• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH KEBIJAKAN PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH KEBIJAKAN PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KEBIJAKAN PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA

TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

(Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal)

Oleh :

NANNI WAHYUNI 140503003

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)
(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN

Telah diuji Pada Tanggal 09 Mei 2018

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua Penguji : Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak.

Penguji : Drs. Rasdianto, M.Si, Ak.

Pembanding : Drs. Rustam, M.Si, Ak.

(5)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Penyusunan Anggaran dan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/ atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/ atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Maret 2018 Yang Membuat Pernyataan

Nanni Wahyuni NIM : 140503003

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh kebijakan Penyusunan Anggaran dan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal)”. Shalawat beriring salam kita sanjungkan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak, terutama untuk kedua orangtua saya yang sangat saya kagumi dan cintai Ayahanda Alm Rohmat Saleh Rangkuti dan Ibunda Nur Haina Bancin yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan moral dan materil, nasehat, serta doanya kepada penulis. Juga untuk semua keluarga, kepada abang penulis Rusli Ady Yahya Rangkuti, Zakaria Muhyiddin Rangkuti, Muhammad Hamzah Saleh Rangkuti, kakak penulis Suaibatul Aslamiah Rangkuti, dan adik penulis Ahmad Maksum Rangkuti atas segala pengertian dan dukungan selama ini.

Pada kesempatan ini juga penulis sertakan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., CPA selaku Ketua Departemen/Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi

(7)

dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrul Rambe MM, Ak selaku Sekretaris Departemen/Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si Ak, selaku Dosen Pembimbing saya yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji dan Bapak Drs.

Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan arahan, kritik, dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Kepada Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal, Bapak Sekretaris Daerah, Bapak Kepala Dinas, Kepala Bagian, Kepala Badan, dan seluruh Staf OPD Kabupaten Mandailing Natal, saya ucapkan terima kasih atas izin dan dukungan untuk meneliti di instansi Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal.

6. Kepada sahabat tersayang, Mutiara Afriani Harahap, Sri Hayati, Nurul Khadijah Harahap, Diah Bayu Ramadhani Lubis, Rike Monika Fauziah yang selalu memberi semangat dan motivasi, dan juga seluruh teman-teman Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis tahun 2014. Tidak lupa juga kepada teman-teman dan adek kos-kosan Rika, Dhani, Aisyah, Reni, Leni, Zulfa, Fifin, Putri, Widya, dan Martha yang selalu memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis.

(8)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2018 Penulis

Nanni Wahyuni NIM : 140503003

(9)

ABSTRAK

Pengaruh Kebijakan Penyusunan Anggaran dan Penerapan Anggaran Terhadap Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah

(Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan kebijakan penyusunan anggaran dan penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut baik secara parsial maupun secara simultan. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Mandailing Natal.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan survey. Pengumpulan data dan informasi dilaksanakan dengan studi lapangan melalui kuesioner sebagai alat penelitian yang disebar kepada Kepala Dinas/Kepala Badan/Kepala Bagian di setiap OPD. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan dengan menggunakan skala interval dan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda.

Berdasarkan hasil analisis secara parsial dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel kebijakan penyusunan anggaran berbasis kinerja (X1) terhadap akuntabilitas kinerja (Y) ditujukan oleh nilai signifikansi 0,018 < 0,05, kemudian terdapat pengaruh signifikan antara variabel penerapan anggaran berbasis kinerja (X2) terhadap akuntabilitas kinerja (Y) ditujukan oleh nilai signifikansi 0,003 < 0,05. Berdasarkan hasil analisis secara simultan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel kebijakan penyusunan anggaran berbasis kinerja (X1) dan penerapan anggaran berbasis kinerja (X2) terhadap akuntabilitas kinerja (Y) sebesar 63,4%. Adapun pengaruh dari variabel lain yang tidak diamati sebesar 36,6%.

Kata Kunci : kebijakan penyusunan anggaran berbasis kinerja, penerapan anggaran berbasis kinerja, dan akuntabilitas kinerja .

(10)

ABSTRACT

The Influence Of the Policy Budgeting Formulation and Budgeting Implementation Of The Performance Based

Accountability Government

(Local Government Of Mandailing Natal)

This study aimed to analyze the influence of the Policy Budgeting Formulation and Budgeting Implementation on the Performance Based Accountability Government. This research was conducted in the district government of Mandailing Natal.

The method used in this research is descriptive method with the survey approach. The collection of data and information held by field research through a questionnaire as a research tool to Head of Department/Head of Division at each OPD. The data used for this research is qualitative data which are quantitative by using interval scale and analyzed by using multiple regression analysis.

Based on the partial results of the analysis can be concluded that there is significant influence between the variables of performance based budgeting policy ( X1 ) to the accountability of performance ( Y ) addressed by the significant value of 0.018 < 0.05 , then there is significant influence between the variables of the application of performance-based budgeting (X2) to the accountability of performance ( Y ) addressed by the significant value of 0.003 < 0.05. Based on the results of simultaneous analysis can be concluded that there is significant influence between the variables of performance based budgeting policy ( X1) and the application of performance-based budgeting (X2) to the accountability of performance ( Y ) of 63,4 % . As for the influence of other variables that are not observed to be 36,6 % .

Keywords : policy performance based budgeting, application of performance based budgeting, and performance accountability

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu ... 7

2.1.1 Akuntabilitas Kinerja ... 7

2.1.2 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ... 9

2.1.3 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ... 10

2.1.4 Kebijakan Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja ... 11

2.1.5 Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja ... 16

2.2 Review PenelitianTerdahulu ... 23

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 28

2.3.1 Kerangka Konseptual ... 28

2.3.2 Pengaruh Kebijakan Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ... 30

2.3.3 Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ... 31

2.3.4 Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Definisi Operasional ... 33

3.2.1 Variabel Dependen ... 34

3.2.2 Variabel Independen ... 34

3.3 Responden Penelitian ... 37

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 39

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

3.6 Metode Analisis Data ... 40

(12)

3.6.2 Uji Kualitas Data ... 41

3.6.2.1 Uji Validitas ... 41

3.6.2.2 Uji Realiabilitas ... 42

3.6.3 Uji Asumsi Klasik ... 42

3.6.3.1 Uji Normalitas ... 43

3.6.3.2 Uji Multikolinieritas ... 43

3.6.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 44

3.7 Pengujian Hipotesis ... 44

3.7.1 Uji Regresi Linier Berganda ... 45

3.7.2 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 45

3.7.3 Uji Simultan (Uji F) ... 46

3.7.4 Uji Parsial (Uji t) ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1 Gambaran Umum ... 48

4.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

4.1.2 Karakteristik Responden ... 48

4.2 Analisis Deskriptif ... 50

4.3 Uji Kualitas Data ... 51

4.3.1 Uji Validitas ... 51

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 53

4.4 Uji Asumsi Klasik ... 53

4.4.1 Uji Normalitas ... 54

4.4.2 Uji Multikolinearitas ... 56

4.4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 57

4.5 Uji Hipotesis ... 58

4.5.1 Analisis Regresi Linear Berganda ... 58

4.5.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2) ... 60

4.5.3 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 63

4.5.4 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 64

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 71

5.3 Keterbatasan ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN ... 77

(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Pengukuran Indikator Kinerja ... 22

2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 27

3.1 Defenisi Operasional ... 36

3.2 Data Responden Penelitian ... 38

4.1 Kuesioner Penelitian ... 48

4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 49

4.4 Hasil Uji Descriptive Statistics ... 50

4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Kebijakan Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja... 51

4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja ... 52

4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ... 52

4.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 53

4.9 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov... 54

4.10 Hasil Uji Multikolinearitas... 56

4.11 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 59

4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 60

4.13 Hasil Uji F ... 63

4.14 Hasil Uji t ... 65

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 29

4.1 Gambar Grafik Histogram ... 55

4.2 Gambar Kurva P-P Plot ... 55

4.3 Gambar Grafik Scatterplot ... 57

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 77

2 Surat Izin Penelitian ... 83

3 Data Mentah Kebijakan Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja ... 84

4 Data Mentah Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja ... 86

5 Data Mentah Akuntabilitas Kinerja ... 88

6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kebijakan Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja ... 90

7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja ... 92

8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ... 94

9 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif ... 96

10 Hasil Uji Normalitas ... 96

11 Hasil Uji Analisis Statistik ... 97

12 Hasil Uji Multikolinearitas ... 97

13 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 98

14 Hasil Uji Analisis Regresi Berganda... 98

15 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 98

16 Hasil Uji Signifikan Simultan ... 99

17 Hasil Uji Signifikan Parsial ... 99

18 Titik Presentase Distribusi r ... 100

19 Titik Presentase Distribusi F untuk Probabilitas 0,05 ... 101

20 Titik Presentase Distribusi t ... 102

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik dan terpercaya, sesuai dengan semangat reformasi untuk mewujudkan sebuah sistem pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) sebagaimana tertuang dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor XI/MPR/1998, mensyaratkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di dalamnya, pemerintah telah menerbitkan instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) yang diperbaharui dengan diterbitkannya Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan seluruh instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.

Dalam pelaksanaannya, Perpres ini dilengkapi dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) mengatakan bahwa akuntabilitas kementerian/lembaga dan pemerintah daerah masih rendah. Hasil evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2016 menunjukkan banyak instansi belum berbenah untuk

(17)

meningkatkan akuntabilitas kinerjanya untuk masyarakat. Ada 50 dari Kementerian/lembaga, 24 dari 34 provinsi, dan 456 dari 465 pemerintah daerah dengan nilai akuntabilitas kinerja di bawah 70. Hasil itu tidak jauh berbeda dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) 2016, hanya ada 2 kementerian/lembaga, 1 provinsi, dan 1 kabupaten/kota yang skornya naik menjadi lebih dari 70. Evaluasi SAKIP yang dilakukan Kementerian PAN dan RB setiap tahun dibagi menjadi tujuh kategori.

Skala Kategori

0-30 D

30-50 C

50-60 CC

60-70 B

70-80 BB

80-90 A

90-100 AA

Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal merupakan salah satu Pemda yang tingkat akuntabilitas kinerjanya masih rendah. Hasil evaluasi dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Pemda Mandailing Natal memperoleh nilai C untuk laporan kinerja pemerintah Kabupaten tahun 2016. Banyak penyebab masih rendahnya tingkat akuntabilitas kinerja khususnya bagi kabupaten/kota, selain karena tujuan atau sasaran yang ditetapkan tidak berorientasi pada hasil, ukuran

(18)

keberhasilan pun tidak jelas dan terukur, program/kegiatan yang ditetapkan tidak berkaitan dengan sasaran, serta rincian kegiatan tidak sesuai dengan maksud kegiatan. Keempat permasalahan tersebut menciptakan inefisiensi penggunaan anggaran pada instansi pemerintah.

Penyusunan anggaran oleh masing – masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) harus betul – betul dapat menyajikan suatu informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, serta korelasi antara besaran anggaran (beban kerja dan harga satuan) dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai atau diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu, penerapan anggaran berbasis kinerja mengandung makna bahwa setiap penyelenggara negara berkewajiban untuk bertanggungjawab atas hasil proses dan penggunaan sumber dayanya.

Lingkup anggaran menjadi relevan dan penting di lingkungan pemerintah daerah. Hal ini terkait dengan dampak anggaran terhadap akuntabilitas pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada publik/masyarakat. Selain itu, anggaran merupakan dokumen atau kontrak politik antara pemerintah dan DPRD sebagai wakil rakyat, untuk masa yang akan datang (Mardiasmo, 2009: 68).

Selanjutnya, DPRD akan mengawasi kinerja pemerintah melalui anggaran.

Penerapan dan pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata sangat diperlukan sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna dan berhasil. Pembangunan atas kebutuhan masyarakat akan menjadikan landasan berfikir bagaimana mengoperasikan

(19)

otonomi sehingga betul – betul mencapai sasaran yaitu meningkatkan taraf dan kualitas hidup masyarakat.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Dalam menjalankan revolusi perputaran pemerintahan, memang sangatlah penting apabila kita bisa mengetahui seberapa besarnya belanja daerah yang dihasilkan oleh pemerintah kita sendiri. Belanja daerah di masing – masing daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi keuangan daerah dan kemampuan daerah dalam menggali sumber – sumber keuangan sendiri serta transfer dari pusat.

Kegiatan perencanaan dan penganggaran yang melibatkan seluruh unsur pelaksana yang ada di Organisasi Perangkat Daerah (OPD), mulai dari penentuan program dan kegiatan, klasifikasi belanja daerah, penentuan standarisasi biaya, penentuan indikator kinerja dan target kinerja, sampai jumlah anggaran yang bisa diperkirakan untuk disediakan, memerlukan perhatian yang serius bagi pimpinan satuan kerja perangkat daerah beserta pelaksana program kerja dan kegiatan. Dalam setiap dokumen anggaran harus dapat menyajikan informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang akan dianggarkan.

Hasil penelitian sebelumnya yang meneliti tentang akuntabilitas kinerja adalah Masdayani (2011) menunjukkan bahwa, variabel kebijakan

(20)

secara parsial tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, sementara Wibisono (2009) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh signifikan antara kebijakan penyusunan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Endrayani (2014) dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh signifikan antara variabel penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Dari hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa pengaruh kebijakan penyusunan anggaran dan penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah memiliki hasil yang inkonsistensi, sehingga penulis termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut: “Apakah kebijakan penyusunan anggaran berbasis kinerja dan penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja baik secara simultan maupun secara parsial pada instansi pemerintah di Kabupaten Mandailing Natal ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kebijakan penyusunan anggaran berbasis kinerja dan penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja baik secara simultan maupun secara parsial pada instansi pemerintah di Kabupaten Mandailing

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat secara umum dan secara khusus bagi peneliti, bagi pemerintah, bagi masyarakat umum, dan bagi peneliti lain.

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang akuntansi pemeritahan, khususnya bagaimana kebijakan penyusunan anggaran dan penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah.

2. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Mandailing Natal, sebagai informasi tambahan referensi dan masukan dalam merumuskan kebijakan penyusunan anggaran dan penerapan anggaran berbasis kinerja yang dapat meningkatkan akuntabilitas kinerja pada setiapp OPD yang ada di pemerintahan daerah Kabupaten Mandailing Natal.

3. Bagi masyarakat umum, agar dapat menjadi lebih bijak dalam memahami program – program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.

4. Bagi peneliti lain, sebagai bahan perbandingan yang berguna dalam menambah pengetahuan, untuk yang berminat dalam pembahsan mengenai kebijakan penyusunan anggaran dan penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

(22)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

2.1.1 Akuntabilitas Kinerja

Dalam pengertian yang sempit akuntabilitas dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban yang mengacu kepada siapa organisasi (atau pekerja individu) bertanggungjawab dan untuk apa organisasi (pekerja individu) bertanggungjawab. Dalam pengertian luas, akuntabilitas dapat dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Makna akuntabilitas ini merupakan konsep filosofis inti dalam manajemen sektor publik. Dalam konteks organisasi pemerintah, sering ada istilah akuntabilitas publik yang berarti pemberian informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak – pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus bisa menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak- hak publik.

Dalam peran kepemimpinan, akuntabilitas dapat merupakan pengetahuan dan adanya pertanggungjawaban terhadap tiap tindakan, produk, keputusan dan kebijakan termasuk pula di dalamnya

(23)

administrasi publik pemerintahan, dan pelaksanaan dalam lingkup peran atau posisi kerja yang mencakup di dalam mempunyai suatu kewajiban untuk melaporkan, menjelaskan dan dapat dipertanyakan bagi tiap – tiap konsekuensi yang sudah dihasilkan.

Akuntabilitas harus merujuk kepada sebuah spektrum yang luas dengan standar kinerja yang bertumpu pada harapan publik sehingga dapat digunakan untuk menilai kinerja, responsivitas, dan juga moralitas dari para pengemban amanah publik. Konsepsi akuntabilitas dalam arti luas ini menyadarkan kita bahwa pejabat pemerintah tidak hanya bertanggungjawab kepada otoritas yang lebih tinggi dalam rantai komando institusional, tetapi juga bertanggungjawab kepada masyarakat umum, lembaga swadaya masyarakat, media massa, dan banyak stakeholders lain. Jadi, penerapan akuntabilitas ini, di samping berhubungan dengan penggunaan kebijakan administratif yang sehat dan legal, juga harus bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat atas bentuk akuntabilitas formal yang ditetapkan.

Akuntabilitas publik menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) ada tiga, yaitu akuntabilitas keuangan, akuntabilitas manfat, dan akuntabilitas prosedural.

1. Akuntabilitas keuangan

Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban tentang hal yang berhubungan dengan integritas keuangan, taat pada aturan, dan sebagainya.

(24)

2. Akuntabilitas manfaat

Akuntabilitas manfaat memberikan manfaat hasil dari kegiatan – kegiatan pemerintah.

3. Akuntabilitas prosedural

Akuntabilitas prosedural merupakan pertanggungjawaban mengenai tata cara pelaksanaan kebijakan apakah telah mempertimbangkan moralitas, hukum, etika, dan sebagainya.

2.1.2 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Dalam rangka menciptakan pemerintahan yang baik (good governance) dan memerangi praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) telah secara tegas dituangkan dalam TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN; dan Undang – undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN. Memang sejak bergulirnya reformasi, berbagai upaya telah dilakukan di negara ini untuk menjadikan penyelenggara (pemegang amanah) menjadi akuntabel kepada pihak yang telah mempercayainya.

Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan wujud pertanggungjawaban instansi pemerintah dalam mencapai visi, misi dan tujuan organisasi. Pertanggungjawaban bukan hanya dalam bentuk formalitasnya akan tetapi yang lebih penting adalah dari sudut substansi dan semangat untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.

(25)

2.1.3 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada pokoknya adalah instrument yang digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi, terdiri dari berbagai komponen yang merupakan satu kesatuan, yaitu perencanaan stratejik, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, dan pelaporan kinerja (Lembaga Administrasi Negara, 2003:3)

Dalam Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 dikatakan bahwa tujuan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintah yang baik dan terpercaya. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dilaksanakan atas semua kegiatan utama instansi pemerintah yang memberikan kontribusi bagi pencapaian visi dan misi instansi pemerintah. Dikatakan juga dalam inpres tersebut bahwa sasaran SAKIP ada empat.

1. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya.

2. Terwujudnya transparansi instansi pemerintah.

3. Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan nasional.

(26)

4. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

2.1.4 Kebijakan Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja

Penyusunan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) merupakan proses penganggaran daerah dimana secara konseptual terdiri atas formulasi kebijakan anggaran (budget policy formulation) dan perencanaan operasional anggaran (budget operational planning).

Penyusunan kebijakan umum APBD termasuk kategori formulasi kebijakan anggaran yang menjadi acuan dalam perencanaan operasional anggaran. Formulasi kebijakan anggaran yang berkaitan dengan analisis fiskal, sedang perencanaan operasional anggaran lebih ditekankan pada alokasi sumber daya keuangan.

Penyusunan Rancangan Kerja Anggaran (RKA) SKPD merupakan bentuk pengalokasian sumber daya keuangan pemerintah daerah berdasarkan struktur APBD dan kode rekening. Prioritas dan Pelaporan Anggaran Sementara (PPAS) adalah jumlah anggaran yang diberikan pada SKPD untuk setiap program dan kegiatan sehingga PPAS digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RKA. Rencana kerja dan anggaran (RKA) adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.

Dalam menyusun anggaran berbasis kinerja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu prinsip – prinsip penganggaran, aktivitas semua dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja, peranan legislatif,

(27)

siklus perencanaan anggaran daerah, struktur APBD, dan penggunaan anggaran berbasis kinerja.

Adapun prinsip – prinsip penganggaran, yaitu transparansi dan akuntabilitas penganggaran, disiplin anggaran, keadilan anggaran, efisiensi dan efektivitas anggaran, dan disusun dengan pendekatan kinerja.

1. Transparansi dan akuntabilitas anggaran

APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh dari masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan.

Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat terutama pemenuhan kebutuhan – kebutuhan hidup masyarakat

2. Disiplin anggaran

Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/proyek yang belum atau tidak tersedia anggarannya dalam APBD atau perubahan APBD

3. Keadilan anggaran

Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan karena

(28)

pendapatan daerah pada hakekatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat

4. Efisiensi dan efektivitas anggaran

Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan untuk kepentingan masyarakat 5. Disusun dengan pendekatan kinerja

APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau input yang ditetapkan.

Perencanaan anggaran daerah secara keseluruhan yang mencakup penyusunan kebijakan umum APBD sampai dengan disusunnya rancangan APBD terdiri dari beberapa tahapan proses perencanaan anggaran daerah berdasarkan Undang – undang Nomor 17 Tahun 2003 serta Undang – undang Nomor 32 dan 33 Tahun 2004.

1. Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sebagai landasan penyusunan rancangan APBD paling lambat pada pertengahan bulan Juli tahun berjalan.

Kebijakan umum APBD tersebut berpedoman pada RKPD

(29)

(Rencana Kerja Pemerintah Daerah). Proses penyusunan melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan yang selain diikuti oleh unsur – unsur pemerintahan juga mengikutsertakan dan atau menyerap aspirasi masyarakat terkait antara lain asosiasi profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pemuka adat, pemuka agama, dan kalangan dunia usaha.

2. DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) kemudian membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan oleh pemerintah daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahunan anggaran berikutnya.

3. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD pemerintah daerah bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap SKPD.

4. Kepala OPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA-OPD tahun berikutnya dengan mengacu pada prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah bersama DPRD.

5. RKA-OPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.

6. Hasil pembahasan RKA-OPD disampaikan kepada pejabat pengelola kauangan daerah sebagai bahan penyusunan rancangan perda tentang APBD tahun berikutnya.

(30)

7. Pemerintah daerah mengajukan rancangan perda tentang APBD disertai dengan penjelasan dan dokumen – dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.

8. Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda tentang APBD dilakukan selambat – lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

Siklus APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah) berdasarkan Undang – undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Standar Akuntansi Pemerintahan, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari :

a. anggaran pendapatan, b. anggaran belanja, c. transfer,

d. pembiayaan.

Anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan amanat rakyat kepada pemerintah daerah untuk mewujudkan aspirasi dan kebutuhan mereka. Anggaran merupakan refleksi aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam satu tahun fiskal tertentu yang dinyatakan dalam satuan mata uang. Di sisi pemerintah daerah, perwujudan amanat rakyat ini dinyatakan dalam bentuk rencana kerja yang akan dilaksanakan pemerintah daerah dengan menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Dengan demikian, penyusunan anggaran daerah harus berorientasi pada kepentingan masyarakat atau publik.

(31)

Penyusunan anggaran berbasis kinerja bertujuan untuk dapat meningkatkan efisiensi pengalokasian sumber daya dan efektivitas penggunaannya sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah sehingga dengan adanya anggaran berbasis kinerja tersebut diharapkan anggaran dapat digunakan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dapat mendukung peningkatan transparansi dan akuntabilitas manajemen sektor publik.

Selain itu, anggaran berbasis kinerja memfokuskan pemanfaatan anggaran untuk perbaikan kinerja organisasi yang berpedoman pada prinsip value for money.

2.1.5 Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). APBD ditetapkan dengan peraturan daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. APBD terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.

1. Anggaran pendapatan, terdiri dari PAD, bagian dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.

(32)

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain – lain,

b. Bagian dana perimbangan, yang meliputi dana bagi hasil, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), c. Lain – lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana

darurat.

2. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintah di daerah.

3. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun – tahun anggaran berikutnya.

Fungsi anggaran pendapatan dan belanja daerah terdiri dari fungsi otorisasi, fungsi perencanaan, fungsi pengawasan, fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilitasi.

1. Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk merealisasi pendapatan, dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa dianggarkan pada APBD sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk dilaksanakan,

2. Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan,

(33)

3. Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pemerintah daerah

4. Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi, dan efektivitas perekonomian daerah,

5. Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan – kebijakan dalam penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan, dan kepatutan,

6. Fungsi stabilitasi memiliki makna bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

Anggaran berbasis kinerja (Performance Based Budgeting) merupakan sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan sangat erat dengan visi, misi, dan rencana strategis organisasi (Bastian, 2006:171). Anggaran dengan pendekatan kinerja menekankan pada konsep value for money dan pengawasan atas kinerja output. Pendekatan anggaran kinerja disusun untuk mencoba mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja.

(34)

Mardiasmo (2004:63) menyatakan bahwa anggaran sektor publik pemerintahan terutama sangat penting karena 3 alasan.

1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial ekonomi menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

2. Adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tidak terbatas dan terus berkembang sedangkan sumbernya yang ada terbatas.

3. Untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggungjawab terhadap rakyat.

Anggaran kinerja adalah sistem anggaran yang lebih menekankan pada pendayagunaan dana yang tersedia untuk mencapai hasil yang optimal. Penjelasan PP Nomor 15 Tahun 2008 pasal 8 yaitu anggaran dengan pendekatan kinerja adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja dapat dijelaskan melalui empat point penting.

1. Suatu anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil karya (output) dari perencanaan alokasi biaya (input) yang ditetapkan.

(35)

2. Output (keluaran) menunjukkan produk (barang/jasa) yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan masukan (input yang digunakan).

3. Input (masukan) adalah besarnya daya, sumber daya manusia, material, waktu dan teknologi yang digunakan untuk melaksanakan program atau kegiatan sesuai dengan masukan input yang digunakan.

4. Kinerja ditunjukkan oleh hubungan input (masukan) dengan output (keluaran).

Penerapan anggaran berbasis kinerja di era New Public Management ditandai dengan pelaksanaan prinsip – prinsip good government dalam segala bidang. Di bidang keuangan sektor publik, sistem manajemen kauangan yang baik dan mampu mewujudkan prinsip – prinsip good government, termasuk didalamnya sistem perencanaan dan pelaksanaan anggaran. Transparansi dalam proses persiapan anggaran dan akuntabilitas dan manajemen keuangan pemerintah, tentunya akan menunjang penggalian, pengalokasian serta penggunaan sumber – sumber ekonomi secara bertanggungjawab.

Penerapan anggaran berbasis kinerja diatur dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan diubah lagi dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Dalam peraturan ini, disebutkan tentang penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Organisasi Perangkat Daerah (RKA-OPD). Adanya RKA- OPD ini berarti telah terpenuhinya kebutuhan tentang anggaran berbasis

(36)

kinerja dan akuntabilitas. Dimana anggaran berbasis kinerja menuntut adanya output optimal atau pengeluaran yang dialokasikan sehingga setiap pengeluaran harus berorientasi atau bersifat ekonomi, efisien, dan efektif.

Transparansi adalah keterbukaan dalam proses perencanaan, penyusunan, pelaksanaan anggaran pemerintah, hal tersebut memberi arti bahwa anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa proses penganggaran mulai perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan harus benar – benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut, tetapi juga berhak menuntut pertanggungjawaban atas rencana maupun pelaksanaan anggaran tersebut.

Untuk dapat menerapkan anggaran berbasis kinerja diperlukan langkah – langkah pokok yang terdiri dari penyusunan rencana strategi, sinkronisasi, penyusunan kerangka acuan, perumusan indikator kinerja, pengukuran kinerja, dan pelaporan kinerja.

1. Penyusunan rencana strategi, yang mencakup pertanggungjawaban pelaksanaan program.

2. Sinkronisasi, yakni sinkronisasi program dan kegiatan/subkegiatan.

(37)

3. Penyusunan kerangka acuan, yang menguraikan dengan jelas bagaimana program dan isinya terkait dengan upaya mencapai tujuan kebijakan yang melandasinya.

4. Perumusan/penerapan indikator kinerja.

Indikator kinerja adalah bagian penting dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja. Indikator kinerja merupakan performance commitment yang dijadikan dasar atau kriteria penilaian kinerja instansi pemerintah,

Adapun ilustrasi dari pengukuran indikator kinerja sebagai berikut : Tabel 2.1

Pengukuran Indikator Kinerja

Sektor Input Output Outcome Benefit Impact

Administrasi umum

Jumlah staf

Jumlah kertas kerja

Keputusan yang lebih baik

Terbuka untuk didiskusikan

Stabilitas administrasi umum secara makro Pendidikan Rasio guru

dan siswa

Tingkat nilai yang didapat

Tingkat literasi yang lebih baik

Memberikan ruang yang lebih luas bagi siswa untuk berekspresi

Memberantas kebodohan dan

kemiskinan Hukum Anggaran Kasus yang ada Tingkat kasasi

yang rendah

Bantuan bagi terdakwa yang miskin

Jumlah kasus yang ada

berkurang Polisi Jumlah

kendaraan polisi

Jumlah penangkapan

Penurunan tingkat kriminalitas

Penghormatan kepada hak – hak warga

Mengurangi angka prilaku kejahatan Kesehatan Rasio

perawat dan penduduk

Jumlah vaksinasi

Morbiditas lebih rendah

Penanganan yang tidak pandang bulu

Stabilitas kesehatan secara makro Sosial Jumlah

pekerja sosial

Jumlah anggota masyarakat yang dibantu

Berkurangnya tuna sosial

Perlakuan yang bermartabat kepada tuna sosial

Jumlah pekerja sosial meningkat

(38)

5. Pengukuran kinerja/akuntabilitas kinerja

Anggaran berbasis kinerja perlu didukung oleh akuntabilitas kinerja yang menunjukkan pertanggungjawaban instansi pemerintah atas keberhasilan atau kegagalan pengelolaan dan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang dilakukan secara periodik diukur dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar akuntabilitas kinerja dapat berjalan dengan baik diperlukan sistem pengukuran kinerja dan sistem pengelolaan kinerja yang dapat bekerja secara sinergis.

6. Pelaporan kinerja

Langkah akhir dari anggaran berbasis kinerja adalah pertanggungjawaban kinerja yang dituangkan dalam laporan akuntabilitas kinerja yang disusun secara jujur, objektif dan transparan. Laporan akuntabilitas kinerja menguraikan tentang pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi dalam rangka pencapaian visi dan misi serta berguna sebagai bahan evaluasi atau umpan balik bagi pihak – pihak yang bersangkutan.

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Penelitian terhadap akuntabilitas kinerja telah banyak dilakukan oleh penelitian- penelitian sebelumnya. Tabel 2.2 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Wibisono (2009) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas

(39)

kinerja instansi pemerintah. Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah 132 orang dari SKPD yang terlibat dalam penyusunan anggaran pemerintah kota Surabaya. Analisa data menggunakan model analisi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Kusumaningrum (2010) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi, dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Sampel dalam penelitian ini adalah kepala sub bagian/kepala sub seksi pada Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Tengah sebanyak 108 orang. Sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan pengujian validitas dan realibilitas, kemudian dilakukan uji hipotesis melalui uji t dan uji F.

Masdayani (2011) meneliti apakah terdapat pengaruh signifikan antara kebijakan penyusunan anggaran, penerapan anggaran, dan belanja daerah berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut baik secara parsial maupun secara simultan.

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Asahan. Pengumpulan data dan informasi dilaksanakan dengan studi lapangan melalui kuesioner sebagai alat penelitian yang disebar kepada Bappeda dan staf PPK SKPD. Berdasarkan hasil analisis secara parsial dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel kebijakan penyusunan anggaran, variabel penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja, dan terdapat pengaruh signifikan antara variabel penerapan belanja daerah berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja. Berdasarkan analisis secara

(40)

simultan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara ketiga variabel independen tersebut terhadap akuntabilitas kinerja.

Penelitian Endrayani (2014) bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Dinas Kehutanan UPT KPH Bali Tengah. Teknik penentuan sampel menggunakan purposive sampling yang menjadi kriterianya adalah pegawai yang memiliki masa kerja minimal satu tahun, serta yang semua melakukan aktivitas dalam anggaran berbasis kinerja dan akuntabilitas kinerja. Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 47 buah, dari kuesioner yang disebar sebanyak 13 kuesioner gugur dan 34 kuesioner dapat diolah.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Puspita (2014) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan anggaran berbasis kinerja dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandung, serta menganalisis pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus.

Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh dan pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan kepada para responden.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh antara penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebesar 93% sedangkan sisanya 7% merupakan pengaruh dari faktor lain.

(41)

Penelitian Sembiring (2016) bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Kabupaten Magelang dengan menggunakan empat variabel yaitu, perencanaan anngaran, pelaksanaan anggaran, pelaporan/pertanggungjawaban anggaran, dan evaluasi kinerja. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah para Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah lingkup pemerintah Kabupaten Magelang. Sedangkan yang tidak termasuk dalam PPKD menggunakan kriteria telah menduduki jabatan struktural tertentu minimal selama dua tahun. Data dikumpulkan dari kuesioner yang dikirimkan kepada 100 PNS yang bekerja pada SKPD di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Magelang. Jumlah yang dapat digunakan untuk penelitian ini adalah 79 kuesioner sedangkan 21 kuesioner lainnya tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan dan pelaksanaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Sedangkan pelaporan/pertanggungjawaban dan evaluasi kinerja berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

(42)

Tabel 2.2

Review Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 1. Wibisono

(2009)

Independen : Penyusunan anggaran berbasis kinerja,

Implementasi anggaran,

pertanggungjawaban anggaran

Dependen : Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

Penelitian ini menyimpulkan bahwa semua variabel independen secara parsial berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

2. Kusumaningrum (2010)

Independen : Kejelesan sasaran anggaran,

pengendalian akuntansi, sistem pelaporan.

Dependen : Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi, dan sistem pelaporan berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

3. Masdayani (2011)

Independen : Kebijakan penyusunan anggaran,

Penerapan anggaran , penerapan belanja daerah berbasis kinerja.

Dependen :

akuntabilitas kinerja

Secara parsial variabel kebijakan penyusunan anggaran berbasis kinerja dan penerapan anggaran berbasis kinerja tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap variabel akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

4. Endrayani (2014)

Independen :

Penerapan anggaran berbasis kinerja

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja

(43)

Dependen : Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

5. Puspita (2014)

Independen :

Penerapan anggaran berbasis kinerja Dependen : Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

Penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh secara signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah,.

6. Sembiring (2016)

Independen:

Perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran, pelaporan/

pertanggung jawaban anggaran, evaluasi kinerja Dependen : Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

Penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan dan pelaksanaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Sedangkan pelaporan/ pertanggung jawaban dan evaluasi kinerja berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Menurut Erlina (2011:33) kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor – faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu kerangka teoritis akan menghubungkan secara teoritis antara variabel – variabel penelitian, yaitu variabel bebas, dan variabel terikat.

Reformasi anggaran yang dilakukan oleh pemerintah mengakibatkan perubahan struktur anggaran dan perubahan proses

(44)

penyusunan APBD untuk menciptakan transparansi dan meningkatkan akuntabilitas publik. Bentuk reformasi anggaran dalam upaya memperbaiki proses penganggaran adalah penerapan anggaran berbasis kinerja. Anggaran menjadi suatu hal yang sangat relevan dan penting di lingkup pemerintahan karena dampaknya terhadap akuntabilitas pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Adanya perubahan dalam hal pertanggungjawaban dari pertanggungjawaban vertikal ke pertanggungjawaban horizontal menurut DPRD mengawasi kinerja pemerintah melalui anggaran. Akuntabilitas melalui anggaran meliputi penyusunan anggaran sampai dengan pelaporan anggaran.

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Kebijakan penyusunan

anggaran berbasis kinerja (X1)

Penerapan anggaran berbasis kinerja (X2)

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(Y)

(45)

2.3.2 Pengaruh Kebijakan Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Penyusunan anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. Pada organisasi privat atau swasta, anggaran merupakan suatu hal yang sangat dirahasiakan, sedangkan untuk organisasi sektor publik anggaran merupakan suatu hal yang harus diketahui oleh publik untuk dievaluasi, dikritik, dan diberi masukan dalam rangka meningkatkan kinerja instansi pemerintah. Anggaran menjadi suatu hal yang sangat relevan dan penting di lingkup pemerintahan karena dampaknya terhadap akuntabilitas pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Adanya perubahan dalam hal pertanggungjawaban horizontal menuntut DPRD mengawasi kinerja pemerintah melalui anggaran.

Akuntabilitas melalui anggaran meliputi penyusunan anggaran sampai dengan pelaporan anggaran. Penyusunan anggaran berbasis kinerja memungkinkan pengalokasian sumber daya yang terbatas untuk membiayai kegiatan prioritas pemerintah sehingga tujuan pemerintah dapat tercapai dengan efisien dan efektif, karena dengan melihat anggaran yang telah disusun berdasarkan prinsip-prinsip berbasis kinerja akan dengan mudah diketahui program-program yang diprioritaskan dan memudahkan penerapannya dengan jumlah alokasi anggaran pada masing-masing program. Anggaran yang jelas, dan juga output yang jelas, serta adanya hubungan yang jelas antara pengeluaran

(46)

dan output yang hendak dicapai, maka akan tercipta transparansi karena dengan adanya kejelasan hubungan semua pihak terkait dan juga masyarakat dengan mudah akan turut mengawasi kinerja pemerintah.

Jadi dapat dikatakan jika penyusunan anggaran berbasis kinerja dilakukan dengan baik maka akuntabilitas kinerja instansi pemerintah akan meningkat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wibisono (2009) yang menunjukkan hubungan positif antara variabel penyusunan anggaran berbasis kinerja dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

2.3.3 Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

APBD disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang akan dicapai, untuk mendukung kebijakan ini perlu dibangun suatu sistem yang dapat menyediakan data dan informasi untuk menyusun APBD dengan pendekatan kinerja. Anggaran berbasis kinerja pada dasarnya merupakan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Adapun kinerja tersebut harus mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, yang berarti harus berorientasi pada kepentingan publik.

Pelaksanaan kegiatan pemerintah berpegang pada anggaran yang ditetapkan, sehingga tercapainya anggaran berarti juga tercapainya sasaran pemerintah daerah. Oleh karena itu anggaran seharusnya mempunyai kualitas yang baik dan realistis, dengan adanya pengendalian keuangan yang efektif, pelaksanaan anggaran dapat lebih

(47)

baik sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas publik. Hal ini menunjukkan bahwa ketika penerapan anggaran berbasis kinerja baik, maka akuntabilitas kinerja juga meningkat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wibisono (2009) yang menunjukkan hubungan positif antara variabel penerapan anggaran berbasis kinerja dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

2.3.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut: “Kebijakan penyusunan anggaran berbasis kinerja dan penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja baik secara simultan maupun secara parsial pada instansi pemerintah di Kabupaten Mandailing Natal”.

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain asosiatif kausal. Desain Kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar varibel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya yaitu hubungan sebab akibat. Dalam Penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel dependen. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan pengaruh kebijakan penyusunan anggaran dan penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas instansi pemerintah di Kabupaten Mandailing Natal.

3.2 Definisi Operasional

Menurut Jogiyanto (2010:61) “defenisi operasional menjelaskan karakteristik dari objek (perusahaan) kedalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan di dalam riset, variabel independen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi terikat, karena adanya variabel bebas”.

Berdasarkan desain penelitian asosiatif kausal yang merupakan desain penelitian yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variable dependen, maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(49)

3.2.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah akuntabilitas kinerja. Akuntabilitas merupakan kewajiban dari individu – individu penguasa yang dipercaya mengelola sumber-sumber daya publik untuk mempertanggungjawabkan berbagai hal menyangkut fiskal, manajerial dan program. Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/

kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan – tujuan dan sasaran – sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.

3.2.2 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kebijakan penyusunan anggaran berbasis kinerja, penerapan anggaran berbasis kinerja, dan belanja daerah berbasis kinerja.

A. Kebijakan Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja

Penyusunan anggaran berbasis kinerja bertujuan untuk dapat meningkatkan efisiensi dan pengalokasian sumber daya dan efektivitas penggunaannya sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah sehingga dengan adanya anggaran berbasis kinerja tersebut diharapkan anggaran dapat digunakan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dapat mendukung peningkatan transparansi dan akuntabilitas manajemen sektor publik. Selain itu, anggaran berbasis kinerja

(50)

memfokuskan pemanfaatan anggaran untuk perbaikan kinerja organisasi yang berpedoman pada prinsip value for money.

B. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja

Penerapan anggaran berbasis kinerja di Indonesia mempunyai tantangan yang tidak ringan karena berubahnya sistem penganggaran. Tantangan yang lebih berat adalah mengubah mind set tidak hanya pada lingkungan pemerintah (eksekutif), tetapi juga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif.

Reformasi anggaran yang dilakukan oleh pemerintah mengakibatkan perubahan struktur anggaran dan perubahan proses penyusunan APBD untuk menciptakan transparansi dan meningkatkan akuntabilitas publik. Bentuk reformasi anggaran dalam upaya memperbaiki proses penganggaran adalah penerapan anggaran berbasis kinerja.

(51)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Jenis

Variabel

Nama

Variabel Definisi Operasional Pengukuran

Variabel Skala Dependen Akuntabilitas

Kinerja

Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk

mempertanggungjawab kan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi

dalam mencapai tujuan – tujuan dan sasaran – sasaran yang telah ditetapkan melalui alat

pertanggungjawaban secara periodik.

Variabel ini diukur dengan melihat rencana

strategis, rencana kinerja, kesepakatan kinerja, laporan akuntabilitas, penilaian sendiri, penilaian kinerja, dan kendali manajemen.

Interval

Independen

Kebijakan Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja

Merupakan tata cara atau tahapan yang dilakukan untuk membentuk sebuah anggaran yang berlandaskan kinerja setiap individu yang bersangkutan dalam penyusunan anggaran tersebut.

Variabel ini diukur dengan melihat

(1)

penyusunan rencana kerja pemerintah daerah; (2) penyusunan

rancangan kebijakan umum anggaran;

(3) penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara;

(4) penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD; (5) penyusunan

rancangan perda APBD; dan (6) penetapan APBD.

Interval

(52)

Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja

Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) merupakan suatu pendekatan dalam sistem penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan output/keluaran

dan

outcome/hasil yang diharapkan, serta memperhatikan efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.

(Departemen Keuangan Republik Indonesia,

Modul Keuangan Negara, 2008 : 15)

Variabel ini diukur dengan melihat program, output, input, kinerja individu dan jenis belanja

Interval

3.3 Responden Penelitian

Dalam penelitian ini Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal yang berjumlah 57 OPD dijadikan sebagai responden untuk melakukan pencarian data secara primer.

Kuesioner diberikan kepada setiap Kepala Dinas, Kepala Bagian, Kepala Badan, dan Staf Ahli yang berfungsi sebagai penyusun rencana strategis dinas, bagian, dan badan berdasarkan rencana strategis pemerintah daerah.

Berikut merupakan rincian data responden penelitian:

Referensi

Dokumen terkait

1. Mengetahui hasil belajar matematika siswa siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Darul Azhar Tahun Ajaran 2014/2015 yang menggunakan model pembelajaran

Dengan mengamati perilaku sistem dengan nilai yang berbeda dari parameter yang terlibat, pengembang dapat mengevaluasi kinerja, yang tergantung pada pilihan parameter

MENGHITUNG $EBERANG$ATAN TAHUNAN E$IALEN &amp;R1+ RUMUSN&gt;A: NO JENIS PESAWAT L'8.!. DIDAPAT TEBAL LAPISAN PER$ERSAN TOTAL =

Tanda ikonis adalah sebuah tanda yang salah satu cirinya biasanya sebuah ciri struktur, ikonis memegang peranan yang sangat penting dalam sastra yang melibatkan dua

Guru yang memiliki motivasi yang tinggi dan tidak hanya untuk kepentingan dirinya, akan dapat melakukan pengelolaan kelas dengan tepat. Guru tersebut akan menaruh perhatian bagi

Pada manusia perkembangan fisik dan mental setiap kali mencapai kematangan terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda. Ada yang cepat dan ada yang lambat. Setiap individu

Dengan fenomena tersebut menyadarkan perusahaan perlu menciptakan strategi yang lebih baik, sehingga memberikan manfaat yang besar bagi konsumennya melalui merek yang telah