Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
STUDI KOMPARATIF PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK GROUP INVESTIGATION DENGAN
TEKNIK JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
(Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh
Chrisantia Dian Ratnasari 0804586
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Nomor Daftar FPEB: 11/UN40.FPEB.1.PL/2013
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
STUDI KOMPARATIF PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK GROUP INVESTIGATION DENGAN TEKNIK JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri
11 Bandung)
Bandung, Januari 2013
Skripsi ini disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Dadang Dahlan, M.Pd. Drs. Ani Pinayani, MM. NIP. 19571205 1982031 002 NIP. 19620612 198803 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
UPI Bandung
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
LEMBAR HAK CIPTA
STUDI KOMPARATIF PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK GROUP INVESTIGATION DENGAN TEKNIK JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri
11 Bandung)
Oleh
Chrisantia Dian Ratnasari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Chrisantia Dian Ratnasari Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
ABSTRAK
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013, Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Group Investigation dengan Teknik
Jigsaw Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa (Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung)
di bawah bimbingan Dr. Dadang Dahlan, M.Pd dan Drs. Ani Pinayani, MM.
Oleh
CHRISANTIA DIAN RATNASARI 0804586
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan pengaruh model pembelajaran cooperative learning teknik group investigation dengan teknik jigsaw terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini ialah metoda pre experiment design atau dikenal dengan
quasi experiment dan desain penelitian dalam penelitian ini ialah the static group pretest-posttest design.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan pretest dan posttest, sehingga didapatkan nilai pretest dan nilai
posttest. Subyek dalam penelitian adalah siswa-siswi kelas X di SMA Negeri 11 Bandung. Dalam penelitian ini, kedua kelas yang dipilih sebagai kelas eksperimen diberikan perlakuan yang berbeda, adapun kelas X-12 sebagai kelompok eksperimen yang diberi treatment dengan teknik group investigation dan kelas X-13 yang diberikan treatment dengan menggunakan teknik Jigsaw.
Teknik analisis data dengan menggunakan uji t. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa nilai kelas yang menggunakan model pembelajaran
cooperative learning dengan teknik jigsaw memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai kelas yang menggunakan teknik group investigation. Hal tersebut ditunjukan dengan perolehan nilai rata-rata N-gain pada kelas jigsaw
sebesar 0,6422, sedangkan pada kelas group investigation nilai rata-rata N-gain
sebesar 0,4362.
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
ABSTRACT
Chrisantia Dian Ratnasari, (0804586). Comparative Study Using Cooperative Learning Models Group Investigation Technique With Jigsaw Technique to Improve Student Learning Outcomes (Experimental Study on Economic Subjects of Grade X SMA Negeri 11 Bandung)
Under the guidance ofDr. Dadang Dahlan, M.Pd with Drs. Ani Pinayani, MM.
CHRISANTIA DIAN RATNASARI 0804586
The purpose of this research is to determine the effect of differences in cooperative learning models group investigation technique with jigsaw technique to improving learning outcomes. Methods used in this research is pre experiment design, also known as quasi experimental and the design on this research is the static group pretest-posttest design.
Technique of data collection in this research by providing pretest and posttest to obtain the value of the pretest and posttest. The subject in this research is a first grader at senior high school 11 Bandung. In this research were selected as both grade experimental class is given different treatment, the student X-12 with group investigation technique and X-13 with jigsaw technique.
Data analysis technique in this research using the t test. The results of the research it was conclude that the value of a class that uses cooperative learning model with jigsaw technique has greater value than the value of the class that uses the technique of investigation group. It is shown by average value N-gain acquisition on jigsaw class as big as 0,6422 and for group investiagtin class is 0,4362.
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... ….xi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 7
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS .... 9
2.1 Kajian Pustaka ... 9
2.1.1. Belajar ... 9
2.1.1.1 Prinsip Belajar ... 12
2.1.1.1.1 Berdasarkan Prasyarat Yang Diperlukan ... 12
2.1.1.1.2 Sesuai Hakikat Belajar ... 12
2.1.1.1.3 Sesuai Materi Atau Bahan Ajar Yang Dipelajari ... 13
2.1.1.1.4 Syarat Keberhasilan Belajar ... 13
2.1.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ... 13
2.1.1.2.1 Faktor Intern ... 13
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
2.1.4. Model Pembelajaran Cooperative Learning ... 25
2.1.4.1 Teori Pembelajaran Kooperatif ... 30
2.1.4.1.1 Teori Piaget ... 30
2.1.4.1.2 Teori Vigotsky ... 33
2.1.4.1.3 Teori Ausubel ... 34
2.1.4.2 Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Group Investigation .. 34
2.1.4.3 Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw ... 35
2.2 Penelitian Terdahulu ... 38
2.3 Kerangka Pemikiran ... 39
2.4 Hipotesis ... 44
BAB III METODE PENELITIAN... 45
3.1 Metode Penelitian ... 45
3.2 Desain Penelitian ... 45
3.3 Operasional Variabel ... 46
3.4 Instrumen Penelitian ... 47
3.4.1 Tes Hasil Belajar ... 47
3.4.2 Lembar Observasi ... 51
3.5 Uji Instrument Penelitian ... 51
3.5.1 Validitas Instrumen ... 52
3.5.2 Uji Reliabilitas ... 53
3.6 Analisis Butir Soal ... 54
3.6.1 Tingkat Kesukaran ... 54
3.6.2 Daya Pembeda ... 55
3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 56
3.8 Prosedur Penelitian ... 57
3.9 Teknik Pengolahan Data ... 58
3.9.1 Tes Hasil Belajar ... 58
3.10 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 59
3.10.1 Uji Normalitas ... 59
3.10.2 Uji Homogenitas ... 60
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 63
4.2 Deskripsi Subjek Penelitian ... 69
4.3 Deskripsi Hasil Uji Instrumen Penelitian ...69
4.3.1 Uji Validitas ... 70
4.3.2 Uji Reliabilitas ... 71
4.3.3 Uji Tingkat Kesukaran ... 71
4.3.4 Uji Daya Pembeda ... 73
4.4 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 74
4.4.1 Deskripsi Hasil Pengolahan Data ... 74
4.4.1.1 Data Pre Test ... 74
4.4.1.2 Data Post Test ... 79
4.4.1.3 Data Skor Gain ... 83
4.4.1.4 DataN-Gain ... 85
4.4.2 Analisis Data Hasil Penelitian ... 86
4.4.2.1 Uji Normalitas ... 86
4.4.2.2 Uji Homogenitas ... 88
4.4.2.3 Uji Hipotesis ... 89
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian dan Temuan Empirik ... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99
5.1 Kesimpulan ... 99
5.2 Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 101
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka berfikir... 43
4.1 Nilai Rata-Rata Pretest Siswa... 78
4.2 Nilai Rata-Rata Posttest Siswa………..…… 82
4.3 Rata-Rata Skor Gain……...………..……. 84
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
DAFTAR TABEL
1.1 Daftar Nilai Ulangan ... 4
2.1 Sintak Model pembelajaran Kooperatif ... 30
2.2 Penelitian Terdahulu ... 38
3.1 Desain Penelitian ... 45
3.2 Operasional Variabel ... 46
3.4 Klasifikasi indeks kesukaran ... 54
3.5 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda ... 56
3.6 Kriteria Indeks Gain ... 59
4.1 Hasil Uji Validitas ... 70
4.2 Uji Tingkat Kesukaran ... 72
4.3 Uji Daya Pembeda ... 73
4.4 Nilai Pretest Kelas Teknik Group investigation dan Teknik Jigsaw ... 75
4.5 Hasil Data PreTest Kelas GI dan Jigsaw ... 76
4.6 Nilai Posttest Kelas GI dan Jigsaw ... 80
4.7 Data post Test kelas GI dan Jigsaw ... 81
4.8 Hasil Pengolahan Skor Gain GI dan Jigsaw ... 83
4.9 Hasil Pengolahan N-Gain GI dan Jigsaw ... 85
4.10 Hasil Uji Normalitas GI dan Jigsaw ... 87
4.11 Uji Homogenitas ... 88
4.12 Uji Hipotesis Kesatu ... 89
4.13 Uji Hipotesis Kedua ... 90
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas mutu sumber daya manusia, senantiasa diupayakan
dari waktu ke waktu. Hal tersebut bertujuan secara khusus untuk memajukan
kehidupan bangsa dan negara. Perkembangan zaman yang semakin maju
menuntut sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang baik, sehingga tidak
tertinggal dengan kualitas sumber daya manusia di negara lain. Salah satu
indikator negara maju ialah negara yang memiliki potensi sumber daya manusia
dengan kualitas yang baik. Hal tersebut dapat ditempuh dengan cara
meningkatkan mutu pendidikan di negara tersebut. Begitupun dengan Negara
Indonesia yang selalu mengupayakan peningkatan kualitas sumber daya manusia
dengan meningkatkan mutu pendidikan yang ada di Indonesia. Hal tersebut
sejalan dengan rumusan yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945, yang
menyatakan bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan
yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia.
Secara umum, kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah apabila
dibandingkan dengan negara kawasan Asia Tenggara lainnya. Hal tersebut dapat
dilihat dari laporan pembangunan manusia tahun 2011, dimana dapat dilihat
bahwa kinerja Indonesia di bidang pembangunan manusia mengalami
peningkatan, akan tetapi kemajuannya masih di bawah rata-rata regional
Asia-Pasifik serta memiliki kualitas yang masih stagnan. Indeks Pembangunan Manusia
2
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
rata lama sekolah yang merupakan indikator dari komponen pendidikan,
rata-rata lama sekolah di Indonesia baru mencapai 5,8 tahun. Jika dibandingkan
dengan negara Asia Tenggara lain seperti Filipina yang rata-rata lama sekolahnya
sudah mencapai 8,9 tahun dan rata-rata lama sekolah untuk kawasan ASEAN 6,3
tahun (Kompas, 18 November 2011).
Pemerintah melakukan berbagai upaya guna mewujudkan peningkatan
kualitas sumber daya manusia, salah satu cara yang ditempuh yaitu dengan
senantiasa memperbaiki dan mengembangkan sistem pendidikan yang ada di
Indonesia. Pemerintah melakukan perubahan atau pengembangan pada kurikulum
yang bertujuan untuk semakin mengembangkan mutu pendidikan yang ada di
Indonesia. Dalam ketentuan umum Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.“
Melalui pendidikan formal setiap individu diharapkan akan berubah
kearah yang lebih baik dan akan meningkatkan kualitas dirinya. Didalam
pendidikan formal tersebut terjadi proses belajar atau transfer ilmu dari pendidik
kepada peserta didik. Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan adanya transfer ilmu tersebut
diharapkan siswa akan memiliki perubahan yang positif baik pada perubahan
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
Salah satu indikator untuk melihat keberhasilan dalam suatu proses
pembelajaran ialah dengan melihat nilai kognitif siswa. Nilai kognitif dapat dilihat
salah satunya dari nilai hasil ulangan siswa, baik itu nilai ulangan harian maupun
nilai lain seperti nilai UTS dan UAS. Dari hasil nilai tersebut dapat dilihat sejauh
mana siswa dapat mengusai dan memahami materi pembelajaran yang telah
diberikan. Pada umumnya setiap sekolah memiliki nilai ketuntasan minimum
yang harus dicapai oleh para siswa, sehingga nilai hasil ulangan yang dicapai oleh
para siswa, tidak boleh kurang dari nilai minumun yang telah ditentukan oleh
sekolah.
Dengan adanya ketentuan nilai minimum pada setiap sekolah, dapat
digolongkan siswa yang telah mencapai ketuntasan dan siswa yang belum
mencapai ketuntasan. Berikut ini disajikan nilai ulangan harian mata pelajaran
ekonomi siswa kelas X-1 dan kelas X-7 SMAN 11 Bandung, dalam tabel
disajikan nilai setiap siswa dan keterangan siswa telah mencapai nilai KKM atau
masih belum mencapai nilai KKM, siswa yang telah tuntas diberi simbol T
4
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
Tabel 1.1
Daftar Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X1 dan X7 SMAN 11 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012
Kelas X1 Kelas X7
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
Dari data daftar nilai di atas, terlihat bahwa nilai mata pelajaran ekonomi
siswa kelas X1 dan X7 di SMAN 11 Bandung, masih tergolong rendah. Masih
banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM yang sudah ditentukan. Dari kelas
X1, siswa dengan nilai yang memenuhi nilai KKM hanya berjumlah 11 orang dari
44 siswa, sedangkan dari kelas X7, siswa dengan nilai memenuhi nilai KKM
berjumlah 14 siswa dari jumlah 44 siswa. Proses pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan metode ceramah. Dengan menggunakan metode ceramah siswa
berperan pasif dalam proses pembelajaran, siswa hanya menyimak dan
mendengarkan penjelasan dari guru saja.
Menurut Slameto (2010: 65) menyatakan bahwa:
Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metoda-metoda baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya. Tetapi dapat digolongkam menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.
Dengan demikian penulis tertarik untuk mencoba menerapkan model
pembelajaran lain yang lebih menarik lagi perhatian siswa supaya dapat lebih
menstimulasi siswa untuk lebih giat mempelajari mata pelajaran ekonomi. Penulis
tertarik untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik group
investigation dan teknik jigsaw dalam proses pembelajaran mata pelajaran
6
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
Dalam model pembelajaran kooperatif teknik group investigation dan
teknik jigsaw, siswa dituntut untuk mencari dan menggali informasi secara
mandiri dan aktif, sehingga hal tersebut diharapkan dapat memacu semangat dan
menarik perhatian siswa untuk mempelajari mata pelajaran ekonomi. Dengan
penerapan kedua teknik ini, diharapkan pada akhir pembelajaran, dapat dilihat
dengan teknik mana siswa dapat mencapai hasil belajar yang lebih tinggi,
sehingga pembelajaran ekonomi dapat dilaksanakan seefektif mungkin.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai permasalahan yang sedang terjadi dengan judul penelitian Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Group Investigation Dengan Teknik Jigsaw Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa (Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Bandung).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada kelas yang
menggunakan model pembelajaran cooperartive learning teknik Group
Investigation sebelum dan setelah medapat perlakuan?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada kelas yang
menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik Jigsaw
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang
menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik Group
Investigation dan kelas yang menggunakan teknik Jigsaw setelah
mendapatkan perlakuan ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada kelas yang
menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik Group
Investigation sebelum dan setelah mendapat perlakuan.
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada kelas yang
menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik Jigsaw
sebelum dan setelah mendapat perlakuan.
3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang
menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik Group
Investigation dan kelas yang menggunakan teknik Jigsaw setelah
mendapatkan perlakuan.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1Manfaat Teoritis
1. Untuk memberikan sumbangan pemikiran baru mengenai pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dan
teknik jigsaw tehadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.
2. Sebagai bahan kajian dan pengembangan lebih lanjut khususnya tentang
pengaruh penerapan model cooperative learning teknik group
8
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013 1.4.2 Manfaat Praktis
1. Memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran yang
ditunjukan oleh keberhasilan hasil belajar siswa pada siswa di SMAN 11
Bandung
2. Memberikan sumbangan bagi para pengambil kebijakan sekolah untuk
dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran yang akan berpengaruh
pada peningkatan hasil pembelajaran.
3. Acuan supaya dapat menentukan model pembelajaran yang lebih baik
sehingga diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkatkan secara lebih
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah pre
experiment design atau dikenal juga dengan istilah quasi experiment yaitu suatu
jenis eksperimen yang tidak sebenarnya karena jenis eksperimen ini belum
memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah
mengikuti peraturan-peraturan tertentu (Arikunto, 2010:123).
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah The Static Group
Pretest-Posttest Desaign. Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3.1
Desain Penelitian The Static Group Pretest-Posttest Desaign
Pretest Teatment Posttest
O1 X1 O2
O1 X2 O2
Sumber: Arikunto (2010:124)
Keterangan :
X1 : Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Group Investigation.
X2 : Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw.
O1 : Tes awal (sebelum mendapatkan perlakuan) pada masing-masing
kelompok kelas eksperimen.
O2 : Tes akhir (setelah mendapatkan perlakuan) pada masing-masing
46
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013 3.3 Operasional Variabel
Operasional variabel merupakan petunjuk pelaksanaan untuk mengukur
suatu variabel. Untuk menghindari terjadinya kekeliruan di dalam menafsirkan
permasalahan yang penulis teliti, maka dibuat penjabaran konsep yang dapat
dijadikan pedoman dalam menentukan aspek-aspek yang diteliti. Adapun bentuk
operasional dari masalah yang penulis teliti adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep teoritis Konsep empiris Konsep analitis Skala Model
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013 3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam
yaitu yang pertama berupa :
3.4.1 Tes Hasil Belajar
Arikunto (2010:193) menyatakan bahwa tes merupakan serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok.
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat
untuk mengumpulkan informasi karakteristik setiap objek. Dalam pembelajaran
objek ini bisa berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi dan sebagainya.
Menurut Mardapi (2008:67) tes merupakan salah satu cara untuk menaksir
besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons
seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Tes dapat juga diartikan sebagai
sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk
mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari
orang dikenai tes. Respon peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan maupun
pernyataan menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Tes digunakan
untuk mengukur hasil belajar yang bersifat hard skills.
Dalam penelitian ini, tes dilakukan sebanyak dua kali, yang pertama pre
test yaitu digunakan sebelum perlakuan yang bertujuan untuk melihat kemampuan
48
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
yang dilakukan setelah mendapatkan perlakuan atau setelah proses pembelajaran
berlangsung yang dimaksudkan mengukur hasil belajar siswa.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar
Mardapi (2008:88) yaitu sebagai berikut:
1) Menyusun Spesifikasi Tes yang meliputi:
A. Menentukan tujuan tes
B. Menyusun kisi-kisi tes
Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang
akan dibuat. Kisi-kisi merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga
siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat
kesulitannya relatif sama. Adapun langkah-langkah dalam
mengembangkan kisi-kisi tes yaitu:
1. Menulis standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2. Menentukan indikator
3. Membuat daftar pokok bahasan subpokok bahasan yang akan diujikan.
4. Menentukan jumlah butir soal tiap pokok bahasan dan subpokok
bahasan.
C. Memilih bentuk tes
D. Menentukan panjang tes
2) Menulis soal tes
Penulisan soal dilakukan setelah langkah pertama yaitu menyusun
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai
dengan perincian kisi-kisi yang telah dibuat.
3) Menelaah soal tes
Setelah soal dibuat diperlukan telaah soal tersebut. Hal ini perlu dilakukan
untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatannya masih
ditemukan kekurangan atau kesalahan. Telaah soal sebaiknya dilakukan
oleh orang lain, bukan oleh si pembuat soal sendiri. Dengan ini diharapkan
dapat semakin memperbaiki kualitas soal yang tertentu.
4) Melakukan uji coba tes
Sebelum soal digunakan dalam tes yang sesungguhnya, uji coba perlu
dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal. Uji coba ini dapat digunakan
sebagai sarana memperoleh data empiric tentang tingkat kebaikan soal
yang telah disusun, melalui uji coba dapat diperoleh data tentang
reabilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektivitas pengecoh
daya beda, dan lain-lain. Jika memang soal yang disusun belum memenuhi
kualitas yang diharapkan bedasarkan hasil uji coba tersebut kemudian
dilakukan pembenahan atau perbaikan.
5) Menganalisis butir soal
Berdasarkan hasil uji coba perlu kiranya dilakukan analisis butir soal yang
telah disusun. Melalui analisis butir ini dapat diketahui anatara lain:
50
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
6) Memperbaiki tes
Setelah uji coba dilakukan dan kemudian dianalis maka langkah
berikutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan bagian soal yang masih
belum sesuai dengan yang diharapkan. Langkah ini biasanya dilakukan tes
butir soal, yaitu memperbaiki masing-masing butir soal yang masih belum
baik. Ada kemungkinan beberapa soal yang sudah baik sehingga ridak
perlu direvisi lagi, dan yang lain mungkin harus dibuang karena tidak
memenuhi standar kualitas yang diharapkan.
7) Merakit tes
Setelah semua butir soal dianalisis dan diperoleh langkah berikutnya
adalah merakit butir-butir soal tersebut menjadi satu kesatuan tes.
Keseluruhan butir soal perlu disusun secara hati-hati menjadi kesatuan
soal tes yang terpadu.
8) Melaksanakan tes
Setelah langkah menyusun tes selesai dan telah direvisi pasca uji coba,
langkah berikutnya adalah melaksanakan tes. Tes yang telah disusun
diberikan kepada peserta tes untuk diselesaikan.
9) Menafsirkan hasil tes
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini
kemudian ditafsirkan sehingga menajdi nilai yaitu rendah, menengah atau
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013 3.4.2 Lembar Observasi
Arikunto (2010:199) Di dalam pengertian psikologik, observasi atau
disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap
suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi, mengobservasi dapat
dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan
untuk menyebut jenis observasi:
1. Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak
menggunakan instrumen pengamatan.
2. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan
menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan
akan diamati. Dalam penelitian ini proses observasi dilakukan untuk mengamati
penampilan guru pada saat pelaksanaan pembelajaran. Obsevator dalam penelitian
ini ialah guru mata pelajaran ekonomi yang bersangkutan. Obsevator tinggal
memberikan tanda ceklis pada kolom pengamatan.
3.5 Uji Instrumen Penelitian 3.5.1 Validitas Instrumen
Validitas instrumen penelitian ialah ketepatan dari suatu instrumen penelitian
atau alat pengukur terhadap konsep yang akan diukur, sehingga instrumen akan
memiliki kevalidan dengan taraf yang baik. Instrumen yang valid harus dapat
mendeteksi dengan tepat apa yang seharusnya diukur. Menurut Arikunto
52
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
kevalidan atau kesahan suatu instrumen. Suatu instrumen dinyatakan valid apabila
mampu mengukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukan sejauh mana data
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud. Maka untuk menguji validitas tersebut dapat dilakukan pengujian
validitas soal dengan menggunakan product moment atau pearson yaitu dengan
menggunakan rumus:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }
(Suharsimi Arikunto)
Dimana:
r hitung = koefisien korelasi
Ʃ Xi = jumlah skor item
Ʃ Yi = jumlah skor total (seluruh item)
n = jumlah responden
Dalam formula tersebut rxy diartikan sebagai koefisien korelasi dan kriteriannya
adalah sebagai berikut :
rxy < : Validitas sangat rendah
0,20 - 0,399 : Validitas rendah
0,40 - 0,699 : Validitas sedang atau cukup
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
0,90 - 1,00 : Validitas sangat tinggi
Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak, digunakan
distribusi tabel (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan df (dk = n - 2). Keputusan: Jika
rhitung > r tabel berarti instrumen dinyatakan valid dan sebaliknya jika rhitung < r tabel
berarti tidak valid.
3.5.2 Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2010:221) reliable artinya dapat dipercaya, jadi dapat
diandalkan. Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian suatu instrument
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrument itu sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan
sesuatu. Instrument digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur
memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan
seseorang.
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus Korelasi
Pearson Product Moment dengan teknik belah dua awal-akhir yaitu:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }
Harga rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh
karenanya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan
rumus Spearman Brown yakni:
54
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak, digunakan
distribusi tabel (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan df (dk = n - 2). Keputusan: Jika r11
> r tabel berarti reliabel dan sebaliknya jika r11 < r tabel berarti tidak reliabel.
3.6 Analisis Butir Soal 3.6.1 Tingkat Kesukaran
Untuk memperoleh kualitas soal yang baik maka diperlukan keseimbangan
antara soal yang bersifat mudah, sedang, sukar secara proporsional. Tingkat
kesukaran dapat diketahui dengan menggunakan rumus:
P = B
Jr Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya responden yang menjawab butir soal dengan benar
Jr = jumlah seluruh responden
Untuk mengetahui butir soal tersebut tergolong dalam kategori mudah, sedang
atau sukar, penggolongannya digolongkan pada klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.4
Klasifikasi indeks kesukaran
Indeks Tingkat Kesukaran
0,70 < P ≤ 1,00 Mudah
0,30 < P ≤ 0,70 Sedang
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013 3.6.2 Daya Pembeda
Daya pembeda ialah kemampuan suatu butir soal dalam membedakan
siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang mempunyai
kemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda soal
disebut indeks diskriminasi (D).
a. Untuk kelompok kecil seluruh kelompok tes dibagi dua sama besar, 50%
kelompok atas (JA) dan 50% kelompok bawah (JB)
b. Untuk kelompok besar biasanya hanya di ambil kedua kutubnya saja, yaitu
27% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 27% skor terbawah sebagai
kelompok bawah (JB).
Daya pembeda ini digunakan untuk menganalisis data hasil uji coba instrument
penelitian dalam hal tingkat perbedaan setiap butir soal dengan menggunkan
rumus:
D = BA – BB
JA JB
Keterangan :
D = daya pembeda
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
56
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013 JA
PA – BA = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JB
Tabel 3.5
Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda
0,70 < DP ≤ 1,00 Baik Sekali
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari siswa. Alat pengumpul data dalam
penelitian ini adalah :
1. Tes, yaitu sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan
tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap
aspek tertentu. Respons peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan maupun
pernyataan menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Tes
digunakan untuk mengukur hasil belajar yang bersifat hard skills.
2. Observasi, yaitu mengamati sesuatu dengan menggunakan mata.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013 3.8 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dibagi ke dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap persiapan: Menentukan masalah yang akan diteliti dan
melaksanakan pra penelitian.
2. Tahap pelaksanaan:
a. Melakukan perizinan pada pihak sekolah, dimana akan dilaksanakan
penelitian dan berkonsultasi dengan guru mata pelajaran ekonomi yang
bersangkutan untuk penentuan waktu pelaksanaan penelitian, SK dan
KD yang akan dipakai dalam pelaksanaan penelitian.
b. Menyusun skenario pembelajaran (Silabus, RPP, lembar observasi)
c. Membuat instrumen penelitian
d. Melakukan uji coba instrumen yang meliputi penguujian validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dan menganalisis
hasil uji coba, setelah itu mengganti instrumen yang belum baik dan
mengadakan uji coba lagi sampai mendapatkan instrumen yang baik.
e. Melakukan pemilihan kelas yang akan dijadikan sebagai subjek
penelitian berdasarkan hasil pengujian homogenitas.
f. Melakukan penelitian
3. Pengolahan data:
Melakukan penskoran dan pengolahan gain, uji normalitas, homogenitas,
58
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
4. Kesimpulan: Membuat interpretasi hasil penelitian dan kesimpulan dari
penelitian yang telah dilakukan.
3.9 Teknik Pengolahan Data 3.9.1 Tes Hasil Belajar
Untuk pengolahan data dengan teknik tes adalah dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Tahap penskoran
Penskoran tes pilihan ganda dilakukan dengan menggunakan
pedoman penskoran. Sebelum lembar jawaban siswa diberi skor terlebih
dahulu ditentukan standar penilaian untuk setiap tahap, sehingga dalam
pelaksanaannya tidak ada unsur subjektif. Skor setiap siswa ditentukan
dengan menghitung jumlah jawaban yang benar, pemberian skor dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
S = ∑ R
Keterangan :
S = skor siswa
R = jumlah item yang dijawab benar
2. Menghitung rata-rata hasil pre-test dan post-test dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
X = Σx
N
Keterangan:
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
X= data (pre-test/post-test)
N= banyaknya siswa
3. Menghitung nilai maksimum dan minimum hasil pre test dan post test.
4. Setelah diperoleh nilai pretest dan posttest kedua kelas, kemudian
dilanjutkan dengan menghitung peningkatan antara pre test dan post test
untuk mendapatkan nilai gain ternormalisasi. Rumus yang digunakan
untuk menghitung nilai gain dan gain ternormalisasi adalah sebagai
berikut :
Gain = skor posttest- skor pretest
N Gain =
Keterangan :
N Gain = Gain yang dinormalisir
Pre test = Nilai awal pembelajaran
Post test = Nilai akhir pembelajaran
Tabel 3.6 Kriteria Indeks Gain
Skor Kategori
(g) ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≤ (g) < 0,70 Sedang
(g) < 0,30 Rendah
3.10 Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis 3.10.1 Uji Normalitas
Sebagaimana dikemukakan oleh Arikunto (2010:357) Uji normalitas
60
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat untuk menguji hipotesis
menggunakan statistik parametrik.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah gain atau selisih skor
pre test dan post test dari kedua kelas eksperimen berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian kenormalan data dilakukan menggunakan uji Chi-kuadrat yang diolah
menggunakan alat SPSS 19.0. Kriteria pengujian adalah jika signifikasi lebih
besar dari 0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal dan kriteria
pengujiannya adalah :
a. Jika nilai signifikasi (sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal.
b. Jika nilai signifikasi (sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
3.10.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas di maksudkan untuk menentukan sampel yang digunakan,
apakah kedua kelas yang digunakan dalam penelitian homogen atau tidak.
Apabila kelas tersebut homogen berarti tidak terdapat perbedaan kemampuan awal
pada kedua kelas eksperimen sebelum dilakukan pembelajaran. Uji homogenitas
diolah menggunakan uji homogenitas dengan uji liliefors, dengan kriteria sebagai
berikut :
a. Jika level signifikasi > 5%, maka data tersebut homogen.
b. Jika level signifikasi < 5%, maka data tersebut tidak homogen.
3.10.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis penelitian didasarkan pada data peningkatan hasil belajar,
yaitu data selisih nilai pre-test dan post-test. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
ini dilakukan karena tidak mengetahui kemana arah kurva hasil penelitian yang
akan dilakukan arah positif (+) atau negatif (-).
Adapun yang di bandingkan dalam pengujian hipotesis ini adalah skor
gain post-test dan pre-test pada kelas eksperimen yang menggunakan teknik
group investigation dengan kelas eksperimen yang menggunakan teknik jigsaw.
Berikut kriteria pengujian untuk hipotesis :
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1≠ µ2
Keterangan :
µ1 : skor gain kelompok eksperimen dengan teknik group investigation
µ2 : skor gain kelompok eksperimen dengan teknik jigsaw
Jika dibandingkan dengan t tabel, maka :
Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika t hitung≤ t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Hipotesis dalam penelitian ini disimbolkan dengan hipotesis alternatif
(HA) dan hipotesis nol (H0). Supaya tampak ada dua pilihan, hipotesis ini perlu
didampingi oleh pernyataan lain yang isinya berlawanan. Pernyataan ini
merupakan hipotesis tandingan antara (HA) terhadap (H0). Hipotesis yang di uji
secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut :
H0 : µ1 = µ2
HA :µ1≠ µ2
Keterangan:
62
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
HA = Hipotesis alternative
Dimana :
µ1 = N-Gain kelompok eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif teknik
group investigation.
µ2 = N-Gain kelompok eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif teknik
jigsaw.
Jika dibandingkan dengan t tabel, maka :
Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data hasil penelitian kelas eksperimen yang
menggunakan teknik group investigation dan kelas eksperimen yang
menggunakan teknik jigsaw, dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik group investigation
sebelum dan setelah mendapatkan perlakuan.
2. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw sebelum dan
setelah mendapatkan perlakuan.
3. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik group investigation
dan teknik Jigsaw setelah mendapatkan perlakuan (posttest).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan diperolehnya kesimpulan seperti yang
telah disebutkan pada bagian sebelumnya, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi guru
Untuk dapat memaksimalkan hasil belajar, diperlukan ketertarikan siswa
100
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
siswa akan merasa antusias dalam mengikuti kegiatan belajar, olehkarena
itu diharapkan guru dapat memilih secara selektif metoda apa yang tepat
untuk menarik minat siswa terhadap materi yang akan disajikan. Selain
daripada itu peran aktif siswa perlu dikembangkan, supaya siswa tidak
merasa jenuh dengan proses belajar yang hanya menerima materi dari guru
saja. Keaktifan siswa di kelas pada saat kegiatan pembelajaran, tidak hanya
terpaku pada siswa yang aktif saja, tetapi diharapkan semua siswa dapat
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga suasana kelas menjadi
hidup.
2. Bagi pihak sekolah
Bagi pihak sekolah diharapkan dapat senantiasa mengikuti
perkembangan-perkembangan yang ada, dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan dan
seminar-seminar mengenai dunia pendidikan khususnya untuk hal yang
berkenaan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat selalu berkembang
sesuai dengan perkembangan yang ada.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Metoda cooperative learning memiliki banyak teknik-teknik yang lain
selain teknik group investigation dan jigsaw, olehkarena itu perlulah
dikembangkan teknik-teknik lainnya dan tentunya disesuaikan dengan
materi yang akan disajikan, sehingga ketepatan cara penyampaian materi
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Budiwati, Neti dan Permana, Leni. (2010) . Perencanaan Pembelajaran Ekonomi. Bandung : Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi.
Dimyati dan Mudjono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Isjoni. (2010). Cooperative Learning (Efektivitas Pembelajaran Kelompok). Bandung : Alfabeta.
Mardapi, Djemari. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Test.
Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Muhibbin, Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mulyasa, E. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar dan Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Pambudy, Mardiana Ninuk. (2011). “Fokus: Indeks Pembangunan Manusia”. Kompas (26 November 2011).
Purwanto, Ngalim. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung:Rosdakarya.
Rakhmatian, Rizki. (2011). Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw terhadap prestasi belajar siswa studi eksperimen pada mata pelajaran ekonomi di SMA PGRI Cicalengka. Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Rosita, Imas. (2010). Pengaruh Penerapam Model Pembelajaran Cooperative Learning Metoda Diskusi Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa. Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
102
Chrisantia Dian Ratnasari, 2013
Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Syaiful. B. Djamarah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI Press.