PENGGUNAAN BUKU AJAR MATERI ALAT OPTIK UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
SMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Fisika
Oleh
GINA HANIFAH RAHMI
0808528
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGGUNAAN BUKU AJAR MATERI
ALAT OPTIK UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
SMA
Oleh
Gina Hanifah Rahmi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Pendidika Fisika
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Gina Hanifah Rahmi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENGGUNAAN BUKU AJAR MATERI ALAT OPTIK UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA
Oleh
Gina Hanifah Rahmi NIM 0808528
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,
Drs. Sutrisno, M.Pd NIP 195801071986031001
Pembimbing II,
Achmad Samsudin, M.Pd, NIP 198310072008121004
Mengetahui, Ketua Jurusan
Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
PENGGUNAAN BUKU AJAR MATERI ALAT OPTIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA
Gina Hanifah Rahmi, NIM. 0808528, Pembimbing I : Drs. Sutrisno, M.Pd; Pembimbing II : Achmad Samsudin, M.Pd. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
Bandung Tahun 2013
ABSTRAK
Keterampilan proses sains adalah salah satu keterampilan yang dijadikan fungsi dan tujuan pelajaran fisika. Keterampilan proses sains siswa dapat dikembangkan dengan berbagai cara, antara lain dengan bantuan buku ajar. Siswa tidak dapat lepas dari buku ajar. Kedekatan buku ajar dengan siswa dapat dimanfaatkan untuk menanamkan keterampilan proses sains siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains siswa setelah pembelajaran dengan bantuan buku ajar yang dikembangkan serta mengetahui tanggapan guru dan siswa tehadap buku ajar yang dikembangkan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain pretest-posttest one group design. Sampel penelitian dipilih dengan teknik purposive sampling yaitu kelas X di salah satu SMA Swasta di Kota Bandung. Buku ajar yang digunakan adalah buku ajar yang dibuat oleh peneliti dengan memperhatikan bagian-bagian pada buku ajar yang dapat menanamkan keterampilan proses sains sesuai Disertasi Dahar (1989). Pengumpulan data dilakukan melalui tes, angket dan lembar observasi. Hasil tes diolah dengan menghitung nilai gain rata-rata yang ternormalisasi, hasil angket diolah berdasarkan penskoran pada skala Likert, sedangkan hasil lembar observasi diolah dengan dihitung persentase keterlaksanaan pembelajaran setiap pertemuan. n-gain siswa setelah melakukan pembelajaran berbantuan buku ajar yang dikembangkan sebesar 0,33. Peningkatan keterampilan proses sains dasar lebih besar dibandingkan dengan keterampilan proses sains terpadu. Tanggapan guru dan siswa terhadap buku ajar yang dikembangkan sangat positif.
Gina Hanifah Rahmi, 2013
Penggunaan Buku Ajar Materi Alat Optik Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GRAFIK ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitan ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Variabel Penelitian ... 6
G. Definisi Operasional ... 7
BAB II BUKU AJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ... 8
A. Buku Ajar ... 8
B. Keterampilan Proses Sains ... 13
C. Pengembangan Keterampilan Proses Sains dalam Buku Ajar Siswa ... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28
Gina Hanifah Rahmi, 2013
Penggunaan Buku Ajar Materi Alat Optik Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
B. Desain Penelitian ... 28
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
D. Prosedur Penelitian ... 29
E. Instrumen Penelitian ... 33
F. Teknik Pengumpulan Data ... 41
G. Analisis Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Hasil Penelitian ... 42
B. Pembahasan ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
A. Kesimpulan ... 57
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran fisika SMA dalam Standar Isi Permen Nomor 22 tahun 2006, memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut:
... Memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, menyusun laporan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara tertulis dan lisan. ...
Berdasarkan salah satu fungsi dan tujuan di atas, kompetensi-kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa merupakan keterampilan-keterampilan dalam keterampilan-keterampilan proses sains.
Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri (Chain and Evans, 1990 dalam Haryono, 2006).
“Science process skills are activities that scientists execute when they
study or investigate a problem, an issue or a question. These skills are used to
diperlukan. Sehingga siswa terlibat dalam aktivitas dan pengalaman ilmiah seperti yang dilakukan para ilmuwan.
Dalam rangka pemenuhan tuntutan tujuan dan fungsi mata pelajaran fisika yaitu pembentukan keterampilan proses sains pada diri siswa, guru dapat melakukan inovasi dan pengembangan di beberapa komponen pembelajaran. Salah satunya adalah pengembangan komponen bahan ajar.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang dipergunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bahan ajar juga merupakan representasi dari penjelasan guru di kelas. Sehingga dengan adanya bahan ajar yang juga dapat dimiliki siswa, guru dapat mengurangi kegiatan “menjelaskan” dalam kelas dan lebih melibatkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Pelibatan siswa dalam pembelajaran dapat memberikan banyak pengalaman belajar bagi siswa.
a. Bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku, modul, poster, brosur, lembar kerja siswa, wallchart, photo atau gambar, dan leaflet.
b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti compact disk video, film.
d. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif.
e. Bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Dari semua jenis bahan ajar di atas, buku merupakan bahan ajar yang menyajikan materi secara lengkap dan utuh, serta memberikan panduan bagi siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran dibandingkan dengan jenis bahan ajar yang lain. Buku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah buku ajar. Buku ajar adalah jenis buku yang diperuntukan bagi siswa sebagai bekal pengetahuan dasar, dan digunakan sebagai sarana pembelajaran.
di kelas, sedangkan 25% sisanya menyatakan bahwa buku ajar di kelas hanya digunakan pada bagian soal sebgai latihan yang diberikan guru. Angka 91% merupakan angka yang cukup besar. Berarti buku ajar memiliki tempat tersendiri bagi siswa. Sebanyak 75% siswa menyatakan bahwa buku ajar dapat membantu ia dalam pembelajaran di kelas. Peranan buku ajar di sekolah masih sebagai penyaji ilmu dan pengetahuan. Peranan ini dapat dimaksimalkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses sains sesuai dengan hasil tulisan Dahar (1989). Selain itu, dengan menanamkan nilai-nilai keterampilan proses pada buku ajar, buku ajar menjadi berguna dalam pembelajaran tidak hanya sebagai sumber soal.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul: “Penggunaan Buku Ajar Materi Alat Optik untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA.”
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaan berikut :
1. Bagaimana peningkatan keterampilan proses sains siswa oleh buku ajar yang dikembangkan?
2. Bagaimana peningkatan setiap keterampilan dalam keterampilan proses sains siswa karena pengaruh buku ajar yang dikembangkan? 3. Bagaimana tanggapan guru dan siswa terhadap buku ajar yang
dikembangkan? C. Batasan masalah
Keterampilan proses sains siswa yang dipilih hanya meliputi 5 keterampilan yaitu mengajukan hipotesis, menginterpretasi data, memprediksi, mengamati dan berkomunikasi. Kelima keterampilan ini dapat dimasukkan dalam buku ajar sehingga diharapkan siswa dapat menyerap dan mengaplikasikan dalam pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam pencapaian keterampilan proses sains diukur dari perolehan nilai n-gain.
materi ini sangat cocok dengan keterampilan-keterampilan dalam keterampilan proses sains yang coba diujikan dalam penelitian ini.
D. Tujuan penelitian
1. Melakukan pengembangan buku ajar untuk meningkatkan keterampilan proses sains.
2. Mengetahui peningkatan keterampilan proses sains antara siswa yang menggunakan buku ajar yang dikembangkan dengan siswa yang menggunakan buku ajar lain.
3. Mengetahui tanggapan siswa terhadap buku ajar yang dikembangkan.
E. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengembangan buku ajar yang dapat menunjang penggalian keterampilan proses sains. Sehingga dapat bermanfaat untuk berbagai pihak yang terlibat dalam pengembangan buku ajar seperti penulis, penerbit maupun guru dan siswa.
F. Variabel penelitian
G. Definisi Operaasional
1. Buku Ajar yang Dikembangkan
Buku ajar yang dikembangkan adalah buku fisika SMA materi Alat Optik yang dibuat berdasarkan Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains yang dikeluarkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional 2003.
Buku ajar yang dikembangkan dinilai dari segi isi maupun dari segi bahasa. Penilaian diberikan berdasarkan format evaluasi yang diisi oleh ahli.
2. Keterampilan proses sains
Keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Keterampilan proses sains yang diuji dalam penelitian ini adalah:
a. Membuat hipotesis,
b. Menginterpretasi/menafsirkan data, c. Meramal/memprediksi,
d. Mengamati, dan e. Berkomunikasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode quasy experiment atau eksperimen semu.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest One Group Design.
dengan:
O1 : Tes awal keterampilan proses sains kelas eksperimen.
O2 : Tes akhir keterampilan proses sains kelas eksperimen.
X : Perlakuan (treatment), yaitu penggunaan buku ajar yang dikembangkan.
C. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X pada salah satu SMA swasta di kota Bandung. Sampel dipilh dengan purposive sampling . Adapun yang menjadi sampel yaitu kelas X-4.
D. Prosedur penelitian
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan masalah yang dikaji dengan cara melakukan studi pendahuluan. Adapun yang dilakukan pada saat studi pendahuluan adalah meyebarkan angket penggunaan buku oleh siswa.
b. Studi literatur, dilakukan untuk mendapatkan teori yang akurat dalam menanggulangi permasalahan yang didapat dari studi pendahuluan dan mencari penelitian-penelitian yang berhubungan dengan bahan ajar dan keterampilan proses sains.
c. Mengkaji kurikulum untuk mengetahui pokok bahasan dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan sebagai bahan penelitian.
d. Menyusun buku ajar yang dikembangkan dengan materi Alat Optik. e. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
f. Membuat dan menyusun instrumen penelitian.
g. Judgement dilakukan untuk buku ajar dan instrumen penelitian. Judgment buku ajar oleh dua orang ahli sedangkan instrumen oleh dua orang dosen ahli dan satu orang guru di sekolah tempat penelitian.
i. Melakukan uji coba instrumen penelitian. j. Menganalisis uji coba instrumen.
k. Menentukan soal yang layak digunakan sebagai instrumen penelitian. l. Memilih sekolah yang dijadikan lokasi penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: a. Memberikan tes awal (pre-test) pada siswa.
b. Melakukan kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen. c. Memberikan tes akhir (post-test) pada siswa.
d. Memberikan angket kepada guru dan siswa untuk mengetahui tanggapan terhadap buku ajar yang dikembangkan.
3. Tahap Akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: a. Mengolah data hasil pre-test, post-test, lembar observasi dan angket. b. Menghitung n-gain siswa.
c. Menganalis data yang diolah.
d. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis data. e. Memberikan saran-saran yang harus dilakukan selanjutnya dari
temuan-temuan penelitian ini.
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Akhir
Gambar 3.1
Diagram Alur Proses Penelitian Judgment Buku Ajar
Mengkaji Kurikulum
Pre-test
Pengolahan Data
Uji Coba soal tes
Kegiatan pembejaran dengan menggunakan
Buku Ajar
Judgment soal tes
Revisi
Revisi Revisi
Buku Ajar
E. Instrumen
Instrumen penelitian ini terdiri dari:
Format evaluasi buku ajar yang dikembangkan berupa buku.
Test awal yaitu test keterampilan proses sains untuk materi yang dipilih (Alat Optik) berupa tes objektif pilihan ganda.
Tes akhir yaitu pengujian keterampilan proses untuk materi yang dipilih (Alat Optik) berupa tes objektif pilihan ganda.
Lembar observasi kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dibuat seperti angket dengan menggunakan skala Likert.
Angket tanggapan siswa dan guru mengenai buku yang dikembangkan. Format evaluasi untuk buku ajar yang dikembangkan berupa buku diambil berdasarkan standar penilaian buku sains.
1. Tes Keterampilan Proses Sains
Untuk instrumen yang berupa tes, sebelumnya dilakukan uji coba. Hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui validasi butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal.
a. Validitas butir soal
validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien produk momen dengan rumus :
Nilai rxy yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan
validitas butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.1 (Sugiono, 2010)
Tabel 3.1
Klasifikasi Validitas Butir Soal
Nilai rxy Kriteria
0,80 < rxy 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < rxy 0,80 Tinggi
0,40 < rxy 0,60 Cukup
0,20 < rxy 0,40 Rendah
b. Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauhmana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah) walaupun di teskan pada situasi yang berbeda-beda. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan menggunakan metoda belah dua (split half).
Reliabilitas tes dapat dihitung dengan menggunakan perumusan :
r11 =
Nilai r11 yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan
c. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang anak untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi di luar jangkauan (Arikunto, 2007).
Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan perumusan: B
P JS
... 3.3 Keterangan :
P = Indeks Kesukaran
B= Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS= Jumlah seluruh siswa peserta tes
Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.3. (Arikunto, 2007)
Tabel 3.3
Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal
Nilai P Kriteria
0,00 Terlalu Sukar
Nilai P Kriteria 0,71 P < 1,00 Mudah
1,00 Terlalu Mudah
d. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2007) .
Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan perumusan:
A B
DP = Daya pembeda butir soal
A
J = Banyaknya peserta kelompok atas
B
J = Banyaknya peserta kelompok bawah
A
B = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
B
B = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
A
P = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
B
P = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
2007)
Tabel 3.4
Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal
Nilai DP Kriteria
Negatif Soal Dibuang
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali
No. Soal
Validitas Daya Pembeda Taraf Kemudahan
Hasil judgment Keputusan
Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi
1 0,41 Sedang 0,56 Baik 0,64 Sedang
Sesuai indikator tapi tidak sesuai KPS (data yang disajikan kurang, dan gambar yang disajikan bukan
data)
digunakan
2 0,67 Tinggi 0,78 Sangat
baik 0,4 Sedang
Sesuai indikator tetapi tidak sesuai KPS (pengamatan harus objek yang sebenarnya, langsung tanyakan
perbedaan keadaan mata)
digunakan
3 0,36 Rendah 0,33 Cukup 0,7 Sedang Indikator tidak sesuai, tapi aspek KPS sesuai
(tambahan informasi mengenai titik dekat pada soal) digunakan
4 0,2 Rendah 0,22 Cukup 0,21 Sukar Indikator dan aspek KPS sesuai (perlu ditinjau apakah
dalam soal PG dapat ada indikator membuat) digunakan
5 -0,01 Sangat
rendah 0,11 Jelek 0,27 Sukar
Indikator dan aspek KPS sesuai
digunakan
Indikator dan aspek KPS sesuai (perbaikan dalam
penyajian grafik dan kata-kata dalam soal) digunakan
8 0,33 Rendah 0,44 Baik 0,45 Sedang Sesuai indikator tetapi tidak sesuai KPS (pengamatan
harus objek yang sebenarnya) digunakan 9 0,36 Rendah 0,55 Baik 0,56 Sedang Indikator dan aspek KPS sesuai digunakan
10 0,30 Rendah 0,33 Cukup 0,3 Sukar Sesuai indikator tetapi tidak sesuai KPS (pengamatan
harus objek yang sebenarnya) digunakan
11 0,13 Sangat
Rendah 0,11 Jelek 0,52 Sedang
Indikator dan aspek KPS sesuai
digunakan
12 0,22 Rendah 0,22 Cukup 0,21 Sukar Indikator dan aspek KPS sesuai digunakan
13 0,45 Sedang 0,44 Baik 0,64 Sedang Indikator dan aspek KPS sesuai (perbaikan tampilan
Soal Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi
14 0,36 Rendah 0,44 Baik 0,72 Mudah Indikator dan aspek KPS sesuai (perbaikan tampilan
tabel) digunakan
15 -0,05 Sangat
Rendah 0 Jelek 0,15 Sukar
Indikator dan aspek KPS sesuai (harus ada penjelasan
tabel) digunakan
16 0,4 Sedang 0,33 Cukup 0,3 Sukar Sesuai indikator tetapi tidak sesuai KPS (pengamatan
harus objek yang sebenarnya) digunakan 17 0,5 Sedang 0,55 Baik 0,48 Sedang Sesuai indikator tetapi tidak sesuai KPS digunakan 18 0,44 Sedang 0,44 Baik 0,2 Sukar Sesuai indikator tetapi tidak sesuai KPS digunakan
19 0,6 Sedang 0,78 Sangat
baik 0,4 Sedang
Sesuai indikator tetapi tidak sesuai KPS
digunakan
20 0,2 Rendah 0,22 Cukup 0,33 Sedang Sesuai indikator tetapi tidak sesuai KPS (perbaikan
dalam susunan kalimat pada soal) digunakan
21 0,53 Sedang 0,56 Baik 0,64 sedang Indikator dan aspek KPS sesuai (harus ada penjelasan tabel pada soal)
Tidak digunakan Reliabilitas 0,66
Interpretasi Tinggi
F. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data berupa tes yaitu saat pelaksanaan tes awal (tes awal), tes akhir (post test). Pengumpulan data non tes yaitu angket tanggapan siswa mengenai buku ajar yang dikembangkan, dan penilaian buku ajar oleh ahli.
G. Analisis Data
1. Perhitungan Nilai n-Gain (gain yang ternormalisasi)
Penilian tes awal dan tes akhir digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains. Setelah dilakukan pemberian skor, kemudian dihitung nilai gain dari tiap siswa, dengan menggunakan rumus:
... 3.5 Dengan
g = nilai n-gain
Sf = skor rata-rata post test
Si = skor rata-rata tes awalt
Smaks = skor maksimum yang mungkin
Tabel 3.5 Kriteria n-gain
No Nilai n-gain Kriteria
2. Pengolahan data dari Angket
Angket yang dibuat menggunakan Skala Likert. Skala Likert dalam Metode Penelitian Pendidikan (Sugiono, 2011) digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap fenomena sosial yang dijadikan variabel penelitian oleh peneliti.
Jawaban setiap item dari angket akan diolah secara kuantitatif, dengan pemberian skor sebagai berikut:
Tabel 3.6
Kriteria Jawaban Angket
Jawaban Skor
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMA Swasta di Kota Bandung kelas X semester I mengenai pengembangan buku ajar untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMA, diperoleh kesimpulan:
1. Pembelajaran berbantuan buku ajar yang dikembangkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan n-gain sebesar 0,33. Nilai n-gain kelas dengan pembelajaran berbantuan buku ajar yang dikembangkan lebih besar 0,07 dari pembelajaran berbantuan buku ajar dari sekolah.
2. Buku ajar yang dikembangkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains dasar lebih besar dari pada keterampilan proses sains terpadu Keterampilan mengamati merupakan keterampilan yang memiliki peningkatan terbesar yaitu 0,61 dengan kategori sedang. Sedangkan keterampilan menginterpretasi data memiliki peningkatan paling kecil, yaitu sebesar 0,18. Keterampilan proses sains lain juga meningkat, seperti keterampilan memprediksi sebesar 0,286, keterampilan berkomunikasi sebesar 0,39 dan keterampilan mengajukan hipotesis sebesar 0,241.
merangsang siswa untuk berpikir dan menemukan jawaban dari sumber lain.
B. Saran
1. Peningkatan keterampilan proses sains dapat lebih ditingkatkan lagi dengan adanya buku ajar untuk panduan guru. Dengan adanya buku ajar panduan guru, maka penggunaan buku ajar oleh siswa semakin besar. Selain itu, bagian-bagian dalam buku ajar akan banyak terbaca dalam pembelajaran.
2. Buku ajar yang dikembangkan lebih dapat meningkatkan keterampilan proses sains dasar daripada keterampilan proses sains terpadu. Buku ajar yang dikembangkan dapat menanamkan keterampilan proses terpadu dengan menunjukkan fenomena, dan menunjukkan cara menginterpretasi gejala-gejala dari fenomena tersebut. Selain itu, dapat pula dengan memberikan siswa kegiatan mandiri sehingga membuat siswa melakukan penyelidikan dan penemuan sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Akinbobola, Akinyemi Olufunminiyi dan Afolabi, Folashade. (2010). “Analysis of Science Process Skills in West African Senior Secondary School Certificate Physics Pratical Examinations in Nigeria”. Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Volume 4, Number 1
Arikunto, Suharsimi. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Analisis Keterampilan Proses Sains Guru SD. (Disertasi). Universitas Pendidikan Indonesia
Darkuni, M. Noviar. (2010). Pengembangan Bahan Ajar Bidang Studi Biologi. Diktat Universitas Negeri Malang Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi.
Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004 : standar kompetensi, mata pelajaran Fisika, Sekolah menengah atas dan madrasah aliyah, Jakarta : Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas.
Kustanto, Heri dan A. Hinduan. 2009. Kecenderungan Buku Teks Fisika Lama dan Buku Teks Fisika Baru Untuk SMA. Diseminarkan pada Seminar Nasional Fisika dan Pembelajarannya di UKSW.
Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jendal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. (2010). Petunjuk Teknis Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:Kemendiknas. Ogan, Feral. (2007).“To What Degree Do the Currently Used Physics Textbooks
Meet the Expectations?” Journal of Science Teacher Education.
Okey, at all. (19820. “Integrated Process Skill Test II”.Journal of Research in Science Teaching, vol. 22, Issue 2, pp.169-177
Rambuda. (2004). “Perception of Teachers of The Application of Science Process Skills in The Teaching Of Geography in Secondary Schools in The Free State Province”. South Africa Journal Of Education Vol 24(1) 10-17
Rustamana, Nuryani. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi.
Semiawan, Conny.dkk.(1992) Pendekatan Keterampilan Proses. Gramedia: Jakarta
Sudjana. (1992). Metode Statistika. Tarsito: Bandung