• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MASASE FRIRAGE DALAM MENGATASI GANGGUAN / PENURUNAN RANGE OF MOVEMENT PEMAIN BULUTANGKIS YANG MENGALAMI CEDERA PERGELANGAN TANGAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS MASASE FRIRAGE DALAM MENGATASI GANGGUAN / PENURUNAN RANGE OF MOVEMENT PEMAIN BULUTANGKIS YANG MENGALAMI CEDERA PERGELANGAN TANGAN SKRIPSI"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MASASE FRIRAGE DALAM MENGATASI GANGGUAN / PENURUNAN RANGE OF MOVEMENT PEMAIN BULUTANGKIS YANG

MENGALAMI CEDERA PERGELANGAN TANGAN SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Olahraga

Oleh

Yulius Agung Saputro NIM 08603141014

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

iii

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Masase Frirage Dalam Mengatasi Gangguan / Penurunan Range OF Movement Pemain Bulutangkis Yang Mengalami Cedera Pergelangan Tangan” yang disusun oleh Yulius Agung Saputro, NIM 08603141014 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, Juni 2012 Pembimbing

Sigit Nugroho, M.Or.

(3)

iv

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tada tangan Dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, Juni 2012 Yang menyatakan,

Yulius Agung Saputro NIM 08603141014

(4)

v

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Masase Frirage Dalam Mengatasi Gangguan / Penurunan Range Of Movement Pemain Bulutangkis Yang Mengalami Cedera Pergelangan Tangan” yang disusun oleh Yulius Agung Saputro, NIM 08603141014 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal, Juni 2012 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Sigit Nugroho, M.Or Ketua Penguji ... ... dr. Novita Intan A, M.Ph Sekretaris / Anggota II ... ... Bambang Priyonoadi, Mkes Penguji / Anggota III ... ... Dr. Wara Kushartanti Penguji / Anggota IV ... ...

Yogyakarta, Juli 2012 Fakultas Ilmu Keolahragaan Dekan,

Drs. Rumpis Agus Sundarko,M.S NIP 19600824 198601 1 001

(5)

vi

MOTTO

1. Tetaplah percaya dan bersyukur, maka rencana Tuhan akan

indah sampai kapanpun.

2. Kemenangan (keberhasilan) hanya dapat dicapai dengan

kesabaran.

3. Tidak mudah putus asa, sabar, dan semangat adalah kunci untuk

meraih suatu keberhasilan.

(6)

vii

PERSEMBAHAN

Ucap syukur atas segala berkat kepada Tuhan Yesus Kristus. Karya sederhana ini dipersembahkan kepada Ayahanda Kaliso, S.Pd dan Ibunda Tumiyem yang luar biasa setia dan penuh kasih sayang menemani kehidupan penulis. Bapak Sigit Nugroho, M.Or, dosen pembimbing skripsi yang mendorong penulis untuk tetap semangat sehingga menyelesaikan skripsi ini. Bapak Ali Satia Graha, M.Kes., yang tak henti-hentinya memberikan arahan, nasehat hidup hingga terselesaikannya sebagian dari ujian hidup ini. Septiana Candra Dewi untuk dukungan yang indah. Keluarga besar Physical Teraphy Clinic FIK UNY yang memberikan motivasi tiada henti. Sahabat dan rekan-rekan se′angkatan IKORA 2008 di Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas

Negeri Yogyakarta (Punto, Wowok, Kotrek, Adit, Wilis, Santos, Iyak, Hisam, Simbe, Thole, Nick, Ucok, Cireng, Pasha, Badil, Ria, Fera dan yang lain yang telah memberikan masukan, dan telah membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

(7)

viii

EFEKTIVITAS MASASE FRIRAGE DALAM MENGATASI GANGGUAN / PENURUNAN RANGE OF MOVEMENT PEMAIN BULUTANGKIS

YANG MENGALAMI CEDERA PERGELANGAN TANGAN

Oleh:

Yulius Agung Saputro NIM 08603141014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat efektivitas masase frirage dalam mengatasi gangguan / penurunan range of movement pemain bulutangkis yang mengalami cedera pergelangan tangan.

Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan desain pretest and posttest group design. Populasi dalam penelitian ini UKM Bulutangkis UNY, sedangkan sampelnya adalah pemain putri UKM Bulutangkis UNY. Teknik pengambilan sampel menggunakan purosive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 10 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menghitung Range of Movement (ROM) gerak fleksi, ekstensi, adduksi dan abduksi sendi pergelangan tangan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian menggunakan uji- t.

Hasil penelitian disimpulkan masase frirage terbukti signifikan mampu mengurangi dan mengatasi cedera pergelangan tangan yang dialami pemain putri UKM Bulutangkis UNY. Ditunjukkan dengan hasil Uji- t diperoleh nilai t hitung fleksi 6,886, t hitung ekstensi 11,176, t hitung adduksi 15,706 dan t hitung abduksi 11,859 dengan signifikansi (p value) 0,000 (p<0,05). Terdapat peningkatan Range of Movement setelah diberikan perlakuan masase frirage pada gerakan fleksi sebesar 36,82%, ekstensi 23,87%, adduksi 27,81% dan abduksi 39,06%. Sedangkan efektivitas masase frirage terhadap penyembuhan cedera pergelangan tangan pemain putri UKM Bulutangkis UNY ditunjukkan dengan perhitungan peningkatan prosentase gerakan Fleksi sebesar 94,75%, Ekstensi 94,14%, Adduksi 90,88% dan Abduksi 89% dari perbandingan dengan gerak orang normal.

(8)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat-Mu Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasihnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Efektivitas Masase Frirage Dalam Mengatasi Gangguan / Penurunan Range Of Movement Pemain Bulutangkis Yang Mengalami Cedera Pergelangan Tangan.”

Skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dari berbagai pihak baik yang bersifat moril maupun materil. Oleh karenanya, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang tertinggi kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, yang

telah memberikan izin penelitian serta segala kemudahan yang telah diberikan.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kelancaran serta kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan program studi Ilmu Keolahragaan .

4. Sigit Nugroho, M.Or., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.

(9)

x

5. Yustinus Sukarmin, M.S., Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan dukungan dan arahan.

6. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan bimbingan, dorongan, kasih sayang yang berlimpah serta doa.

7. Mahasiswa Program Studi Ikora Angkatan 2008 atas segala bantuannya demi terselesaikannya skripsi ini.

8. Unit Kegiatan Mahasiswa Bulutangkis UNY yang telah membantu dan mengijinkan mengambil data demi terselesaikannya skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuh hati, bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik yang membangun akan diterima dengan senang hati untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Yogyakarta, Juni 2012 Penulis.

Yulius Agung Saputro NIM 08603141014

(10)

xi DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN...

A. Latar Belakang Masalah... B. Identifikasi Masalah... C. Pembatasan Masalah... D. Rumusan Masalah... E. Tujuan Penelitian... F. Manfaat Penelitian... BAB II KAJIAN PUSTAKA... A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan... 1. Olahraga Bulutangkis... 2. Pergelangan Tangan... 3. Cedera Pergelangan Tangan... 4. Masage Frirage... 5. Range of Movement Sendi Pergelangan Tangan... 6. Penanganan Masase Frirage Pada Rehabilitasi Cedera

Pergelangan Tangan... 7. Profil UKM Bulutangkis UNY... 8. Penelitian yang Relevan... B. Kerangka Berpikir... C. Hipotesis Penelitian... BAB III METODE PENELITIAN... A. Desain Penelitian... B. Tempat dan Waktu Penelitian... C. Populasi dan Sampel Penelitian... D. Definisi Operasional Variabel Penelitian... E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data... F. Teknik Analisis Data... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Deskripsi Lokasi dan Subyek Penelitian... B. Deskripsi Data Penelitian... C. Hasil Analisis Data Penelitian...

vii vii ix 1 1 4 4 5 5 5 6 6 6 15 25 37 39 43 47 48 50 52 53 53 54 54 55 56 59 61 61 61 63

(11)

xii

D. Pembahasan...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan... B. Implikasi Penelitian... C. Keterbatasan Penelitian... D. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... 70 75 75 75 76 76 77 81

(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pedoman Masase Frirage... Tabel 2. Range of Movement Sendi Pergelangan Tangan... Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif Data Fleksi Pergelangan Tangan.... Tabel 4. Hasil Analisis Deskriptif Data Ekstensi Pergelangan

Tangan... Tabel 5. Hasil Analisis Deskriptif Data Adduksi Pergelangan Tangan

Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif Data Abduksi Pergelangan Tangan Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data Fleksi Pergelangan Tangan... Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Data Ekstensi Pergelangan Tangan... Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Data Adduksi Pergelangan Tangan... Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Data Abduksi Pergelangan Tangan.... Tabel 11. Hasil Uji-t Data Fleksi Pergelangan Tangan... Tabel 12. Perhitungan Peningkatan ROM Pada Gerakan Fleksi... Tabel 13. Perhitungan Efektivitas Masase Frirage Pada Gerakan

Fleksi... Tabel 14. Hasil Uji-t Data Ekstensi Pergelangan Tangan... Tabel 15. Perhitungan Peningkatan ROM Pada Gerakan Ekstensi.... Tabel 16. Perhitungan Efektivitas Masase Frirage Pada Gerakan

Ekstensi... Tabel 17. Hasil Uji-t Data Adduksi Pergelangan Tangan...

39 40 62 62 62 63 64 64 64 65 65 66 66 66 67 67 67

(13)

xiv

Tabel 18. Perhitungan Peningkatan ROM Pada Gerakan Adduksi... Tabel 19. Perhitungan Efektivitas Masase Frirage Pada Gerakan

Adduksi... Tabel 20. Hasil Uji-t Data Abduksi Pergelangan Tangan... Tabel 21. Perhitungan Peningkatan ROM Pada Gerakan Abduksi... Tabel 22. Perhitungan Efektivitas Masase Frirage Pada Gerakan

Abduksi... 68 68 68 69 69

(14)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Bulutangkis di Badminton House... Gambar 2. Net bulutangkis... Gambar 3. Raket bulutangkis... Gambar 4. Shuttlecock... Gambar 5. Sepatu dan baju untuk bulutangkis... Gambar 6. Lapangan bulutangkis... Gambar 7. Anatomi pergelangan tangan... Gambar 8. Proximal Row... Gambar 9. Distal Row...

Gambar 10. Articular cartilage... Gambar 11. Collateral ligament... Gambar 12. M. fleksor carpi radialis, m. fleksor digiit. superfic,m.

fleksor carpi ulnaris, m. palmaris longus dan m.

brachioradialis...

Gambar 13. M. exstensor digitorum, m. exstensor digiti minimi, m. exstensor carpi ulnaris, m. exstensor carpi radialis longus dan m. exstensor carpi radialis brevis...

Gambar 14. M. flexsor digitorum profundus, m. flexsor policis longus dan m.supinator...

Gambar 15. M. flexsor digitorum profundus dan m. flexsor policis longus...

Gambar 16. M. interosei dorsalis... 8 9 10 11 11 12 16 17 17 18 19 20 21 22 23 24

(15)

xvi

Gambar 17. M. palmaris brevis... Gambar 18. M. abductor pollicis, m. flexsor pollicis brevis, m.

abductor pollicis brevis dan m. abductor digiti minimi...

Gambar 19. Sprain ligament... Gambar 20. Strain Tingkat I, II dan III... Gambar 21. Ganglion... Gambar 22. Dislokasi pergelangan tangan... Gambar 23. Fraktur pergelangan tangan... Gambar 24. Pengukuran dengan geniometer (A) fleksi, (B) ekstensi

dan (C)adduksi... Gambar 25. Posisi Tangan Pronation... Gambar 26. Posisi Punggung Tangan... Gambar 27. Posisi Pergelangan Tangan... Gambar 28. Posisi Tangan Supination... Gambar 29. Posisi Telapak Tangan Supination... Gambar 30. Posisi Pergelangan Tangan Supination... Gambar 31. Posisi Traction dan Reposition Pada Sendi Pergelangan

Tangan... Gambar 32. Kerangka Berfikir... Gambar 33. Pemain putri UKM Bulutangkis UNY... Gambar 34. Pengkoordinasi Sampel... Gambar 35. Pengisian Blangko Monitoring data... Gambar 36. Gerakan manipulatif masase frirage pada otot

ekstensor (lengan bawah)...

24 25 33 34 35 36 36 43 44 44 45 45 46 46 47 51 110 110 111 111

(16)

xvii

Gambar 37. Gerakan manipulatif masase frirage pada otot

punggung tangan... Gambar 38. Gerakan manipulatif masase frirage pada otot sendi

pergelangan tangan... Gambar 39. Gerakan manipulatif masase frirage pada otot fleksor

(lengan bawah)... Gambar 40. Gerakan manipulatif masase frirage pada otot telapak

tangan... Gambar 41 . Gerakan manipulatif masase frirage pada pergelangan

tangan... Gambar 42. Gerakan manipulatif masase frirage traksi dan reposisi

sendi pergelangan tangan... Gambar 43. Pengukuran Range of Movement gerakan fleksi... Gambar 44. Pengukuran Range of Movement gerakan ekstensi... Gambar 45. Pengukuran Range of Movement gerakan adduksi... Gambar 46. Pengukuran Range of Movement gerakan abduksi...

112 112 113 113 114 114 115 115 116 116

(17)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Blangko Monitoring Data Sampel Penelitian... 81

Lampiran 2. Hasil Analisis Deskriptif... 82

Lampiran 3. Hasil Uji Normalitas... 92

Lampiran 4. Hasil Uji- t... 102

Lampiran 5. Perhitungan Peningkatan Kemampuan ROM... 106

Lampiran 6. Perhitungan Efektivitas Masase Frirage... 107

Lampiran 7. Data Penelitian... 108

Lampiran 8. Data Responden... 109

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian... 110

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga bulutangkis merupakan salah satu jenis olahraga prestasi yang sangat terkenal di seluruh dunia. Asal olahraga bulutangkis belum diketahui secara pasti, karena memang awalnya olahraga ini dilakukan di berbagai negara. Seiring perkembangan zaman, bulutangkis menjadi salah satu olahraga yang populer, sehingga menjadi suatu aktivitas yang dapat dipertandingkan seperti misalnya pada kompetisi tingkat lokal ada pekan olahraga daerah (PORDA) dan pekan olahraga nasional (PON), maupun tingkat internasional seperti Sea Games, Asian Game dan Olimpiade.

Di Indonesia bulutangkis bekembang dengan pesat dan telah masuk ke dalam pendidikan. Pendidikan olahraga bulutangkis di Indonesia beradaptasi pada mata kuliah yang disesuaikan dengan materi perkuliahan dan kurikulum di Fakultas Ilmu Keolahragaan yang ada di seluruh Universitas. Di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) khususnya di Fakultas Ilmu Keolahragaan, bulutangkis termuat dalam kurikulum yang menjadi salah satu mata pelajaran pilihan kategori net untuk setiap program studi.

Bulutangkis di UNY tidak hanya diajarkan didalam perkuliahan saja, tetapi bagi mahasiswa UNY yang gemar berolahraga atau memiliki bakat bermain bulutangkis dapat mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bulutangkis sebagai wadah pengembangan bakat dan keterampilan

(19)

2

mahasiswa untuk meningkatkan prestasi dalam keterampilan bermain bulutangkis. Latihan UKM bulutangkis UNY dilaksanakan setiap hari selasa dan hari jumat di Hall Bulutangkis Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) UNY dengan bimbingan dosen pembina dari FIK. Kerja keras UKM bulutangkis UNY dalam meningkatkan prestasi para atlet sangat tinggi, tetapi ada beberapa faktor yang menjadi penghambat tercapainya peninggkatan prestasi atlet UKM bulutangkis salah satu faktor penghambat yaitu cedera.

Menurut Nanik Iryanti (2006: 63) dalam penelitian tentang faktor penghambat pemain UKM bulutangkis UNY terhadap prestasi kejuaraan di Daerah Istimewa Yogyakarta, menempatkan faktor cedera berada di posisi kedua sebesar 74.2% setelah faktor latihan yaitu sebesar 77,4%, hal ini dapat disimpulkan bahwa faktor cedera sangat berpengaruh terhadap prestasi pemain bulutangkis.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di UKM Bulutangkis UNY pada bulan maret, diketahui bahwa cedera pergelangan tangan merupakan salah satu cedera yang dialami pemain bulutangkis di UKM bulutangkis UNY. Cedera pergelangan tangan yang dialami disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1) pemain kurang melakukan penguluran otot-otot pergelangan tangan sebelum bermain, sehingga mengakibatkan otot di sekitar pergelangan tangan menjadi tegang, 2) teknik grip atau pegangan raket dan teknik memukul yang dilakukan pemain belum sempurna, 3) stamina para pemain UKM bulutangkis UNY kurang terjaga, menyebabkan terjadinya

(20)

3

cedera pergelangan tangan over use, gejala cedera ini berupa kekakuan otot, strain, sprain dan sub luksasi pada pergelangan tangan pemain.

Cedera pergelangan tangan yang dialami pemain UKM bulutangkis tergolong dalam kategori cedera pergelangan tangan ringan, yaitu sprain tingkat satu, dan cedera yang lebih berat tetapi masih masuk dalam kategori ringan. Gejala yang disebabkan oleh cedera menimbulkan inflamasi atau peradangan setempat pada daerah pergelangan tangan yang ditandai adanya kalor (panas), rubor (merah), dolor (nyeri), tumor (bengkak) yang bermuara

menyebabkan derajat gerak sendi (Range of Movement) menjadi terganggu bahkan menurun dari derajat gerakan normal, sehingga menggangu pemain saat bertanding. Bambang Priyonoadi (2008: 2) mengatakan bahwa, dalam mencapai prestasi yang diinginkan, olahragawan perlu didukung oleh berbagai aspek seperti pelatih, latihan dengan program yang benar, medis, fisioterapi, masseur, psikologi dan ilmu gizi.

Sebagai aspek pendukung prestasi atlet, jenis masase seperti sport masase, circullo masase, Swedia masase dan masase frirage dapat membantu atlet dalam mencapai prestasi, karena masase dapat membantu menjaga kondisi atlet tetap dalam kondisi baik sesuai dengan fungsi masase yang digunakan. Masase frirage merupakan salah satu masase yang dapat bermanfaat untuk membantu penyembuhan setelah penanganan medis maupun sebelum penanganan medis sebagai salah satu pencegahan dan perawatan tubuh dari cedera ringan seperti keseleo pada persendian dan kontraksi otot akibat aktivitas sehari-hari ataupun berolahraga.

(21)

4

Belum ada penelitian yang menyatakan bahwa cedera pergelangan

tangan dapat disembuhkan dengan menggunakan terapi masase frirage. Berdasarkan hasil observasi, peneliti ingin melakukan penelitian secara mendalam untuk mengetahui seberapa besar efektivitas masase frirage dalam mengatasi gangguan / penurunan range of movement sendi pergelangan tangan yang mengalami cedera..

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang menjadi penyebab terjadinya cedera pergelangan tangan sebagai berikut:

1. Pemain UKM bulutangkis UNY kurang melakukan pemanasan sebelum bermain bulutangkis.

2. Teknik pegangan (grip) raket dan teknik memukul pemain UKM bulutangkis UNY belum sempurna.

3. Stamina pemain UKM bulutangkis UNY kurang terjaga, menyebabkan cedera over use.

4. Belum diketahuinya seberapa besar efektivitas masase frirage dalam penanganan cedera pergelangan tangan.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu kompleks, perlu ada batasan-batasan untuk memperjelas ruang lingkup penelitian. Dari identifikasi masalah yang ada dan terbatasnya kemampuan, tenaga, biaya serta waktu, maka penelitian ini dibatasi pada efektivitas masase frirage dalam

(22)

5

mengatasi gangguan / penurunan range of movement pemain putri UKM bulutangkis yang mengalami cedera pergelangan tangan.

D. Perumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian adalah seberapa besarkah efektivitas masase frirage dalam mengatasi gangguan / penurunan range of movement pemain bulutangkis yang mengalami cedera pergelangan tangan?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya “efektivitas masase frirage dalam mengatasi gangguan / penurunan range of

movement pemain bulutangkis yang mengalami cedera pergelangan tangan”

F. Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Membantu Pemain UKM Bulutangkis menangani cedera pergelangan tangan, sehingga cedera yang dialami dapat disembuhkan.

2. Penelitian dapat memberikan masukan bagi jurusan Ilmu Keolahragaan dalam rangka pengembangan keilmuan dan peningkatan proses belajar mengajar.

3. Penelitian dapat menambah wawasan bagi ilmu pengetahuan di bidang massase terapi tentang cara tepat menangani cedera pergelangan tangan.

(23)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan

1. Olahraga Bulutangkis a. Sejarah

Nama Badminton pada awalnya berasal dari nama sebuah rumah atau sebuah istana di kawasan Gloucestershire yang terletak 200 kilometer sebelah barat kota London, Inggris. Badminton House, demikian nama istana tersebut menjadi saksi sejarah bagaimana olahraga ini mulai dikembangkan menuju bentuknya seperti sekarang. Badminton berasal dari sebuah permainan anak-anak, yaitu permainan battledore pada abad ke-16 yang dilakukan di Badminton House dengan menepak-nepakan shuttlecock ke atas, permainan ini dilakukan dengan penepak kayu dan memakai tali sebagai tanda suttlecock dapat menyebrang. Sampai akhirnya pada tahun 1860, Isaac Spratt menulis buku yang berjudul “Badminton Battledore a New Game.” Buku yang ditulis

menggambarkan terjadinya evolusi permainan battledore di Badminton Home, yang kemudian dipertandingkan (Syahri Alhusin, 2007: 2).

Di Indonesia olahraga badminton dikenal juga sebagai bulutangkis, perkembangan olahraga bulutangkis di Indonesia berawal dari terbentuknya Persatuaan Olahraga Republik Indonesia (PORI) pada tanggal 20 Januari 1947 di Jakarta dan sebagai pusatnya di Yogyakarta dengan Tri Tjondokusumo sebagai ketua pertama PORI. Pada 15 Mei 1951 didirikan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dan

(24)

7

diketuai oleh Rochidi. IBF (International Badminton Federation) diprakarsai pada tahun 1934 oleh 9 negara anggota yaitu: Canada, Denmark, Inggris, Prancis, Irlandia, Belanda, New Zeland, Scotlandia dan Wales. Anggota IBF bertambah secara cepat dari tahun ke tahun. Turnamen pertama IBF yang paling bergengsi adalah Thomas Cup (World men's team championships) pada tahun 1948. Sejak itu turnamen berkembang untuk tim putri seperti Uber Cup, Sudirman Cup, World Junior dan World Grand Prix Finals.

Indonesia secara resmi masuk di International Badminton Federation (IBF) tahun 1953 dan mengikuti perlombaan yang diadakan

IBF seperti Thomas dan Uber Cup yang diselenggarakan oleh IBF. Selanjutnya pada IBF Exstraordinary General meeting di Madrid, Spanyol, September 2006, usulan untuk mengubah nama International Badminton Federation (IBF) menjadi Badminton World Federation

(BWF) diterima dengan bulat oleh seluruh 206 delegasi yang hadir.

Bulutangkis menjadi olahraga Olimpiade musim panas di Olimpiade Barcelona pada tahun 1992. Pada Olimpiade Barcelona Indonesia dan Korea Selatan memperoleh dua mendali emas pada cabang bulutangkis tahun itu.

Bulutangkis menjadi olahraga nasional yang dimainkan di semua kota di Indonesia, khususnya di Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan. Pertandingan bulutangkis antar kota di Indonesia mulai diadakan, walau hanya antar perkumpulan atau himpunan bulutangkis

(25)

8

yang ikut pada Pekan Oahraga Nasional (PON) I di Surakarta tahun 1948 yang diikuti oleh banyak wilayah di Indonesia (Syahri Alhusin, 2007: 4).

Tony Grice (1996: 1) menyatakan,“bahwa olahraga bulutangkis menarik minat berbagai kelompok umur, berbagai tingkat keterampilan pria maupun wanita memainkan bulutangkis di dalam atau di luar ruangan untuk rekreasi maupun sebagai ajang pertandingan.” Hal ini disebabkan karena olahraga bulutangkis banyak mempunyai kelebihan secara umum dan mampu memasyarakatkan olahraga di dalam masyarakat luas. Permainan bulutangkis di badminton house dapat dilihat seperti gambar 1 berikut ini:

Gambar 1. Bulutangkis di Badminton House

(Sumber://www.badmintoner.wordpress.com/2008/10/&imgurl.jpg/image,hari kamis,tanggal/13-10-2011jam-15.05)

b. Sarana dan Prasarana Olahraga Bulutangkis

Agus Suhendartin Suryobroto (2001: 4) mengatakan, “sarana adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, mudah dipindah bahkan dibawa oleh pelakunya atau siswa. Sedangkan prasarana adalah barang atau benda tidak bergerak yang dapat menunjang atau mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja”.

(26)

9

Karakteristik bulutangkis tentang hubunganya dengan sarana dan prasarana menurut Richard Keaton yang dikutip oleh Okta Sari (2008: 13) menjelaskan bahwa, “bermain bulutangkis tidak memerlukan tempat yang terlalu luas, dapat dilakukan di dalam maupun di luar gedung, serta alat yang digunakan relatif ringan, murah dan mudah diperoleh”. Menurut Syahri Alhusin, (2007: 10) alat dan perlengkapan utama yang wajib diperlukan dalam bulutangkis sebagai berikut ini:

1) Net

Net merupakan pembatas berupa jaring yang membentang di tengah-tengah lapangan yang membagi lapangan menjadi dua bagian sepanjang lebih dari 20 kaki. Net berdiri di tengah-tengah lapangan dengan tinggi 155 cm di bagian tepi, dan tinggi net di tengah-tengah lapangan adalah 152 cm dari permukaan tanah. Pada net diberikan tanda vertical yang naik dari garis pinggir lapangan, untuk memungkinkan pemain menyesuaikan diri dengan lapangan tanpa perlu melihat garis-garis di lantai (Johnson, M.L, 1984: 19). Net dalam bulutangkis dapat dilihat seperti gambar 2 berikut ini:

Gambar 2. Net bulutangkis

(Sumber ://www.badmintoner.wordpress.com/imgurl/net.jpg/image,hari kamis, tanggal/13-10-2011jam-15.15/WIB)

(27)

10

2) Raket

Menurut Johnson, M.L (1984: 20), peraturan bulutangkis internasional tidak menetapkan ukuran, bentuk atau berat raket. Raket adalah peralatan yang mutlak digunakan oleh pemain saat bermain bulutangkis. Raket standar memiliki ukuran panjang 66-68 cm dan lebar kepala 22 cm. Raket bahan karbon beratnya adalah 85 gram. Daun raket terdapat jaring yang dibuat dari senar (string). Raket dalam bulutangkis dapat dilihat seperti gambar 3 berikut ini:

Gambar 3. Raket bulutangkis

(Sumber ://www.google.co.id/image/html.racket. Hari rabu, tanggal 12-10-2011, jam 19.43)

3) Shuttlecock

Shuttlecock standar dari Badminton World Federation (BWF)

terbuat dari bulu angsa berjumlah 14-16 buah, yang memiliki berat 5,67 gram, panjang 8,8 cm, panjang bulu 6,5 cm dan panjang dop atau kepala shuttlecock adalah 2,3 cm. Shuttlecock dalam bulutangkis dapat dilihat seperti gambar 4 berikut ini:

(28)

11

Gambar 4. Shuttlecock

(Sumber http://badmintoner.wordpress.com.Shuttlecock.img, Hari rabu, tanggal 12-10-2011, jam 19.50)

4) Sepatu dan Pakaian

Sepatu dan pakaian tergolong aksesori utama. Sepatu bulutangkis harus ringan dan tidak selip saat dipakai di lapangan agar pemain dapat melakukan gerakan tanpa mengalami selip atau terpeleset. Johnson, M.L (1984: 21) mengatakan,“untuk pertandingan pilihlah sepatu yang setengah nomor lebih besar dari biasa.”

Penggunaan pakaian sebenarnya bebas, tetapi pada tingkat internasional banyak dipakai pakaian yang dapat menyerap keringat dengan cepat. Sepatu dan pakaian dalam bulutangkis dapat dilihat seperti gambar 5 berikut ini:

Gambar 5. Sepatu dan baju untuk bulutangkis.

(29)

12

5) Lapangan

Lapangan yang digunakan untuk bermain bulutangkis adalah lapangan dengan standar WBF yaitu berukuran 6 meter x 13,2 meter yang dibagi dalam bidang-bidang, masing-masing dua sisi berlawanan panjangnya 6,6 meter. Ada garis tunggal, garis ganda panjang masing-masing 3 meter, juga ada ruang yang memberi jarak antara pelaku dan penerima service sepanjang 1,96 meter dari garis tengah. Dalam penggunaan lapangan bulutangkis tinggi langit-langit harus berada setidaknya 27 kaki diatas lantai (Johnson, M.L, 1984: 18). Lapangan dalam bulutangkis dapat dilihat seperti gambar 6 berikut ini:

Gambar 6. Lapangan bulutangkis.

(Sumber ://www.texmura.com, hari Kamis, Tanggal 13-10-2011jam 17.05 )

c. Teknik Memukul Dalam Bulutangkis

Teknik memukul dalam bermain bulutangkis sangat beragam, seorang pemain harus bisa memukul cock, baik dari atas maupun dari bawah menggunakan raket dengan tepat. Jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai pemain bulutangkis terdapat beberapa pukulan, seperti pukulan service, lob, dropshot, smash, netting, underhand, dan drive. Menurut

(30)

13

Syahri Alhusin, (2007: 33-43) jenis pukulan di atas dapat dijelaskan seperti berikut ini:

1) Service

Dalam permainan bulutangkis, pukulan service merupakan pukulan awal sebagai tanda dimulainya pertandingan. Dalam pertandingan dengan sistem rally point setiap pemain akan memperoleh nilai jika berhasil mematikan permainan lawan. Permainan bulutangkis ada tiga jenis service, yaitu service pendek, service tinggi, dan flick atau service setengah tinggi.

2) Lob / overhead (pukulan atas)

Pukulan lob adalah cock overhead (di atas) yang dipukul di bagian belakang kepala (samping telinga). Pukulan di belakang kepala ini relatif lebih sulit dibanding dengan overhead yang biasa, karena untuk bisa melakukan pukulan (teknik) ini diperlukan ekstra kekuatan kaki, kelenturan, footwork yang baik. Pukulan lob dibagi menjadi dua jenis yaitu full lob dengan arah cock tinggi ke belakang dan Attacking lob dengan arah cock-nya tidak terlalu tinggi.

3) Dropshot

Pukulan dropshot adalah pukulan yang dilakukan seperti smash. Perbedaannya pada posisi raket saat perkenaan dengan cock. Cock dipukul dengan dorongan dan sentuhan yang halus. Dropshot (pukulan potong) yang baik adalah apabila jatuhnya cock dekat dengan net dan tidak melewati garis ganda. Karakteristik pukulan

(31)

14

potong ini adalah, cock senantiasa jatuh dekat jaring di daerah lapangan lawan. Pukulan ini dapat digunakan untuk mengacau dan memancing lawan agar mengangkat cock, sehingga lawan dapat diserang dengan berbagai pukulan smash.

4) Smash

Smash yaitu pukulan overhead (atas) yang diarahkan ke bawah

dan dilakukan dengan tenaga penuh dari seorang. Pukulan ini identik sebagai pukulan menyerang. Karakter dari pukulan ini adalah keras dan laju dari cock sangat cepat. Pukulan smash adalah bentuk pukulan keras yang sering digunakan dalam permainan bulutangkis yang dilakukan oleh seorang pemain untuk menghentikan permainan lawan dan memperoleh nilai.

5) Netting

Netting adalah pukulan yang dilakukan dekat net, diarahkan

sedekat mungkin ke net, cock dipukul dengan sentuhan tenaga yang halus sekali. Pukulan netting yang baik yaitu apabila cock dipukul halus dan melintir tipis dekat sekali dengan net. Karakteristik teknik dasar ini adalah cock dipukul dengan kekuatan mendekati nol tetapi hasilnya dapat mematikan lawan. Dengan netting yang baik, lawan akan sulit untuk megembalikan cock.

6) Underhand (Pukulan dari Bawah)

Jenis pukulan Underhand ini dominan digunakan dalam permainan bulutangkis sebagai cara bertahan akibat pukulan serang

(32)

15

lawan. Dalam situasi tertekan ketika permainan, harus melakukan pukulan penyelamatan dengan cara mengangkat cock tinggi ke daerah belakang lapangan lawan. Pukulan dasar ini dapat dilakukan dengan teknik pukulan forehand dan backhand.

7) Drive

Drive adalah pukulan cepat dan mendatar banyak digunakan

dalam permainan ganda. Karakter pukulan ini cock melaju mendatar, tetapi sasaranya berbeda, yaitu depan, tengah dan belakang. Pukulan drive bertujuan untuk mengembalikan pukulan smash lawan dan

menghindari lawan menyerang atau sebaliknya memaksa lawan mengangkat kok dan berada pada posisi bertahan. Pukulan ini menuntut keterampilan grip, reflek yang cepat dan kekuatan pergelangan tangan.

2. Pergelangan Tangan

a. Anatomi Pergelangan Tangan

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh manusia, berasal dari bahasa Yunani “ana” yang berarti habis atau ke atas dan “tomos” yang berarti memotong atau mengiris. Anatomi adalah ilmu

yang mempelajari struktur tubuh (manusia) dengan cara menguraikan tubuh (manusia) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sampai kebagian yang paling kecil, dengan cara memotong atau mengiris tubuh kemudian diangkat, dipelajari dan diperiksa menggunakan mikroskop (Tim Anatomi UNY, 2008: 1).

(33)

16

Sendi pergelangan tangan merupakan sendi terkompleks dari semua sendi yang terdapat di dalam tubuh manusia. Pergelangan tangan pada tubuh kita sebenarnya adalah kumpulan dari banyak tulang dan sendi. Salah satu alasan yang mengungkapkan bahwa pergelangan tangan begitu rumit adalah karena setiap tulang karpal kecil pada pergelangan tangan membentuk sendi dengan tulang yang ada di sebelahnya. Anatomi pergelangan tangan pada tubuh manusia dapat dilihat seperti gambar 7 berikut ini:

Gambar 7: Anatomi pergelangan tangan

Sumber ://www.activemotionphysio pergelangan tangan..html.hari kamis, tanggal 23-2-2012 jam 10:37)

Struktur penting dari pergelangan tangan dapat dibagi menjadi beberapa kategori, antara lain:

1) Tulang dan Sendi

Pergelangan tangan tersusun dari 15 tulang yang membentuk hubungan dari ujung lengan bawah ke tangan. Pergelangan tangan itu sendiri berisi delapan tulang kecil, yang disebut carpal bones atau tulang carpal yang tersusun dari:

(34)

17

a) Tulang proximal row terdiri dari tulang, yaitu tulang schapoid, lunate dan triquetrum. Tulang proximal row menghubungkan tulang

lengan bawah yaitu tulang ulna dan radius dengan tulang tangan yang disebut dengan Ost. Metacarpal. Tulang proximal row dapat dilihat seperti gambar 8 berikut ini:

Gambar 8: Proximal Row

(Sumber ://www.activemotionphysio.ca.image.Proximal row html kamis tanggal 23-2-2012 jam 10:40)

b) Tulang distal row merupakan tulang baris kedua dari tulang carpal, tulang ini tersusun dari beberapa tulang yaitu tulang trapezium, trapezoid, capitates, hamate dan pisiform. Tulang distal row dapat

dilihat seperti gambar 9 berikut ini:

Gambar 9: Distal Row

(Sumber ://www.activemotionphysio.ca.html.Distal Row/img.kamis tanggal 23-2-2012 jam 10:45)

(35)

18

Pada tulang carpal terbungkus tulang rawan yang disebut articular cartilage yang berwarna putih dan licin, berfungsi sebagai

bantalan atau melindungi sendi yang saling bergesekan atau benturan dengan sendi lainya sehingga sendi tulang carpal tidak mengalami kerusakan. Articular cartilage dapat dilihat seperti gambar 10 berikut ini:

Gambar 10: Articular cartilage

(Sumber ://www.activemotionphysio.ca.html,image/Articular.kamis tanggal 23-2-2012 jam 10:47)

2) Ligamen

Ligamen adalah struktur jaringan lunak yang menyambungkan tulang ke tulang, pada pergelangan tangan terdapat ligamen collateral. Collateral ligament pada sendi pergelangan tangan dibagi menjadi dua

yaitu:

a) Ulnar collateral ligament adalah ligamen yang melintasi bagian tepi tulang ulna, styloid ulnaris, pisiform dan tulang triquetrum.

b) Radial collateral ligament adalah ligamen yang melintasi bagian tepi tulang radius, di sisi ibu jari kemudian ke styloid radial dan kesisi tulang scaphoid. Collateral ligament dapat dilihat seperti gambar 11 berikut ini:

(36)

19

Gambar 11: Collateral ligament

(Sumber ://www.activemotionphysio.id kamis tanggal 23-2-2012 jam 10:54)

3) Otot Penyusun Pergelangan Tangan

Otot-otot penyusun utama dari pergelangan tangan berasal dari dua otot, yaitu otot lengan bawah dan otot tangan. Berikut ini penjelasan dari masing-masing bagian otot penyusun pergelangan tangan.

(a) Otot lengan bawah.

Menurut H. Ferner dan J. Staubesand (1982: 337-348), otot lengan bawah terdiri dari beberapa otot besar yaitu: otot superfisial (otot bagian luar) dan otot profundus (otot bagian dalam).

(1) Otot superfisial adalah otot bagian luar pada otot lengan bawah yang dibagi menjadi beberapa otot, antara lain:

(a) Otot brachioradialis adalah otot yang ber-origo margo lateralis humeri dan septum intermusculare brachii

laterale, dengan insertio ujung proksimal processus

styloideus. Otot brachioradialis memiliki fungsi fleksio

(37)

20

supinasio dan supinasio waktu lengan bawah dalam keadaan pronasio.

(b) Otot flexor carpi radialis adalah otot yang berfungsi untuk gerakan fleksi pergelangan tangan dan siku, abduksi pergelangan tangan dan pronasi lengan bawah.

(c) Otot flexor digitorum superficialis adalah otot yang berfungsi sebagai fleksi phalanges tengah 4 jari medial, membantu fleksi lengan bawah dan abduksi medialis tangan.

(d) Otot fleksor carpi ulnaris adalah otot yang berfungsi sebagai fleksi dan abduksi pergelangan tangan.

(e) Otot palmaris longus memiliki fungsi menegakkan apeneurosis palmaris, fleksor lemah siku dan pergelangan

tangan. Otot-otot lengan bawah dapat dilihat seperti gambar 12 berikut ini:

Gambar 12: m. fleksor carpi radialis, m. fleksor digiit. superfic, m. fleksor carpi ulnaris, m. palmaris longus dan m. brachioradialis.

(Sumber. H. Ferner dan J. Staubesand, 1982: 327)

m. brachioradialis

m. fleksor carpi radialis

m. fleksor digiit. superfic m. fleksor carpi

ulnaris

m. palmaris longus

(38)

21

(f) Otot exstensor carpi ulnaris memiliki fungsi ekstensi dan abduksi tangan. Otot ini ber-origo pada epycondylus lateralis humeri dan fascia antebrachii serta insersio pada basis

metacarpal V dan permukaan dorsal.

(g) Otot exstensor digitorum dan exstensor digiti minimi memiliki fungsi sebagai ekstensi kelingking dan abduksi medial. Otot ini ber origo pada epycondylus lateralis humeri dan fascia antebrachii.

(h) Otot exstensor carpi radialis longus dan exstensor carpi radialis brevis memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai

ekstensi dan abduksi tangan. Otot ekstensor dapat dilihat seperti gambar 13 berikut ini:

Gambar 13: m. exstensor digitorum, m. exstensor digiti minimi, m. exstensor carpi ulnaris, m. exstensor carpi radialis longus dan m.

exstensor carpi radialis brevis.

(Sumber. H. Ferner dan J. Staubesand, 1982: 335)

(2) Otot profundus atau otot bagian dalam yang menyusun pergelangan tangan terdapat berbagai macam otot, diantaranya adalah: m. exstensor carpi ulnaris m. exstensor digiti minimi m. exstensor carpi

radialis longus m. exstensor digitorum

m. exstensor carpi radialis brevis

(39)

22

(a) Otot flexsor digitorum profundus adalah otot yang ber-origo pada permukaan anterior dan medial tulang ulna serta memiliki fungsi sebagai fleksi pada pergelangan tangan. (b) Otot flexsor policis longus adalah otot yang berfungsi

membantu fleksi abduksi metacarpal. Otot ini ber-origo epycondilus medialis dan insertio pada phalanax ibu jari.

(c) Otot supinator memiliki origo pada epycondilus lateralis humeri, ligamentum collateral radiale, supinatoris ulnae dan

ber-insertio pada permukaan lateral dan pinggir posterior tulang radius, proksimal dan distal tuberositas radii. Otot ini memiliki fungsi sebagai supinasi tangan dan lengan bawah. Otot profundus dapat dilihat seperti gambar 14 berikut ini:

p

Gambar 14: m. flexsor digitorum profundus, m. flexsor policis longus

dan m. supinator

(Sumber. H. Ferner dan J. Staubesand, 1982: 331)

(d) Otot exstensor pollicis longus dan otot exstensor indicis adalah otot yang ber-origo pada permukaan posterior ulna,

m. flexsor digitorum profundus

m. flexsor policis longus m. supinator

(40)

23

insertio pada phalanx distal ibu jari. Otot ini berfungsi untuk

mengkstensikan seluruh tangan dan abduksi ibu jari.

(e) Otot exstensor pollicis brevis yaitu otot yang berfungsi mengabduksi tangan dan ibu jari. Origo otot ini pada permukaan posterior tulang radius. Otot exstensor pollicis longus dan exstensor pollicis brevis dapat dilihat seperti

gambar 15 berikut ini:

Gambar 15: m. flexsor digitorum profundus dan m. flexsor policis longus

(Sumber. H. Ferner dan J. Staubesand, 1982: 336)

(b) Otot tangan

Menurut H. Ferner dan J. Staubesand (1985: 354-355) otot-otot yang terdapat pada bagian tangan juga terdiri dari otot superficial (otot bagian luar) dan otot profundus (otot bagian dalam). Otot superfisisal yang terdapat pada tangan ada dua jenis otot yaitu:

(1) Otot iterosei dorsalis yang terletak pada bagian exsterior yang berfungsi untuk abduksi jari-jari. Otot interosei dorsalis dapat dilihat pada gambar 16 berikut ini:

m. exstensor pollicis longus

m. exstensor pollicis brevis

(41)

24

Gambar 16: m. interosei dorsalis

(Sumber. H. Ferner dan J. Staubesand, 1982: 361)

(2) Otot palmaris brevis terdapat pada bagian telapak tangan. Otot palmaris brevis ber-origo pada apeneurosis palmaris bagian

medial dan inserti-nya pada kulit pinggir medial telapak tangan. Otot ini berfungsi merenggangkan sisi kulit medial telapak tangan. Otot palmaris brevis dapat dilihat seperti gambar 17 berikut ini:

Gambar 17. m. palmaris brevis

(Sumber. H. Ferner dan J. Staubesand, 1982: 349)

Sedangkan otot tangan profundus atau otot tangan bagian dalam terdapat beberapa otot. Beberapa otot profundus pada tangan dapat dijelaskan seperti berikut ini:

m. palmaris brevis m. interosei dorsalis

(42)

25

(1) Otot abductor pollicis brevis terletak pada origo retinaculum flexsorum dan tuberositas scaphoidea, dan insertio pada sisi

radialis yang memiliki fungsi abduksi ibu jari.

(2) Otot flexsor pollicis brevis yang berfungsi untuk fleksi phalanx proksimal ibu jari.

(3) Otot abductor pollicis berfungsi sebagai abduksi ibu jari.

(4) Otot abductor digiti minimi terletak pada origo tendo m. flexsor carpi ulnaris dan m. flexsor carpi ulnaris. Insertionya terletak

pada phalanx proksimal. Otot tangan profundus dapat dilihat seperti gambar 18 berikut ini:

Gambar 18: m. abductor pollicis, m. flexsor pollicis brevis, m. abductor pollicis brevis dan m. abductor digiti minimi

(Sumber. H. Ferner dan J. Staubesand, 1982: 352)

3. Cedera Pergelangan Tangan. a. Pengertian Cedera

Ali Satia Graha dan Bambang Priyonoadi (2009: 45) mengatakan, bahwa cedera adalah kelainan yang terjadi pada tubuh yang mengakibatkan timbulnya nyeri, panas, merah, bengkak, dan tidak dapat berfungsi baik pada otot, tendon, ligamen, persendian ataupun tulang akibat aktivitas gerak yang

m. abductor pollicis brevis m. flexsor pollicis brevis m. abductor pollicis m. abductor digiti minimi

(43)

26

berlebihan atau kecelakaan. Terkait dengan cedera, Hardianto (1995: 56) mengatakan bahwa:

Cedera olahraga adalah segala macam cedera yang timbul pada waktu latihan, saat pertandingan maupun sesudah pertandingan olahraga. Cedera akan merusak jaringan baik lunak maupun keras yang disebabkan oleh adanya kesalahan teknis, benturan aktivitas fisik yang melebihi batas beban latihan yang dapat menimbulkan rasa sakit, sehingga otot dan tulang tidak lagi dalam keadaan anatomis.

Macam-macam cedera sewaktu melakukan aktivitas olahraga dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Cedera ringan yaitu cedera yang terjadi tidak ada kerusakan yang berarti pada jaringan tubuh, misalnya kekakuan otot dan kelelahan. Cedera ringan tidak memerlukan penanganan khusus, biasanya dapat sembuh sendiri setelah istirahat.

2) Cedera berat adalah cedera serius pada jaringan tubuh dan memerlukan penanganan khusus, misalnya robeknya otot, tendon, ligamen, atau patah tulang.

Jadi kesimpulan di atas cedera pada jaringan tubuh yang sering terjadi yaitu pada otot dan tendon yang disebut dengan strain, sedangkan cedera pada ligamen disebut dengan sprain. Menurut Ali Satia Graha dan Bambang Priyonoadi (2009: 13), berdasarkan macam-macam cedera, maka cedera olahraga dapat dibagi atas sebab-sebab cedera, yaitu:

1) Trauma akibat benturan disebabkan karena body contact sport pencak silat, tinju, karate, sepak bola, dan lain-lain.

(44)

27

External Violence adalah cedera yang terjadi karena pengaruh yang

berasal dari luar, yaitu meliputi perlengkapan olahraga, sarana olahraga, fasilitas pendukung misalnya:

a) Alat-alat olahraga, seperti stick hockey, bola, raket, busur panah dan alat olahraga lain yang sudah rusak atau tidak layak pakai.

b) Keadaan sekitar yang menyebabkan terjadinya cedera dapat dicontohkan seperti lapangan bola yang berlubang, matras yang tidak sesuai dengan standar, lapangan yang licin dan cuaca yang tidak mendukung. Luka atau cedera yang disebabkan karena lingkungan, berupa luka lecet, robeknya kulit, robeknya otot, memar, fraktur yang dapat berakibat fatal.

3) Internal Violence (sebab yang berasal dari dalam)

Cedera Internal violence ini terjadi karena berbagai hal pada seseorang sehingga mengakibatkan cedera seperti kondisi atlet, program latihan, kapasitas kemampuan seseorang melakukan aktivitas, koordinasi otot-otot dan sendi atlet yang kurang sempurna, ukuran tungkai kaki yang tidak sama panjangnya, kekuatan otot bersifat antagonis tidak seimbang dan sebagainya yang dapat menimbulkan peluang terjadinya cedera. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pemanasan, kurang konsentrasi, ataupun olahragawan dalam keadaan fisik dan mental yang lemah. Macam cedera yang terjadi berupa robeknya otot, tendon, atau ligamentum.

(45)

28

4) Over-Use (Pemakaian Terus Menerus/Terlalu Lelah)

Pemakaian otot yang digunakan berlebihan atau terlalu lelah dalam melakukan aktivitas dapat menyebabkan terjadinya over use. Cedera karena over-use menempati 1/3 dari cedera olahraga yang terjadi. Biasanya cedera akibat over-use terjadinya secara perlahan-lahan (bersifat kronis). Gejala-gejalanya dari cedera dapat ringan yaitu kekakuan otot, strain, sprain, dan yang paling berat adalah terjadinya stress fracture. Salah satu contoh cedera over-use adalah patellar

tendinitis, atau jumper's knee yang dicirikan oleh rasa sakit pada tendon

tepat di bawah tempurung lutut.

b. Cedera Pada Olahraga Bulutangkis.

Bulutangkis merupakan permainan yang memerlukan persyaratan fisik dan mental, yaitu ketangkasan (agility), kecepatan (speed), stamini fisik dan menta, taktik, dan strategi permainan. Oleh karena itu olahraga bulutangkis kemungkinan timbulnya cedera sangat besar. Cedera yang sering dialami dalam olahraga bulutangkis antara lain (Hardianto Wibowo, 1994: 94-99): 1) Cedera pada kaki.

Olahraga bulutangkis memerlukan kecepatan, ketangkasan dan latihan-latihan stamina yang berat untuk dapat menutup lapangan permainan dan mengambil posisi yang tepat dalam waktu yang cepat, maka kemungkinan terjadi cedera pada daerah kaki merupakan salah satu jenis gangguan yang paling sering dialami para pemain. Gangguan cedera

(46)

29

pada daerah kaki beraneka ragam, akan tetapi yang paling lazim terjadi ialah:

a) Lecet

b) Nyeri pada tumit (Tennis heel) akibat dari alas kaki yang tipis. c) Perdarahan (hematoma) jari dibawah kuku, disebut Runner’s Toe. d) Strain, perdarahan, robekan pada ligamentum di sendi pergelangan kaki

(Sprain)

2) Cedera (nyeri) di derah lutut.

Dalam permainan olahraga bulutangkis memerlukan pergerakan yang cepat dan lincah, secara anatomis kemungkinan terjadinya cedera pada daerah lutut akan berlipat ganda mengingat beban ditahan oleh lutut saat melakukan gerakan cepat. Nyeri pada lutut dapat disebabkan oleh tendinitis disertai bursitis dan pembengkaan sendi setempat. Pada

umumnya gangguan ini dapat diatasi dengan istirahat, mengubah cara latihan fisik.

3) Cedera (nyeri) siku, pergelangan tangan dan bahu

Cedera pada daerah siku (tennis elbow) lebih sering daripada cedera pada daerah bahu (tennis shoulder). Cedera siku, bahu dan pergelangan tangan terjadi karena penggunaan sendi yang berlebihan saat latihan maupun dalam pertandingan. Menurut survei 90% penyebab nyeri di daerah pergelangan tangan, siku dan bahu disebabkan karena timbulnya radang pada tendon (tendinitis), yang dapat disertai oleh bursitis. Tendon yang terlibat adalah tendon penggerak utama. Kadang dalam keadaan yang

(47)

30

ekstrim dapat terjadi robekan pada otot yang bersangkutan. Tendinitis dapat disebabkan oleh: 1) terbatasnya pergerakan di dalam sendi yang bersangkutan, 2) terjadinya over-use pada otot-otot utama. Sebagai contoh banyak cedera bahu yang dialami oleh pemain yang sudah lanjut usia (50 tahun keatas), karena pada usia ini pergerakan sendi mulai terbatas. Penyebab lainya bisa disebabkan oleh latihan yang berjam-jam yang melelahkan, teknik pengolahan keseimbangan tubuh yang kurang sempurna.

4) Cedera pada mata.

Cedera pada mata dapat terjadi pada semua permainan yang menggunakan benda yang bergerak cepat. Pada olahraga bulutangkis, cedera pada mata dapat disebabkan karena mata terkena shuttlecock saat menerima serangan lawan ketika bertanding. Cedera mata dalam dapat bersifat fatal karena dapat terjadi kerusakan yang berat pada mata.

c. Macam-macam Cedera Pergelangan Tangan

Cedera tidak bisa lepas dari aktivitas seseorang, cedera dapat dialami oleh seseorang dimanapun dan kapanpun aktivitas itu dilakukan, terlebih cedera yang dialami oleh seorang olahragawan. Hal ini disebabkan olahragawan melakukan gerakan yang terlalu kuat, keseleo, tabrakan, teknik bermain dan tumpuan yang salah, serta aktivitas lainya (Siswantoyo, 2008:165). Terkait dengan cedera pada olahraga Gordon, F.H (2002: 20) mengatakan, “bahwa olahraga bukan suatu masalah, yang menjadi masalah adalah pengerahan tenaga yang sembrono dan berlebihan.”

(48)

31

Cedera pergelangan tangan yang terjadi pada seorang pemain atau atlet dapat disebabkan karena kurangnya pemanasan otot, salah melakukan gerakan pukulan dan pergelangan tangan yang tidak kuat menompang berat tubuh ketika pemain terjatuh. Oleh karena itu dalam bermain bulutangkis seorang penain bulutangkis harus berhati-hati dalam melakukan sebuah gerakan agar tidak mengalami cedera yang dapat mengganggu permainan. Cedera pergelangan tangan yang mungkin dapat dialami pemain bulutangkis ada beberapa macam, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Sprain

Sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering

terjadi pada berbagai cabang olahraga. sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stres berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi (Bambang Priyonoadi. 2006: 8). Sedangkan menurut Sadoso (1990: 11-14), “sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga.” Sprain pergelangan tangan dapat terjadi pada colateral ligament yang terdiri dari ulnar collateral dan radial collateral yaitu ligamen yang menghubungkan

tulang lengan bawah dengan tulang pergelangan tangan.

Cedera sprain biasanya berkaitan dengan strain dari otot tendon yang menyilang di sendi pergelangan tangan, misalnya tendon fleksor dan tendon ekstensor. Penyebab tersering ialah cedera karena hiperekstensi,

(49)

32

atau bila berulang-ulang melakukan gerakan memukul dalam bulutangkis misalkan pukulan smash, backhand, forehand, lob dan dropshoot. Berdasarkan berat ringannya cedera menurut Bambang Priyonoadi (2006: 8) membagi sprain menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a) Sprain Tingkat I

Sprain pada cedera ini terdapat sedikit hematoma atau

pembengkakan dalam colateral ligament pada bagian ulnar collateral maupun radial collateral dan hanya beberapa serabut ligamen yang mengalami putus. Cedera sprain menimbulkan rasa nyeri, pembengkakan dan rasa sakit pada daerah sendi yang mengalami sprain tersebut.

b) Sprain Tingkat II

Sprain pada cedera ini separuh serabut dari ligamentum ulnar

collateral maupun radial collateral yang putus, Cedera menimbulkan

rasa sakit, nyeri, pembengkakan, efusi (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.

c) Sprain Tingkat III

Sprain pada cedera ini seluruh ligamentum ulnar collateral

maupun radial collateral putus, sehingga kedua ujungnya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan-gerakan yang abnormal. Sprain dapat dilihat seperti gambar 19 berikut ini:

(50)

33

Gambar 19: Sprain ligament

(Sumber http://www.drummagazine.com/features/post/drummerrsquos-diagnosis-101-strain-vs.-sprain/Kamis, tanggal 23-2-2012, jam 10:35)

2) Strain

Menurut Gian C.K dan The K.C (1992: 93), “strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stres yang berlebihan.” Pada pergelangan tangan otot yang sering mengalami cedera strain adalah otot tendon fleksor carpi ulnaris, tendon fleksor carpi radialis dan tendon ekstensor carpi ulnaris,

tendon ekstensor digitorum communis. Menurut Sadoso (1990: 15),

membedakan strain berdasarkan berat dan ringannya cedera menjadi 3 tingkatan, yaitu:

a) Strain Tingkat I

Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan muscula tendineus.

b) Strain Tingkat II

Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada unit musculo tendineus. Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga kekuatan otot berkurang.

(51)

34 c) Strain Tingkat III

Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Strain tingkat III biasanya membutuhkan tindakan

pembedahan sebagai tindak lanjut penyembuhan cedera. Cedera Strain dapat dilihat seperti gambar 20 berikut ini:

Gambar 20: Strain Tingkat I, II dan III

(Sumber: http://www.saveyourself.ca/blog/0303.php/hari Kamis, tanggal 23-2-2012, jam 10:35)

3) Thrower’s Wrist

Cedera yang sering terjadi pada pergelangan tangan adalah Teno Sinovitis dari otot-otot extensor lengan bawah dan mengakibatkan

pergelangan tangan terasa sakit. Ali Satia Graha dan Bambang Priyonoadi. (2009: 52) mengatakan bahwa, “cedera pergelangan tangan jarang terjadi, tetapi jika terjadi dapat sangat mengganggu.” Cedera thrower’s wrist terjadi akibat hiperekstensi Teno Sinovitis dari otot-otot extensor lengan bawah pada waktu memukul agar mendapatkan pukulan yang besar, dan ini biasa terjadi pada cabang-cabang olahraga bulutangkis, misalkan pada saat pemain melakukan gerakan smash menggunakan tenaga yang terlau kuat.

(52)

35

Pada saat terjadi cedera ini, kita akan menjumpai adanya tonjolan di daerah punggung pergelangan tangan yang disebut ganglion, yang diduga akibat pembesaran pembungkus tendo yang disebabkan karena cedera thrower’s wrist tersebut. Ganglion dapat dilihat seperti gambar 21 berikut ini:

Gambar 21: Ganglion

(Sumber: http:// www.informasisehat.wordpress.com/g-a-n-g-l-i-o-n//hari Kamis, tanggal 23-2-2012, jam 13:35)

4) Dislokasi

Dislokasi pada sendi terjadi karena luka yang cukup parah sehingga merusak jaringan ligamentum dan capsula yang menyebabkan sendi pindah dari letak semulanya (Bernard Bloch, 1978: 9). Pada pergelangan tangan, dislokasi dapat terjadi pada tulang ulna atau tulang radius yang tidak menempati posisi yang sebenarnya pada sendi

pergelangan tangan. Dislokasi dapat disebabkan karena gerakan yang salah atau saat seseorang terjatuh melakukan tumpuan yang salah dengan tangan. Dislokasi pergelangan tangan dapat dilihat seperti gambar 22 berikut ini:

(53)

36

Gambar 22. Dislokasi pergelangan tangan.

(Sumber.http://www.google.co.id/wrist.dislocationi, hari kamis, tanggal, 23-2-2012, jam 14:59)

5) Patah tulang (Fracture)

Sendi pergelangan tangan tersusun oleh beberapa keping tulang yang kecil-kecil. Satu saja ada yang patah, pergelangan tangan akan sakit bila digerakan. Terkadang patah tulang pergelangan tangan juga diikuti oleh patah ujung kedua tulang lengan bawah (Kartono Mohamad, 2005: 79).

Fractur pada pergelangan tangan yang umum terjadi ialah yang melalui radius bagian distal, dalam jarak satu inci dari permukaan sendi. Ligamentum collaterale ulnar seringkali robek dan processus styloideus ulnae patah. Ada subluxatio pada articulatio radio ulnaris distalis (Bernard Bloch, 1978: 73). Fraktur dapat dilihat seperti

gambar 23 berikut ini

Gambar 23. Fraktur pergelangan tangan.

(Sumber.http://www.google.co.id/wrist.fracture.img, hari kamis, tanggal, 23-2-2012, jam 14:59)

(54)

37

4. Masage Frirage

Cedera pergelangan tangan yang terjadi pada pemain bulutangkis sangat memerlukan penanganan khusus agar cedera yang terjadi tidak berubah menjadi lebih parah atau kronis. Cedera pergelangan tangan yang memiliki tingkat cedera tinggi seperti patah tulang, strain dan sprain memiliki cara penanganan yang berbeda dan jika cedera sudah berada level ini, maka cedera yang dialami memerlukan penanganan medis yang lebih khusus seperti dengan melakukan operasi sebagai langkah penyembuhan cedera (Hartono Satmoko, 1990: 34).

Untuk cedera pergelangan tangan kategori ringan seperti over use (kelelahan otot), dislokasi, thrower wrist, strain dan sprain tingkat bawah dapat ditangani dengan menggunakan pengobatan atau terapi alternatif seperti penanganan dengan masase. Masage berasal dari bahasa Arab yaitu “mash” yang berarti “menekan dengan lembut” dan juga berasal dari bahasa Yunani ”massien” yang mempunyai arti “memijat atau melutut” (Bambang

Priyonoadi, 2008: 5). Perkembangan masase dapat dibedakan menjadi beberapa macam di antaranya: sport masase (masase olahraga), segment masase, cosmetic masase, erotic masase, sensuale masase, shiatsu, refleksi masase, dan lain-lain. Masase tidak hanya dikembangkan di Arab, Eropa dan Amerika tetapi berkembang di Asia seperti Cina dengan acupressure dan akupuntur, di Thailand dengan Thai masase, di India dengan ayuveda masase. Di Indonesia masase terapi untuk penanganan cedera juga dikenal dengan masase frirage yang masuk dalam jenis segment masase.

(55)

38

Terkait dengan pengertian masase frirage, Ali Satia Graha dan Bambang Priyonoadi (2009: 18) mengatakan bahwa:

Masase frirage sendiri berasal dari kata masase yang artinya pijatan, dan frirage yaitu gabungan teknik masase atau manipulasi dari friction (gerusan) dan efflurage (gosokan) yang dilakukan secara bersamaan dalam melakukan pijatan. Massase frirage ini, sebagai salah satu ilmu pengetahuan terapan yang sport medicine, pendidikan kesehatan maupun pengobatan kedokteran timur (pengobatan alternatif) yang dapat bermanfaat untuk membantu penyembuhan setelah penanganan medis maupun sebelum penanganan medis sebagai salah satu pencegahan dan perawatan tubuh dari cedera, penyakit, kelelahan dan perawatan kulit.

Masase Frirage tersusun dari beberapa manipulasi pelaksanaan, menurut Ali Satia Graha dan Bambang Priyonoadi (2009: 19), dari masing-masing manipulasi pelaksanaan masase frirage memiliki manfaat secara fisiologis pada otot manusia, manfaat itu antara lain;

a. Gerusan (friction) tujuannya yaitu menghancurkan myoglosis yaitu timbunan dari sisa-sisa pembakaran yang sudah mengeras di dalam sel-sel otot yang menyebabkan pengerasan serabut otot.

b. Gosokan (effleurage) caranya adalah dengan menggunakan ibu jari untuk mengosok daerah tubuh yang mengalami kekakuan otot. Gerakan efflurage bertujuan untuk memperlancar peredaran darah pada pembuluh

darah disekitar bagian tubuh yang cedera.

c. Tarikan (traction) caranya adalah dengan menarik bagian anggota gerak tubuh yang mengalami cedera khususnya pada sendi ke posisi semula. d. Mengembalikan sendi pada posisinya (reposition) caranya adalah waktu

(56)

39

cedera khususnya pada bagian sendi, dilakukan pemutaran atau penekanan agar sendi kembali pada posisi semula.

Sedangkan menurut Tite Juliantine yang dikutip oleh Ratna Endi Yanuita (2011: 57) mengatakan,„„pelaksanaan perlakuan dengan masase

frirage menggunakan pedoman dengan repetisi sebanyak 5 kali gerusan ibu

jari pada otot yang dikenai perlakuan masase frirage dan mengacu pada program penanganan FITT (Frekuensi, Intensitas, Time dan Tipe).” seperti berikut ini:

Tabel 1. Pedoman masase frirage

5. Range of Movement Sendi Pergelangan Tangan

Range of movement (ROM) merupakan suatu kuantitas jarak gerakan

maksimum yang mungkin dapat dilakukan ketika sendi digerakan sampai penuh. Untuk dapat mencapai gerakan sendi secara maksimal, ROM memerlukan latihan. Selain membantu meningkatkan fleksibilitas sendi, latihan pada ROM juga membantu meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas otot dan mencegah kekakuan pada sendi. Ukuran normal pada masing-masing sendi pada tubuh berbeda-beda sesuai dengan gerakan anatomi yang bisa dilakukan oleh setiap sendi.

NO KOMPONEN KETERANGAN

1 FREQUENSI Satu kali

2 INTENSITAS Tekanan menyesuaikan besar/tebal otot dan nyeri otot

3 TIME 15 menit

(57)

40

Menurut John V. Basmajian (1980: 89-94) gerakan Range of Movement sendi pergelangan tangan memiliki empat macam gerakan yaitu fleksi, ekstensi, adduksi dan abduksi, dengan masing-masing gerakan memiliki standar normal dan cara pengukuran yang berbeda-beda. Standar normal gerakan fleksi, ekstensi, adduksi dan abduksi sendi pergelangan tangan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 2. Range of movement sendi pergelangan tangan orang normal

Untuk mengukur besar gerakan derajat sendi (ROM) diukur dengan menggunakan alat yaitu goniometer. Oleh karena itu ROM sendi pergelangan tangan pemain bulutangkis UKM UNY yang mengalami cedera dapat diukur dengan menggunakan geniometer dengan mengukur gerakan fleksi, ekstensi, adduksi dan abduksi sendi pergelangan tangan. Cara pengukurannya adalah sebagai berikut ini:

a. Pengukuran range of movement gerakan fleksi sendi pergelangan tangan Gerakan fleksi pergelangan tangan adalah gerakan yang dapat dilakukan sendi pergelangan tangan untuk menekuk dengan perkenaan No Gerakan Besar derajad

a Fleksi 80o

b Ekstensi 70o

c Adduksi 45o d Abduksi 20o

Gambar

Gambar 2. Net bulutangkis
Gambar 6. Lapangan bulutangkis.
Gambar 18:  m. abductor pollicis, m. flexsor pollicis brevis, m. abductor  pollicis brevis dan m
Gambar 24. Pengukuran dengan geniometer (A) fleksi, (B) ekstensi dan (C) adduksi.
+7

Referensi

Dokumen terkait

PT. Bank Mandiri Cabang Pangkep adalah merupakan perusahaan yang bergerak di bidang lembaga keuangan perbankan, dimana dalam mengantisipasi persaingan yang semakin ketat dengan

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ion Fe 3+ terhadap aktivitas xilanase hasil isolasi dari Trichoderma viride dengan media yang mengandung serbuk

Komplek Perkantoran dan Permukiman Terpadu Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah Jl.. Raya By

Namun sejalan dengan perkembangan teknologi dan sistem operasi yang juga terus berkembang, maka diluar dugaan Microsoft kembali akan meluncurkan Microsoft Office

Memantau pendapat eksternal mengenai segala suatu yang berkaitan dengan citra, kegiatan, reputasi maupun kepentingan-kepentingan organisasi/perusahaan, dan menyampaikan

memiliki badan-badan perwakilan, dengan tujuan untuk mengatur partisipasi warga.. daerah dimulai pada tahun 2003 oleh pemerintahan konstitusional Timor Leste

Hasil analisis dari perbandingan unjuk kerja protokol TCP, UDP dan SCTP ini terhadap data VOIP dan IPTV yaitu Parameter Latency pada TCP mempunyai nilai yang