PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
YANG BERORIENTASI LINGKUNGAN
DALAM ILMU PENGETAHUAN ALAM
( Penelitian Deskriptif Tindakan Kelas DiSD Negeri CikutraKecamatan Cibeunying KalerKota Bandung)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagai salah satu
syarat memperoleh Gelar Magister Pendidikan Bida.ng Studi Pengembangan Kurikulum
Oleh:
SITTI SUHAENINGSIH
989707
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
LEMBARAN PERSETUJUAN
DISETUJUI DAN DISYAHKAN UNTUK UJIAN TAHAP OLEH PEMBIMBING :
PEMBIMBING I
(Prof. Dr. H. S. Hamid Hasan, MA)
PEMBIMBING II
ABSTRAK
Salah satu masalah yang dihadapi pendidik dalam mata pelajaran IPA adalah karena kurangnya dukungan dari berbagai pihak ( pemerintah, sekolah dan masyarakat /
orang tua ) khususnya di Sekolah Dasar. Kurangnya peralatan dan terbatasnya waktu
serta dana yang tidak mendukung, sehingga proses belajar mengajar IPA di Sekolah Dasar tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan sebagaimana seorang ahli IPA yang
sesungguhnya. Guru tidak membangkitkan minat serta tidak mendorong siswa untuk
berpikir kritis, ilmiah, karena guru lebih berorientasi kepada proses menghapal materi
pelajaran dengan pola komunikasi satu arah yaitu dari guru kepada siswa.
Untuk menggapai suatu hasil dalam belajar, maka dikembangkan model
pembelajaran inkuiri yang berorientasi lingkungan dalam IPA di Sekolah Dasar. Tujuan
dengan dikembangkan model pembelajaran inkuiri dalam IPA, tiada lain mencoba
membantu mencari jalan keluar dari permasalahan di atas, agar guru dan siswa terhindar dari cara belajar mengajar yang verbalisme. Karena IPA senantiasa diikuti oleh inkuiri
yaitu suatu cara mengenal alam dengan melalui temuan - temuan masalah dan
pengujiannya sampai pada penyusunan kesimpulan sebagai suatu gagasan teori baru.
Lingkungan sekitar sekolah di dalam ataupun di luar dapat pula diajak untuk berinkuiri bagaimana memecahkan masalah di dalam IPA. Dengan diterapkan model
pembelajaran inkuiri sederhana, guru dan siswa dapat berinteraksi satu sama lain dalam
proses pembelajaran dengan melalui diskusi / kerja kelompok, eksperimen, tanya jawab,
memecahkan masalah, menyimpulkan , menganalisa, mengevaluasi dan lain - lain. Lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar untuk melatih berpikir kritis, ilmiah, menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman yangberarti bagi siswa.
Mempertimbangkan hasil dari studi pendahuluan ( pra survai ) dengan memperhatikan kemampuan guru dan siswa selama terjadinya proses pengembangan,
penelitian ini berusaha mengembangkan kegiatan belajar mengajar IPA di Sekolah Dasar
yang lebih menekankan kepada proses berpikir atau proses pemecahan masalah atau
proses kemampuan intelektual dengan melalui inquiry bebas, terbimbing penuh dedikasi.
Pengembangan kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan pola perencanaan
yang dikembangkan yang terdiri dari orientasi, perumusan masalah, hipotesa,
mengumpulkan data, mengevaluasi, menguji dan merumuskan kesimpulan. Pada kegiatan
evaluasi menggunakan evaluasi bentuk non tes inkuiri ( kuesioner, wawancara dan tugas
laporan siswa ) untuk mengumpulkan data tentang kemajuan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran. Subyek penelitiannya adalah guru kelas 5 dengan jumlah siswa 45 orang
dari 2 Sekolah Dasar Negeri Cikutra. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan " Action
research & development "yang terdiri dari 4 kali tindakan. Adapun perolehan data
melalui evaluasi non tes , observasi, wawancara, kuesioner dan cacatan lapangan,
kemudian dilakukan pengelompokkan data, interpretasi data dan tindakan.
sebagai sumber belajar dalam IPA dapat mengajak siswa untuk berpikir kritis lebih
terbuka dan logis, bahwa lingkungan sekitar dapat meningkatkan dan menambah
wawasan pengetahuan, sikap, keterampilan dengan mengadakan percobaan yang selama
ini belum dilaksanakan. (2). Kesan dan pandangan siswa terhadap model pembelajaran
inkuiri yang berorientasi lingkungan dalam IPA mendapat tanggapan yang antusius terutama pada kegiatan percobaan sehingga siswa termotivasi untuk belajar IPA yang lebih luas. (3). Kesan dan pandangan guru terhadap model pembelajaran inquiry dengan
orientasi lingkungan dalam IPA begitu positif karena dapat memotivasi siswa untuk cepat
tanggap , mudah mengerti sertamemahami. (4). Kelebihan - kelebihannya pada pelajaran IPA yang berorientasi lingkungan dengan diterapkannya model pembelajaran inkuiri
dapat menambah wawasan pengetahuan , keterampilan, sikap dan pengalaman bagi guru
maupun siswa untuk berpikir kritis dan ilmiah serta percaya diri. (5). Kelemahan -kelemahannya terletak pada faktor pendukung yang kurang, dana yang mahal, waktu
yang singkat atau terburu - bum sehingga terjadinya proses belajar mengajar terganggu.
(6). Pada evaluasi tes pemahaman kemampuan intelektual dan eksperimen terlihat
peningkatan hasil belajar siswa selama atau setelah terjadinya proses belajar mengajar.
belajar.
Hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan masing - masing Sekolah Dasar Negeri
Cikutra IV dan Sekolah Dasar Negeri Cikutra VT adalah sebagai berikut:
(1). Hasil dari Sekolah Dasar Negeri Cikutra IV dengan jumlah siswa 23 orang adalah
sebagai berikut:
(a). Evaluasi Non Tes Bentuk Kuesioner adalah :
- Tindakan I memperoleh hasil 65,28 % . Tindakan II 78,26 %. Tindakan III 86, 96 %.
(b). Evaluasi Non Tes Bentuk Laporan Siswa adalah :
- Tindakan I memperoleh hasil 73,91 %. Tindakan II 86,96 %. Tindakan III 95,65 %. (c). Evaluasi dalam eksperimen. tindakan IV.memperoleh hasil yang cukup memuaskan.
(2). Hasil dari Sekolah Dasar Negeri Cikutra VI dengan jumlah siswa 22 orang adalah
sebagai berikut:
(a). Evaluasi Non Tes Bentuk Kuesioner adalah :
- Tindakan I memperoleh hasil 72,73 %. Tindakan II 81,82 %.Tindakan III 95,50%.
(b). Evaluasi benruk laporan siswa adalah :
- Tindakan I memperoleh hasil 77,28 %. Tindakan II 86,36 %. Tindakan III 95,45 %. (c). Evaluasi dalam eksperimen tindakan IV memperoleh hasil yang cukup memuaskan.
Dengan memperhatikan perolehan hasil di atas dengan proses pengembangan model inkuiri kecenderungan aktivitas belajar siswa semakin meningkat, tumbuhnya keberanian
siswa untuk bertanya, menjawab mengeluarkan pendapat serta meningkatnya
kemampuan berbahasa siswa secara lisan ataupun tulisan dan rasa toleransinya sesama teman cukup baik.Tetapi kerberhasilan untuk selanjutnya tergantung kepada kemampuan dan kesiapan guru itu sendiri dengan adanya dukungan dari berbagai pihak terutama
dukungan dari pihak sekolah dan orang tua / masyarakat.
DAFTAR ISI
Motto i
Kata Pengantar ii
Abstrak v
Daftar isi vii
Daftar lampiran ix
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah Dan Pertanyaan Penelitian 10
C. Definisi Operasional 15
D. Tujuan Penelitian 17
E. Manfaat Penelitian 18
BAB. II. LANDASAN TEORITIS
A. Pengajaran IPA Di Sekolah Dasar 20
B. Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Belajar 26
C. Pengajaran Inkuiri Pada Pendidikan EPA 31
D. Pelaksanaan Evaluasi Non Tes. 36
BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian 42
B. Tahap - Tahap Penelitian — 44
♦ Perencanaan 46
♦ Pelaksanaan Tindakan dan Observasi 47
♦ Refleksi 51
C. Instrumen Penelitian 51
D. Pengolahan dan Analisis Data 53
E. Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian 55
• Lokasi Penelitian 55
• Waktu Penelitian 56
BAB. IV. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A Deskripsi Hasil Penelitian 57
• Gambaran Umum Subyek Penelitian 57
• Pandangan Guru Terhadap Penerapan Inquiry Dalam IPA 60
• Ketersediaan Sarana Prasarana Belajar Siswa Pada IPA 60
• Kinerja Guru, Siswa Dan Kepala Sekolah Di lingkungannya — 61
• Data Pelaksanaan Penelitian 62
B. Interpretasi Data 87
• Pelaksanaan Tindakan Pada Sekolah Dasar Negeri Cikutra IV - 87 • Pelaksanaan Tindakan Pada Sekolah Dasar Negeri Cikutra VI -- 89
• Pandangan Guru Dan SiswaTentang Pengembangan Inquiry Dalam
Evaluasi Bentuk Non Tes 91
C. Pembahasan Hasil 93
a. Pelaksanaan Tindakan Evaluasi Di Sekolah Dasar 93
b. Pengembangan Model BentukNon Tes Dalam Inquiry 94
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
• Kesimpulan 100
• Saran- Saran 103
DAFTAR PUSTAKA 10 5
LAMPERAN - LAMPIRAN 109
Lampiran I
Lampiran II
Lampiran III
Lampiran IV
Lampiran V
DAFTAR LAMPIRAN
* Program Pembelajaran IPA
109
* Instrumen Penelitian 110
* Pedoman Dokumentasi 112
* Pedoman Wawancara guru 113
* Pedoman Wawancara Siswa 114
* Kegiatan BelajarMengajar 115
* Hasil Observasi Awal dalam Kelas 125
* CatatanLapangan 127
* Tindakan satu (Kuesioner) 130
* Tindakan dua (Kuesioner) 131
* Tindakantiga (Kuesioner) 132
* Tindakan satu (Lap. siswa) 133
* Tindakan dua (Lap. siswa) 134
* Tindakan tiga (Lap. siswa) 135
* Tindakan empat (Percobaan) 136
* Angket guru 138
BAB I
PENDAHULUAN
Pokok utama yang dikaji dalam penelitian adalah model pembelajaran
dengan implementasi kurikulum yang sedang dilaksanakan saat ini pada jenjang Sekolah Dasar. Banyak hal yang dapat diungkapkan melalui tema tersebut. Salah satunya bagian dari implementasi pengajaran di tingkat kelas, sesuai
dengan tuntutan kurikulum SD yang sedang
berlaku yaitu berkenaan dengan
masalah : "Pengembangan model pembelajaran inkuiri yang berorientasi
lingkungan dalam IPA". Tujuan dari penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas dalam proses belajar mengajar.
A. Latar Belakang Masalah.
Pendidikan dasar merupakan faktor utama atau sebagai pondasi dari
kehidupan bangsa dengan maksud untuk membekali generasi muda dalam ilmu
pengetahuan dan akhlak yang baik hingga nantinya dapat menjadi warga negara
yang bertanggung jawab dan berkualitas.Tujuan Pendidikan Nasional yang
tertuang dalam UUSP no. 2 menyatakan bahwa pendidikan adalah untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia serta mencerdaskan kehidupan
bangsa
dan
mengembangkan manusia
seutuhnya.
Dalam
pelaksanaan
pendidikan pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi
yang ada pada diri peserta didik, baik potensi dalam aspek kognitif, afektif dan
aspek psikomotor. Manusia yang berkualitas diharapkan mampu memahami ilmu
dalam bidang - bidang tertentu, terlatih bernalar, berfikir kritis serta dapat
menyelesaikan masalah-masalah untuk mengisi pembangunan sehingga pada
akhirnya mampu menyongsong era globalisasi yang semakin kompetitif dan juga
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mencapai maksud di atas
ditempuh sistem pendidikan persekolahan sebagai salah satu sarananya yaitu
dimulai dari tingkat sekolah dasar ( SD ) sampai tingkat perguruan tinggi ( PT ).
Sebagai lembaga yang secara langsung mendidik generasi muda untuk
pemerintah sangat dituntut. Karena Sekolah Dasar adalah suatu lembaga tempat anak - anak usia tujuh tahun sampai dua belas tahun untuk di bina, di didik menjadi manusia dewasa yang mandiri dan mampu mengembangkan kehidupanya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan ummat
manusia. "Selain itu juga merupakan penempaan untuk memasuki pendidikan
selanjutnya ke jenjang yang lebih tinggi". ( UUSPN. 1989 ).
Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang
merupakan sub sistem Pendidikan Nasional yang memegang peranan penting
dan fundamental bagi perkembangan anak didik. Program pendidikan di Sekolah
Dasar merupakan tonggak utama memberikan perhatian kepada anak didik
sesuai dengan kebutuhan, minat, serta tingkat perkembangan anak sebagai
upaya mempersiapkan anak didik menjadi manusia yang berkualitas,
berkepribadian.harmonis dan berbudaya. Pendidikan dasar merupakan
pendidikan 9 tahun yang terdiri atas program pendidikan 6 tahun yang
diselenggarakan di Sekolah Dasar dan program pendidikan 3 tahun yang
diselenggrakan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau satuan pendidikan
yang sederajat. (Depdikbud, 1995 : 31). Mengingat usia anak sekolah dasar
umumnya berada pada taraf perkembagan intelektual operasional kongkrit
mengisyaratkan, bahwa rentang usia tersebut hams dimanfaatkan untuk
menanamkan sikap dan motivasi anak terhadap mata pelajaran, antara lain
mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Pada dasarnya IPA merupakan
proses belajar mengajar atau serangkaian kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, agar tujuan pembelajaran
berhasil guru periu dibekali beberapa kemampuan diantaranya merencanakan
program pengajaran, menganalisis garis-garis besar program pengajaran dan
mengelola proses belajar mengajar serta dapat memperoleh hasil yang
diharapkan.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang
diperoleh dari pengaiaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain
129). Mata pelajaran IPA berfungsi pula untuk memberikan pengetahuan tentang
lingkungan alam, mengembangkan keterampilan, wawasan dan kesadaran
teknologi dalam kaitannya dengan pemanfaatan dalam kehidupan sehari-hari
(Depdikbud, 1993 : 24). Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan
dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai- nilai ilmiah
pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai akan kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa.
Dari pengertian di atas, bahwa IPA (Sains) bukan hanya produk tetapi juga
proses yang dapat menghasilkan sesuatu dengan berbagai penemuan
-penemuan, seperti juga yang dikemukakan oleh Newton ( 1992 : 2 ), bahwa IPA
(Ilmu Pengetahuan Alam ) diajarkan sebagai pengetahuan dan cara kcrjanya
yaitu merupakan proses dan produk "Science be taught as both a body of
knowledge and way of working, that is products and process." Selanjutnya para
pakar berpendapat bahwa sains bukan saja produk dan proses tetapi juga sikap
ilmiah yang perlu dan patut disandang oleh IPA, Sekurang - kurangnya pada
waktu melakukan kegiatan IPA antara lain kejujuran, kesadaran akan perlunya
verifikasi dan kepercayaan akan hubungan sebab akibat, bahwa keilmiahan tidak
ditentukan oleh konsep-konsep yang ada di dalamnya. tetapi bagaimana guru
melibatkan siswa ke dalam kegiatan IPA.( eksperiment, diskusi. tanya - jawab,
evaluasi dan lain - lain ). Adapun tugas guru adalah membantu siswa untuk
mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, bahwa "An important task of
science educators is to help students develop the thinking skills of scientist (Roth
dan Roychoudhury, 1993:127)".
Untuk mencapai tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar periu pula
dikembangkan proses pembelajaran yang mengarah pada pencapaian tujuan
tersebut dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari - hari serta keterlibatan
siswa pada keberhasilan atau keaktifitasannya dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam pencapaian tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, yuru perlu
menggunakan pendekatan, metoda dan strategi pengajaran yang mampu
menciptakan suasana belajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya airi pada
perlu sarana yang dapat menunjang keberhasilan berupa peralatan IPA yang
tersedia atau lingkungan yang berada di sekitar sekolah atau di luar sekolah
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, agar siswa mampu menerapkan konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam dan memecahkan masalah - masalah dalam kehidupan sehari - hari. Lebih lanjut lagi Nathan (1961 : 97) menyatakan bahwa tujuan secara umum dari pengajaran IPA adalah
" Untuk membantu anak didik mendapatkan ide - ide, pemahaman dan
keterampilan yang penting untuk menjadi warga negara yang baik melalui
pengembangan kegiatan ilmiah."
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam Kurikulum Pendidikan
Dasar 1994, ditegaskan guru harus menerapkan prinsip belajar aktif yaitu
pembelajaran yang melibatkan siswa, baik secara fisik, mental dan sosial sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik Sekolah Dasar. Kegiatan proses
belajar mengajar IPA
memberi kempatan kepada siswa untuk berpatisipasi
dalam pemecahan masalah dan menekankan pada upaya peningkatan kreatifitas
terhadap suatu cara pemecahan masalah serta berupaya memanfaatkan
sejumlah bahan dan sumber belajar yang ada pada lingkungan serta kehidupan
sekitar siswa, agar siswa cepat tanggap terhadap permasalahan yang terjadi di
sekitarnya sesuai dengan hasil temuan - temuannya.Lingkungan sekolah sebenarnya dapat membantu para siswa dan guru
dalam proses belajar mengajar, tetapi selain itu setiap manusia juga di samping
memiliki
kelebihan,
juga
memiliki
keterbatasan
kemampuan
dalam
menyelesaikan masalah. Salah satu cara
untuk mengembangkan sistem
pendidikan atau menyiapkan generasi yang berkualitas adalah membina
kesadaran, sikap, nilai - nilai, dan keterampilan para siswa melalui proses
pembelajaran yang bersifat multidisipliner, dimana siswa dan guru bekerja sama
untuk mempelajari bagaimana hidup secara harmonis dengan lingkungan
sekitarnya.
Karena
sekolah
merupakan
suatu
sistem
pendidikan
untuk
memprodusir individu - individu yang melek ilmu dan berguna: maka mereka perlu untuk meluaskan dan mengembangkan pola berpikir serta bertindak secara
Sejak awal dari sejarah manusia perlindungan dan pengawetan alam (konservasi lingkungan alam) dan sumber-sumber lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung,telah manunggal dengan kehidupan manusia, walaupun
salah satu masalah utama yang selalu dihadapi manusia adalah "bagaimana
memanfaatkan atau membudi dayakan alam untuk kepentingan - kepentingan
manusia." Untuk itu akan memerlukan lebih banyak pengertian tentang konsep
dan prinsip - prinsip ekologi sebagai dasar ilmu lingkungan yang mempelajari
makhluk - makhluk hidup sebagai suatu kesatuan sistem dengan iingkungannya
( Depdikbud Dirjen Pendasmen, 1993 : 36 ).
Pendidikan di negara berkembang merupakan hal yang penting dalam
membantu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, sesuai
dengan lajunya dunia pendidikan yang begitu canggih dan serba modern.
Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan tergantung kepada besarnya tanggung
jawab dan kerjasama antara orang tua, sekolah, dan masyarakat. Seperti halnya
Oemar Hamalik (1984:49) berpendapat bahwa "lingkungan dapat mempengaruhi
cara manusia hidup dan sebaliknya manusiapun dapat merubah Iingkungannya".
Salah satu fakta yang mempengaruhi cara manusia hidup adalah lingkungan
alamiah, misalnya musim iklim yang mempengaruhi keadaan tempat, jenis
makanan, kesehatan, dan Iain-Iain.Dalam pembelajaran IPA diperlukan pula
peralatan sebagai bahan kegiatan percobaan IPA di Sekolah Dasar untuk
memberikan pengaiaman nyata bukan hanya mendengar atau melihat seperti
yang dikemukakan oleh Piaget (Achmad A. Hinduan. 1990 : 5) bahwa "We learn
what we do, not merely what we see or hear. Penggunaan lingkungan sebagai
alat IPA selain untuk memberikan pengaiaman nyata bagi siswa juga
dimaksudkan untuk menghindari verbalisme. Alasan lain menurut Piaget ( Furth,
1970 : 37, Gage & Berliner, 1978 :148 ), bahwa usia anak 7-12 tahun pada
umumnya berada pada taraf perkembangan inteiektual oprasional kongkrit.
Sehubungan dengan hal ini Gage & Berliner (1978: 156) menyarankan agar
dalam mempelajari IPA sebaiknya dihadirkan benda nyata atau benda tiruannya
dan merasakan benda - benda yang dihadapinya sehingga dapat membantu siswa memperoleh dan memahami konsep serta hubungan - hubungannya.
Pada proses pendidikan, guru, siswa, lingkungan dan faktor pendukung lainnya sangat besar artinya dalam pendidikan terutama pada pelaksanaan proses belajar mengajar. Kadang-kadang lingkungan sering dilupakan dan belum
dimanfaatkan, khususnya oleh guru Sekolah Dasar di dalam proses belajar mengajar mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA), sebagai sumber belajar. Tanpa disadari bahwa lingkungan dapat membina kepribadian siswa dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan. Peranan lingkungan sebagai faktor pendidikan di dalam proses belajar mengajar harus diperhatikan sebaik-baiknya, karena munculnya suatu pengaiaman, keterampilan, sikap dikarenakan adanya pengaruh lingkungan. Seperti yang dikemukakan oleh Jean Peaget " tidak ada terjadi proses belajar yang sejati (murni)", apabila siswa tidak bereaksi atau bertindak terhadap informasi secara mental. Begitupun yang dikemukakan John Dewey (1964:22, Uyoh Saduloh dkk, 1984:32 ) " bahwa sekolah sebagai suatu lingkungan khusus untuk menciptakan
suatu lingkungan yang luas dan lebih baik sesuai dengan harapan anak itu
sendiri."
Dari hasil observasi awal dan wawancara pada Sekolah Dasar Negeri di
Kecamatan Cibeunying Kaler Bandung ditemukan beberapa kelemahan dalam
pembelajaran IPA antara lain : (1). Guru kurang memperhatikan karakteristik IPA dan tujuan pembelajarannya. Hal ini terlihat dari metoda penyajiannya dengan ceramah tanpa menggunakan sumber belajar baik yang nyata ataupun tiruan,
sebagai contoh menjelaskan konsep energi. (2). Pembelajaran tidak berorientasi
pada pengetahuan awal siswa. meskipun demikian masih ada usaha untuk
mengungkapkan pengetahuan awal siswa dengan bertanya misalnya, apa yang
kamu ketahui tentang energi? (3). Sumber belajar berupa buku kurang sekali.
benda nyata, padahal jika memperhatikan lingkungan di sekitar sekolah banyak yang dapat dijadikan sumber belajar paling sedikit menunjukkannya.
Di sini jelas, guru kurang berpedoman pada Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) IPA., itupun hanya buku kumpulan soal - soal atau bank
soal.. Hasil wawancara dengan guru kelas, kepala Kandep dan pengawas
TK/SD, ada beberapa faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas.(1). Tidak digunakannya peralatan IPA berupa KIT IPA karena kurang mencukupinya
untuk melakukan kegiatan percobaan. (2). Kekurang siapan dan kekurang
mampuan guru untuk mempersiapkan pembelajaran dengan kegiatan
percobaan. (3). Evaluasi tiap cawunya hanya dominan mengukur aspek kognitif
pada jenjang ingatan, hapalan atau pemahaman saja. Akibat cara mengajar seperti ini, banyak ditemukan para siswa yang pasif dalam setiap pembelajaran di kelas, tidak terjadi suasana yang bemuansakan kreatif dialog, tiada pengembangan berfikir yang dilakukan guru, membosankan dan adanya proses pembelajaran yang tidak bermakna (rote learning). Sekarang bagaimana mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut adalah guru mengadakan pendekatan -pendekatan dengan pihak sekolah, sesama guru, orang tua siswa dan masyarakat pada umumnya, agar pembelajaran IPA tersebut tercapai. Untuk mencapai tujuan tersebut di dalam pembelajaran guru mengajak siswa mengadakan percobaan sederhana, diskusi terbimbing atau kerja kelompok, tanya jawab dan lain - lain dengan sumber belajar yang ada di lingkungan
sekolah dan di luar sekolah, sehingga siswa mampu menerapkan
pengetahuannya dan memanfaatkannya tentang sumber daya alam yang ada
dilngkungan sekitarnya. Senantiasa IPA diikuti oleh inquiry yaitu suatu cara
mengenal alam dengan melalui temuan - temuan masalah dan pengujiannya,
sampai pada menyusun kesimpulan sebagai suatu gagasan teori baru. Untuk
memperoleh pengetahuan IPA, anak - anak perlu berprilaku sebagai seorang
ilmuwan yang selalu mengembangkan dan menggunakan keterampilan proses,
misalnya mengamati mengajukan pertanyaan berusaha mencari jawaban dari
Lingkungan" menjelaskan beberapa cara dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan yaitu : (1). Dengan melalui pendekatan mata pelajaran tertentu, misalnya mata pelajaran IPA. Pada mata pelajaran IPA guru harus dapat menjelaskan bagaimana cara memanfaatkan sampah untuk keperluan pupuk. (2). Dengan pendidikan pengajaran unit yaitu melaksanakan kegiatan
berdasarkan unit-unit pelajaran tertentu, misalnya bagaimana cara berternak, berkebun. (3). Melalui kegiatan esktrakurikuler, olah raga, P3K atau melalui
perlombaan-perlombaan.
Pertimbangan lain dengan digunakannya peralatan sederhana dari lingkungan sekitar seperti yang dikemukakan Vanden Berg (1991 : 25 ), bahwa peralatan tersebut telah mereka kenal dalam kehidupan sehari-hari dan siswa
berinteraksi dengan Iingkungannya. Dengan demikian penggunaan sumber
belajar dari lingkungan yang terdapat di sekitar sekolah tersebut dapat memberi
kesempatan pada siswa untuk mengkaitkan konsep IPA langsung dengan alam
sekitarnya,sehingga muncul suatu pernyataan dan pertanyaan pada diri siswa itu
sendiri pada mata pelajaran IPA khususnya dan pelajaran IPS umumnya.
Bila mengkaji kurikulum GBPP 1994, bahwa mata pelajaran pendidikan ilmu
pengetahuan alam (IPA) di Sekolah Dasar memiliki sumbangan yang sangat
besar dalam upaya mencapaian tujuan, dimana tercantum beberapa kaidah dan
fungsi antara lain adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pengetahuan tentang pelbagai jenis perangai lingkungan alam
dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya pada
kehidupan sehari - harl
2. Mengembangkan keterampilan proses.
3. Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk
meningkatkan kualitas kehidupan sehari - hari.
4. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang
saling mempengaruhi anicra kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan
5. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari -hari maupun melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi.
Tujuan tersebut membawa implikasi pada pola pembelajaran mata
pelajaran IPA di Sekolah Dasar yang dikarakteristik pada upaya penekanan dan
pengenalan dirinya sebagai makhluk sosial yang selalu ingin tahu, terbuka, kritis,
mawas diri, bertanggung - jawab serta kerja sama dan mandiri untuk
mempelajari benda - benda serta kejadian dilingkungan sekitarnya. Karena
melalui pangajaran IPA diharapkan siswa dapat memperoleh pengetahuan, nilai,
keterampilan dan sikap untuk menghadapi kehidupan serta tantangan
-tantangannya. Diharapkan pula siswa mampu bertindak secara rasional dalam
memecahkan masalah - masalah di dalam kehidupan sehari - hari.
Berdasarkan beberapa pandangan dan permasalahan di atas, belajar dengan
berorientasi lingkungan sekitar sekolah dapat membawa aspirasi baru sebagai
pengaiaman belajar siswa untuk lebih memahami dan berinquiry dan berbagai masalah
untuk dipecahkan bersama di dalam diskusi / kerja kelompok di kelas ataupun di luar
kelas, karena IPA memiliki fungsi yang sangat sentral dan esensial bagi pengembangan
dan ketercapaian tujuan pendidikan khususnya dan pendidikan dasar umumnya. Hasil
penelitian sementara ternyata belajar menggunakan lingkungan lebih efektif dan dapat
meningkatkan hasil belajar. Begitu pula hasil penelitian yang ditunjukkan (Suriati,1996),
bahwa usaha guru dalam menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar cukup baik.
Karena dari lingkungan dapat diperoleh barang bekas dan bahan sisa yang dapat diolah
dan dikelola sehingga dapat dijadikan sebagai sumber belajar
Pandangan tersebut tersirat bahwa selain karakteristik siswa, tujuan kurikulum
merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam pemilihan model pembelajaran yang
akan digunakan, hal ini sejalan dengan pandangan Nana Syaodih " bahwa kurikulum
adalah syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah, hal ini mempunyai arti kurikulum
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkar. dari pendidikan atau pengajaran"
(Nana Syaodih. 1980 : 3). Menurut Lemhardt (1977 : 227) karakteristik kurikulum
adalah" Menyediakan lingkungan yang adaptif bagi kebutuhan pendidikan siswa".
evaluasi untuk mengukur dimensi kurikulum sebagai kegiatan yang menghasilkan 6 dimensi utama yang berhubungan dengan kurikulum ( S.Hamid.HasanT988 :70) yaitu :
"keadaan kelas, pembagian waktu, prosedur pemberian tugas dalam matematik,
memonitor kemajuan siswa, pemherian kesempatan terhadap siswa untuk mengatur diri
sendiri dan kehadiran siswa ". Untuk mengukur keberhasilan tujuan yang efektifitas pada
pelaksanaan proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar perlu dilaksanakan serangkaian
kegiatan evaluasi hasil belajar siswa dengan menggunakan berbagai teknik - teknik
evaluasi yang dapat dipercaya.
Evaluasi hasil belajar merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan
dari keseluruhan proses belajar mengajar di semua jenis dan jenjang pendidikan.
Oleh karena itu Jarolimek mengibaratkan komponen dasar dalam pendidikan
sebagai " a threefold relationship " yaitu tujuan, proses pembelajaran dan
evaluasi. Menurut S.Hamid.Hasan (1988 : 5) istilah evaluasi merupakan salah
satu istilah yang paling banyak dipergunakan dan didengar orang dalam
kehidupan sehari - hari. Begitupun Oemar Hamalik (1984 : 121 ) bahwa evaluasi
adalah perbuatan pertimbangan (judgment ) berdasarkan seperangkat kriteria
yang disepakati dan dapat dipertanggung jawabkan. Bahkan menurut Azis
Wahab ( 1989 : 80 ) evaluasi merupakan salah satu bagian penting dalam
keseluruhan proses belajar mengajar. Dengan demikian evaluasi merupakan hal
yang sangat penting di dalam proses belajar mengajar di berbagai ilmu
pengetahuan untuk mendapat informasi tentang kemajuan hasil belajar siswa
yang optimal dan menguji ulang ketidak puasan hasil seseorang. Begitu pula
dalam kehidupan sehari - hari perlu pula dievaluasi. Oleh karena itu guru
sebagai pendidik harus memiliki potensi untuk memilih model pembelajaran yang
dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa dan tuntutan kurikulum.
B. Perumusan Masalah.
Untuk memahami berbagai permasalahan dalam implementasi
pembelajaran di lapangan, terdapat beberapa fenomena atau kasus yang
mengungkapkan bermacam kondisi yang berkenaan dengan kegiatan beiajar
mengajar di dalam kelas dengan dipandu oleh beberapa hasi! penelitian dan
pengamatan antara lain :
1. Jarang sekali terlihat tatanan kelas menunjukkan ciri - ciri CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif). Hiasan dinding hasil karya siswa tidak banyak terdapat. 2. Peranan perpustakaan hampir tidak ada, meskipun ruangan yang disebut
perpustakaan itu ada.
3. Masih banyak terjadi jawaban serempak atas pertanyaan guru. Siswa
berlomba - lomba menjawab pertanyaan guru, sehingga ada kesan suasana
kelas bukannya" hidup" tetapi "hiruk pikuk". Keadaan ini menyulitkan guru
untuk memberikan umpan balik korektif kepada jawaban siswa.
Dari hasil studi lapangan menunjukkan bahwa pola belajar mengajar di
Sekolah Dasar cenderung masih menggunakan pola komunikasi searah dan
siswa masih berperan sebagai penerima informasi. Penggunaan sumber belajar
dari lingkungan yang ada di sekitar sekolah dan di luar sekolah masih belum
dimanfaatkan oleh para guru di dalam pembelajaran IPA. Sumber belajarnya
masih terbatas pada penggunaan buku teks yang dimiliki guru ataupun peserta
didik, sehingga ruang lingkup sajian materi terbatas pada materi yang terdapat
dalam buku sumber yang tersedia.
Berdasarkan hasil penelitian Sri Rejeki dan Nirwana ( 1985, 1996 ) bahwa belajar
menggunakan lingkungan lebih efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar. Dengan
demikian lingkungan yang berada di sekitar sekolah dan di luar sekolah dapat pula
menunjang proses belajar mengajar dalam IPA, jika disertai dengan kemampuan guru dan
kreatifitas siswa yang dimilikinya. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran
IPA adalah ketidak siapan guru dalam proses belajar mengajar. Hasil dari beberapa
penelitian terdahulu dan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan.
pelaksanaan proses belajar mengajar IPA, guru tidak melatih siswa untuk berpikir kritis
sehingga pada gilirannya siswa hanya menghapal sejumlah fakta dan informasi yang
disampaikan guru atau buku. Untuk membangkitkan keaktifan siswa belajar dalam proses
belajar mengajar IPA, guru perlu membawa siswa ke dalam proses inquiry dimana siswa
bebas bertanya atau mengeiuarkan pendapatnya sesuai dengan kemampuan berimajinasi
dan pengalamannya yang didapat selama ini.
Memperhatikan tataran pemikiran yang terdapat dalam latar belakang
melalui " Action Research and development." Penelitian ini akan mengkaji
dimensi proses belajar mengajar IPA di mana fokus masalah yang diteliti dari
rumusan masalah adalah "Bagaimana mengembangkan pembelajaran inquiry
yang berorientsi lingkungan dalam kuhkulum IPA SD. Tujuan dari kegiatan
belajar mengajar dengan menggunakan model inquiry ini adalah untuk; (1).
Menumbuhkan situasi keakraban diantara peserta atau anak didik di dalam
diskusi atau kerja kelompok. ( 2 ). Membiasakan berfikir secara sistimatis dan
analitis dalam memecahkan masalah dan mengajukan hipotesis.( 3 ).
Membiasakan berfikir objektif dan empirik dengan didasari oleh pengaiaman atau
data yang diperolehnya, bahwa model inquiry ini cocok diterapkan pada mata
pelajaran IPA tingkat Sekolah Dasar kelas V (lima) dan kelas VI (enam), dimana
model ini melibatkan siswa untuk mengidentifikasi atau menemukan problem
yang ingin ia selidiki serta menentukan sendiri cara - cara memecahkan
problema tersebut.
Lingkungan di sekolah atau di luar sekolah dapat dijadikan sumber belajar sebagai alat atau media, jika di sekolah tersebut belum memiiiki ruang
laboratorium. Selain itu ada pula beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas
pendidikan, misalnya; Guru, siswa, Kurikulum, dan Lingkungan ( Nana
Syaodih, 1988 : 4). Suchman menyatakan dimensi - dimensi lain terhadap
pemyataan bahwa anak adalah suatu sistem yang aktif dan memberikan
tanggapan terhadap dunia nyata serta benda - benda kongkrit. Siswa dapat
bertindak pula untuk mengubah lingkungan atau menimbulkan jumpaan-jumpaan baru sehingga mengembangkan data baru.Lingkungan juga secara
efektif dan efisien dapat menunjukkan peningkatan prestasi belajar siswa dan
kemampuan penyesuaian diri pada siswa sesuai dengan kriteria keberhasilan
yang diharapkannya dengan waktu yang dipergunakan relatif mudah dicatat.
Namun satu hal, ialah mengenai tingkat penyesuaian diri pada kriteria pertama
juga akan lebih banyak bersifat pertimbangan (judgetmen ). Meskipun demikian
ke dua kriteria ini memerlukan pula data dan informasi yang serupa sifatnya ialah
emfirik dan lebih rasional. Guru diharapkan mampu mempergunakan ke dua cara
pendekatan rasional dan empirik ini. Untuk memperjelas apakah inquiry (temuan)
efektif dan efesien, sehingga terjadi proses inquiry dalam suatu tipe tingkah laku
yang nyata, kongkrit, tidak samar - samar dan tidak membingungkan , maka inquiry perlu mendapat perhatian secara tegas dan jelas dengan melalui langkah
- langkah sebagai berikut:
Pemecahan alternatif
hipotesa atau rencana penyelesaian
Perumusan
Tujuan
Pelaksanaan
^
Kesimpulan terhadap
data baru
^
^ Generalisasi w
Tes
Hipotesa data
Mengembangkan Keseimpulan
Bagan 1. Mode! terjadinya proses inkuiri
Proses inquiry ini akan berlangsung hingga temuan - temuan baru mempunyai
makna bagi siswa yang terlibat. Guru di dalam kelas dapat mengambil langkah
- langkah tertentu untuk mendorong inquiry bagi siswa. Di samping
memperhatikan masalah model ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
suatu peristiwa beiajar mengajar di sekolah. Adapun faktor yang mempengaruhi
adalah sebagai berikut :
*. Tujuan pengajaran IPA
Faktor ini menentukan arah kegiatan dimana aspek pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam pengajaran.
Faktor ini merupakan subjek yang terlibat dalam peristiwa belajar mengajar dimana aspek usia, kemampuan, minat, latar belakang dan motivasi serta lainnya yang mempengaruhi terjadinya proses belajar sedangkan faktor guru sebagai penentu keberhasilan di dalam proses belajar mengajar.
*. Bahan atau materi.
Faktor yang menyangkut aspek bahan atau materi yaitu yang harus diberikan di
dalam mengajar.
*. Ekonomi dan administrasi.
Faktor ini menyangkut faktor yang menentukan keberhasilan yang terjadi di
lingkungan. Faktor ini secara luas dapat dilihat sebagai kondisi lingkungan yang
berpengaruh dan harus dihadapi guru dalam menjalin suatu pendekatan
terutama tingkat kepedulian lingkungan untuk menyediakan berbagai fasilitas
bagi siswa untuk melaksanakan belajar. Hal tersebut berkaitan dengan sosial
ekonomi orang tua, gedung sekolah, anggaran belanja, aspirasi serta keyakinan
masyarakat untuk menyokong kegiatan sekolah baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Lebih lanjut lagi Suchman ( M. Amien, 1987 : 131 ) menyarankan kepada
guru di dalam kelas harus mengambil langkah-langkah tertentu untuk mendorong
siswa ke dalam inquiry bahwa guru harus :
1. Menciptakan kemerdekaan untuk memiliki dan mengekspresikan ide-ide dan
mengetes ide - ide tersebut dengan data.
2. Menyediakan suatu lingkungan yang responsif sehingga : setiap ide, gagasan didengar dan dimengerti serta setiap siswa dapat memperoleh data yang
diperlukan;
3. Membantu siswa menemukan suatu pengarahan untuk bergerak maju
menuju kesuatu tujuan untuk pengajaran tingkat intelektual.
Pertanyaan Penelitian.
Sebagai bahan untuk membatasi permasalahan ini maka peneliti
membentuk beberapa pertanyaan antara lain :
1. Apakah kurikulum IPA mengakomodasi model pembelajaran inquiry pada lingkungan dalam mata pelajaran IPA ?
2. Kondisi guru, siswa, dan fasilitas apa saja dalam pembelajaran IPA selama
proses belajar mengajar ?
3. Apakah model pembelajaran inquiry dapat melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran IPA ?
4. Bagaimana hasil yang diperoleh guru dan siswa setelah proses belajar
mengajar IPA ?
5. Faktor - faktor apa saja yang dapat menghambat guru dan siswa dalam
pembelajaran inquiry pada pelajaran IPA ?
C. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pokok-pokok masalah yang
diteliti, dalam bagian berikut ini akan dijelaskan secara operasional beberapa
istilah yang di pandang untuk diketahui kejelasannya. Seperti pendapat Tuchman
(1975 : 79) tentang definisi operasional yaitu, "An operational definition based on
observable characteristics of that which's in being defined". Dari pengertian di
atas dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Mengembangkan model pembelajaran inquiry yang berorientasi lingkungan dalam IPA yaitu suatu model penemuan dengan cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses kegiatan pemecahan masalah atau temuan - temuan dengan disesuaikan tingkat perkembangan siswa Sekolah Dasar. Dalam buku M. Amien "Discovery inquiry " adalah suatu
perluasan proses - proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa, karena inquiry mengandung proses - proses mental lebih tinggi tingkatannya. Kunci dari proses inquiry adalah menanyakan atau mengajukan
pertanyaan - pertanyaan yang signifikan dan dapat pula dikatakan sebagai
keterampilan proses yaitu serangkaian tindakan yang melahirkan produk / hasil
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan Untuk mengetahui keberhasilan dalam proses belajar mengajar periu
diadakan evaluasi sebagai alat ukur kemampuan intelektual siswa pada pembelajaran. Adapun evaluasi yang dipergunakan pada pembelajaran dengan bentuk non tes adalah evaluasi hasil belajar yang berupa serangkaian
pertanyaan, pernyataan atau tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh
siswa dengan bentuk evaluasi non tes inquiry (1). wawancara (interview). (2).
Kuesioner. (3). tugas laporan dan ditambah dengan uji coba / eksperimen sebagai alat untuk mengukur rasa tanggung jawab , sikap dan percaya diri siswa terhadap apa yang sedang terjadi atau yang dialaminya.
2. Berorientasi pada lingkungan sebagai sumber belajar untuk mencapai tujuan
pendidikan umum dan tujuan pendidikan lingkungan khususnya seperti yang telah dibahas pada latar belakang masalah. Berorientasi pada lingkungan bermaksud mengamati lingkungan alam yang terdapat di sekitar sekolah dan di luar sekolah untuk
mempelajarinya, diharapkan siswa dapat menumbuhkan kesadaran dan kekaguman
terhadap alam sekitar, perubahan - perubahan dan mengerti adanya saling ketergantungan
satu sama lain serta memahami apa yang dapat dilakukan manusia untuk membuat
Iingkungannya lebih bersih, sehat dan indah. Dengan demikian siswapun dapat
menyadari, bahwa lingkungan sekitarnya dapat membawa aspirasi baru pada dirinya
sendiri sebagai pengaiaman yang berarti.
3 Proses belajar mengajar melalui inquiry adalah dengan adanya tanya jawab,
diskusi / kerja kelompok, memecahkan masalah, mencari problema, adanya uji
coba / eksperimen / demonstrasi, merancang, menyusun serta menyimpulkan
dan mengevaluasi. Di mana guru dan siswa bekerja sama untuk memperoleh
kebenaran dan keabsahan sebuah hasil selama peristiwa belajar mengajar
terjadi. Guru berperan sebagai pembimbing untuk mengamati prilaku siswa
terutama selama kegiatan eksperimen ( uji coba ) terjadi, siswa bebas berbuat,
bertindak tanpa ragu - ragu dengan imajinasi yang dimilikinya. Didukung pula dengan lingkungan yang cukup memadai untuk terjadinya proses inquiry. Kelas
yang dapat dikatakan berinquiry apabila terjadi interaksi antara guru dan siswa
atau antara siswa dan siswa atau guru - siswa dan lingkungan dengan di ikuti
berbagai kegiatan sebagai fenomena utama siswa untuk berinquiry, misalnya:(1). Adanya tanya jawab antara guru dan siswa dengan mengeluarkan pendapat masing - masing antara siswa dan siswa. ( 2 ). Adanya diskusi atau kerja kelompok untuk mencari, menemukan problema dan memecahkan masalah
bersama - sama. ( 3 ). Adanya uji coba atau eksperimen sesuai dengan kaidah
dan masalah yang sudah dipersiapkan untuk diamati bersama baik secara
kelompok ataupun individu untuk membawa siswa ke dalam situasi kebersamaan dengan bebas penuh rasa tanggung jawab serta percaya diri. (4). Adanya evaluasi bentuk non tes untuk memperoleh hasil selama siswa mengikuti proses belajar mengajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam ) di dalam kelas atau di luar kelas
(lingkungan dalam sekolah dan luar sekolah ). Dengan demikian, bahwa inquiry
atau temuan dapat membantu terjadinya proses belajar mengajar andaikata
guru dapat mengajak serta membawa siswa ke dalam situasi peristiwa terjadinya
proses pembelajaran untuk menemukan dan memecahkan masalah, dapat
menyimpulkan dan menganalasis segala sesuatu yang terjadi selama peristiwa
proses belajar mengajar berlangsung. Begitupun gedung, luas kelas, waktu,
keadaan sosial, sarana pra sarana ikut berperan sebagai lingkungan sekolah
yang cukup memadai.
C. Tujuan Penelitian.
Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan model
belajar inquiry dengan memperoleh gambaran mengenai suatu bidang
permasalahan yang berkenaan dengan implementasi pengajaran IPA di sekolah
dasar, terutama dilihat dari segi lingkungan sebagai sumber belajar pada
keterampilan proses. Dengan gambaran tersebut dapat dijadikan untuk
memperbaiki arah sistem pengajaran terutama yang berkenaan dengan
pelaksanaan pengajaran IPA di tingkat kelas. Sehubungan dengan tujuan
tersebut secara spesifik diarahkan kepada hal - hal sebagai berikut:
Untuk mengetahui pendapat guru dan siswa berkenaan dengan model inquiry
yang diterapkan dalam mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar. •
Menggambarkan cara guru merencanakan model dan aktifitasnya dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan model tersebut.
Mengetahui kegiatan yang dilaksanakan peserta didik (siswa) pada waktu
mengikuti pelajaran dengan menggunakan lingkungan sekitar sebagai slat atau
sumber belajar dalam pelajaran IPA.di Sekolah Dasar.
Meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan IPA yang diselenggarakan guru
- Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran IPA tingkat Sekolah Dasar.
Mengungkapkan cara guru mengevaluasi hasil belajar siswa dalam kegiatan
belajar mengajar dengan berkenaan model tersebut.
E. Manfaat Penelitian
Dengan pengembangan model pembelajaran inquiry tersebut diharapkan
akan bermanfaat dan berguna baik secara praktis dan teoritis bagi mereka yang
terlibat langsung di dalamnya.
1. Dari hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan dasar bagi guru IPA untuk
lebih memahami dan mendalami lingkungan sebagai sumber belajar pada proses belajar mengajar dan manisfestasi dari upaya penyempurnaan kurikulum Sekolah Dasar 1994 serta menyadari pentingnya melibatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar mengajar dalam
pengajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam ).
2. Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan pembinaan profesi guru oleh Kepala Sekolah, terutama dengan perkembangan pengajaran IPA berdasarkan keterampilan proses bagi guru,
siswa dapat mengembangkan kegiatan serta meningkatkan kreativitas dalam
mencapai tujuan yang lebih baik.
3. Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat melatih kemampuan berpikir siswa melalui proses inquiry dan memberi rangsangan kepada guru dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran IPA dengan melalui perbaikan - perbaikan
pada proses belajar mengajar ( evaluasi).
4. Penelitian ini diharapkan pula menggugah para orang tua siswa, bahwa
pendidikan di sekolah memerlukan dukungan untuk menciptakan kondisi para siswa untuk siap belajar dengan mendapat perhatian khusus dari para orang
tua ataupun masyarakat secara umum.
5. Temuan penelitian ini, secara teoritis dapat memberi sumbangan masukan
-masukan dalam upaya peningkatan kualitas pelaksanaan model
pembelajaran IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam ) yang berorientasi lingkungan dengan pelaksanaan evaluasi hasil belajar non tes bentuk inquiry
diharapkan guru, siswa, Kepala Sekolah dan orang tua lebih memahami
tentang model pembelajaran IPA tersebut.
6. Menerapkan model inquiry secara teoritis untuk melatih kemampuan berpikir
kritis dan ilmiah siswa dalam berbagai masalah. Dan merangsang minat serta
motivasi siswa Sekolah Dasar untuk belajar lebih luas lagi.
7. Sebagai penulis dari hasil penelitian ini sangat berarti sekali dari segi pengaiaman sebagai wawasan pengetahuan dan bahan perkembangan ilmu
pengetahuan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN.
Dalam bab ini menguraikan suatu kajian mengenai hal - hal yang berkaitan dengan
kegiatan penelitian di lapangan baik dalam rangka persiapan maupun pelaksanaan penelitian. Adapun topik bahasan dalam bab ini adalah sebagai berikut:
A. Pendekatan Penelitian.
Penelitian ini bermaksud mengembangkan suatu model pembelajaran inkuiri dengan
berorientasi lingkungan di dalam IPA Sekolah Dasar ( SD ) sesuai dengan karakteristik masalah yang dikaji, langkah pertama yang dilakukan sipeneliti untuk mengembangkan
model tersebut terlebih dahulu diawali dengan kajian pendahuluan mengadakan uji coba
terbatas yang diarahkan kepada sejumlah siswa yang ada di lingkungan Sekolah Dasar
Cikutra ( 15 siswa ) dengan berbagai karakteristik dan wawancara bersama guru serta
Kepala Sekolah yang berada di lingkungan Sekolah Dasar tersebut. Untuk menelusuri guna menemukan model pembelajaran yang cocok diterapkan di Sekolah Dasar dan mampu meningkatkan kualitas pelaksanaan proses belajar mengajar terutama di dalam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA ). Penelitiannya dikatagorikan kepada penelitian action
research. Pada penelitian model sipeneliti bukan hanya sekedar memecahkan masalah
pembelajaran yang ada di kelas saja, tetapi juga berupaya meningkatkan profesionalisme
guru dengan melalui kegiatan kajian reflektif dan kolaboratif. Seperti yang diungkapkan
David Hopkins (1993 : 44) adalah : "Action research combines as subtantive act with a
research procedure, it is action disciplined by inquiry a pesonal attempt at understanding
while engaged in process of improvement reform. " Dalam pendidikan action research
adalah mencakup pengembangan kurikulum sekolah, perbaikan program
sekolah,pengembangan
profesional,
pengembangan
kebijaksanaan
dan
sistem
perencanaan.
Secara esensialnya, penelitian tindakan ( action research) merupakan paduanantara
prosedur penelitian dan tindakan subtantif. Sebagai prosedur penelitian, model tindakan
ini memiliki ciri suatu kajian reflektif diri secara inquiry, partisipasi diri dan kolaboratifterhadap latar alamiah atau implikasi dari suatu tindakan.Tindakan subtantif memiliki ciri
dengan adanya intervensi skala kecil dengan mempungsikan kealamiahan latar sebagai
upaya diri untuk melakukan reformasi dan peningkatan situasi sosial ( Cohen & Manion,
1990 : 23, Hopkins, 1993 : 45 ). Melalui pendekatan penelitian tindakan kelas
keterampilan guru diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapinya di kelas
akan semakin meningkat ( Hokins, 1993 , Borg, 1986 ) tennasuk permasalahan dalam
pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa dan guru akan memperoleh pengaiaman secara
replektif dan kolaboratif dalam kaitannya dengan proses pembelajaran di kelas. Adapun
paradigma yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas adalah "Simultone ous
integrated action research" (Oja dan Smulyan, 1989 ), karena selain merekam segala
sesuatu yang berkaitan dengan kondisi awal dilapangan, juga menyusun suatu model dan
menerapkannya pada kegiatan proses belajar mengajar serta menganalisisnya dengan
berdasarkan saran - saran dalam uji coba penerapan model. Dengan kata lain kualitatif
dapat menggambarkan situasi yang bersifat kompleks (multiple) dan saling
ketergantungan (interdependensi ) serta hal tersebut harus diterima oleh sipeneliti
sebagaimana adanya.
Program tindakan yang bertolak dari informasi - informasi aktual yang diperoleh
dari realitas latar secara wajar yaitu : guru, siswa serta proses belajar mengajar yang
sedang berlangsung. Sejumlah kecil guru dan siswa sebagai sumber data kasus penelitian
diharapkan pelaksanaan kegiatan ini lebih mendalam terutama dalam rangka mengkaji
pelaksanaan pendekatan inquiry pada pengajaran EPA di Sekolah Dasar (SD) tanpa
terlepas dari rambu - rambu yang ada pada kurikulum. Secara tegas Said Hamid Hasan (1988 : 129 ) menyatakan tentang model studi kasus dalam penelitian pendidikan adalah sebagai berikut : (1). Model studi kasus memusatkan perhatiannya kepada kegiatan di
suatu unit kegiatan pendidikan. (2). Data yang dikumpulkan terutama data kualitatif.
Karena data kualitatif dianggap lebih mengungkapkan apa yang ada dilapangan. (3).
Adanya kenyataan yang tidak sepihak (multiple realitis ) maksudnya adalah sesuatu yang
berhubungan dengan konteks dari individu yang terlibat.
Berdasarkan esensi masalah yang dikaji, pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan adalah pendekatan kualitatif dengan alasan peneliti berupaya
melakukan telaah secara seksama setiap permasalahan yang terkait dengan obyek yang
sedang dikaji. Selain yang ditemukan dilapangan untuk dianalisis, direfleksi dan direvisi sebagai dasar perbaikan pelaksanaan tindakan berikutnya. Oleh karena itu peranan
peneliti berupaya mengeksplorasi kegiatan evaluasi hasil belajar siswa di kelas.
Bersamaan dengan kegiatan eksplorasi, peneliti melakukan analisis dan mengadakan
rekonseptualisasi (modifikasi) untuk dijadikan dasar perbaikan tindakan berikutnya.
Pengembangan model pembelajaran inkuiri dalam mata pelajaran IPA yang telah
dibahas pada bab sebelumnya bertujuan untuk memperbaiki pengetahuan guru dan
keterlibat siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas
pengajaran EPA yang selama ini dianggap sebagai suatu masalah di Sekolah Dasar.
Peneliti sengaja dalam penelitian ini menggunakan metoda action research, pemyataan
John Elliott ( 1993 : 49 ) bahwa "Thefundamental aim ofaction research is to improve
rather than to produce knowledge ". Maksud dari tujuan dasarnya adalah action research
tidak menekankan kepada penemuan suatu pengetahuan baru, akan tetapi memperbaiki
atau menyempurnakan pengetahuan yang sudah ada. Dimana langkah - langkahnya
dimulai dari pengembangan ide, perencanaan dan pelaksanaan tidak akan terputus.
Artinya setelah selesai melaksanakan suatu tindakan peneliti akan dihadapkan kepada
persoalan baru yang didapatkan dari hasil penelitian, sesuai dengan hakekat yang
dicerminkan oleh action research spiral, di mana penelitian tindakan kelas ini dapat
dimulai dari mana saja.
Pendapat Kemmis, David Hopkins dan juga Elliott, bahwa setiap siklus terdiri
dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (plan ), pelaksanaan (action ), pengamatan
( observation), dan refleksi ( reflect) ( Kemmis & Taggoret, 1981 dalam Hopkins, 1993,
Mcviff, 1992 j.Begitupun pada siklus ke dua dan seterusnya guru bersama sipeneliti melakukan perbaikan perencanaan (Revised Plan),pelaksanaan (Action ),pengamatan
(Observe) dan refleksi (Reflective ).
A. Tahap - Tahap Penelitian.
Pada tahapan penelitian ini akan menggunakan prinsip daur ulang antara lain yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan dengan disertai observasi dan refleksi Hopkins, 1993, Mc. Niff, 1992, Waseso, 1994 . Dengan mendaur ulang empat pokok ini dapat menemukan suatu masalah dan dicarikannya solusi yang berupa perencanaan, perbaikan, pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan dengan disertai kegiatan
observasi, lalu direfleksi melalui diskusi balikan bersama peneliti dan guru sehingga
menghasilkan suatu tindakan berikutnya, agar terjadinya suatu proses inkuiri
berlangsung. Peneliti mengambil langkah - langkah model yang digambarkan dengan
sebuah spiral Penelitian Tindakan kelas (PTK ) yang sudah diadaptasi dari Hopkins ke
dalam bagan sebagai berikut:
Plan
Reflective
Action /
Observation
Reflective
Action /
Observation
Reflective
Action /
Obsevation
Daur ulang dalam spiral Penelitian Tindakan Kelas dalam kegiatan penerapan
model. ( Yang telah diadaptasi dari Hopkins, 1993,48 ).
Adapun secara operasional tahap - tahap dari masing - masing siklus antara lain :
1. Perencanaan.
Dari kegiatan identifikasi masalah yang dilaksanakan pada studi pendahuluan, peneliti dan guru merencanakan langkah - langkah penerapan model pembelajaran inkuiri sesuai dengan pokok bahasan yang ada pada kurikulum. Pada tahap perencanaan ini disepakati mengenai fokus yangakan di observasi, kriteria- kriteria penilaian, materi atau topik bahasan yang disampaikan beserta buku sumber, tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan evaluasi hasil belajar siswadengan melalui percobaan ( eksperimen ) serta teknik evaluasi non tes di kelas V (lima ) Sekolah Dasar, sehingga menghasilkan suatu program pengembangan tindakan yang akurat sesuai dengan situasi lokasi di mana program tindakan dikembangkan. Tetapi pada tahapan ini ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu : revisi dan perubahan rencana dalam mata pelajaran EPA dan keduanya disusun secara fleksibel untuk mengadaptasi berbagai pengaruh yang mungkin muncul di lapangan yang tidak terduga maupun dari kendala sebelumnya. Perencanaan inipun disusun dan dipilih atas dasar pertimbangan untuk dilaksanakan secara efektif, partisifatif dan kolaboratif.
Fokus yang di observasi dalam penelitian tindakan ini adalah proses pembelajaran
dengan pelaksanaan evaluasi hasil belajar melalui model inkuiri (tanya- jawab, diskusi /
kerja kelompok, uji coba / eksperimen dan lain - lain ) serta hambatan - hambatan yang
muncul ketika terjadinya proses belajar mengajar. Dalam observasi peneliti menggunakan
pedoman yang telah dipersiapkan dan membuat catatan - catatan lapangan yang dianggap
penting selama penerapan / pengembangan model berlangsung. Aspek - aspek yang di
observasi difokuskan kepada pengetahuan guru dan kesiapan guru dalam menerapkan
model inkuiri sesuai dengan harapan serta kaidah - kaidah teoritis yaitu : (a).Penjelasan
tujuan pelaksanaan evaluasi. (b). Penjelasan tata cara pengisian atau penyelesaian soal
-soal dan tugas. (c). Penjelasan tentang kriteria penilaian. (d). Bagaimana menumbuhkan
semangat dan motivasi belajar siswa dan keterampilan mengembangkan / menerapkan
model, (e). Memberi layanan kepada siswa serta menindak lanjuti hasil evaluasi yang dihasilkan siswa.
Materi yang akan dikembangkan dalam penelitian tindakan kelas ini bersumber dari tiga pokok bahasan yang terdapat pada catur wulan satu kelas V (lima ) Sekolah Dasar yang ada pada kurikulum 1994 dan sudah disuplemen antara lain :
( 1 ). Makhluk hidup menyesuaikan diri dengan Iingkungannya dan hubungan antara makhluk hidup, dengan sub pokok bahasan : ( a ). Makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkunganya untuk memperoleh makanan. ( b ).Makhluk hidup melindungi
dirinya dari musuhnya. ( c ). Adanya saling ketergantungan antara manusia, hewan dan
tumbuhan.
( 2 ). Tumbuhan berhijau daun dapat membuat makanan sendiri, dengan sub pokok bahasan : ( a ). Pembuatan makanan pada tumbuhan hijau daun memerlukan bantuan cahaya. ( b ). Tumbuhan menyimpan makanan cadangan yang digunakan untuk keperluan
hidupnya ( umbi, biji, batang).
( 3 ). Makanan, alat pencernaan dan kesehatan, dengan sub pokok bahasan : Pencernaan
makanan dimulai dari rongga mulut, kerongkongan, lambung usus halus / besar, poros
dan dubur (lihat lampiran. 1).
2. Pelaksanaan Tindakan Dan Observasi.
Pada tahapan pelaksanaan ini, guru melaksanakan kegiatan sesuai dengan apa yang telah dirancang ( lihat lampiran 3 ). Kegiatan evaluasi model inkuiri dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar berakhir. Alokasi waktu pelaksanaan evaluasi ini di
bagi menjadi:
( a ). Untuk model kuesioner dalam tes pemahaman / ingatan jumlah pertanyaan sebanyak
4 atau 5 pertanyaan dengan waktu 20 menit.
( b ). Penerapan model laporan siswa, guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat
laporan singkat tentang pengalamannya selama proses belajar mengajar berlangsung atau
hasil pengamatan dan pengalamannya yang didapat dilingkungan sekitar siswa sebagai
pekerjaan rumah.
( c ). Percobaan ( eksperimen ) mengenai fotosintesis pada tumbuhan berhijau daun dengan waktu yang diberikan 2 jam pelajaran sesuai jadual yang telah diatur atau dialokasikan tanpa mengganggu pelajaran lain. Selama kegiatan evaluasi yang sedang
dilakukan siswa, peneliti , guru dan Kepala Sekolah bersama - sama mengamati proses
kegiatan evaluasi termasuk kendala, hambatan atau permasalahan yang muncul pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung. Tetapi sebelumnya peneliti mengajukan ijin
permohonan penelitian kepada beberapa instansi terkait termasuk ijin dari PPS UPI
Bandung. Karena dengan melalui survai pendahuluan dapat memperoleh beberapa
permasalahan yang perlu di teliti dan dikaji. Untuk mensiklus dan mempermudah
pengumpulan data serta informasi - informasi, peneliti mengambil salah satu Sekolah
Dasar sebagai subyek penelitian tanpa meninggalkan kewajiban si peneliti sebagai
pendidik.
Peneliti juga mengadakan wawancara dengan para guru dan Kepala Sekolah untuk
mengetahui pandangan tentang pembelajaran EPA dan model inkuiri. Dalam perkenalan
ini diutarakan pula maksud penelitian, prosedure pengumpulan data, perkiraan waktu
yang diberikan untuk mengumpulkan data dengan mencoba mempelajari situasi dan
kondisi sekolah dengan cara berkomunikasi langsung dengan mereka. Hal ini ditempuh
untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dalam
pengumpulan data yang lebih terinci dan terarah, sekaligus mengakrabkan diri dengan
cara tidak berperan sebagai evaluator, tetapi menimba pengaiaman dari guru dan
menggalang rasa saling percaya untuk merahasiakan infomiasi- informasi yang telah
diberikan. Pengumpulan data ini dapat berjalan lancar, peneliti menggunakan pedoman
observasi, wawancara, radio kaset, tustel dan sejumlah dokumen sekolah yang berkaitan
dengan pokok permasalahan penelitian. Faktor siswapun menjadi sasaran utama dalam
penelitian karena menyangkut kondisi dan karakteristiknya.
Metoda mengajar yang digunakan oleh guru, sumber belajar maupun sistem
evaluasinya perlu menjadi bahan kajian di dalam penelitian, begitupun lingkungan sekitar
sekolah.Menyusun dan mengimplementasikan model bersama guru dengan
memperhatikan data sesuai dengan hasil studi pendahuluan, tetapi selama implementasi
berlangsung dilakukan observasi sebagai umpan balik perbaikan, dimana perhatian
ditujukan kepada kemampuan guru menerapkan model pembelajaran inkuiri dalam IPA
sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati bersama.
Aktifitas dan motivasi belajar siswa tidak luput dari perhatian utama pula,
bagaimana proses pemecahan masalah seperti kemampuan bertanya dan keberanian
mengemukakan pendapat yang telah diperolehnya.
Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu action research yang
dikembangkan oleh Elliott, maka langkah - langkah pelaksanaan penelitian ini akan
digambarkan pada bagan berikut ini:
Studi Pendahul
Pra Survey
Perencanaan
Model I Evaluasi
Pengembangan uji cvoba -• Perencanaan modelmodel -2 w ^ r
1r 1 ' V V
I. 2. 3. 4. 5. Implementasi model yang akan dikembangkan. Kondisi &Kinerja guru dan siswa. Saran.alat media dan
sumber. Lingkungan Sekolah. Manajemen. 1. 2. 3. 4. Tujuan. Proses belajar mengajar guru dan siswa. Alat, media, sumber. Evaluasi. 1} 1. Dimensi. 2. Implementasi 3. Evaluasi 4. Penyemnuma a n .
1. Tujuan. 2. PBM guru dan siswa. 3. Alat, media dan sumber. Evaluasi 3" 1
Danseterusnya ^ Implementasi ^^
Bagan 2. Langkah-langkah Penelitian
Untuk memperjelas bagan - bagan tesebut pada langkah - langkah penelitian
antara lain :
1. Mengadakan Pra Survey / Studi pendahuluan.
Pra survey atau studi pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan data yang
dianggap penting dan sesuai dengan tujuan penelitian, sedang data yang diharapkan di
dalam studi pendahuluan atau pra survey adalah :
1.1. Faktor implementasi model yang akan dikembangkan pada mata pelajaran IPA adalah model inkuiri yang berorientasi lingkungan dimana guru, sipeneliti membicarakan
1.2. Faktor guru, tentang bagaimana pandangannya terhadap mata pelajaran IPA dan model inquiry sedangkan faktor siswa, bagaimana kondisi dan karakteristik siswa dalam
mata pelajaran EPA.
1.3. Di dalam proses belajar mengajar IPA selama berlangsung, metode apa yang
digunakannya, alat, sumber, media dan sarana lainnya serta sistem evaluasi yang
bagaimana yang digunakan dalam proses belajar mengajar IPA selama ini.
1.4. Lingkungan sekolah yang bagaimana yang dapat dijadikan sumber penelitian, baik gedung sekolah, sarana pra sarana, ruang kelas maupun lingkungan sosialnya.
1.5. Faktor managementnya yaitu tentang organisasinya, administrasinya,
hubungan-hubungan sosialnya dan lain- lain.
2. Menyusun perencanaan model pembelajaran oleh sipeneliti dengan pertimbangan dari
guru kelas, berdasarkan hasil studi pendahuluan dan rumusan yang telah disiapkan tanpa
melepaskan diri dari rambu - rambu yang ada pada kurikulum.
3. Mengimplementasikan model pembelajaran oleh guru berdasarkan perumusan yang
telah diajukan peneliti sebagai umpan balik dengan memperhatikan :
3.1. Faktor kemampuan guru menerapkan inkuiri dalam perencanaan, perubahan
pelajaran, pengelolaan atau sebagai evaluator atau penanya.
3.2. Faktor motivasi belajar siswa dalam setiap tahapan inkuiri dan beraktivitas pada
kemampuan proses memecahkan masalah, baik itu kemampuan bertanya,atau
mengemukakan pendapat.
4. Peneliti dan guru melakukan diskusi perbaikan dengan berdasarkan hasil observasi awal selama proses belajar mengajar berlangsung.
5. Menyusun kembali model pembelajaran dengan pertimbangan guru dan mengimplementasikan serta merevisi program yang telah ditentukan, langsung mengevaluasi model tersebut sampai pada topik yang telah dirancang. Informasi
-informasi yang telah terkumpul kemudian diberikan kembali kepada guru untuk dicek kebenarannya lalu diperbaiki dan disempurnakan. Begitupun selanjutnya sampai pada titik penemuan yang dapat dipercaya sesuai dengan model pembelajaran yang telah
dirancang pada bab sebelumnya.
3. Refleksi.
Pada tahapan ini, peneliti dan guru mendiskusikan hasill pengamatan dan catatan -catatan yang diperoleh selama observasi secara sistimatis dari hasil proses pembelajaran. Hasil dari pengamatan tersebut di refleksi, di recheck dan di analisis serta di interpretasi yang kemudian disimpulkan keabsahannya dan dari kesimpulan tersebut dapat dijadikan dasar sebagai penyusunan rencana tindakan berikutnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk merumuskan profosisi awal yang kemudian dituangkan ke dalam suatu rencana
awal tindakan. Refleksi ke dua dilakukan pada setiap akhir pelaksanaan tindakan persis seperti yang telah dicatat selama observasi. Begitupun untuk refleksi selanjutnya sampai
dapat memperoleh keabsahan yang jelas.
C. Instrumen Penelitian / Teknik Penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian disesuaikan dengan
tradisi penelitian kualitatif di mana yang mejadi instrumen utama dalam penelitian adalah
peneliti itu sendiri ( human instrument ). Peneleti langsung turun ke lapangan ( kelas )
untuk mengumpulkan data dari berbagai informasi yang diperlukan. Oleh karena itu untuk
mengefektifkan pengumpulan data,peneliti memanfaatkan alat bantu sesuai dengan fokus
permasalahan antara lain : (1). Pedoman observasi. (2). Pedoman wawancara, tape
recorder / radio / tustel. (3). Studi dokumentasi dan (4). Kuesioner ( angket ). Untuk
memperjelas permasalahan di atas, maka dapat diuraikan secara singkat yaitu :
1. Pedoman observasi ( pengamatan ).
Teknik pengumpulan data menggunakan pengamatan atau observasi adalah untuk
digunakan dalam implementasi model, di mana teknik tersebut dianggap sebagai sumber
atau alat untuk mengumpulkan data yang bersifat proses pembelajaran dengan
menemukan suatu kebenaran dan memperoleh data secara obyektif.
Sipeneliti perlu pula mencatat segala peristiwa atau kejadian penting sebagai bahan
masukan untuk memperbaiki penampilan guru dan sebagai alat memperoleh hasil
penelitian secara langsung. Teknik inipun dapat memungkinkan peneliti mampu mengerti
situasi yang rumit dan kompleks, karena dalam kasus - kasus tertentu teknik pengamatan
atau observasi dapat menjadi alat yang sangat berguna dan bermanfaat. Catatan harian
digunakan sebagai alat penelitian pelaksanaan action research selama proses belajar
mengajar berlangsung, khususnya pada pengembangan model pembelajaran inkuiri dalam
IPA yang sedang dikembangkan guru serta untuk mengecek ( mengetahui ) hasil para siswa dan guru sebagai data yang akan di analisis atau untuk memudahkan pengecekan kembali pengumpulan data yang absah. Seperti yang dikemukakan ( Hopkins, 1993 ) bahwa pedoman observasi disusun secara terstruktur dengan memfokuskan pada aspek -aspek yang telah direncanakan dan diikuti analisis terhadap hasil observasi ( lihat
lampiran 1 ).
2. Wawancara / tape recorder / radio / tustel.
Wawancara dalam penelitian digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
pandangan guru mengenai model inkuiri pada mata pelajaran IPA. Jenis wawancara yang
digunakan sipeneliti dengan tidak berstruktur atau jawaban secara terbuka. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan responden mengemukakan pendapatnya pandangannya sesuai dengan pendapat sendiri tanpa terikat ( bebas ). Untuk memperoleh informasi yang lengkap sipenelitipun terlebih dahulu menentukan beberapa pertanyaan dengan tidak
keluar dari jalur topik permasalahan ( kurikulum ).
Dalam tape recorder dan tustel, menggunakan alat ini dimaksudkan untuk
memudahkan peneliti meresponse ulang di dalam pengumpulan data sehingga memudahkan si peneliti menulis kembali data yang tertinggal. Untuk pembuktian yang otentik si peneliti menggunakan pemotretan tentang kegiatan siswa dan guru di dalam kelas maupun di luar kelas (sekolah) sebagai bukti nyata di dalam pengumpulan data selama proses belajar mengajar berlanngsung. Sehingga akan terlihat jelas pula kegiatan para siswa dan guru dalam berinkuiri. Pada rekaman video digunakan sebagai alat untuk melihat perkembangan kemampuan guru dalam menerapkan model inkiri. Dengan
menggunakan video ini memungkinkan guru dapat melihat akan kekurangannya dan
kelemahannya - kelemahannya sendiri dalam mengimplementasikan model sebagai
bahan perbaikan untuk implementasi berikutnya. Dan untuk menganalisis setiap peristiwa penting selama implementasi berlangsung dengan memutar ulang serta dapat melihat kegiatan para siswa dan guru dalam berinquiry. Karena wawancara ini dilakukan untuk mengungkapkan sikap dan pendapat guru serta siswa tentang model inkuiri atau
3. Pedoman Studi dokumentasi.
Pedoman studi dokumentasi tersebut digunakan adalah untuk mempermudah
pengumpulan data dan untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai latar
belakang situasi serta kondisi Sekolah Dasar ( SD ) sebagai subyek penelitian tentang :
(a). Latar belakang kondisi dan kinerja guru atau kondisi kinerja siswa dan atau kondisi
lingkungan di sekolah tersebut tentang keberadaan. ( b ). Kriteria penilaian hasil belajar
siswa selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung.
4. Kuesioner ( angket ) *J
Maksud menggunakan angket ( kuesioner ) adalah sebagai pelengkap untuk
diberikan kepada guru dan siswa yang telah dihimpun melalui wawancara dan hasil
evaluasi selama proses belajar mengajar ( hasil pembelajaran ). Juga sebagai alat bantu
untuk memperoleh informasi yang dihasilkan siswa maupun guru tentang pendapat
-pendapatnya. Kegiatan penyebaran angket ini dilaksanakan setelah seluruh tindakan
penerapan (pengembangan ) model inquiry berupa evaluasi non tes selesai atau akhir dari
segala tindakan (lihat lampiran 5 ).
D.Pengolahan Data dan Analisis Data.
Dalam pengembangan model pembelajaran inquiry EPA , kegiatan pengolahan data
dan analisis data dilakukan sejak sipeneliti memasuki lapangan atau studi pendahuluan
sampai pada kegiatan penelitian kelas barakhir. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan
penelitian kualitatif, walau ada angka - angka yang bersifat kuantitatif dari perist