DAFTAR ISI
2.1.3.1 Ciri Khas Pemikiran Fundamentalisme 16
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
4.2.3.2 Detil 61
4.2.3.3 Maksud 64
4.2.3.4 Nominalisasi 65
4.2.4 Sintaksis 66
4.2.4.1 Bentuk kalimat (pasif, aktif, kontras) 66
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah Penelitian
Menelisik pandangan agama, kepercayaan dan sisi religiusitas manusia,
dapat menjadi kajian menarik manakala di komunikasi lintas kebudayaan dan
agama. Adanya persandingan pemahaman nilai-nilai lintas agama, dapat
menggiring rasa ingin tahu sisi religius penelitinya.
Agama dan kepercayaan memiliki keterkaitan yang erat satu sama lain.
Namun agama mengandung makna yang lebih luas, karena yang merujuk pada
sistem kepercayaan komprehensif mengenai aspek ketuhanan. Hal ini akan
menjadi landasan hidup manusia untuk menjalani tindakan, ucapan dan
perilakunya. Oleh karenanya, masing-masing individu akan memiliki panutan
agama yang dipercaya dan dianutnya berdasarkan nilai-nilai kebenaran yang
diyakininya.
Adanya perbedaan pandangan agama, sudah dipahami sebagai realita yang
mutlak. Pengkajian lintas budaya dan agama dapat melahirkan tanya tentang
pemahaman komprehensif tentang agama tersebut. Karena perbedaan pandangan
dalam satu agama pun sering terjadi, apalagi jika berbeda agama. Namun,
pencarian sisi spiritual yang tepat memang bisa dilakukan dengan membuka
komunikasi terhadap ajaran agama lain, sehinggga penganutnya menggali
mengerti tentang pandangan suatu budaya dan kosmologi, keakuratannya dapat
diperoleh dalam perilaku yang terprediksi dan motivasi dalam dunia lain.”
Knott (2005) menyatakan, bahwa pengalaman keagamaan yang ada dalam diri
insider ditampilkan kemudian direspon oleh outsider, dengan mempertimbangkan
batas-batas objektivitas dan subjektivitas, yang terpancar dalam pengalaman
keagamaan, yang didasari oleh sikap empati dan analisis kritis. Pada titik ini,
insider-outsider saling berbagi keseimbangan perspektif dalam sejarah studi agama.
Ketika mengetahui adanya penafsiran Islam yang beragam, membuat Kato
menjadikan potret wajah Islam fundamentalis dan liberal sebagai topik
penelitiannya selama empat tahun di Indonesia. Pemilihan Kato sebagai tokoh
yang dianalisis pemikirannya dalam telaah Islam di Indonesia, dikarenakan
penelitian tentang agama yang melintasi ruang budaya dan agama bagi orang
Jepang merupakan hal yang tidak lazim. Hal ini diperkuat oleh pendapat Trompf
yang tertulis dalam kata pengantar di buku “The Clash of Ijtihad Fundamentalist versus Liberal Muslim: The Development of Islamic Thinking in Contemporary Indonesia”.
Representasi religiusitas Kato dapat dilakukan dengan menganalisis
wacana yang ditulis olehnya, dengan melihat tanda-tanda linguistik yang
dihadirkannya. Terkait dengan hal ini, Demirovic (1992: 38 dalam Titscher dkk,
2009: 237) menyatakan bahwa ideologi mencapai materialitas nyata dalam
tanda-tanda linguistik yang ada dalam wacana. Landasan inilah yang menjadi acuan
Wodak (1993), Fairclough (1995), Reisgl (1995), Van Dijk (1998), Strachle, dkk
(1999) dan Van Leeuwen (1999).
Jenis dan wujud religiusitas Kato meliputi hidup dan kehidupan,
menyangkut masalah harkat dan martabat manusia. Yang kemudian dalam
perjalanannya, berkembang dalam ranah pemahaman fundamentalisme dan
liberalisme. Realitas fundamentalisme dapat dilihat dengan menggunakan
pendekatan normatif, dan pendekatan historis-sosiologis yang melihat realitas
sosial sebagai suatu kenyataan sosial yang tercipta secara alami, bukan ditentukan
oleh teks agama. Liberalisme yang dilihat Kato mencakup relativisme dan
skeptisisme Islam, yang terjadi akibat adanya jarak antara akidah dan
sumber-sumber Islam dengan penganutnya.
Representasi religiusitas Kato dilihat berdasarkan beberapa aspek yang
menjadi ciri khas dalam cara berpikir orang Jepang menurut perspektif agama
Budha Jepang. Nakamura (1991) menyatakan ciri-ciri yang menonjol dalam cara
berpikir orang Jepang, di perspektif Budha meliputi: 1) dunia fenomena dan yang
mutlak, 2) paham keduniawian (genseshugi), 3) menerima dan mengakui tabiat
manusia yang alami, 4) mengutamakan cinta kasih terhadap manusia (aijo), dan 5)
semangat toleransi (kanyou) dan Memaafkan (yuwa).
Karena penelitian Kato merupakan penelitian lintas budaya dan agama,
maka akan terjadi persandingan religiusitas dari sisi insider-outside. Knott (2005)
Pemilihan analisis data dengan menggunakan analisis framing yang
diusung oleh van Dijk dikarenakan lebih bersifat kualitatif dibandingkan analisis
isi yang umumnya kuantitatif (dalam Eriyanto: 2001). Maka yang menjadi fokus
dalam penelitian ini adalah penekanan pada pemaknaan teks yang ditulis Kato
dengan dasar interpretatif yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti.
Analisis framing ini memfokuskan pada pesan yang tersembunyi. Maka
proses pemaknaannya dilakukan dengan menganalisis makna yang tersembunyi.
Pretensi analisis wacana ini adalah pada muatan, nuansa dan makna latennya,
serta unsur terpenting analisis adalah penafsiran tanda dan elemen secara
mendalam yang pada teks.
Tujuan analisis ini menyelidiki „bagaimana ia dikatakan‟, maka analisis ini tidak hanya bergerak di level makro (isi dari suatu teks) namun juga ada di level
mikro dalam penyusunan suatu teks, seperti kata, kalimat, ekspresi, dan retoris.
Hal ini merupakan bentuk interaksi dan tidak berpretensi melakukan
generalisasi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan konstruksionis, yang
memiliki dua karakteristik penting, yaitu proses pemaknaan dan penggambaran
tentang suatu realitas (secara aktif) dan kedinamisan dalam proses kegiatan
komunikasi.
Elemen-elemen struktur wacana (menurut van Dijk) yang dianalisis
meliputi Tematik (apa yang dikatakan), Skematik (bagaimana disusun dan
dirangkai), Semantik (makna yang ditekankan), Sintaksis (bagaimana pendapat
disampaikan), Stilistik (pilihan kata yang digunakan) dan Retoris (bagaimana dan
1.2Identifikasi Masalah Penelitian
Dalam penelitian tentang representasi religiusitas Hisanori Kato, yang
terwujud dalam tulisannya yang terdapat bagian Introduction di buku “The Clash of Ijtihad Fundamentalist versus Liberal Muslim: The Development of Islamic Thinking in Contemporary Indonesia”, dapat ditelaah melalui Analisis Wacana Kritis (AWK). Melalui paradigma kritis diharapkan dapat menyelesaikan masalah
penelitian yang teridentifikasi sebagai berikut:
1. Representasi pemikiran Hisanori Kato dalam telaah Islam Fundamentalis
dan Liberal di Indonesia.
2. Alur pemikiran Hisanori Kato dalam telaah Islam Fundamentalis dan
Liberal di Indonesia.
3. Ideologi yang direpresentasikan Hisanori Kato dalam telaah Islam
Fundamentalis dan Liberal di Indonesia.
1.3Pertanyaan-pertanyaan Penelitian
Dalam penelitian yang mendekatkan dimensi lintas budaya pada
pengkajian agama, akan terlihat beberapa perbedaan dalam apa yang mereka
yakini sebagai tujuan akhir manusia makhluk dan jalur yang harus diikuti untuk
memenuhi tujuan Illahi (Pargament, 1997).
1. Apa representasi pemikiran-pemikiran Hisanori Kato dalam telaah Islam
Fundamentalis dan Liberal di Indonesia?
2. Bagaimana alur pemikiran Hisanori kato dalam telaah Islam
Fundamentalis dan Liberal di Indonesia?
3. Apa ideologi yang direpresentasikan Hisanori Kato dalam telaah Islam
Fundamentalis dan Liberal di Indonesia?
1.4Tujuan Penelitian
Semua data yang diperoleh dalam penelitian ini dimaksudkan untuk:
1. Menjabarkan representasi pemikiran-pemikiran Hisanori Kato dalam
telaah Islam Fundamentalis dan Liberal di Indonesia.
2. Mengetahui alur pemikiran Hisanori Kato dalam telaah Islam
Fundamentalis dan Liberal di Indonesia.
3. Mengetahui ideologi yang direpresentasikan Hisanori Kato dalam telaah
Islam Fundamentalis dan Liberal di Indonesia.
1.5Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini mampu membuka keterbatasan pemikiran
tentang ragam penafsiran agama Islam di Indonesia. Hal ini teramat penting
bagi generasi muda yang tengah mencari jati diri, agar tidak terjerembab dalam
penafsiran Islam yang kurang tepat. Hal ini pun telah disampaikan Hisanori
agama lain terhadap Islam, dapat dijadikan rujukan pemahaman Islam secara
“kaffah” bagi umat Islam.
Dengan bekal pemahaman tentang perbedaan tafsir tentang Islam,
diharapkan umat Islam mampu menyikapi nilai dan norma agama, perbedaan
pandangan terhadap nilai-nilai kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam,
untuk kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini
sesuai dengan filosofi bahwa Islam menjadi “rohmatan lil ‘alamin”.
1.6Landasan Teori
Penelitian ini berpijak pada teori representasi dalam budaya (Barker,
2008), yang kemudian dihubungkan dengan representasi religiusitas orang
Jepang dalam perspektif Budhisme (Nakamura, 1991). Dan karena penelitian
ini terkait dengan penelitian agama, maka menggunakan rujukan perspektif
insider-outsider (Knott, 2005).
Semua teks dan konteks yang ada dikaji dengan menggunakan AWK
dengan kerangka analitis van Dijk (1998). Model ini dipilih karena memiliki
karakter “sosial cognitive” dan mengelaborasi elemen-elemen wacana secara
spesifik sebagaimana pemaparan Eriyanto (2003: 229).
1.7Metodologi Penelitian
Di dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif
dan bertumpu pada pendekatan analisis teks yang mengaplikasikan dan
Analysis/CDA) yang selanjutnya akan disingkat AWK model Teun A. van Dijk (1998).
Penelitian ini menganalisis teks dengan analisis framing paradigmatik
Teun A. van Dijk yang mencermati enam komponen dalam teks, yaitu: 1) Tematik
(struktur makro), 2) Skematik (super struktur), 3) Semantik (mikro struktur), 4)
Sintaksis (mikro struktur), 5) Stilistika (mikro struktur), 6) Retoris (mikro
struktur).
Kajian penelitian ini berdasarkan data-data yang diperoleh dari buku “The Clash of Ijtihad Fundamentalist versus Liberal Muslim: The Development of Islamic Thinking in Contemporary Indonesia”. Dan secara mendalam akan melihat representasi religiusitas, alur pemikiran dan ideologi Hisanori Kato yang
ditulis dalam bagian “Introduction”.
1.8Istilah-istilah Kunci
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa istilah teknis yang menjadi kunci
utama antara lain:
a. Representasi:
Konsep kunci dalam cultural studies, yang banyak disorot sebagai isu penelitian (Barker, 2000). Representasi dalam penelitian ini merujuk pada
bagaimana gagasan atau pendapat Hisanori Kato ditampilkan, diutamakan,
dimarginalkan atau dinetralkan.
Barker (2000) menyatakan ideologi berarti merupakan peta makna.
Kemudian Fairclough (2003) menegaskan bahwa ideologi merupakan
representasi aspek-aspek di dunia ini yang berkontribusi dalam hubungan
kekuasaan, dominasi dan eksploitasi yang kemudian merujuk pada sebuah
identitas. Ideologi dalam penelitian ini merujuk pada kebenaran universal
yang merupakan pemahaman Hisanori Kato yang khas berdasarkan latar
belakang sejarahnya.
c. Pemikiran:
Pemikiran dalam penelitian ini merujuk pada dimensi pemikiran Hisanori
Kato dalam perspektif Budhisme menurut Nakamura (1991).
d. Fundamentalisme :
Merujuk definisi yang dirangkum dari pendapat Marty (1993) tentang
gerakan fundamentalisme yang memenuhi empat prinsip. Pertama,
fundamentalisme yang bersifat oppositionalism (paham perlawanan), bersifat penolakan terhadap paham hermeneutika, bersifat menolak
terhadap paham pluralisme dan relativisme yang keduanya dihasilkan dari
pemahaman agama yang keliru dan bersifat menolak terhadap paham
sosiologis dan historis, yakni perkembangan historis dan sosiologis telah
membawa manusia semakin jauh dari doktrin literal kitab suci.
e. Liberalisme:
"Pikiran-pikiran yang muncul dari perspektif sosiologis-psikologis
(metode historis) misalnya, akan melahirkan perspektif yang
kehilangan dimensi kesucian dan normativitasnya. Sehingga tidak lagi
bersifat normatif dan sakral" (Abdullah, 2004).
1.9 Definisi Operasional
Penelitian ini merujuk pada variabel-variabel yang akan digunakan sebagai
data, yaitu:
a. Representasi Religiusitas:
merujuk pada representasi religiusitas Hisanori Kato yang terkait
dengan cara berpikir orang Jepang menurut Nakamura (1991), yang
meliputi: 1) dunia fenomena dan yang mutlak, 2) paham keduniawian
(genseshugi), 3) menerima dan mengakui tabiat manusia yang alami,
4) mengutamakan cinta kasih terhadap manusia (aijo), dan 5) semangat
toleransi (kanyou) dan Memaafkan (yuwa).
b. Pemikiran Fundamentalisme:
merujuk pada ciri-ciri: 1) memiliki komitmen terhadap praktik
keagamaan yang ketat, 2) memiliki komitmen yang ketat terhadap
teks, 3) memiliki pandangan ahistoris bahwa Islam mampu menjawab
semua persoalan umat manusia secara permanen, 4) mempunyai
keyakinan bahwa harus menerapkan syariat sebagaimana yang telah
dilaksanakan atau dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. ketika di
Madinah, 5) mempunyai komitmen untuk menegakkan negara Islam
dengan kedaulatan di tangan Tuhan, 6) menganggap sebagai musuh
menyebut mereka sebagai orang yang memilih kesesatan daripada
kebenaran, dan 7) menolak kebaikan apapun yang berasal dari
komunitas non Islam.
c. Pemikiran Liberalisme:
merujuk pada ciri-ciri: 1) relativisme Islam, dan 2) skeptisisme
terhadap akidah dan sumber-sumber Islam.
1. 10 Sistematika Pelaporan
Laporan penelitian ini disajikan dalam lima bab, dengan uraian sebagai
berikut: bab I berisi latar belakang, identifikasi masalah penelitian,
pertanyaan-pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teoretis,
metodologi penelitian dan sistematika pelaporan, bab II berisi kajian teori, sebagai
landasan yang digunakan dalam penelitian, bab III berisi tujuan penelitian, unit
analisis dan korpus data, teknik penelitian, dan teknik keabsahan data, bab IV
berisi laporan deskripsi dan pembahasan hasil temuan dalam penelitian, bab V
berisi tampilan interpretasi dan hasil penelitian yang dinarasikan dalam bentuk
simpulan dan saran.
1.11 Penutup
Paparan di atas merupakan gambaran umum dalam penelitian ini. Pada
bab selanjutnya akan dipaparkan kajian teori yang menjadi landasan dalam
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paparan Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis teks yang mengaplikasikan dan
mengadaptasikan pendekatan analisis wacana kritis (Critical Discourse
Analysis/CDA) yang selanjutnya akan disingkat AWK model Teun A. van Dijk. AWK sudah ditegaskan sebagai kelompok gagasan atau motif berfikir
yang bisa dikenali dalam teks dan komunikasi verbal, dan juga bisa ditemukan
dalam struktur sosial yang lebih luas. AWK juga menyediakan wawasan kedalam
bentuk pengetahuan dalam konteks yang spesifik. Selain itu, AWK menghasilkan
klaim interpretif dengan memandang pada efek kekuasaan dari wacana dalam
kelompok-kelompok orang, tanpa klaim yang dapat digeneralisasikan pada
konteks lain.
Wacana menurut van Dijk memiliki tiga dimensi atau bangunan, yaitu
teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti dari analisis van Dijk adalah
menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.
Penelitian ini akan berfokus pada dimensi kognisi sosial untuk dapat mengungkap
representasi religiusitas Kato dalam menelaah Islam fundamentalis dan liberal d
Indonesia.
Ada tiga tingkatan struktur teks yang ada dalam analisis van Dijk,
pertama, struktur makro, yang merupakan makna global/umum dari suatu teks
superstruktur, merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka
suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh.
Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil
dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan
gambar.
Menurut Fairclough dan Wodak, AWK melihat wacana (pemakaian
bahasa dalam tutur dan tulisan) sebagai bentuk dari praktik sosial.
Menggambarkan wacana sebagai praktik sosial yang menyebabkan sebuah
hubungan dialektis di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi,
dan struktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana pun bisa menampilkan
ideologi, memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang
antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas
melalui perbedaan yang direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan.
Dalam penelitian kritis tidak dapat dihindari unsur subjektifitas, sehingga
dalam menganalisis dan menafsirkan teks, latar belakang, pengetahuan, afiliasi
keagamaan peneliti akan mempengaruhi hasil interpretasi. Dengan kata lain, hasil
analisis akan sangat tergantung pada kemampuan peneliti dalam menafsirkan
objek penelitian.
3.2 Unit Analisis Data dan Korpus
Penelitian ini merupakan penelitian kasus tunggal (single case study),
yang merujuk pada wawancara dan kuesioner yang dilakukan dengan nara sumber
dari kelompok fundamentalis dan liberal (insider), untuk membandingkan hasil
temuan yang bersumber dari tulisan Hisanori Kato (outsider). Hal ini
dimaksudkan untuk membuat penelitian ini lebih komprehensif.
Sedangkan korpus penelitian ini adalah menganalisis bagaimana
representasi religiusitas Kato dalam perpektif “outsider” ketika membingkai Islam
fundamentalis dan liberal di Indonesia dalam konteks sosial-politik, serta
bagaimana ideologi yang diusungnya ketika menganalisis pandangan yang
disampaikan oleh tokoh yang dipilihnya sebagai nara sumber di dalam buku ini.
Kemudian akan dapat terlihat apakah ada pengaruh perspektif budaya Kato
sebagai orang Jepang dalam menelaah perbedaan pandangan islam fundamentalis
dan liberal di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan korpus agar dapat menangkap fenomena data
secara komprehensif. Menurut Alwasilah (2002: 28), analisis wacana yang
dilengkapi dengan korpus seringkali memperkuat intuisi peneliti untuk
mempertajam sensitivitasnya sewaktu memahami korpus itu sendiri. Hal ini perlu
dilakukan agar peneliti dapat menganalisis dan mendeskripsikan bahasa atau
variasi bahasa yang tidak dikenalnya sekalipun.
3.2.1 Biografi Ilmiah
Dr. Hisanori Kato (35), adalah seorang peneliti dari Jepang yang mendapat
gelar Ph. D dari Sydney University, Australia, tahun 2000 dengan judul disertasi
“Religion and its Function in Society”. Disertasi ini mengemukakan kajian
Indonesia. Hal ini kemudian disarikan Kato serta diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia menjadi sebuah buku berjudul “Agama dan Peradaban” yang diedarkan
di Indonesia dan diterbitkan oleh Penerbit Dian Rakyat di tahun 2002. Buku ini
merupakan buku pertama di Indonesia, sebelum meluncurkan buku “The Clash of Ijtihad Fundamentalist Vs Liberal Muslims: The Development of Islamic Thinking in Contemporary Indonesia”.
Kato adalah cendekiawan kelahiran Kanagawa-Jepang, tahun 1964. Minat
beliau sebagai pemerhati studi sosiologi mengantarnya untuk melakukan
penelitian di Indonesia. Untuk kepentingan penelitiannya, Kato memilih
berdomisili di Jakarta selama empat tahun, untuk dapat berinteraksi secara
langsung dengan sumber datanya. Saat ini beliau masih berprofesi sebagai dosen
dan peneliti di Sekolah Tinggi Butsuryo dari Osaka, Jepang, dan menjadi visiting researcher pada Institute of International Relations, Harogomo University of International Studies, Osaka, Jepang, serta menjadi dosen tamu di Universitas
Nasional Jakarta.
3.2.2 Unit Analisis
Buku yang menjadi kajian penelitian ini berjudul “The Clash of Ijtihad Fundamentalist Vs Liberal Muslims: The Development of Islamic Thinking in Contemporary Indonesia” yang diluncurkan pada tanggal 28 Oktober 2011 di Wahid Institute, Jakarta Pusat.
Buku ini merupakan buku kedua Kato yang juga diedarkan di Indonesia.
berjudul “Agama dan Peradaban” yang diterbitkan oleh Penerbit Dian Rakyat di
tahun 2002.
Buku setebal 214 halaman ini memaparkan berbagai pandangan terhadap
ajaran agama Islam di kalangan umat Muslim sendiri, dengan cara penulisan
seperti buku “Clash of The Civilization” karangan Samuel P. Huntington serta
buku-buku terbitan Indian Society for Promoting Christian Knowledge (ISPCK)
mengenai agama, sosial, dan politik.
Buku ini ditulis dengan bahasa Inggris, dengan susunan isi sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Daftar Isi Buku
Foreword - Garry W. Trompt ix
Introduction
Social Demand and the “The Clash of Ijtihad”: A Constructionist Approach to Current Islamic Movements in Indonesia - Hisanori Kato
xi
1. Debates on Islam and Secularism in Indonesia - Luthfi Assyaukanie
1
2. Islam, Humanity, and the Equality for Women - Lily Zakiyah Munir
19
3. The Need for Historical Perspectives in Understanding Islam
- Abdurrahman Wahid 35
4. The Concept of Jihad and Mujahid of Peace - Zakiyuddin Baidhawi
40
5. The Position of Women in Islam: Critism on the Compilation of Islamis Law in
Indonesia - Siti Musdah Mulia 58
6. Homosexuality in Islam: Coming out of the Dark - Soffa Ihsan 91
7. What is Right in Islam? Ideas of Abu Bakar Ba’asyir
- An Interwiew with Abu Bakar Ba’asyir 109
8. Caliphate, Sharia and the Future of Umat- M. Ismail Yusanto 118
9. Ethnic Identity, Nationalism, and Islam - Eka Jaya 144
10. Life from Muslim Women’s Point of View - Qothrun Nadaa 156
11. Islam as Life’s Solution - Cecep Firdaus 164
12. Islam and Pancasila: The Message of a Former Judge - Bismar Siregar 182
13. Progress of the Country with Justice and Prosperity
- Zulkieflimansyah dan Yon Machmudi 187
14. The Role of Islam in Politics: Struggling for Political Peace, Justice, and Mercy
of Islam - Amin M. Ramly 195
15. Islamic Politics and Political Islam: A Standoff between Islam and the State
- Andi M. Fatwa 204
Yang menjadi kajian dan sumber data dalam penelitian ini adalah tulisan
Kato yang terdapat pada bagian Introduction saja. Hal ini dikarenakan tujuan penelitian ini adalah melihat ulasan pemikiran lintas budaya dan agama yang
kemudian menjadi representasi religiusitas Kato, dalam perspektif sebagai orang
Jepang dengan keunikan budayanya dan perspektif outsider dalam penelitian agama.
Namun untuk melengkapi penelitian yang komprehensif, penelitian ini
juga mendampingi data yang diperoleh dengan membandingkan pemikiran Kato
sebagai outsider dan pemikiran fundamentalis serta liberal pemeluk Islam sebagai
insider. Perspektif ini diperlukan dalam penelitian yang terkait dengan kajian agama, dan untuk menangkap realitas nyata tentang pemahaman Islam dalam
perspektif fundamentalisme dan liberalisme yang terjadi pada masyarakat.
3.3 Teknik Penelitian
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik dokumentasi
untuk menganalisis struktur teks yang ditulis pada bagian Introduction dan ditulis
oleh Kato yang ada dalam buku “The Clash of Ijtihad Fundamentalist versus Liberal Muslims”.
3.3.2 Teknik Pengolahan Data
1. Tahap pertama, penelitian dimulai dengan mengumpulkan data dari
teks yang ditulis oleh Hisanori Kato pada bagian Introduction dalam buku “The Clash of Ijtihad Fundamentalist versus Liberal Muslims”.
2. Tahap kedua, menganalisis dan mendekripsikan data yang telah
diperoleh dalam tingkatan analisis, skema analisis dalam teks dan
skema dalam kognisi sosial dengan menggunakan konsep ragam
analisis teks, yaitu ragam analisis paradigmatik van Dijk.
Analisis naskah paradigmatik adalah analisis yang
menggunakan komponen analisis framing Teun van Dijk. Dalam
analisis ini van Dijk menyarankan untuk mencermati enam komponen
dalam teks, yaitu: 1) Tematik (struktur makro), 2) Skematik (super
struktur), 3) Semantik (mikro struktur), 4) Sintaksis (mikro struktur),
5) Stilistika (mikro struktur), 6) Retoris (mikro struktur).
3. Tahap ketiga, menghubungkan data temuan dalam analisis tahap kedua
dengan cara berpikir orang Jepang (Nakamura, 1991).
4. Tahap keempat melihat representasi religiusitas Kato berdasarkan
perspektif outsider-insider (Knott, 2005).
Penelitian ini dibagi dalam tahapan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Faktor Internal
Ideologi, Perspektif Orang Jepang, Perspektif Outsider
Teks dalam Introduction Analisis CDA Hasil: Buku “The Clash of Ijtihad Teun A. van Dijk Representasi Fundamentalist versus Religiusitas
Liberal Muslims” Hisanori Kato
Faktor Eksternal Pemahaman Sosio-politik
versus Agama
3.3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan berupa tabel penelitian tentang
analisis teks, berupa topik, skema, latar, maksud, praanggapan, leksikon, dan
sebagainya. Kemudian dideskripsikan melalui tabel penelitian.
Instrumen yang juga dijadikan data pembanding dalam penelitian ini
dengan menarasikan hasil temuan berdasarkan wawancara dan penyebaran
kuesioner tentang pemikiran religiusitas yang ditemukan dalam pemikiran Kato.
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan perbandingan perspektif outsider-insider
Tabulasi data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tema / topik yang dikedepankan dalam suatu teks
Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan memberikan penjelasan detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain.
Data-data yang diperoleh kemudian dihubungkan dengan cara berpikir
orang Jepang dalam perspektif Budhisme menurut Nakumura (1991) yang
meliputi: 1) dunia fenomena dan yang mutlak, 2) paham keduniawian
(genseshugi), 3) menerima dan mengakui tabiat manusia yang alami, 4)
mengutamakan cinta kasih terhadap manusia (aijo), dan 5) semangat toleransi
(kanyou) dan Memaafkan (yuwa).
Karena penelitian ini juga menghadirkan perspektif insider-outsider Knott
mengetahui posisi Kato ketika melakukan penelitian. Pendekatan ini, merupakan
upaya solutif intersubjektif guna memposisikan peneliti pada margin of appreciation sebagai tapal batas (border line) antara insider-outsider.
3.4 Teknik Keabsahan Data
Analisis Triangulasi yaitu menganalisis jawaban subjek dengan meneliti
kebenarannya dengan data empiris (sumber data) lainnya yang tersedia. Jawaban
subjek di-cross check dengan data lain yang tersedia. Menurut Dwijowinoto
(2002: 9), ada beberapa macam triangulasi:
1. Triangulasi Sumber, yaitu membandingkan atau mengecek ulang derajat
kepercayaan sebuah informasi yang didapatkan dari sumber informasi
yang berbeda. Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan
wawancara: membandingkan apa yang dikatakan umum dan pribadi.
2. Triangulasi Teori, yaitu menggunakan dua teori atau lebih untuk
dipadukan. Untuk itu diperlukan rancangan riset, pengumpulan data dan
analisis data yang lengkap agar memperoleh hasil yang komprehensif.
3. Triangulasi Waktu, yaitu yang berkaitan dengan perubahan proses dan
perilaku manusia, karena perilaku ini bisa berubah setiap waktu. Maka
periset perlu melakukan obesrvasi lebih dari satu kali.
4. Triangulasi Periset, yaitu menggunakan lebih dari satu periset dalam
melakukan observasi atau wawancara karena masing-masing pewawancara
yang sama. Pengamatan dengan menggunakan dua pengamat atau lebih
membuat data yang diperoleh lebih absah.
5. Triangulasi Metode, yaitu mengecek keabsahan data atau mengecek
keabsahan temuan riset. Triangulasi ini dapat menggunakan lebih dari
satu teknik pengumpulan data untuk mendapat hasil yang sama.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber
dan periset. Hal ini dikarenakan, perlunya melakukan wawancara langsung
dengan nara sumber yang mewakili perspektif kelompok Islam fundamentalis dan
liberal sebagai insider, untuk mendapatkan perbandingan hasil data yang diperoleh dari tulisan Kato sebagai outsider dalam penelitiannya.
Triangulasi periset juga diperlukan, untuk pengambilan keputusan yang lebih
akurat dalam penentuan ideologi penulis-penulis yang terlibat dalam penelitian
Kato. Keterlibatan periset lain dimaksudkan untuk mendapatkan perbandingan
analisis yang telah dilakukan dengan periset lain sehingga menjadi penelitian yang
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini membahasa representasi religiusitas Hisanori Kato dalam
telaah Islam Fundamentalis dan Liberal di Indonesia. Temuan dan pembahasan
telah dikemukakan pada bab sebelumnya, menjadi dasar dalam menyusun
simpulan pada bab ini.
5.1 Simpulan
Penelitian ini mematahkan asumsi dasar yang menjadi pijakan awal ketika
menemukan topik penelitian, yaitu pemahaman religiusitas tidak menjadi prioritas
orang Jepang di dalam menjalani kehidupan. Karena selama proses penelitian
yang dilengkapi dengan adanya triangulasi periset yang menguasai kebudayaan
Jepang, menuntun pada penemuan bahwa representasi religiusitas orang Jepang
sudah dihadirkan dalam tataran aplikatif di kehidupan sehari-hari dan bukan lagi
dalam tataran pemahaman teks semata.
Kemudian selaras dengan pertanyaan penelitian, maka ada tiga simpulan
dari penelitian yang menyoroti representasi religiusitas Kato dalam telaah yang
dilakukannya tentang Islam fundamentalis dan liberal di Indonesia, alur pemikiran
serta bagaimana ideologi yang melatarbelakangi teks yang ditulisnya dalam
Pertama, Kato mengungkapkan pemahaman yang tepat untuk memperoleh
makna terminologi yang terkait dalam Islam, dengan menggunakan pendekatan
sosio-kultural dan perubahannya agar memahami perubahan pemikiran religius
masyarakat Indonesia. Penjelasannya bahwa fenomena agama merupakan refleksi
lingkungan sosialnya, dilengkapi dengan berbagai cara pemahaman melalui
pendekatan sosio-kultural dan perubahannya agar memahami perubahan
pemikiran religius masyarakat Indonesia.
Kato juga memotret elemen yang menjadi kerancuan untuk
mendefinisikan fundamentalisme, yaitu dengan pemahaman agama secara
konservatif. Yang akhirnya menghasilkan asumsi bahwa penyebab perbedaan
pandangan yang ada pada Islam fundamentalis dan liberal adalah masalah
psikologis. Namun, penggunaan “we” dalam setiap analisisnya memperlemah
asumsi yang dibuat Kato, karena merujuk pada pembenaran kelompok
(komunitas) bukan berasal dari dirinya sendiri.
Adanya perbedaan pendefinisian agama dan keagamaan (religiusitas),
diharapkan mampu membukakan pemahaman bagi penganut agama untuk
membedakan keduanya dengan batas yang jelas. Penulisan religion dengan huruf
kapital menunjukkan penegasannya sebagai tema penting dalam teks ini. Yang
juga penting untuk dicatat bagi pemeluk agama bahwa agama bersifat objektif,
namun pemahamannya akan dipahami secara subjektif oleh pemeluknya.
Sisi inilah yang kemudian memisahkan pemahaman liberalisme yang
mendefinisikan agama secara personal, dan kemudian berbanding terbalik dengan
secara kaku dan tidak beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Hal inilah yang
kemudian memicu “clash of ijtihad” antara fundamentalis yang tetap berpegang
teguh pada tuntunan syariat Islam dengan liberalis yang menyesuaikan diri dengan
perubahan sosio-kultural.
Secara berimbang Kato menyampaikan religiusitasnya dalam
fundamentalisme dan liberalisme dengan cara menampilkan sisi positif dari
keduanya. Hal ini merujuk pada semangat toleransi (kanyou) yang menghargai
semua perbedaan dengan indah.
Kedua, alur pemikiran Kato yang disampaikan dengan cara implisit
melalui penggunaan “we” dalam penyampaian pendapatnya, memperlemah
asumsi-asumsi yang dikeluarkannya. Hal ini dikarenakan Kato berlindung pada
pendapat komunitas atau kelompok. Strategi penyampaian pemikiran
dilakukannya dengan cara agresif dan defensif. Agresif saat menyampaikan
paparan teori yang melandasi perubahan pemikiran dalam pemahaman Islam di
Indonesia, namun defensif saat menyampaikan dampak negatif yang ditimbulkan
“clash of ijtihad”. Maka kemudian, Kato pun mengungkapkan semangat toleransi
(kanyou) yang telah ada pada akar budaya bangsa Indonesia. Hal ini kemudian
menuntunnya untuk menyampaikan pendapat yang dilakukan dengan deduktif
ketika mengemukakan pendapat terhadap liberalisme dan induktif ketika berbicara
tentang fundamentalisme. Cara yang digunakan Kato cukup beralasan jika
melihat pola pemikiran orang Islam (insider) fundamentalis dan liberal di
Ketiga ideologi yang melatarbelakangi representasi religiusitas Kato
adalah ideologi konservatif yang berpihak pada nilai-nilai tradisional dengan basis
sejarah. Kato tidak menunjukkan keberpihakan pada aliran mana pun dalam
ajaran Islam baik itu fundametalis maupun liberal.
Kato menekankan pentingnya pemahaman agama dan religiusitas secara
komprehensif, agar tidak terjebak di perangkap pemikiran Barat yang kemudian
menjauhkan manusia dari sisi agama. Penyimpulan yang sangat baik untuk
sebuah aplikasi pemikiran orang Jepang dalam perspektif Budhisme (Nakamura,
1991) yang terkait dengan pemahaman dunia fenomena dan yang mutlak; paham
keduniawian (genseshugi); menerima dan mengakui tabiat manusia yang alami;
mengutamakan cinta kasih terhadap manusia (aijo); serta semangat toleransi
(kanyou) dan memaafkan (yuwa). Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara
representasi religiusitas Kato dengan perspektif budayanya sebagai orang Jepang
Namun walau disamarkan, Kato memiliki kecenderungan untuk berpihak
pada fundamentalisme dibanding liberalisme. Hal ini dibuktikan melalui analisis
yang dilakukan pada poin penelitian alur pemikiran. Meskipun demikian, Kato
juga tidak mendiskreditkan liberalisme. Kato merasa nyaman selama bergaul
dengan orang-orang fundamentalis yang menerimanya dengan terbuka sebagai
outsider, diwujudkan Kato dengan penggunaan kalimat-kalimat eksplisit ketika menghadirkan representasi religiusitas terkait fundamentalisme. Hal ini
benar-benar merupakan perwujudan sikap toleransi (kanyou), yang menerima semua
Mengenai perspektif outsider-insider, Kato berusaha menunjukkan sikap sebagai peneliti murni, dengan melakukan analisis yang berimbang antara Islam
fundamentalis dan liberal, baik dari jumlah penulis maupun pengungkapan
pemikirannya.
Dari keempat simpulan di atas menjadi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan penelitian, yang kemudian memiliki implikasi yang lebih luas.
Pertama, melalui penelitian ini, AWK mampu mengungkap ideologi yang ada
dibalik representasi religiusitas Kato dalam telaah Islam Fundamentalis dan
Liberal di Indonesia. Dengan dasar-dasar teori kritis, menunjukkan bahwa teks
bukanlah ruang yang kosong tanpa makna, karena bisa terungkap ideologi yang
ada didalamnya.
Maka fungsi AWK dalam membuktikan keselarasan penyampaian
representasi religiusitas Kato dan ideologinya memang terbukti. Ini tentunya
dapat memberikan manfaat bagi pembaca, masyarakat umum untuk dapat
memaknai dan menyikapi teks dengan cara yang ebih kritis yakni dengan
penguasaan AWK.
Kedua, teks yang dihadirkan dengan kajian agama dan dilakukan oleh
outsider tidak berarti memiliki nilai yang kurang jika dibanding dengan penelitian sejenis yang dilakukan oleh insider. Latar belakang budaya dengan pemahaman nilai-nilai agama dan religiusitas secara komprehensif, dapat membuat sebuah
tulisan atau karya lebih bermakna, jika dibandingkan dengan karya yang dibuat
berdasarkan ego. Implikasi dari penelitian ini adalah pelestarian nilai-nilai
budaya dalam masyarakat, dapat membuat masyarakat itu bertahan dengan
keyakinan dan budayanya sendiri dan selamat dari gempuran zaman yang bebas
nilai. Dalam kacamata sosiologis, masyarakat yang tidak dapat menyelaraskan
tatanan nila dan sistem peradaban sangat rentan terhadap resiko ketertinggalan
peradaban. (Soemardjan, 1962).
Ketiga, simpulan ini juga menyadarkan masyarakat bahwa setiap
informasi teks/wacana yang didapatkan tidak sepenuhnya netral dan bebas dari
akses kepentingan kelompok tertentu yang lebih dominan dan memiliki
kepentingan.
5.2 Saran
Penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian AWK mampu mendorong
masyarakat untuk berpikir kritis dalam menyikapi permasalahan aktual dengan
cara yang cerdas. Berpikir kritis memungkinkan masyarakat untuk
mengidentifikasi ideologi-ideologi yang tertanam dalam teks/ wacana, sehingga
bisa memberikan penilaian secara objektif.
Jika penelitian serupa berikutnya akan dilakukan, maka hendaknya dapat
dilengkapi dengan triangulasi data dengan jumlah responden yang lebih banyak
untuk dapat menilai hasil penelitian dengan lebih komprehensif.
Penelitian ini menuntun pada pemahaman tentang bagaimana seharusnya
pembelajaran dan pengajaran tentang Islam yang harus sudah bergerak pada
tataran aplikatif dalam kehidupan sosial masyarakat, bukan hanya bergelut dalam
pengamalan di semua aspek kehidupan. Sehingga pemaknaan teks (baca:
Al-Qur’an) tidak menjadi hamparan kosong tanpa arti, seperti yang ada dalam
peribahasa Arab “Al-‘ilmu bilă amalin kassajari bilă tsamarin” (ilmu tanpa
pengamalan, bagaikan pohon tanpa buah). Pengamalan menjadi aspek terpenting
dalam kehidupan manusia untuk membina hubungan manusia (hablumminannâs),
alam serta lingkungannya, dengan merujuk pada hubungan kepada Tuhan
(hablumminallâh). Kepekaan inilah yang sudah dipahami serta diterapkan orang
Jepang dalam pemaknaan nilai-nilai kehidupan terkait dengan aspek-aspek
religiusitasnya.
Karena penelitian ini hanya menggunakan kerangka analisis van Dijk,
akan sangat baik jika penelitian sejenis di masa mendatang bisa melengkapinya
dengan menggunakan kombinasi dengan kerangka analisis Fairclough (1998),
atau van Leuweun (1986). Hal ini dimaksudkan agar penangkapan ideologi dapat
lebih eksplisit dan objektif.
Penelitian selanjutnya diharapkan pula dapat melengkapi pemahaman
tentang ideologi melalui buku “The Studies in the Theory of Ideology” karangan
John B. Thomson. Buku ini penting untuk dijadikan rujukan ketika melakukan
pembongkaran ideologi dalam wacana, dikarenakan penjelasan-penjelasan tentang
ideologi yang sangat detil dan mendalam, sehingga akan mempermudah penelitian
5.3 Penutup
Demikian hasil akhir penelitian yang pada hakikatnya, hasil penelitian
AWK memerlukan realisasi dan tindakan sosial yang nyata agar dirasakan oleh
masyarakat (van Dijk, 1998). Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat,
PUSTAKA RUJUKAN
Alwasilah, A.C. 2009. Pokoknya Kualitatif, Dasar-dasar Merancang (cet) Jakarta: Pustaka Jaya
Abdullah. 2004. Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 6. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i
Abdul Hamid bin Abdul Majid, Mudzakarati As-Siyasiyah, hal. 133, 177, Beirut: Muasasah Ar-Risalah, 1406 H.
Amin, Muhammad. 2004. Studi Agama Normativitas atau Historitas? Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
Barker, Chris, Cultural Sudies, Teori & Praktik, 2004. Kreasi Wacana: Bantul
Burhan, Nurgiyantoro. 1998. Teori Pengkajian Sastra. Bulaksumur. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Brown, G. dan Yule, G. 1983. Discouse Analysis. Cambridge: Cambridge University Press
Dardjowidjoyo, Soedjono. 2003. Psikolinguistik. Jakarta: Yayasan Obor.
Eriyanto 2003. Analisis Framing: Konstruksi Ideologi dan Politik Media, Yogyakarta: LKIS
Eriyanto 2011. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS
Fairclough, N. dan Wodak, R. 1997. “Critical Discourse Analysis”, dalam van Dijk, T.A. (ed) Discourse as Social Interaction, London: Sage Publication
Fiske, J. 1990. Introduction to Communication Studies, Second Edition. London: dan New York: Routledge
Foucoult, M. 1981. “The Order of Discourse” dalam Young, R. (ed) Untying the Text: A Poststructuralist Reader. London: RKP
Glock, C.Y. 1962.On the study of religious commitment. Religious Education, 57(Research Suppl.), S98-S110.
Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.
Halliday, M. A. K dan Hassan, R. 1979. Cohession in English, London dan New York: Longman
Kato, Hisanori, 2002. “Agama dan Peradaban”. Jakarta: Dian Rakyat
Kato, Hisanori, 2011. “The Clash of Ijtihad Fundamentalist versus Liberal Muslim: The Development of Islamic Thinking in Contemporary
Indonesia”. Delhi: ISPCK
Koentjaraningrat, 1975. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Gramedia
Koentjaraningrat, 1981. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia
Kuntowijoyo, 1998. Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, Bandung: Mizan
Knott, Kim, 2005. Insider/Outsider Perspectives, dalam The Routledge Companion to the Study of Religion, Edited by John R. Hinnells (London: Routledge Taylor and Fancis Group
Kluckhohn, F. R., & Strodtbeck, F. (1961). Variations in value orientations. Westport, CT: Greenwood.
Latif, Yudi, "Politik Islam Antara Dua Fundamentalisme", Koran Tempo, Jumat, 27 Desember 2002.
Lytle, A. L., Brett, J. M., Barsness, Z. I., Tinsley, C. H.,&Janssens, M. (1995). A paradigm for confirmatory crosscultural research in organizational behavior. Research in Organizational Behavior, 17, 167-214.
Macksood Aftab , "What Does Fundamentalism Really Mean?"
Diakses dari http://www. themodernreligion.com/terror/def-fundy.html (diunduh 22/02/2012, jam 22:10)
Martin, Richard C. 2010, Perdekatan Terhadap Islam dalam Studi Agama, terjemahan Zakiyuddin Baidhowy, Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga Press
Mohammed Arkoun, “Lectures du Coran”, diterjemahkan oleh Machasin dengan
judul, Berbagai Pembacaan al-Qur’an (Jakarta: INIS, 1997), 9.
Nababan, S. U. S., 1998. Psikolinguistik: Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Pennington, Donald. C, Gillen, Kate, & Hill, Pam,1999. Social Psychology, Arnold: London
Padden, W. E. 1988. Religious worlds: The comparative study of religion. Boston, MA: Beacon.
Pargament, K. I. 1997. The psychology of religion and coping: Theory, research, and practice. New York: Guilford
Samovar, Larry A, Porter, Richard. E., McDaniel, Edwin R., (2010) Komunikasi Lintas Budaya (Communication Between Cultures), Jakarta: Salemba Humanika
Schultz, P.W., & Zelezny, L. C. (1998). Values and pro-environmental behavior: A five-country survey. Journal of Cross-Cultural Psychology, 29(4), 540-558.
Schwartz, S. H. (1992). Universals in the content and structure of values: Theoretical advances and empirical tests in 20 countries. In M. Zanna (Ed.), Advances in experimental social psychology (pp. 1-65). Orlando, FL: Academic Press.
Schwartz, S. H., & Sagiv, L. (1995). Identifying culture-specifics in the content and structure of values. Journal of Cross-Cultural Psychology, 26(1), 92-116
Smart, N. (1998). The world’s religions. New York: Cambridge University Press.
Smith, H. (1991). The world’s religions. New York: HarperCollins.
Subagyo, P. A. 2012, “Bingkai Wacana dalam Tajuk tentang Terorisme: Kajian Pragmatik Kritis atas Editorial Suara Pembaharuan dan Republika”. Disertasi di Fakutas Ilmu Budaya (FIB) UGM
Stuart Hall (Ed.), 1997. Representation: Cultural Representations dan Signifying Practices, London: Sage Publications
The Earl of Cromer, Modern Egypt, Vol. II, p. 228-229, New York: Macmillan, 1908.
Thompson, John B. 1984, Studies in the Theory of Ideology, Barkeley Los Angeles: University of California Press
van Dijk, T. A. 1990. Social Cognition and Discourse”. Dalam H. Giles dan W. P Robinson (eds). Handbook of Language and Social Psychology. New York: John Wiley and Sons, hlm 163-186
van Dijk, T.A. 1996. “Discourse, Power and Access” dalam C.C. Coulthart dan M. Coulhard (eds) Texts and Practices: Reading in Critical Discourse Analysis. London: Routledge, hlm 84-104
van Dijk, T.A. 2003. “The Discourse-Knowledge Interface” dalam G. Weiss dan R. Wodak (eds). 2003. Critical Discourse Analysis: Theory and Interdiciplinarity. New York: Palgrave Macmillan, hal 85-109
van Dijk, T.A. 2005. “Contextual Knowledge Management in Discourse Production: A CDA Perspective.” Dalam R. Wodak dan P. Chilton (eds)
2005. A New Agenda in (Critical) Discourse Analysis. Amsterdam/Philadelphia: John Benjamins, hal 71-100.
van Dijk. T.A. 2008. Discourse and Context: A Sociocognitive Approach. Cambidge: Cambridge University Press.
Wodak, R (2004). “Critical Discourse Analysis” dalam Searle, C. Qualitative Research Practice, London: Sage