• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL PENGELOLAAN USAHA MANDIRI LULUSAN PELATIHAN KETERAMPILAN: Kasus Lulusan Pelatihan Keterampilan Menjahit Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL PENGELOLAAN USAHA MANDIRI LULUSAN PELATIHAN KETERAMPILAN: Kasus Lulusan Pelatihan Keterampilan Menjahit Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Jawa Barat."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL PENGELOLAAN USAHA MANDIRI

LULUSAN PELATIHAN KETERAMPILAN

(Kasus Lulusan Pelatihan Keterampilan Menjahit

Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Jawa Barat)

TESIS

Diajukan kepada Panitia UjianTesis Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia untuk Memenuhi

Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi

Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pelatihan

O l e h :

Drs. ABDUL HARIS Nim:989534

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROGRAM PASCASARJANA

(2)

P E R N Y A T A A N

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis ini dengan judul "PROFIL

PENGELOLAAN USAHA MANDIRI LULUSAN PELATIHAN KETERAMPILAN"

(Kasus Lulusan Pelatihan Keterampilan Menjahit Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Jawa Barat), beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan ciri-ciri yang tidak sesuai

dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dan karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2000

Yang|\4embuat Pernyataan,

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, M.A.

NIP. 130 321112

Pembimbing II,

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berusaha menjawab sebuah permasalahan berkenaan dengan

penmgaruh pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki para lulusan pelatihan keterampilan Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra Binangkit" Lembang, terhadap pengelolaan usahanya, bagaimana merencanakan, pelaksanaan, upaya meningkatkan, dan berbagai pendukung dan hambatan dalam pengelolaan usaha tersebut. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambgaran tentang pengelolaan usaha (mata pencaharian) oleh lulusan pelatihan keterampilan dimaksud.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian, serta upaya dalam mencapai

tujuannya, maka ada beberapa teori yang mendasari, di antaranya : Teori andragogi, yang menekankan bahwa pengalaman yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh dalam belajarnya; Konsep aliran progresivisme, yang salah satu prinsipnya bahwa pendidikan adalah kehidupan itu sendiri, yang mengandung makna bahwa tanpa upaya pendidikan maka manusia tidak dapat hidup sempurna; Konsep pendidikan luar sekolah, yang menekankan bahwa pendidikan itu berlangsung seumur hidup dan dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana, dan bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi manusia berupa sikap, tindak dan karya, menuju terbentuknya manusia seutuhnya yang gemar belajar agar mampu meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. Meningkatnya mutu kehidupan dapat bermula dari perolehan pekerjaan atau berwiusaha sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sebagai dampak hasil belajarnya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dalam bentuk studi kasus, di mana subyek yang diteliti sebanyak 4 orang, yakni masing-masing mereka yang telah atau sedang mengelola suatu usaha (mata pencaharian) secara mandiri, yang berkaitan erat dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, yakni usaha di bidang menjahit pakaian. Sedangkan untuk mendapatkan data yang relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian, digunakan teknik pengamatan (observasi), wawancara (interview), dan studi dokumentasi, dan untuk memudahkan penggunaan ketiga teknik pengumpulan data tersebut, dilengkapi dengan pedoman, yang berisikan pertanyaan

terbuka.

Berbagai data/informasi yang berhasil dihimpun guna menjawab pertnyaan penelitian ini, yakni perolehan pengertahuan dan keterampilan melalui pelatihan keterampilan menjahit pada Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang, dan penerapannya dalam melakukan usahanya; cara merencanakan

pengelolaan usaha, meliputi tujuan yang ingin dicapai, persiapan modal usaha, persiapan tempat usaha, persiapan tenaga pengelola usaha; pelaksanaan usaha, meliputi pengadaan bahan baku jahitan, peralatan yang digunakan, jenis produksi yang dilakukan, proses produksi, waktu yang digunakan, pemasaran hasil produksi, upah

atau keuntungan yang diperoleh, administrasi dan pembukuan kegiatan usaha, serta uapaya kesehatan dan keselamatan kerja; upaya yang dilakukan guna meningkatkan

pengelolaan usaha; dan berbagai faktor pendukung dan penghambat pengelolaan usaha

yang dilakukan oleh responden.

Untuk menarik suatu kesimpulan akhir dari hasil pelaksanaan penelitian ini, dilakukan pembahasan/diskusi terhadap teihuan-temuan lapangan. Dan sehubungan

dengan keterbatasan penelitian ini, maka perlu direkomendasikan : (1) Penyeleggaraan pelatihan ketermpilan sedapat mungkin lerbih mengutamakan pemenuhan kebutuhan peserta daripada pencapaian target program, selain itu, materi pelatihan sebaiknya tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk menciptakan produk, melainkan yang tak kalah pentingnya adalah cara menerapkan pengetahuan dan keterampilan itu melalui kegiatan nyata dalam pengelolaan usaha mata pencaharian; (2) Para lulusan pelatihan keterampilan yang telah mengelola suatu usaha perlu mendapat bimbingan secara terus menerus, terutama dalam hal pengembangan usaha kearah yang lebih maju; (3) Untuk penelitian selanjutnya, agar dapar menelusuri lebih jauh dampak pelatihan berbagai keterampilan yang telah dilaksanakan oleh panti tersebut di atas, dengan menggunakan populasi dan sampel yang lebih besar, serta dengan

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBARAN JUDUL i

PERNYATAAN ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR v

UCAPAN TERIMA KASIH vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTARBAGAN xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan Masalah/Fokus Penelitian 10

C. Definisi Operasional 11

D. Tujuan Penelitian 18

E. Manfaat Penelitian 19

F. KerangkaBerpikir 20

BAB II TINJAUAN TEORITIS 22

A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah, Arti dan Kriteria

Kemandirian 22

1. Pendidikan Luar Sekolah 22

a. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah 22

b. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah 23

c. Ciri-ciri Pendidikan Luar Sekolah 25

d. Sasaran Pendidikan Luar Sekolah 26

e. Komponen PendidikanLuar Sekolah 27

2. Arti dan Kriteria Kemandirian 30

a. Arti Kemandirian 30

b. Kriteria Kemandirian 31

B. Konsep Pengelolaan Usaha Kecil Mandiri 34

1. Pengertian Mandiri 35

(6)

2. Merencanakan Usaha Kecil Mandiri 36

3. Pelaksanaan Usaha Kecil Mandiri 43

4. Meningkatkan PengelolaanUsaha Kecil Mandiri 53

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengelolaan

Usaha Kecil Mandiri 54

C. Konsep Pelatihan Keterampilan Ditinjau dari Sistem

Pendidikan Luar Sekolah 56

1. Pengertian, Landasan Filosofis, dan Kegunaan

Tentang Pelatihan Keterampilan 56

a. Pengertian Pelatihan Keterampilan 56

b. Landasan Filosofis Tentang Pelatihan

Keterampilan 57

c. Kegunaan Tentang Pelatihan Keterampilan 61 2. Metode Pembelajaran dalam Pelatihan

Keterampilan 63

3. Pelatihan Keterampilan Sebagai Proses Pemberdayaan 69

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 71

A. Metode Penelitian 71

B. Subjek Yang Diteliti 75

C. Data Yang Dikumpulkan 80

D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 81

1. Teknik Pengumpulan Data 81

2. Teknik Analisis Data 84

E. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian 86

1. Tahap Orientasi 86

2. Tahap Eksplorasi 87

3. Tahap Analisis Data 87

F. Keabsahan Temuan Penelitian 88

1. Triangulasi 88

2. Ketekunan Pengamatan 88

3. Penggunaan Bahan Referensi 89

4. Mengadakan Member Check 89

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN 90

A. Deskripsi Hasil Penelitian 90

1. Deskripsi Umum 90

2. Deskripsi Khusus 115

B. Pembahasan 131

(7)

1. Kesesuaian Antara Pengalaman Dengan Pengetahuan dan Keterampilan yang Diperoleh Responden Melalui Pelatihan Keterampilan Menjahit Pada Panti Rehabilitasi Sosial

Pamardi Putra "Binangkit" Lembang 132

2. Upaya Belajar Sendiri 134

3. Ternpat (Lokasi) Usaha 136

4. Modal Usaha 137

5. Tenaga Pengelola 139

6. Pemasaran 140

7. Administrasi dan Pembukuan Usaha 143

C. Temuan dan Implikasi Hasil Penelitian 144

1. Temuan Penelitian 144

2. Implikasi Hasil Penelitian 147

D. Keterbatasan Penelitian 148

BABV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 149

A. Kesimpulan 149

B. Rekomendasi 154

DAFTAR KEPUSTAKAAN 157

(8)

DAFTAR LABEL

Tabel Halaman

1. PERBEDAAN ANTARA PERUSAHAAN KECIL DENGAN

PERUSAHAAN BESAR 15

2. BEBERAPA CATAT AN ADMINISTRASI DAN MATERl ATAU

KEGIATANNYA 48

3. JENIS PERALATAN YANG DIMILIKI RESPONDEN 99

[image:8.595.137.459.293.673.2]
(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

1. ALUR MEKANISME PENERIMAAN CALON PESERTA

REHABILITASI SOSIAL 6

2. KERANGKA BERPIK1R PENELITIAN 21

3. HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARA KOMPONEN-KOMPONEN

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH 30

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Catatan Lapangan 160

2. Pedoman Wawancara 162

3. Pedoman Observasi 166

4. Foto Kondisi Lokasi (Tempat) Pengelolaan Usaha Jasa Menjahit

Responden 168

5. Permohonan Izin Mengadakan Studi Lapangan/Observasi 172

6. Surat Penyampaian Kepada Responden 173

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan dari usaha pembangunan adalah untuk mencapai kesejahteraan materil maupun sprituil yang merata bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu seiring dengan perkembangan fisik, peningkatan kemampuan manusia, perubahan sikap dan perilakunya sesuai dengan perkembangan zaman perlu mendapat perhatian serius. Pembangunan hanya terlaksana dengan baik, apabila terlebih dahulu dilakukan kegiatan membangun potensi insaniah pembangunan.

Potensi insaniah pembangunan yang cukup dominan adalah generasi muda. Generasi muda dengan berbagai atributnya yang sekaligus merupakan anggapan dasar bahwa generasi muda adalah penerus nilai-nilai luhur bangsa, generasi muda adalah penerus perjuangan bangsa, generasi muda adalah penerus bangsa atau penerus keturunan, generasi muda adalah mengisi masa depan. Generasi muda adalah angkatan kerja produktif yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam menciptakan kegiatan pembangunan di segala bidang.

Menyadari akan peran dan tanggung jawab generasi muda terhadap pelaksanaan pembangunan dan kontinuitas bangsa, yang akan terus berkembang, maka generasi muda dituntut mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang paling mutahir sekalipun. Di sisi lain, generasi muda dihadapkan pada era

globalisasi yang senantiasa membawa dampak krisis nilai dan intelektual bagi

dirinya. Erosi kredibilitas dari para pembina dan ketidakpastian masa depan telah

(12)

angkatan kerja potensial dan bercita-cita untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya. Untuk itu, peningkatan keterampilan dan peranan sikap hidup yang baik perlu ditumbuhkembangkan sejak dini. Maksudnya, bahwa generasi muda perlu dibina

secara serius.

Generasi muda sebagai penerus cita-cita bangsa, serta sebagai potensi bangsa dimasa datang, diharapkan memiliki kesiapan fisik dan mental yang matang. Sehubungan dengan itu, GBHN Tahun 1998, mengamanatkan :

Pemuda sebagai kader bangsa dan kader pembangunan perlu terus

meningkatkan profesionalisme kewirausahaan, komunikasi timbal balik,

kebiasaan gemar membaca yang memdorong semangat dan kemauan belajar

dan bekerja keras untuk mengembangkan kecerdasan, keahlian dan

keterampilan, serta daya nalar, berpikir kritis analitis dan tanggap terhadap tantangan dan lingkungan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

(Tap MPR RI No. II/MPR/1998).

Akan tetapi perjalanan kehidupan generasi muda tidaklah selalu mulus sebagaimana yang diharapkan bersama oleh orang tua (keluarga), masyarakat dan pemerintah. Generasi muda dalam perjalanan hidupnya, banyak yang menyimpang dari jalur yang seharusnya ia lalui. Salah satu di antaranya adalah keterlibatan generasi muda pada penyalahgunaan narkotika. Hal ini sesuai dengan penjelasan Sudarsono (1991, h.66), sebagai berikut : "Dalam beberapa dasa warsa terakhir ini

penyalahgunaan narkotika sebagian dilakukan oleh kaum remaja. Khusus di Indonesia keadaan ini kerap kali melanda anak-anak remaja di kota-kota besar".

Kondisi generasi muda dalam hal penyalahgunaan narkotika dan

sejenisnya dewasa ini memang sangat memperihatinkan, sebagaimana diungkapkan melalui data Dirjen Dikti Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan R.L, sebagai

(13)

Bahwa penggunaan napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif) di kalangan pelajar dan mahasiswa cukup tinggi, Data tersebut bersumber dari Rumah Sakit Ketergantungan Obat, setidaknya terdapat 50. ribu sampai 75 ribu orang. Yang tidak terdeteksi diperkirakan mencapai 10 hingga 15 kali

data yang ada. Sekedar gambaran, berdasarkan kondisi perFebruari 1999,

jumlah penderita tingkat SLTP mencapai 1.055 orang , SLTA 2.096 orang, dan perguruan tinggi/akademi 1.569 orang. (Surat Kabar Harian Republika,

tanggal 6 September 1999 : 9).

Data di atas menunjukkan bahwa keterlibatan remaja atau generasi muda dalam penyalahgunaan narkotika dan sejenisnya sudah cukup tinggi, yang tentunya sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup remaja/generasi muda khususnya,

dan kelangsungan hidup bangsa dan negara pada umumnya. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulanginya, baik oleh pemerintah,

kalangan swasta, maupun masyarakat secara luas. Salah satu bentuk kegiatan

penanggulangan yang biasa dilakukan, baik oleh pemerintah, maupun organisasi

atau lembaga swasta, adalah melalui upaya pendidikan. Upaya pendidikan dimaksudkan adalah bukan hanya berlangsung dalam sekolah, melainkan di luar sekolah (Pendidikan Luar Sekolah), sebagaimana dikemukakan D. Sudjana, sebagai berikut

Pendidikan Luar sekolah adalah setiap upaya pelayanan pendidikan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup dan dijalankan dengan sengaja, teratur, terencana, dan bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi manusia berupa sikap, tindak dan karya, menuju terbentuknya manusia seutuhnya yang gemar belajar-mengajar agar mampu meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. (D. Sudjana, 1993, : 37).

Sejalan dengan pendapat di atas, Garis-Garis Besar Haluan Negara

(GBHN) Tahun 1993, mengamanatkan bahwa :

(14)

agar mampu bekerja dan berwira usaha serta meningkatkan martabat dan

kualitas kehidupannya. (TAP MPR Rr No. II/MPR/1993).

Bertitik tolak dari pendapat di atas, bahwa peranan pendidikan luar

sekolah adalah menghasilkan kegiatan edukatif, ditambah dengan keterampilan

sehingga peserta didik terbekali untuk dapat melakukan penyesuaian yang harmonis

antara perkembangan rohaniah dan pertumbuhan jasmaniah, juga mengembangkan

sikap positif dan bertanggung jawab. Dengan demikian pendidikan luar sekolah

menitikberatkan upaya untuk membantu peserta didik dalam mengoptimalisasikan

perkembangan intelektual, perasaan, kemapuan, usaha dan keterampilan, serta untuk mengambil keputusan yang tepat dalam kehidupannya.

Untuk mencapai maksud tersebut di atas, maka salah satu bentuk

pelayanan pendidikan luar sekolah yang menitikberatkan pada upaya pemberian

keterampilan kerja kepada peserta, yakni melalui suatu pelatihan. Menurut Peraturan

Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 1991 Tentang Latihan Kerja, dijelaskan bahwa : Latihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberikan, memperolah, meningkatkan serta mengembangkan keterampilan, produktivitas, disiplin, sikap kerja dan etos kerja pada tingkat keterampilan tertentu berdasarkan persyaratan jabatan tertentu yang pelaksanaannya mengutamakan praktek daripada teori (D. Sudjana, 1996 : 263).

Henry Simamora (1995 : 287), mengemukakan bahwa pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian,

pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seseorang individu. Pelatihan

berkenaan dengan perolehan keahlian-keahlian atau pengetahuan tertentu.

Dari pengertian di atas dan dalam kaitannya dengan upaya untuk membekali keterampilan kepada remaja bekas korban penyalahgunaan narkotika

agar kelak dapat menyesuaikan diri pada lingkungan masyarakatnya, tanpa

(15)

bahwa tanggung jawab terhadap pengembangan dan pembinaan Remaja/anak

sebagai generasi muda, merupakan tugas bersama antara orang tua, masyarakat dan

pemerintah, serta tanggung jawab generasi muda itu sendiri. Pembinaan generasi

muda, dijelaskan dalam TAP MPR RI No. II/MPR/1998, sebagai berikut:

Pembinaan remaja dilaksanakan melalui peningkatan keimanan dan

ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pembiasaan dan penghayatan perilaku terpuji, sikap mandiri, berprestasi, dan bertanggung jawab,

peningkatan budaya gemar membaca dan budaya belajar, pertumbuhan kemampuan dan daya nalar, kemampuan berinisiatif dan berpikir kritis analitis, pengembangan kreativitas dan keterampilan, peningkatan gizi dan kesehatan jasmani, penanaman kesadaran akan bahaya penyalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; kepekaan terhadap lingkungan dan pemahaman wawasan kebangsaan serta upaya menumbuhkan idealisme dan rasa cinta tanah air dalam pembangunan bangsa dan negara sebagai pengamalan Pancasila.

Upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen Sosial yang diberi wewenang untuk menangani masalah anak dan korban penyalahgunaan narkotika, secara teknis diwujudkan dalam bentuk kegiatan

rehabilitasi sosial anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika, melalui sistem panti maupun non panti. Tujuannya adalah untuk memulihkan kembali integritas

diri, kepercayaan diri, kesadaran dan tanggung jawab masa depan, mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan sosialnya serta memiliki kemampuan

dan kemauan agar dapat melaksanakan fungsi dan peranannya secara wajar di masyaraskat. Kegiatan ini bersifat rehabilitatif dan pengembangan yang meliputi

kegiatan bimbingan sosial, bimbingan mental dan pelatihan keterampilan

kerja/usaha.

(16)

Sosial Korban Narkotika dengan sarana dan fasilitas SRPGOT Marga Mulya

Lembang. Dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor

6/HUK/1994, tentang pembentukan 18 panti di lingkungan Departemen Sosial,

salah satu diantaranya adalah "Panti Sosial Pamardi Putra 'Binangkit' Lembang

yang terietak di Kecamatan Lembang Kabupaten Dati II Bandung Propinsi Jawat

Barat hingga sekarang. Lembaga ini mendapat tugas dari pemerintah melalui

Departemen Sosial, untuk menangani remaja/generasi muda khusunya wanita

(puteri), yang merupakan korban penyalahgunaan narkotika.

Mekanisme penerimaan Bekas Korban Penyalahgunaan Narkotika untuk

mengikuti kegiatan rehabilitasi pada Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang, dapat dilihat pada bagan berikut:

Bagan 1

ALUR MEKANISME PENERIMAAN CALON PESERTA REHABBLLTASI SOSIAL

Kanwil Depsos

Orang tua/Wali dapat

menghubungi PSK di Kec./Cab Dinas Sosial Kab.

Orang tua/Wali menghubungi

Kanwil Depsos/Dinas Sosial Propinsi setempat.

Orang tua/Wali dapat

menghubungi langsung PSPP Binangkit Lembang.

Sumber : Kantor PSPP Binangkit Lembang Kab. Bandung

PSPP Binangkit Lembang

(17)

Para peserta yang telah resmi diterima menjadi binaan Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang ini, selanjutnya diberi pembinaan, yang terbagi ke dalam lima kategori : Pertama, Pembinaan fisik, bertujuan untuk memulihkan kembali kondisi fisik peserta dari keadaan kurang sehat atau loyo menjadi sehat, bugar dan kuat. Kedua, Bimbingan mental psikologik, bertujuan untuk membentuk dan membina pertumbuhan kondisi psikis/kepribadian, emosional, dan berupaya memantapkan sikap mental, integritas diri serta disiplin diri. Ketiga, Bimbingan moral dan keagamaan, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan kemampuan menjalankan ibadah

agama. Keempat, Bimbingan sosial, bertujuan untuk memulihkan dan

mengembangkan tingkah laku positif peserta, sehingga mereka mau dan mampu

melakukan fungsi dan peranan sosialnya secara wajar, serta dapat menjalin hubungan dengan anggota keluarga dan masyarakat secara serasi dan harmonis. Kelima, Pelatihan keterampilan, yang bertujuan untuk membekali pengetahuan,

keterampilan, dan perubahan sikap, agar kelak setelah kembali ke lingkungan tempat tinggalnya, dapat memperoleh atau menciptakan suatu pekerjaan/mata pencaharian

secara mandiri, sehingga secara berangsur-angsur dapat mengurangi rasa ketergantungannya kepada orang lain, terutama orang tua mereka.

Sesuai dengan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa sejak tahun 1986 hingga tahun 2000, telah dibina dalam bentuk rehabilitasi sosial sebanyak 890

(18)

sebanyak 80 orang (Papan informasi data Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra

"Binangkit" Lembang, 1999). Jumlah ini disesuaikan dengan kemampuan dana yang

tersedia, sehingga setiaptahunnya terdapat sekitar 30 % pendaftar yang tidak sempat

ditampung atau dilayani.

Dari jumlah tersebut, telah diikutsertakan dalam dua jenis pelatihan keterampilan , yakni pelatihan tatarias kecantikan dan keterampilan menjahit. Khusus untuk tahun anggaran 1999/2000, telah bertambah menjadi empat jenis keterampilan yang dilatihkan, yakni keterampilan tatarias kecantikan, keterampilan menjahit, keterampilan olah makanan dan keterampilan berkebun tanaman hias.

Memperhatikan data hasil binaan Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra

"Binangkit" Lembang di atas, memang nampaknya kita semua patut berbangga hati, yakni betapa besar upaya pemerintah menangani Bekas Korban Penyalahgunaan Narkotika. Namun di sisi lain masih terdapat kalangan yang cenderung mempertanyakan : "Apakah mungkin orang yang pernah kecanduan narkotika dapat

hidup layak kembali setelah mengikuti upaya rehabilitasi?". Pertanyaan tersebut di

dasarkan adanya asumsi bahwa kecanduan terhadap narkotika dan sejenisnya adalah

tidak jauh berbeda dengan kecanduan yang dialami seorang perokok terhadap rokok yang disenanginya. Seseorang yang telah kecanduan rokok, sekalipun ia berusaha menghindari rokok (berhenti merokok), akan tetapi terkadang di saat-saat tertentu

(19)

telah mengikuti tindakan rehabilitatif, terutama apabila terdapat dukungan dari

lingkungan di mana mereka berada.

Selain dari itu, terdapat juga asumsi bahwa seorang Bekas Korban

Penyalahgunaan Narkotika, apabila ia mampu melakukan usaha sendiri (mata

pencaharian) untuk mendapatkan nafkah, bukanlah berarti ia semakin memiliki

kesanggupan membeli narkotika dan semacamnya, melainkan ia cenderung

beranggapan bahwa betapa susahnya untuk mendapatkan uang sebagai hasil usaha

sendiri. Sehingga ia menghindari dalam menggunakan uangnya ke hal-hal yang

tidak berguna, apalagi merugikan dirinya sendiri seperti narkotika dan semacamnya. Dengan mengikutsertakan para Korban Penyalahgunaan Narkotika pada pelatihan keterampilan, dimaksudkan untuk membekali mereka pengetahuan, keterampilan dan sikap positif guna menciptakan atau melakukan suatu pekerjaan di kemudian hari setelah kembali ke lingkungan tempat tinggalnya. Menurut Petunjuk Teknis Penanganan Masalah Sosial Korban Narkotika (1996 : 20), dijelaskan tentang tujuan Pelatihan Keterampilan Usaha/kerja/sekolah, adalah sebagai berikut : "Meningkatkan kemampuan klien dalam berbagai jenis keterampilan usaha/kerja untuk menunjang kebutuhan masa depannya dan atau melanjutkan pendidikannya"

Kemampuan seseorang yang telah mengikuti suatu pelatihan keterampilan untuk menciptakan suatu pekerjaan atau mata pencaharian sesuai dengan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap yang ia peroleh melalui

(20)

pekerjaan, atau berwira usaha, perolehan atau peningkatan pendapatan, kesehatan

dan penampilan diri; (b) kegiatan membelajarkan orang lain atau mengikutsertakari orang lain dalam memanfaatkan hasil belajar yang telah ia miliki; dan (c) peningkatan partisipasinya dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat,

baik partisipasi buah pikiran, tenaga, harta benda, dan dana".

Adanya dampak atau pengaruh keberhasilan pelatihan keterampilan bagi

para lulusannya, setelah mereka memperoleh pembinaan melalui Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Dampak atau pengaruh yang dimaksud adalah perolehan pekerjaan atau berwira usaha, yang terwujud dalam suatu pengelolaan mata pencaharian sehari-hari. Hal tersebut secara umum merupakan fokus dari penelitian ini.

B. Pembatasan Masalah/Fokus Penelitian

Perlunya pembatasan masalah/fokus penelitian ini, berkaitan keterbatasan tenaga, waktu, dana, dan kemampuan yang dimiliki peneliti. Sehubungan dengan hal tesebut, maka dari dua jenis keterampilan (keterampilan menjadi dan tatarias kecantikan) yang telah diajarkan atau dilatihkan kepada peserta (lulusan) dan memungkinkan untuk ditelusuri dampaknya terhadap kehidupan peserta (lulusan), dibatasi hanya terhadap mereka yang telah memperoleh

pengetahuan dan keterampilan menjahit.

(21)

11

1. Sejauh mana pengaruh pengetahuan dan keterampilan lulusan pelatihan

keterampilan , yang diperoleh melalui pelatihan keterampilan menjahit pada

Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang, terhadap

pengelolaan usaha mandiri (mata percaharian) ?

2. Bagaimana merencanakan usaha mandiri (mata pencaharian) oleh lulusan

pelatihan keterampilan, yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan

menjahit ?

3. Bagaimana mekanisme pelaksanaan usaha mandiri (mata pencaharian) dalam

kegiatannya sehari-hari oleh lulusan pelatihan keterampilan , yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjahit ?

4. Upaya apa yang dilakukan guna meningkatkan pengelolaan usaha mandiri (mata pencaharian) oleh lulusan pelatihan keterampilan, yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjahit ?

5. Faktor apakah yang merupakan pendukung dan penghambat pengelolaan usaha mandiri (mata pencaharian) bagi lulusan pelatihan keterampilan ?

C. Definisi Operasional

1. Pengaruh pengetahuan dan keterampilan terhadap pengelolaan usaha

mandiri (mata pencaharian)

Yang dimaksud dengan "Pengaruh pengetahuan dan keterampilan

terhadap pengelolaan usaha mandiri (mata pencahariariT dalam penelitian ini adalah

kontribusi penerapan kepandaian, kecakapan yang dimiliki para lulusan pelatihan menjahit terhadap penyelesaian berbagai tugas atau pekerjaan dalam mengelola

(22)

Diterapkannya pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui

suatu pelatihan, terhadap berbagai tugas atau pekerjaan pada pengelolaan usaha

mandiri (mata pencaharian), merupakan konsekuensi logis adanya kesesuaian antara

tugas atau pekerjaan yang akan diselesaikan dengan pengetahuan dan keterampilan

yang dimiliki. Untuk itu, dalam menyelesaikan semua tugas atau pekerjaan pada

suatu usaha mandiri (mata pencaharian), terkadang tidak cukup dengan hanya

mengandalkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui satu jenis

pelatihan saja, melainkan perlu dilengkapi dengan kepandaian dan kecapan lain

sesuai dengan kebutuhan.

Sedangkan "Pengelolaan" sendiri, dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah proses berusaha yang dilakukan oleh para lulusan pelatihan keterampilan

yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjahit. Sebagaimana

dijelaskan Badudu-Zein, 1994 : 650 : Pengelolaan diartikan sebagai pengurusan,

penyelenggaraan atau manajemen. Selanjutnya, Donnely, Gibson dan Ivancevich,

1987 : 5, memberikan pengertian tentang manajemen, sebagai berikut :

"Management is the process undertaken by one or more individuals to coordinate

the activities of other to achieve results not a chievable by one individual acting

alone. And the process of management should be studied by any one planning to

become successful manager". Yakni, manajemen adalah proses berusaha yang

dilakukan oleh seseorang atau banyak orang untuk mengkoordinasi berbagai

kegiatan dalam mencapai hasil, di mana kegiatan tersebut telah dapat dilakukan

seseorang individu secara sendirian. Dan proses manajemen akan dimulai dari

(23)

13

2. Merencanakan usaha mandiri

Yang dimaksud dengan merencanakan usaha mandiri dalam penelitian

ini adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh para lulusan pelatihan keterampilan

menjahit, yang berkenaan dengan upaya persiapan untuk menyelenggarakan suatu

mata pencaharian. Ke dalam kegiatan ini meliputi : penentuan tujuan, penentuan

lokasi (tempat usaha), penyediaan modal, dan penyediaan tenaga pengelola usaha. Sedangkan "Usaha Mandiri" dalam penelitian ini dimaksudkan adalah

kegiatan yang dilakukan oleh para lulusan Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra

"Binangkit" Lembang. Kegiatan tersebut dilakukan dengan sengaja atas kemauan

sendiri dan atau dengan kebersamaan orang lain dalam bidang pekerjaan atau mata

pencahariannya sehari-hari. Selain itu, usaha mandiri dalam penelitian ini juga

dimaksudkan adalah upaya para lulusan Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra

"Binangkit" Lembang dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan kerja yang

ia miliki, sebagai hasil pelatihan keterampilan yang telah diikutinya, terhadap

pengelolaan usaha mata pencahariannya sehari-hari.

Seperti diketahui bahwa pengelolaan suatu usaha (perusahaan), baik

yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa, mempunyai berbagai bentuk

kepemilikan, begitu pula besar kecilnya jenis usaha tersebut. Menurut Vernon A.

Musselman dan John H. Jackson (1989), dalam bukunya : " Ekonomi Perusahaan :

Konsep-Konsep dan Praktek-Praktek Sezaman", mengemukakan bahwa bentuk

pemilikan suatu perusahaan dapat dibedakan atas : (1) pemilikan tunggal

(perusahaan perseorangan); (2) persekutuan; (3) usaha patungan; dan (4) bentuk lain,

(24)

dan jumlah karyawan, perusahaan dapat dibedakan atas : (1) perusahaan kecil; dan

(2) perusahaan besar.

Berdasarkan uraian di atas, dalam pembahasan pada tesis ini hanya akan menguraikan tentang usaha (perusahaan) kecil, dengan kepemilikan tunggal (perseorangan). Perusahaan kecil, sebagaimana dijelaskan Vernon A.M, dan J.H. Jackson (1989 : 194), adalah perusahaan yang dimiliki dan dioperasikan secara mandiri (independen) dan tidak dominan dalam bidang operasinya. Pada umumnya perusahaan kecil mempunyai sedikit karyawan, investasi modal terbatas, dan jumlah penjualan yang rendah. Suatu perusahan yang dianggap kecil kalau paling sedikit terpenulii dua dari kriteria berikut : (l)Manajemennya bebas, biasanya manajemya adalah pemiliknya; (2) Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil individu; (3) Operasi adalah setempat. Karyawan dan pemilik bertempat tinggal dalam satu kelompok pemukiman (pasar yang dilayani tidak harus setempat); (4) Dalam bidang industri bersangkutan, ukurannya relatif kecil. Perusahaan dianggap kecil bila dibandingkan dengan unit terbesar dalam bidangnya (ukuran kelompok terbesar sangat berbeda sehingga apa yng mungkin kelihatannya besar dalam satu bidang, nampaknya kecil dalam bidang lainnya). Selanjutnya dijelaskan pula tentang

karakteristik perusahaan kecil, sebagai berikut:

Manajemen. Karena manajer-manajer perusahaan kecil adalah juga pemiliknya,

(25)

15

Kebutuhan modal. Jumlah modal yang diperlukan relatif kecil dibanding modal

yang diperlukan oleh kebanyakan perusahaan besar. Modal ini biasanya dipasok

oleh satu orang atau paling banyak oleh beberapa orang.

Operasi setempat. Bagi sebagian besar perusahan kecil, daerah operasinya adalah

wilayah setempat. Pengusaha dan karyawannya bertempat tinggal di lingkungan di

mana perusahaan tersebut berlokasi. Namun ini tidak berarti bahwa perusahaan

kecil hanya melayani pasar setempat.

[image:25.595.76.487.278.584.2]

Perbedaan antara perusahaan kecil dengan perusahaan besar, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

P E R B E D A A N A N T A R A P E R U S A H A A N K E C I L D E N G A N

P E R U S A H A A N B E S A R

Perusahaan kecil

Umumnya dikelola oleh pemilik Struktur organisasinya sederhana. Pemilik mengenal karyawannya Persentase tinggi dalam kegagalan perusahaan

Kurangnya manajer berspesialisasi Sukar mendapat modal jangka

panjang

Perusahaan besar

Biasanya dikelola oleh bukan pemilik

Struktur organisasinya kompleks Pemilik mengenal hanya sedikit karyawannya

Persentase rendah dalam kegagalan

perusahaan

Biasanya terdapat manajemen

berspesialisasi

Modal jangka panjang biasanya relatif mudah diperoleh

Sumber : Vernon A.Musselman & John H. Jackson, 1989: 196.

(26)

16

perbedaan-perbedaan yang cukup mencolok tersebut dapat diperkecil. Misalnya dari

segi sumber daya manusia, perusahaan kecil dapat mempersiapkan sumber daya

yang handal, terampil dan profesional melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui pelatihan keterampilan.

Dari segi permodalan, dengan lahirnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil, berarti usaha kecil bukan berarti sulit untuk mendapatkan bantuan permodalan, namun jangka waktu pemberian bantuan modal tetap disesuaikan dengan volume usaha yang dilakukan oleh perusahaan kecil yang bersangkutan. Seperti dikemukakan pada penjelasan

pasal 25 undang-undang tersebut di atas, bahwa:

Tata cara pembiayaan dan peminjaman Usaha Kecil diupayakan dengan sederhana dan mudah serta dengan persyaratan yang ringan. Prioritas pemberian pembiayaan dan penjaminan diberikan kepada kelompok atau lapisan Usaha Kecil yang jumlahnya paling besar, sedangkan jangka waktu pembiayaan ditetapkan secara luwes, sesuai dengan kelayakan dari Usaha

Kecil yang bersangkutan (B.N.Marbun, 1996 : 139).

Sebaliknya perusahaan yang berskala besar, jumlahnya tidak sedikit yang telah mendapatkan bantuan permodalan cukup besar serta jangka waktunya yang relatif panjang, namun tidak sedikit pula dari jumlah perusahaan tersebut telah menyalahgunakan pinjaman modal yang diberikan kepadanya, akibatnya negara yang dirugikan. Dari kenyataan ini, bukan tidak mungkin di masa yang akan datang suasananya menjadi terbalik, yakni pemberian pinjaman yang berjangka panjang justru lebih banyak diperuntukkan bagi perusahaan kecil.

(27)

17

Indonesia, bentuk perusahaan seperti ini dikenal dengan sebutan perusahaan

perseorangan). Bentuk ini adalah yang paling banyak dan sederhana serta paling

lama dari organisasi perusahaan.

Setelah menyimak penjelasan tentang perusahaan kecil berikut karakteristiknya, dan perusahaan perseorangan, maka pengelolaan usaha mandiri oleh mereka yang telah mengikuti pelatihan keterampilan menjahit pada Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang yang menjadi fokus penelitian, adalah jenis usaha yang memadukan kedua ciri di atas, yakni usaha mandiri yang kecil dan dikelola perseorangan. Dalam artian bahwa tidak tertutup kemungkinan usaha mandiri (mata pencaharian) tersebut mempekerjakan orang

lain, sekalipun jumlahnya terbatas.

3. Mekanisme pelaksanaan usaha mandiri dalam kegiatannya sehari-hari

Yang dimaksud dengan : "Mekanisme pelaksanaan usaha mandiri dalam kegiatannya sehari-hari" dalam penelitian ini adalah cara kerja dalam melakukan kegiatan usaha (mata pencaharian) setiap hari, guna mendapatkan keuntungan (laba), yang meliputi : menyiapkan dan mengolah bahan menjadi hasil produksi,

memasarkan hasil produksi, peralatan kerja, pengadministrasian kegiatan usaha, dan cara untuk mewujudkan kesehatan dan keselamatan kerja.

4. Meningkatkan pengelolaan usaha mandiri

Yang dimaksud dengan : "Meningkatkan pengelolaan usaha mandiri"

(28)

perluasan lokasi (tempat usaha); penambahan modal, baik jumlah, penggunaan, maupun pengamanannya; penambahan tenaga pengelola, meliputi jumlah personil,

serta penambahan pengetahuan dan keterampilannya; penambahan peralatan kerja,

baik jumlah, mutu, maupun perawatannya; perbaikan produksi, meliputi jumlah,

jenis dan mutunya; perluasan pemasaran, meliputi cara dan prekuensinya; perbaikan administrasi usaha, meliputijenis dan cara mengerjakannya; dan upaya memperbaiki penanganan kesehatan dan keselamatan kerja, baik berupa tindakan maupun

penyediaan sarananya.

5. Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan

Yang dimaksud dengan : "Faktor pendukung pengelolaan" dalam penelitian ini adalah sesuatu hal (keadaan, peristiwa) yang menyokong, membantu, atau menunjang proses berusaha (bermata pencaharian), yang dilaksanakan oleh para lulusan pelatihan keterampilan menjahit. Sedangkan "Faktor penghambat" adalah sesuatu hal (keadaan, peristiwa) membuat proses berusaha (bermata pencaharian) yang dilaksanakan oleh para lulusan pelatihan keterampilan menjahit, menjadi lambat, tidak lancar. Kedua faktor tersebut, baik pendiikung maupun penghambat, dapat bersumber dari pengelola itu sendiri (internal), serta dapat bersumber dari luar

(eksternal).

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pefmasaiahah yang telah diuraikan, maka secara umum

penelitian ini bertujuan unttik,memperoleh gambaran mengeilai pengelolaan usaha

mandiri atau mata p^hcahatiah sehari-hari para lulusan pelatihan keterampilanr,

(29)

Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten Bandung

Propinsi Jawa Barat. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui tentang pengaruh pengetahuan dan keterampilan lulusan pelatihan

keterampilan, yang diperoleh melalui pelatihan keterampilan menjahit pada

Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang, terhadap pengelolaan usaha mandiri (mata pencaharian).

2. Mengetahui tentang cara merencanakan usaha mandiri oleh lulusan pelatihan keterampilan, yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjahit. 3. Memperoleh gambaran tentang mekanisme pelaksanaan usaha mandiri (mata

pencaharian) dalam kegiatannya sehari-hari, oleh lulusan pelatihan keterampilan, yang telah memperolehpengetahuan dan keterampilan menjahit. 4. Memperoleh gambaran tentang upaya yang dilakukan guna meningkatkan

pengelolaan usaha mandiri (mata pencaharian) oleh lulusan pelatihan keterampilan, yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjahit. 5. Memperoleh gambaran tentang faktor pendukung dan penghambat pengelolaan

usaha mandiri (mata pencaharian) bagi lulusan pelatihan keterampilan.

E. Manfaat Penelitian

Informasi yang dapat diungkapkan melalui penelitian ini, diharapkan

bermanfaat untuk:

(30)

20

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam

upaya perbaikan atau penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan keterampilan,

khususnya keterampilan menjahit bagi Bekas Korban Penyalahgunaan

Narkotika di Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang, serta penyempurnaan dalam mengelola usaha mandiri (mata pencaharian),

sebagai salah satu dampak dari hasil penyelenggaraan suatu pelatihan.

F. Kerangka Berpikir

Upaya pembelajaran melalui pelatihan keterampilanmenjahit yang dilakukan oleh Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat, merupakan salah satu wujud penyelenggaraan satuan Pendidikan Luar Sekolah yang dilaksanakan oleh lembaga tersebut. Hasil pelatihan ini tentunya memberikan pengaruh atau dampak terhadap diri para lulusannya

setelah kembali kemasyarakatnya.

Dari sinilah penelitian ini ingin melihat gambaran tentang apa yang dilakukan oleh para lulusan pelatihan keterampilan menjahit tersebut, berkaitan

dengan mata pencaharian yang dilakukannya. Untuk lebih jelasnya kerangka

berpikir penelitian ini dapat dijelaskan dalam sebuah bagan, sebagaimana tertera

(31)

Pemerintah

Hasil Penelitian

Bagan 2

KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN

Input Remaja/Pemuda

PSPP Sebagai Penyelenggara Pelatihan Keterampilan

Lulusan

Pengelolaan Usaha Mandiri (Mata Pencaharian)

21

(32)
(33)

BAB HI

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran secara mendalam

tentang "Pengelolaan Usaha Mandiri Lulusan Pelatihan Keterampilan

Bekas

Korban Penyalahgunaan Narkotika" dengan menggunakan pendekatan "Kualitatif

yang berbentuk "Studi Kasus". Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian

ini bertujuan untuk mengungkapkan data yang ada di lapangan dengan cara

menguraikan

dan menginterpretasikan

sesuatu seperti apa adanya

serta

menghubungkan sebab akibat terhadap sesuatu yang terjadi agar diperoleh

gambaran realita sosial yang sebenamya.

Bogdan dan Taylor (1975 :5) mendefinisikan "metodologi kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif bempa : kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan

ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Sejalan

dengan pendapat tersebut, Kirk dan Miller (1986 :9) mendefinisikan bahwa

penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara

fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam

bahasanya

dan

dalam

peristilahannya (Moleong, 1998 : 3).

Pendekatan kualitatif di dasarkan atas fenomenologis yang pada

dasamya bertujuan untuk memperoleh pemahaman (verstehen)

dan pengertian

(34)

12"

(understanding) tentang perilaku manusia ditinjau dari pelaku itu sendiri. Peneliti

kualitatif dalam orientasi fenomenologis sebagaimana dikemukakan oleh Geetsz

(1973), mencoba untuk memahami apa yang ia teliti dengan tekanan pada

aspek-aspek subjektif dari perilaku orang-orang, agar mengerti bagaimana dan apa

"meaning"

sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Fenomenologis

percaya, bahwa umat manusia mempunyai banyak cara menginterpretasikan

pengalaman, dan masing-masing dapat mengiterpretasikan melalui interaksi

dengan orang lain dan "meaning" dari pengalaman kita membentuk realitas

(Bogdan dan Biklen, 1982 : 30).

Pada bagian lain Bogdan dan Biklen (1982 -.27-29), menjelaskan

bahwa ada lima karakteristik dalam pendekatan kualitatif, yakni:

(1) Penelitian kualitatif hakekatnya mendapatkan data langsung dari sumbernya,

dan peneliti sebagai instrumen inti. Peneliti langsung mengikuti kehidupan :

sekolah, keluarga, tetangga ataulokasi lainyang menyangkut pendidikan.

(2) Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang dikumpulkan meliputi

transkrip interview, foto, catatan lapangan, video tape, dokumen dan catatan

lainnya.

(3)

Penelitian kualitatif lebih menekankan kepada proses daripada hasil atau

produk.

(4) Penelitian kualitatif berkecendemngan menganalisis data secara induktif.

Studi kualitatif tidak membuat hipotesis. Teori dikembangkan dari

(35)

i r

(5)

"Meaning" adalah esensi penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif disebut

"participant perspective"

dan penelitian kualitatif percaya bahwa yang

didapat secara perspektif adalah akurat.

Sejalan dengan ciri-ciri tersebut, S. Nasution secara

terinci

menjabarkan karakteristik pendekatan kualitatif sebagai berikut: (1) Sumber data

ialah situasi yang wajar atau "natural setting"; (2) Peneliti sebagai instrumen

penelitian. Peneliti adalah "key instrument" atau alat penelitian utama; (3) Sangat

deskriptif; (4) Mementingkan proses maupun produk; (5) Mencari makna di

belakang kelakuan atau perbuatan, sehingga dapat memahami

masalah atau

situasi; (6) Mengutamakan data langsung atau "first hand"; (7) Triangulasi, yaitu

memeriksa kebenaran data dengan cara memperoleh data dari sumber lain; (8)

Menonjolkan rincian kontekstual; (9) Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan

sama dengan peneliti; (10) Mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan

pandangan responden tentang bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia

dari segi pendiriannya; (11) Verifikasi, yaitu mencari kasus lain yang berbeda

dengan apa yang telah ditemukan untuk memperoleh hasil yang lebih dipercaya;

(12) Sampling yang purposif, dipilih menurut tujuan penelitian; (13) Menggunakan

"audit trial", yaitu mengikuti jejak atau melacak untuk mengetahui

apakah

laporan penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan; (14) Partisipasi tanpa

mengganggu untuk memperoleh situasi yang "natural" atau yang wajar; (15)

Mengadakan analisis sejak awal penelitian; dan (16) Desain penelitian tampil

(36)

Adapun penggunaan studi kasus dalam penelitian ini dimaksudkan

adalah penelitian yang sengaja dilakukan untuk mendalami tentang pengelolaan

kegiatan usaha mandiri atau pengelolaan mata pencaharian sehari-hari Para

Lulusan pelatihan keterampilan, yang meliputi : 1) Merencanakan usaha mandiri;

(2) Pelaksanaan usaha mandiri; (3) Upaya meningkatkan usaha mandiri; dan (4)

Berbagai faktor pendukung dan penghambat pengelolaan usaha mandiri; serta (5)

Pengaruh pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pelatihan

keterampilan terhadap upaya pengelolaan usaha mandiri atau pengelolaan mata

pencaharian sehari-hari Bekas Korban Penyalahgunaan Narkotika.

Penelitian kasus adalah penelitian yang mendalam mengenai unit

kehidupan sosial tertentu seperti individu, kelompok, keluarga, lembaga atau

masyarakat yang hasilnya mempakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi

secara baik mengenai unit tersebut. Dalam kaitan ini, Jaspan Helen (1960),

mengemukakan pengertian studi kasus, sebagai berikut:

Case study adalah kumpulan dari semua bahan-bahan yang berguna

dari seseorang yang ditulis sedemikian mpa sehingga memberikan suatu

gambaran yang jelas tentang latar belakang dan keadaan seseorang pada

waktu ini yang mempakan dasar untuk penyelidikan selanjutnya terhadap

case tersebut. (Jaspan Helen, 1960 : 134).

Walaupun pengertian di atas, secara khusus di tujukan kepada

individu atau seseorang sebagai obyek perhatian dari studi kasus tersebut, akan

tetapi pada dasamya studi kasus itu bemsaha menyelidiki banyak aspek, namun

sedikit obyek. Studi kasus bemsaha menggambarkan

suatu keadaan yang

(37)

7T

penyelidikan selanjutnya terhadap keadaan tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat

dikemukakan sifat khas dari studi kasus, yaitu :

Suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan

(wholeness) dari obyek, artinya data yang dikumpulkan dalam rangka

"studi kasus", dipelajari sebagai suatu keselumhan yang terintegrasi.

Tujuannya adalah untuk memperkembangkan

pengetahuan yang

mendalam mengenai obyek yang bersangkutan, yang berarti bahwa studi

kasus disifatkan sebagai suatu penelitian yang eksploratif (Vredenbregt, J,

1977 : 380).

Selanjutnya dikemukakan bahwa : "Studi kasus umumnya dipakai

dalam rangka studi eksploratif saja. Jadi bukan menguji suatu hipotesis melainkan

studi kasus justm berguna untuk memperkembangkan hipotesis, ..."(Vredenbregt,

J, 1977 : 43). Sedangkan yang dimaksud eksploratif adalah suatu istilah untuk

menunjukkan

penyelidikan atau pemeriksaan untuk tujuan diagnostic

(Komaraddin, 1984 : 93).

B. Subyek Yang Diteliti (Responden)

Dalam penelitian ini, telah ditetapkan subyek yang dijadikan sumber

data adalah lulusan pelatihan keterampilan yang telah memperoleh pengetahuan

dan keterampilan menjahit melalui pelatihan

yang dilaksanakan oleh Panti

Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang. Sesuai dengan satuan

kajian (unit analisis) dalam penelitian ini adalah pengelolaan usaha mandiri (mata

pencaharian) yang dilakukan oleh para lulusan yang telah memperoleh

pengetahuan dan keterampilan menjahit. Agar pengamatan terhadap kegiatan yang

dilakukan oleh individu pengelola usaha mandiri ini, dapat lebih mendalam, maka

subjek yang diteliti tersebut dibatasi. Sehubungan dengan hal ini, S. Nasution

(38)

sampling random atau acakan dan tidak menggunakan populasi dan sampel yang

banyak. Sampelnya biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan

(purpose)

penelitian".

Berkaitan dengan pemilihan sampel secara "purposive" (bertujuan) di

atas, Moleong (1998 .165-166), mengemukakan bahwa ciri-ciri sampel yang

bertujuan, adalah sebagai berikut : (1) Rancangan yang- muncul : Sampel tidak

dapat

ditentukan atau ditarik terlebih dahulu; (2) Pemilihan sampel secara

bemmtan : Tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai

apabila pemilihan satuan sampel dilakukan jika satuan sebelumnya sudah dijaring

atau dianalisis; (3) Penyesuaian berkelanjutan dari sampel : Pada mulanya setiap

sampel dapat sama kegunaannya. Namun sesudah makin banyak informasi yang

masuk dan makin mengembangkan hipotesis kerja, akan ternyata bahwa sampel

makin dipilih atas dasar fokus penelitian; (4) Pemilihan berakhir bila sudah terjadi

pengulangan : Pada sampel bertujuan seperti ini, jumlah sampel ditentukan oleh

pertimbangan-pertimbangan informasi yang

diperlukan.

Jika

maksudnya

memperluas informasi, jika tidak adalagi informasi yang dapat dijaring, maka

penarikan sampel pun sudah dapatdiakhiri.

Untuk keperluan triangulasi, sebagai pelengkap informasi, peneliti

akan memanfaatkan pula para informan, yakni mereka yang dipandang dapat

memberikan informasi penting atau tambahan terhadap responden yang diteliti.

Para informan dimaksud antara lain : Orang tua responden, suami, dan keluarga

(39)

IT

Kriteria yang digunakan untuk menentukan subjek (responden)

adalah : (1) mereka yang telah mendapatkan pengetahuan dan keterampilan

menjahit, melalui pelatihan keterampilan menjahit yang dilaksanakan oleh Panti

Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang; (2) telah memiliki usaha

(mata pencaharian) secara mandiri; (3) usaha (mata pencaharian) yang dilakukan

adalah usaha di bidang menjahit pakaian.

Sehubungan dengan hal tersebut, melalui penelitian ini telah berhasil

dijadikan responden sebanyak empat orang. Dan untuk mengungkapkan keempat

subjek (responden), digunakan suatu kode, guna menjamin kerahasiaan terhadap

subjek, misalnya : Responden 1, diberi kode A, responden 2, diberi kode B, dan

setemsnya. Untuk itu, keempat subjek yang dijadikan sumber data utama dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Responden A. Bertempat tinggal di jalan Panorama II Desa Lembang

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Kira-kira

terietak lebih kurang 100 meter arah barat Pasar Kecamatan Lembang.

Responden A, lahir di Tasikmalaya pada tanggal 13 Febmaril973, menikah

dengan suaminya pada tahun 1994, hingga sekarang telah memiliki seorang

anak laki-laki berumut 5 tahun.

Responden A mengikuti pelatihan keterampilan menjahit pada Panti

Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten Bandung

Propinsi Jawa Barat, sejak bulan April 1992 s.d. bulan Maret 1993 (selama satu

(40)

78

Responden A memulai usahanya di bidang jasa menjahit pakaian wanita, sejak

pertengahan tahun 1994. Tidak lama kemudian ia menikah dengan suaminya,

yang juga memiliki pengetahuan dan keterampilan menjahit, yang diperolehnya

selama lima tahun bekerja pada salah satu pemsahaan konveksi.

Hingga penelitian ini dilakukan, responden A bersama dengan suaminya

mengelola usahanya dalam bentuk jasa menjahit pakaian wanita. Usaha jasa

menjahit bagi responden mempakan pekerjaan pokok atau satu-satunya yang

menghasilkan uang baginya.

2. Responden B. Bertempat tinggal di jalan Lomajang Desa Citeureup Kecamatan

Deyekolot Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat, yakni kira-kira lebih

kurang 20 Km. arah selatan Kodya Bandung.

Responden B, lahir di Bandung pada tanngal 10 September 1974, masih gadis

(belum menikah). Pendidikan terakhir yang dimiliki adalah tamat pada Lembaga

Pendidikan Gum Taman kanak-Kanak pada tahun 1999.

Responden B, mengikuti pelatihan keterampilan menjahit pada Panti rehabilitasi

Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa

Barat, sejak bulan April 1996 s.d. bulan Maret 1997 (selama satu tahun),

sebagai bagian dari kegiatan rehabilitasi sosial yang diikutinya.

(41)

7T

Kanak-Kanak yang dijadikannya sebagai pekerjaan pokok, sejak bulan Juli 1999

hingga penelitian ini dilaksanakan.

3. Responden C. Bertempat tinggal di jalan poros Cikatomas Desa Pakemitan

Kecamatan Cikatomas Kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Terietak

kira-kira 90 km arah selatan Kota Tasikmalaya, atau lebih kurang 190 km dari

Kotamadya Bandung. Responden C lahir di Tasikmalaya pada tanggal 25

Oktober 1972. Pendidikan terakhirnya adalah tamat Sekolah Pendidikan Gum

(SPG) pada tahun 1991, serta menikah dengan suaminya pada tahun 1994, dan

sekarang telah memiliki seorang anak perempuan berumur 4 tahun.

Responden C, mengikuti pelatihan keterampilan menjahit pada Panti

Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten Bandung

Propinsi Jawa Barat, sejak bulan April 1992 s.d. bulan Maret 1993 (selama satu

tahun), sebagai bagian dari kegiatan rehabilitasi sosial yang diikutinya.

Responden C memulai usahanya di bidang jasa menjahit pakain wanita sejak

bulan Desember 1993, hingga penelitian ini berlangsung. Dan usaha jasa

menjahit ini mempakan pekerjaan pokok baginya.

4. Responden D. Bertempat tinggal di Cibogor Desa Cibogor Kecamatan Ligung

Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat, ± 100 km dari ibukota propinsi.

Lahir di Majalengka pada tanggal 10 Nopember 1975. Pendidikan terakhirnya

adalah tamat SD pada tahun 1988, serta menikah dengan suaminya pada bulan

Mei 1998, hingga penelitian ini dilaksanakan, responden belum memiliki anak.

Sebelum responden D mengikuti pelatihan keterampilan menjahit pada Panti

(42)

•w

Propinsi Jawa Barat, pada bulan April 1996 s.d. bulan Maret 1997 (selama satu

tahun), sebagai bagian dari kegiatan rehabilitasi sosial yang diikutinya.

Responden pemah mengikuti kursus menjahit di Jatiwangi Kabupaten

Majalengka, selama empat bulan, yakni bulan September s.d Desember 1995.

Responden D, memulai usahanya di bidang jasa menjahit pakaian wanita bulan

April 1997 hingga penelitian ini berlangsung. Dan usaha jasa menjahit ini

mempakan pekerjaan pokok baginya.

C. Data Yang Dikumpulkan

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah informasi

yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian, sebagaimana diuraikan pada bagian

pendahuluan tulisan ini, dan informasi pendukung lainnya :

1. Data menyangkut latar belakang responden yang dilihat dari segi:

a. Latarbelakang umur dan pendidikan (formal)

b. Latar belakang keluarga c. Latar belakang ekonomi

d. Latar belakang pengetahuan dan keterampilan

2. Data menyangkut proses pengelolaan usaha mandiri (mata pencaharian)

responden :

a. Latar belakang berdirinya dan cara memulai usaha (mata pencaharian)

b. Tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan usaha

c. Cara menentukan lokasi Usaha

d. Cara menyediakan modal awal : Sumber dana, jumlah, dan cara

(43)

e. Cara mempersiapkan tenaga pengelola

f. Mekanisme pelaksanaan usaha (mata pencaharian), terdiri dari : Cara

menyiapkan bahan baku untuk diproduksi, proses produksi dan pemasaran

hasil produksi, peralatan yang digunakan, pengadministrasian kegiatan, dan

upaya perwujudan kesehatan dan keamanan kerja.

g. Upaya yang dilakukan responden untuk meningkatkan usahanya

3. Data menyangkut berbagai faktor yang dapat mendukung dan menghambat

pengelolaan usaha

4. Data menyangkut pemanfaatan hasil usaha (keuntungan yang diperoleh

responden dari mata pencahariannya)

5. Data menyangkut pandangan responden tentang pengaruh pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh melalui pelatihan keterampilan menjahit pada

Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten

Bandung Propinsi Jawa Barat, terhadap upaya pengelolaan usaha mandiri

(mata pencaharian) sehari-hari.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Pengamatan (observasi), wawancara (interview), dan studi dokumentasi.

Pengamatan atau observasi, dilakukan untuk mengetahui dari dekat

kegiatan dan peristiwa tertentu yang terjadi oleh kasus sehingga dapat membenkan

informasi yang diperlukan sesuai dengan fokus penelitian. Alasan metodologis

(44)

IT

mengoptimalkan kemampuan peneliti dan segi motif, kepercayaan, perhatian, dan

perilaku lainnya; (2) pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia

sebagai yang dilihat oleh subjek penelitian, menangkap arti fenomena dari segi

pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan

para subjek pada keadaan waktu itu; (3) pengamatan memungkinkan peneliti untuk

merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek; (4) pengamatan

memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama baik pihaknya

maupun dari pihak subjek (Lexi J. Moleong, 1998 : 126).

Sehubungan dengan hal tersebut, pengamatan dilakukan dalam

penelitian ini ditujukan kepada kegiatan dalam pengelolaan usaha mandiri (mata

pencaharian) yang dilakukan oleh responden, dan hal-hal yang berhubungan

dengan kegiatan itu, seperti tempat usaha, peralatan (fasilitas) usaha.

Wawancara

atau interview, dapat dipandang sebagai teknik

pengumpulan data dengan cara tanya jawab, yang dilakukan dengan sistematik dan

berdasarkan pada tujuan penelitian. Sehubungan dengan ini, S. Nasution (1988)

mengemukakan bahwa dalam wawancara kita dihadapkan kepada dua hal.

Pertama, kita hams secara nyata mengadakan interaksi dengan responden. Kedua,

kita menghadapi kenyataan adanya pandangan orang lain yang mungkin berbeda

dengan pandangan kita sendiri.

Apa yang dapat ditanyakan dalam wawancara, Patton (1980),

mengelompokkan atas enam jenis pertanyaan dan setiap pertanyaan yang diajukan

akan terkait dengan salah satu pertanyaan lainnya. Keenam jenis pertanyaan

(45)

S j

(1) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman atau perilaku;

(2) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai;

(3)

Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan;

(4)

Pertanyaan tentang pengetahuan;

(5) Pertanyaan yang berkaitan dengan indera; dan

(6)

Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi

(Lexi. J. Moleong, 1998 :140-141).

Sehubungan dengan hal tersebut, penggunaan wawancara (interview)

dalam penelitian ini ditujukan kepada responden (sumber informasi utama), untuk

memperoleh data tentang cara merencanakan, melaksanakan, teknik

untuk

meningkatkan, serta berbagai faktor penunjang dan penghambat usaha mandiri

(mata pencaharian) yang dikelolanya, serta pengaruh pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki terhadap pengelolaan usahanya. Wawancara juga

ditujukan kepada sumber informasi yang dianggap relevan informasi yang

dibutuhkan, seperti para orang tua responden dan keluarga dekat lainnya di mana

responden melakukan usahanya; Pekerja sosial kecamatan yang setiap saat

memberikan bimbingankepada responden.

Studi Dokumentasi, dilakukan untuk mengungkapkan data yang

bersifat administratif dan data kegiatan-kegiatan yang terdokumentasi. Menurut S.

Nasution (1988 : 85), dalam penelitian kualitatif, dokumen termasuk sumber non

human resources yang dapat dimanfaatkan karena memberikan beberapa

keuntungan, yaitu bahannya telah ada, telah tersedia, siap pakai dan menggunakan

(46)

•W

Di samping dokumen, catatan-catatan lapangan atau fieldnotes sangat

penting dalam menjaring data kualitatif. Sekaitan dengan fieldnotes ini, Bogdan

dan Biklen (1982), mengemukakan bahwa catatan lapangan merupakan catatan

tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka

pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (Lexi. J.

Moleong, 1998 : 153).

Sehubungan dengan hal tersebut, penggunaan teknik studi dokumentasi

dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mencari dan mempelajari dokumen

tertulis maupun gambar yang berkaitan dengan pengelolaan usaha mandiri

responden, seperti administrasi kegiatan yaitu buku catatan hasil pengukuran

pakaian yang dilakukan terhadap para pelanggan yang memesan jahitan, bukti

kepemilikan keterampilan yang berkaitan dengan usaha yang dikelolanya.

Perlu ditambahkan bahwa untuk memudahkan merekam semua

informasi yang dibutuhkan, dan untuk menghindari

jangan sampai usaha

pencarian informasi menyimpan dari tujuan penelitian, maka disediakan pedoman

wawancara/pengamatan. Pedoman tersebut pada umumnya mempakan pertanyaan

terbuka

2. Teknik Analisis Data

Menganalisis data mempakan suatu langkah yang sangat penting

dalam suatu penelitian, karena memungkinkan peneliti memberikan makna

terhadap data yang telah dikumpulkan. Adapun prosedur yang ditempuh

sebagaimana disarankan S. Nasution (1988 : 129), yaitu : reduksi data, display

(47)

IT

a. Reduksi Data

Reduksi data mempakan langkah awal dalam menganalisis data.

Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang telah

terkumpul. Reduksi data dilakukan dengan cara membuat rangkuman terhadap

aspek-aspek permasalahan yang diteliti, sehingga memudahkan bagi peneliti dalam

melakukan langkah-langkah analisis berikutnya.

Dalam penelitian ini aspek-aspek yang direduksi, yaitu pengelolaan

usaha mandiri (mata pencaharian) sehari-hari, yang meliputi penentuan lokasi

(tempat usaha), penyediaan modal usaha, tenaga pengelola, pengoperasian usaha,

yang meliputi proses produksi barang dan jasa, pemasaran hasil produksi,

pengadministrasian kegiatan usaha, dan upaya mewujudkam kesehatan dan

keamanan kerja, upaya meningkatkan usaha, berbagai faktor pendukung dan

penghambat pengelolaan usaha, serta pengaruh pengetahuan dan keterampilan

yang diperoleh responden melalui pelatihan pada Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi

Putra "Binangkit" Lembang, terhadap pengelolaan usahanya.

b. Display Data

Display data dilakukan dengan maksud untuk memudahkan

pemahaman terhadap aspek-aspek yang diteliti, yakni dengan menyajikan data

secara singkat dan jelas baik secara keselumhan maupun bagian demi bagian.

Penyajian data ini selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk menafsirkan sampai

dengan pengambilan keputusan. Dalam kaitan ini pula penulisan kalimat : "Panti

(48)

86

c. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah terakhir dari kegiatan analisis data yang dilakukan dalam

penelitian ini, yaitu pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

dimaksudkan di sini adalah memberi makna terhadap data yang telah terkumpul,

dan kesimpulan ini dibuat dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami,

dengan mengacu pada aspek-aspek yang diteliti. Sedangkan kegiatan verifikasi

dilakukan dengan cara mempelajari data yang telah direduksi maupun data yang

telah disajikan. Selain itu kegiatan ini

dilakukan dengan cara meminta

pertimbangan kepada orang/petugas yang berkompeten, misalnya para pekerja

sosial, pengelola kegiatan pelatihan keterampilan menjahit pada Panti Rehabilitasi

Sosial Pamardi PutraBinangkit" Lembang, Petugas dari SKB dan BPKB setempat.

Pengambilan kesimpulan yang bersifat sementara dan verifikasi perlu dilakukan

secaraterns menems hingga diperolehkesimpulan akhir.

E. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian ini, dibagi ke dalam tiga kategori

kegiatan, menggambarkan langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh peneliti

sejak awal hingga penelitian ini berakhir, sebagai berikut:

1. Tahap Orientasi

Tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan

lengkap tentang masalah yang

akan diteliti. Hal ini juga sekaligus untuk

memantapkan desain dan fokus penelitian berikut sumber datanya. Pada tahap ini

peneliti mengadakan kunjungan informal ke Panti Sosial Pamardi Putra

(49)

IT

pengelolaan usaha para lulusan atau bekas binaan panti, guna menjajagi lapangan

dan mencari informasi awal untuk menentukan permasalahan atau fokus penelitian.

Selama itu pula peneliti dengan pengarahan dan bantuan dari dosen pembimbing,

menyusun dan memantapkan desain penelitian.

2. Tahap Eksplorasi

Tahap ini dimaksudkan adalah penelitian sesungguhnya, yaitu

mengumpulkan data

sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Tahap ini

dilaksanakan setelah

peneliti memperoleh rekomendasi dari instansi yang

berwenang. Pada tahap ini juga diadakan analisis data sesuai dengan

langkah-langkah yang telah dikemukakan di atas. Tahap kegiatan ini dimulai pada

pertengahan bulan April hingga pertengahan bulan Juni 2000, setelah mendapat

izin atau persetujuan dari Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit"

Lembang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat.

3. Tahap Analisis Data

Tahap ini mempakan salah satu langkah yang sangat penting dalam

suatu penelitian, yakni peneliti melakukan kegiatan mengolah data yang terkumpul

melalui pengamatan, wawancara, maupun studi dokumentasi, dan dimulai sejak

awal pengumpulan data. Ke dalam kegiatan ini adalah mengatur,

mengurut-umtkan, mengelompokkan, mengkategorikan data, memberi makna terhadap data,

(50)

•w

F. Keabsahan Temuan Penelitian

Untuk menjamin keabsahan dan kebermaknaan hasil penelitian ini,

beberapa kegiatan dilakukan sebagaimana disarankan S. Nasution (1988 : 114-124)

dan Moleong (1998 : 173-186), yakni antara lain:

1. Triangulasi

Yaitu mengecek kebenaran data dengan membandingkannya dengan

data dari sumber lain. Dalam penelitian ini, untuk melakukan triangulasi yakni

membandingkan antara data yang bersumber dari pengelola usaha (mata

pencaharian) dengan data yang diperoleh dari sumber lain, seperti data yang

diperoleh melalui wawancara dibandingkan dengan data yang diperoleh melalui

observasi, sertaisi dokumen yangberkaitan.

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dimaksudkan dalam penelitian ini adalah upaya

yang dilakukan oleh peneliti dalam mengadakan pengamatan dengan teliti dan

rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Dalam

kaitan ini, peneliti bemsaha menginap di tempat di mana responden melakukan

usahanya. Terhadap lokasi usaha responden yang mudah dijangkau oleh peneliti

(tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti), peneliti melakukan pengamatan dan

wawancara dengan bemlang kali mendatangi lokasi usaha responden.

Selain cara di atas, peneliti bemsaha ikut terlibat dalam proses kegiatan

yang dilakukan responden, yakni ikut memanfaatkan jasa menjahit yang

ditawarkan responden, dengan melalui istri peneliti yang memesan jahitan pada

(51)

peneliti. Hal ini dilakukan sebanyak dua kali, dengan maksud untuk mendapatkan

data tentang ketepatan waktu, tarif (ongkos jahitan), serta langkah-langkah

pelayanan yang dilakukan responden.

3. Penggunaan Bahan Referensi

Yaitu menggunakan tape recorder. Dengan cara ini peneliti dapat

memperoleh informasi secara lengkap dari sumber

data dan kemungkinan

kekeliruan dapat diperkecil. Dalam mempergunakan alat perekam suara ini,

terlebih dahulu peneliti meminta persemjuan dengan responden, dengan

mengemukakan alasan yang dapat diterima oleh responden, antara lain bahwa

peneliti menggunakan alat perekam suara tujuannya tidak lain hanya menghindari

jangan sampai terjadi kelupaan oleh peneliti sehingga terjadi perbedaan apa yang

dikatakan responden dengan la

Gambar

Tabel
Tabel 1PERBEDAAN ANTARA PERUSAHAAN KECIL DENGAN

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari, dkk (2007) hanya membahas tentang permasalahan dan konflik, lalu disertai dengan strategi penyelesaian konflik, sedangkan

Hendro Gunawan, MA

kehutanan, Standardisasi, Perlindungan Hutan dan Konservasi alam, Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial, Penelitian dan

Analisis ini didasarkan pada penelitian terhadap data Bursa Efek Indonesia mulai Desember 2006 hingga Mei 2017 (10 tahun 6 bulan).Dalam hal ini, Jakarta Stock

Rata-rata, anak dengan golongan darah B akan cenderung lebih aktif, memahami situasi kondisi, kritis, suka melanggar peraturan apabila tidak sesuai dengan

pengetahuan kami mengenai komposisinya, produk ini tidak berbahaya selama digunakan dengan tepat dan sesuai dengan tujuan penggunaan produk ini.. Batas

Salafiyah syafiiyah Putri Sampang 215 13052702120002 SITTI HALAWIYAH GK RA BATARA Swasta MISBAHUL

Simpulan : Berdasarkan penelitian ini wanita yang memiliki riwayat menikah usia dini memiliki risiko 8,4 kali lebih tinggi terkena kanker serviks dibandingkan yang