No: 288/UN40.7.D1/LT/2013
PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
DAERAH
(Penelitian pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh:
Maria Novita Ari Sulisiana NIM. 0707569
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA
TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
(Penelitian pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota
Bandung)
Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H.M. Harlasgunawan, Ap, M.Pd Toni Heryana, S.Pd, MM 19780627 200312 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi
==================================================================
PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA
TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
DAERAH
(PENELITIAN PADA SKPD DI KOTA BANDUNG)
Oleh
Maria Novita AriSulisiana
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Pendidikan EkonomidanBisnis
© Maria Novita Ari Sulisiana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
“Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah
(Penelitian pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota Bandung)” Disusunoleh: Maria Novita Ari Sulisiana
PembimbingI :Drs. H.M. Harlasgunawan, Ap, M.Pd PembimbingII : Toni Heryana, S.Pd, MM
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui gambaran penerapan anggaran berbasis kinerja pada SKPD Pemerintah Kota Bandung, (2) mengetahui gambaran akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah Daerah pada SKPD Kota Bandung, dan (3) mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah Daerah Kota Bandung.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian verifikatif dengan menggunakan metode penelitian survei. Teknik sampling yang digunakan adalah Probability Sampling dengan pendekatan Proportionate Stratified Random Sampling. Sampel pada penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota Bandung. Analisis data menggunakan analisis regresi sederhana. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas, kemudian dilakukan uji hipotesis melalui uji t.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) penerapan anggaran berbasis kinerja telah sepenuhnya dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung, (2)Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah sudah sepenuhnya dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung, dan (3) penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah dengan pengaruh sebesar 43,8%, sedangkan sisanya sebesar 56,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
ABSTRACT
“The Influence of Performance-Based Budgeting on the Performance Accountability of Regional Government Agencies
(Research on Regional Government Working Unit of Bandung Municipality)”
Composed by: Maria Novita Ari Sulisiana
First Supervisor: Drs. H. M. Harlasgunawan, Ap., M.Pd. Second Supervisor: Toni Heryana, S.Pd., M.M.
The research aimed to (1) find the description of the implementation of performance based-budgeting on the Regional Government Working Unit of Bandung Municipality, (2) find the description of the performance accountability of regional government agencies at Regional Government Working Unit of Bandung Municipality, and (3) find how much the influence of the implementation of performance-based budgeting on the performance accountability of Regional Government Agencies of Bandung Municipality.
The type of research conducted was verificative, using survey as its method. The sampling technique used was probability sampling using the approach of proportionate stratified random sampling. The sample for this research was the Regional Government Working Unit of Bandung Municipality. Data were analyzed using simple regression analysis. Before hypothetical testing employing t-test was conducted, validity and reliability tests were first done. Based on the results of the research, it can be concluded that (1) the implementation of performance-based budgeting has been fully executed by the Regional Government Working Unit at Bandung Municipality, (2) the performance accountability of regional government agencies has been fully implemented by the Regional Government Working Unit at Bandung Municipality, and (3) the implementation of performance-based budgeting had a positively significant influence on the performance accountability of regional government agencies for as much as 43.8%, while the rest 56.2% was influenced by other factors not discussed in the research.
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 10
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10
1.3.1.. Maksud Penelitian ... 11
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11
1.4Kegunaan Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS ... 13
2.1 Kajian Pustaka ... 13
2.1. 1 Anggaran Sektor Kinerja Instansi Pemerintah Daerah ... 13
2.1.1.1Pengertian Anggaran Sektor Kinerja Instansi Pemerintah Daerah ... 13
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
2.1.1.3Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik ... 16
2.1.1.4Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik ... 17
2.1. 2 Anggaran Berbasis Kinerja ... 20
2.1.2.1Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja ... 20
2.1.2.2Keunggulan Anggaran Berbasis Kinerja ... 23
2.1.2.3Tujuan Anggaran Berbasis Kinerja ... 24
2.1.2.4Prinsip-Prinsip Anggaran Berbasis Kinerja ... 26
2.1.2.5Sifat-sifat dalam Teknik Anggaran Kinerja ... 27
2.1.2.6Manfaat Anggaran Berbasis Kinerja ... 28
2.1. 3 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah ... 30
2.1.3.1 Pengertian Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah... 30
2.1.3.2 Dimensi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah... 32
2.1.3.3 Bentuk-Bentuk Akuntabilitas ... ... 33
2.1.3.4 Laporan Akuntabilitas Kinerja ... 35
2.1.3.5 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah... 36
2.1. 4 Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah ……… 38
2.1. 5 Penelitian Terdahulu ... 41
2.2 Kerangka Pemikiran ... 42
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN ... 50
3.1Obyek Penelitian ... 50
3.2Metode Penelitian ... 50
3.2. 1 Desain Penelitian ... 50
3.2. 2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel ... 51
3.2.2.1Definisi Variabel ... 51
3.2.2.2Operasionalisasi Variabel ... 52
3.2. 3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 54
3.2.3.1Populasi ... 54
3.2.3.2Sampel Penelitian ... 56
3.2. 4 Teknik Pengumpulan Data ... 59
3.2. 5 Teknik Analisis Data ... 60
3.2.5.1 Uji Validitas ... 62
3.2.5.2 Uji Reliabilitas ... 62
3.2.5.3Transformasi Data ... 63
3.2.5.4Uji Asumsi Klasik ... 64
3.2.5.5Analisis Regresi Sederhana ... 67
3.2. 6 Rancangan Pengujian Hipotesis ... 68
3.2.6.1Koefisien Determinasi ... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70
4.1Hasil Penelitian ... 70
4.1.1 Tinjauan Umum Hasil Penelitian ... 70
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
4.1.1.2 Visi dan Misi Kota Bandung ... 71
4.1.1.3 Struktur Organisasi Kota Bandung ... 73
4.1.1.4 Tata Kelola Keuangan Pemerintah Kota Bandung ... 76
4.1.2 Tingkat Respon ... 81
4.1.3 Pengujian Validitas Instrumen ... 82
4.1.4 Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 88
4.1.5 Deskripsi Data variabel X ... 90
4.1.6 Deskripsi Data Variabel Y ... 102
4.1.7 Analisis Statsitik ... 116
4.1.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 116
4.1.7.2 Regresi Linier Sederhana ... 118
4.1.7.3 Pengujian Hipotesis ... 119
4.1.7.4 Koefisien Determinasi ... 120
4.2Pembahasan Hasil Penelitian ... 121
4.2.1 Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja ... 121
4.2.2 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah ... 124
4.2.3 Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah ... 127
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 132
5.1Simpulan ... 132
5.2Saran ... 133
DAFTAR PUSTAKA ... 135
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 LRA Pemerintah Kota Bandung Tahun 2011 ... 4
Tabel 1.2 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Tidak Langsung Kota Bandung Tahun Anggaran 2011 ... 5
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 42
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel... 53
Tabel 3.2 Daftar SKPD di Kota Bandung... ... 55
Tabel 3.3 Daftar Kelompok SKPD... ... 56
Tabel 3.4 Pengalokasian Sampel Kelompok SKPD... .. 58
Tabel 3.5 Pemberian skor jawaban untuk setiap pertanyaan...61
Tabel 3.6 Interpretasi Skor………...61
Tabel 3.7 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson...67
Tabel 4.1 LRA Pemerintah Kota Bandung tahun 2011 - 2012... ... 77
Tabel 4.2 Urusan Wajib Pemerintah Daerah Kota Bandung... ... 78
Tabel 4.3 Urusan Pilihan Pemerintah Daerah Kota Bandung... .... 81
Tabel 4.4 Tingkat Respon Kuesioner Keseluruhan... 82
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Pertama Variabel X... 83
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Kedua Variabel X... 85
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Pertama Variabel Y... . 86
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Kedua Variabel Y... 88
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X... ... 89
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
Tabel 4.11 Tanggapan Responden tentang Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
dilihat dari Dimensi Transparansi dan Akuntabilitas
Anggaran…... ... 91
Tabel 4.12 Tanggapan Responden tentang Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
dilihat dari Dimensi Disiplin Anggara ... 93
Tabel 4.13 Tanggapan Responden tentang Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
dilihat dari Dimensi Keadilan Anggaran…...95
Tabel 4.14 Tanggapan Responden tentang Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
dilihat dari Dimensi Efisiensi dan Efektivitas
Anggaran…... ... 97
Tabel 4.15 Tanggapan Responden tentang Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
dilihat dari Dimensi Disusun dengan Pendekatan
Kinerja…... ... 99
Tabel 4.16 Tanggapan Responden tentang Penerapan Anggaran Berbasis
Kinerja …. ... 101
Tabel 4.17 Tanggapan Responden tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Daerah dilihat dari Dimensi Akuntabilitas Kejujuran dan
Akuntabilitas Hukum…... ... 103
Tabel 4.18 Tanggapan Responden tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Daerah dilihat dari Dimensi Akuntabilitas
Proses... ... 106
Tabel 4.19 Tanggapan Responden tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
Tabel 4.20 Tanggapan Responden tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Daerah dilihat dari Dimensi Akuntabilitas
Kebijakan…... ... 111
Tabel 4.21 Tanggapan Responden tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah dilihat dari Dimensi Akuntabilitas Finansial ... 113
Tabel 4.22 Tanggapan Responden tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah …... ... 114
Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov... 116
Tabel 4.24 Hasil Uji Heteroskedastisitas Rank Spearman... 117
Tabel 4.25 Hasil Uji Autokorelasi ... 118
Tabel 4.26 Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana...119
Maria Novita Ari Sulisiana, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 48
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran Sederhana ... 49
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Salah satu unsur reformasi sektor publik adalah tuntutan pemberian otonomi
yang luas kepada daerah kabupaten dan kota. Arahan yang terlalu besar dari
pemerintah pusat tersebut menyebabkan inisiatif dan prakarsa daerah cenderung
mati sehingga pemerintah daerah seringkali menjadikan pemenuhan peraturan
sebagai tujuan, dan bukan sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat.
Besarnya arahan dari pemerintah pusat tersebut didasarkan pada dua alasan
utama, yaitu untuk menjamin stabilitas nasional, dan karena sumber daya manusia
daerah yang dirasa masih relatif lemah. Sehingga sentralisasi otoritas dipandang
sebagai prasyarat menciptakan persatuan dan kesatuan nasional serta mendorong
pertumbuhan ekonomi. Pada awalnya pandangan tersebut benar, namun dalam
jangka panjang, sentralisasi tersebut telah memunculkan masalah rendahnya
akuntabilitas, memperlambat pembangunan infrastruktur, serta memperlambat
pembangunan kelembagaan sosial ekonomi di daerah (Bastin dan Smoke, 1992
dalam Mardiasmo, 2004: 4).
Krisis multidimensional yang terjadi pada tahun 1998 yang mengancam
disintegrasi bangsa mengakibatkan lemahnya keamanan dan ketertiban umum
serta ketidakpastian hukum. Pada masa ini pemerintah pusat sulit untuk mengatasi
memberikan otonomi kepada pemerintah daerah untuk mengurus daerahnya
termasuk segala potensi sumber daya yang ada di wilayahnya.
Dengan adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintahan Pusat dan Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU no. 32
dan UU No. 33 Tahun 2004 menjadi awal tonggak peraturan diselenggarakannya
otonomi daerah. Dengan adanya otonomi daerah tersebut diharapkan akan mampu
menghasilkan pemerintah daerah otonom yang efisien, efektif, akuntabel,
transaparan, dan responsif secara berkesinambungan atau yang mampu
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik perlu upaya perbaikan
secara terus menerus atas manajemen keuangan publik. Hal ini seiring dengan
tuntutan dilakukan transparansi dan akuntabilitas publik. Tuntutan dilakukannya
akuntabilitas publik tersebut sebenarnya bukan hal yang baru sama sekali, karena
masyarakat di negara manapun menghendaki pemerintah sebagai pengemban
amanat masyarakat bertanggung jawab atas kinerja yang telah dilakukannya. Hal
tersebut karena pemerintah berkewajiban untuk mengelola dana masyarakat dalam
rangka menjalankan pemerintahannya.
Untuk mendukung dilakukannya pengelolaan dana masyarakat yang
mendasarkan konsep Value For Money, maka diperlukan sistem pengelolaan
keuangan daerah dan anggaran daerah yang berorientasi pada kinerja
Building Institutions for Good Governance-BIGG (2001) (dalam Rahardjo
Adisasmita, 2011: 52) menyebutkan bahwa, „anggaran kinerja adalah anggaran
yang menghubungkan pengeluaran dengan hasil yang diinginkan.‟ Melalui proses
anggaran kinerja, pemerintah kota/ kabupaten menetapkan keluaran dan hasil dari
masing-masing program dan pelayanan, kemudian pemerintah daerah dapat
membuat target untuk pencapaiannya. Dengan demikian, pengeluaran dilakukan
berdasar prioritas dan unit kerja harus bertanggungjawab terhadap hasil (output
danoutcome).
PP No 105 dan 108 Tahun 2000 mengatur mengenai penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berdasarkan kinerja. Hal senada juga
diungkapkan oleh anggota panitia anggaran (Panggar) DPRD Kota Bandung,
Endrizal Nazar, bahwa APBD merupakan anggaran berbasis kinerja sehingga
semua program harus terukur. APBD juga merupakan salah satu alat penilaian
kinerja Pemerintah Kota Bandung sehingga penyerapannya harus digunakan
secara maksimal demi meningkatkan pelayanan publik.
(http://www.infoanda.com, 2012)
Berikut ini adalah Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bandung
4
Tabel 1.1
Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bandung TA 2011 (Sebelum dilakukan audit BPK-RI)
No Uraian Tahun Anggaran 2011 Setelah Perubahan
Anggaran Realisasi %
PENDAPATAN:
1 Pendapatan Asli Daerah 719.988.881.243,00 834.595.864.970,00 115,92 2 Dana Perimbangan 1.429.761.007.742,00 1.405.392.570.456,00 98,30 3 Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang Sah
901.381.856.560,23 875.308.088.481,00 97,11
JUMLAH
PENDAPATAN 3.051.131.745.545,23 3.115.296.523.907,00 102,10 BELANJA:
1 Belanja Tidak Langsung 1.919.949.172.763,64 1.863.126.151.537,00 97,04 2 Belanja Langsung 1.392.247.753.050,59 1.217.229.600.116,00 87,43
JUMLAH BELANJA 3.312.196.925.814,23 3.080.355.751.653,00 93,00 PEMBIAYAAN:
1 Penerimaan Pembiayaan
Daerah 278.945.180.269,00 276.445.180.269,00 99,22 2 Pengeluaran Pembiayaan
Daerah 17.880.000.000,00 17.749.139.745,00 99,27
JUMLAH
PEMBIAYAAN 261.065.180.269,00 258.696.040.524,00 99,09
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban 2011 Pemerintah Kota Bandung
Jika dilihat dari komposisi anggarannya, terlihat bahwa PAD menyumbang
23,6% dari total pendapatan Kota Bandung di tahun 2011. Sementara dari belanja
daerah, jika dilihat dari komposisinya belanja tidak langsung memberikan
kontribusi sebesar 60,81% realisasi belanja kota Bandung di tahun 2011 dan
sisanya sebesar 39,19% disumbangkan oleh belanja langsung. Menurut Nina
Widawati (2009: 6) menyebutkan bahwa:
5
Berdasarkan tabel LRA diatas disebutkan bahwa belanja tidak langsung
Pemerintah Kota Bandung memberikan kontribusi sebesar 60,81% dari total
keseluruhan belanja daerah pemerintah kota Bandung. Berikut ini adalah
Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Tidak Langsung Kota Bandung Tahun
Anggaran 2011:
Tabel 1.2
Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Tidak Langsung Kota Bandung Tahun Anggaran 2011
No SKPD Alokasi Anggaran Realisasi %
A Urusan Wajib
1 Pendidikan 291.545.319.527,00 267.233.098.661,00 91,66 2 Kesehatan 91.082.692.955,00 74.585.560.516,00 81,89 3 Lingkungan Hidup 23.386.203.500,00 18.459.186.194,00 78,93 4 Pekerjaan Umum 353.639.610.858,00 322.708.807.803,00 91,25 5 Penataan Ruang 9.301.709.125,00 7.844.860.610,00 84,34 6 Perencanaan
Pembangunan
13.197.492.350,00 10.700.607.797,00 81,08 7 Perumahan 11.368.800.230,00 8.165.905.259,00 71,83 8 Kepemudaan dan
Olahraga
6.140.834.000,00 5.992.910.135,00 97,59 9 Penanaman Modal 1.205.598.950,00 1.178.580.995,00 97,76 10 Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah
4.339.499.050,00 3.967.160.025,00 91,42 11 Kependudukan dan
Catatan Sipil
3.940.528.708,00 3.271.423.815,00 83,02 12 Ketenagakerjaan 7.034.780.000,00 6.299.764.778,00 89,55 13 Ketahanan Pangan 1.542.500.000,00 1.516.468.000,00 98,31 14 Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak
308.000.000,00 300.525.000,00 97,57 15 Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera
1.508.800.000,00 1.458.584.800,00 98,46 16 Perhubungan 15.137.370.754,00 14.466.154.609,00 95,57 17 Komunikasi dan
Informatika
5.104.660.000,00 4.969.414.781,00 97,35 18 Pertanahan 164.863.548.250,00 123.718.060.953,00 75,04 19 Kesatuan Bangsa dan
Politik Dalam Negeri
3.035.292.600,00 2.755.024.016,00 90,77 20 Otonomi Daerah, Umum,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
121.003.125.482,00 108.845.049.851,00 89,95
21 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
6
No SKPD Alokasi Anggaran Realisasi %
A Urusan Wajib
22 Sosial 10.917.395.000,00 8.739.292.909,00 80,05 23 Kebudayaan 1.800.000.000,00 1.645.851.200,00 91,44 24 Kearsipan 630.850.000,00 580.547.725,00 92,03 25 Perpustakaan 895.000.000,00 852.616.100,00 95,26
B Urusan Pilihan
1 Kelautan dan Perikanan 745.000.000,00 730.682.970,00 98,08 2 Pertanian 7.287.931.250,00 7.189.011.067,00 98,64 3 Pariwisata 1.900.000.000,00 1.805.886.350,00 95,05 4 Industri 1.828.530.000,00 1.399.396.000,00 76,53 5 Perdagangan 3.129.353.706,00 2.824.849.288,00 90,27 6 Ketransmigrasian 417.255.000,00 260.006.900,00 62,31
Sumber: Laporan Keterangan Pertanggungjawaban 2011 Pemerintah Kota Bandung.
Menurut VanLandingham, Wellman, Andrews (dalam Anggaraini dan
Puranto, 2010: 102) tujuan anggaran berbasis kinerja adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan akuntabilitas agensi dengan memfasilitasi misi dan pendefinisian tujuan, evaluasi kinerja, dan pemanfaatan informasi kinerja dalam perencanaan dan pengambilan keputusan penganggaran.
2. Meningkatkan fleksibilitas anggaran agensi dengan memfokuskan proses aprosiasi legislatif pada keluaran, bukan input.
3. Menyempurnakan koordinasi, menghilangkan duplikasi program, dan menyajikan informasi yang tepat untuk pengambil keputusan.
4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses pemerintah, dengan asumsi jika masyarakat lebih tertarik pada hasil dibanding proses.
5. Mengembangkan incentive agensi menjadi lebih efisien dan efektif.
VanLandingham, Wellman, dan Andrews mengatakan bahwa tujuan
anggaran berbasis kinerja salah satunya adalah untuk „meningkatkan akuntabilitas
agensi dengan memfasilitasi misi dan pendefinisian tujuan, evaluasi kinerja, dan
pemanfaatan informasi kinerja dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
penganggaran‟. Anggaran berbasis kinerja menghubungkan input dan output yang
dihasilkan dari dana yang telah dianggarkan dalam program-program maupun
kegiatan sesuai dengan visi dan misi organisasi tersebut. Sehingga dana yang telah
7
dievaluasi dan dipertanggungjawabkan pada akhirnya kepada para pemangku
kepentingan (stakeholder) dalam bentuk media pertanggungjawaban yang
dikeluarkan secara periodik, dan melalui informasi media pertanggungjawaban
tersebut dapat dijadikan landasan pihak manajemen dalam mengambil keputusan.
Menurut Mardiasmo (2009: 21) dalam konteks organisasi pemerintah,
akuntabilitas adalah „pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja pemerintah
kepada pihak-pihak yang berkepentingan‟. Dalam akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah, kepala SKPD selaku pengguna anggaran yang diberi tanggung jawab
oleh kepala daerah untuk mengelola dana publik yang digunakan guna mengelola
unita kerja yang bertujuan memberikan pelayanan yang maksimal kepada
masyarakat, berkewajiban untuk melaporkan penggunaan anggaran yang telah
digunakan dalam unit kerjanya dalam suatu media pertanggungjawaban yang
dikeluarkan secara periodik kepada kepala daerah.
Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah mengharuskan para pengguna
anggaran untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan misi organisasi melalui suatu media pertanggungjawaban yang
dilaksanakan secara periodik. Informasi tersebut harus disajikan secara terbuka
bagi publik, agar publik dapat menilai kinerja pemerintah selama tahun anggaran
tersebut terutama dalam bidang pelayanan. Salah satu tugas pemerintah adalah
menyediakan pelayanan yang memuaskan bagi publik karena dana yang dihimpun
dari masyarakat digunakan untuk meningkatkan pelayanan publik demi
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu pemerintah wajib
8
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban merupakan salah satu alat
pertanggungjawaban pemerintah atas penggunaan dana APBD dalam
melaksanakan pembangunan daerah yang diantaranya adalah pemberian
pelayanan kepada publik serta menjadi media evaluasi kinerja pada pelaksanan
program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah selama 1
(satu) tahun.
Selain pertanggungjawaban finansial, dalam laporan keterangan
pertanggungjawaban juga menampilkan pertanggungjawaban pemerintah dalam
melaksanakan program-program yang berkaitan dengan pemberian pelayanan
kepada masyarakat yang telah melalui unit kerjanya selama 1 (satu) tahun
anggaran. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Deklarasi Tokyo (1985)
dalam Rahardjo Adisasmita (2011: 75) yang menyebutkan bahwa „akuntabilitas
merupakan kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan
untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya
untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawban fiskal,
manajerial, dan program‟.
Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan
pelayanan publik (public service) dan memajukan perekonomian daerah.
Pemerintah Kota Bandung melalui unit kerjanya bertugas memberikan pelayanan
yang berkualitas kepada masyarakat dan unit kerja tersebut harus
mempertanggungjawabkan dana publik yang digunakan serta program-program
yang dilaksanakan demi meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada
9
pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat berikut
capaian kinerjanya:
Urusan Kesehatan pada tahun anggaran 2011 mendapat alokasi anggaran sebesar Rp91.082.692.955,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp74.585.560.516,00 (81,89%). Program dan kegiatan pada Urusan Kesehatan tahun 2011 dilaksanakan oleh: 1) Dinas Kesehatan (Dinkes), 2) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), 3) Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA), 4) Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut (RSKGM), dan 5) Bagian Kesra & Kemasyarakatan Setda Kota Bandung.
Capaian kinerja dari pelaksanaan program dan kegiatan yang diselenggarakan oleh SKPD terkait tersebut adalah meningkatnya pelayanan kesehatan masyarakat terutama di RSUD Kota Bandung dan RSKIA Kota Bandung, serta meningkatnya cakupan layanan kesehatan gigi dan mulut terhadap peserta askes di RSKGM. Selain itu pula terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di Puskesmas dan Rumah Sakit di Kelas III yang dijamin oleh pemerintah teleh terealisasikan sesuai dengan target yaitu sebesar 100%.
Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil pada Tahun Anggaran 2011 mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 3.940.528.708,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp. 3.271.423.815,00 (83,02%). Program dan kegiatan pada urusan Kependudukan dan Catatan Sipil tahun 2011 dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Bandung.
Capaian kinerja dari pelaksanaan program dan kegiatan yang diselenggarakan oleh SKPD terkait tersebut adalah meningkatnya pelayanan publik dibidang kependudukan, tersedianya database kependudukan serta meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kependudukan. Tingkat koneksi data kependudukan di Kelurahan, Kecamatan, serta Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dapat terealisasi sesuai target yaitu sebesar 100%. Koneksitas jaringan dari kecamatan ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan Kementrian Dalam Negeri sudah berjalan 100%. Keberhasilan pencapaian target tidak terlepas dari dukungan ketersediaan anggaran dan peningkatan kinerja SKPD.
Capaian kinerja urusan perizinan yang diselenggarakan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) dapat terealisasi sebesar 107,96% dari target sebesar 100%. Nilai realisasi tingkat kinerja pelayanan perizinan satu atap dihitung berdasarkan realisasi PAD dari retribusi perizinan tahun 2011 yaitu sebear Rp 35.382.415.296,00 dari target Rp. 32.775.111.730,00. Realisasi tahun 2011 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar Rp 32.337.969.822,00 dari target Rp 35.578.600.000,00 atau sebesar 90,89%. (Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Pemerintah Kota Bandung Tahun 2011)
Dalam bidang kesehatan, Pemerintah Kota Bandung melalui unit kerjanya
10
Dana tersebut digunakan untuk melaksanakan program pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin di Puskesmas dan Rumah Sakit kelas III yang dijamin oleh
Pemerintah dalam program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan
dapat terealisasi sesuai dengan target sebesar 100%.
Dalam hal kependudukan, Pemerintah Kota Bandung melalui unit kerjanya
telah merealisasikan anggarannya sebesar 83,02% dari dana yang dianggarkan.
Dana tersebut digunakan untuk membiayai program-program di bidang
kependudukan yang capaian kinerjanya adalah tersedianya database
kependudukan serta meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kependudukan
serta terselenggaranya konesksitas jaringan dari kecamatan ke Disdukcapil dan
Kementrian Dalam Negeri telah berjalan 100%.
Berdasarkan uraian di atas dan ditunjang dengan teori-teori yang ada maka
penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Anggaran
Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Penelitian
pada SKPD di Kota Bandung)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah yang telah disampaikan tersebut, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan anggaran berbasis kinerja pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah di Kota Bandung.
2. Bagaimana akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Satuan Kerja
11
3. Apakah anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota
Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh anggaran
berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Dalam kaitannya dengan masalah ini, tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah:
1. Untuk memberikan gambaran mengenai penerapan anggaran berbasis kinerja
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung.
2. Untuk mengetahui gambaran mengenai akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah pada Satuan Kerja Perangakat Daerah di Kota Bandung.
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Satuan Kerja Perangakat
12
1.4 Kegunaan Penelitian
Dari penulisan penelitian, diharapkan berguna dan bermanfaat bagi semua
pihak. Adapun kegunaan dari penelitian dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu:
1. Aspek Teoritis
Bagi penulis dapat bertambah pengetahuan mengenai sejauh mana penerapan
anggaran berbasis kinerja dalam pengaruhnya terhadap akuntabilitas publik.
Sedangkan bagi dunia akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur akuntansi sektor
publik (ASP) terutama mengenai anggaran berbasis kinerja yang
mempengaruhi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan dapat dijadikan
dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Aspek Praktis
Sebagai masukan bagi pemerintah daerah khususnya pada satuan kerja
perangkat daerah dalam menentukan anggaran yang berbasis kinerja guna
BAB III
OBYEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang menjadi
inti problematika penelitian (Suharsimi Arikunto, 2000: 29). Obyek dalam
penelitian ini adalah Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja, dan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Daerah. Sedangkan lokasi penelitian bertempat di
Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Desain Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2005: 1).
Berdasarkan tingkat eksplanasinya atau tingkat penjelasannya, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode verifikatif. Menurut Masyhuri dan
Zainuddin (2008: 45) verification adalah memeriksa benar tidaknya, apabila
dilaksanakan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan, yang telah
pernah dilaksanakan ditempat lain, dalam mengatasi masalah yang serupa dalam
kehidupan. Proses penelitian seperti itu akan menghasilkan rumusan kesimpulan
dan saran tindakan (implementasi) yang semakin baik kualitasnya untuk
dipergunakan dalam penyelesaian masalah yang dihadapi.
Sedangkan menurut metodenya, penelitian ini menggunakan metode
penelitian survey. Menurut Kerlinger (1973) (dalam Sugiyono, 2005: 7)
mengemukakan bahwa penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada
populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel
yang diambil dari populasi tersebut. Penelitian survey pada umumnya dilakukan
untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam.
3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel
3.2.2.1 Definisi Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005: 32).
Variabel dapat dikatakan sebagai suatu hal yang menjadi objek pengamatan
penellitian atau yang sering pula dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan
dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, penulis akan
mengkaji dua variabel yaitu:
1. Variabel independen (X).
Komaruddin Sastradipoera (2005: 187) mengatakan bahwa variabel
bebas (independen) merupakan variabel yang mempengaruhi atau penyebab
bagi perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel ini sering disebut
variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel independen yaitu anggaran berbasis kinerja. Menurut Indra Bastian
berorientasi pada kinerja) adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada
„output’ organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi, misi, dan rencana
strategis organisasi.”
2. Variabel dependen (Y).
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat dari variabel independen. Keberadaan variabel dependen tergantung
pada pengaruh variabel independen (Komaruddin Sastradipoera, 2005: 188).
Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen
(Sugiyono, 2005: 33). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
adalah akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah. Menurut Menurut
Mardiasmo (2009: 21) dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas
publik adalah pemberian informasi atas aktivitas dan kinerja pemerintah
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pada penelitian ini aspek
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah yang diteliti tidak hanya
terbatas pada akuntabilitas finansial saja, tetapi juga akuntabilitas kejujuran
dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas manajemen, dan akuntabilitas
program seperti yang diterangkan dalam operasionalisasi variabel.
3.2.2.2 Operasionalisasi Variabel
Gambaran mengenai operasionalisasi variabel yaitu variabel X (Penerapan
Anggaran Berbasis Kinerja), dan variabel Y (Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Daerah) dapat dilihat dalam tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala Item
Anggaran
„output’ organisasi dan berkaitan sangat erat
pihak-pihak yang
3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti. Menurut
Sugiyono (2005: 72) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah di
Kota Bandung yang berjumlah 63 SKPD yang terdiri dari: 30 kecamatan, 17
dinas, 13 lembaga teknis dan 3 kantor daerah, yang terdiri dari:
Tabel 3.2
Daftar SKPD di Kota Bandung
No Nama SKPD No Nama SKPD
1 Kecamatan Andir 33 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
2 Kecamatan Antapani 34 Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
3 Kecamatan Arcamanik 35 Dinas Kesehatan
4 Kecamatan Astanaanyar 36 Dinas Komunikasi dan Informatika 5 Kecamatan Babakan Ciparay 37 Dinas Koperasi, UKM dan
Perindustrian Perdagangan
6 Kecamatan Bandung Kidul 38 Dinas Pemakaman dan Pertamanan 7 Kecamatan Bandung Kulon 39 Dinas Pemuda dan Olah Raga 8 Kecamatan Bandung Wetan 40 Dinas Pendapatan
9 Kecamatan Batununggal 41 Dinas Pendidikan
10 Kecamatan Bojongloa 42 Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
11 Kecamatan Bojongloa Kaler 43 Dinas Perhubungan
12 Kecamatan Buah Batu 44 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
13 Kecamatan Cibeunying Kaler 45 Dinas Sosial
14 Kecamatan Cibeunying Kidul 46 Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya
15 Kecamatan Cibiru 47 Dinas Tenaga Kerja
16 Kecamatan Cicendo 48 Badan Kepegawaian Daerah
17 Kecamatan Cidadap 49 BKPPM
18 Kecamatan Coblong 50 BPPT
19 Kecamatan Cinambo 51 BPPKB
20 Kecamatan Gedebage 52 BPLH
21 Kecamatan Kiara Condong 53 BAPPEDA
22 Kecamatan Lengkong 54 Inspektorat Kota Bandung
23 Kecamatan Mandalajati 55 Kantor Pengelolaan Pemakaman 24 Kecamatan Panyileukan 56 Kantor Perpustakaan Umum dan
Arsip Daerah
25 Kecamatan Rancasari 57 RSUD Kota Bandung
26 Kecamatan Regol 58 RSKGM
27 Kecamatan Sukajadi 59 RSKIA
28 Kecamatan Sukasari 60 Satuan Polisi Pamong Praja 29 Kecamatan Sumur Bandung 61 Sekretariat Daerah
30 Kecamatan Ujung Berung 62 Sekretariat DPRD 31 Dinas Binamarga dan Pengairan 63 DPKAD (selaku SKPD) 32 Dinas Kebakaran
Lalu dari daftar tersebut, populasi dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok sebagai berikut:
Tabel 3.3
Daftar Kelompok SKPD
No Klasifikasi SKPD Jumlah
1 Dinas 17
2 Lembaga Teknis 13
3 Kantor 3
4 Kecamatan 30
Total 63
3.2.3.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Menurut
Sugiyono (2005: 73) sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi tersebut. Dengan kata lain bahwa sampel yang
diambil hendaknya mewakili populasinya (Furqon, 2009: 147). Apa yang
dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi.
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2005:
73). Teknik sampling yang digunakan untuk variabel anggaran berbasis kinerja
dan akuntabilitas publik adalah probability sampling. Menurut Prasetyo dan
Jannah (2010: 122) bahwa sampel probabilita adalah suatu teknik penarikan
sampel yang mendasarkan pada setiap anggota memiliki kesempatan yang sama
untuk dipilih. Jenis probability sampling yang dipilih adalah proportionate
stratified random sampling. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional, dan dalam
penelitian ini, penentuan sampel diambil secara acak. Dari populasi SKPD
sebanyak 63 tersebut akan diambil sejumlah sampel dengan rumus:
Husein Umar (2008: 67)
Keterangan:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = presentasi kelonggaran karena ketidakpastian yang masih ditolerir 5%-10%
Menurut Slovin (dalam Husein Umar, 2008: 67) besarnya sampel SKPD
yang diambil adalah:
n = 38,65 ≈ 39 SKPD
Dari 39 SKPD tersebut kemudian diambil sampel secara acak sesuai dengan
proporsi masing-masing dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
s = jumlah sampel setiap strata secara proporsi S = jumlah seluruh sampel yang didapatkan N = jumlah seluruh populasi
n = jumlah masing-masing strata populasi
Setelah dihitung menggunakan rumus di atas, maka didapatkan jumlah
sampel dari setiap kelompok SKPD sebagai berikut:
Tabel 3.4
Adapun yang menjadi sasaran pengisian kuesioner adalah:
1. Kuesioner variabel X yaitu penerapan anggaran berbasis kinerja akan diisi
oleh kepala sub bagian keuangan di setiap SKPD karena kepala bagian
keuangan yang bertugas untuk menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) yang digunakan sebagai dasar
pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran berdasarkan alokasi anggaran
yang telah ditetapkan dalam penjabaran APBD, di dalam DPA-SKPD akan
diuraikan sasaran yang hendak dicapai, program, dan rincian kegiatan
anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut. Selain itu pula,
kepala sub bagian keuangan yang bertanggungjawab dalam pembuatan
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan dari DPA-SKPD yang berupa
laporan keuangan SKPD.
2. Kuesioner variabel Y yaitu akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah
akan diisi oleh kepala masing-masing SKPD karena kepala SKPD mempunyai
tanggung jawab atas semua aspek dalam SKPD tersebut baik keuangan,
program yang dijalankan, proses manajerial yang terlibat didalamnya, serta
kebijakan yang telah digunakan. Kepala SKPD pula yang harus
bertanggungjawab atas penggunaan anggaran daerah dimana hasil penggunaan
anggaran daerah tersebut tertuang dalam bentuk laporan keuangan SKPD yang
nantinya akan dipertanggungjawabkan kepada kepala daerah.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data untuk keperluan penelitiannya. Dalam
penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan data primer. Menurut
Sugiyono (2005: 129) sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Data primer diperoleh peneliti melalui
kuesioner.
Menurut Sugiyono (2005: 135) kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel
yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Skala
pengukuran yang digunakan untuk kuesioner tersebut adalah skala likert. Untuk
variabel Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja (X) kuesioner akan ditujukan pada
kepala sub bagian keuangan tiap SKPD dan untuk variabel Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah Daerah (Y) kuesioner akan ditujukan pada pengguna
anggaran atau kepala dinas/badan/kantor.
Selain menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data yang
berhubungan dengan penelitian ini, penulis juga melakukan teknik pengumpulan
data melalui telaah kepustakaan. Telaah kepustakaan dilakukan dengan tujuan
untuk memperoleh dan membangun landasan teoritis, kerangka pemikiran, dan
menentukan pertanyaan yang akan diajukan berdasarkan penelitian ini.
Pengumpulan data melalui telaah kepustakaan dilakukan dengan mencari sumber
literatur dari buku-buku yang relevan, jurnal, artikel-artikel yang terkait dengan
penelitian ini, dan internet.
3.2.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden terkumpul. Menurut Sugiyono (2005: 142) kegiatan dalam
analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis
responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis
yang telah diajukan.
Untuk mengukur pendapat responden dalam penelitian ini, digunakan skala
Likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert,
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Untuk keperluan
analisis kuantitatif, maka jawaban-jawaban atas pernyataan tersebut kemudian
diberi skor.
Tabel 3.5
Pemberian Skor Jawaban untuk Setiap Pernyataan
Pilihan Jawaban Skor Positif Skor Negatif
A 5 1
B 4 2
C 3 3
D 2 4
E 1 5
(Sugiyono, 2009: 94)
Menurut Sugiyono (2009), kriteria interpretasi skor berdasarkan jawaban
responden dapat ditentukan sebagai berikut, “skor maksimum setiap kuesioner
adalah 5 dan skor minimum adalah 1, atau berkisar antara 20% sampai 100%,
maka jarak antara skor yang berdekatan adalah 16% ((100% - 20%)/5).” sehingga
dapat diperoleh kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.6 Interpretasi Skor
Hasil Persentase (%) Kategori
20% - 35,99% Tidak Dilaksanakan
36% - 51,99% Sebagian Kecil Dilaksanakan
52% - 67,99% Kadang-kadang Dilaksanakan
68% - 83,99% Sebagian Besar Dilaksanakan
84% - 100% Sudah Sepenuhnya Dilaksanakan
(Sugiyono, 2009)
Setelah data diperoleh dari lapangan maka akan dilakukan pengolahan data.
Tahap-tahap yang dilakukan pada pengolahan data adalah mengumpulkan data
dan memeriksa kelengkapan kuesioner yang telah diisi, melakukan tabulasi dari
hasil kuesioner, dan melakukan analisis data dengan menggunakan analisis
statistik untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis.
3.2.5.1 Uji Validitas
Setelah data dalam kuesioner didapat, maka terlebih dahulu akan
dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Uji validitas berguna
untuk mengetahui apakah ada pertanyaan pada kuesioner yang harus
dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan. Menurut Sastradipoera (2005:
302) “validitas merupakan derajat hingga dimana ketepatan dan ketelitian suatu
alat ukur dalam mengukur gejala.” Pengujian validitas dilakukan dengan
mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor dan
mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut
positif dan besarnya 0,3 keatas maka faktor tersebut merupakan construct yang
kuat (Sugiyono, 2005: 115). Sesuai dengan skala data yang digunakan dalam
kuesioner penelitian ini yang berskala ordinal, maka untuk melakukan uji validitas
digunakan korelasi Rank Spearman dengan rumus:
Suliyanto (2011: 20) Keterangan:
Ρxy : koefisien korelasi Rank Spearman
6 : konstanta
∑d2 : kuadrat selisih antar rangking dua variabel N : jumlah pengamatan
3.2.5.2 Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Validitas
instrumen merupakan syarat untuk pengujian reliabilitas instrumen. Oleh karena
itu walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian
reliabilitas instrumen perlu dilakukan.
“Keandalan (reliability) merupakan suatu pengukuran yang menunjukkan
sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (bebas kesalahan-error free) dan
karena itu menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam
item dalam instrumen (Uma Sekaran, 2006: 40). Untuk menguji reliabilitas
kuesioner dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik Cronbach’s
Alpha dengan rumusan sebagai berikut:
( )
Husein Umar (2008: 58) Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan ∑ 2
= jumlah varian butir 2
= varian total
Semakin dekat Alpha Cronbach dengan 1 (satu), semakin tinggi keandalan
konsistensi internal. “Secara umum, keandalan kurang dari 0,60 dianggap buruk,
keandalan dalam kisaran 0,70 adalah dapat diterima, dan lebih dari 0,80 adalah
baik”(Uma Sekaran, 2006:182).
3.2.5.3Transformasi Data
Mengingat bahwa data dihasilkan dalam skala ordinal, sedangkan analisis
regresi mensyaratkan data berskala interval, maka sebelum dilakukan analisis
lebih lanjut dilakukan transformasi data skala ordinal menjadi skala interval yang
menggunakan Method Successive of Interval (MSI) dengan langkah-langkah
berikut:
1. Pertama perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang
disebarkan;
2. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapat skor 1, 2, 3, 4,
dan 5 yang disebut sebagai frekuensi;
3. Setiap frekuensi dibagi dengan dengan banyaknya responden dan hasilnya
disebut proporsi;
4. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai
proporsi secara berurutan perkolom skor;
5. Gunakan tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi
kumulatif yang diperoleh;
6. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan
menggunakan Tabel Densitas);
7. Hitung SV (Scale Value) atau nilai skala dengan rumus :
owerLimit
Husein Umar (2003: 132) mengungkapkan bahwa dalam melakukan analisis
regresi dan peramalan akan menggunakan data yang ditampung pada variabel
bebas dan variabel tidak bebas serta dalam bentuk seri. Sebelum digunakan, data
tersebut harus lolos uji sehingga terbebas dari masalah normalitas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel dependen,
independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak
(Husein Umar, 2009: 181). Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi
normal atau mendekati normal. Uji normalitas data dilakukan dengan
menggunakan rumus one-sample Kolmogorov Smirnov Test.
Langkah-langkah Kolmogorov-Smirnov Test adalah sebagai berikt:
1. Menghitung nilai Kolmogorov-Smirnov dengan rumus:
n D1,36
Keterangan:
D = Kolmogorov-Smirnov hitung n = Jumlah data
2. Menentukan Kolmogorov-Smirnov tabel (D tabel) dengan derajat
kepercayaan 95%.
3. Menarik kesimpulan berdasarkan kriteria berikut:
Jika Dhitung ≤ Dtabel maka data berdistribusi normal.
Jika Dhitung ≥ Dtabel maka data tidak berdistribusi normal.
2. Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedasitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, disebut homoskedasitas, sementara itu, untuk varians
yang berbeda disebut heteroskedasitas (Husien Umar, 2009: 179). Model
regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedasitas dengan
mengkorelasikan variabel independen dengan residualnya. Pengujian
menggunakan tingkat signifikasi 0,05 dengan uji dua sisi. Jika korelasi antara
variabel independen dengan residual memberikan signifikasi lebih dari 0,05,
maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi regresi linier adalah tidak terjadinya autokorelasi.
Autokorelasi adalah korelasi antara sesama urutan pengamatan dari waktu ke
waktu (Husein Umar, 2009: 143). Uji autokorelasi digunakan untuk melihat
apakah ada hubungan linier antara error serangkaian observasi yang diurutkan
menurut waktu (data time series). Untuk memeriksa adanya autokorelasi,
biasanya memakai Uji Durbin-Watson:
Suliyanto (2011: 126)
Keterangan:
DW = nilai Durbin Watson e = nilai residual
et-1 = nilai residual satu periode sebelumnya
Suliyanto (2011: 126) menguungkapkan bahwa nilai Durbin Watson
kemudian dibandingkan dengan nilai d-tabel. Hasil perbandingan akan
menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.7
Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson
DW Kesimpulan
< dL Ada autokorelasi (+)
dL s.d dU Tanpa kesimpulan
dU s.d 4 – dU Tidak ada autokorelasi 4 – dU s.d 4 – dL Tanpa kesimpulan
>4 – dL Ada autokorelasi (-)
3.2.5.5 Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi sering digunakan sebagai salah satu alat analisis untuk
membuat proyeksi. Hal ini didasari kenyataan bahwa nilai suatu variabel dapat
dipengaruhi oleh satu atau lebih perubahan variabel lain. Dengan menggunakan
analisis regresi maka akan diperoleh koefisien untuk setiap variabel bebasnya.
Dengan diperolehnya koefisien regresi maka diharapkan akan dapat dibuat
proyeksi atas besarnya nilai variabel tergantung yang mampu meminimumkan
penyimpangannya.
Regresi sederhana digunakan untuk menganalisis hubungan kausal satu
variabel bebas terhadap satu variabel tergantung. Model yang digunakan untuk
melakukan analisis regresi sederhana adalah sebagai berikut:
̂
(Suliyanto, 2011: 39)
Keterangan:
Y = akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah = konstanta
b = koefisien regresi
X = anggaran berbasis kinerja
Ɛ = nilai residu
Nilai a (konstansta) dan nilai b (koefisien regresi) dalam persamaan
diatas dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
b =
a =
(Suliyanto, 2011: 39)
3.2.6 Rancangan Pengujian Hipotesis
Sebelum menguji hipotesis alangkah baiknya kita menetapkan hipotesis
nol dan hipotesis alternatifnya terlebih dahulu. Penetapan hipotesis penelitian ini
berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah. Dalam penelitian ini hipotesis
nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) dinyatakan sebagai berikut:
H0: b ≤ 0, penerapan anggaran berbasis kinerja tidak berpengaruh positif
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah.
Ha: b > 0, penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah.
Hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan fungsional atau kausal antara penerapan anggaran berbasis kinerja
sebagai variabel independen dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
daerah sebagai variabel dependen. Hipotesis ini ditolak atau diterima dapat dilihat
dari taraf signifikansi yang didapatkan setelah pengolahan data yang dilakukan
dengan bantuan software SPSS 20.0 for windows. Jika taraf signifikansi yang
didapat lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak. Sebaliknya jika
taraf signifikansi yang didapat lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan H0
diterima.
3.2.6.1 Koefisien Determinasi
Setelah melakukan uji hipotesis dengan analisis regresi maka selanjutnya
adalah menghitung koefisien determinasi. Koefisien determinasi digunakan
untuk mengetahui tinggi rendahnya pengaruh suatu variabel terhadap variabel
lainnya. Hal ini muncul dari anggapan bahwa semakin tinggi derajat hubungan
yang ada dikarenakan kuatnya pengaruh suatu variabel terhadap variabel
lainnya. Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi. Menurut
Sudjana (2001 :368), rumus untuk koefisien determinasi:
KD = r² x 100%
Keterangan: KD = koefisien determinasi
R2 = koefisien korelasi yang dikuadratkan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan serta hasil penelitian tentang pengaruh penerapan
anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas publik pemerintah daerah (penelitian
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung) yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Berdasarkan hasil penelitian, penerapan anggaran berbasis kinerja telah
sepenuhnya dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota
Bandung. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek transparansi dan akuntabilitas
anggaran, disiplin anggaran, keadilan anggaran, efektivitas dan efisiensi
anggaran, serta aspek disusun dengan pendekatan kinerja. Meskipun demikian,
masih terdapat beberapa SKPD yang masih kurang memperhatikan efisiensi dan
efektivitas anggaran dan kurang profesionalisme aparatur pemerintah, seperti
kurang kompetennya aparatur pemerintah dalam mengerjakan tugas yang
menjadi kewajibannya.
2. Akuntabilitas publik pemerintah daerah dalam bentuk akuntabilitas hukum dan
kejujuran, akuntabilitas proses, akuntabilitas program, akuntabilitas kebijakan,
dan akuntabilitas finansial secara garis besar sudah sepenuhnya dilaksanakan
pelaksanaannya, masih ada aspek yang belum secara optimal dilaksanakan,
yaitu akuntabilitas program dan akuntabilitas kebijakan karena terkadang
kebijakan yang ditetapkan pemerintah bersinggungan dengan wilayah politik
yang menyebabkan kebijakan tidak dapat diterima oleh setiap kalangan.
3. Penerapan anggaran berbasis kinerja memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap akuntabilitas publik pemerintah daerah. Dari hasil tersebut
dapat dirtikan bahwa jika penerapan anggaran berbasis kinerja semakin
ditingkatkan maka akan diringi dengan peningkatan akuntabilitas publik
pemerintah daerah.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat memberikan
saran sebagai berikut:
1. Meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintah dalam melaksanakan
tugasnya dengan cara menyesuaikan antara tugas aparatur pemerintah dengan
latar belakang pendidikannya sehingga diharapkan aparatur pemerintah lebih
berkompeten dalam mengerjakan tugasnya, dan menerapakan sistem
manajemen mutu ISO 9001:2008 pada SKPD di lingkungan Pemerintah Kota
Bandung, dan hendaknya Pemerintah Daerah Kota Bandung mengadakan
pelatihan rutin bagi aparatur pemerintah terutama SDM keuangan serta
agar dapat dilihat sejauh mana perkembangan kompetensi yang dimiliki
aparatur pemerintahan sehingga bisa terus ditingkatkan keahliannya dalam
menjalankan tugasnya.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti permasalahan sejenis,
maka sebaiknya menambah variabel penelitian yang mempunyai pengaruh
terhadap akuntabilitas publik, seperti kepemimpinan dan kompetensi aparatur
pemerintah karena faktor kepemimpinan dan kompetensi aparatur pemerintah
juga memiliki peran sangat penting dalam mewujudkan akuntabilitas publik.
Selain itu pula peneliti selanjutnya dapat pula melakukan penelitian pada subjek
lain yang lebih luas. Selain itu pula dalam melakukan penelitian sebaiknya
meminimalisir tingkat subjektivitas dengan cara menerapkan konsistensi diri
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim dan Theresia Damayanti. (2007). Seri Bunga Rampai Manajemen
Keuangan Daerah: Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPPSTIM
YKPN
Abdul Rahman. (2010). “Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaran Daerah Berbasis Kinerja”. Jurnal Ilmu Administrasi. Vol VII No. 4.
Agus Dwiyanto, et.al. (2006). Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia: Seri
Kajian Birokrasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah. (2010). Metode Penelitian
Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah. (2005). Makalah Standar Analisa Belanja Dikaitkan dengan Sistem
Penganggaran Berbasis Kinerja.
Budi S. Purnomo. (2009). Obligasi Daerah: Alternatif Investasi bagi Masyarakat
dan Sumber Pendanaan bagi Pemerintah Daerah. Bandung: Penerbit
Alfabeta
Duwi Priyanto. (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Furqon. (2009). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta
Heti Purwita Harjanti. (2009). “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Instansi Pemerintah Daerah Kota Depok”. Tesis.
Bandung: Program Pascasarjana UNPAD
Husein Umar. (2008). Desain Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Rajawali Pers
Husein Umar. (2009). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers
Indra Bastian. (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Komaruddin Sastradipoera. (2005). Mencari Makna Dibalik Penulisan Skripsi,
Tesis, dan Disertasi. Bandung: Penerbit Kappa-sigma.
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Pemerintah Kota Bandung Tahun 2011. [Online]. Tersedia: http://bandung.go.id/download/LKPJ2011.pdf. [18 Desember 2012]
Loina Lalolo Krina P. (2003). Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas,
Transparansi dan Partisipasi. Jakarta: Sekretariat Good Public Governance
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mardiasmo. (2004). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Masyhuri dan M. Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis
dan Aplikatif. Bandung: PT. Refika Aditama.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis
untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Parhusip, Potltak Teodorus. (2007). “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis
Kinerja Terhadap Akuntabilitas Publik dan Transparansi di Pemerintahan Kota/Kabupaten yang Terjadi Pemekaran”. Tesis. Yogyakarta: Pascasarjana
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Rahardjo Adisasmita. (2011). Manajemen Pemerintah Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahardjo Adisasmita. (2011). Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
RAPBD Kota Bandung Kurang Tegas. [Online]. Tersedia:
http://www.infoanda.com/id/link.php?lh=U1IHA1VRBAQE. [29 Mei 2012]
Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Riduwan dan Sunarto. (2011). Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan,
Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Setyawan Dwi Antoro. (2006). “Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Publik Pemerintah Daerah”. Tesis. Yogyakarta:
Pascasarjana Prodi Akuntansi UGM.
Sony Yuwono, et.al. (2005). Penganggaran Sektor Publik: Pedoman Praktis
Penyusunan, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban APBD (Berbasis Kinerja). Malang: Banyumedia.
Sudjana. (2001). Statistika untuk Ekonomi dan Niaga. Bandung: TARSITO.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Uma Sekaran. (2006). Research Methods For Business Metodologi Penelitian
Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Wahyudi Kumorotomo. (2008). Akuntabilitas Birokrasi Publik. Sketsa pada Masa
Transisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yunita Anggraini dan B. Hendra Puranto. (2010). Anggaran Berbasis Kinerja: