• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Open Access Jurnal Ilmiah I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Open Access Jurnal Ilmiah I"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Perkembangan Open Access Jurnal Ilmiah Indonesia

1

Lukman2, Ekawati Marlina3, Ratih Keumalasari, AlHafiz Akbar, Slamet Riyanto4

Abstrak

Perkembangan jurnal ilmiah dengan sistem terbuka (open access) di Indonesia cukup pesat, terlebih lagi sejak diberlakukannya regulasi pemerintah, dalam hal ini Dikti yang mewajibkan mahasiswa S1, S2 hingga S3 untuk menulis artikel di jurnal ilmiah sebagai salah satu prasyarat kelulusan. Selain itu kesadaran para penerbit terkait masih rendahnya sitiran artikel jurnal ilmiah di Indonesia ikut mendorong meningkatnya animo penerbit menerbitkan artikel ilmiah mereka secara elektronik. Sebagian besar aplikasi yang digunakan dalam sistem penerbitan jurnal ilmiah terbuka secara elektronik di Indonesia menggunakan Open journal system (OJS) yang dikembangkan oleh Public Knowledge Project. Sistem tersebut telah diterjemahkan oleh tim di PDII-LIPI ke dalam versi Indonesia. Salah satu kelebihan OJS adalah adanya fasilitas interoperabilitas yang memudahkan untuk memanen (harvest) data oleh portal yang melakukan harvester sehingga visibilitas dan aksesibilitas jurnal dapat lebih mudah dan luas yang berdampak pada peningkatan sitasi, impact factor serta mengangkat hasil penelitian yang dituangkan dalam jurnal.

Kendala implementasi OJS, salah satunya adalah manajemen penerbitan secara elektronik yang belum sepenuhnya dilaksanakan, baik oleh penulis, penerbit maupun mitra bestari (reviewer). Dengan kata lain sebagian besar penerbitan jurnal secara elektronik di Indonesia saat ini baru mendigitalkan dari jurnal versi cetak menjadi on-line. Oleh karena itu diperlukan proses pelatihan dan pembiasaan dari penerbit, penulis maupun mitra bestari dalam menerbitkan jurnal secara elektronik. Selain itu, penerbit jurnal ilmiah Indonesia sebagian besar belum memiliki nomor Digital Object Identifier (DOI) dan belum terdaftar di lembaga pengindeks seperti google scholar, DOAJ, Scopus, Thomson. Hal ini disebabkan tingkat pemahaman penerbit dan persyaratan yang belum dapat dipenuhi oleh penerbit jurnal. Sebagai akibatnya indeks sitasi penerbitan jurnal ilmiah Indonesia masih rendah. Paradigma perubahan pola penerbitan dari jurnal cetak menjadi elektronik harus diimbangi dengan regulasi yang menentukan bahwa instrumen akreditasi jurnal ilmiah cetak harus segera disesuaikan menjadi instrumen berbasis elektronik oleh lembaga akreditasi, dalam hal ini Dikti dan LIPI.

Kata Kunci: Open Access Journal, E-Journal, E-Publishing System, Interoperability

1. Pendahuluan

Open Access Journal atau akses terbuka dapat didefinisikan sebagai jurnal dengan teks penuh (full texts) yang tersedia dan dapat diakses gratis di web/internet. Dengan OAJ maka terdapat ketersediaan jurnal ilmiah secara bebas di internet sehingga pembaca dapat dengan bebas membaca jurnal yang tersedia, mengunduh bahkan mencetak jurnal tersebut. Melalui akses terbuka akan tersedia

1 Disampaikan dalam Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI-5) Labuan Bajo, 16-19 Oktober 2012 2

Peneliti di PDII-LIPI, Indonesian OJS Project Manager dan Penulis buku Manajemen Penerbitan Jurnal ilmiah 3

(2)

2

banyak jurnal untuk berbagi pengetahuan antara negara-negara maju dengan negara-negara berkembang dan sekaligus dapat mempercepat penelitian dan memperkaya pendidikan. Dalam OAJ peneliti dapat mempublikasikan hasil penelitian mereka dalam jurnal ilmiah dengan akses terbuka tanpa dipungut biaya. Akses terbuka juga dapat meningkatkan internasionalitas, jumlah pembaca, visibilitas dan impact factor jurnal itu sendiri.

Salah satu kendala dengan adanya OAJ ialah kaitannya dengan hak cipta. Gerakan akses terbuka adalah upaya global untuk memberikan akses gratis elektronik untuk literatur ilmiah, terutama peer-review jurnal.Berdasarkan kategorinya OAJ dapat dibagi sebagai berikut:

 Jurnal akses sepenuhnya terbuka

 Jurnal dengan artikel-artikel penelitian akses terbuka (hibrida jurnal akses terbuka)  Jurnal dengan beberapa artikel akses terbuka dan akses tertunda lainnya

 Jurnal dengan akses terbuka tertunda (ditunda jurnal akses terbuka)  Jurnal memungkinkan diri pengarsipan artikel

Saat ini perkembangan OAJ di Indonesia cukup pesat seiring dengan dikeluarkannya peraturan bahwa mahasiswa S1, S2, dan S3 harus mempublikaskan tugas akhirnya di jurnal ilmiah. Sehingga dengan adanya aturan tersebut banyak bermunculan jurnal baru dan jurnal lama yang sudah hampir mati suri akan kembali bergairah, Untuk memudahkan pengelolaan jurnal maka penerbitan yang sebelumnya dilaksanakan secara konvensional dialihkan ke dalam bentuk elektronik menggunakan perangkat lunak.Perangkat lunak yang sering dipakai untuk mengembangkan e-journal biasa disebut dengan ePublishing systems. Open-source electronic publishing system kini sudah tersedia untuk proses penerbitan e-journal seperti yang sudah dibuat oleh Public Knowledge Project- PKP (Open Journal System), DPubS, ePublishing Toolkit, GAPworks, Hyperjournal, OpenACS, SOPS, TOPAZ, Scopemed, dan lainnya.

2. E-Journal versus on-line journal

Electronic journal (e-journal) atau jurnal elektronik merupakan versi elektronik dari suatu jurnal. E-journal berisikan informasi-informasi digital yang dapat berwujud teks atau gambar. Dengan adanya e-journal maka penerbitan jurnal ilmiah sudah melalui proses elektronik, artinya proses pengiriman, penerimaan, review sampai proses terbitnya sudah dilaksanakan secara on-line sehingga memudahkan akses dan menekan biaya penerbitan.

Jurnal yang telah terbit secara on-line dapat bergabung bersama dengan jurnal on-line lainnya dalam satu (sebuah) database sehingga terintegrasi satu sama lain dan dapat mudah diakses terutama dengan topik atau bidang penelitian yang sama. Hal tersebut memudahkan pengguna untuk mengakses jurnal secara bersama-sama.

Keuntungan yang diperoleh dari e-journal antara lain adalah: 1. Bagi penerbit jurnal

 Proses penerbitan cepat

 Biaya penerbitan dan pengelolaan murah  Distribusi cepat dan murah

2. Bagi kontribusi (penulis jurnal)

 Penantian keputusan penerimaan tulisan cepat  Diseminasi tulisan cepat

 Lebih banyak orang yang membaca tulisan

(3)

3

saat ini adalah melaksanakan pemindaian (scanning) jurnal dari tercetak menjadi digital kemudian mengunggahnya di internet. Dengan kata lain proses tersebut dikenal dengan meng”on-linekan jurnal” sehingga penggunaan aplikasi e-journal tidak optimal. Hal tersebut diakibatkan kurangnya pemahaman prosedur dan manejemen e_journal khususnya dari penerbit dan kurangnya sosialisasi untuk penulis maupun mitra bestari.

3. Open Journal System

Open Journal Systems (OJS) adalah platform manajemen dan penerbitan jurnal secara on-line yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2002 sebagai perangkat lunak open source. OJS adalah sebuah sistem manajemen konten berbasis web yang khusus dibuat untuk menangani keseluruhan proses manajemen publikasi ilmiah dari proses call for paper, peer review hingga penerbitan dalam bentuk on-line. OJS dikeluarkan oleh Public Knowledge Project (PKP) dari Simon Fraser University dan berlisensi GNU General Public License. OJS memudahkan peran pengelola jurnal, editor, reviewer, penulis dan pembaca. OJS seperti dimaksudkan oleh konseptornya adalah mentransformasi model pengelolaan jurnal dari tradisional menjadi model jurnal on-line.

OJS merupakan piranti lunak berbasis open source yang bebas digunakan dan dimodifikasi. Modifikasi OJS dapat dilakukan secara keseluruhan atau pada bagian tertentu saja asalkan sesuai dengan ketentuan dari lisensi yaitu GNU General Public License. Modifikasi ini dapat berupa penambahan patch untuk perbaikan bug. Sistem informasi OJS dapat menyediakan sumber informasi paling lengkap dan dapat diandalkan seiring dengan perkembangan. Dalam sistem informasi OJS, penekanan ada pada penerbitan kualitas artikel yang cepat dan bebas tersedia untuk para peneliti di seluruh dunia.

Sampai bulan Juli 2012 perkembangan pengguna OJS yang sudah berjalan dan melaporkan ke pihak PKP berjumlah 12.800 jurnal di seluruh dunia. Gambar 1 menunjukkan grafik penggunaan aplikasi OJS oleh penerbit jurnal.

Gambar 1 Grafik Penggunaan Aplikasi OJS oleh Penerbit Jurnal

4. Open Journal System Versi Indonesia

(4)

4

yang umumnya terkendala masalah pendanaan dalam penerbitan jurnal, maka salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah menginisiasi proses pembangunan e-journal menggunakan open source software. Tabel 1 memberikan gambaran tiga Open source electronic publishing systems, yaitu Public Knowledge Project-PKP (Open Journal System), Hyperjournal, DPubS yang saat ini tersedia untuk diaplikasikan dalam proses penerbitan jurnal ilmiah (Mark & Sayeed, 2008).

Tabel 1 Perbandingan Aplikasi E-Journal

 OJS beroperasi di berbagai platform termasuk Windows;

 OJS bisa beroperasi dengan webserver Apache atau IIS;

 Proses instalasi mudah;  Banyak tersedia dokumentasi.

 Tidak ada mekanisme pembuktian keaslian;

 Tidak ada integrasi dengan tempat penyimpanan RDF (Resource Description Framework) secara eksternal;

 Arsitektur untuk aplikasinya kurang bagus.

Hyper Journal  Memiliki salah satu penampilan

standar dalam menarik pengguna dari sistem di bawah review;

 Aplikasi hanya mendukung publikasi satu per contoh.

DPubS  Dapat dipertimbangkan untuk

penyediaan layanan berlangganan

Dari ketiga open source software yang telah digambarkan di atas untuk pembangunan e-journal, maka rekomendasi software yang cocok untuk diaplikasikan kepada penerbit jurnal Indonesia dan disesuaikan dengan kondisi jurnal di Indonesia adalah OJS. OJS dianggap cocok diaplikasikan kepada penerbit jurnal di Indonesia karena kita dapat melakukan berbagai aspek dalam pengelolaan dan penerbitan, selain itu sesuai kelebihan-kelebihan yang dimiliki OJS, diantaranya adalah:

 Proses instalasinya lebih mudah dibandingkan aplikasi e-journal yang lain.  OJS dapat men-setting website jurnal.

 Menangani pengiriman naskah melalui mitra bestari (peer review) dimana umumnya jurnal ilmiah di Indonesia tidak memiliki mitra bestari. Mitra bestari atau peer review ini sangat diperlukan untuk mengetahui kualitas dari suatu jurnal sehingga dapat dinilai apakah jurnal tersebut layak untuk diterbitkan atau tidak. Mitra bestari (peer review) sebaiknya adalah orang yang ahli dalam bidangnya.

 Dapat melakukan pengeditan, pengelolaan edisi terbitan, pengindeksan dan pencarian.

(5)

5

Saat ini PDII-LIPI sudah mengembangkan Indonesia Open Journal System (IOJS) yaitu OJS versi Indonesia. IOJS mengadopsi OJS yang dikembangkan Public Knowledge Project, di mana dari sistem yang ada diterjemahkan dan diadopsi untuk kepentingan penerbitan jurnal ilmiah di Indonesia. Sistem ini telah diluncurkan pada tanggal 8 Juli 2011 dan akan diimplementasikan untuk seluruh penerbit di Indonesia. Harapannya akhir tahun 2013 seluruh penerbit jurnal ilmiah sudah menggunakan aplikasi ini sehingga mudah dalam berintegrasi dan bertukar data.

Untuk lebih mensosialisasikan OJS agar mudah diaplikasikan penerbit jurnal, telah disusun kurikulum pelatihan OJS yang bisa dilaksanakan selama 3-5 hari seperti ditunjukan dalam tabel 2. Melalui pelaksanaan diklat tersebut peserta diharapkan mampu:

1. Melakukan perencanaan dalam manajemen pengelolaan jurnal secara elektronik. 2. Menerapkan langkah-langkah instalasi aplikasi OJS.

3. Membuat pedoman pengelolaan e-journal yang disesuaikan dengan kondisi dari masing-masing penerbitan.

4. Memfasilitasi pelatihan penyusunan rencana pengelolaan jurnal ilmiah elektronik di Instansinya.

Tabel 2 Materi Diklat OJS Versi Indonesia

NO MATERI ALOKASI WAKTU

5. Implementasi Open Journal System Versi Indonesia

Berdasarkan survey hingga Agustus 2008, jurnal yang aktif tercatat di PDII-LIPI berjumlah 2.300 penerbit. Jumlah tersebut meningkat pada Agustus 2012 menjadi 5.703. Dari sekian jurnal yang aktif tersebut, yang sudah melaporkan menggunakan OJS sebanyak 592 penerbit dengan rincian 346 penerbit berasal dari perguruan tinggi dan 46 penerbit lainnya berasal dari lembaga penelitian. Namun jurnal ilmiah Indonesia yang terindeks di lembaga pengindeks internasional seperti Scopus, Ebsco dan Proquest masing-masing kurang dari 5 jurnal bahkan di Web of Science (Thomson-ISI) hampir tidak ada yang masuk ke dalamnya. Sementara untuk jurnal yang terdaftar di Directory Open acces Journal (DOAJ) jumlahnya kurang dari 40 jurnal. Itulah alasannya mengapa pengakuan jurnal ilmiah Indonesia nyaris tidak terdengar di tingkat Internasional.

Tabel 2 Jumlah Pengguna OJS versi Indonesia

NO Asal Jumlah

1 Perguruan Tinggi 546

2 Lembaga Penelitian 46

(6)

6

Surat edaran Dirjen Dikti tanggal 30 Desember 2011 (nomor 250/E/T/2011) perihal kebijakan unggah karya ilmiah untuk kenaikan pangkat dosen yang menilai suatu karya ilmiah hanya jika artikel dan identitas penulisnya bisa ditelusuri secara on-line merupakan bentuk tekanan/punishment dari sisi regulator. Selanjutnya surat edaran dari Dirjen Dikti bertanggal 27 Januari 2012 (nomor 152/E/T/2012) perihal kebijakan publikasi karya ilmiah untuk mahasiswa S-1, S-2 dan S-3 yang memprasyaratkan bahwa lulusan S1, S2 dan S3 harus menerbitkan karya ilmiahnya masing-masing dalam jurnal ilmiah, jurnal ilmiah nasional terakreditasi dan jurnal ilmiah internasional juga merupakan bentuk tekanan dari regulasi supaya karya ilmiah yang diihasilkan bisa meningkat visibilitasnya. Apabila semua karya ilmiah bisa diakses secara on-line diharapkan komunitas ilmiah tidak perlu lagi membaca tebalnya skripsi, tesis maupun disertasi, cukup membaca ringkasannya melalui jurnal.

Untuk memfasilitasi pelaksanaan surat edaran Dirjen Dikti diperlukan aturan/pedoman penggunaan aplikasi jurnal secara elektronik, oleh karena itu Dikti kembali mengeluarkan surat edaran nomor 212/E/T/2012 tanggal 8 Februari 2012 berkaitan dengan Panduan Pengelolaan Jurnal Terbitan Berkala Ilmiah Elektronik menggunakan OJS, sehingga diharapkan ledakan informasi baru dari pemberlakuan surat edaran sebelumnya menjadi semakin tertata, dan

yang paling penting adalah “state of the art” penelitian bisa diketahui dan inovasi baru akan

tercipta, bukan lagi penjiplakan.

Dengan adanya ketiga surat edaran tersebut diprediksi peningkatan pengguna OJS akan semakin meningkat, khususnya di perguruan tinggi sehingga diharapkan pada akhir tahun 2013 pengguna OJS dari perguruan tinggi jumlahnya ditargetkan lebih dari 2.500 pengguna.

6. Interoperabilitas Open Journal System

Setelah e-journal terbentuk, diharapkan seluruh jurnal artikel dapat saling terintegrasi dengan database jurnal, baik secara nasional maupun internasional. Untuk tingkat nasional saat ini sudah tersedia database ISJD (Indonesian Scientific Journal Database) yang dikelola PDII-LIPI diperlihatkan dalam gambar 2. Adapun di tingkat Internasional tersedia banyak database yang terbuka secara gratis untuk bergabung. Keuntungan dari bergabungnya jurnal dengan dengan pengelola database jurnal yaitu visibilitas dan aksesibilitas jurnal dapat lebih mudah dan luas sehingga meningkatkan sitasi, impact factor dan mengangkat hasil penelitian yang dituangkan dalam jurnal.

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/

(7)

7

(Dikti-Kemdiknas) yang diperlihatkan dalam gambar 3 dan Pustaka Jurnal Ilmiah Indonesia (Kementerian Riset dan Teknologi) dalam gambar 4.

Gambar 5. Sistem interoperabilitas untuk jurnal perguruan tinggi dan badan litbang Fitur interoperabilitas yang ada di OJS menggunakan protokol Open Archives Initiative Protocol for Metadata Harvesting (OAI-PMH) yang saat ini banyak digunakan oleh portal-portal yang menjadi harvester

7. Kendala

Kendala implementasi OJS adalah manajemen penerbitan secara elektronik belum sepenuhnya dilaksanakan baik oleh penulis, penerbit maupun mitra bestari (reviewer). Dengan kata lain penerbitan jurnal secara elektronik di Indonesia sebagian besar masih sebatas mendigitalkan dari jurnal versi cetak menjadi on-line. Oleh karena diperlukan proses pelatihan dan pembiasaan dari penerbit, penulis maupun mitra bestari dalam menerbitkan jurnal secara elektronik. Selain itu penerbit jurnal ilmiah Indonesia sebagian besar belum memiliki nomor Digital object identifier (DOI-nya) dan belum terdaftar di lembaga pengindeks seperti google scholar, DOAJ, Scopus, Thomson dan lainnya mengingat tingkat pemahaman dan persyaratan yang belum dapat dipenuhi oleh penerbit jurnal, hal tersebut mengakibatkan indeks sitasi penerbitan jurnal ilmiah Indonesia masih rendah.

(8)

8

dunia bisnis dan komersial, DOI menjadi sebuah protokol bagi pertukaran informasi dan penjualan produk melalui e-commerce. Dalam konteks perpustakaan digital, DOI juga dipakai sebagai bagian dari metadata untuk pengelolaan sumberdaya digital, misalnya artikel jurnal elektronik. Lembaga yang mengurus pemberian identitas digital ini adalah International DOI Foundation atau IDF (http://www.doi.org/) yang memiliki kantor registrasi atau pendaftaran nomor DOI di Amerika Serikat, Eropa, dan Australia

8. Kesimpulan

Perkembangan penggunaan aplikasi e-journal khususnya penggunaan open access journal yang pesat oleh penerbit perlu diimbangi dengan sosialisasi penggunaan e-journal kepada pengelola, mitra bestari, penulis dan pengguna sehingga mekanisme penerbitan secara elektronik tidak hanya sekedar meng-on-line-kan jurnal semata. Selain itu jurnal yang terbit perlu diimbangi dengan kualitas dari artikel yang diterbitkan dengan mengundang pengelola, mitra bestari, penulis dan pengguna dari seluruh dunia dan memberikan abstrak minimal dalam bahasa inggris. Perubahan paradigma dari jurnal konvensional ke dalam bentuk elektronik perlu diikuti oleh regulasi, khususnya lembaga yang mengakreditasi jurnal dalam hal ini DIKTI untuk jurnal yang terbit di perguruan tinggi dan LIPI untuk lembaga penelitian sehingga instrumen dalam penilaian jurnal perlu segera disesuaikan sehingga memudahkan bagi penerbit untuk proses akreditasi dan juga reviewer dalam mengakreditasi jurnal.

Daftar Pustaka

1. Lukman, Swistien Kustantyana, 2012, “Manajemen Penerbitan Jurnal Ilmiah”, Sagung Seto Jakarta

2. Lukman, Dwiatri Kusumaningrum, Implementasi “Open-source electronic publishing systems” dalam Menunjang Penerbitan Jurnal Ilmiah Secara Elektronik Di Indonesia, Disampaikan dalam acara pertemuan pemimpin redaksi jurnal ilmiah Indonesia, Jakarta, 22 Juni 2010

3. Lukman, Kebijakan Pengembangan Jurnal Ilmiah di Indonesia Disampaikan dalam Seminar Manajemen Jurnal dan Pengenalan Open Journal System (OJS), Auditorium Ismangoen, Fakultas Kedokteran UGM, 6 Oktober 2011

4. Lukman, Putut I Pudjiono, Sjaeful Afandi, Slamet Riyanto, “Pengembangan Indonesian Scientific Journal Database (ISJD)”, Proceeding Digital Information System (DISC), Bandung 2009.,

5. Mark Cyzyk and Sayeed ChoudhuryLibrary Digital Programs The Sheridan Libraries The Johns Hopkins University Baltimore, Maryland. USA, A Survey and Evaluation of Open-Source Electronic Publishing Systems.

Gambar

Gambar 1 Grafik Penggunaan Aplikasi OJS oleh Penerbit Jurnal
Tabel 1 Perbandingan Aplikasi E-Journal
Tabel 2 Jumlah Pengguna OJS versi Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Penanganan, pengolahan, pengemasan, penyimpanan, pendistribusian dan pemasaran ikan renyah dilakukan dengan menggunakan wadah, cara dan alat yang sesuai dengan persyaratan

Masing-masing direktorat teknis mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Ditjen SDA di bidang perumusan kebijakan dan strategi, pembinaan dan evaluasi perencanaan teknis,

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang menegaskan kembali ketentuan keberadaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dalam Penjelasan Pasal 5,

Peneliti ingin mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan Peter Says Denim dalam mempromosikan brand dan produknya kepada komunitas musik indie underground hingga

Penggunaan pupuk subsidi pada usahatani padi yaitu pupuk petroganik, SP36, phonska, urea dan ZA akan mempengaruhi harga dalam biaya yang dikeluarkan

Sesuai dengan Peraturan STP(Konvensi Internasional tentang Persyaratan Ruangan untuk kapal-kapal angkutan penumpang) 71/73 Pasal 11 menyebutkan aturan untuk ruangan- ruangan yang

Puji syukur dipanjatkan kehadirat-Mu Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasihnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “