• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH DASAR DASAR MONETER INTERNASIONA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH DASAR DASAR MONETER INTERNASIONA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

DASAR-DASAR MONETER INTERNASIONAL

Oleh :

Mulkan Abdullah

20141221042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat-Nya, sehingga penulis beserta teman-teman kelompok 6 dapat menyelesaikan makalah tentang “Dasar-Dasar

Moneter

Internasional

”.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Ekonomi Moneter yaitu Dr. Siti Maro’ah, M.Pd.

Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Bank Indonesia

Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok yang telah mendukung dan menjalin kerjasama yang baik sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 07 November 2015

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar... i

Daftar Isi... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan... 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sistem Moneter Internasional... 3

2.2 Pasar Valuta Asing... 6

2.3 Nilai Tukar Mata Uang (Exchange Rates)... 7

2.4 Determinan Nilai Tukar... 9

2.5 Penerapan Sistem Nilai Tukar Di Indonesia...10

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan...15

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem moneter internasional merupakan sistem keuangan yang berlaku untuk semua Negara di dunia yang membahas tentang pembayaran atas transaksi lintas negara dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaimana kurs tukar asing ditentukan dan bagaimana pemerintah dapat mempengaruhi kurs tukar. Sistem moneter internasional yang berfungsi dengan baik akan memfasilitasi perdagangan internasional dan investasi, serta mempermudah adaptasi terhadap perubahan. Pembahasan inti dari sistem moneter internasional adalah menentukan pengaturan sistem kurs tukar. Untuk itu dalam penulisan makalah ini penulis akan membahas terkait dengan pengertian sistem moneter internasional, sejarah terbentuknya system moneter internasional, fenomena aktual yamg terkait moneter, serta Faktor penghambat non ekonomi penerapan Mata uang tunggal di asean

(5)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sistem Moneter Internasional ? 2. Apa Pasar Valuta Asing ?

3. Apa Nilai Tukar Mata Uang (Exchange Rate) ? 4. Apa Determinan Nilai Tukar ? ?

5. Bagaimana Penerapan Sistem Nilai Tukar di Indonesia ? ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Bagaimana Sistem Moneter Internasional ? 2. Untuk mengetahui tetentang Pasar Valuta Asing

3. Untuk mengetahui Tentang Nilai Tukar Mata Uang (Exchange Rate) 4. Untuk mengetahui Tentang Determinan Nilai Tukar

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sistem Moneter Internasional

Sistem Moneter Internasioanal adalah ukuran atau standar mata uang suatu negara yang diterima oleh Negara-negara besar sebagai mata uang dunia. Agar suatu mata uang dapat diterima sebagai mata uang dunia, maka suatu mata uang harus memenuhi fungsi-fungsi mata uang yaitu sebagai alat tukar dan transaksi, pengukur nilai, penyelesain hutang-hutang dan penyimpan nilai.

2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Sistem Moneter Internasional a. Sistem Standar Emas (1876-1913)

Sistem standar emas internasional muncul mulai tahun 1870 di Inggris. Pemerintah Inggris menetapkan nilai pounsterling dengan emas. Perkembangan industri yang terjadi di Inggris serta perdagangan dunia yang makin berkembang pada abad 19 menambah kepercayaan dunia terhadap emas. Kepercayaan ini diperkuat dengan ditemukannya tambang emas di Amerika dan Afrika Utara. Dengan kejadian-kejadian tersebut sistem standar emas merupakan suatu sistem yang dipakai oleh banyak negara semenjak 1970 hingga perang dunia pertama.

Perdagangan yang semakin meningkat membuat kebutuhan sistem pertukaran yang lebih formal menjadi semakin terasa. Standar emas pada dasarnya menetapkan nilai tukar mata uang negara berdasarkan emas. Pemerintah atau Negara yang bersangkutan harus menjaga persediaan emas yang cukup untuk menjamin jual-beli emas. Jika pemerintah negara lain juga menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan, maka kurs antar dua mata uang bisa ditentukan. Nilai emas terhadap barang lain tidak banyak berubah dalam jangka panjang, stabilitas nilai uang dan kurs mata uang tidak banyak berfluktuasi dalam jangka panjang.

(7)

uang baru, karena biaya produksi penerbitan tersebut adalah 0 rupiah. Dengan menggunakan standar emas, nilai mata uang didasarkan pada emas. Pemerintah tidak bisa seenaknya menambah jumlah uang yang beredar , karena suplai uang dibatasi oleh suplai emas.

Dengan proses tersebut kurs mata uang bisa terjaga selama negara-negara di dunia memakai emas sebagai standar mata uangnya. Inflasi yang berkepanjangan tidak akan terjadi di dalam situasi semacam itu.

Dengan adanya Perang Dunia I (1919-1923) serta depresi dunia (1931-1934) negara-negara di Eropa dilanda inflasi serta ketidaksetabilan politik. Sistem moneter Internasional menjadi kacau. Kekacauan ini menimbulkan kurang kepercayaan dunia terhadap pounsterling yang masih dikaikan dengan emas. Ponsterling makin lama makin lemah posisinya. Kelemahan ini ditambah keharusan Inggris untuk memberi bantuan kepada Jerman. Pada tahun 1931 Inggris menanggalkan standar emas dan pounsterlling jatuh nilainya, diikuti oleh dolar Amerika.

b. Periode Perang Dunia (1914-1994)

Perang dunia I mengakhiri standar emas klasik. Periode antara kedua perang dunia secara umum ditandai oleh kekacauan perdagangan dan keuangan internasional. Terjadinya fluktuasi kurs sejak akhir perang sampai tahun 1925 (kecuali di Amerika Serikat, yang kembali ke standar emas dalam tahun 1919). Mulai tahun 1925, suatu usaha dilakukan untuk menetapkan kembali standar emas, akan tetapi runtuh tahun 1991 pada waktu Depresi Besar. Kemudian disusul dengan periode persaingan Devaluasi, ketika negara-negara mencoba untuk mengekspor pengangguran mereka (kebijakan mengemis tetangga mereka). Tarif, kuota dan pengawasan nilai tukar juga meluas, dengan akibat volume perdagangan dunia berkurang hampir setengahnya. Kecenderungan devlasioner dapat diatasi sepenuhnya suaktu negara-negara dipersenjatai kembali untuk perang dunia II.

c. Periode Kurs Tetap

(8)

bersedia menjaga kurs tersebut. IMF membantu negara anggotanya dalam rangka menjaga kurs mata uangnya.

Tekanan spekulasi menyebabkan sistem kurs tetap tidak layak lagi dipertahankan. Pasar keuangan dunia sempat tutup selama beberpa minggu dalam bulan Maret 1973. Ketika pasar tersebut dibuka, kurs mata uang dibiarkan mengambang sampai ke kurs yang ditentukan oleh kekuatan pasar.

d. Post Bretton Woods

Pada tanggal 22 Juli 1944 diadakan suatu konferensi moneter Internasional, yang dikenal dengan The Bretton Woods Conference, yang dihadiri oleh 44 negara. Konferensi tersebut bertujuan untuk menyusun rencana pembuatan sistem moneter. Dua tahun setelah konferensi tersebut, didirikan IMF dan Bank Dunia untuk mengawasi sistem tersebut. .

Selama periode 1944-1973 dolar merupakan mata uang yang sangat penting dalam lalu lintas pembayaran Internasional. Peranan dolar ini timbul setelah perang dunia II, dusebabkan saat itu terjadi kekurangan dolar. Negara-negara Eropa yang sangat memerlukan uang /dana untuk memulihkan keadaan ekonominya. Satu-satunya sumber adalah Amerika Serikat, sehingga dolar banyak diminta. Konsekuensinya, emas menjadi tergeser oleh dolar. Sebab, disamping memiliki tenaga beli yang kuat di Amerika, reserves dalam bentuk dolar akan membelikan penghasilan bunga. Dengan semakin pentingnya fungsi dolar, maka setiap anggota menetapkan perbandingan mata uangnya terhadap dolar, yang kemudian apabila perlu dapat ditukarkan dengan emas.

(9)

e. Sistem semenjak 1973

Semenjak 1973 sistem moneter internasional merupakan campuran antara kurs tetap dengan kurs berubah-ubah. Mata uang Yen, dolar Kanada, franc Perancis, dan Swiss berfluktuas tergantung dari permintaan dan pernawaran. Sering juga penguasa moneter negara-negara tersebut melakukan campur tangan di pasar valuta asing untuk mengurangi fluktuasi kurs yang berlebihan. Caranya apabila negara mengalami defisit dalam neraca pembayaran, kurs valuta asing cenderung naik. Untuk mencegah hal ini bank Central menjual valuta asing. Demikian juga apabila surplus di dalam neraca pembayaran, bank sentral membeli valuta asing di pasar untuk mengurangi penurunan kurs. Sisitem kurs demikian di sebut “managed atau dirty” float, sebagai lawan dari “clean” floatt di mana bank Sentral sama sekali tidak campur tangan di dalam pasar valuta asing.

Lima negara Eropa (Jerman Barat, Belgia, Luxembrug, Swedia, Netherlan dan Norwegia) mengadakan pengaturan secara tersendiri. Krus tetap berlaku di antara mereka, tetapi berubah-ubah secara bersama-sama terhadap mata uang negara lain. Sisten krus semacam ini (mengambang bersama-sama) menghasilakan fluktuasi yang menyerupai ular, yang kemudian disebut “Snake like”.

Negara-negara Eropa dan Jepang telah melepaskan ikatan mata uangnya dengan dolar Amerika Serikat. Dengan demikian, telah merupakan mata uang yang mengambang. Namun demikian Dolar masih memegang peranan penting dalam lalu lintas pembayaran internasiolal. Pembayaran luar negeri, kebijakan campur tangan dalam valuta asing oleh Bank Sentral, serta catatan-catatan

Pergerakan pasar valuta asing berputar mulai dari pasar Selandia Baru

dan Australia yang berlangsung pukul 05.00–14.00 WIB, terus ke pasar Asia

(10)

WIB, ke pasar Eropa yaitu Jerman dan Inggris yang berlangsung pukul 13.00– 22.00 WIB, sampai ke pasar Amerika Serikat yang berlangsung pukul 20.30– 10.30 WIB. Dalam perkembangan sejarahnya, bank sentral milik negara-negara dengan cadangan mata uang asing yang terbesar sekalipun dapat dikalahkan oleh kekuatan pasar valuta asing yang bebas.

Menurut survei BIS (Bank International for Settlement, bank sentral dunia), yang dilakukan pada akhir tahun 2004, nilai transaksi pasar valuta asing mencapai lebih dari USD$1,4 triliun per harinya.

Mengingat tingkat likuiditas dan percepatan pergerakan harga yang tinggi tersebut, valuta asing juga telah menjadi alternatif yang paling populer karena ROI (return on investment atau tingkat pengembalian investasi) serta laba yang akan didapat bisa melebihi rata-rata perdagangan pada umumnya. Akibat pergerakan yang cepat tersebut, maka pasar valuta asing juga memiliki risiko yang sangat tinggi.

2.3 Nilai Tukar Mata Uang (Exchange Rates) 2.3.1 Definisi Nilai Tukar

Untuk memudahkan pembahasan mengenai nilai tukar atau kurs mata uang, maka diperlukan beberapa asumsi, antara lain:

 Setiap Negara menerbitkan atau mengeluarkan (issues) dan menggunakan mata uangnya sendiri. Misalnya Amerika Serikat (AS) memiliki dan menggunakan mata uang yang dinamakan Dolar AS, Uni Moneter Eropa (euro), Brazil (real) dan Indonesia (rupiah) serta Malaysia (ringgit)

 Negara-negara yang terlibat dalam perdagangan atau transaksi internasional menggunakan suatu mata uang yang umum digunakan, misalnya dolar AS atau poundsterling Inggris.

 Analisisnya hanya mempertimbangkan atau melibatkan 2 negara yaitu Amerika dan Inggris.

2.3.2 Penentuan Nilai Tukar

(11)

1. Faktor Fundamental

Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga,perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi bank sentral.

2. Faktor Teknis

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valuta asing akan terapresiasi, sebaliknya apabila ada kekurangan permintaan, sementara penawaran tetap maka nilai tukar valuta asing akan terdepresiasi.

3. Sentimen Pasar

Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik atau atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.

2.3.3 Nilai tukar mata uang

Nilai tukar mata uang dibagi menjadi dua yaitu :

Nilai tukar nominal, adalah nilai tukar yang ditulis dengan angka nominal. Misalnya US$ 1,00=Rp10.000. kurs antara dua Negara adalah yang dinamakan kurs nominal.

Nilai tukar Riil atau kurs riil (riil exchange rate) adalah harga relative dari barang-barang kedua Negara yang menyatakan tingkat dimanakita dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu Negara untuk barang-barang dari suatu Negara untuk barang-barang Negara lain. Oleh karena itu nilai tukar riil juga disebut terms of trade.

Secara umum dapat dituliskan = Nilai tukar nominal x Harga barang domestic Harga barang luar negeri

(12)

2.4 Determinan Nilai Tukar

Valas (foreign exchange) merupakan salah satu indicator makroekonomi yang memiliki pengaruh signifikan pada pertumbuhan ekonomi karena fluktuasinya berdampak pada perdagangan antara negara. Hal ini membawa konsekwensi pada bagaimana menjaga kebijakan-kebijakan pemerintah terkususnya bank sentral untuk menstabilkannya sehingga tidak membawa perubahan pada pola perdagangan suatu negara kususnya Indonesia, namun hal ini bukanlah masalah sederhana yang dengan mudah diaplikasikan karena dalam rangka menjaga stabilitas valuta asing maka banyak faktor yang harus dipertimbangkan.

Valas (foreignexchange) yang didefinisikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang dipergunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral. Didasari definisi tersebut tercermin bahwa valas memiliki keunikan tersendiri karena selain sebagai berfungsi sebagai nilai tukar maka valas sendiri memiliki beragam dimensi yang mempengaruhinya, yang mana factor-faktor tersebut melibatkan factor-faktor ekonomi maupun diluar ekonomi. Menurut Moffet et all bahwa determinan-determinan valas dikategorikan menjadi lima bagian yaitu pertama kondisi paritas meliputi tingkat inlasi relatif, tingkat suku bunga relatif, nilai tukar forward dan kebijakan bank sentral.

(13)

Faktor pertama yaitu tingkat inlasi relative, yang mana didasari penelaahan menggunakan teori paritas daya beli (purchasingpowerparity). Teori ini menjabarkan bahwa apabila terdapat perbedaan inflasi antara kedua negara maka kurs yang akan datang dapat diprediksi sehingga akan berguna dalam mengantisipasi perubahan nilai tukar dimasa yang akan datang. Lebih lanjut maka dalam penerapan teori ini dibutuhkan data-data inflasi namun sebelum melakukan analisa diperlukan bahwa dalam system ekonomi terdapat banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Terlepas dari keberadaan teori ini atas system ekonomi maka dibawah ini akan disajikan bagaimana pergerakan inflasi yang terjadi di Indonesia.

2.5 Penerapan Sistem Nilai Tukar Di Indonesia

Sejak periode 1970 hingga sekarang, sistem nilai tukar yang berlaku di Indonesia telah mengalami perubahan sebanyak tiga kali, yaitu Sistem Nilai Tukar Tetap, Sistem Nilai tukar Mengambang Terkendali, dan terakhir Sistem Nilai tukar Mengambang Bebas.

1. Multiple Exchange System (Sistem Nilai Tukar Bertingkat)

Sistem ini dimulai sejak Oktober 1966 hingga Juli 1971. Penggunaan sistem ini dilakukan dalam rangka menghadapi berfluktuasinya nilai rupiah serta untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing yang hilang karena adanya inflasi dua digit selama periode tersebut.

2. Fixed Exchange Rate System (Sistem Nilai Tukar Tetap)

(14)

Sistem nilai tukar tetap ( fixed exchange rate ) dimana lembaga otoritas moneter menetapkan tingkat nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang negara lain pada tingkat tertentu, tanpa memperhatikan penawaran ataupun tindakan ini tidak mampu mengatasinya, maka akan dilakukan penjatahan valuta asing (Hendra Halwani, 2005).

Sistem nilai tukar tetap yang berlaku di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 1964 dengan nilai tukar resmi Rp 250/US Dollar, sementara nilai tukar Rupiah terhadap mata uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar Rupiah per US Dollar di bursa valuta asing Jakarta dan di pasar internasional. Selama periode tersebut di atas, Indonesia menganut sistem kontrol devisa yang relatif ketat. Para eksportir diwajibkan menjual hasil devisanya kepada Bank Indonesia. Dalam rezim ini tidak ada pembatasan dalam hal pemilikan, penjualan maupun pembelian valuta asing. Sebagai konsekuensi kewajiban penjualan devisa tersebut, maka Bank Indonesia harus dapat memenuhi semua kebutuhan valuta asing bank komersial dalam rangka memenuhi permintaan valuta asing oleh importir maupun masyarakat. Berdasarkan sistem nilai tukar tetap ini, Bank Indonesia memiliki kewenangan penuh dalam mengawasi transaksi devisa. Sementara untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang telah ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing.

(15)

mengalami overvaluated sehingga dapat mengurangi daya saing produk-produk ekspor di pasar internasional.

3. Managed Floating Exchange Rate (Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali)

Nilai tukar mengambang terkendali, dimana pemerintah mempengaruhi tingkat nilai tukar melalui permintaan dan penawaran valuta asing, biasanya sistem ini diterapkan untuk menjaga stabilitas moneter dan neraca pembayaran.

Sistem ini belaku sejak November 1978 sampai Agustus 1997. Pada masa ini nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan dolar Amerika Serikat akan tetapi terhadap sekeranjang mata uang asing (basket currency). Pada periode ini telah terjadi tiga kali devaluasi yaitu pada bulan November 1978, Maret 1983, dan September 1986. Setelah devaluasi tahun 1986, nilai nominal rupiah diperbolehkan terdepresiasi sebesar 3-5% per tahun untuk mempertahankan nilai tukar riil yang lebih baik.

Sistem nilai tukar mengambang terkendali di Indonesia ditetapkan bersamaan dengan kebijakan devaluasi Rupiah pada tahun 1978 sebesar 33 %. Pada sistem ini nilai tukar Rupiah diambangkan terhadap sekeranjang mata uang (basket currencies) negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Dengan sistem tersebut, Bank Indonesia menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah, maka Bank Indonesia melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau batas bawah spread (Teguh Triyono, 2005).

Pada saat sistem nilai tukar mengambang terkendali diterapkan di Indonesia, nilai tukar Rupiah dari tahun ke tahunnya terus mengalami depresiasi terhadap US Dollar. Nilai tukar Rupiah berubah-ubah antara Rp 644/US Dollar sampai Rp 2.383/US Dollar. Dengan perkataan lain, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar cenderung tidak pasti.

(16)

Nilai tukar mengambang bebas, dimana pemerintah tidak mencampuri tingkat nilai tukar sama sekali sehingga nilai tukar diserahkan pada permintaan dan penawaran valuta asing. Penerapan sistem ini dimaksudkan untuk mencapai penyesuaian yang lebih berkesinambungan pada posisi keseimbangan eksternal (external equilibrium position). Tetapi kemudian timbul indikasi bahwa beberapa persoalan akibat dari kurs yang fluktuatif akan timbul, terutama karena karakteristik ekonomi dan struktur kelembagaan pada negara berkembang masih sederhana. Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas ini diperlukan sistem perekonomian yang sudah mapan (Eric Yuliana, 2000).

Sistem ini diberlakukan sejak 14 Agustus 1997 hingga sekarang. Dalam sistem ini Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valuta asing karena semata-mata untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar. Awalnya, penerapan sistem nilai tukar mengambang ini menyebabkan terjadinya gejolak yang berlebihan (overshooting). Misalnya kurs pada tangga 14 Agustus melemah tajam menjadi Rp2.800 per dolar dari posisi Rp2.650 per dolar pada penutupan hari sebelumnya. Banyak faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah terus merosot, mulai dari aksi ambil untung (profit taking) oleh pelaku pasar, tingginya permintaan perusahaan domestik terhadap dolar untuk pembayaran hutang luar negeri yang jatuh tempo, memburuknya perkembangan perbankan nasional.

Tekanan tersebut diakibatkan oleh adanya currency turmoil yang melanda Thailand dan menyebar ke negara-negara ASEAN termasuk Indonesia. Untuk mengatasi tekanan tersebut, Bank Indonesia melakukan intervensi baik melalui spot exchange rate (kurs langsung) maupun forward exchange rate (kurs berjangka) dan untuk sementara dapat menstabilkan nilai tukar Rupiah. Namun untuk selanjutnya tekanan terhadap depresiasi Rupiah semakin meningkat.

(17)

semakin tak terkendali hingga mencapai puncaknya pada 22 Januari 1998 dimana kurs mencapai Rp16.000 per dolar.

(18)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Sistem Moneter Internasioanal adalah ukuran atau standar mata uang suatu negara yang diterima oleh Negara-negara besar sebagai mata uang dunia..

2. Dalam perkembangan sejarahnya, bank sentral milik negara-negara dengan cadangan mata uang asing yang terbesar sekalipun dapat dikalahkan oleh kekuatan pasar valuta asing yang bebas.

3. Beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu

a. Faktor Fundamental b. Faktor Tehnis c. Sistem Pasar

4. Valas (foreign exchange) merupakan salah satu indicator makroekonomi yang memiliki pengaruh signifikan pada pertumbuhan ekonomi karena fluktuasinya berdampak pada perdagangan antara negara

(19)

Daftar Pustaka

Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra Wacana Media

http://defiannadiana.blogspot.co.id/2013/05/sistem-moneter-internasional.html (diakses: pada hari Selasa, 8 Desember 2015)

http://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-internasional/sistem-moneter-internasional/ diakses: pada hari Selasa, 8 Desember 2015)

https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_valuta_asing

(diakses: pada hari Selasa, 8 Desember 2015)

http://coretankutilang.blogspot.co.id/2014/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html (diakses: pada hari Selasa, 8 Desember 2015)

http://peter-sina.blogspot.co.id/2011/09/determinan-determinan-perubahan-nilai.html

(diakses: pada hari Selasa, 8 Desember 2015)

http://denmassukiman.blogspot.co.id/2010/06/kebijakan-nilai-tukar.html

Referensi

Dokumen terkait

Larutan kitosan ditambahkan Bioflokulan DYT dan larutan Polivinil Alkohol, diaduk dengan menggunakan stirrer sampai homogen, ditambahkan larutan crosslink, diaduk dan

Oleh karena remaja merupakan kelompok yang potensial berperan secara aktif sebagai kader penyuluh deteksi kanker serviks maka tujuan kegiatan pengabdian ini adalah untuk

Zakat Profesi adalah zakat yang dikenakan pada tiap-tiap pekerjaan atau keahlian professional tertentu baik yang dilakukan sendirian maupun dilakukan bersama dengan

Suatu kelompok α-Proteobacteria yang berasosiasi dengan 7 genus sponge laut yang diambil dari beberapa lokasi berbeda ternyata tidak ditemukan pada air laut di sekitarnya dan

Artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lain dengan perantara angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2014).. Waktu

Menentukan matriks-matriks yang digunakan pada sistem kontrol optimal Linear Quadratic Regulator (LQR) untuk kendali kecepatan motor induksi 1 fasa.. Merealisasikan sistem

LCD (Liquid Cristal Display) adalah salah satu jenis display elektronik yang dibuat dengan teknologi CMOS logic yang bekerja dengan tidak menghasilkan cahaya

Perbedaan pertama penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Praptika dan Rasmini (2016) yaitu adanya penambahan variabel kompleksitas operasi terhadap