• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI YANG BERORIENTASI LINGKUNGAN DALAM ILMU PENGETAHUAN ALAM : Penelitian Deskriptif Tindakan Kelas DiSD Negeri Cikutra Kecamatan Cibeunying KalerKota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI YANG BERORIENTASI LINGKUNGAN DALAM ILMU PENGETAHUAN ALAM : Penelitian Deskriptif Tindakan Kelas DiSD Negeri Cikutra Kecamatan Cibeunying KalerKota Bandung."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

YANG BERORIENTASI LINGKUNGAN

DALAM ILMU PENGETAHUAN ALAM

( Penelitian Deskriptif Tindakan Kelas DiSD Negeri Cikutra

Kecamatan Cibeunying KalerKota Bandung)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagai salah satu

syarat memperoleh Gelar Magister Pendidikan Bida.ng Studi Pengembangan Kurikulum

Oleh:

SITTI SUHAENINGSIH

989707

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

LEMBARAN PERSETUJUAN

DISETUJUI DAN DISYAHKAN UNTUK UJIAN TAHAP OLEH PEMBIMBING :

PEMBIMBING I

(Prof. Dr. H. S. Hamid Hasan, MA)

PEMBIMBING II

(3)

ABSTRAK

Salah satu masalah yang dihadapi pendidik dalam mata pelajaran IPA adalah karena kurangnya dukungan dari berbagai pihak ( pemerintah, sekolah dan masyarakat /

orang tua ) khususnya di Sekolah Dasar. Kurangnya peralatan dan terbatasnya waktu

serta dana yang tidak mendukung, sehingga proses belajar mengajar IPA di Sekolah Dasar tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan sebagaimana seorang ahli IPA yang

sesungguhnya. Guru tidak membangkitkan minat serta tidak mendorong siswa untuk

berpikir kritis, ilmiah, karena guru lebih berorientasi kepada proses menghapal materi

pelajaran dengan pola komunikasi satu arah yaitu dari guru kepada siswa.

Untuk menggapai suatu hasil dalam belajar, maka dikembangkan model

pembelajaran inkuiri yang berorientasi lingkungan dalam IPA di Sekolah Dasar. Tujuan

dengan dikembangkan model pembelajaran inkuiri dalam IPA, tiada lain mencoba

membantu mencari jalan keluar dari permasalahan di atas, agar guru dan siswa terhindar dari cara belajar mengajar yang verbalisme. Karena IPA senantiasa diikuti oleh inkuiri

yaitu suatu cara mengenal alam dengan melalui temuan - temuan masalah dan

pengujiannya sampai pada penyusunan kesimpulan sebagai suatu gagasan teori baru.

Lingkungan sekitar sekolah di dalam ataupun di luar dapat pula diajak untuk berinkuiri bagaimana memecahkan masalah di dalam IPA. Dengan diterapkan model

pembelajaran inkuiri sederhana, guru dan siswa dapat berinteraksi satu sama lain dalam

proses pembelajaran dengan melalui diskusi / kerja kelompok, eksperimen, tanya jawab,

memecahkan masalah, menyimpulkan , menganalisa, mengevaluasi dan lain - lain. Lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar untuk melatih berpikir kritis, ilmiah, menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman yangberarti bagi siswa.

Mempertimbangkan hasil dari studi pendahuluan ( pra survai ) dengan memperhatikan kemampuan guru dan siswa selama terjadinya proses pengembangan,

penelitian ini berusaha mengembangkan kegiatan belajar mengajar IPA di Sekolah Dasar

yang lebih menekankan kepada proses berpikir atau proses pemecahan masalah atau

proses kemampuan intelektual dengan melalui inquiry bebas, terbimbing penuh dedikasi.

Pengembangan kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan pola perencanaan

yang dikembangkan yang terdiri dari orientasi, perumusan masalah, hipotesa,

mengumpulkan data, mengevaluasi, menguji dan merumuskan kesimpulan. Pada kegiatan

evaluasi menggunakan evaluasi bentuk non tes inkuiri ( kuesioner, wawancara dan tugas

laporan siswa ) untuk mengumpulkan data tentang kemajuan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran. Subyek penelitiannya adalah guru kelas 5 dengan jumlah siswa 45 orang

dari 2 Sekolah Dasar Negeri Cikutra. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan " Action

research & development "yang terdiri dari 4 kali tindakan. Adapun perolehan data

melalui evaluasi non tes , observasi, wawancara, kuesioner dan cacatan lapangan,

kemudian dilakukan pengelompokkan data, interpretasi data dan tindakan.

(4)

sebagai sumber belajar dalam IPA dapat mengajak siswa untuk berpikir kritis lebih

terbuka dan logis, bahwa lingkungan sekitar dapat meningkatkan dan menambah

wawasan pengetahuan, sikap, keterampilan dengan mengadakan percobaan yang selama

ini belum dilaksanakan. (2). Kesan dan pandangan siswa terhadap model pembelajaran

inkuiri yang berorientasi lingkungan dalam IPA mendapat tanggapan yang antusius terutama pada kegiatan percobaan sehingga siswa termotivasi untuk belajar IPA yang lebih luas. (3). Kesan dan pandangan guru terhadap model pembelajaran inquiry dengan

orientasi lingkungan dalam IPA begitu positif karena dapat memotivasi siswa untuk cepat

tanggap , mudah mengerti sertamemahami. (4). Kelebihan - kelebihannya pada pelajaran IPA yang berorientasi lingkungan dengan diterapkannya model pembelajaran inkuiri

dapat menambah wawasan pengetahuan , keterampilan, sikap dan pengalaman bagi guru

maupun siswa untuk berpikir kritis dan ilmiah serta percaya diri. (5). Kelemahan -kelemahannya terletak pada faktor pendukung yang kurang, dana yang mahal, waktu

yang singkat atau terburu - bum sehingga terjadinya proses belajar mengajar terganggu.

(6). Pada evaluasi tes pemahaman kemampuan intelektual dan eksperimen terlihat

peningkatan hasil belajar siswa selama atau setelah terjadinya proses belajar mengajar.

belajar.

Hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan masing - masing Sekolah Dasar Negeri

Cikutra IV dan Sekolah Dasar Negeri Cikutra VT adalah sebagai berikut:

(1). Hasil dari Sekolah Dasar Negeri Cikutra IV dengan jumlah siswa 23 orang adalah

sebagai berikut:

(a). Evaluasi Non Tes Bentuk Kuesioner adalah :

- Tindakan I memperoleh hasil 65,28 % . Tindakan II 78,26 %. Tindakan III 86, 96 %.

(b). Evaluasi Non Tes Bentuk Laporan Siswa adalah :

- Tindakan I memperoleh hasil 73,91 %. Tindakan II 86,96 %. Tindakan III 95,65 %. (c). Evaluasi dalam eksperimen. tindakan IV.memperoleh hasil yang cukup memuaskan.

(2). Hasil dari Sekolah Dasar Negeri Cikutra VI dengan jumlah siswa 22 orang adalah

sebagai berikut:

(a). Evaluasi Non Tes Bentuk Kuesioner adalah :

- Tindakan I memperoleh hasil 72,73 %. Tindakan II 81,82 %.Tindakan III 95,50%.

(b). Evaluasi benruk laporan siswa adalah :

- Tindakan I memperoleh hasil 77,28 %. Tindakan II 86,36 %. Tindakan III 95,45 %. (c). Evaluasi dalam eksperimen tindakan IV memperoleh hasil yang cukup memuaskan.

Dengan memperhatikan perolehan hasil di atas dengan proses pengembangan model inkuiri kecenderungan aktivitas belajar siswa semakin meningkat, tumbuhnya keberanian

siswa untuk bertanya, menjawab mengeluarkan pendapat serta meningkatnya

kemampuan berbahasa siswa secara lisan ataupun tulisan dan rasa toleransinya sesama teman cukup baik.Tetapi kerberhasilan untuk selanjutnya tergantung kepada kemampuan dan kesiapan guru itu sendiri dengan adanya dukungan dari berbagai pihak terutama

dukungan dari pihak sekolah dan orang tua / masyarakat.

(5)

DAFTAR ISI

Motto i

Kata Pengantar ii

Abstrak v

Daftar isi vii

Daftar lampiran ix

BAB. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah Dan Pertanyaan Penelitian 10

C. Definisi Operasional 15

D. Tujuan Penelitian 17

E. Manfaat Penelitian 18

BAB. II. LANDASAN TEORITIS

A. Pengajaran IPA Di Sekolah Dasar 20

B. Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Belajar 26

C. Pengajaran Inkuiri Pada Pendidikan EPA 31

D. Pelaksanaan Evaluasi Non Tes. 36

BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian 42

B. Tahap - Tahap Penelitian — 44

♦ Perencanaan 46

♦ Pelaksanaan Tindakan dan Observasi 47

♦ Refleksi 51

C. Instrumen Penelitian 51

D. Pengolahan dan Analisis Data 53

(6)

E. Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian 55

• Lokasi Penelitian 55

• Waktu Penelitian 56

BAB. IV. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A Deskripsi Hasil Penelitian 57

• Gambaran Umum Subyek Penelitian 57

• Pandangan Guru Terhadap Penerapan Inquiry Dalam IPA 60

• Ketersediaan Sarana Prasarana Belajar Siswa Pada IPA 60

• Kinerja Guru, Siswa Dan Kepala Sekolah Di lingkungannya — 61

• Data Pelaksanaan Penelitian 62

B. Interpretasi Data 87

• Pelaksanaan Tindakan Pada Sekolah Dasar Negeri Cikutra IV - 87 • Pelaksanaan Tindakan Pada Sekolah Dasar Negeri Cikutra VI -- 89

• Pandangan Guru Dan SiswaTentang Pengembangan Inquiry Dalam

Evaluasi Bentuk Non Tes 91

C. Pembahasan Hasil 93

a. Pelaksanaan Tindakan Evaluasi Di Sekolah Dasar 93

b. Pengembangan Model BentukNon Tes Dalam Inquiry 94

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

• Kesimpulan 100

• Saran- Saran 103

DAFTAR PUSTAKA 10 5

LAMPERAN - LAMPIRAN 109

(7)

Lampiran I

Lampiran II

Lampiran III

Lampiran IV

Lampiran V

DAFTAR LAMPIRAN

* Program Pembelajaran IPA

109

* Instrumen Penelitian 110

* Pedoman Dokumentasi 112

* Pedoman Wawancara guru 113

* Pedoman Wawancara Siswa 114

* Kegiatan BelajarMengajar 115

* Hasil Observasi Awal dalam Kelas 125

* CatatanLapangan 127

* Tindakan satu (Kuesioner) 130

* Tindakan dua (Kuesioner) 131

* Tindakantiga (Kuesioner) 132

* Tindakan satu (Lap. siswa) 133

* Tindakan dua (Lap. siswa) 134

* Tindakan tiga (Lap. siswa) 135

* Tindakan empat (Percobaan) 136

* Angket guru 138

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

Pokok utama yang dikaji dalam penelitian adalah model pembelajaran

dengan implementasi kurikulum yang sedang dilaksanakan saat ini pada jenjang Sekolah Dasar. Banyak hal yang dapat diungkapkan melalui tema tersebut. Salah satunya bagian dari implementasi pengajaran di tingkat kelas, sesuai

dengan tuntutan kurikulum SD yang sedang

berlaku yaitu berkenaan dengan

masalah : "Pengembangan model pembelajaran inkuiri yang berorientasi

lingkungan dalam IPA". Tujuan dari penelitian ini merupakan penelitian tindakan

kelas dalam proses belajar mengajar.

A. Latar Belakang Masalah.

Pendidikan dasar merupakan faktor utama atau sebagai pondasi dari

kehidupan bangsa dengan maksud untuk membekali generasi muda dalam ilmu

pengetahuan dan akhlak yang baik hingga nantinya dapat menjadi warga negara

yang bertanggung jawab dan berkualitas.Tujuan Pendidikan Nasional yang

tertuang dalam UUSP no. 2 menyatakan bahwa pendidikan adalah untuk

meningkatkan kualitas manusia Indonesia serta mencerdaskan kehidupan

bangsa

dan

mengembangkan manusia

seutuhnya.

Dalam

pelaksanaan

pendidikan pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi

yang ada pada diri peserta didik, baik potensi dalam aspek kognitif, afektif dan

aspek psikomotor. Manusia yang berkualitas diharapkan mampu memahami ilmu

dalam bidang - bidang tertentu, terlatih bernalar, berfikir kritis serta dapat

menyelesaikan masalah-masalah untuk mengisi pembangunan sehingga pada

akhirnya mampu menyongsong era globalisasi yang semakin kompetitif dan juga

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mencapai maksud di atas

ditempuh sistem pendidikan persekolahan sebagai salah satu sarananya yaitu

dimulai dari tingkat sekolah dasar ( SD ) sampai tingkat perguruan tinggi ( PT ).

Sebagai lembaga yang secara langsung mendidik generasi muda untuk

(9)

pemerintah sangat dituntut. Karena Sekolah Dasar adalah suatu lembaga tempat anak - anak usia tujuh tahun sampai dua belas tahun untuk di bina, di didik menjadi manusia dewasa yang mandiri dan mampu mengembangkan kehidupanya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan ummat

manusia. "Selain itu juga merupakan penempaan untuk memasuki pendidikan

selanjutnya ke jenjang yang lebih tinggi". ( UUSPN. 1989 ).

Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang

merupakan sub sistem Pendidikan Nasional yang memegang peranan penting

dan fundamental bagi perkembangan anak didik. Program pendidikan di Sekolah

Dasar merupakan tonggak utama memberikan perhatian kepada anak didik

sesuai dengan kebutuhan, minat, serta tingkat perkembangan anak sebagai

upaya mempersiapkan anak didik menjadi manusia yang berkualitas,

berkepribadian.harmonis dan berbudaya. Pendidikan dasar merupakan

pendidikan 9 tahun yang terdiri atas program pendidikan 6 tahun yang

diselenggarakan di Sekolah Dasar dan program pendidikan 3 tahun yang

diselenggrakan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau satuan pendidikan

yang sederajat. (Depdikbud, 1995 : 31). Mengingat usia anak sekolah dasar

umumnya berada pada taraf perkembagan intelektual operasional kongkrit

mengisyaratkan, bahwa rentang usia tersebut hams dimanfaatkan untuk

menanamkan sikap dan motivasi anak terhadap mata pelajaran, antara lain

mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Pada dasarnya IPA merupakan

proses belajar mengajar atau serangkaian kegiatan belajar mengajar untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, agar tujuan pembelajaran

berhasil guru periu dibekali beberapa kemampuan diantaranya merencanakan

program pengajaran, menganalisis garis-garis besar program pengajaran dan

mengelola proses belajar mengajar serta dapat memperoleh hasil yang

diharapkan.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa

pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang

diperoleh dari pengaiaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain

(10)

129). Mata pelajaran IPA berfungsi pula untuk memberikan pengetahuan tentang

lingkungan alam, mengembangkan keterampilan, wawasan dan kesadaran

teknologi dalam kaitannya dengan pemanfaatan dalam kehidupan sehari-hari

(Depdikbud, 1993 : 24). Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan

dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai- nilai ilmiah

pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai akan kebesaran Tuhan Yang

Maha Esa.

Dari pengertian di atas, bahwa IPA (Sains) bukan hanya produk tetapi juga

proses yang dapat menghasilkan sesuatu dengan berbagai penemuan

-penemuan, seperti juga yang dikemukakan oleh Newton ( 1992 : 2 ), bahwa IPA

(Ilmu Pengetahuan Alam ) diajarkan sebagai pengetahuan dan cara kcrjanya

yaitu merupakan proses dan produk "Science be taught as both a body of

knowledge and way of working, that is products and process." Selanjutnya para

pakar berpendapat bahwa sains bukan saja produk dan proses tetapi juga sikap

ilmiah yang perlu dan patut disandang oleh IPA, Sekurang - kurangnya pada

waktu melakukan kegiatan IPA antara lain kejujuran, kesadaran akan perlunya

verifikasi dan kepercayaan akan hubungan sebab akibat, bahwa keilmiahan tidak

ditentukan oleh konsep-konsep yang ada di dalamnya. tetapi bagaimana guru

melibatkan siswa ke dalam kegiatan IPA.( eksperiment, diskusi. tanya - jawab,

evaluasi dan lain - lain ). Adapun tugas guru adalah membantu siswa untuk

mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, bahwa "An important task of

science educators is to help students develop the thinking skills of scientist (Roth

dan Roychoudhury, 1993:127)".

Untuk mencapai tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar periu pula

dikembangkan proses pembelajaran yang mengarah pada pencapaian tujuan

tersebut dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari - hari serta keterlibatan

siswa pada keberhasilan atau keaktifitasannya dalam kegiatan belajar mengajar.

Dalam pencapaian tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, yuru perlu

menggunakan pendekatan, metoda dan strategi pengajaran yang mampu

menciptakan suasana belajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya airi pada

(11)

perlu sarana yang dapat menunjang keberhasilan berupa peralatan IPA yang

tersedia atau lingkungan yang berada di sekitar sekolah atau di luar sekolah

yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, agar siswa mampu menerapkan konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam dan memecahkan masalah - masalah dalam kehidupan sehari - hari. Lebih lanjut lagi Nathan (1961 : 97) menyatakan bahwa tujuan secara umum dari pengajaran IPA adalah

" Untuk membantu anak didik mendapatkan ide - ide, pemahaman dan

keterampilan yang penting untuk menjadi warga negara yang baik melalui

pengembangan kegiatan ilmiah."

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam Kurikulum Pendidikan

Dasar 1994, ditegaskan guru harus menerapkan prinsip belajar aktif yaitu

pembelajaran yang melibatkan siswa, baik secara fisik, mental dan sosial sesuai

dengan tingkat perkembangan peserta didik Sekolah Dasar. Kegiatan proses

belajar mengajar IPA

memberi kempatan kepada siswa untuk berpatisipasi

dalam pemecahan masalah dan menekankan pada upaya peningkatan kreatifitas

terhadap suatu cara pemecahan masalah serta berupaya memanfaatkan

sejumlah bahan dan sumber belajar yang ada pada lingkungan serta kehidupan

sekitar siswa, agar siswa cepat tanggap terhadap permasalahan yang terjadi di

sekitarnya sesuai dengan hasil temuan - temuannya.

Lingkungan sekolah sebenarnya dapat membantu para siswa dan guru

dalam proses belajar mengajar, tetapi selain itu setiap manusia juga di samping

memiliki

kelebihan,

juga

memiliki

keterbatasan

kemampuan

dalam

menyelesaikan masalah. Salah satu cara

untuk mengembangkan sistem

pendidikan atau menyiapkan generasi yang berkualitas adalah membina

kesadaran, sikap, nilai - nilai, dan keterampilan para siswa melalui proses

pembelajaran yang bersifat multidisipliner, dimana siswa dan guru bekerja sama

untuk mempelajari bagaimana hidup secara harmonis dengan lingkungan

sekitarnya.

Karena

sekolah

merupakan

suatu

sistem

pendidikan

untuk

memprodusir individu - individu yang melek ilmu dan berguna: maka mereka perlu untuk meluaskan dan mengembangkan pola berpikir serta bertindak secara

(12)

Sejak awal dari sejarah manusia perlindungan dan pengawetan alam (konservasi lingkungan alam) dan sumber-sumber lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung,telah manunggal dengan kehidupan manusia, walaupun

salah satu masalah utama yang selalu dihadapi manusia adalah "bagaimana

memanfaatkan atau membudi dayakan alam untuk kepentingan - kepentingan

manusia." Untuk itu akan memerlukan lebih banyak pengertian tentang konsep

dan prinsip - prinsip ekologi sebagai dasar ilmu lingkungan yang mempelajari

makhluk - makhluk hidup sebagai suatu kesatuan sistem dengan iingkungannya

( Depdikbud Dirjen Pendasmen, 1993 : 36 ).

Pendidikan di negara berkembang merupakan hal yang penting dalam

membantu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, sesuai

dengan lajunya dunia pendidikan yang begitu canggih dan serba modern.

Berhasil atau tidaknya suatu pendidikan tergantung kepada besarnya tanggung

jawab dan kerjasama antara orang tua, sekolah, dan masyarakat. Seperti halnya

Oemar Hamalik (1984:49) berpendapat bahwa "lingkungan dapat mempengaruhi

cara manusia hidup dan sebaliknya manusiapun dapat merubah Iingkungannya".

Salah satu fakta yang mempengaruhi cara manusia hidup adalah lingkungan

alamiah, misalnya musim iklim yang mempengaruhi keadaan tempat, jenis

makanan, kesehatan, dan Iain-Iain.Dalam pembelajaran IPA diperlukan pula

peralatan sebagai bahan kegiatan percobaan IPA di Sekolah Dasar untuk

memberikan pengaiaman nyata bukan hanya mendengar atau melihat seperti

yang dikemukakan oleh Piaget (Achmad A. Hinduan. 1990 : 5) bahwa "We learn

what we do, not merely what we see or hear. Penggunaan lingkungan sebagai

alat IPA selain untuk memberikan pengaiaman nyata bagi siswa juga

dimaksudkan untuk menghindari verbalisme. Alasan lain menurut Piaget ( Furth,

1970 : 37, Gage & Berliner, 1978 :148 ), bahwa usia anak 7-12 tahun pada

umumnya berada pada taraf perkembangan inteiektual oprasional kongkrit.

Sehubungan dengan hal ini Gage & Berliner (1978: 156) menyarankan agar

dalam mempelajari IPA sebaiknya dihadirkan benda nyata atau benda tiruannya

(13)

dan merasakan benda - benda yang dihadapinya sehingga dapat membantu siswa memperoleh dan memahami konsep serta hubungan - hubungannya.

Pada proses pendidikan, guru, siswa, lingkungan dan faktor pendukung lainnya sangat besar artinya dalam pendidikan terutama pada pelaksanaan proses belajar mengajar. Kadang-kadang lingkungan sering dilupakan dan belum

dimanfaatkan, khususnya oleh guru Sekolah Dasar di dalam proses belajar mengajar mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA), sebagai sumber belajar. Tanpa disadari bahwa lingkungan dapat membina kepribadian siswa dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan. Peranan lingkungan sebagai faktor pendidikan di dalam proses belajar mengajar harus diperhatikan sebaik-baiknya, karena munculnya suatu pengaiaman, keterampilan, sikap dikarenakan adanya pengaruh lingkungan. Seperti yang dikemukakan oleh Jean Peaget " tidak ada terjadi proses belajar yang sejati (murni)", apabila siswa tidak bereaksi atau bertindak terhadap informasi secara mental. Begitupun yang dikemukakan John Dewey (1964:22, Uyoh Saduloh dkk, 1984:32 ) " bahwa sekolah sebagai suatu lingkungan khusus untuk menciptakan

suatu lingkungan yang luas dan lebih baik sesuai dengan harapan anak itu

sendiri."

Dari hasil observasi awal dan wawancara pada Sekolah Dasar Negeri di

Kecamatan Cibeunying Kaler Bandung ditemukan beberapa kelemahan dalam

pembelajaran IPA antara lain : (1). Guru kurang memperhatikan karakteristik IPA dan tujuan pembelajarannya. Hal ini terlihat dari metoda penyajiannya dengan ceramah tanpa menggunakan sumber belajar baik yang nyata ataupun tiruan,

sebagai contoh menjelaskan konsep energi. (2). Pembelajaran tidak berorientasi

pada pengetahuan awal siswa. meskipun demikian masih ada usaha untuk

mengungkapkan pengetahuan awal siswa dengan bertanya misalnya, apa yang

kamu ketahui tentang energi? (3). Sumber belajar berupa buku kurang sekali.

(14)

benda nyata, padahal jika memperhatikan lingkungan di sekitar sekolah banyak yang dapat dijadikan sumber belajar paling sedikit menunjukkannya.

Di sini jelas, guru kurang berpedoman pada Garis-garis Besar Program

Pengajaran (GBPP) IPA., itupun hanya buku kumpulan soal - soal atau bank

soal.. Hasil wawancara dengan guru kelas, kepala Kandep dan pengawas

TK/SD, ada beberapa faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas.(1). Tidak digunakannya peralatan IPA berupa KIT IPA karena kurang mencukupinya

untuk melakukan kegiatan percobaan. (2). Kekurang siapan dan kekurang

mampuan guru untuk mempersiapkan pembelajaran dengan kegiatan

percobaan. (3). Evaluasi tiap cawunya hanya dominan mengukur aspek kognitif

pada jenjang ingatan, hapalan atau pemahaman saja. Akibat cara mengajar seperti ini, banyak ditemukan para siswa yang pasif dalam setiap pembelajaran di kelas, tidak terjadi suasana yang bemuansakan kreatif dialog, tiada pengembangan berfikir yang dilakukan guru, membosankan dan adanya proses pembelajaran yang tidak bermakna (rote learning). Sekarang bagaimana mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut adalah guru mengadakan pendekatan -pendekatan dengan pihak sekolah, sesama guru, orang tua siswa dan masyarakat pada umumnya, agar pembelajaran IPA tersebut tercapai. Untuk mencapai tujuan tersebut di dalam pembelajaran guru mengajak siswa mengadakan percobaan sederhana, diskusi terbimbing atau kerja kelompok, tanya jawab dan lain - lain dengan sumber belajar yang ada di lingkungan

sekolah dan di luar sekolah, sehingga siswa mampu menerapkan

pengetahuannya dan memanfaatkannya tentang sumber daya alam yang ada

dilngkungan sekitarnya. Senantiasa IPA diikuti oleh inquiry yaitu suatu cara

mengenal alam dengan melalui temuan - temuan masalah dan pengujiannya,

sampai pada menyusun kesimpulan sebagai suatu gagasan teori baru. Untuk

memperoleh pengetahuan IPA, anak - anak perlu berprilaku sebagai seorang

ilmuwan yang selalu mengembangkan dan menggunakan keterampilan proses,

misalnya mengamati mengajukan pertanyaan berusaha mencari jawaban dari

(15)

Lingkungan" menjelaskan beberapa cara dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan yaitu : (1). Dengan melalui pendekatan mata pelajaran tertentu, misalnya mata pelajaran IPA. Pada mata pelajaran IPA guru harus dapat menjelaskan bagaimana cara memanfaatkan sampah untuk keperluan pupuk. (2). Dengan pendidikan pengajaran unit yaitu melaksanakan kegiatan

berdasarkan unit-unit pelajaran tertentu, misalnya bagaimana cara berternak, berkebun. (3). Melalui kegiatan esktrakurikuler, olah raga, P3K atau melalui

perlombaan-perlombaan.

Pertimbangan lain dengan digunakannya peralatan sederhana dari lingkungan sekitar seperti yang dikemukakan Vanden Berg (1991 : 25 ), bahwa peralatan tersebut telah mereka kenal dalam kehidupan sehari-hari dan siswa

berinteraksi dengan Iingkungannya. Dengan demikian penggunaan sumber

belajar dari lingkungan yang terdapat di sekitar sekolah tersebut dapat memberi

kesempatan pada siswa untuk mengkaitkan konsep IPA langsung dengan alam

sekitarnya,sehingga muncul suatu pernyataan dan pertanyaan pada diri siswa itu

sendiri pada mata pelajaran IPA khususnya dan pelajaran IPS umumnya.

Bila mengkaji kurikulum GBPP 1994, bahwa mata pelajaran pendidikan ilmu

pengetahuan alam (IPA) di Sekolah Dasar memiliki sumbangan yang sangat

besar dalam upaya mencapaian tujuan, dimana tercantum beberapa kaidah dan

fungsi antara lain adalah sebagai berikut :

1. Memberikan pengetahuan tentang pelbagai jenis perangai lingkungan alam

dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya pada

kehidupan sehari - harl

2. Mengembangkan keterampilan proses.

3. Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk

meningkatkan kualitas kehidupan sehari - hari.

4. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang

saling mempengaruhi anicra kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan

(16)

5. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari -hari maupun melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi.

Tujuan tersebut membawa implikasi pada pola pembelajaran mata

pelajaran IPA di Sekolah Dasar yang dikarakteristik pada upaya penekanan dan

pengenalan dirinya sebagai makhluk sosial yang selalu ingin tahu, terbuka, kritis,

mawas diri, bertanggung - jawab serta kerja sama dan mandiri untuk

mempelajari benda - benda serta kejadian dilingkungan sekitarnya. Karena

melalui pangajaran IPA diharapkan siswa dapat memperoleh pengetahuan, nilai,

keterampilan dan sikap untuk menghadapi kehidupan serta tantangan

-tantangannya. Diharapkan pula siswa mampu bertindak secara rasional dalam

memecahkan masalah - masalah di dalam kehidupan sehari - hari.

Berdasarkan beberapa pandangan dan permasalahan di atas, belajar dengan

berorientasi lingkungan sekitar sekolah dapat membawa aspirasi baru sebagai

pengaiaman belajar siswa untuk lebih memahami dan berinquiry dan berbagai masalah

untuk dipecahkan bersama di dalam diskusi / kerja kelompok di kelas ataupun di luar

kelas, karena IPA memiliki fungsi yang sangat sentral dan esensial bagi pengembangan

dan ketercapaian tujuan pendidikan khususnya dan pendidikan dasar umumnya. Hasil

penelitian sementara ternyata belajar menggunakan lingkungan lebih efektif dan dapat

meningkatkan hasil belajar. Begitu pula hasil penelitian yang ditunjukkan (Suriati,1996),

bahwa usaha guru dalam menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar cukup baik.

Karena dari lingkungan dapat diperoleh barang bekas dan bahan sisa yang dapat diolah

dan dikelola sehingga dapat dijadikan sebagai sumber belajar

Pandangan tersebut tersirat bahwa selain karakteristik siswa, tujuan kurikulum

merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam pemilihan model pembelajaran yang

akan digunakan, hal ini sejalan dengan pandangan Nana Syaodih " bahwa kurikulum

adalah syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah, hal ini mempunyai arti kurikulum

merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkar. dari pendidikan atau pengajaran"

(Nana Syaodih. 1980 : 3). Menurut Lemhardt (1977 : 227) karakteristik kurikulum

adalah" Menyediakan lingkungan yang adaptif bagi kebutuhan pendidikan siswa".

(17)

evaluasi untuk mengukur dimensi kurikulum sebagai kegiatan yang menghasilkan 6 dimensi utama yang berhubungan dengan kurikulum ( S.Hamid.HasanT988 :70) yaitu :

"keadaan kelas, pembagian waktu, prosedur pemberian tugas dalam matematik,

memonitor kemajuan siswa, pemherian kesempatan terhadap siswa untuk mengatur diri

sendiri dan kehadiran siswa ". Untuk mengukur keberhasilan tujuan yang efektifitas pada

pelaksanaan proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar perlu dilaksanakan serangkaian

kegiatan evaluasi hasil belajar siswa dengan menggunakan berbagai teknik - teknik

evaluasi yang dapat dipercaya.

Evaluasi hasil belajar merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan

dari keseluruhan proses belajar mengajar di semua jenis dan jenjang pendidikan.

Oleh karena itu Jarolimek mengibaratkan komponen dasar dalam pendidikan

sebagai " a threefold relationship " yaitu tujuan, proses pembelajaran dan

evaluasi. Menurut S.Hamid.Hasan (1988 : 5) istilah evaluasi merupakan salah

satu istilah yang paling banyak dipergunakan dan didengar orang dalam

kehidupan sehari - hari. Begitupun Oemar Hamalik (1984 : 121 ) bahwa evaluasi

adalah perbuatan pertimbangan (judgment ) berdasarkan seperangkat kriteria

yang disepakati dan dapat dipertanggung jawabkan. Bahkan menurut Azis

Wahab ( 1989 : 80 ) evaluasi merupakan salah satu bagian penting dalam

keseluruhan proses belajar mengajar. Dengan demikian evaluasi merupakan hal

yang sangat penting di dalam proses belajar mengajar di berbagai ilmu

pengetahuan untuk mendapat informasi tentang kemajuan hasil belajar siswa

yang optimal dan menguji ulang ketidak puasan hasil seseorang. Begitu pula

dalam kehidupan sehari - hari perlu pula dievaluasi. Oleh karena itu guru

sebagai pendidik harus memiliki potensi untuk memilih model pembelajaran yang

dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa dan tuntutan kurikulum.

B. Perumusan Masalah.

Untuk memahami berbagai permasalahan dalam implementasi

pembelajaran di lapangan, terdapat beberapa fenomena atau kasus yang

mengungkapkan bermacam kondisi yang berkenaan dengan kegiatan beiajar

mengajar di dalam kelas dengan dipandu oleh beberapa hasi! penelitian dan

pengamatan antara lain :

(18)

1. Jarang sekali terlihat tatanan kelas menunjukkan ciri - ciri CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif). Hiasan dinding hasil karya siswa tidak banyak terdapat. 2. Peranan perpustakaan hampir tidak ada, meskipun ruangan yang disebut

perpustakaan itu ada.

3. Masih banyak terjadi jawaban serempak atas pertanyaan guru. Siswa

berlomba - lomba menjawab pertanyaan guru, sehingga ada kesan suasana

kelas bukannya" hidup" tetapi "hiruk pikuk". Keadaan ini menyulitkan guru

untuk memberikan umpan balik korektif kepada jawaban siswa.

Dari hasil studi lapangan menunjukkan bahwa pola belajar mengajar di

Sekolah Dasar cenderung masih menggunakan pola komunikasi searah dan

siswa masih berperan sebagai penerima informasi. Penggunaan sumber belajar

dari lingkungan yang ada di sekitar sekolah dan di luar sekolah masih belum

dimanfaatkan oleh para guru di dalam pembelajaran IPA. Sumber belajarnya

masih terbatas pada penggunaan buku teks yang dimiliki guru ataupun peserta

didik, sehingga ruang lingkup sajian materi terbatas pada materi yang terdapat

dalam buku sumber yang tersedia.

Berdasarkan hasil penelitian Sri Rejeki dan Nirwana ( 1985, 1996 ) bahwa belajar

menggunakan lingkungan lebih efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar. Dengan

demikian lingkungan yang berada di sekitar sekolah dan di luar sekolah dapat pula

menunjang proses belajar mengajar dalam IPA, jika disertai dengan kemampuan guru dan

kreatifitas siswa yang dimilikinya. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran

IPA adalah ketidak siapan guru dalam proses belajar mengajar. Hasil dari beberapa

penelitian terdahulu dan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan.

pelaksanaan proses belajar mengajar IPA, guru tidak melatih siswa untuk berpikir kritis

sehingga pada gilirannya siswa hanya menghapal sejumlah fakta dan informasi yang

disampaikan guru atau buku. Untuk membangkitkan keaktifan siswa belajar dalam proses

belajar mengajar IPA, guru perlu membawa siswa ke dalam proses inquiry dimana siswa

bebas bertanya atau mengeiuarkan pendapatnya sesuai dengan kemampuan berimajinasi

dan pengalamannya yang didapat selama ini.

Memperhatikan tataran pemikiran yang terdapat dalam latar belakang

(19)

melalui " Action Research and development." Penelitian ini akan mengkaji

dimensi proses belajar mengajar IPA di mana fokus masalah yang diteliti dari

rumusan masalah adalah "Bagaimana mengembangkan pembelajaran inquiry

yang berorientsi lingkungan dalam kuhkulum IPA SD. Tujuan dari kegiatan

belajar mengajar dengan menggunakan model inquiry ini adalah untuk; (1).

Menumbuhkan situasi keakraban diantara peserta atau anak didik di dalam

diskusi atau kerja kelompok. ( 2 ). Membiasakan berfikir secara sistimatis dan

analitis dalam memecahkan masalah dan mengajukan hipotesis.( 3 ).

Membiasakan berfikir objektif dan empirik dengan didasari oleh pengaiaman atau

data yang diperolehnya, bahwa model inquiry ini cocok diterapkan pada mata

pelajaran IPA tingkat Sekolah Dasar kelas V (lima) dan kelas VI (enam), dimana

model ini melibatkan siswa untuk mengidentifikasi atau menemukan problem

yang ingin ia selidiki serta menentukan sendiri cara - cara memecahkan

problema tersebut.

Lingkungan di sekolah atau di luar sekolah dapat dijadikan sumber belajar sebagai alat atau media, jika di sekolah tersebut belum memiiiki ruang

laboratorium. Selain itu ada pula beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas

pendidikan, misalnya; Guru, siswa, Kurikulum, dan Lingkungan ( Nana

Syaodih, 1988 : 4). Suchman menyatakan dimensi - dimensi lain terhadap

pemyataan bahwa anak adalah suatu sistem yang aktif dan memberikan

tanggapan terhadap dunia nyata serta benda - benda kongkrit. Siswa dapat

bertindak pula untuk mengubah lingkungan atau menimbulkan jumpaan-jumpaan baru sehingga mengembangkan data baru.Lingkungan juga secara

efektif dan efisien dapat menunjukkan peningkatan prestasi belajar siswa dan

kemampuan penyesuaian diri pada siswa sesuai dengan kriteria keberhasilan

yang diharapkannya dengan waktu yang dipergunakan relatif mudah dicatat.

Namun satu hal, ialah mengenai tingkat penyesuaian diri pada kriteria pertama

juga akan lebih banyak bersifat pertimbangan (judgetmen ). Meskipun demikian

ke dua kriteria ini memerlukan pula data dan informasi yang serupa sifatnya ialah

emfirik dan lebih rasional. Guru diharapkan mampu mempergunakan ke dua cara

pendekatan rasional dan empirik ini. Untuk memperjelas apakah inquiry (temuan)

(20)

efektif dan efesien, sehingga terjadi proses inquiry dalam suatu tipe tingkah laku

yang nyata, kongkrit, tidak samar - samar dan tidak membingungkan , maka inquiry perlu mendapat perhatian secara tegas dan jelas dengan melalui langkah

- langkah sebagai berikut:

Pemecahan alternatif

hipotesa atau rencana penyelesaian

Perumusan

Tujuan

Pelaksanaan

^

Kesimpulan terhadap

data baru

^

^ Generalisasi w

Tes

Hipotesa data

Mengembangkan Keseimpulan

Bagan 1. Mode! terjadinya proses inkuiri

Proses inquiry ini akan berlangsung hingga temuan - temuan baru mempunyai

makna bagi siswa yang terlibat. Guru di dalam kelas dapat mengambil langkah

- langkah tertentu untuk mendorong inquiry bagi siswa. Di samping

memperhatikan masalah model ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

suatu peristiwa beiajar mengajar di sekolah. Adapun faktor yang mempengaruhi

adalah sebagai berikut :

*. Tujuan pengajaran IPA

Faktor ini menentukan arah kegiatan dimana aspek pengetahuan, keterampilan,

sikap dan nilai merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam pengajaran.

(21)

Faktor ini merupakan subjek yang terlibat dalam peristiwa belajar mengajar dimana aspek usia, kemampuan, minat, latar belakang dan motivasi serta lainnya yang mempengaruhi terjadinya proses belajar sedangkan faktor guru sebagai penentu keberhasilan di dalam proses belajar mengajar.

*. Bahan atau materi.

Faktor yang menyangkut aspek bahan atau materi yaitu yang harus diberikan di

dalam mengajar.

*. Ekonomi dan administrasi.

Faktor ini menyangkut faktor yang menentukan keberhasilan yang terjadi di

lingkungan. Faktor ini secara luas dapat dilihat sebagai kondisi lingkungan yang

berpengaruh dan harus dihadapi guru dalam menjalin suatu pendekatan

terutama tingkat kepedulian lingkungan untuk menyediakan berbagai fasilitas

bagi siswa untuk melaksanakan belajar. Hal tersebut berkaitan dengan sosial

ekonomi orang tua, gedung sekolah, anggaran belanja, aspirasi serta keyakinan

masyarakat untuk menyokong kegiatan sekolah baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Lebih lanjut lagi Suchman ( M. Amien, 1987 : 131 ) menyarankan kepada

guru di dalam kelas harus mengambil langkah-langkah tertentu untuk mendorong

siswa ke dalam inquiry bahwa guru harus :

1. Menciptakan kemerdekaan untuk memiliki dan mengekspresikan ide-ide dan

mengetes ide - ide tersebut dengan data.

2. Menyediakan suatu lingkungan yang responsif sehingga : setiap ide, gagasan didengar dan dimengerti serta setiap siswa dapat memperoleh data yang

diperlukan;

3. Membantu siswa menemukan suatu pengarahan untuk bergerak maju

menuju kesuatu tujuan untuk pengajaran tingkat intelektual.

Pertanyaan Penelitian.

Sebagai bahan untuk membatasi permasalahan ini maka peneliti

membentuk beberapa pertanyaan antara lain :

1. Apakah kurikulum IPA mengakomodasi model pembelajaran inquiry pada lingkungan dalam mata pelajaran IPA ?

(22)

2. Kondisi guru, siswa, dan fasilitas apa saja dalam pembelajaran IPA selama

proses belajar mengajar ?

3. Apakah model pembelajaran inquiry dapat melibatkan siswa dalam proses

pembelajaran IPA ?

4. Bagaimana hasil yang diperoleh guru dan siswa setelah proses belajar

mengajar IPA ?

5. Faktor - faktor apa saja yang dapat menghambat guru dan siswa dalam

pembelajaran inquiry pada pelajaran IPA ?

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pokok-pokok masalah yang

diteliti, dalam bagian berikut ini akan dijelaskan secara operasional beberapa

istilah yang di pandang untuk diketahui kejelasannya. Seperti pendapat Tuchman

(1975 : 79) tentang definisi operasional yaitu, "An operational definition based on

observable characteristics of that which's in being defined". Dari pengertian di

atas dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Mengembangkan model pembelajaran inquiry yang berorientasi lingkungan dalam IPA yaitu suatu model penemuan dengan cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses kegiatan pemecahan masalah atau temuan - temuan dengan disesuaikan tingkat perkembangan siswa Sekolah Dasar. Dalam buku M. Amien "Discovery inquiry " adalah suatu

perluasan proses - proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa, karena inquiry mengandung proses - proses mental lebih tinggi tingkatannya. Kunci dari proses inquiry adalah menanyakan atau mengajukan

pertanyaan - pertanyaan yang signifikan dan dapat pula dikatakan sebagai

keterampilan proses yaitu serangkaian tindakan yang melahirkan produk / hasil

kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan Untuk mengetahui keberhasilan dalam proses belajar mengajar periu

diadakan evaluasi sebagai alat ukur kemampuan intelektual siswa pada pembelajaran. Adapun evaluasi yang dipergunakan pada pembelajaran dengan bentuk non tes adalah evaluasi hasil belajar yang berupa serangkaian

pertanyaan, pernyataan atau tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh

(23)

siswa dengan bentuk evaluasi non tes inquiry (1). wawancara (interview). (2).

Kuesioner. (3). tugas laporan dan ditambah dengan uji coba / eksperimen sebagai alat untuk mengukur rasa tanggung jawab , sikap dan percaya diri siswa terhadap apa yang sedang terjadi atau yang dialaminya.

2. Berorientasi pada lingkungan sebagai sumber belajar untuk mencapai tujuan

pendidikan umum dan tujuan pendidikan lingkungan khususnya seperti yang telah dibahas pada latar belakang masalah. Berorientasi pada lingkungan bermaksud mengamati lingkungan alam yang terdapat di sekitar sekolah dan di luar sekolah untuk

mempelajarinya, diharapkan siswa dapat menumbuhkan kesadaran dan kekaguman

terhadap alam sekitar, perubahan - perubahan dan mengerti adanya saling ketergantungan

satu sama lain serta memahami apa yang dapat dilakukan manusia untuk membuat

Iingkungannya lebih bersih, sehat dan indah. Dengan demikian siswapun dapat

menyadari, bahwa lingkungan sekitarnya dapat membawa aspirasi baru pada dirinya

sendiri sebagai pengaiaman yang berarti.

3 Proses belajar mengajar melalui inquiry adalah dengan adanya tanya jawab,

diskusi / kerja kelompok, memecahkan masalah, mencari problema, adanya uji

coba / eksperimen / demonstrasi, merancang, menyusun serta menyimpulkan

dan mengevaluasi. Di mana guru dan siswa bekerja sama untuk memperoleh

kebenaran dan keabsahan sebuah hasil selama peristiwa belajar mengajar

terjadi. Guru berperan sebagai pembimbing untuk mengamati prilaku siswa

terutama selama kegiatan eksperimen ( uji coba ) terjadi, siswa bebas berbuat,

bertindak tanpa ragu - ragu dengan imajinasi yang dimilikinya. Didukung pula dengan lingkungan yang cukup memadai untuk terjadinya proses inquiry. Kelas

yang dapat dikatakan berinquiry apabila terjadi interaksi antara guru dan siswa

atau antara siswa dan siswa atau guru - siswa dan lingkungan dengan di ikuti

berbagai kegiatan sebagai fenomena utama siswa untuk berinquiry, misalnya:(1). Adanya tanya jawab antara guru dan siswa dengan mengeluarkan pendapat masing - masing antara siswa dan siswa. ( 2 ). Adanya diskusi atau kerja kelompok untuk mencari, menemukan problema dan memecahkan masalah

bersama - sama. ( 3 ). Adanya uji coba atau eksperimen sesuai dengan kaidah

dan masalah yang sudah dipersiapkan untuk diamati bersama baik secara

(24)

kelompok ataupun individu untuk membawa siswa ke dalam situasi kebersamaan dengan bebas penuh rasa tanggung jawab serta percaya diri. (4). Adanya evaluasi bentuk non tes untuk memperoleh hasil selama siswa mengikuti proses belajar mengajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam ) di dalam kelas atau di luar kelas

(lingkungan dalam sekolah dan luar sekolah ). Dengan demikian, bahwa inquiry

atau temuan dapat membantu terjadinya proses belajar mengajar andaikata

guru dapat mengajak serta membawa siswa ke dalam situasi peristiwa terjadinya

proses pembelajaran untuk menemukan dan memecahkan masalah, dapat

menyimpulkan dan menganalasis segala sesuatu yang terjadi selama peristiwa

proses belajar mengajar berlangsung. Begitupun gedung, luas kelas, waktu,

keadaan sosial, sarana pra sarana ikut berperan sebagai lingkungan sekolah

yang cukup memadai.

C. Tujuan Penelitian.

Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan model

belajar inquiry dengan memperoleh gambaran mengenai suatu bidang

permasalahan yang berkenaan dengan implementasi pengajaran IPA di sekolah

dasar, terutama dilihat dari segi lingkungan sebagai sumber belajar pada

keterampilan proses. Dengan gambaran tersebut dapat dijadikan untuk

memperbaiki arah sistem pengajaran terutama yang berkenaan dengan

pelaksanaan pengajaran IPA di tingkat kelas. Sehubungan dengan tujuan

tersebut secara spesifik diarahkan kepada hal - hal sebagai berikut:

Untuk mengetahui pendapat guru dan siswa berkenaan dengan model inquiry

yang diterapkan dalam mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar. •

Menggambarkan cara guru merencanakan model dan aktifitasnya dalam

pelaksanaan pembelajaran dengan model tersebut.

Mengetahui kegiatan yang dilaksanakan peserta didik (siswa) pada waktu

mengikuti pelajaran dengan menggunakan lingkungan sekitar sebagai slat atau

sumber belajar dalam pelajaran IPA.di Sekolah Dasar.

Meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan IPA yang diselenggarakan guru

(25)

- Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran IPA tingkat Sekolah Dasar.

Mengungkapkan cara guru mengevaluasi hasil belajar siswa dalam kegiatan

belajar mengajar dengan berkenaan model tersebut.

E. Manfaat Penelitian

Dengan pengembangan model pembelajaran inquiry tersebut diharapkan

akan bermanfaat dan berguna baik secara praktis dan teoritis bagi mereka yang

terlibat langsung di dalamnya.

1. Dari hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan dasar bagi guru IPA untuk

lebih memahami dan mendalami lingkungan sebagai sumber belajar pada proses belajar mengajar dan manisfestasi dari upaya penyempurnaan kurikulum Sekolah Dasar 1994 serta menyadari pentingnya melibatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar mengajar dalam

pengajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam ).

2. Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan pembinaan profesi guru oleh Kepala Sekolah, terutama dengan perkembangan pengajaran IPA berdasarkan keterampilan proses bagi guru,

siswa dapat mengembangkan kegiatan serta meningkatkan kreativitas dalam

mencapai tujuan yang lebih baik.

3. Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat melatih kemampuan berpikir siswa melalui proses inquiry dan memberi rangsangan kepada guru dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran IPA dengan melalui perbaikan - perbaikan

pada proses belajar mengajar ( evaluasi).

4. Penelitian ini diharapkan pula menggugah para orang tua siswa, bahwa

pendidikan di sekolah memerlukan dukungan untuk menciptakan kondisi para siswa untuk siap belajar dengan mendapat perhatian khusus dari para orang

tua ataupun masyarakat secara umum.

5. Temuan penelitian ini, secara teoritis dapat memberi sumbangan masukan

-masukan dalam upaya peningkatan kualitas pelaksanaan model

pembelajaran IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam ) yang berorientasi lingkungan dengan pelaksanaan evaluasi hasil belajar non tes bentuk inquiry

(26)

diharapkan guru, siswa, Kepala Sekolah dan orang tua lebih memahami

tentang model pembelajaran IPA tersebut.

6. Menerapkan model inquiry secara teoritis untuk melatih kemampuan berpikir

kritis dan ilmiah siswa dalam berbagai masalah. Dan merangsang minat serta

motivasi siswa Sekolah Dasar untuk belajar lebih luas lagi.

7. Sebagai penulis dari hasil penelitian ini sangat berarti sekali dari segi pengaiaman sebagai wawasan pengetahuan dan bahan perkembangan ilmu

pengetahuan.

(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN.

Dalam bab ini menguraikan suatu kajian mengenai hal - hal yang berkaitan dengan

kegiatan penelitian di lapangan baik dalam rangka persiapan maupun pelaksanaan penelitian. Adapun topik bahasan dalam bab ini adalah sebagai berikut:

A. Pendekatan Penelitian.

Penelitian ini bermaksud mengembangkan suatu model pembelajaran inkuiri dengan

berorientasi lingkungan di dalam IPA Sekolah Dasar ( SD ) sesuai dengan karakteristik masalah yang dikaji, langkah pertama yang dilakukan sipeneliti untuk mengembangkan

model tersebut terlebih dahulu diawali dengan kajian pendahuluan mengadakan uji coba

terbatas yang diarahkan kepada sejumlah siswa yang ada di lingkungan Sekolah Dasar

Cikutra ( 15 siswa ) dengan berbagai karakteristik dan wawancara bersama guru serta

Kepala Sekolah yang berada di lingkungan Sekolah Dasar tersebut. Untuk menelusuri guna menemukan model pembelajaran yang cocok diterapkan di Sekolah Dasar dan mampu meningkatkan kualitas pelaksanaan proses belajar mengajar terutama di dalam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA ). Penelitiannya dikatagorikan kepada penelitian action

research. Pada penelitian model sipeneliti bukan hanya sekedar memecahkan masalah

pembelajaran yang ada di kelas saja, tetapi juga berupaya meningkatkan profesionalisme

guru dengan melalui kegiatan kajian reflektif dan kolaboratif. Seperti yang diungkapkan

David Hopkins (1993 : 44) adalah : "Action research combines as subtantive act with a

research procedure, it is action disciplined by inquiry a pesonal attempt at understanding

while engaged in process of improvement reform. " Dalam pendidikan action research

adalah mencakup pengembangan kurikulum sekolah, perbaikan program

sekolah,pengembangan

profesional,

pengembangan

kebijaksanaan

dan

sistem

perencanaan.

Secara esensialnya, penelitian tindakan ( action research) merupakan paduanantara

prosedur penelitian dan tindakan subtantif. Sebagai prosedur penelitian, model tindakan

ini memiliki ciri suatu kajian reflektif diri secara inquiry, partisipasi diri dan kolaboratif

terhadap latar alamiah atau implikasi dari suatu tindakan.Tindakan subtantif memiliki ciri

dengan adanya intervensi skala kecil dengan mempungsikan kealamiahan latar sebagai

(28)

upaya diri untuk melakukan reformasi dan peningkatan situasi sosial ( Cohen & Manion,

1990 : 23, Hopkins, 1993 : 45 ). Melalui pendekatan penelitian tindakan kelas

keterampilan guru diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapinya di kelas

akan semakin meningkat ( Hokins, 1993 , Borg, 1986 ) tennasuk permasalahan dalam

pelaksanaan evaluasi hasil belajar siswa dan guru akan memperoleh pengaiaman secara

replektif dan kolaboratif dalam kaitannya dengan proses pembelajaran di kelas. Adapun

paradigma yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas adalah "Simultone ous

integrated action research" (Oja dan Smulyan, 1989 ), karena selain merekam segala

sesuatu yang berkaitan dengan kondisi awal dilapangan, juga menyusun suatu model dan

menerapkannya pada kegiatan proses belajar mengajar serta menganalisisnya dengan

berdasarkan saran - saran dalam uji coba penerapan model. Dengan kata lain kualitatif

dapat menggambarkan situasi yang bersifat kompleks (multiple) dan saling

ketergantungan (interdependensi ) serta hal tersebut harus diterima oleh sipeneliti

sebagaimana adanya.

Program tindakan yang bertolak dari informasi - informasi aktual yang diperoleh

dari realitas latar secara wajar yaitu : guru, siswa serta proses belajar mengajar yang

sedang berlangsung. Sejumlah kecil guru dan siswa sebagai sumber data kasus penelitian

diharapkan pelaksanaan kegiatan ini lebih mendalam terutama dalam rangka mengkaji

pelaksanaan pendekatan inquiry pada pengajaran EPA di Sekolah Dasar (SD) tanpa

terlepas dari rambu - rambu yang ada pada kurikulum. Secara tegas Said Hamid Hasan (1988 : 129 ) menyatakan tentang model studi kasus dalam penelitian pendidikan adalah sebagai berikut : (1). Model studi kasus memusatkan perhatiannya kepada kegiatan di

suatu unit kegiatan pendidikan. (2). Data yang dikumpulkan terutama data kualitatif.

Karena data kualitatif dianggap lebih mengungkapkan apa yang ada dilapangan. (3).

Adanya kenyataan yang tidak sepihak (multiple realitis ) maksudnya adalah sesuatu yang

berhubungan dengan konteks dari individu yang terlibat.

Berdasarkan esensi masalah yang dikaji, pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan adalah pendekatan kualitatif dengan alasan peneliti berupaya

melakukan telaah secara seksama setiap permasalahan yang terkait dengan obyek yang

sedang dikaji. Selain yang ditemukan dilapangan untuk dianalisis, direfleksi dan direvisi sebagai dasar perbaikan pelaksanaan tindakan berikutnya. Oleh karena itu peranan

(29)

peneliti berupaya mengeksplorasi kegiatan evaluasi hasil belajar siswa di kelas.

Bersamaan dengan kegiatan eksplorasi, peneliti melakukan analisis dan mengadakan

rekonseptualisasi (modifikasi) untuk dijadikan dasar perbaikan tindakan berikutnya.

Pengembangan model pembelajaran inkuiri dalam mata pelajaran IPA yang telah

dibahas pada bab sebelumnya bertujuan untuk memperbaiki pengetahuan guru dan

keterlibat siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas

pengajaran EPA yang selama ini dianggap sebagai suatu masalah di Sekolah Dasar.

Peneliti sengaja dalam penelitian ini menggunakan metoda action research, pemyataan

John Elliott ( 1993 : 49 ) bahwa "Thefundamental aim ofaction research is to improve

rather than to produce knowledge ". Maksud dari tujuan dasarnya adalah action research

tidak menekankan kepada penemuan suatu pengetahuan baru, akan tetapi memperbaiki

atau menyempurnakan pengetahuan yang sudah ada. Dimana langkah - langkahnya

dimulai dari pengembangan ide, perencanaan dan pelaksanaan tidak akan terputus.

Artinya setelah selesai melaksanakan suatu tindakan peneliti akan dihadapkan kepada

persoalan baru yang didapatkan dari hasil penelitian, sesuai dengan hakekat yang

dicerminkan oleh action research spiral, di mana penelitian tindakan kelas ini dapat

dimulai dari mana saja.

Pendapat Kemmis, David Hopkins dan juga Elliott, bahwa setiap siklus terdiri

dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (plan ), pelaksanaan (action ), pengamatan

( observation), dan refleksi ( reflect) ( Kemmis & Taggoret, 1981 dalam Hopkins, 1993,

Mcviff, 1992 j.Begitupun pada siklus ke dua dan seterusnya guru bersama sipeneliti melakukan perbaikan perencanaan (Revised Plan),pelaksanaan (Action ),pengamatan

(Observe) dan refleksi (Reflective ).

A. Tahap - Tahap Penelitian.

Pada tahapan penelitian ini akan menggunakan prinsip daur ulang antara lain yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan dengan disertai observasi dan refleksi Hopkins, 1993, Mc. Niff, 1992, Waseso, 1994 . Dengan mendaur ulang empat pokok ini dapat menemukan suatu masalah dan dicarikannya solusi yang berupa perencanaan, perbaikan, pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan dengan disertai kegiatan

observasi, lalu direfleksi melalui diskusi balikan bersama peneliti dan guru sehingga

menghasilkan suatu tindakan berikutnya, agar terjadinya suatu proses inkuiri

(30)

berlangsung. Peneliti mengambil langkah - langkah model yang digambarkan dengan

sebuah spiral Penelitian Tindakan kelas (PTK ) yang sudah diadaptasi dari Hopkins ke

dalam bagan sebagai berikut:

Plan

Reflective

Action /

Observation

Reflective

Action /

Observation

Reflective

Action /

Obsevation

Daur ulang dalam spiral Penelitian Tindakan Kelas dalam kegiatan penerapan

model. ( Yang telah diadaptasi dari Hopkins, 1993,48 ).

(31)

Adapun secara operasional tahap - tahap dari masing - masing siklus antara lain :

1. Perencanaan.

Dari kegiatan identifikasi masalah yang dilaksanakan pada studi pendahuluan, peneliti dan guru merencanakan langkah - langkah penerapan model pembelajaran inkuiri sesuai dengan pokok bahasan yang ada pada kurikulum. Pada tahap perencanaan ini disepakati mengenai fokus yangakan di observasi, kriteria- kriteria penilaian, materi atau topik bahasan yang disampaikan beserta buku sumber, tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan evaluasi hasil belajar siswadengan melalui percobaan ( eksperimen ) serta teknik evaluasi non tes di kelas V (lima ) Sekolah Dasar, sehingga menghasilkan suatu program pengembangan tindakan yang akurat sesuai dengan situasi lokasi di mana program tindakan dikembangkan. Tetapi pada tahapan ini ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu : revisi dan perubahan rencana dalam mata pelajaran EPA dan keduanya disusun secara fleksibel untuk mengadaptasi berbagai pengaruh yang mungkin muncul di lapangan yang tidak terduga maupun dari kendala sebelumnya. Perencanaan inipun disusun dan dipilih atas dasar pertimbangan untuk dilaksanakan secara efektif, partisifatif dan kolaboratif.

Fokus yang di observasi dalam penelitian tindakan ini adalah proses pembelajaran

dengan pelaksanaan evaluasi hasil belajar melalui model inkuiri (tanya- jawab, diskusi /

kerja kelompok, uji coba / eksperimen dan lain - lain ) serta hambatan - hambatan yang

muncul ketika terjadinya proses belajar mengajar. Dalam observasi peneliti menggunakan

pedoman yang telah dipersiapkan dan membuat catatan - catatan lapangan yang dianggap

penting selama penerapan / pengembangan model berlangsung. Aspek - aspek yang di

observasi difokuskan kepada pengetahuan guru dan kesiapan guru dalam menerapkan

model inkuiri sesuai dengan harapan serta kaidah - kaidah teoritis yaitu : (a).Penjelasan

tujuan pelaksanaan evaluasi. (b). Penjelasan tata cara pengisian atau penyelesaian soal

-soal dan tugas. (c). Penjelasan tentang kriteria penilaian. (d). Bagaimana menumbuhkan

semangat dan motivasi belajar siswa dan keterampilan mengembangkan / menerapkan

(32)

model, (e). Memberi layanan kepada siswa serta menindak lanjuti hasil evaluasi yang dihasilkan siswa.

Materi yang akan dikembangkan dalam penelitian tindakan kelas ini bersumber dari tiga pokok bahasan yang terdapat pada catur wulan satu kelas V (lima ) Sekolah Dasar yang ada pada kurikulum 1994 dan sudah disuplemen antara lain :

( 1 ). Makhluk hidup menyesuaikan diri dengan Iingkungannya dan hubungan antara makhluk hidup, dengan sub pokok bahasan : ( a ). Makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkunganya untuk memperoleh makanan. ( b ).Makhluk hidup melindungi

dirinya dari musuhnya. ( c ). Adanya saling ketergantungan antara manusia, hewan dan

tumbuhan.

( 2 ). Tumbuhan berhijau daun dapat membuat makanan sendiri, dengan sub pokok bahasan : ( a ). Pembuatan makanan pada tumbuhan hijau daun memerlukan bantuan cahaya. ( b ). Tumbuhan menyimpan makanan cadangan yang digunakan untuk keperluan

hidupnya ( umbi, biji, batang).

( 3 ). Makanan, alat pencernaan dan kesehatan, dengan sub pokok bahasan : Pencernaan

makanan dimulai dari rongga mulut, kerongkongan, lambung usus halus / besar, poros

dan dubur (lihat lampiran. 1).

2. Pelaksanaan Tindakan Dan Observasi.

Pada tahapan pelaksanaan ini, guru melaksanakan kegiatan sesuai dengan apa yang telah dirancang ( lihat lampiran 3 ). Kegiatan evaluasi model inkuiri dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar berakhir. Alokasi waktu pelaksanaan evaluasi ini di

bagi menjadi:

( a ). Untuk model kuesioner dalam tes pemahaman / ingatan jumlah pertanyaan sebanyak

4 atau 5 pertanyaan dengan waktu 20 menit.

( b ). Penerapan model laporan siswa, guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat

laporan singkat tentang pengalamannya selama proses belajar mengajar berlangsung atau

hasil pengamatan dan pengalamannya yang didapat dilingkungan sekitar siswa sebagai

pekerjaan rumah.

( c ). Percobaan ( eksperimen ) mengenai fotosintesis pada tumbuhan berhijau daun dengan waktu yang diberikan 2 jam pelajaran sesuai jadual yang telah diatur atau dialokasikan tanpa mengganggu pelajaran lain. Selama kegiatan evaluasi yang sedang

(33)

dilakukan siswa, peneliti , guru dan Kepala Sekolah bersama - sama mengamati proses

kegiatan evaluasi termasuk kendala, hambatan atau permasalahan yang muncul pada saat

kegiatan pembelajaran berlangsung. Tetapi sebelumnya peneliti mengajukan ijin

permohonan penelitian kepada beberapa instansi terkait termasuk ijin dari PPS UPI

Bandung. Karena dengan melalui survai pendahuluan dapat memperoleh beberapa

permasalahan yang perlu di teliti dan dikaji. Untuk mensiklus dan mempermudah

pengumpulan data serta informasi - informasi, peneliti mengambil salah satu Sekolah

Dasar sebagai subyek penelitian tanpa meninggalkan kewajiban si peneliti sebagai

pendidik.

Peneliti juga mengadakan wawancara dengan para guru dan Kepala Sekolah untuk

mengetahui pandangan tentang pembelajaran EPA dan model inkuiri. Dalam perkenalan

ini diutarakan pula maksud penelitian, prosedure pengumpulan data, perkiraan waktu

yang diberikan untuk mengumpulkan data dengan mencoba mempelajari situasi dan

kondisi sekolah dengan cara berkomunikasi langsung dengan mereka. Hal ini ditempuh

untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dalam

pengumpulan data yang lebih terinci dan terarah, sekaligus mengakrabkan diri dengan

cara tidak berperan sebagai evaluator, tetapi menimba pengaiaman dari guru dan

menggalang rasa saling percaya untuk merahasiakan infomiasi- informasi yang telah

diberikan. Pengumpulan data ini dapat berjalan lancar, peneliti menggunakan pedoman

observasi, wawancara, radio kaset, tustel dan sejumlah dokumen sekolah yang berkaitan

dengan pokok permasalahan penelitian. Faktor siswapun menjadi sasaran utama dalam

penelitian karena menyangkut kondisi dan karakteristiknya.

Metoda mengajar yang digunakan oleh guru, sumber belajar maupun sistem

evaluasinya perlu menjadi bahan kajian di dalam penelitian, begitupun lingkungan sekitar

sekolah.Menyusun dan mengimplementasikan model bersama guru dengan

memperhatikan data sesuai dengan hasil studi pendahuluan, tetapi selama implementasi

berlangsung dilakukan observasi sebagai umpan balik perbaikan, dimana perhatian

ditujukan kepada kemampuan guru menerapkan model pembelajaran inkuiri dalam IPA

sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati bersama.

(34)

Aktifitas dan motivasi belajar siswa tidak luput dari perhatian utama pula,

bagaimana proses pemecahan masalah seperti kemampuan bertanya dan keberanian

mengemukakan pendapat yang telah diperolehnya.

Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu action research yang

dikembangkan oleh Elliott, maka langkah - langkah pelaksanaan penelitian ini akan

digambarkan pada bagan berikut ini:

Studi Pendahul

Pra Survey

Perencanaan

Model I Evaluasi

Pengembangan uji cvoba -• Perencanaan modelmodel -2 w ^ r

1r 1 ' V V

I. 2. 3. 4. 5. Implementasi model yang akan dikembangkan. Kondisi &Kinerja guru dan siswa. Saran.alat media dan

sumber. Lingkungan Sekolah. Manajemen. 1. 2. 3. 4. Tujuan. Proses belajar mengajar guru dan siswa. Alat, media, sumber. Evaluasi. 1} 1. Dimensi. 2. Implementasi 3. Evaluasi 4. Penyemnuma a n .

1. Tujuan. 2. PBM guru dan siswa. 3. Alat, media dan sumber. Evaluasi 3" 1

Danseterusnya ^ Implementasi ^^

Bagan 2. Langkah-langkah Penelitian

Untuk memperjelas bagan - bagan tesebut pada langkah - langkah penelitian

antara lain :

1. Mengadakan Pra Survey / Studi pendahuluan.

Pra survey atau studi pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan data yang

dianggap penting dan sesuai dengan tujuan penelitian, sedang data yang diharapkan di

dalam studi pendahuluan atau pra survey adalah :

1.1. Faktor implementasi model yang akan dikembangkan pada mata pelajaran IPA adalah model inkuiri yang berorientasi lingkungan dimana guru, sipeneliti membicarakan

(35)

1.2. Faktor guru, tentang bagaimana pandangannya terhadap mata pelajaran IPA dan model inquiry sedangkan faktor siswa, bagaimana kondisi dan karakteristik siswa dalam

mata pelajaran EPA.

1.3. Di dalam proses belajar mengajar IPA selama berlangsung, metode apa yang

digunakannya, alat, sumber, media dan sarana lainnya serta sistem evaluasi yang

bagaimana yang digunakan dalam proses belajar mengajar IPA selama ini.

1.4. Lingkungan sekolah yang bagaimana yang dapat dijadikan sumber penelitian, baik gedung sekolah, sarana pra sarana, ruang kelas maupun lingkungan sosialnya.

1.5. Faktor managementnya yaitu tentang organisasinya, administrasinya,

hubungan-hubungan sosialnya dan lain- lain.

2. Menyusun perencanaan model pembelajaran oleh sipeneliti dengan pertimbangan dari

guru kelas, berdasarkan hasil studi pendahuluan dan rumusan yang telah disiapkan tanpa

melepaskan diri dari rambu - rambu yang ada pada kurikulum.

3. Mengimplementasikan model pembelajaran oleh guru berdasarkan perumusan yang

telah diajukan peneliti sebagai umpan balik dengan memperhatikan :

3.1. Faktor kemampuan guru menerapkan inkuiri dalam perencanaan, perubahan

pelajaran, pengelolaan atau sebagai evaluator atau penanya.

3.2. Faktor motivasi belajar siswa dalam setiap tahapan inkuiri dan beraktivitas pada

kemampuan proses memecahkan masalah, baik itu kemampuan bertanya,atau

mengemukakan pendapat.

4. Peneliti dan guru melakukan diskusi perbaikan dengan berdasarkan hasil observasi awal selama proses belajar mengajar berlangsung.

5. Menyusun kembali model pembelajaran dengan pertimbangan guru dan mengimplementasikan serta merevisi program yang telah ditentukan, langsung mengevaluasi model tersebut sampai pada topik yang telah dirancang. Informasi

-informasi yang telah terkumpul kemudian diberikan kembali kepada guru untuk dicek kebenarannya lalu diperbaiki dan disempurnakan. Begitupun selanjutnya sampai pada titik penemuan yang dapat dipercaya sesuai dengan model pembelajaran yang telah

dirancang pada bab sebelumnya.

(36)

3. Refleksi.

Pada tahapan ini, peneliti dan guru mendiskusikan hasill pengamatan dan catatan -catatan yang diperoleh selama observasi secara sistimatis dari hasil proses pembelajaran. Hasil dari pengamatan tersebut di refleksi, di recheck dan di analisis serta di interpretasi yang kemudian disimpulkan keabsahannya dan dari kesimpulan tersebut dapat dijadikan dasar sebagai penyusunan rencana tindakan berikutnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan

untuk merumuskan profosisi awal yang kemudian dituangkan ke dalam suatu rencana

awal tindakan. Refleksi ke dua dilakukan pada setiap akhir pelaksanaan tindakan persis seperti yang telah dicatat selama observasi. Begitupun untuk refleksi selanjutnya sampai

dapat memperoleh keabsahan yang jelas.

C. Instrumen Penelitian / Teknik Penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian disesuaikan dengan

tradisi penelitian kualitatif di mana yang mejadi instrumen utama dalam penelitian adalah

peneliti itu sendiri ( human instrument ). Peneleti langsung turun ke lapangan ( kelas )

untuk mengumpulkan data dari berbagai informasi yang diperlukan. Oleh karena itu untuk

mengefektifkan pengumpulan data,peneliti memanfaatkan alat bantu sesuai dengan fokus

permasalahan antara lain : (1). Pedoman observasi. (2). Pedoman wawancara, tape

recorder / radio / tustel. (3). Studi dokumentasi dan (4). Kuesioner ( angket ). Untuk

memperjelas permasalahan di atas, maka dapat diuraikan secara singkat yaitu :

1. Pedoman observasi ( pengamatan ).

Teknik pengumpulan data menggunakan pengamatan atau observasi adalah untuk

digunakan dalam implementasi model, di mana teknik tersebut dianggap sebagai sumber

atau alat untuk mengumpulkan data yang bersifat proses pembelajaran dengan

menemukan suatu kebenaran dan memperoleh data secara obyektif.

Sipeneliti perlu pula mencatat segala peristiwa atau kejadian penting sebagai bahan

masukan untuk memperbaiki penampilan guru dan sebagai alat memperoleh hasil

penelitian secara langsung. Teknik inipun dapat memungkinkan peneliti mampu mengerti

situasi yang rumit dan kompleks, karena dalam kasus - kasus tertentu teknik pengamatan

atau observasi dapat menjadi alat yang sangat berguna dan bermanfaat. Catatan harian

digunakan sebagai alat penelitian pelaksanaan action research selama proses belajar

mengajar berlangsung, khususnya pada pengembangan model pembelajaran inkuiri dalam

(37)

IPA yang sedang dikembangkan guru serta untuk mengecek ( mengetahui ) hasil para siswa dan guru sebagai data yang akan di analisis atau untuk memudahkan pengecekan kembali pengumpulan data yang absah. Seperti yang dikemukakan ( Hopkins, 1993 ) bahwa pedoman observasi disusun secara terstruktur dengan memfokuskan pada aspek -aspek yang telah direncanakan dan diikuti analisis terhadap hasil observasi ( lihat

lampiran 1 ).

2. Wawancara / tape recorder / radio / tustel.

Wawancara dalam penelitian digunakan untuk mendapatkan informasi tentang

pandangan guru mengenai model inkuiri pada mata pelajaran IPA. Jenis wawancara yang

digunakan sipeneliti dengan tidak berstruktur atau jawaban secara terbuka. Hal ini

dimaksudkan untuk memudahkan responden mengemukakan pendapatnya pandangannya sesuai dengan pendapat sendiri tanpa terikat ( bebas ). Untuk memperoleh informasi yang lengkap sipenelitipun terlebih dahulu menentukan beberapa pertanyaan dengan tidak

keluar dari jalur topik permasalahan ( kurikulum ).

Dalam tape recorder dan tustel, menggunakan alat ini dimaksudkan untuk

memudahkan peneliti meresponse ulang di dalam pengumpulan data sehingga memudahkan si peneliti menulis kembali data yang tertinggal. Untuk pembuktian yang otentik si peneliti menggunakan pemotretan tentang kegiatan siswa dan guru di dalam kelas maupun di luar kelas (sekolah) sebagai bukti nyata di dalam pengumpulan data selama proses belajar mengajar berlanngsung. Sehingga akan terlihat jelas pula kegiatan para siswa dan guru dalam berinkuiri. Pada rekaman video digunakan sebagai alat untuk melihat perkembangan kemampuan guru dalam menerapkan model inkiri. Dengan

menggunakan video ini memungkinkan guru dapat melihat akan kekurangannya dan

kelemahannya - kelemahannya sendiri dalam mengimplementasikan model sebagai

bahan perbaikan untuk implementasi berikutnya. Dan untuk menganalisis setiap peristiwa penting selama implementasi berlangsung dengan memutar ulang serta dapat melihat kegiatan para siswa dan guru dalam berinquiry. Karena wawancara ini dilakukan untuk mengungkapkan sikap dan pendapat guru serta siswa tentang model inkuiri atau

(38)

3. Pedoman Studi dokumentasi.

Pedoman studi dokumentasi tersebut digunakan adalah untuk mempermudah

pengumpulan data dan untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai latar

belakang situasi serta kondisi Sekolah Dasar ( SD ) sebagai subyek penelitian tentang :

(a). Latar belakang kondisi dan kinerja guru atau kondisi kinerja siswa dan atau kondisi

lingkungan di sekolah tersebut tentang keberadaan. ( b ). Kriteria penilaian hasil belajar

siswa selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung.

4. Kuesioner ( angket ) *J

Maksud menggunakan angket ( kuesioner ) adalah sebagai pelengkap untuk

diberikan kepada guru dan siswa yang telah dihimpun melalui wawancara dan hasil

evaluasi selama proses belajar mengajar ( hasil pembelajaran ). Juga sebagai alat bantu

untuk memperoleh informasi yang dihasilkan siswa maupun guru tentang pendapat

-pendapatnya. Kegiatan penyebaran angket ini dilaksanakan setelah seluruh tindakan

penerapan (pengembangan ) model inquiry berupa evaluasi non tes selesai atau akhir dari

segala tindakan (lihat lampiran 5 ).

D.Pengolahan Data dan Analisis Data.

Dalam pengembangan model pembelajaran inquiry EPA , kegiatan pengolahan data

dan analisis data dilakukan sejak sipeneliti memasuki lapangan atau studi pendahuluan

sampai pada kegiatan penelitian kelas barakhir. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan

penelitian kualitatif, walau ada angka - angka yang bersifat kuantitatif dari perist

Referensi

Dokumen terkait

2 Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Banyuasin, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa langsung berkonsultasi dan berkerja sama dengan Balai Pengkajian dan

semenda yang dihormati kerabat istrinya. Tentu saja dukungan atas konsekuensi itu mempunyai jangka waktu, yang pasti akan tiba waktunya, sesuai dengan kelaziman yang

The results of this study indicate that the company should change the existing corporate fax policy at this time because tax policy is applied to companies is not very profitable

Melihat hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pemberian terapi relaksasi nafas dalam mempunyai pengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di

Penggunaan Flow Cytometry dapat memberikan informasi yang penting pada klinis untuk membantu untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit, ataupun untuk memonitor keadaan dari

GOG Center - Binus adalah suatu tim yang dibentuk oleh manajemen Binus untuk menerima, menampung dan menindaklanjuti segala bentuk pengaduan atau informasi yang disampaikan oleh

Tahapan pelaksanaan metode demonstrasi mengacu pada Nana Sudjana (2000: 84) sebagai berikut: (1) Persiapan/perencanaan, menciptakan kondisi belajar untuk

Setiap pengujian aplikasi akan diambil 15 nilai data dari setiap roda dan dilakukan sebanyak 3 kali percobaan untuk setiap roda, sehingga total seluruh data pengujian