PROFIL PENGELOLAAN USAHA MANDIRI
LULUSAN PELATIHAN KETERAMPILAN
(Kasus Lulusan Pelatihan Keterampilan Menjahit
Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Jawa Barat)
TESIS
Diajukan kepada Panitia UjianTesis Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia untuk Memenuhi
Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pelatihan
O l e h :
Drs. ABDUL HARIS Nim:989534
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROGRAM PASCASARJANA
P E R N Y A T A A N
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis ini dengan judul "PROFIL
PENGELOLAAN USAHA MANDIRI LULUSAN PELATIHAN KETERAMPILAN"
(Kasus Lulusan Pelatihan Keterampilan Menjahit Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Jawa Barat), beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan ciri-ciri yang tidak sesuai
dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dan karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, September 2000
Yang|\4embuat Pernyataan,
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, M.A.
NIP. 130 321112
Pembimbing II,
ABSTRAK
Penelitian ini berusaha menjawab sebuah permasalahan berkenaan dengan
penmgaruh pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki para lulusan pelatihan keterampilan Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra Binangkit" Lembang, terhadap pengelolaan usahanya, bagaimana merencanakan, pelaksanaan, upaya meningkatkan, dan berbagai pendukung dan hambatan dalam pengelolaan usaha tersebut. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambgaran tentang pengelolaan usaha (mata pencaharian) oleh lulusan pelatihan keterampilan dimaksud.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, serta upaya dalam mencapai
tujuannya, maka ada beberapa teori yang mendasari, di antaranya : Teori andragogi, yang menekankan bahwa pengalaman yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh dalam belajarnya; Konsep aliran progresivisme, yang salah satu prinsipnya bahwa pendidikan adalah kehidupan itu sendiri, yang mengandung makna bahwa tanpa upaya pendidikan maka manusia tidak dapat hidup sempurna; Konsep pendidikan luar sekolah, yang menekankan bahwa pendidikan itu berlangsung seumur hidup dan dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana, dan bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi manusia berupa sikap, tindak dan karya, menuju terbentuknya manusia seutuhnya yang gemar belajar agar mampu meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. Meningkatnya mutu kehidupan dapat bermula dari perolehan pekerjaan atau berwiusaha sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sebagai dampak hasil belajarnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dalam bentuk studi kasus, di mana subyek yang diteliti sebanyak 4 orang, yakni masing-masing mereka yang telah atau sedang mengelola suatu usaha (mata pencaharian) secara mandiri, yang berkaitan erat dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, yakni usaha di bidang menjahit pakaian. Sedangkan untuk mendapatkan data yang relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian, digunakan teknik pengamatan (observasi), wawancara (interview), dan studi dokumentasi, dan untuk memudahkan penggunaan ketiga teknik pengumpulan data tersebut, dilengkapi dengan pedoman, yang berisikan pertanyaan
terbuka.
Berbagai data/informasi yang berhasil dihimpun guna menjawab pertnyaan penelitian ini, yakni perolehan pengertahuan dan keterampilan melalui pelatihan keterampilan menjahit pada Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang, dan penerapannya dalam melakukan usahanya; cara merencanakan
pengelolaan usaha, meliputi tujuan yang ingin dicapai, persiapan modal usaha, persiapan tempat usaha, persiapan tenaga pengelola usaha; pelaksanaan usaha, meliputi pengadaan bahan baku jahitan, peralatan yang digunakan, jenis produksi yang dilakukan, proses produksi, waktu yang digunakan, pemasaran hasil produksi, upah
atau keuntungan yang diperoleh, administrasi dan pembukuan kegiatan usaha, serta uapaya kesehatan dan keselamatan kerja; upaya yang dilakukan guna meningkatkan
pengelolaan usaha; dan berbagai faktor pendukung dan penghambat pengelolaan usaha
yang dilakukan oleh responden.
Untuk menarik suatu kesimpulan akhir dari hasil pelaksanaan penelitian ini, dilakukan pembahasan/diskusi terhadap teihuan-temuan lapangan. Dan sehubungan
dengan keterbatasan penelitian ini, maka perlu direkomendasikan : (1) Penyeleggaraan pelatihan ketermpilan sedapat mungkin lerbih mengutamakan pemenuhan kebutuhan peserta daripada pencapaian target program, selain itu, materi pelatihan sebaiknya tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk menciptakan produk, melainkan yang tak kalah pentingnya adalah cara menerapkan pengetahuan dan keterampilan itu melalui kegiatan nyata dalam pengelolaan usaha mata pencaharian; (2) Para lulusan pelatihan keterampilan yang telah mengelola suatu usaha perlu mendapat bimbingan secara terus menerus, terutama dalam hal pengembangan usaha kearah yang lebih maju; (3) Untuk penelitian selanjutnya, agar dapar menelusuri lebih jauh dampak pelatihan berbagai keterampilan yang telah dilaksanakan oleh panti tersebut di atas, dengan menggunakan populasi dan sampel yang lebih besar, serta dengan
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN JUDUL i
PERNYATAAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR v
UCAPAN TERIMA KASIH vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTARBAGAN xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan Masalah/Fokus Penelitian 10
C. Definisi Operasional 11
D. Tujuan Penelitian 18
E. Manfaat Penelitian 19
F. KerangkaBerpikir 20
BAB II TINJAUAN TEORITIS 22
A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah, Arti dan Kriteria
Kemandirian 22
1. Pendidikan Luar Sekolah 22
a. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah 22
b. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah 23
c. Ciri-ciri Pendidikan Luar Sekolah 25
d. Sasaran Pendidikan Luar Sekolah 26
e. Komponen PendidikanLuar Sekolah 27
2. Arti dan Kriteria Kemandirian 30
a. Arti Kemandirian 30
b. Kriteria Kemandirian 31
B. Konsep Pengelolaan Usaha Kecil Mandiri 34
1. Pengertian Mandiri 35
2. Merencanakan Usaha Kecil Mandiri 36
3. Pelaksanaan Usaha Kecil Mandiri 43
4. Meningkatkan PengelolaanUsaha Kecil Mandiri 53
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengelolaan
Usaha Kecil Mandiri 54
C. Konsep Pelatihan Keterampilan Ditinjau dari Sistem
Pendidikan Luar Sekolah 56
1. Pengertian, Landasan Filosofis, dan Kegunaan
Tentang Pelatihan Keterampilan 56
a. Pengertian Pelatihan Keterampilan 56
b. Landasan Filosofis Tentang Pelatihan
Keterampilan 57
c. Kegunaan Tentang Pelatihan Keterampilan 61 2. Metode Pembelajaran dalam Pelatihan
Keterampilan 63
3. Pelatihan Keterampilan Sebagai Proses Pemberdayaan 69
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 71
A. Metode Penelitian 71
B. Subjek Yang Diteliti 75
C. Data Yang Dikumpulkan 80
D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 81
1. Teknik Pengumpulan Data 81
2. Teknik Analisis Data 84
E. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian 86
1. Tahap Orientasi 86
2. Tahap Eksplorasi 87
3. Tahap Analisis Data 87
F. Keabsahan Temuan Penelitian 88
1. Triangulasi 88
2. Ketekunan Pengamatan 88
3. Penggunaan Bahan Referensi 89
4. Mengadakan Member Check 89
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN 90
A. Deskripsi Hasil Penelitian 90
1. Deskripsi Umum 90
2. Deskripsi Khusus 115
B. Pembahasan 131
1. Kesesuaian Antara Pengalaman Dengan Pengetahuan dan Keterampilan yang Diperoleh Responden Melalui Pelatihan Keterampilan Menjahit Pada Panti Rehabilitasi Sosial
Pamardi Putra "Binangkit" Lembang 132
2. Upaya Belajar Sendiri 134
3. Ternpat (Lokasi) Usaha 136
4. Modal Usaha 137
5. Tenaga Pengelola 139
6. Pemasaran 140
7. Administrasi dan Pembukuan Usaha 143
C. Temuan dan Implikasi Hasil Penelitian 144
1. Temuan Penelitian 144
2. Implikasi Hasil Penelitian 147
D. Keterbatasan Penelitian 148
BABV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 149
A. Kesimpulan 149
B. Rekomendasi 154
DAFTAR KEPUSTAKAAN 157
DAFTAR LABEL
Tabel Halaman
1. PERBEDAAN ANTARA PERUSAHAAN KECIL DENGAN
PERUSAHAAN BESAR 15
2. BEBERAPA CATAT AN ADMINISTRASI DAN MATERl ATAU
KEGIATANNYA 48
3. JENIS PERALATAN YANG DIMILIKI RESPONDEN 99
[image:8.595.137.459.293.673.2]DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
1. ALUR MEKANISME PENERIMAAN CALON PESERTA
REHABILITASI SOSIAL 6
2. KERANGKA BERPIK1R PENELITIAN 21
3. HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARA KOMPONEN-KOMPONEN
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH 30
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Catatan Lapangan 160
2. Pedoman Wawancara 162
3. Pedoman Observasi 166
4. Foto Kondisi Lokasi (Tempat) Pengelolaan Usaha Jasa Menjahit
Responden 168
5. Permohonan Izin Mengadakan Studi Lapangan/Observasi 172
6. Surat Penyampaian Kepada Responden 173
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan dari usaha pembangunan adalah untuk mencapai kesejahteraan materil maupun sprituil yang merata bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu seiring dengan perkembangan fisik, peningkatan kemampuan manusia, perubahan sikap dan perilakunya sesuai dengan perkembangan zaman perlu mendapat perhatian serius. Pembangunan hanya terlaksana dengan baik, apabila terlebih dahulu dilakukan kegiatan membangun potensi insaniah pembangunan.
Potensi insaniah pembangunan yang cukup dominan adalah generasi muda. Generasi muda dengan berbagai atributnya yang sekaligus merupakan anggapan dasar bahwa generasi muda adalah penerus nilai-nilai luhur bangsa, generasi muda adalah penerus perjuangan bangsa, generasi muda adalah penerus bangsa atau penerus keturunan, generasi muda adalah mengisi masa depan. Generasi muda adalah angkatan kerja produktif yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam menciptakan kegiatan pembangunan di segala bidang.
Menyadari akan peran dan tanggung jawab generasi muda terhadap pelaksanaan pembangunan dan kontinuitas bangsa, yang akan terus berkembang, maka generasi muda dituntut mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang paling mutahir sekalipun. Di sisi lain, generasi muda dihadapkan pada era
globalisasi yang senantiasa membawa dampak krisis nilai dan intelektual bagi
dirinya. Erosi kredibilitas dari para pembina dan ketidakpastian masa depan telah
angkatan kerja potensial dan bercita-cita untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya. Untuk itu, peningkatan keterampilan dan peranan sikap hidup yang baik perlu ditumbuhkembangkan sejak dini. Maksudnya, bahwa generasi muda perlu dibina
secara serius.
Generasi muda sebagai penerus cita-cita bangsa, serta sebagai potensi bangsa dimasa datang, diharapkan memiliki kesiapan fisik dan mental yang matang. Sehubungan dengan itu, GBHN Tahun 1998, mengamanatkan :
Pemuda sebagai kader bangsa dan kader pembangunan perlu terus
meningkatkan profesionalisme kewirausahaan, komunikasi timbal balik,
kebiasaan gemar membaca yang memdorong semangat dan kemauan belajar
dan bekerja keras untuk mengembangkan kecerdasan, keahlian dan
keterampilan, serta daya nalar, berpikir kritis analitis dan tanggap terhadap tantangan dan lingkungan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
(Tap MPR RI No. II/MPR/1998).
Akan tetapi perjalanan kehidupan generasi muda tidaklah selalu mulus sebagaimana yang diharapkan bersama oleh orang tua (keluarga), masyarakat dan pemerintah. Generasi muda dalam perjalanan hidupnya, banyak yang menyimpang dari jalur yang seharusnya ia lalui. Salah satu di antaranya adalah keterlibatan generasi muda pada penyalahgunaan narkotika. Hal ini sesuai dengan penjelasan Sudarsono (1991, h.66), sebagai berikut : "Dalam beberapa dasa warsa terakhir ini
penyalahgunaan narkotika sebagian dilakukan oleh kaum remaja. Khusus di Indonesia keadaan ini kerap kali melanda anak-anak remaja di kota-kota besar".
Kondisi generasi muda dalam hal penyalahgunaan narkotika dan
sejenisnya dewasa ini memang sangat memperihatinkan, sebagaimana diungkapkan melalui data Dirjen Dikti Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan R.L, sebagai
Bahwa penggunaan napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif) di kalangan pelajar dan mahasiswa cukup tinggi, Data tersebut bersumber dari Rumah Sakit Ketergantungan Obat, setidaknya terdapat 50. ribu sampai 75 ribu orang. Yang tidak terdeteksi diperkirakan mencapai 10 hingga 15 kali
data yang ada. Sekedar gambaran, berdasarkan kondisi perFebruari 1999,
jumlah penderita tingkat SLTP mencapai 1.055 orang , SLTA 2.096 orang, dan perguruan tinggi/akademi 1.569 orang. (Surat Kabar Harian Republika,
tanggal 6 September 1999 : 9).
Data di atas menunjukkan bahwa keterlibatan remaja atau generasi muda dalam penyalahgunaan narkotika dan sejenisnya sudah cukup tinggi, yang tentunya sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup remaja/generasi muda khususnya,
dan kelangsungan hidup bangsa dan negara pada umumnya. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulanginya, baik oleh pemerintah,
kalangan swasta, maupun masyarakat secara luas. Salah satu bentuk kegiatan
penanggulangan yang biasa dilakukan, baik oleh pemerintah, maupun organisasi
atau lembaga swasta, adalah melalui upaya pendidikan. Upaya pendidikan dimaksudkan adalah bukan hanya berlangsung dalam sekolah, melainkan di luar sekolah (Pendidikan Luar Sekolah), sebagaimana dikemukakan D. Sudjana, sebagai berikut
Pendidikan Luar sekolah adalah setiap upaya pelayanan pendidikan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup dan dijalankan dengan sengaja, teratur, terencana, dan bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi manusia berupa sikap, tindak dan karya, menuju terbentuknya manusia seutuhnya yang gemar belajar-mengajar agar mampu meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. (D. Sudjana, 1993, : 37).
Sejalan dengan pendapat di atas, Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) Tahun 1993, mengamanatkan bahwa :
agar mampu bekerja dan berwira usaha serta meningkatkan martabat dan
kualitas kehidupannya. (TAP MPR Rr No. II/MPR/1993).
Bertitik tolak dari pendapat di atas, bahwa peranan pendidikan luar
sekolah adalah menghasilkan kegiatan edukatif, ditambah dengan keterampilan
sehingga peserta didik terbekali untuk dapat melakukan penyesuaian yang harmonis
antara perkembangan rohaniah dan pertumbuhan jasmaniah, juga mengembangkan
sikap positif dan bertanggung jawab. Dengan demikian pendidikan luar sekolah
menitikberatkan upaya untuk membantu peserta didik dalam mengoptimalisasikan
perkembangan intelektual, perasaan, kemapuan, usaha dan keterampilan, serta untuk mengambil keputusan yang tepat dalam kehidupannya.
Untuk mencapai maksud tersebut di atas, maka salah satu bentuk
pelayanan pendidikan luar sekolah yang menitikberatkan pada upaya pemberian
keterampilan kerja kepada peserta, yakni melalui suatu pelatihan. Menurut Peraturan
Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 1991 Tentang Latihan Kerja, dijelaskan bahwa : Latihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberikan, memperolah, meningkatkan serta mengembangkan keterampilan, produktivitas, disiplin, sikap kerja dan etos kerja pada tingkat keterampilan tertentu berdasarkan persyaratan jabatan tertentu yang pelaksanaannya mengutamakan praktek daripada teori (D. Sudjana, 1996 : 263).
Henry Simamora (1995 : 287), mengemukakan bahwa pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian,
pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seseorang individu. Pelatihan
berkenaan dengan perolehan keahlian-keahlian atau pengetahuan tertentu.
Dari pengertian di atas dan dalam kaitannya dengan upaya untuk membekali keterampilan kepada remaja bekas korban penyalahgunaan narkotika
agar kelak dapat menyesuaikan diri pada lingkungan masyarakatnya, tanpa
bahwa tanggung jawab terhadap pengembangan dan pembinaan Remaja/anak
sebagai generasi muda, merupakan tugas bersama antara orang tua, masyarakat dan
pemerintah, serta tanggung jawab generasi muda itu sendiri. Pembinaan generasi
muda, dijelaskan dalam TAP MPR RI No. II/MPR/1998, sebagai berikut:
Pembinaan remaja dilaksanakan melalui peningkatan keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pembiasaan dan penghayatan perilaku terpuji, sikap mandiri, berprestasi, dan bertanggung jawab,
peningkatan budaya gemar membaca dan budaya belajar, pertumbuhan kemampuan dan daya nalar, kemampuan berinisiatif dan berpikir kritis analitis, pengembangan kreativitas dan keterampilan, peningkatan gizi dan kesehatan jasmani, penanaman kesadaran akan bahaya penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; kepekaan terhadap lingkungan dan pemahaman wawasan kebangsaan serta upaya menumbuhkan idealisme dan rasa cinta tanah air dalam pembangunan bangsa dan negara sebagai pengamalan Pancasila.
Upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen Sosial yang diberi wewenang untuk menangani masalah anak dan korban penyalahgunaan narkotika, secara teknis diwujudkan dalam bentuk kegiatan
rehabilitasi sosial anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika, melalui sistem panti maupun non panti. Tujuannya adalah untuk memulihkan kembali integritas
diri, kepercayaan diri, kesadaran dan tanggung jawab masa depan, mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan sosialnya serta memiliki kemampuan
dan kemauan agar dapat melaksanakan fungsi dan peranannya secara wajar di masyaraskat. Kegiatan ini bersifat rehabilitatif dan pengembangan yang meliputi
kegiatan bimbingan sosial, bimbingan mental dan pelatihan keterampilan
kerja/usaha.
Sosial Korban Narkotika dengan sarana dan fasilitas SRPGOT Marga Mulya
Lembang. Dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor
6/HUK/1994, tentang pembentukan 18 panti di lingkungan Departemen Sosial,
salah satu diantaranya adalah "Panti Sosial Pamardi Putra 'Binangkit' Lembang
yang terietak di Kecamatan Lembang Kabupaten Dati II Bandung Propinsi Jawat
Barat hingga sekarang. Lembaga ini mendapat tugas dari pemerintah melalui
Departemen Sosial, untuk menangani remaja/generasi muda khusunya wanita
(puteri), yang merupakan korban penyalahgunaan narkotika.
Mekanisme penerimaan Bekas Korban Penyalahgunaan Narkotika untuk
mengikuti kegiatan rehabilitasi pada Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang, dapat dilihat pada bagan berikut:
Bagan 1
ALUR MEKANISME PENERIMAAN CALON PESERTA REHABBLLTASI SOSIAL
Kanwil Depsos
Orang tua/Wali dapat
menghubungi PSK di Kec./Cab Dinas Sosial Kab.
Orang tua/Wali menghubungi
Kanwil Depsos/Dinas Sosial Propinsi setempat.
Orang tua/Wali dapat
menghubungi langsung PSPP Binangkit Lembang.
Sumber : Kantor PSPP Binangkit Lembang Kab. Bandung
PSPP Binangkit Lembang
Para peserta yang telah resmi diterima menjadi binaan Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang ini, selanjutnya diberi pembinaan, yang terbagi ke dalam lima kategori : Pertama, Pembinaan fisik, bertujuan untuk memulihkan kembali kondisi fisik peserta dari keadaan kurang sehat atau loyo menjadi sehat, bugar dan kuat. Kedua, Bimbingan mental psikologik, bertujuan untuk membentuk dan membina pertumbuhan kondisi psikis/kepribadian, emosional, dan berupaya memantapkan sikap mental, integritas diri serta disiplin diri. Ketiga, Bimbingan moral dan keagamaan, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan kemampuan menjalankan ibadah
agama. Keempat, Bimbingan sosial, bertujuan untuk memulihkan dan
mengembangkan tingkah laku positif peserta, sehingga mereka mau dan mampu
melakukan fungsi dan peranan sosialnya secara wajar, serta dapat menjalin hubungan dengan anggota keluarga dan masyarakat secara serasi dan harmonis. Kelima, Pelatihan keterampilan, yang bertujuan untuk membekali pengetahuan,
keterampilan, dan perubahan sikap, agar kelak setelah kembali ke lingkungan tempat tinggalnya, dapat memperoleh atau menciptakan suatu pekerjaan/mata pencaharian
secara mandiri, sehingga secara berangsur-angsur dapat mengurangi rasa ketergantungannya kepada orang lain, terutama orang tua mereka.
Sesuai dengan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa sejak tahun 1986 hingga tahun 2000, telah dibina dalam bentuk rehabilitasi sosial sebanyak 890
sebanyak 80 orang (Papan informasi data Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra
"Binangkit" Lembang, 1999). Jumlah ini disesuaikan dengan kemampuan dana yang
tersedia, sehingga setiaptahunnya terdapat sekitar 30 % pendaftar yang tidak sempat
ditampung atau dilayani.
Dari jumlah tersebut, telah diikutsertakan dalam dua jenis pelatihan keterampilan , yakni pelatihan tatarias kecantikan dan keterampilan menjahit. Khusus untuk tahun anggaran 1999/2000, telah bertambah menjadi empat jenis keterampilan yang dilatihkan, yakni keterampilan tatarias kecantikan, keterampilan menjahit, keterampilan olah makanan dan keterampilan berkebun tanaman hias.
Memperhatikan data hasil binaan Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra
"Binangkit" Lembang di atas, memang nampaknya kita semua patut berbangga hati, yakni betapa besar upaya pemerintah menangani Bekas Korban Penyalahgunaan Narkotika. Namun di sisi lain masih terdapat kalangan yang cenderung mempertanyakan : "Apakah mungkin orang yang pernah kecanduan narkotika dapat
hidup layak kembali setelah mengikuti upaya rehabilitasi?". Pertanyaan tersebut di
dasarkan adanya asumsi bahwa kecanduan terhadap narkotika dan sejenisnya adalah
tidak jauh berbeda dengan kecanduan yang dialami seorang perokok terhadap rokok yang disenanginya. Seseorang yang telah kecanduan rokok, sekalipun ia berusaha menghindari rokok (berhenti merokok), akan tetapi terkadang di saat-saat tertentu
telah mengikuti tindakan rehabilitatif, terutama apabila terdapat dukungan dari
lingkungan di mana mereka berada.Selain dari itu, terdapat juga asumsi bahwa seorang Bekas Korban
Penyalahgunaan Narkotika, apabila ia mampu melakukan usaha sendiri (mata
pencaharian) untuk mendapatkan nafkah, bukanlah berarti ia semakin memiliki
kesanggupan membeli narkotika dan semacamnya, melainkan ia cenderung
beranggapan bahwa betapa susahnya untuk mendapatkan uang sebagai hasil usaha
sendiri. Sehingga ia menghindari dalam menggunakan uangnya ke hal-hal yang
tidak berguna, apalagi merugikan dirinya sendiri seperti narkotika dan semacamnya. Dengan mengikutsertakan para Korban Penyalahgunaan Narkotika pada pelatihan keterampilan, dimaksudkan untuk membekali mereka pengetahuan, keterampilan dan sikap positif guna menciptakan atau melakukan suatu pekerjaan di kemudian hari setelah kembali ke lingkungan tempat tinggalnya. Menurut Petunjuk Teknis Penanganan Masalah Sosial Korban Narkotika (1996 : 20), dijelaskan tentang tujuan Pelatihan Keterampilan Usaha/kerja/sekolah, adalah sebagai berikut : "Meningkatkan kemampuan klien dalam berbagai jenis keterampilan usaha/kerja untuk menunjang kebutuhan masa depannya dan atau melanjutkan pendidikannya"
Kemampuan seseorang yang telah mengikuti suatu pelatihan keterampilan untuk menciptakan suatu pekerjaan atau mata pencaharian sesuai dengan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap yang ia peroleh melalui
pekerjaan, atau berwira usaha, perolehan atau peningkatan pendapatan, kesehatan
dan penampilan diri; (b) kegiatan membelajarkan orang lain atau mengikutsertakari orang lain dalam memanfaatkan hasil belajar yang telah ia miliki; dan (c) peningkatan partisipasinya dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat,
baik partisipasi buah pikiran, tenaga, harta benda, dan dana".
Adanya dampak atau pengaruh keberhasilan pelatihan keterampilan bagi
para lulusannya, setelah mereka memperoleh pembinaan melalui Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Dampak atau pengaruh yang dimaksud adalah perolehan pekerjaan atau berwira usaha, yang terwujud dalam suatu pengelolaan mata pencaharian sehari-hari. Hal tersebut secara umum merupakan fokus dari penelitian ini.
B. Pembatasan Masalah/Fokus Penelitian
Perlunya pembatasan masalah/fokus penelitian ini, berkaitan keterbatasan tenaga, waktu, dana, dan kemampuan yang dimiliki peneliti. Sehubungan dengan hal tesebut, maka dari dua jenis keterampilan (keterampilan menjadi dan tatarias kecantikan) yang telah diajarkan atau dilatihkan kepada peserta (lulusan) dan memungkinkan untuk ditelusuri dampaknya terhadap kehidupan peserta (lulusan), dibatasi hanya terhadap mereka yang telah memperoleh
pengetahuan dan keterampilan menjahit.
11
1. Sejauh mana pengaruh pengetahuan dan keterampilan lulusan pelatihan
keterampilan , yang diperoleh melalui pelatihan keterampilan menjahit pada
Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang, terhadap
pengelolaan usaha mandiri (mata percaharian) ?
2. Bagaimana merencanakan usaha mandiri (mata pencaharian) oleh lulusan
pelatihan keterampilan, yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan
menjahit ?
3. Bagaimana mekanisme pelaksanaan usaha mandiri (mata pencaharian) dalam
kegiatannya sehari-hari oleh lulusan pelatihan keterampilan , yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjahit ?
4. Upaya apa yang dilakukan guna meningkatkan pengelolaan usaha mandiri (mata pencaharian) oleh lulusan pelatihan keterampilan, yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjahit ?
5. Faktor apakah yang merupakan pendukung dan penghambat pengelolaan usaha mandiri (mata pencaharian) bagi lulusan pelatihan keterampilan ?
C. Definisi Operasional
1. Pengaruh pengetahuan dan keterampilan terhadap pengelolaan usaha
mandiri (mata pencaharian)
Yang dimaksud dengan "Pengaruh pengetahuan dan keterampilan
terhadap pengelolaan usaha mandiri (mata pencahariariT dalam penelitian ini adalah
kontribusi penerapan kepandaian, kecakapan yang dimiliki para lulusan pelatihan menjahit terhadap penyelesaian berbagai tugas atau pekerjaan dalam mengelola
Diterapkannya pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui
suatu pelatihan, terhadap berbagai tugas atau pekerjaan pada pengelolaan usaha
mandiri (mata pencaharian), merupakan konsekuensi logis adanya kesesuaian antara
tugas atau pekerjaan yang akan diselesaikan dengan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki. Untuk itu, dalam menyelesaikan semua tugas atau pekerjaan pada
suatu usaha mandiri (mata pencaharian), terkadang tidak cukup dengan hanya
mengandalkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui satu jenis
pelatihan saja, melainkan perlu dilengkapi dengan kepandaian dan kecapan lain
sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan "Pengelolaan" sendiri, dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah proses berusaha yang dilakukan oleh para lulusan pelatihan keterampilan
yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjahit. Sebagaimana
dijelaskan Badudu-Zein, 1994 : 650 : Pengelolaan diartikan sebagai pengurusan,
penyelenggaraan atau manajemen. Selanjutnya, Donnely, Gibson dan Ivancevich,
1987 : 5, memberikan pengertian tentang manajemen, sebagai berikut :
"Management is the process undertaken by one or more individuals to coordinate
the activities of other to achieve results not a chievable by one individual acting
alone. And the process of management should be studied by any one planning to
become successful manager". Yakni, manajemen adalah proses berusaha yang
dilakukan oleh seseorang atau banyak orang untuk mengkoordinasi berbagai
kegiatan dalam mencapai hasil, di mana kegiatan tersebut telah dapat dilakukan
seseorang individu secara sendirian. Dan proses manajemen akan dimulai dari
13
2. Merencanakan usaha mandiri
Yang dimaksud dengan merencanakan usaha mandiri dalam penelitian
ini adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh para lulusan pelatihan keterampilan
menjahit, yang berkenaan dengan upaya persiapan untuk menyelenggarakan suatu
mata pencaharian. Ke dalam kegiatan ini meliputi : penentuan tujuan, penentuan
lokasi (tempat usaha), penyediaan modal, dan penyediaan tenaga pengelola usaha. Sedangkan "Usaha Mandiri" dalam penelitian ini dimaksudkan adalah
kegiatan yang dilakukan oleh para lulusan Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra
"Binangkit" Lembang. Kegiatan tersebut dilakukan dengan sengaja atas kemauan
sendiri dan atau dengan kebersamaan orang lain dalam bidang pekerjaan atau mata
pencahariannya sehari-hari. Selain itu, usaha mandiri dalam penelitian ini juga
dimaksudkan adalah upaya para lulusan Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra
"Binangkit" Lembang dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan kerja yang
ia miliki, sebagai hasil pelatihan keterampilan yang telah diikutinya, terhadap
pengelolaan usaha mata pencahariannya sehari-hari.
Seperti diketahui bahwa pengelolaan suatu usaha (perusahaan), baik
yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa, mempunyai berbagai bentuk
kepemilikan, begitu pula besar kecilnya jenis usaha tersebut. Menurut Vernon A.
Musselman dan John H. Jackson (1989), dalam bukunya : " Ekonomi Perusahaan :
Konsep-Konsep dan Praktek-Praktek Sezaman", mengemukakan bahwa bentuk
pemilikan suatu perusahaan dapat dibedakan atas : (1) pemilikan tunggal
(perusahaan perseorangan); (2) persekutuan; (3) usaha patungan; dan (4) bentuk lain,
dan jumlah karyawan, perusahaan dapat dibedakan atas : (1) perusahaan kecil; dan
(2) perusahaan besar.
Berdasarkan uraian di atas, dalam pembahasan pada tesis ini hanya akan menguraikan tentang usaha (perusahaan) kecil, dengan kepemilikan tunggal (perseorangan). Perusahaan kecil, sebagaimana dijelaskan Vernon A.M, dan J.H. Jackson (1989 : 194), adalah perusahaan yang dimiliki dan dioperasikan secara mandiri (independen) dan tidak dominan dalam bidang operasinya. Pada umumnya perusahaan kecil mempunyai sedikit karyawan, investasi modal terbatas, dan jumlah penjualan yang rendah. Suatu perusahan yang dianggap kecil kalau paling sedikit terpenulii dua dari kriteria berikut : (l)Manajemennya bebas, biasanya manajemya adalah pemiliknya; (2) Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil individu; (3) Operasi adalah setempat. Karyawan dan pemilik bertempat tinggal dalam satu kelompok pemukiman (pasar yang dilayani tidak harus setempat); (4) Dalam bidang industri bersangkutan, ukurannya relatif kecil. Perusahaan dianggap kecil bila dibandingkan dengan unit terbesar dalam bidangnya (ukuran kelompok terbesar sangat berbeda sehingga apa yng mungkin kelihatannya besar dalam satu bidang, nampaknya kecil dalam bidang lainnya). Selanjutnya dijelaskan pula tentang
karakteristik perusahaan kecil, sebagai berikut:
Manajemen. Karena manajer-manajer perusahaan kecil adalah juga pemiliknya,
15
Kebutuhan modal. Jumlah modal yang diperlukan relatif kecil dibanding modal
yang diperlukan oleh kebanyakan perusahaan besar. Modal ini biasanya dipasok
oleh satu orang atau paling banyak oleh beberapa orang.
Operasi setempat. Bagi sebagian besar perusahan kecil, daerah operasinya adalah
wilayah setempat. Pengusaha dan karyawannya bertempat tinggal di lingkungan di
mana perusahaan tersebut berlokasi. Namun ini tidak berarti bahwa perusahaan
kecil hanya melayani pasar setempat.
[image:25.595.76.487.278.584.2]Perbedaan antara perusahaan kecil dengan perusahaan besar, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
P E R B E D A A N A N T A R A P E R U S A H A A N K E C I L D E N G A N
P E R U S A H A A N B E S A R
Perusahaan kecil
Umumnya dikelola oleh pemilik Struktur organisasinya sederhana. Pemilik mengenal karyawannya Persentase tinggi dalam kegagalan perusahaan
Kurangnya manajer berspesialisasi Sukar mendapat modal jangka
panjang
Perusahaan besar
Biasanya dikelola oleh bukan pemilik
Struktur organisasinya kompleks Pemilik mengenal hanya sedikit karyawannya
Persentase rendah dalam kegagalan
perusahaan
Biasanya terdapat manajemen
berspesialisasi
Modal jangka panjang biasanya relatif mudah diperoleh
Sumber : Vernon A.Musselman & John H. Jackson, 1989: 196.
16
perbedaan-perbedaan yang cukup mencolok tersebut dapat diperkecil. Misalnya dari
segi sumber daya manusia, perusahaan kecil dapat mempersiapkan sumber daya
yang handal, terampil dan profesional melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui pelatihan keterampilan.
Dari segi permodalan, dengan lahirnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil, berarti usaha kecil bukan berarti sulit untuk mendapatkan bantuan permodalan, namun jangka waktu pemberian bantuan modal tetap disesuaikan dengan volume usaha yang dilakukan oleh perusahaan kecil yang bersangkutan. Seperti dikemukakan pada penjelasan
pasal 25 undang-undang tersebut di atas, bahwa:
Tata cara pembiayaan dan peminjaman Usaha Kecil diupayakan dengan sederhana dan mudah serta dengan persyaratan yang ringan. Prioritas pemberian pembiayaan dan penjaminan diberikan kepada kelompok atau lapisan Usaha Kecil yang jumlahnya paling besar, sedangkan jangka waktu pembiayaan ditetapkan secara luwes, sesuai dengan kelayakan dari Usaha
Kecil yang bersangkutan (B.N.Marbun, 1996 : 139).
Sebaliknya perusahaan yang berskala besar, jumlahnya tidak sedikit yang telah mendapatkan bantuan permodalan cukup besar serta jangka waktunya yang relatif panjang, namun tidak sedikit pula dari jumlah perusahaan tersebut telah menyalahgunakan pinjaman modal yang diberikan kepadanya, akibatnya negara yang dirugikan. Dari kenyataan ini, bukan tidak mungkin di masa yang akan datang suasananya menjadi terbalik, yakni pemberian pinjaman yang berjangka panjang justru lebih banyak diperuntukkan bagi perusahaan kecil.
17
Indonesia, bentuk perusahaan seperti ini dikenal dengan sebutan perusahaan
perseorangan). Bentuk ini adalah yang paling banyak dan sederhana serta paling
lama dari organisasi perusahaan.
Setelah menyimak penjelasan tentang perusahaan kecil berikut karakteristiknya, dan perusahaan perseorangan, maka pengelolaan usaha mandiri oleh mereka yang telah mengikuti pelatihan keterampilan menjahit pada Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang yang menjadi fokus penelitian, adalah jenis usaha yang memadukan kedua ciri di atas, yakni usaha mandiri yang kecil dan dikelola perseorangan. Dalam artian bahwa tidak tertutup kemungkinan usaha mandiri (mata pencaharian) tersebut mempekerjakan orang
lain, sekalipun jumlahnya terbatas.
3. Mekanisme pelaksanaan usaha mandiri dalam kegiatannya sehari-hari
Yang dimaksud dengan : "Mekanisme pelaksanaan usaha mandiri dalam kegiatannya sehari-hari" dalam penelitian ini adalah cara kerja dalam melakukan kegiatan usaha (mata pencaharian) setiap hari, guna mendapatkan keuntungan (laba), yang meliputi : menyiapkan dan mengolah bahan menjadi hasil produksi,
memasarkan hasil produksi, peralatan kerja, pengadministrasian kegiatan usaha, dan cara untuk mewujudkan kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Meningkatkan pengelolaan usaha mandiri
Yang dimaksud dengan : "Meningkatkan pengelolaan usaha mandiri"
perluasan lokasi (tempat usaha); penambahan modal, baik jumlah, penggunaan, maupun pengamanannya; penambahan tenaga pengelola, meliputi jumlah personil,
serta penambahan pengetahuan dan keterampilannya; penambahan peralatan kerja,
baik jumlah, mutu, maupun perawatannya; perbaikan produksi, meliputi jumlah,
jenis dan mutunya; perluasan pemasaran, meliputi cara dan prekuensinya; perbaikan administrasi usaha, meliputijenis dan cara mengerjakannya; dan upaya memperbaiki penanganan kesehatan dan keselamatan kerja, baik berupa tindakan maupun
penyediaan sarananya.
5. Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan
Yang dimaksud dengan : "Faktor pendukung pengelolaan" dalam penelitian ini adalah sesuatu hal (keadaan, peristiwa) yang menyokong, membantu, atau menunjang proses berusaha (bermata pencaharian), yang dilaksanakan oleh para lulusan pelatihan keterampilan menjahit. Sedangkan "Faktor penghambat" adalah sesuatu hal (keadaan, peristiwa) membuat proses berusaha (bermata pencaharian) yang dilaksanakan oleh para lulusan pelatihan keterampilan menjahit, menjadi lambat, tidak lancar. Kedua faktor tersebut, baik pendiikung maupun penghambat, dapat bersumber dari pengelola itu sendiri (internal), serta dapat bersumber dari luar
(eksternal).
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pefmasaiahah yang telah diuraikan, maka secara umum
penelitian ini bertujuan unttik,memperoleh gambaran mengeilai pengelolaan usaha
mandiri atau mata p^hcahatiah sehari-hari para lulusan pelatihan keterampilanr,
Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten Bandung
Propinsi Jawa Barat. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui tentang pengaruh pengetahuan dan keterampilan lulusan pelatihan
keterampilan, yang diperoleh melalui pelatihan keterampilan menjahit pada
Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang, terhadap pengelolaan usaha mandiri (mata pencaharian).
2. Mengetahui tentang cara merencanakan usaha mandiri oleh lulusan pelatihan keterampilan, yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjahit. 3. Memperoleh gambaran tentang mekanisme pelaksanaan usaha mandiri (mata
pencaharian) dalam kegiatannya sehari-hari, oleh lulusan pelatihan keterampilan, yang telah memperolehpengetahuan dan keterampilan menjahit. 4. Memperoleh gambaran tentang upaya yang dilakukan guna meningkatkan
pengelolaan usaha mandiri (mata pencaharian) oleh lulusan pelatihan keterampilan, yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjahit. 5. Memperoleh gambaran tentang faktor pendukung dan penghambat pengelolaan
usaha mandiri (mata pencaharian) bagi lulusan pelatihan keterampilan.
E. Manfaat Penelitian
Informasi yang dapat diungkapkan melalui penelitian ini, diharapkan
bermanfaat untuk:
20
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam
upaya perbaikan atau penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan keterampilan,
khususnya keterampilan menjahit bagi Bekas Korban Penyalahgunaan
Narkotika di Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang, serta penyempurnaan dalam mengelola usaha mandiri (mata pencaharian),
sebagai salah satu dampak dari hasil penyelenggaraan suatu pelatihan.
F. Kerangka Berpikir
Upaya pembelajaran melalui pelatihan keterampilanmenjahit yang dilakukan oleh Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat, merupakan salah satu wujud penyelenggaraan satuan Pendidikan Luar Sekolah yang dilaksanakan oleh lembaga tersebut. Hasil pelatihan ini tentunya memberikan pengaruh atau dampak terhadap diri para lulusannya
setelah kembali kemasyarakatnya.
Dari sinilah penelitian ini ingin melihat gambaran tentang apa yang dilakukan oleh para lulusan pelatihan keterampilan menjahit tersebut, berkaitan
dengan mata pencaharian yang dilakukannya. Untuk lebih jelasnya kerangka
berpikir penelitian ini dapat dijelaskan dalam sebuah bagan, sebagaimana tertera
Pemerintah
Hasil Penelitian
Bagan 2
KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN
Input Remaja/Pemuda
PSPP Sebagai Penyelenggara Pelatihan Keterampilan
Lulusan
Pengelolaan Usaha Mandiri (Mata Pencaharian)
21
BAB HI
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran secara mendalam
tentang "Pengelolaan Usaha Mandiri Lulusan Pelatihan Keterampilan
Bekas
Korban Penyalahgunaan Narkotika" dengan menggunakan pendekatan "Kualitatif
yang berbentuk "Studi Kasus". Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian
ini bertujuan untuk mengungkapkan data yang ada di lapangan dengan cara
menguraikan
dan menginterpretasikan
sesuatu seperti apa adanya
serta
menghubungkan sebab akibat terhadap sesuatu yang terjadi agar diperoleh
gambaran realita sosial yang sebenamya.
Bogdan dan Taylor (1975 :5) mendefinisikan "metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif bempa : kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan
ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Sejalan
dengan pendapat tersebut, Kirk dan Miller (1986 :9) mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara
fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya
dan
dalam
peristilahannya (Moleong, 1998 : 3).
Pendekatan kualitatif di dasarkan atas fenomenologis yang pada
dasamya bertujuan untuk memperoleh pemahaman (verstehen)
dan pengertian
12"
(understanding) tentang perilaku manusia ditinjau dari pelaku itu sendiri. Peneliti
kualitatif dalam orientasi fenomenologis sebagaimana dikemukakan oleh Geetsz
(1973), mencoba untuk memahami apa yang ia teliti dengan tekanan pada
aspek-aspek subjektif dari perilaku orang-orang, agar mengerti bagaimana dan apa
"meaning"
sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Fenomenologis
percaya, bahwa umat manusia mempunyai banyak cara menginterpretasikan
pengalaman, dan masing-masing dapat mengiterpretasikan melalui interaksi
dengan orang lain dan "meaning" dari pengalaman kita membentuk realitas
(Bogdan dan Biklen, 1982 : 30).
Pada bagian lain Bogdan dan Biklen (1982 -.27-29), menjelaskan
bahwa ada lima karakteristik dalam pendekatan kualitatif, yakni:
(1) Penelitian kualitatif hakekatnya mendapatkan data langsung dari sumbernya,
dan peneliti sebagai instrumen inti. Peneliti langsung mengikuti kehidupan :
sekolah, keluarga, tetangga ataulokasi lainyang menyangkut pendidikan.
(2) Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang dikumpulkan meliputi
transkrip interview, foto, catatan lapangan, video tape, dokumen dan catatan
lainnya.
(3)
Penelitian kualitatif lebih menekankan kepada proses daripada hasil atau
produk.
(4) Penelitian kualitatif berkecendemngan menganalisis data secara induktif.
Studi kualitatif tidak membuat hipotesis. Teori dikembangkan dari
i r
(5)
"Meaning" adalah esensi penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif disebut
"participant perspective"
dan penelitian kualitatif percaya bahwa yang
didapat secara perspektif adalah akurat.
Sejalan dengan ciri-ciri tersebut, S. Nasution secara
terinci
menjabarkan karakteristik pendekatan kualitatif sebagai berikut: (1) Sumber data
ialah situasi yang wajar atau "natural setting"; (2) Peneliti sebagai instrumen
penelitian. Peneliti adalah "key instrument" atau alat penelitian utama; (3) Sangat
deskriptif; (4) Mementingkan proses maupun produk; (5) Mencari makna di
belakang kelakuan atau perbuatan, sehingga dapat memahami
masalah atau
situasi; (6) Mengutamakan data langsung atau "first hand"; (7) Triangulasi, yaitu
memeriksa kebenaran data dengan cara memperoleh data dari sumber lain; (8)
Menonjolkan rincian kontekstual; (9) Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan
sama dengan peneliti; (10) Mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan
pandangan responden tentang bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia
dari segi pendiriannya; (11) Verifikasi, yaitu mencari kasus lain yang berbeda
dengan apa yang telah ditemukan untuk memperoleh hasil yang lebih dipercaya;
(12) Sampling yang purposif, dipilih menurut tujuan penelitian; (13) Menggunakan
"audit trial", yaitu mengikuti jejak atau melacak untuk mengetahui
apakah
laporan penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan; (14) Partisipasi tanpa
mengganggu untuk memperoleh situasi yang "natural" atau yang wajar; (15)
Mengadakan analisis sejak awal penelitian; dan (16) Desain penelitian tampil
Adapun penggunaan studi kasus dalam penelitian ini dimaksudkan
adalah penelitian yang sengaja dilakukan untuk mendalami tentang pengelolaan
kegiatan usaha mandiri atau pengelolaan mata pencaharian sehari-hari Para
Lulusan pelatihan keterampilan, yang meliputi : 1) Merencanakan usaha mandiri;
(2) Pelaksanaan usaha mandiri; (3) Upaya meningkatkan usaha mandiri; dan (4)
Berbagai faktor pendukung dan penghambat pengelolaan usaha mandiri; serta (5)
Pengaruh pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pelatihan
keterampilan terhadap upaya pengelolaan usaha mandiri atau pengelolaan mata
pencaharian sehari-hari Bekas Korban Penyalahgunaan Narkotika.
Penelitian kasus adalah penelitian yang mendalam mengenai unit
kehidupan sosial tertentu seperti individu, kelompok, keluarga, lembaga atau
masyarakat yang hasilnya mempakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi
secara baik mengenai unit tersebut. Dalam kaitan ini, Jaspan Helen (1960),
mengemukakan pengertian studi kasus, sebagai berikut:
Case study adalah kumpulan dari semua bahan-bahan yang berguna
dari seseorang yang ditulis sedemikian mpa sehingga memberikan suatu
gambaran yang jelas tentang latar belakang dan keadaan seseorang pada
waktu ini yang mempakan dasar untuk penyelidikan selanjutnya terhadap
case tersebut. (Jaspan Helen, 1960 : 134).
Walaupun pengertian di atas, secara khusus di tujukan kepada
individu atau seseorang sebagai obyek perhatian dari studi kasus tersebut, akan
tetapi pada dasamya studi kasus itu bemsaha menyelidiki banyak aspek, namun
sedikit obyek. Studi kasus bemsaha menggambarkan
suatu keadaan yang
7T
penyelidikan selanjutnya terhadap keadaan tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat
dikemukakan sifat khas dari studi kasus, yaitu :
Suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan
(wholeness) dari obyek, artinya data yang dikumpulkan dalam rangka
"studi kasus", dipelajari sebagai suatu keselumhan yang terintegrasi.
Tujuannya adalah untuk memperkembangkan
pengetahuan yang
mendalam mengenai obyek yang bersangkutan, yang berarti bahwa studi
kasus disifatkan sebagai suatu penelitian yang eksploratif (Vredenbregt, J,
1977 : 380).
Selanjutnya dikemukakan bahwa : "Studi kasus umumnya dipakai
dalam rangka studi eksploratif saja. Jadi bukan menguji suatu hipotesis melainkan
studi kasus justm berguna untuk memperkembangkan hipotesis, ..."(Vredenbregt,
J, 1977 : 43). Sedangkan yang dimaksud eksploratif adalah suatu istilah untuk
menunjukkan
penyelidikan atau pemeriksaan untuk tujuan diagnostic
(Komaraddin, 1984 : 93).
B. Subyek Yang Diteliti (Responden)
Dalam penelitian ini, telah ditetapkan subyek yang dijadikan sumber
data adalah lulusan pelatihan keterampilan yang telah memperoleh pengetahuan
dan keterampilan menjahit melalui pelatihan
yang dilaksanakan oleh Panti
Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang. Sesuai dengan satuan
kajian (unit analisis) dalam penelitian ini adalah pengelolaan usaha mandiri (mata
pencaharian) yang dilakukan oleh para lulusan yang telah memperoleh
pengetahuan dan keterampilan menjahit. Agar pengamatan terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh individu pengelola usaha mandiri ini, dapat lebih mendalam, maka
subjek yang diteliti tersebut dibatasi. Sehubungan dengan hal ini, S. Nasution
sampling random atau acakan dan tidak menggunakan populasi dan sampel yang
banyak. Sampelnya biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan
(purpose)
penelitian".
Berkaitan dengan pemilihan sampel secara "purposive" (bertujuan) di
atas, Moleong (1998 .165-166), mengemukakan bahwa ciri-ciri sampel yang
bertujuan, adalah sebagai berikut : (1) Rancangan yang- muncul : Sampel tidak
dapat
ditentukan atau ditarik terlebih dahulu; (2) Pemilihan sampel secara
bemmtan : Tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai
apabila pemilihan satuan sampel dilakukan jika satuan sebelumnya sudah dijaring
atau dianalisis; (3) Penyesuaian berkelanjutan dari sampel : Pada mulanya setiap
sampel dapat sama kegunaannya. Namun sesudah makin banyak informasi yang
masuk dan makin mengembangkan hipotesis kerja, akan ternyata bahwa sampel
makin dipilih atas dasar fokus penelitian; (4) Pemilihan berakhir bila sudah terjadi
pengulangan : Pada sampel bertujuan seperti ini, jumlah sampel ditentukan oleh
pertimbangan-pertimbangan informasi yang
diperlukan.
Jika
maksudnya
memperluas informasi, jika tidak adalagi informasi yang dapat dijaring, maka
penarikan sampel pun sudah dapatdiakhiri.
Untuk keperluan triangulasi, sebagai pelengkap informasi, peneliti
akan memanfaatkan pula para informan, yakni mereka yang dipandang dapat
memberikan informasi penting atau tambahan terhadap responden yang diteliti.
Para informan dimaksud antara lain : Orang tua responden, suami, dan keluarga
IT
Kriteria yang digunakan untuk menentukan subjek (responden)
adalah : (1) mereka yang telah mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
menjahit, melalui pelatihan keterampilan menjahit yang dilaksanakan oleh Panti
Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang; (2) telah memiliki usaha
(mata pencaharian) secara mandiri; (3) usaha (mata pencaharian) yang dilakukan
adalah usaha di bidang menjahit pakaian.
Sehubungan dengan hal tersebut, melalui penelitian ini telah berhasil
dijadikan responden sebanyak empat orang. Dan untuk mengungkapkan keempat
subjek (responden), digunakan suatu kode, guna menjamin kerahasiaan terhadap
subjek, misalnya : Responden 1, diberi kode A, responden 2, diberi kode B, dan
setemsnya. Untuk itu, keempat subjek yang dijadikan sumber data utama dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Responden A. Bertempat tinggal di jalan Panorama II Desa Lembang
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Kira-kira
terietak lebih kurang 100 meter arah barat Pasar Kecamatan Lembang.
Responden A, lahir di Tasikmalaya pada tanggal 13 Febmaril973, menikah
dengan suaminya pada tahun 1994, hingga sekarang telah memiliki seorang
anak laki-laki berumut 5 tahun.
Responden A mengikuti pelatihan keterampilan menjahit pada Panti
Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten Bandung
Propinsi Jawa Barat, sejak bulan April 1992 s.d. bulan Maret 1993 (selama satu
78
Responden A memulai usahanya di bidang jasa menjahit pakaian wanita, sejak
pertengahan tahun 1994. Tidak lama kemudian ia menikah dengan suaminya,
yang juga memiliki pengetahuan dan keterampilan menjahit, yang diperolehnya
selama lima tahun bekerja pada salah satu pemsahaan konveksi.
Hingga penelitian ini dilakukan, responden A bersama dengan suaminya
mengelola usahanya dalam bentuk jasa menjahit pakaian wanita. Usaha jasa
menjahit bagi responden mempakan pekerjaan pokok atau satu-satunya yang
menghasilkan uang baginya.
2. Responden B. Bertempat tinggal di jalan Lomajang Desa Citeureup Kecamatan
Deyekolot Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat, yakni kira-kira lebih
kurang 20 Km. arah selatan Kodya Bandung.
Responden B, lahir di Bandung pada tanngal 10 September 1974, masih gadis
(belum menikah). Pendidikan terakhir yang dimiliki adalah tamat pada Lembaga
Pendidikan Gum Taman kanak-Kanak pada tahun 1999.
Responden B, mengikuti pelatihan keterampilan menjahit pada Panti rehabilitasi
Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa
Barat, sejak bulan April 1996 s.d. bulan Maret 1997 (selama satu tahun),
sebagai bagian dari kegiatan rehabilitasi sosial yang diikutinya.
7T
Kanak-Kanak yang dijadikannya sebagai pekerjaan pokok, sejak bulan Juli 1999
hingga penelitian ini dilaksanakan.
3. Responden C. Bertempat tinggal di jalan poros Cikatomas Desa Pakemitan
Kecamatan Cikatomas Kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Terietak
kira-kira 90 km arah selatan Kota Tasikmalaya, atau lebih kurang 190 km dari
Kotamadya Bandung. Responden C lahir di Tasikmalaya pada tanggal 25
Oktober 1972. Pendidikan terakhirnya adalah tamat Sekolah Pendidikan Gum
(SPG) pada tahun 1991, serta menikah dengan suaminya pada tahun 1994, dan
sekarang telah memiliki seorang anak perempuan berumur 4 tahun.
Responden C, mengikuti pelatihan keterampilan menjahit pada Panti
Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten Bandung
Propinsi Jawa Barat, sejak bulan April 1992 s.d. bulan Maret 1993 (selama satu
tahun), sebagai bagian dari kegiatan rehabilitasi sosial yang diikutinya.
Responden C memulai usahanya di bidang jasa menjahit pakain wanita sejak
bulan Desember 1993, hingga penelitian ini berlangsung. Dan usaha jasa
menjahit ini mempakan pekerjaan pokok baginya.
4. Responden D. Bertempat tinggal di Cibogor Desa Cibogor Kecamatan Ligung
Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat, ± 100 km dari ibukota propinsi.
Lahir di Majalengka pada tanggal 10 Nopember 1975. Pendidikan terakhirnya
adalah tamat SD pada tahun 1988, serta menikah dengan suaminya pada bulan
Mei 1998, hingga penelitian ini dilaksanakan, responden belum memiliki anak.
Sebelum responden D mengikuti pelatihan keterampilan menjahit pada Panti
•w
Propinsi Jawa Barat, pada bulan April 1996 s.d. bulan Maret 1997 (selama satu
tahun), sebagai bagian dari kegiatan rehabilitasi sosial yang diikutinya.
Responden pemah mengikuti kursus menjahit di Jatiwangi Kabupaten
Majalengka, selama empat bulan, yakni bulan September s.d Desember 1995.
Responden D, memulai usahanya di bidang jasa menjahit pakaian wanita bulan
April 1997 hingga penelitian ini berlangsung. Dan usaha jasa menjahit ini
mempakan pekerjaan pokok baginya.
C. Data Yang Dikumpulkan
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah informasi
yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian, sebagaimana diuraikan pada bagian
pendahuluan tulisan ini, dan informasi pendukung lainnya :
1. Data menyangkut latar belakang responden yang dilihat dari segi:
a. Latarbelakang umur dan pendidikan (formal)
b. Latar belakang keluarga c. Latar belakang ekonomi
d. Latar belakang pengetahuan dan keterampilan
2. Data menyangkut proses pengelolaan usaha mandiri (mata pencaharian)
responden :
a. Latar belakang berdirinya dan cara memulai usaha (mata pencaharian)
b. Tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan usaha
c. Cara menentukan lokasi Usaha
d. Cara menyediakan modal awal : Sumber dana, jumlah, dan cara
e. Cara mempersiapkan tenaga pengelola
f. Mekanisme pelaksanaan usaha (mata pencaharian), terdiri dari : Cara
menyiapkan bahan baku untuk diproduksi, proses produksi dan pemasaran
hasil produksi, peralatan yang digunakan, pengadministrasian kegiatan, dan
upaya perwujudan kesehatan dan keamanan kerja.
g. Upaya yang dilakukan responden untuk meningkatkan usahanya
3. Data menyangkut berbagai faktor yang dapat mendukung dan menghambat
pengelolaan usaha
4. Data menyangkut pemanfaatan hasil usaha (keuntungan yang diperoleh
responden dari mata pencahariannya)
5. Data menyangkut pandangan responden tentang pengaruh pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh melalui pelatihan keterampilan menjahit pada
Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten
Bandung Propinsi Jawa Barat, terhadap upaya pengelolaan usaha mandiri
(mata pencaharian) sehari-hari.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Pengamatan (observasi), wawancara (interview), dan studi dokumentasi.
Pengamatan atau observasi, dilakukan untuk mengetahui dari dekat
kegiatan dan peristiwa tertentu yang terjadi oleh kasus sehingga dapat membenkan
informasi yang diperlukan sesuai dengan fokus penelitian. Alasan metodologis
IT
mengoptimalkan kemampuan peneliti dan segi motif, kepercayaan, perhatian, dan
perilaku lainnya; (2) pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia
sebagai yang dilihat oleh subjek penelitian, menangkap arti fenomena dari segi
pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan
para subjek pada keadaan waktu itu; (3) pengamatan memungkinkan peneliti untuk
merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek; (4) pengamatan
memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama baik pihaknya
maupun dari pihak subjek (Lexi J. Moleong, 1998 : 126).
Sehubungan dengan hal tersebut, pengamatan dilakukan dalam
penelitian ini ditujukan kepada kegiatan dalam pengelolaan usaha mandiri (mata
pencaharian) yang dilakukan oleh responden, dan hal-hal yang berhubungan
dengan kegiatan itu, seperti tempat usaha, peralatan (fasilitas) usaha.
Wawancara
atau interview, dapat dipandang sebagai teknik
pengumpulan data dengan cara tanya jawab, yang dilakukan dengan sistematik dan
berdasarkan pada tujuan penelitian. Sehubungan dengan ini, S. Nasution (1988)
mengemukakan bahwa dalam wawancara kita dihadapkan kepada dua hal.
Pertama, kita hams secara nyata mengadakan interaksi dengan responden. Kedua,
kita menghadapi kenyataan adanya pandangan orang lain yang mungkin berbeda
dengan pandangan kita sendiri.
Apa yang dapat ditanyakan dalam wawancara, Patton (1980),
mengelompokkan atas enam jenis pertanyaan dan setiap pertanyaan yang diajukan
akan terkait dengan salah satu pertanyaan lainnya. Keenam jenis pertanyaan
S j
(1) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku;
(2) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai;
(3)
Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan;
(4)
Pertanyaan tentang pengetahuan;
(5) Pertanyaan yang berkaitan dengan indera; dan
(6)
Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi
(Lexi. J. Moleong, 1998 :140-141).
Sehubungan dengan hal tersebut, penggunaan wawancara (interview)
dalam penelitian ini ditujukan kepada responden (sumber informasi utama), untuk
memperoleh data tentang cara merencanakan, melaksanakan, teknik
untuk
meningkatkan, serta berbagai faktor penunjang dan penghambat usaha mandiri
(mata pencaharian) yang dikelolanya, serta pengaruh pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki terhadap pengelolaan usahanya. Wawancara juga
ditujukan kepada sumber informasi yang dianggap relevan informasi yang
dibutuhkan, seperti para orang tua responden dan keluarga dekat lainnya di mana
responden melakukan usahanya; Pekerja sosial kecamatan yang setiap saat
memberikan bimbingankepada responden.
Studi Dokumentasi, dilakukan untuk mengungkapkan data yang
bersifat administratif dan data kegiatan-kegiatan yang terdokumentasi. Menurut S.
Nasution (1988 : 85), dalam penelitian kualitatif, dokumen termasuk sumber non
human resources yang dapat dimanfaatkan karena memberikan beberapa
keuntungan, yaitu bahannya telah ada, telah tersedia, siap pakai dan menggunakan
•W
Di samping dokumen, catatan-catatan lapangan atau fieldnotes sangat
penting dalam menjaring data kualitatif. Sekaitan dengan fieldnotes ini, Bogdan
dan Biklen (1982), mengemukakan bahwa catatan lapangan merupakan catatan
tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka
pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (Lexi. J.
Moleong, 1998 : 153).
Sehubungan dengan hal tersebut, penggunaan teknik studi dokumentasi
dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mencari dan mempelajari dokumen
tertulis maupun gambar yang berkaitan dengan pengelolaan usaha mandiri
responden, seperti administrasi kegiatan yaitu buku catatan hasil pengukuran
pakaian yang dilakukan terhadap para pelanggan yang memesan jahitan, bukti
kepemilikan keterampilan yang berkaitan dengan usaha yang dikelolanya.
Perlu ditambahkan bahwa untuk memudahkan merekam semua
informasi yang dibutuhkan, dan untuk menghindari
jangan sampai usaha
pencarian informasi menyimpan dari tujuan penelitian, maka disediakan pedoman
wawancara/pengamatan. Pedoman tersebut pada umumnya mempakan pertanyaan
terbuka
2. Teknik Analisis Data
Menganalisis data mempakan suatu langkah yang sangat penting
dalam suatu penelitian, karena memungkinkan peneliti memberikan makna
terhadap data yang telah dikumpulkan. Adapun prosedur yang ditempuh
sebagaimana disarankan S. Nasution (1988 : 129), yaitu : reduksi data, display
IT
a. Reduksi Data
Reduksi data mempakan langkah awal dalam menganalisis data.
Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang telah
terkumpul. Reduksi data dilakukan dengan cara membuat rangkuman terhadap
aspek-aspek permasalahan yang diteliti, sehingga memudahkan bagi peneliti dalam
melakukan langkah-langkah analisis berikutnya.
Dalam penelitian ini aspek-aspek yang direduksi, yaitu pengelolaan
usaha mandiri (mata pencaharian) sehari-hari, yang meliputi penentuan lokasi
(tempat usaha), penyediaan modal usaha, tenaga pengelola, pengoperasian usaha,
yang meliputi proses produksi barang dan jasa, pemasaran hasil produksi,
pengadministrasian kegiatan usaha, dan upaya mewujudkam kesehatan dan
keamanan kerja, upaya meningkatkan usaha, berbagai faktor pendukung dan
penghambat pengelolaan usaha, serta pengaruh pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh responden melalui pelatihan pada Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi
Putra "Binangkit" Lembang, terhadap pengelolaan usahanya.
b. Display Data
Display data dilakukan dengan maksud untuk memudahkan
pemahaman terhadap aspek-aspek yang diteliti, yakni dengan menyajikan data
secara singkat dan jelas baik secara keselumhan maupun bagian demi bagian.
Penyajian data ini selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk menafsirkan sampai
dengan pengambilan keputusan. Dalam kaitan ini pula penulisan kalimat : "Panti
86
c. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah terakhir dari kegiatan analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini, yaitu pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
dimaksudkan di sini adalah memberi makna terhadap data yang telah terkumpul,
dan kesimpulan ini dibuat dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami,
dengan mengacu pada aspek-aspek yang diteliti. Sedangkan kegiatan verifikasi
dilakukan dengan cara mempelajari data yang telah direduksi maupun data yang
telah disajikan. Selain itu kegiatan ini
dilakukan dengan cara meminta
pertimbangan kepada orang/petugas yang berkompeten, misalnya para pekerja
sosial, pengelola kegiatan pelatihan keterampilan menjahit pada Panti Rehabilitasi
Sosial Pamardi PutraBinangkit" Lembang, Petugas dari SKB dan BPKB setempat.
Pengambilan kesimpulan yang bersifat sementara dan verifikasi perlu dilakukan
secaraterns menems hingga diperolehkesimpulan akhir.
E. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian ini, dibagi ke dalam tiga kategori
kegiatan, menggambarkan langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh peneliti
sejak awal hingga penelitian ini berakhir, sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi
Tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan
lengkap tentang masalah yang
akan diteliti. Hal ini juga sekaligus untuk
memantapkan desain dan fokus penelitian berikut sumber datanya. Pada tahap ini
peneliti mengadakan kunjungan informal ke Panti Sosial Pamardi Putra
IT
pengelolaan usaha para lulusan atau bekas binaan panti, guna menjajagi lapangan
dan mencari informasi awal untuk menentukan permasalahan atau fokus penelitian.
Selama itu pula peneliti dengan pengarahan dan bantuan dari dosen pembimbing,
menyusun dan memantapkan desain penelitian.
2. Tahap Eksplorasi
Tahap ini dimaksudkan adalah penelitian sesungguhnya, yaitu
mengumpulkan data
sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Tahap ini
dilaksanakan setelah
peneliti memperoleh rekomendasi dari instansi yang
berwenang. Pada tahap ini juga diadakan analisis data sesuai dengan
langkah-langkah yang telah dikemukakan di atas. Tahap kegiatan ini dimulai pada
pertengahan bulan April hingga pertengahan bulan Juni 2000, setelah mendapat
izin atau persetujuan dari Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit"
Lembang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat.
3. Tahap Analisis Data
Tahap ini mempakan salah satu langkah yang sangat penting dalam
suatu penelitian, yakni peneliti melakukan kegiatan mengolah data yang terkumpul
melalui pengamatan, wawancara, maupun studi dokumentasi, dan dimulai sejak
awal pengumpulan data. Ke dalam kegiatan ini adalah mengatur,
mengurut-umtkan, mengelompokkan, mengkategorikan data, memberi makna terhadap data,
•w
F. Keabsahan Temuan Penelitian
Untuk menjamin keabsahan dan kebermaknaan hasil penelitian ini,
beberapa kegiatan dilakukan sebagaimana disarankan S. Nasution (1988 : 114-124)
dan Moleong (1998 : 173-186), yakni antara lain:
1. Triangulasi
Yaitu mengecek kebenaran data dengan membandingkannya dengan
data dari sumber lain. Dalam penelitian ini, untuk melakukan triangulasi yakni
membandingkan antara data yang bersumber dari pengelola usaha (mata
pencaharian) dengan data yang diperoleh dari sumber lain, seperti data yang
diperoleh melalui wawancara dibandingkan dengan data yang diperoleh melalui
observasi, sertaisi dokumen yangberkaitan.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dimaksudkan dalam penelitian ini adalah upaya
yang dilakukan oleh peneliti dalam mengadakan pengamatan dengan teliti dan
rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Dalam
kaitan ini, peneliti bemsaha menginap di tempat di mana responden melakukan
usahanya. Terhadap lokasi usaha responden yang mudah dijangkau oleh peneliti
(tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti), peneliti melakukan pengamatan dan
wawancara dengan bemlang kali mendatangi lokasi usaha responden.
Selain cara di atas, peneliti bemsaha ikut terlibat dalam proses kegiatan
yang dilakukan responden, yakni ikut memanfaatkan jasa menjahit yang
ditawarkan responden, dengan melalui istri peneliti yang memesan jahitan pada
peneliti. Hal ini dilakukan sebanyak dua kali, dengan maksud untuk mendapatkan
data tentang ketepatan waktu, tarif (ongkos jahitan), serta langkah-langkah
pelayanan yang dilakukan responden.
3. Penggunaan Bahan Referensi
Yaitu menggunakan tape recorder. Dengan cara ini peneliti dapat
memperoleh informasi secara lengkap dari sumber
data dan kemungkinan
kekeliruan dapat diperkecil. Dalam mempergunakan alat perekam suara ini,
terlebih dahulu peneliti meminta persemjuan dengan responden, dengan
mengemukakan alasan yang dapat diterima oleh responden, antara lain bahwa
peneliti menggunakan alat perekam suara tujuannya tidak lain hanya menghindari
jangan sampai terjadi kelupaan oleh peneliti sehingga terjadi perbedaan apa yang