• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN KONSEPTUAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN KONSEPTUAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN KONSEPTUAL

SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

DEDE SOFIATUN NIM 0903618

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA 2013

(2)

DEDE SOFIATUN

PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN KONSEPTUAL

SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Drs. Asep Saepulrohman, M.Pd. NIP 196109091985031006

Pembimbing II,

Drs. Akhmad Nugraha, M.Si. NIP 195910271986111001

Diketahui oleh Ketua Program Studi PGSD

UPI Kampus Tasikmalaya,

(3)

PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN KONSEPTUAL

SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

Oleh: Dede Sofiatun

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Dede Sofiatun 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(4)

PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN KONSEPTUAL

SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

ABSTRAK

Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang dapat mempertunjukkan suatu proses atau benda tertentu baik sebenarnya atau tiruan, sehingga pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Atas dasar permasalahan yang ditemukan di lapangan, metode konvensional masih mendominasi dalam pembelajaran IPA. Sehingga pengetahuan konseptual siswa kurang dilatihkan. Penelitian ini mengambil sampel siswa kelas IV SD Negeri Rawa, dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai 1) hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode konvensional, 2) hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode demonstrasi, 3) ada tidaknya perbedaan hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA yang menggunakan metode konvensional dengan menggunakan metode demonstrasi, 4) ada tidaknya pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperiment. Instrumen yang digunakan adalah tes dan lembar observasi. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi yang menggunakan metode konvensional dengan yang menggunakan metode demonstrasi digunakan uji komparasi. Hasil pengolahan dan analisis data, antara lain: 1) hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode konvensional berada pada kategori sedang sebesar 55,85, dan tinggi sebesar 68,73, 2) hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode demonstrasi berada pada kategori sedang sebesar 55,52 dan sangat tinggi sebesar 80,94, 3) ada perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai rerata normal gain kelas kontrol sebesar 0,29 berada pada kategori tidak efektif, sedangkan kelas eksperimen sebesar 0,59 berada pada kategori cukup efektif. Dengan adanya perbedaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan metode demonstrasi terhadap hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Rawa.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 7

A. Kajian Pustaka ... 7

1. Metode Demonstrasi ... 7

2. Pengertian Hasil Belajar ... 10

3. Pengetahuan Konseptual ... 11

4. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 13

5. Energi Panas dan Bunyi ... 14

B.Penelitian yang Relevan ... 16

C.Kerangka Pemikiran ... 17

(6)

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

A. Lokasi, dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 19

B. Desain Penelitian ... 19

C. Metode Penelitian ... 20

D. Definisi Operasional Variabel ... 21

E. Instrumen Penelitian ... 22

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 26

G. Teknik Pengumpulan Data ... 33

H. Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 41

2. Hasil Belajar Pengetahuan Konseptual Siswa pada Kelas Kontrol ... 42

3. Hasil Belajar Pengetahuan Konseptual Siswa pada Kelas Eksperimen . ... 61

4. Perbedaan Hasil Belajar Pengetahuan Konseptual Siswa antara Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen ... 77

5. Keterlaksanaan Metode Pembelajaran pada Kelas Eksperimen ... 88

B. Pembahasan ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. IPA membahas gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis berdasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Tuntutan kurikulum pendidikan IPA di SD menjelaskan bahwa:

IPA (sains) diartikan sebagai cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.Pendidikan IPA di SD/MI diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung (Mulyana, 2011:12).

Berdasarkan pernyataan di atas, guru dituntut untuk memberikan pengalaman pembelajaran secara langsung untuk mengembangkan kemampuan serta mengarahkan siswa untuk mencari tahu dan berbuat dalam memperoleh pengetahuan tentang alam sekitarnya. Hal ini sejalan dengan Carin & Sund (Mulyana, 2011:78) menyatakan bahwa ‘peristiwa berpikir dan belajar anak pada tahap ini sebagian besar melalui pengalaman yang nyata’. Maka, dalam penyajian konsep dan keterampilan dalam pembelajaran IPA harus di mulai dari nyata (konkrit) ke abstrak.

(8)

Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir siswa masih kurang dilatihkan secara optimal. Apabila proses pembelajarannya berorientasi pada siswa, dengan siswa mencari tahu sendiri mengenai materi yang dipelajari dan dikaitkan pada suatu fenomena atau permasalahan dalam kehidupan sehari-hari mereka, maka secara tidak langsung kemampuan berpikir siswa bisa lebih dilatihkan.

Berdasarkan hasil observasi ke SD Negeri Rawa, pembelajaran IPA dilaksanakan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Adapun dalam proses pembelajarannya, khususnya pembelajaran IPA, siswa masih memerlukan cara atau metode yang tepat terutama metode yang dapat membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Pada saat pembelajaran IPA, guru menggunakan metode konvensional, yaitu ceramah dan penugasan. Guru memberi tugas kepada siswa untuk meringkas materi pembelajaran dari buku sumber, kemudian guru memberikan penjelasan kepada siswa. Dilihat dari metode yang digunakan guru, siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, kesempatan siswa berinteraksi dengan benda-benda konkrit masih kurang. Sedangkan untuk anak usia SD masih membutuhkan sesuatu yang nyata dalam membangun pengetahuan konseptualnya. Hal tersebut kurang sesuai dengan karakteristik pendidikan IPA dan karakteristik anak yang berada pada masa perkembangan kognitif operasional konkrit.

(9)

dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan”. Dengan metode ini diharapkan, hal-hal yang didemonstrasikan dapat dilihat dengan mudah oleh siswa sehingga pengetahuan konseptual siswa dapat dikembangkan melalui pengamatan secara langsung.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian mengenai “pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar pengetahuan konseptual siswa pada pembelajaran IPA”.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Dari sejumlah masalah yang diutarakan pada latar belakang masalah, peneliti mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi dilapangan, diantaranya :

a. Pembelajaran IPA kurang menggunakan metode demonstrasi. b. Guru tidak melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

c. Pembelajaran lebih menekankan pemindahan sejumlah fakta dan konsep melalui metode ceramah.

d. Siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan pengetahuan konseptualnya pada pembelajaran IPA.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar pengetahuan konseptual siswa pada pembelajaran IPA?”

Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian, maka rumusan masalah di atas dapat diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas

(10)

b. Bagaimana hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas IV SDN Rawa?

c. Adakah perbedaan hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA yang menggunakan metode konvensional dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas IV SDN Rawa?

d. Adakah pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA di kelas IV SDN Rawa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode konvensional di kelas IV SDN Rawa.

2. Untuk mengetahui hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas IV SDN Rawa.

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA yang menggunakan metode konvensional dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas IV SDN Rawa.

4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA di kelas IV SDN Rawa.

(11)

Setiap melakukan kegiatan tentunya memiliki manfaat baik bagi pribadi maupun untuk orang lain. Penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait. Adapun manfaat yang diharapkan oleh penulis dalam penelitian ini, antara lain:

1. Bagi siswa

a. Siswa lebih mudah memahami konsep IPA sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas. 2. Bagi guru

a. Menambah variasi dalam kegiatan belajar mengajar supaya siswa tidak jenuh.

b. Memperoleh informasi dan masukan dalam meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar.

3. Bagi Peneliti

a. Menambah pengetahuan dan pengalaman penggunaan metode demonstrasi dalam mengatasi pembelajaran IPA dan meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Demonstrasi terhadap Hasil Belajar Pengetahuan Konseptual Siswa pada Pembelajaran IPA” terdiri dari 5 Bab. Untuk gambaran lebih jelasnya mengenai struktur organisasi skripsi sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

2. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian

(12)

3. Bab III Metode Penelitian

Berisi lokasi, dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi tentang hasil penelitian yang diperoleh, pengolahan data, dan pembahasan mengenai penelitian yang telah dilaksanakan.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Negeri Rawa Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya.

2. Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Arikunto (2010:173) menyatakan bahwa ”populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian”. Pada penelitian ini yang menjadi subjek populasi adalah siswa

kelas IV SD Negeri Rawa Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya dengan jumlah siswa 46 orang. Arikunto (2010:174) menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. “Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel” (Arikunto, 2010:177). Berdasarkan teknik sampling yang digunakan, maka sampel penelitian ini kelas IV siswa SD Negeri Rawa Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya yang berjumlah 46 orang. Untuk kelas kontrol sebanyak 23 orang siswa dan kelas eksperimen 23 orang siswa.

B.Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Maka hasil yang didapatkan dari penelitian akan disajikan dalam bentuk angka .

“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan

dan pelaksanaan penelitian” (Sukardi, 2010:183). Bentuk desain penelitian yang

(14)

ini dilihat perbedaan pencapaian antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Pola Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono, 2010:116).

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

E : Kelas Eksperimen

K : Kelas Kontrol

X : Perlakuan terhadap kelas eksperimen

O1 dan O3 : Tes awal sebelum perlakuan (Pretest)

O2 dan O4 : Tes akhir setelah perlakuan (Posttest)

Dalam desain ini, pretest untuk mengukur hasil belajar pengetahuan

konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi sebelum pembelajaran. Sedangkan

posttest untuk mengukur hasil belajar siswa pengetahuan konseptual siswa setelah

pembelajaran. Pretest dan posttest dilakukan terhadap kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Untuk pretest dilakukan sebelum proses pembelajaran dilaksanakan,

sedangkan posttest dilaksanakan di akhir setiap pertemuan pembelajaran.

C.Metode Penelitian

“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 2010:203). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen.“Metode penelitian

eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan” (Sugiyono, 2010:72). Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental. Hatimah, dkk. (2007:83) mengemukakan bahwa:

Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab-akibat, berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk perbandingan.

E O1 X O2

(15)

Dalam metode ini variabel-variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap

hasil penelitian tidak dikontrol. Penelitian quasi experimental ini melibatkan dua

kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok

eksperimen adalah kelompok siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan

metode demonstrasi. Kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang tidak diberi

perlakuan dengan menggunakan metode konvensional.

D.Definisi Operasional Variabel

“Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian“ (Arikunto, 2010 : 161). Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent

variable).

1. Variabel bebas

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab” (Arikunto, 2010:162). Variabel bebas pada penelitian ini adalah

metode demonstrasi.

“Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh siswa secara nyata atau tiruannya” (Sagala, 2006:210).

2. Variabel terikat

“Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel akibat”

(Arikunto, 2010:162). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar

pengetahuan konseptual siswa.

“Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan” (Hamalik, 2002:155).

(16)

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Aspek Instrumen

(a) (b) (c) (d)

1. Metode Demonstrasi a. Kesesuaian keterlaksanaan metode demonstrasi dikelas

- Lembar observasi Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati

keterlaksanaan metode pembelajaran dikelas. 2. Hasil Belajar

Pengetahuan Konseptual

a. Mengingat (C1) b. Memahami (C2) c. Mengaplikasikan

(C3)

- Soal

Tes (soal) digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa tentang energy panas dan bunyi yang meliputi aspek mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3) yang disesuaikan dengan indikator. E.Instrumen Penelitian

“Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah” (Arikunto, 2010 : 203). Adapun instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data tentang metode demonstrasi dan hasil belajar pengetahuan konseptual siswa dijelaskan sebagai berikut:

1. Instrumen Penelitian Utama/Primer

(17)

Aspek kognitif yang diukur yaitu aspek mengingat (C1) , memahami (C2) dan mengaplikasikan (C3). Tes ini terdiri atas 30 soal, yang meliputi tiga sub materi pokok yaitu sumber energi panas, perpindahan panas konduksi dan konveksi, serta perambatan bunyi melalui benda padat. Adapun langkah-langkah penyusunan tes adalah

a. Menyusun kisi-kisi instrumen

b. Membuat instrumen berdasarkan kisi-kisi c. Mengujicobakan instrumen

d. Menganalisis instrumen

2. Instrumen Penelitian Pendukung/Sekunder

Instrumen penelitian pendukung/sekunder pada penelitian ini yaitu lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan metode pembelajaran pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode demonstrasi. Instrumen observasi ini berbentuk check list, dimana observer hanya memberikan tanda (check) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas yang diamati. Peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan guru bertindak sebagai observer. Lembar observasi yang telah disusun tidak diujicobakan seperti tes, tetapi adanya koordinasi kepada observer agar tidak terjadi kesalahan terhadap pengisian lembar observasi.

3. Instrumen Pengembangan Bahan Ajar

Instrumen pengembangan bahan ajar ini berupa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan LKS (Lembar Kerja Siswa). Instrumen ini dirancang terlebih dahulu untuk mengelola pembelajaran di kelas. Untuk kelas kontrol dan eksperimen dibuatkan RPP.

KISI-KISI INSTRUMEN SOAL TENTANG ENERGI PANAS DAN BUNYI Jenjang Sekolah : Sekolah Dasar

Kelas / Semester : IV / 2

(18)

Kompetensi Dasar : 8.1.Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Materi Pokok : Energi Panas dan Bunyi

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Pengetahuan Konseptual Siswa Tentang Energi Panas dan Bunyi

Standar Kompetensi

Kompetensi

Dasar Indikator

Nomor Butir

Soal

Domain Kognitif

(a) (b) (c) (d) (e)

8.Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaan nya dalam kehidupan sehari-hari. 8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di

lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.

1. Menyebutkan sumber energi panas di lingkungan sekitar.

2. Mengidentifikasi sumber energi panas melalui gesekan dua benda.

3. Menerapkan sumber energi panas melalui gesekan dua benda.

4. Menjelaskan bahwa gesekan

menghasilkan panas.

5. Menerapkan kegunaan sumber energi panas pada makhluk hidup. 6. Menjelaskan pengertian perpindahan panas (konduksi, konveksi). 7. Mengidentifikasi perpindahan panas pada gambar (konduksi, konveksi) 1, 2 3, 7 4 5,6

8, 9, 10

(19)

Tabel 3.2 (Lanjutan)

Skala pengukuran instrumen ini berupa soal pilihan ganda dengan pemberian skor sebagai berikut:

8. Menerapkan perpindahan panas dalam kehidupan

11,18,19 C3

(a) (b) (c) (d) (e)

sehari-hari.

9. Mengelompokkan benda-benda penghantar panas yang digunakan dalam konduksi dan konveksi.

10. Menjelaskan perpindahan panas secara konduksi dan konveksi. 11. Mengelompokkan medium atau perantara yang digunakan pada perambatan bunyi melalui benda padat.

12. Mengidentifikasi perambatan bunyi pada gambar. 13. Menunjukkan peristiwa perambatan bunyi dalam kehidupan sehari-hari. 14. Mengetahui kenyaringan benda bergantung pada jarak sumber bunyi.

(20)

a. Jawaban benar diberi skor 1 b. Jawaban salah diberi skor 0

F. Proses Pengembangan Instrumen

Setelah pembuatan instrumen tes selesai, langkah selanjutnya yaitu pengujian instrumen. Pengujian instrumen ini bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabililitas sehingga instrumen layak untuk digunakan pada penelitian. Uji instrumen dilakukan terhadap siswa kelas IV SD Negeri Calingcing dengan jumlah siswa 46 orang.

1. Uji Validitas

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen” (Arikunto, 2010: 211). Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Pada penelitian ini cara pengujian validitas yang digunakan yaitu dengan validitas internal. Untuk menguji validitas internal, instrumen terlebih dahulu diujicobakan. Setelah data penelitian terkumpul dan ditabulasikan, kemudian dilakukan pengujian analisis butir. Analisis butir dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor butir dengan skor total. Dari hasil penghitungan korelasi akan di dapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Pengujian analisis ini menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan penghitungan yang dibantu komputer program SPSS 16.0. Kriteria pengujiannya dengan membandingkan antara koefisien korelasi (rhitung)

dengan nilai tabel korelasi Product Moment (rtabel). Kriterianya: “jika rhitung > rtabel

maka instrumen valid, sebaliknya jika rhitung < rtabel maka instrumen tidak valid”

(Riduwan, 2009: 98). Langkah-langkah uji validitas dengan menggunakan program SPSS 16.0 sebagai berikut:

a. Buka program SPSS 16.0 (pada kotak SPSS 16.0 klik cancel).

(21)

c. Klik Variabel View. Pada kolom Name ketik nomor 1 sampai nomor 30 tanpa spasi (banyaknya butir soal sebanyak 30 nomor), kemudian ketik skor total. Pada kolom Values diisi 1 “benar”, 0 “salah”. Pada kolom Measure dipilih Nominal.

d. Klik Analyze, Correlate, Bivariate.

e. Klik semua nomor dan skor total, kemudian masukkan ke kotak Variables f. Klik Ok.

Hasil perhitungan validitas yang dibantu dengan program SPSS 16.0 sebagai berikut:

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen No

Item

Nilai Hitung Korelasi (rhitung)

Nilai Tabel Korelasi

(rtabel) Keterangan

(a) (b) (c) (d)

1 0,463 0,291 Valid

2 0,375 0,291 Valid

3 0,239 0,291 Tidak Valid

4 0,338 0,291 Valid

5 0,462 0,291 Valid

6 0,634 0,291 Valid

7 0,423 0,291 Valid

8 0,161 0,291 Tidak Valid

9 0,570 0,291 Valid

10 0,466 0,291 Valid

11 0,262 0,291 Tidak Valid

12 0,507 0,291 Valid

13 0,336 0,291 Valid

14 0,600 0,291 Valid

15 0,300 0,291 Valid

16 0,423 0,291 Valid

17 0,757 0,291 Valid

18 0,498 0,291 Valid

19 0,354 0,291 Valid

20 0,570 0,291 Valid

21 0,320 0,291 Valid

22 0,050 0,291 Tidak Valid

23 0,343 0,291 Valid

(22)

25 0,665 0,291 Valid

26 0,757 0,291 Valid

27 0,613 0,291 Valid

28 0,441 0,291 Valid

Tabel 3.3 (Lanjutan)

(a) (b) (c) (d)

29 0,355 0,291 Valid

30 0,389 0,291 Valid

Berdasarkan tabel 3.3 diketahui hasil perhitungan uji validitas soal dengan menggunakan program SPSS 16.0. Diperoleh hasil dengan tabel r product moment N = 46, taraf signifikan 5% maka nilai rtabel 0,291. Instrumen penelitian yang

berjumlah 30 item terbagi menjadi 14 indikator. Dari hasil pengujian sebanyak 30 soal terdapat 26 item soal yang valid dan 4 item soal yang tidak valid. Untuk item soal yang tidak valid, yaitu soal nomor 3, 8, 11, dan 22. Pada penelitian ini item soal yang tidak valid akan dihilangkan karena item soal yang tidak valid sudah terwakili dengan item soal yang valid pada setiap indikator. Item soal yang valid kemudian digunakan pada SD yang akan dijadikan penelitian.

2. Uji Reliabilitas

“Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik” (Arikunto, 2010: 221). Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan metode Cronbach’s Alpha dengan penghitungan yang dibantu komputer program SPSS 16.0. Kriteria pengujian reliabilitas menurut Uyanto (2009:282) yaitu: “bila ada butir atau item pada kolom Alpha if Item Deleted memberi nilai koefisien yang lebih tinggi dari nilai Alpha Cronbach keseluruhan, maka butir tidak reliabel dan sebaiknya dihilangkan atau direvisi”.

Langkah-langkah uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS 16.0 sebagai berikut:

a. Buka program SPSS 16.0 (pada kotak SPSS 16.0 klik cancel).

(23)

c. Pilih menu Analyze, Scale, Reliability Analysis.

d. Klik semua nomor, kemudian masukkan ke kotak Items.

e. Klik Statistics, pilih Scale if item deleted pada kotak Descriptives for. f. Klik Continue, kemudian Ok.

Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen secara keseluruhan berdasarkan pada hasil pengolahan data dengan program SPSS 16.0 ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Uji Reliabilitas Instrumen Reliability Statistics

Cronbach’s Alpa N of Items

.827 30

Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Alpha Cronbach. Kriterianya yaitu jika butir soal atau item pada kolom Alpha if Item Deleted memberi nilai koefisien yang lebih rendah dari nilai Cronbach’s Alpha, maka butir reliabel, sebaliknya jika item pada kolom Alpha if Item Deleted memberi nilai koefisien yang lebih tinggi dari nilai Cronbach’s Alpha, maka butir soal tidak reliabel. Hasil perhitungan reliabilitas instrumen yang dibantu dengan program SPSS 16.0 sebagai berikut:

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen No

Item Nilai Alpa Cronbach

Nilai Alpa if Item

Deleted Keterangan

(a) (b) (c) (d)

1 0,827 0,819 Reliabel

2 0,827 0,823 Reliabel

3 0,827 0,843 Tidak Reliabel

4 0,827 0,824 Reliabel

5 0,827 0,820 Reliabel

6 0,827 0,812 Reliabel

(24)

8 0,827 0,841 Tidak Reliabel

9 0,827 0,815 Reliabel

10 0,827 0,819 Reliabel

Tabel 3.5 (Lanjutan)

(a) (b) (c) (d)

11 0,827 0,827 Tidak Reliabel

12 0,827 0,818 Reliabel

13 0,827 0,825 Reliabel

14 0,827 0,814 Reliabel

15 0,827 0,826 Reliabel

16 0,827 0,821 Reliabel

17 0,827 0,807 Reliabel

18 0,827 0,818 Reliabel

19 0,827 0,823 Reliabel

20 0,827 0,815 Reliabel

21 0,827 0,825 Reliabel

22 0,827 0,837 Tidak Reliabel

23 0,827 0,824 Reliabel

24 0,827 0,824 Reliabel

25 0,827 0,811 Reliabel

26 0,827 0,807 Reliabel

27 0,827 0,813 Reliabel

28 0,827 0,820 Reliabel

29 0,827 0,824 Reliabel

30 0,827 0,823 Reliabel

(25)

“Taraf kesukaran suatu butir soal ialah perbandingan jumlah jawaban yang benar dari testee untuk suatu item dengan jumlah peserta testee” (Daryanto, 2005:179). Analisa untuk menetukan tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus:

JS B P

Keterangan :

P : Taraf Kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab benar JS : Jumlah Siswa / Testee

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Jadi, untuk memperoleh kualitas soal yang baik harus adanya keseimbangan jumlah soal dari ketiga tingkat kesukaran. Keseimbangan yang dimaksud yaitu adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00.

Tabel 3.6

Kriteria Indeks Kesukaran Soal

Indeks Tingkat Kesukaran

0,00 – 0,30 Sukar 0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah

(Wahyudin, 2006:99)

(26)

Perhitungan tingkat kesukaran dibantu dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007. Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan Microsoft Excel 2007 tingkat kesukaran soal sebagai berikut.

Tabel 3.7

Analisis Butir Soal Tingkat Kesukaran

No Butir Soal

Tingkat Kesukaran

Indeks Kualitas

(a) (b) (c)

1 0,74 Mudah

2 0,74 Mudah

3 0,28 Sukar

4 0,80 Mudah

5 0,61 Sedang

6 0,63 Sedang

7 0,87 Mudah

8 0,28 Sukar

9 0,63 Sedang

10 0,67 Sedang

11 0,26 Sukar

12 0,30 Sukar

13 0,63 Sedang

14 0,65 Sedang

15 0,67 Sedang

16 0,87 Mudah

17 0,57 Sedang

18 0,70 Sedang

19 0,87 Mudah

20 0,63 Sedang

21 0,70 Sedang

22 0,30 Sukar

23 0,54 Sedang

24 0,70 Sedang

25 0,59 Sedang

26 0,57 Sedang

27 0,61 Sedang

28 0,63 Sedang

29 0,65 Sedang

(27)

Berdasarkan tabel 3.7, dari 30 soal terdapat 6 soal kategori mudah, 19 soal kategori sedang, dan 5 soal kategori sukar.

G.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan pekerjaan penting di dalam langkah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.Menurut Sugiyono (2010:193), terdapat dua hal penting yang mempengaruhi kualitas data

hasil penelitian, yaitu “kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan

data”. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan dan pokok masalah dalam penelitian ini adalah melalui alat pengumpul data primer berupa tes hasil belajar pengetahuan konseptual siswa dalam bentuk soal pilihan ganda, sedangkan alat pengumpul data sekunder berupa lembar observasi dalam bentuk check List.

1. Tes

“Tes adalah serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur

keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok” (Arikunto, 2010:193). Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar pengetahuan konseptual siswa di kelas IV SDN Rawa. Aspek kognitif yang diukur yaitu aspek mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3). Materi yang diujikan tentang energi panas dan bunyi. Tes ini diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Observasi

“Observasi merupakan kegiatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indra” (Arikunto, 2010:199). Dalam mengobservasi

(28)

3. Dokumentasi

Dokumentasi ini bertujuan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian. Dokumentasi ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

H.Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka langkah selanjutnya yaitu mengolah data atau analisis data. Secara garis besar analisis data meliputi langkah-langkah berikut:

1. Persiapan

Kegiatan pada langkah persiapan ini, antara lain: mengecek kelengkapan identitas pengisi, mengecek kelengkapan data, dan mengecek isian data.

2. Tabulasi

Kegiatan pada langkah tabulasi ini, antara lain: memberikan skor terhadap item-item soal, memberikan kode (coding), yaitu item soal yang dijawab benar diberi kode 1 dan item soal yang dijawab salah diberi kode 0. Selanjutnya data ditabulasikan, setiap data yang terkumpul dimasukan ke dalam tabel.

3. Analisis Statistik

Pada analisis ini menggunakan uji statistik komparasi. Analisis komparasi ini digunakan untuk mengetahui perbandingan dan perbedaan antara dua variabel bebas. Langkah-langkah yang dilakukan, antara lain:

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum masing-masing variabel dalam upaya menjelaskan permasalahan yang berhubungan dengan:

1) Hasil belajar pengetahuan konseptual siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode konvensional di kelas IV SD Negeri Rawa.

2) Hasil belajar pengetahuan konseptual siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode demonstrasi Di kelas IV SD Negeri Rawa.

(29)

Tabel 3.8

Rambu-Rambu Interval Kategori Pengetahuan Konseptual

No. Interval Kategori

1. X ≥ ideal + 1,5 Sideal Sangat Tinggi

2. ideal + 0,5 Sideal≤ X < ideal + 1,5 Sideal Tinggi

3. ideal - 0,5 Sideal≤ X < ideal + 0,5 Sideal Sedang

4. ideal - 1,5 Sideal≤ X < ideal - 0,5 Sideal Rendah

5. X < ideal - 1,5 Sideal Sangat Rendah

Sumber: Lestari, 2012:52

Penjelasan: ideal = Xideal

Sideal = ideal

Untuk pretest dan posttest Xideal = 100, ideal = 50, dan Sideal = 16,7.

Dengan demikian interval kategori perubahan hasil belajar siswa adalah: Tabel 3.9

Interval Kategori Pengetahuan Konseptual

No. Interval Nilai Kategori Penguasaan Konsep

1. X ≥ 75 Sangat Tinggi

2. 60 ≤ X < 75 Tinggi

3. 40 ≤ X < 60 Sedang

4. 25 ≤ X < 40 Rendah

5. X < 25 Sangat Rendah

Untuk keperluan analisis kualitas peningkatan pengetahuan konseptual siswa dilakukan perhitungan normal gain terhadap perbedaan antara nilai posttest dan nilai pretest. Normal gain digunakan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan konseptual siswa setelah pembelajaran dilaksanakan. Rumus normal gain (Ngain) menurut Meltzer dan Hake (2002:126) adalah:

Normal Gain =

(30)
[image:30.595.112.515.90.735.2]

Tabel 3.10

Kategori Interpretasi Normal Gain

Normal Gain Tafsiran

< 0,40 Tidak efektif 0,40 – 0,55 Kurang efektif 0,56 – 0,75 Cukup efektif

> 0,76 Efektif

Sumber : Lestari, 2012:53

a. Uji Asumsi

Sehubungan dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi sebelum peneliti menentukan teknik analisis statistik yang digunakan, ada dua cara untuk memeriksa keabsahan sampel, yaitu: uji normalitas dan uji homogenitas (Arikunto, 2010:357).

1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas merupakan persyaratan untuk analisis statistik.Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui data yang terkumpul berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini, uji normalitas data dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 16.0. Uji normalitas data menggunakan uji Liliefors dengan melihat nilai signifikansi pada Kolmogorov-Smirnov. Normalitas terpenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikasi (a = 0,05). Sebaliknya, jika hasil uji signifikan maka normalitas tidak terpenuhi. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Memasukkan nilai data yang akan dianalisis.

b) Pilih menu Analyze, descriptives statistic kemudian pilih explore. c) Pilih nilai sebagai dependen list.

d) Pilih kelas sebagai factor list. e) Klik tombol Plots

(31)

Untuk menetapkan kenormalan, kriteria yang berlaku adalah: - Tarap signifikansi uji misalnya a = 0,05.

- Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.

- Jika signifikansi yang diperoleh > 0,05 , maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

- jika signifikansi yang diperoleh < 0,05 , maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji normalitas dilakukan pada data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol, posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol, pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol.

2) Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui homogen atau tidaknya suatu varians. Dalam hal ini adalah data hasil belajar pengetahuan

konseptual siswa pada pembelajaran IPA menggunakan metode konvensional dengan hasil belajar pengetahuan konseptual siswa pada pembelajaran IPA menggunakan metode demonstrasi. Adapun cara perhitungannya menggunakan program SPSS 16.0 dengan statistik yang didasarkan pada Based on Mean. Jika diperoleh signifikansi > 0,05 berarti data berasal dari populasi yang variansnya sama atau homogen. Sebaliknya, jika signifikansi yang diperoleh < 0,05, maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen). Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Memasukkan nilai data yang akan dianalisis.

b) Pilih menu Analyze, Descriptives Statistic kemudian pilih Explore. c) Masukkan nilai pada Dependen List.

d) Pilih kelas sebagai Factor List. e) Klik tombol Plots.

f) Pilih Lavene Test untuk Untransormed.. g) Klik continue, lalu OK.

(32)

- Tarap signifikansi uji misalnya a = 0,05.

- Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.

- Jika signifikansi yang diperoleh > 0,05, maka variansi setiap sampel sama (homogen).

- Jika signifikansi yang diperoleh < 0,05, maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen).

b. Uji Hipotesis 1) Uji Komparasi

Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui antara dua variabel yang berbeda yaitu antara hasil belajar pengetahuan konseptual siswa yang menggunakan metode konvensional dengan hasil belajar pengetahuan konseptual siswa yang menggunakan metode demonstrasi. Uji komparasi dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas data. Dalam penelitian ini untuk mengetahui perbedaan rerata pretest dengan rerata posttest pada kelas kontrol dan eksperimen menggunakan uji Paired Samples T Test. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan rerata pretest kelas kontrol dengan rerata pretest kelas eksperimen, perbedaan rerata posttest kelas kontrol dengan rerata posttest kelas eksperimen, dan perbedaan rerata normal gain kelas kontrol dengan rerata normal gain kelas eksperimen menggunakan uji Independent Sample T-Test. Untuk analisis ini menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0. Uji komparasi ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar pengetahuan konseptual siswa yang menggunakan metode konvensional dengan hasil belajar pengetahuan konseptual siswa yang menggunakan metode demonstrasi.

Cara mengetahui ada tidaknya perbedaan rerata pretest dengan rerata posttest pada kelas kontrol dan eksperimen adalah dengan memperhatikan bilangan pada Sig. (2-tailed). Untuk menetapkan ada tidaknya perbedaan itu digunakan

pedoman sebagai berikut:

- Tarap signifikansi uji, misalnya a = 0,05.

- Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.

(33)

- Jika signifikansi yang diperoleh < 0,05, maka ada perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pretest dengan rerata nilai posttest.

Langkah-langkah perhitungan Paired Sample T Test dengan menggunakan statistik parametrik adalah sebagai berikut:

a) Buka program SPSS 16.0.

b) Masukkan variabel pada sheet Variable View.

c) Klik Analyze >> Compare Means >>Paired Sample T Test. d) Masukkan variabel pada kolom Varible 1 dan Variable 2. e) Klik OK.

Langkah-langkah perhitungan Independen Sample T Test dengan menggunakan statistik parametrik adalah sebagai berikut:

a) Buka program SPSS 16.0.

b) Masukkan variabel pada sheet Variable View.

c) Klik Analyze >> Compare Means >> Independent Sample T-Test.

d) Masukkan variabel ke kotak Test Variable (s) dan kotak Grouping Variable. e) Klik Define Groups. Ketikkan angka 1 untuk Group 1 dan angka 2 untuk

Group 2.

f) Klik Continue, kemudian OK. 2) Hipotesis Statistik

Terlebih dahulu dirumuskan hipotesis kerja H0 dan Ha. Hipotesis kerja pada penelitian ini ditetapkan kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut: Hipotesis nol (H0):

Tidak ada perbedaan hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA menggunakan metode konvensional dengan hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA menggunakan metode demonstrasi. Hipotesis alternatif (Ha):

(34)

dengan hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA menggunakan metode demonstrasi.

H0: µ1 = µ2 Ha: µ1≠ µ2 Keterangan

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan data penelitian yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar pengetahuan konseptual siswa dengan menggunakan metode konvensional pada pembelajaran IPA diperoleh nilai rata-rata pretest sebesar 55,85 berada pada kategori sedang, sedangkan nilai rata-rata posttest sebesar 68,73 berada pada kategori tinggi. Dari hasil perhitungan uji beda pretest dan posttest, hasil belajar siswa mengalami perubahan. Efektivitas pembelajaran IPA tentang energi panas dan bunyi di kelas kontrol berada pada kategori tidak efektif.

2. Hasil belajar pengetahuan konseptual siswa dengan menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA diperoleh nilai rata-rata pretest sebesar 55,52 berada pada kategori sedang, sedangkan nilai rata-rata posttest sebesar 80,94 berada pada kategori sangat tinggi. Dari hasil perhitungan uji beda pretest dan posttest, hasil belajar siswa mengalami perubahan. Efektivitas pembelajaran IPA tentang energi panas dan bunyi di kelas eksperimen berada pada kategori cukup efektif.

3. Ada perbedaan hasil belajar pengetahuan konseptual siswa tentang energi panas dan bunyi pada pembelajaran IPA yang menggunakan metode konvensional dengan metode demonstrasi. Perbedaan ini dilihat dari perolehan nilai rata-rata posttest dan normal gain kelas eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini diperkuat dengan hasil uji statistik parametrik. Hasilnya H0 ditolak artinya ada perbedaan yang signifikan antara

nilai rata-rata posttest dan normal gain kelas kontrol dengan kelas eksperimen. 4. Berdasarkan hasil uji perbedaan rata-rata normal gain, menunjukkan adanya

(36)

Dede Sofiatun,2013 Pengaruh Metode…

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, saran dari peneliti adalah sebagai berikut:

1. Untuk pembelajaran IPA di kelas perlu dipersiapkan terlebih dahulu dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat, sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran.

2. Untuk materi yang bersifat menggunakan percobaan, hendaknya guru dapat memfasilitasinya walaupun dengan menggunakan alat-alat yang sederhana. Dengan fasilitas yang ada, metode demonstrasi dapat memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa dalam mengembangkan pengetahuan konseptualnya.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W. dan Krathwohl, D. R. (2010). Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto. (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S. B. dan Zain, A. (2006).Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Devi, P. K. dan Anggraeni, S. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Febrianti, P. (2012). Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Materi Perubahan Kenampakan Permukaan Bumi”. Skripsi Program Studi PGSD Bumi Siliwangi. Tidak

diterbitkan. [online]. Tersedia:

http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi. [31 Oktober 2012].

Ferdianti, F. (2012). Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD Kelas V pada Mata Pelajaran IPA Materi Sifat-Sifat

Cahaya. [online]. Tersedia:

http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi. [31 Oktober 2012].

Hamalik, O. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

(38)

Lestari, F. (2012). Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Penguasaan Siswa Tentang Konsep Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Mulyana, E. H. (2011). Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Tasikmalaya: UPI Kampus Tasikmalaya.

Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rositawaty, S. dan Muharam, A. (2008). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas IV SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Samatowa, U. (2011).Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sudjana, N. (2005). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

(39)

Sutardi, D. dan Sudirjo, E. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI PRESS.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Uyanto, S. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wahyudin, et al. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS.

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Pengetahuan Konseptual Siswa
(Lanjutan)Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Tentang Benda Dan Sifatnya M elalui Penerapan Metode Demonstrasi ” di kelas III pada semester 1 di SD Negeri Tugu

Pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan metode demonstrasi mampu meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga menjadikan siswa lebih semangat, dan

Metode demonstrasi atau yang dikenal dengan istilah Demonstration Method adalah metode yang dapat membantu guru mempermudah penyamampaian suatu materi pembelajaran

Jadi bahwa metode demonstrasi merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas V Sekolah SD Negeri 022 Rantau

(2006:152) Metode Demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda

Metode demonstrasi merupakan cara mengajar yang mana seorang guru memperlihatkan kepada seluruh siswa suatu benda asli, benda tiruan atau suatu proses. Dengan metode