahuan sosial pada pendidikan dasar dan menengah ditekankan agar peserta didik dapat mensistematiskan bahan, informasi, atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya agar menjadi lebih bermakna, lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab serta meningkatkan rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungannya sendiri dan antar manusia.
Untuk dapat membentuk peserta didik menjadi individu yang lebih peka dan tanggap terhadap permasalahan sosial secara rasional dan bertanggung jawab serta meningkatkan rasa toleransi mereka terhadap orang lain seperti yang disebutkan pada penjelasan di atas, maka peserta didik perlu dibiasakan dengan masalah-masalah konkrit yang ada di lingkungan sosial mereka. Bukan berarti harus membawa para peserta didik untuk belajar ke tengah-tengah masyarakat, namun bisa dengan cara membawa permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan sosial sekitar peserta didik ke dalam kelas, yaitu dengan menjadikan lingkungan sosial (keluarga, sekolah dan masyarakat) sebagai sumber pembelajaran di dalam kelas dengan harapan lingkungan sosial tersebut dapat membentuk sikap peserta didik seperti apa yang menjadi tujuan ideal pembelajaran, dan sebagai seorang pendidik, orang tua, masyarakat, seluruh guru pada umumnya dan guru sejarah pada khususnya harus mampu membangun rasa
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
Berdasarkan permasalahan yang ada serta asumsi yang dibuat, maka judul
penelitian yang diambil yaitu “Kontribusi Lingkungan Sosial sebagai Sumber
Pembelajaran Sejarah terhadap Pembentukan Sikap Nasionalisme Peserta didik”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, fokus masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana kontribusi lingkungan sosial terhadap sikap nasionalisme peserta didik. Dari fokus masalah tersebut, dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang dimaksud antara lain:
1. Bagaimanakah kontribusi lingkungan keluarga sebagai sumber pembelajaran sejarah terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik SMA di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau?
2. Bagaimanakah kontribusi lingkungan sekolah sebagai sumber pembelajaran sejarah terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik SMA di kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau?
3. Bagaimanakah kontribusi lingkungan masyarakat sebagai sumber pembelajaran sejarah terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik SMA di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana kontribusi lingkungan sosial sebagai sumber pembelajaran sejarah terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik. Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi lingkungan keluarga sebagai sumber pembelajaran sejarah terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik SMA di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
2. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi lingkungan sekolah sebagai sumber pembelajaran sejarah terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik SMA di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
3. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi lingkungan masyarakat sebagai sumber pembelajaran sejarah terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik SMA di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini bersifat teoritis dan praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pada dunia pendidikan, khususnya mengenai keragaman/variasi sumber pembelajaran. Selain itu diharapkan juga dapat dimanfaatkan sebagai landasan awal bagi pengembangan penelitian-penelitian sejenis berikutnya.
2. Manfaat praktis
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang diambil oleh peneliti mengenai rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya, dimana dugaan tersebut diambil berdasarkan teori-teori yang ada. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Sugiyono (2007:96) bahwa “hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Hipotesis dikatakan sebagai
dugaan atau jawaban sementara karena jawaban yang diberikan hanya didasarkan pada teori yang relevan saja, namun belum dibuktikan oleh fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data sehingga jawaban-jawaban tersebut belum menjadi jawaban yang empiris. Berdasarkan asumsi-asumsi di atas penulis mengajukan beberapa hipotesis yang sesuai dengan rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
1) Lingkungan keluarga sebagai sumber pembelajaran sejarah dapat memberikan kontribusi berarti terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik SMA di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
2) Lingkungan sekolah sebagai sumber pembelajaran sejarah dapat memberikan kontribusi berarti terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik SMA di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
4) Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, secara bersama-sama memberikan kontribusi berarti terhadap sikap nasionalisme peserta didik SMA di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau
F. Kerangka Pemikiran
Sikap nasionalisme peserta didik seperti yang dipaparkan sebelumnya di mana bentuknya bukan lagi bersatu untuk berjuang melawan penjajah seperti yang dilakukan oleh para pejuang terdahulu, namun berjuang melawan penjajah di era millenium ketiga ini perlu dilakukan dengan cara menanamkan sikap-sikap seperti kejujuran, disiplin, toleran, peduli dan menghargai orang lain, tidak mudah putus asa (bermental positif), bertanggung jawab, percaya diri, produktif, kreatif, cerdas, mandiri, menjaga dan memelihara lingkungan, memperhatikan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat serta menjadikan agama sebagai landasan dalam berpikir serta filter dalam melakukan segala sesuatu.
Sikap yang disebutkan di atas, akan lebih mudah diterima dan diterapkan oleh peserta didik jika mereka melihat contoh kongkrit dari orang-orang yang berada di sekitar mereka. Sebagaimana yang dikatakan oleh Baron dan Donn
Byrne (2003:123) bahwa “salah satu sumber penting yang jelas-jelas membentuk sikap kita adalah mengadopsi sikap tersebut dari orang lain melalui proses
terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik karena lingkungan sosial merupakan tempat peserta didik berinteraksi dalam kehidupan sehari-harinya.
Williams, Harkins, dan Karau (2003) dalam Taylor, Letitia A. P, dan David
O. S (2009:365) menjelaskan bahwa “kehadiran orang lain terkadang memperkuat
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
LINGKUNGAN KELUARGA
Penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari (bergaul, berpakaian)
Pola asuh atau cara didik orang tua
Pola hidup anggota keluarga
Penanaman nilai-nilai/adab/ tata krama/ etika (dalam berinteraksi dengan orang tua, teman sebaya, dan anggota masyarakat lainnya)
Hubungan orang tua dengan anak Hubungan anak dengan anggota
keluarga lainnya
LINGKUNGAN SEKOLAH
Metode yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar
Penampilan guru dalam mengajar
Sikap guru terhadap peserta didik
Sikap peserta didik terhadap guru (etika)
Gaya hidup teman-teman sekolah
Hubungan pesertadidik dengan pesertadidik lainnya
Penanaman nilai-nilai kedisiplinan dan motivasi
LINGKUNGAN MASYARAKAT
Nilai-nilai keagamaan yang tertanam dalam masyarakat
Norma yang berlaku dalam masyarakat
Sikap dan gaya hidup anggota masyarakat
Hubungan peserta didik dengan anggota masyarakat (mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial) L I N G K U N G A N S O S I A L SIKAP NASIONALISME
Menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan
Memperhatikan dan menghargai
norma/nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
Menghargai orang lain (termasuk para pahlawan)
Jujur
Cerdas
Bertanggung jwab
Mandiri
Percaya diri
Produktif
Kreatif
Bermental positif
Peduli terhadap orang lain
Memiliki motivasi yang tinggi dalam menuntut ilmu
Peduli atau ramah terhadap lingkungan
Memiliki disiplindan komitmen yang tinggi terhadap kewajiban
Menciptakan hubungan sosial yang serasi
Mampu mengembangkan
aspirasi dan menampilkan diri
Diadopsi dari Baron dan Donn Byrne (2005); Darmawan dan Momon Sudarma (2011); Maryani (2010); dan Wiriaatmadja (2011)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kuantitatif dengan desain survey. Singarimbun dan Sofian Effendi (1995:3) menjelaskan
bahwa “penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok”.
Adapun tujuan umum dilakukannya penelitian survey ini yaitu untuk memperoleh gambaran umum sebuah populasi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Fraenkel dan
Norman (2007:398) bahwa “the major purpose of surveys is to describe the
characteristics of a population”, tujuan umum survey yaitu untuk
menggambarkan karakteristik sebuah populasi.
Dalam hal ini, yang ingin diketahui oleh peneliti yaitu tentang bagaimana lingkungan sosial dapat memberikan kontribusi kepada peserta didik mengenai pembentukan sikap nasionalisme mereka. Selain itu, survey dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan keuntungan sebagaimana yang dikatakan oleh Fawler (1988); Babbie (1990); Sudman dan Bradburn (1986); Fink dan Kosecoff (1985) dalam Creswell (2002:113) mengenai beberapa keuntungan yang diperoleh dari
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
selain itu hasil penelitian survey juga dapat dijadikan generalisasi untuk populasi yang besar.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Fraenkel dan Norman (2007:399) mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan penelitian survey ini. Pertama, mengidentifikasi masalah yang akan diteliti. Setelah mengetahui masalah apa yang akan dijadikan fokus dalam penelitian maka langkah selanjutnya yaitu menentukan populasi yang akan dijadikan subjek penelitian. Langkah selanjutnya dalam penelitian survey yang dikemukakan oleh Fraenkel dan Norman (2007:403) yaitu menyiapkan instrumen penelitian.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi yaitu seluruh peserta didik SMA Negeri Program IPS kelas XI di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau, berikut dipaparkan dalam tabel jumlah populasi di bawah ini:
Tabel . 3.1
Jumlah Populasi Peserta didik SMAN di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau
No Nama Sekolah
Jumlah Peserta didik
Seluruhnya
Jumlah Peserta didik Program IPS
1 SMA N 1 Bintan 756 120
2 SMA N 2 Bintan 411 108
3 SMA N 3 Bintan 368 64
4 SMA N 4 Bintan 224 80
5 SMA N 5 Bintan 466 94
Dari jumlah populasi di atas kemudian dipilih subjek yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian dengan menggunakan teknik simple random sampling. Banyak cara yang dapat digunakan dalam menentukan jumlah subjek yang dijadikan sampel, namun karena populasi di atas berasal dari populasi yang bersifat homogen, maka tidak perlu menggunakan cara khusus dalam penentuan jumlah sampel. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Sugiyono (2009:88) bahwa
“jika populasi bersifat homogen, maka tidak perlu menggunakan teknik khusus
dalam penentuan jumlah sampel”. Berdasarkan hal tersebut maka dari seluruh
jumlah peserta didik yang mengambil Program IPS (466 peserta didik) ditetapkan 117 peserta didik (25%) untuk dijadikan sampel yang kemudian dianggap dapat mewakili keadaan atau kondisi populasi.
C. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu Lingkungan Sosial (X), namun dari satu variabel bebas tersebut dibagi menjadi tiga sub-variabel, diantaranya Lingkungan Keluarga (X1), Lingkungan Sekolah (X2), dan Lingkungan Masyarakat (X3) dimana masing-masing sub-variabel diasumsikan memberikan kontribusi positif terhadap sikap nasionalisme peserta didik (Y) yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini. Adapun definisi konseptual dari Lingkungan Keluarga (X1) yang dipaparkan oleh Tirtarahardja (2005) dalam Hartoto (2008:1)
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
Dengan demikian, pola asuh atau cara didik orangtua dalam sebuah keluarga akan sangat mempengaruhi sikap anak di masa yang akan datang.
Definisi konseptual Lingkungan Sekolah (X2) yang diungkapkan oleh
Dewantara (Hartoto, 2008:1) bahwa “lingkungan sekolah merupakan tripusat
pendidikan selain lingkungan keluarga dan masyarakat”. Berbeda dengan
lingkungan keluarga, dalam lingkungan sekolah guru memegang peranan penting dalam pembentukan sikap peserta didik, namun bukan berarti guru menjadi satu-satunya faktor penentu dalam pembentukan sikap peserta didik. Kondisi fisik sekolah dan hubungan peserta didik dengan anggota sekolah lainnya juga turut memberikan kontribusi.
Sama halnya dengan Lingkungan Sekolah, Lingkungan Masyarakat (X3) juga merupakan tripusat pendidikan yang dapat memberikan pengaruh terhadap pembentukan sikap peserta didik. Frederick dalam Sundari (2008:46) menyatakan
bahwa “pengaruh lingkungan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam
suatu masyarakat, dan kebudayaan tersebutlah yang menanamkan garis pengaruh
sikap individu terhadap berbagai masalah”. Dengan demikian, norma yang
berlaku dalam masyarakat, sikap para anggota masyarakat dalam menyikapi suatu masalah, hubungan antar anggota masyarakat akan sangat memberikan pengaruh terhadap pembentukan sikap seseorang yang tergabung dalam komunitas masyarakat tersebut.
ini bebas dari kebodohan, korupsi, dan hal-hal kekinian lainnya. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Wiriaatmadja (2011:3) bahwa “generasi muda yang tidak
pernah mengalami penderitaan masa penjajahan lebih peduli terhadap masalah-masalah kekinian seperti ledakan penduduk, kerusakan lingkungan, bencana alam,
dan pemanasan global”. Dijelaskan lebih lanjut oleh Wiriaatmadja (2011:6)
mendefinisikan nasionalisme sebagai “sense of belonging terhadap tanah air, merasakan diri sebagai bagian dari tanah air, peduli terhadap masa depan negerinya, membangun solidaritas, dan kesadaran kolektif bermasyarakat bangsa”. Untuk memudahkan penelitian dan agar variabel penelitian dapat lebih operasional, maka dikemukakan beserta indikator-indikator dari masing-masing variabel penelitian tersebut. Berikut disajikan dalam bentuk matriks:
Tabel 3.2 Variabel Penelitian
VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR
Variabel Independent
Lingkungan Sosial
(X)
Lingkungan Keluarga
X 1
Penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari
Pola asuh atau cara didik orang tua dalam pembentukan jati diri anak
Hubungan orang tua dengan anak
Hubungan anak dengan anggota keluarga lainnya
Penanaman nilai-nilai/adab/ tata krama/ etika
(dalam berinteraksi dengan orang tua, teman sebaya, dan anggota
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap Lanjutan...
Lingkungan Sekolah
X 2
Metode yang digunakan guru dalam proses belajar-mengajar
Pemberian pendidikan kebangsaan
Sportif
Pengembangan aspek intelektual dan emosi peserta didik dalam dimensi kemanusiaannya
Sikap peserta didik terhadap guru (etika)
Gaya hidup teman-teman sekolah
Hubungan peserta didik dengan peserta didik lainnya
Penanaman nilai-nilai kedisiplinan dan motivasi
Lingkungan Masyarakat
X 3
Empati
Toleransi
Menghormati perbedaan
Menghargai sesama dalam kesederajatan
Kemampuan berinteraksi sosial
Lanjutan...
Variabel Dependent
Sikap Nasionalisme
(Y)
Peduli terhadap nasib bangsa
Mempertahankan identitas atau jati diri sebagai bangsa timur
Menerima kemajemukan
Memiliki rasa bangga terhadap bangsa (sense of pride)
Memiliki rasa keterpautan dan rasa memiliki (sense of belonging)
Memiliki harga diri, kebersamaan, dan keterkaitan (sense of solidarity)
Memiliki kesadaran kebangsaan (sense of identity)
Menghargai orang lain (terutama para pahlawan)
Jujur
Cerdas
Bertanggung jawab
Mandiri
Percaya diri
Produktif (tidak konsumtif)
Kreatif
Bermental positif
Peduli terhadap orang lain
Memiliki motivasi yang tinggi dalam menuntut ilmu
Peduli atau ramah terhadap lingkungan
Memiliki disiplin dan komitmen yang tinggi terhadap kewajiban
Menciptakan hubungan sosial yang serasi
Mampu mengambangkan aspirasi dan menampilkan diri
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
X1 Lingkungan
Keluarga
X2 Lingkungan
Sekolah
X3 Lingkungan
Masyarakat
Y Sikap Nasionalisme
Bagan 3.1 Hubungan Antarvariabel D. Hubungan Antarvariabel
Bertolak pada definisi operasional dari masing-masing variabel, maka dapat dirumuskan hubungan antarvariabel guna memperjelas subtansi penelitian seperti tergambar dalam bagan di bawah ini:
berdasarkan bagan hubungan antar variabel tersebut, terlihat keterkaitan antar variabel satu dengan variabel lainnya, yaitu :
1. Variabel X1 memiliki hubungan dengan variabel Y 2. Variabel X2 memiliki hubungan dengan variabel Y 3. Variabel X3 memiliki hubungan dengan variabel Y
E. Teknik Pengumpulan Data
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
1. Lingkungan Keluarga
Instrumen untuk mengukur kontribusi lingkungan keluarga terhadap sikap nasionalisme peserta didik terdiri dari 15 item soal, dimana masing-masing butir menggunakan skala likert dengan empat kategori (4 untuk kategori Selalu; 3 kategori Sering; 2 kategori Kadang-kadang; 1 kategori Tidak pernah). Berikut disusun dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Lingkungan Keluarga
Variabel Indikator No Item
Lingkungan Keluarga
X 1
Penanaman nilai-nilai keagamaan
dalam kehidupan sehari-hari 1,5
Pola asuh atau cara didik orang tua dalam pembentukan jati diri anak
2, 6, 9, 10, 12
Hubungan orang tua dengan anak 3, 4, 7, 8
Hubungan anak dengan anggota
keluarga lainnya 11, 15
Penanaman nilai-nilai/adab/ tata krama/ etika
(dalam berinteraksi dengan orang tua, teman sebaya, dan anggota masyarakat lainnya)
2. Lingkungan Sekolah
[image:30.595.122.512.221.673.2]Instrumen untuk mengukur kontribusi lingkungan sekolah terhadap sikap nasionalisme peserta didik terdiri dari 25 item soal, dimana masing-masing butir menggunakan skala likert dengan empat kategori (4 untuk kategori Selalu; 3 kategori Sering; 2 kategori Kadang-kadang; 1 kategori Tidak pernah). Berikut disusun dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Lingkungan Sekolah
Variabel Indikator No Item
Lingkungan Sekolah
X 2
Metode yang digunakan guru dalam
proses belajar-mengajar 1,2,3
Pemberian pendidikan kebangsaan
5, 6, 7, 9, 10, 13, 14,
16, 18, 21
Sportif 8
Pengembangan aspek intelektual dan emosi peserta didik dalam dimensi kemanusiaannya
4, 12, 17, 24
Sikap peserta didik terhadap guru
(etika) 20, 23
Gaya hidup teman-teman sekolah 15
Hubungan peserta didik dengan
peserta didik lainnya 11
Penanaman nilai-nilai kedisiplinan
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
3. Lingkungan Masyarakat
[image:31.595.121.495.226.582.2]Instrumen untuk mengukur kontribusi lingkungan masyarakat terhadap sikap nasionalisme peserta didik terdiri dari 15 item soal, dimana masing-masing butir menggunakan skala likert dengan empat kategori (4 untuk kategori Selalu; 3 kategori Sering; 2 kategori Kadang-kadang; 1 kategori Tidak pernah). Berikut disusun dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Lingkungan Masyarakat
Variabel Indikator No Item
Lingkungan Masyarakat
X 3
Empati 8
Toleransi 4, 6
Menghormati perbedaan 1, 3, 9
Menghargai sesama dalam
kesederajatan 2, 11
Kemampuan berinteraksi sosial 5, 7, 12, 13, 14, 15
Peduli terhadap lingkungan
10
4. Sikap Nasionalisme Peserta didik
Tabel 3.6
Kisi-kisi Instrumen Sikap Nasionalisme
Variabel Indikator No Item
Sikap Nasionalisme
(Y)
Peduli terhadap nasib bangsa 11, 25, 32
Mempertahankan identitas atau jati
diri sebagai bangsa timur 3, 10
Menerima kemajemukan 15, 16, 27, 36
Memiliki rasa bangga terhadap
bangsa (sense of pride) 5, 8, 30
Memiliki rasa keterpautan dan rasa
memiliki (sense of belonging) 9, 21, 31
Memiliki harga diri, kebersamaan, dan keterkaitan (sense of solidarity)
35, 37, 39, 44, 45
Memiliki kesadaran kebangsaan (sense of identity)
13, 22, 23
Menghargai orang lain (terutama
para pahlawan) 33
Jujur 6
Cerdas 26
Bertanggung jawab 7
Mandiri 17, 45
Percaya diri 29
Produktif (tidak konsumtif) 42
Kreatif 12, 18,
42
Bermental positif 14, 20, 34, 40, 45
Peduli terhadap orang lain 19
Memiliki motivasi yang tinggi
dalam menuntut ilmu 4
Peduli atau ramah terhadap
lingkungan 1, 2, 24
Memiliki disiplin dan komitmen
yang tinggi terhadap kewajiban 38
Menciptakan hubungan sosial yang
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari penyebaran angket/kuesioner diolah dan dianalisis serta diambil kesimpulan yang kemudian dilaporkan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam menganalisis data yaitu memeriksa jumlah kuesioner, memberikan kode berupa nomor pada tiap kuesioner kemudian mentabulasi data yang ada. Setelah itu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen terlebih dahulu menggunakan bantuan software SPSS 17.
1. Uji validitas dan reliabilitas instrumen
Instrumen yang akan djadikan alat ukur dalam penelitian harus diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya, hal tersebut guna meminimalisir kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengumpulan data yang diperlukan. Somantri dan Sambas Ali Muhidin (2006:47) menyatakan bahwa “uji reliabilitas dan validitas diperlukan sebagai upaya memaksimalkan kualitas alat ukur, agar kecenderungan
keliru dapat diminimalkan”. Validitas itu sendiri dilakukan untuk menilai kualitas
alat ukur, Singarimbun dan Sofian Effendi (1995:124) menjelaskan bahwa
“validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu dapat mengukur apa
yang ingin diukur”, sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui
konsistensi instrumen sebagai alat ukur sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Somantri dan Sambas Ali Muhidin (2006:47-48) menjelaskan bahwa
“hasil pengukuran dikatakan dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama (homogen) diperoleh hasil yang sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum
perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitas yaitu sebagai berikut:
}
)
(
}{
)
(
{
)
(
2 2 2 2Y
Y
n
X
X
n
Y
X
XY
n
r
xy
Dimana:rxy =koefisien korelasi
X = skor tiap item Y = skor total
n = jumlah peserta tes
Saifuddin Azwar (2003) dalam Kusnendi (2009) menyatakan bahwa “item
soal yang memiliki nilai koefisien korelasi ≥ 0.25 atau ≥ 0.30, maka item tersebut
dikatakan valid”. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sugiyono (2009:173) bahwa
“valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur”. Dijelaskan lebih lanjut oleh Sugiyono mengenai kaidah
keputusan nilai korelasi yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai
t-tabel pada taraf nyata sebesar α = 0,05 Setelah dibandingkan. Adapun kaidah yang
dimaksud yaitu sebagai berikut :
1) Jika nilai korelasi yang dihasilkan lebih besar dari harga tabel, maka alat ukur yang digunakan dinyatakan valid.
[image:34.595.121.476.171.425.2]Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
Sedangkan untuk mengukur reliabilitas dilihat dari nilai Cronbach's Alpha (C), menggunakan rumus sebagai berikut:
v c k
v c k C
1
Dimana:
k = jumlah item dalam skala c= rata-rata kovariansi antar-item v = rata-rata variansi skor item
Tabel 3.7
Validitas Variabel Lingkungan Keluarga (X1)
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
[image:36.595.112.527.149.592.2]Deleted item 1 78.15 78.182 .436 . .874 item 2 77.98 77.974 .544 . .872 item 3 78.13 77.035 .572 . .871 item 4 78.05 76.818 .597 . .870 item 5 78.48 75.948 .610 . .869 item 6 78.15 78.131 .441 . .874 item 7 77.88 80.010 .469 . .874 item 8 78.38 74.446 .659 . .867 item 9 78.03 77.410 .643 . .870 item 10 78.10 77.682 .554 . .872 item 11 78.63 74.292 .664 . .867 item 12 78.00 76.103 .674 . .868 item 13 78.68 74.328 .582 . .869 item 14 78.15 77.003 .576 . .871 item 15 78.60 74.913 .510 . .872
Tabel 3.8
Reliabilitas Variabel Lingkungan Keluarga (X1)
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized
Items N of Items
Rinda Wati, 2012
[image:37.595.111.524.153.564.2]Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
Tabel 3.9
Validitas Variabel Lingkungan Sekolah (X2)
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
item 1 69.85 74.233 .556 . .861
item 2 69.55 78.921 .416 . .866
item 3 69.45 79.536 .340 . .868
item 4 69.83 75.481 .480 . .864
item 5 69.40 76.605 .552 . .862
item 6 70.00 79.692 .202 . .872
item 7 69.60 75.221 .558 . .862
item 8 70.85 78.490 .397 . .866
item 9 69.88 74.881 .519 . .863
item 10 71.10 77.836 .387 . .867
item 11 69.35 79.003 .399 . .867
item 12 70.55 75.023 .474 . .864
item 13 70.02 75.153 .503 . .863
item 14 69.55 76.767 .549 . .863
item 15 69.60 74.451 .619 . .860
item 16 70.02 78.384 .276 . .871
item 17 70.20 76.574 .382 . .867
item 18 70.10 78.297 .295 . .870
item 19 70.50 78.359 .394 . .866
item 20 70.27 75.333 .519 . .863
item 21 70.43 76.712 .476 . .864
item 22 69.58 76.558 .502 . .863
item 23 69.73 75.538 .538 . .862
item 24 70.68 78.840 .329 . .868
[image:37.595.190.435.637.723.2]item 25 70.13 81.394 .118 . .873
Tabel 3.10
Reliabilitas Variabel Lingkungan Sekolah (X2)
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized
Items N of Items
Tabel 3.11
Validitas Variabel Lingkungan Masyarakat (X3)
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
item 1 69.40 78.092 .671 . .853
item 2 70.00 80.359 .460 . .859
item 3 69.53 79.794 .464 . .859
item 4 70.15 76.849 .579 . .855
item 5 69.85 80.079 .473 . .859
item 6 69.80 79.344 .498 . .858
item 7 70.13 80.010 .470 . .859
item 8 69.55 79.997 .436 . .860
item 9 69.33 77.917 .705 . .852
item 10 69.53 78.615 .504 . .858
item 11 69.20 81.292 .475 . .859
item 12 69.65 78.233 .668 . .853
item 13 69.70 78.933 .462 . .859
item 14 69.45 80.459 .523 . .858
[image:38.595.114.525.153.564.2]item 15 69.55 78.972 .661 . .854
Tabel 3.12
Reliabilitas Variabel Lingkungan Masyarakat (X3)
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized
Items N of Items
Rinda Wati, 2012
[image:39.595.118.525.141.736.2]Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
Tabel 3.13
Validitas Variabel Sikap Nasionalisme Peserta didik (Y)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
item 1 107.93 123.199 .371 . .894
item 2 108.55 124.459 .309 . .895
item 3 107.68 126.840 .363 . .893
item 4 107.73 121.640 .605 . .889
item 5 108.63 127.317 .213 . .896
item 6 108.13 122.830 .434 . .892
item 7 107.90 123.169 .504 . .891
item 8 108.28 121.333 .569 . .890
item 9 107.63 127.933 .252 . .895
item 10 108.10 125.118 .350 . .894
item 11 107.80 126.933 .308 . .894
item 12 107.78 120.948 .656 . .888
item 13 107.83 123.687 .513 . .891
item 14 107.80 123.395 .611 . .890
item 15 107.88 123.394 .637 . .890
item 16 107.95 127.997 .236 . .895
item 17 107.88 122.676 .598 . .890
item 18 107.93 120.122 .757 . .887
item 19 107.90 128.656 .197 . .896
item 20 108.23 124.435 .423 . .892
item 21 107.65 127.464 .313 . .894
item 22 107.85 125.105 .419 . .893
item 23 108.15 123.105 .379 . .894
item 24 108.10 126.195 .344 . .894
item 25 108.03 127.410 .331 . .894
item 26 108.05 123.997 .445 . .892
item 27 108.30 126.523 .325 . .894
item 28 107.75 122.654 .574 . .890
item 29 107.90 126.092 .361 . .893
item 30 108.10 124.451 .499 . .891
item 31 107.98 123.358 .515 . .891
item 32 108.28 123.794 .468 . .892
item 33 107.98 118.794 .681 . .887
item 34 108.10 132.246 -.065 . .900
item 35 108.28 125.538 .355 . .894
Item 36 107.75 126.092 .611 . .895
Lanjutan...
Item 38 108.63 120.948 .445 . .892
Item 39 108.13 123.687 .325 . .894
Item 40 107.90 123.395 .574 . .890
Item 41 108.28 123.394 .361 . .893
Item 42 107.63 127.997 .499 . .891
Item 43 108.10 122.676 .515 . .891
Item 44 108.03 120.122 .468 . .892
[image:40.595.113.524.135.477.2]Item 45 108.05 128.656 .681 . .887
Tabel 3.14
Reliabilitas Variabel Nasionalisme Peserta didik (Y)
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.895 .897 45
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
2. Uji normalitas data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara frekuensi hasil observasi dengan frekuensi harapan (teoretis), Somantri dan Sambas Ali
Muhidin (2006:292) menjelaskan bahwa “jika frekuensi hasil observasi sangat
dekat dengan frekuensi yang diharapkan, maka hal tersebut menunjukkan kesesuaian yang baik, dan kesesuaian yang baik akan membawa kepada
penerimaan hipotesis”. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan
software SPSS v.17 dengan menggunakan uji kolmogorof-Smirnov, dimana kriteria yang digunakan untuk mengukur apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak dengan cara melihat nilai signifikansi yang tertera pada hasil pengolahan.
1) Menentukan skor terbesar dan skor terkecil yang kemudian dilanjutkan menghitungan Rentangan (R) dengan rumus
2) Menentukan banyaknya kelas interval
3) Menentukan panjang kelas (i) dengan rumus: BK
R i `
4) Menentukan rata-rata dengan rumus
n fx X
i5) Menentukan simpangan baku dengan rumus
1
. 2
n n fx fx nS i i
6) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan langkah sebagai berikut:
o Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama
dikurangi 0,5 dan skor kanan kelas ditambah 0,5.
o Mencari nilai Z-score dengan rumus
S X BK Z
o Mencari Chi Kuadrat dengan rumus
k i e e o f f f 1 2 2
o Kriteria pengujian adalah pada taraf signifikansi α 0,05 dikatakan data
berdistribusi normal jika χ2
hitung≤ χ2tabel, sedangkan jika χ2hitung> χ2tabel
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
3. Uji homogenitas data
Uji homogenitas dilakukan guna mengetahui apakah skore setiap variabel memiliki varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas ini sendiri merupakan salah satu syarat untuk menggunakan statistik parametrik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sugiyono (2009:150) bahwa “statistik parametris memerlukan terpenuhi beberapa asumsi atau syarat, diantaranya yaitu data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, varians data harus homogen
dan harus memenuhi asumsi linieritas”. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS v.17, dengan kriteria pengujian jika signifikansi (Sig) yang diperoleh > α (0.05) maka variansi setiap
sampel sama (homogen), namun jika signifikansi (Sig) yang diperoleh < α (0.05)
maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen). Jika hasil pengolahan data menunjukkan bahwa variansi data homogen, maka pengujian hipotesis dapat menggunakan statistik parametris.
Jika uji homogenitas dilakukan secara manual, maka langkah-langkah yang diperlukan sebagai berikut:
1) Mencari nilai F dengan menggunakan rumus (Fisher, 1985:23):
) 1
( ) 1 (
2 2
R
R
XY XY
k k n F
Vk Vb
Keterangan
Vb = variansi terbesar Vk = variansi terkecil S = standar deviasi n = jumlah responden R = reliabel
k = variabel
2) Menentukan nilai F daftar dengan mencari nilai
Fα = (n1-1)(n2-1)
3) Menentukan homogenitas dengan kriteria, jika F hitung < Fα (n1-1)(n2-1)
maka kedua variansi tersebut homogen, sedangkan jika F hitung ≥ Fα (n1 -1)(n2-1) maka kedua variansi tidak homogen.
4. Uji linieritas
Salah satu asumsi dari analisis regresi adalah linieritas, yang dimaksud dengan linieritas disini adalah apakah garis regresi antara variabel X dan Y membentuk garis linier atau tidak. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sugiyono
(2008:265) bahwa “jika tidak linier maka analisis regresi tidak dapat dilanjutkan”.
Untuk itulah mengapa sebelum dilakukannya uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji linieritas.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Sugiyono (2008:274) mengenai kriteria uji linieritas bahwa untuk mengetahui regresi tersebut linier atau tidak, maka dapat dilihat dari nilai Fhitung yang kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel. Adapun
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
konsekuensinya analisis regresi tidak dapat dilanjutkan. Adapun langkah-langkah uji linieritas yaitu:
a) Hitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKReg[a]) dengan rumus:
n Y JK g a
2 ) ( Re
b) Hitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKReg [b/a]) dengan rumus:
n Y X XY b JKReg(b/a)c) Hitung Jumlah Kuadrat Residu (JKRes) dengan rumus:
2 Re ( / ) Re ( )
Res Y JK gb a JK ga
JK
d) Hitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi (RJKReg[a]) dengan rumus:
) ( Re )
(
Rega
JK
gaRJK
e) Hitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi (RJKReg[b/a]) dengan rumus:
) / ( Re ) / (
Regb a
JK
g b aRJK
f) Hitung Raa-rata Jumlah Kuadrat Residu (RJKRes) dengan rumus:
2
Re
Re
n JK
RJK s
s
g) Hitung Jumlah Kuadrat Error (JKE) dengan rumus:
k E n Y Y JK 2 2h) Hitung Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (JKTC) dengan rumus:
E s TC
JK
JK
i) Hitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (R JKTC) dengan rumus:
2
k JK RJK TC
TC
j) Hitung Rata-rata Jumlah Kuadrat Error (RJKE) dengan rumus:
k n
JK
RJK E
E
k) Mencari nilai Fhitung dengan rumus:
E TC hitung
RJK RJK
F
l) Tentukan aturan untuk pengambilan keputusan atau kriteria uji linier; jika Fhitung≤ Ftabel maka Ho diterima (linier).
m) Carilah nilai Ftabel menggunakan tabel F
n) Bandingkan nilai Fhitung dan Ftabel
5. Uji hipotesis a) Analisis korelasi
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
1) Ho Lingkungan keluarga sebagai sumber pembelajaran sejarah tidak memberikan kontribusi berarti terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik SMA di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
Ha Lingkungan keluarga sebagai sumber pembelajaran sejarah dapat memberikan kontribusi berarti terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik SMA di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
2) Ho Lingkungan sekolah sebagai sumber pembelajaran sejaraih tidak memberikan kontribusi berarti terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik SMA di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
Ha Lingkungan sekolah sebagai sumber pembelajaran sejarah memberikan kontribusi berarti terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik SMA di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
Ha Lingkungan masyarakat sebagai sumber pembelajaran sejarah memberikan kontribusi berarti terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik SMA di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
4) Ho Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, secara bersama-sama tidak memberikan kontribusi berarti terhadap sikap nasionalisme peserta didik SMA di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
Ha Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, secara bersama-sama memberikan kontribusi berarti terhadap sikap nasionalisme peserta didik SMA di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau
Sugiyono (2008:274) menjelaskan bahwa korelasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2 2 2 2 i i i i i i i iY
Y
n
X
X
n
Y
X
Y
X
n
r
Untuk mengambil keputusan perlu memperhatikan kaidah yang telah ditetapkan, yaitu jika nilai signifikansi > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, atau dengan kata lain bahwa variabel independent tidak memberikan kontribusi berarti pada
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
Ha diterima, atau dapat dikatakan bahwa variabel independent memberikan kontribusi terhadap variabel dependent.
b) Analisis regresi
Analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti untuk mengetahui bagaimana keadaan variabel dependent jika tiga variabel independent (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat) dijadikan sebagai prediktor. Adapun persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
3 3 2 2 1
1
X
b
X
b
X
b
a
Y
Uji-t
Uji-t dilakukan untuk menguji signifikansi antar variabel independent dan variabel dependent dengan cara membandingkan nilai t-tabel dan t-hitung. Jika nilai t-hitung ≤ t-tabel maka Ho diterima, namun jika nilai t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak atau dapat dikatakan bahwa variabel independent memberikan kontribusi yang berarti terhadap variabel dependent. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari t-hitung secara manual yaitu sebagai berikut:
2
1
3
parsial parsial
hitung
r
n
r
t
Uji-F
Uji-f digunakan untuk mengetahui pengaruh atau kontribusi variabel independent secara serentak atau bersama-sama terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak. Jika nilai F-hitung ≤ F-tabel maka Ho diterima, namun jika nilai Ft-hitung >F-tabel maka Ho ditolak. Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai F yaitu sebagai berikut (Sugiyono, 2008:286):
2
2
1
1
R
m
m
N
R
F
G. Alur Penelitian
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
Bagan 3.2. Alur Kegiatan Penelitian Persiapan
Penelitian
Studi Lapangan
Studi Kepustakaan
Masalah
Penyusunan Instrumen
Uji Coba Butir Soal
Hasil Revisi Butir Soal
Penentuan Lokasi dan Subjek
Penelitian
Analisis Data Penyusunan
Laporan
Kesimpulan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial baik itu lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkugan masyarakat, sama-sama memiliki peranan penting dan tanggunga jawab terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik. Lingkungan sosial peserta didik yang menerapkan sikap cinta terhadap tanah air dalam kehidupan sehari-hari, baik disadari maupun tidak, dapat membentuk peserta didik menjadi pribadi yang memiliki kecintaan terhadap bangsanya. Adapun kesimpulan secara khusus yang berkenaan dengan rumusan masalah dan hipotesis penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
Kedua, lingkungan sekolah juga dapat memberikan kontribusi yang berarti bahkan yang terbesar dalam pembentukan sikap nasionalisme peserta didik. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam lingkungan sekolah, guru yang memegang peranan penting terhadap pembentukan sikap peserta didik. Guru yang sadar akan pentingnya nasionalisme, serta mampu menyikapi keragaman budaya yang ada di Indonesia, dapat membentuk peserta didik menjadi pribadi yang mau menjaga kesatuan bagsanya.
Ketiga, lingkungan masyarakat juga turut memberikan kontribusi yang berarti terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik. Walaupun secara keseluruhan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan masyarakat memberikan kontribusi terkecil dalam pembentukan sikap nasionalisme peserta didik, namun lingkungan masyarakat memiliki kewajiban yang sama dalam membentuk peserta didik menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki sikap nasionalime yang tinggi terhadap negaranya.
B. Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
dimulai dengan hal-hal sederhana seperti mengajarkan anak untuk mandiri, bertanggungjawab, dan menghargai orang lain. Orangtua juga dapat memulai membentuk kecintaan anak terhadap negaranya dengan memperkenalkan anak pada kebuadayaan daerah asal orangtua.
2. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah memberikan kontribusi positif paling besar terhadap pembentukan sikap nasionalisme peserta didik, dan dari hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa guru lah yang memegang peranan penting terhadap pencapaian hal tersebut. Oleh karena itu, maka diharapkan kepada seluruh guru untuk dapat terus meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sikap nasionalisme yang mereka miliki, karena sekolah juga merupakan potensi terbesar dalam membimbing peserta didik meneruskan semangat nasionalisme.
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
Indonesia sebagai upaya menumbuhkan kecintaan peserta didik bukan hanya kepada daerahnya melainkan kepada seluruh daerah yang tergabung dalam Indonesia.
4. Mengingat berbagai kelemahan yang ada dalam penelitian ini, peneliti menyarankan kepada para peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan penelitian serupa agar melakukan penelitian terhadap sampel yang lebih besar dan beragam.
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Abdullah, Taufik. (2001). Nasionalisme dan Sejarah. Bandung: Satya Historika
Amin, A. Riawan. (2008). Indonesia Militan (Intelek, Kompetitif, Regeneratif). Jakarta: PT. Senayan Abadi
Anderson, Benedict. (2008). Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of Nationalism. Terjemah. Yogyakarta: INSIST Press
Anshari, E. S. (1988). Kebudayaan Islam dalam Perspektif Sejarah: Kumpulan Karangan. Jakarta: Girimukti Pasaki
Baron, Robert A dan Donn Byrne. (2003). Psikologi Sosial. Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Baron, Robert A dan Donn Byrne. (2005). Psikologi Sosial. Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Creswell, John W. (2002). Research Design (Qualitative & Quantitative Approaches). Terjemahan. Jakarta: KIK Press
Davidoff. (1991). Psikologi Suatu Pengantar. Jilid I. Edisi kedua. Jakarta: Erlangga
Dewantara, K. H. (1962). Buku I Pendidikan. Jakarta: Majelis Luhur Taman Peserta didik
Djahiri, A.K. (2001). Buku Ajar I – II – III – IV, LPPM UPI
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
Gordon, T. (1983). Menjadi Orang Tua Efektif. Jakarta: PT Gramedia
Gunarsa, S. (1983). Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara
Hasan, S.H. (1997).Kurikulum dan Buku Teks Sejarah Dalam perkembangan Teori dan Metodologi dan Orientasi Pendidikan Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Hill, Winfred F. (2009). Theories of Learning (Teori-teori Pembelajaran, Konsepsi, Komparasi, dan Signifikansi). Edisi kelima. Bandung. Nusa Media.
Hobsbawn, E. J. (1990). Nasionalisme Menjelang Abad XXI. Terjemah. Yogyakarta: Tiara Wacana
Hurlock, B. (1974). Personality Development. New Delhi: Mc. Graw hill Publishing Co.Ltd
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Kahin, George Mc.Turnan. (1995). Nasionalism and Revolution in Indonesia. Terjemah. Yogyakarta: UNS Press
Kansil. (1986). Aku Pemuda Indonesia Pendidik Politik Generasi Muda. Jakarta: Balai Pustaka
Kartodirjdo, S. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Kohn, Hans. (1965). Nationalism Its Meaning and History. Malabar Florida: Robert E. Krieger Publishing Company
Kohn, Hans. (1984). Nationalism Its Meaning and History. Terjemah. Jakarta: Erlangga
Priyatno, Duwi. (2009). SPSS Untuk Analisis korelasi, Regresi, dan Multivariate. Yogyakarta: Gava Media
Purwanto, N. (1988). Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Karya
Renan, Ernest. (1990). What is A Nation?, dalam Nation and Narration. Diedit oleh Homi Bhabha. London: Routledge
Riduwan dan Sunarto. (2007). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Salkind, Neil J. (2009). Teori-teori Perkembangan Manusia (Sejarah Kemunculan, Konseps Dasari, Analisis Komparatif, dan Aplikasi). Bandung: Nusa Media.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (1995). Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES.
Somantri, Ating dan Sambas Ali Muhidin. (2006). Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suryadinata, Leo. (2010). Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara
Tirtarahardja, U dan S.L. La Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Terhadap Pembentukan Sikap
2. Karya Ilmiah
Anggara, Boyi. (2007). Pembelajaran Sejarah yang berorientasi pada masalah-masalah sosial kontemporer. Makalah di sampaikan dalam seminar nasional Ikatan Himpunan Mahapeserta didik Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang.
Darmawan, Cecep dan Momon Sudarma. (2011). Pengembangan Nilai Nasionalisme dan Kesadaran Berkonstitusi di Madrasah. Proceeding International Seminar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Gunawan, R. (2008). Hubungan Antara Pendidikan Sejarah dan Lingkungan Keluarga Dengan Sikap Nasionalisme Peserta didik. Disertasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan
Hasan, Said Hamid. (2008). Makalah di sajikan pada seminar IKAHIMSI. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan
Maryani, Enok. (2010). Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial. Proceedings The 4th International Conference on Teacher Education. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Sundari. (2009). Hubungan Antara Faktor Guru, Lingkungan dan Peserta didik Dengan Sikap Nasionalisme Dikalangan Pelajar SMA. Disertasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan
3. Internet
Achdian, Andi. (2010). Tentang Nasionalisme Indonesia. [Online]. Tersedia: http://els.bappenas.go.id [9 April 2011]
Biro Hubungan Masyarakat Setjen Departemen Pertahanan RI. Nasionalisme Indonesia Harus Berkembang dalam Taman Sari Internasionalisme. [Online]. Tersedia: http://www.dephan.go.id [9 April 2011]
___ (2006). Nasionalisme Indonesia (Bagaimana Bentuknya?). [Online]. Tersedia: http://www.freelists.org [9 April 2011]
Cristopher, G. (1988). The Aesthetic Environment and Student Learning. School Business Affair, 54(1), 26-27. [Online]. Tersedia: http://www.google.com [2 Februari 2011]
Ferreire, MM. (1955). The Caring of Suburban Middle School. Indiana University, Bloomington. [Online]. Tersedia: http://www.ERIC.com [2 Februari 2011]
Hartoto. (2008). Pengertian, Fungsi dan Jenis Lingkungan Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://www.google.com [2 Februari 2011]
Hasyim, Ibni. Nasionalisme di Indonesia. [Online]. Tersedia: http://ujank.web.id [9 April 2011]
Humas Kanwil. (2011). Hasil Try Out Peserta didik SMA Kepri. [Online]. Tersedia: http://www.kompas.com. [19 Januari 2011]
Iswara. (2006). Nasionalisme Indonesia dalam “Ancaman”?. [Online]. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com [9 April 2011]
Jena, Jeremias. (2007). Nasionalisme Indonesia. [Online]. Tersedia: http://jeremiasjena.wordpress.com [9 April 2011]
Rinda Wati, 2012
Kontribusi Lingkungan Sosial