PROPOSAL PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Metodologi Penelitian
Oleh : Fadel Muhammad
NIM C1A115039
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
PERNYATAAN ORISINALITAS
“Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa proposal penelitian
ini telah ditulis dengan sungguh-sungguh dan tidak merupakan hasil penjiplakan
hasil karya orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini
tidak benar maka saya bersedia menerima hukuman sanksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.”
Banjarmasin, April 2018 Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha, 2010 – 2016 (Milyar Rupiah)
Tabel 1.2 Luas Wilayah 13 Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kurva U-Terbalik Kuznet
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi diartikan sebagai proses usaha dalam suatu
perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonomi sehingga infrastruktur
akan lebih banyak tersedia. Perusahaan semakin benyak dan semakin
berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat.
Yang mana nantinya diharapkan dari perkembangan pembangunan ekonomi ini
akan menciptakan kesempatan kerja akan bertembah, tingkat pendapatan
meningkat, dan kemakmuran masyarakat menjadi semakin tinggi.[ CITATION
Sad06 \l 1057 ]
Dalam pembukaan UUD 1945 menyebutkan bahwa tujuan dari
pembangunan ekonomi indonesia adalah masyarakat yang adil dan makmur.
Proses pembentukan masyarakat yang adil dan makmur diperlurkan kesejahteraan
yang merata. Kuznet menyatakan bahwa pada tahap awal pertumbuhan ekonomi
tentuakan menyebabkan distribusi pendapatan cenderung memburuk atau yang
biasa kita sebut dengan ketimpangan yang tinggi. [CITATION Mud04 \l 1057 ]
Ketimpangan Wilayah bisa dikatakan sebagai suatu aspek yang umum
terjadi di negara setiap, entah dinegara miskin, negara berkembang, negara sedang
berkembang, bahkan di negara maju sekalipun pasti memiliki masalah
ketimpangan pembangunan antar wilayah maupun dengan ukuran yang
berbeda-beda. Isu utama masalah ketimpangan pembangunan wilayah saat ini adalah : 1)
golongan masyarakat atau individu .Menurut hipotesa teori Neo Klasik
pembangunan wilayah cenderung meningkat sampai dengan ketimpangan
berada pada titik puncaknya (divergence). Dan bila proses pembangunan terus berlanjut, secara perlahan-lahan ketimpangan pembangunan wilayah tersebut akan
menurun atau berkurang (convergence). Ketimpangan pembangunan wilayah terjadi karna setiap daerah memiliki perbedaan secara geografis, sumber daya,
tenaga kerja dan teknologi yang tersedia di wilayahnya. Akibatnya kemampuan
tiap daerah dalam mendorong proses pembangunannya juga menjadi
berbeda-beda, maka tidak heran apabila pada saat proses pembangunan akan muncul
istilah kata daerah maju dan daerah terbelakang.
Gambar 1.1
Sumber : Wikipedia
Perekonomian Indonesia semakin maju yang ditandai dengan
pertumbuhan ekonomi yang meningkat, hal ini juga terjadi di Provinsi Kalimantan
yang pertumbuhan ekonomi nya terus meningkat. Guna untuk membantu
peningkatan daerah. Pada umumnya pembangunan daerah dikonsentrasikan pada
salah satu indikatornya adalah pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.
Pertumbuhan ekonomi daerah dapat diukur dengan melihat PDRB dan Laju
pertumbuhanya atas dasar harga konstan
Tabel 1.1. PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Atas Dasar
Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha, 2010 – 2016 (Milyar Rupiah)
No. Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1. Tanah Laut Rp. 6.939 Rp. 7.446 Rp. 7.895 Rp. 8.328 Rp. 8.594 Rp. 8.841 Rp. 9.129 2. Kotabaru Rp. 11.443 Rp. 12.168 Rp. 12.963 Rp. 13.640 Rp. 14.276 Rp. 14.754 Rp. 15.379 3. Banjar Rp. 7.605 Rp. 8.158 Rp. 8.670 Rp. 9.069 Rp. 9.530 Rp. 9.950 Rp. 10.417 9. Tabalong Rp. 10.292 Rp. 11.036 Rp. 11.625 Rp. 12.132 Rp. 12.621 Rp. 12.919 Rp. 13.313 10. Tanah Bumbu Rp. 10.600 Rp. 11.439 Rp. 12.158 Rp. 12.621 Rp. 13.093 Rp. 13.477 Rp. 13.896 11. Balangan Rp. 6.154 Rp. 6.699 Rp. 7.147 Rp. 7.722 Rp. 8.177 Rp. 8.385 Rp. 8.596 12. Kota Banjarmasin Rp. 13.067 Rp. 13.740 Rp. 14.588 Rp. 15.600 Rp. 16.553 Rp. 17.512 Rp. 18.612 13. Kota Banjarbaru Rp.
Rp. 101.850 Rp. 106.779 Rp. 110.867 Rp. 115.727
Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa PDRB Provinsi Kalimantan Selatan
terus mengalami peningkatan tiap tahunnya yang mulai pada tahun 2010 PDRB
Kalimantan Selatan sebesar Rp 85.304 (Milyar Rupiah), dan selalu mengalami
peningkatan hingga tahun 2016 sebesar Rp. 115.727 (Milyar Rupiah).
Penyebab akan ketimpangan pembangunan antar wilayah di Provinsi
Kalimantan Selatan diantaranya adalah perbedaan akan kandungan sumber daya
alam dan sumber daya manusia yang ada di tiap-tiap kab/kota. Pertumbuhan
ekonomi yang pesat akan menimbulkan dampak terhadap ketimpangan dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat maka diperlukan pertumbuhan yang meningkat dan
distribusi pendapatan yang merata. Walaupun banyak mendapat tanggap di
kalangan masyarakat umum bahwa hubungan antara pertumbuhan ekonomi yang
cepat dan pemerataan pembangunan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan
karna merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk mengukur tingkat
keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh negara.
Menurut Saefulhakim Rustiadi, (2009), salah satu faktor utama penyebab
ketimpangan pembangunan di Indonesia ialah geografi, pada wilayah yang cukup
luas akan terjadi variasi spasial kualitas dan kuantitas sumber daya mineral.
Sumber daya pertanian, topografi, iklim, curah hujan dan sebagainya. Kalimantan
Selatan memiliki luas wilayah 38.744,23 km2.
Tabel 1.2 Luas wilayah 13 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan selatan
N
o Kabupaten/Kota Luas (km2) %
1 Kabupaten Tanah Laut 3.631,35
9,373%
2 Kabupaten Kotabaru 9.482,73
24,475
%
3 Kabupaten Banjar 4.668,00
12,048
%
4 Kabupaten Barito Kuala 2.996,46
7,734%
5 Kabupaten Tapin 2.700,82
4.659%
7 Kabupaten Hulu Sungai Tengah 1.472,00
3,799%
8 Kabupaten Hulu Sungai Utara 892,70
2,304%
9 Kabupaten Tabalong 3.766,97
9,723%
10 Kabupaten Tanah Bumbu 5.006,96
12,923
%
11 Kabupaten Balangan 1.878,30 Kalimantan Selatan 38.744,23 100% Sumber :Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia
Berdasarkan tabel 1.2 diatas dapat dilihat bahwa kabupaten dengan wilayah
terbesar adalah kabupaten Kotabaru dan kabupaten dengan luas wilayah terkecil
adalah kabupaten Hulu Sungai Utara, sedangkan kota dengan luas wilayah
terbesar adalah kota Banjarbaru dan kota dengan luas wilayah terkecil adalah kota
Banjarmasin.
Ketimpangan pembangunan wilayah terjadi karna setiap daerah memiliki
perbedaan secara geografis, sumber daya, tenaga kerja dan teknologi yang tersedia
di wilayahnya. Di Kalimantan Selatan jumlah penduduk sebanyak 3.626.616 juta
jiwa yang tersebar di 13 kabupaten, yang mana perbedaan jumlah penduduk akan
membuat kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga
Tabel 1.3 Jumlah Penduduk di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan
N
o
Kabupaten/Kota Jumlah
Penduduk
1 Kabupaten Tanah Laut 296.333
2 Kabupaten Kotabaru 290.142
3 Kabupaten Banjar 506.839
4 Kabupaten Barito Kuala 276.147
5 Kabupaten Tapin 167.877
6 Kabupaten Hulu Sungai Selatan 212.485 7 Kabupaten Hulu Sungai Tengah 243.460 8 Kabupaten Hulu Sungai Utara 209.246
9 Kabupaten Tabalong 218.620
10 Kabupaten Tanah Bumbu 267.929
11 Kabupaten Balangan 112.430
12 Kota Banjarmasin 625.481
13 Kota Banjarbaru 199.627
Kalimantan Selatan 3.626.616
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan
Berdasarkan Tabel 1.3, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbesar berada di
Kota Banjarmasin dengan jumlah penduduk sebanyak 625.481 jiwa, dan jumlah
penduduk terkecil berada di Kabupaten Balangan dengan jumlah penduduk
sebanyak 112.430 jiwa.
Berdasarkan penjelasan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi
Kalimantan selatan dengan judul penelitian sebagai berikut “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketimpangan Pembangunan Ekonomi Di Provinsi Kalimantan Selatan”
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah
pada penelitian ini adalah :
1. Seberapa besar tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi
Kalimantan Selatan ?
2. Bagaimana pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Luas Wilayah, dan Jumlah
penduduk terhadap tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi di
Provinsi Kalimantan Selatan ?
3. Apakah Hipotesis Kuznets tentang “ U terbalik” berlaku di Provinsi
Kalimantan Selatan
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang penulis bahas di atas, maka dapat dijelaskan
tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat ketimpangan pembangunan
ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan
2. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi, luas wilayah, dan
jumlah penduduk terhadap tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi di
Provinsi Kalimantan Selatan
3. Untuk mengetahui apakah hipotesis Kuznets tentang “ U terbalik” berlaku
di Provinsi Kalimantan Selatan
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
1. Diharapkan penelitian ini bisa memperluas wawasan dan ilmu
ekonomi, luas wilayah dan jumlah penduduk terhadap tingkat
ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan 2. Diharapkan penelitian ini bisa memberikan tambahan pengetahuan dan
wawasan bagi mereka yang akan melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai topik bahasan Ketimpangan Pembangunan Ekonomi
Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran kepada
Pemerintah Pusat Provinsi Kalimantan Selatan tentang faktor yang
berpengaruh secara signifikan terhadap ketimpangan pembangunan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi
Thomass Robert Malthus (1820) dalam [CITATION Jhi10 \l 1057 ]
menyatakan bahwa dalam proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan
sendirinya. Malahan dalam proses pembangunan memerlukan berbagai usaha dari
rakyat dan pemerintah. Jadi menurut Malthus proses pembangunan adalah suatu
proses naik-turunnya aktivitas ekonomi lebih daripada sekedar lancar-tidaknya
aktivitas ekonomi.
Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram
yang dilakukan secara terus menerus oleh suatu negara untuk menciptakan
masyarakat yang lebih baik, dan merupakan proses berkelanjutkan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat. Tiap tiap negara selalu ingin mencapai tujuan
dengan namanya pembangunan. Dengan tujuan semua orang turut mengambil
bagian. Dalam pengertian lebih mendasar, bahwa pembangunan itu haruslah
mencakup masalah-masalah materi dan financial dalam kehidupan. Pembangunan
hendaknya diselidiki sebagai suatu proses multidimensional yang melibatkan
reorganisasi dan reorientasi dari semua sistem ekonomi dan sosial [ CITATION
Pembangunan ekonomi diartikan selalu sebagai suatu proses yang
menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat
dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses bearti
perubahan yang terus menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur
kekuatan sendiri untuk investasi baru dengan usaha meningkatan pendapatan per
kapita dalam jangka waktu panjang [ CITATION DrS00 \l 1057 ]
Menurut Rostow dalam (Dr. Suryana, 2000) pembangunan ekonomi
merupakan proses yang berdimensi banyak, tidak hanya menyangkut perubahan
dalam struktur ekonomi, tetapi juga menyangkut proses yang menyebabkan : 1).
Perubahan reorientasi organisasi ekonomi. 2). Perubahan masyarakat, 3)
Perubahan cara penanaman modal, dan penanaman modal yang tidak produktif
kepada yang lebih produktif, 4) Perubahan cara masyarakat dalam menentukan
kedudukan seorang dalam family system menjadi ditentukan oleh kesanggupan melaksanakan pekerjaan, 5) Perubahan pandangan masyarakat yang mulai
berkeyakinan bahwa kehidupan ditopang oleh alam menjadi berpandangan bahwa
manusia harus menciptakan sesuatu dari alam itu untuk kemajuan di masa depan.
2.1.1.2 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut David Ricardo dalam [ CITATION Sad06 \l 1057 ] menyatakan bahwa
dalam proses pertumbuhan ekonomi pola tersendiri yaitu :
1. Pada permulaannya jumlah penduduk rendah dan kekayaan alam relatif
cukup banyak. Sebagai akibatnya, para pengusaha memperoleh
keuntungan yang tinggi. Karena pembentukan modal tergantung pada
pembentukan modal yang tinggi juga. Hal ini akan mengakibatkan
kenaikan produksi dan pertambahan permintaan tenaga kerja.
2. Tahap selanjutnya, karena jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan
bertambah, maka tingkat upah akan naik dan kenaikan upah akan
mendorong pertambahan jumlah penduduk. Karena luas tanah tetap, maka
semakin lama tanah dimanfaatkan adalah tanah yang mutunya rendah.
Akibatnya, marjinal yang diterima akan semakin kecil, karena lebih
banyak pekerja yang digunakan. Dengan demikian dorongan untuk
mengadakan pembentukan modal menurun dan selanjutnya akan
menurunkan permintaan atas tenaga kerja.
3. Tahap akhir, tingkat upah menurun dan pada akhirnya akan berada pada
tingkat yang minimal. Pada tingkat ini perekonomian akan mencapai
stastionary staste. Pembentukan modal baru tidak akan terjadi karena sewa akan tanah yang sangat tinggi menyebabkan pengusaha tidak memperoleh
keuntungan.
Menurut Harrod-Domar dalam [ CITATION Sad06 \l 1057 ] mengatakan
bahwa dalam proses pertumbuhan ekonomi memiliki syarat yang harus
dicapai agar pertumbuhan ekonomi itu bisa dikatakan pertumbuhan ekonomi
mantap (Steady Growth) yang dapat kita definisikan sebagai pertumbuhan
ekonomi yang akan selalu menciptakan penggunaan sepenuhnya
barang-barang modal akan selalu berlaku dalam perekonomian kaum klasik
berpendapat bahwa : “Supply creates its own demand”. Yang artinya bertambahnya barang-barang modal yang terdapat dalam masyarakat akan
dengan sendiri menciptakan pertambahan produksi nasional dan pembangunan
mereka tidak memberikan perhatian kepada fungsi dari pembentukan modal
dalam perekonomian, yaitu : pertambahan itu akan mempertinggi tingkat
pengeluaran mayarakat.
2.1.1.3 Pentingnya Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Pertumbuhan ekonomi wilayah lebih menekankan perhatiannya pada
pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu dan tidak pada suatu negara
sebagaimana lazimnya pada analisis Ekonomi Makro. Teori pertumbuhan
ekonomi wilayah memasukkan unsur lokasi dan tata ruang secara eksplisit ke
dalam analisisnya sehingga kesimpulan yang dapat dihasilkan juga berbeda
dibandingkan dengan analisis Ekonomi Makro. Tidak dapat disangkal bahwa
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sampai saat ini merupakan target utama
dalam penyusunan rencana pembangunan nasional dan daerah, disamping
pembangunan fisik dan sosial. Yang nyatanya target pertumbuhan ekonomi
tersebut sangat bervariasi sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh
masing-masing wilayah. Melalui pertumbuhan ekonomi wilayah yang cukup
tinggi diharapkan kesejahteraan masyarakat secara bertahap akan dapat pula
ditingkatkan.[ CITATION Sja12 \l 1057 ]
Kemampuan suatu wilayah untuk tumbuh secara cepat sangat ditentukan
oleh berbagai faktor ekonomi yang satu sama lainnya juga saling berkaitan.
Faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut perlu diketahui
secara rinci menurut sifat-sifatnya. Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi
wilayah semakin meningkat dalam era otonomi daerah. Hal ini dikarenakan dalam
pertumbuhan ekonomi daerahnya guna mendorong perbaikan kemakmuran
masyarakat setempat.
2.1.2 Ketimpangan Pembangunan
Ketimpangan pembangunan ekonomi antarwilayah merupakan fenomena
umum yang terjadi dalam proses pembangunan ekonomi suatu daerah.
Ketimpangan ini mulau-mula disebabkan karna perbedaan kandungan sumber
daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing
wilayah. Akibatnya dalam kemampuan suatu daerah untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses pembangunan juga menjadi
berbeda. Maka dari itu lah muncul istilah kata wilayah relatif maju (developed region) dan wilayah relatif terbelakang (underdeveloped region). [ CITATION Sja12 \l 1057 ]
Menurut hipotesis Neo-Klasik menyatakan pada permulaan proses
pembangunan suatu negara, ketimpangan pembangunan antarwilayah cenderung
meningkat, sampai nantinya berada pada titik puncaknya. Setelah itu, bila proses
pembangunan terus berlanjut, maka secara berangsur-angsur ketimpangan
pembangunan antarwilayah tersebut akan menurun. Dengan kata lain, kurva
ketimpangan pembangunan antarwilayah adalah berbentuk U terbalik (reserve U-shape curve)
Kebijaksanaan pusat pengembangan yang dilakukan oleh suatu negara
dapat dikatakan berhasil dari segi pandangan nasional tetapi gagal dari segi
padangan pembangunan wilayah. Apabila kebijaksanaan pusat pengembangan
antara penduduk yang berada di daerah core dan dengan penduduk yang berada di
daerah periphery.
2.1.3 Indeks Williamson
Cara untuk menganalisis seberapa besarnya ketimpangan pembangunan
antarwilayah adalah dengan melalui perhitungan indeks Williamson. Dasar
perhitungangan adalah menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
perkapita sebagai ketimpangan regional sebagai data dasarnya. Pemilihan data
dasar nya jelas karna yang diperbandingkan adalah tingkat pembangunan
antarwilayah dan bukan tingkat distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat[
CITATION Sja12 \l 1057 ]. Formulasi indeks Williamson yang digunakan yaitu :
Keterangan
IW = Indeks Williamson
Fi = Jumlah penduduk kab/kota ke-i (jiwa)
n = Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Selatan
yi = PDRB per kapita kab/kota ke-i (rupiah)
Hasil pengukuran dari nilai Indeks Williamson ditunjukkan oleh angka 0 sampai
angkai 1 atau 0 < IW < 1. Jika nilai IW mendekati angka 0 maka semakin kecil
ketimpangan pembangunan ekonomi dan jika nilai IW mendekati angka 1 maka
3. Mulyanto peningkatan nilai Indeks enthropi Theil maupun nilai Indeks Williamson mengandung arti bahwa ketimpangan yang terjadi di Wilayah Pembangunan I Jateng semakin membesar atau semakin tidak merata. Kota semarang masih mendominasi nilai PDRB dan nilai pendapatan perkapita sementara kelima daerah yang lain jauh lebih rendah
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual (Model Penelitian)
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Ketimpangan Pembangunan
dengan Pertumbuhan Ekonomi, Luas Wilayah, dan Jumlah Penduduk
Ketimpangan pembangunan memiliki hubungan dengan faktor
pertumbuhan ekonomi, luas wilayah, dan jumlah penduduk, hal ini dikarenakan
pada teori teori pembangunan ekonomi menyatakan bahwa apabila dalam proses
pembangunan ekonomi yang namanya ketimpangan pembangunan itu adalah hal
yang wajar dikarena perbedaan akan pertumbuhan ekonomi, letak demografis,
sumber daya alam yang tersedia tiap daerah berbeda. Karna dari itu lah yang
membuat upaya yang dilakukan tiap-tiap kabupaten/kota dalam meningkatkan
pembangunan ekonomi nya menjadi berbeda-beda. Pertumbuhan
Ekonomi
Ketimpangan Pembangunan Luas Wilayah
3.2 Hipotesis
3.2.1 Uji T Statistik (Uji Parsial)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh
dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Digunakan uji 1 arah
dengan tingkat kepercayaan 90% dengan hipotesis :
Hipotesis 1
Ho :
ᵦ
1 = 0 tidak terdapat pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan pembangunan.Ha :
ᵦ
1 < 0 terdapat pengaruh negatif variabel pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan pembangunan.Hipotesis 2
Ho :
ᵦ
1 = 0 tidak terdapat pengaruh variabel luas wilayah terhadap ketimpangan pembangunan.Ho :
ᵦ
1 < 0 terdapat pengaruh negatif variabel luas wilayah terhadap ketimpangan pembangunan.Hipotesis 3
Ho :
ᵦ
1 = 0 tidak terdapat pengaruh variabel jumlah penduduk terhadap ketimpangan pembangunan.Kriteria pengambilan keputusan :
Jika nilai t-hitung > nilai t-tabel maka Ho ditolak atau menerima Ha artinya
variabel bebas berpengaruh negatif terhadap variabel terikat.
Jika nilai t-hitung < nilai t-tabel maka Ho diterima atau menolak Ha artinya
variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
3.2.2 Uji F Statistik
Uji F statistik dikenal dengan Uji serentak atau Uji Anova yaitu uji yang
digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh semua variabel bebas terhadap
variabel terika dan untuk melakukan uji apakah model regresi yang ada signifikan
atau tidak signifikan. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung
dengan F tabel [ CITATION Dam03 \l 1057 ].
Ho :
ᵦ
1,ᵦ
2,ᵦ
3 = 0 → Diduga secara bersamaan variabel pertumbuhan ekonomi, luas wilayah, dan jumlah penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat ketimpangan pembangunan.Ha :
ᵦ
1,ᵦ
2,ᵦ
3 ≠ 0 → Diduga secara bersamaan variabel pertumbuhan ekonomi, luas wilayah, dan jumlah penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat ketimpangan pembangunan.Kriteria pengambilan keputusan :
Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak, artinya secara bersamaan variabel bebas berpengaruh negatif terhadap variabel terikat.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini mencakup prosedur yang digunakan dalam
penelitian. Diuraikan tahapan atau urutan pelaksanaan penelitian. Metode
penelitian bertujuan untuk memberikan arahan kepada penulis dalam proses
penelitian dan menjadi petunjuk dalam menganalisis data-data yang dikumpulkan.
4.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah wilayah provinsi Kalimantan Selatan.
Dimana subjek yang diteliti adalah ketimpangan pembangunan di Kab/Kota di
Provinsi Kalimantan Selatan.
4.2 Jenis Penelitian
Jenis dari penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu bertujuan untuk
mengetahui tingkat ketimpangan pembangunan di kab/kota provinsi Kalimantan
Selatan, dengan memberikan gambaran dan menganalisis data-data variabel
Pertumbuhan ekonomi, Luas Wilayah, dan Jumlah Penduduk.
4.3 Objek Penelitian
Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah Kab/Kota di Provinsi
Kalimantan Selatan. Data yang digunakan yaitu data pertumbuhan ekonomi, Luas
wilayah, dan Jumlah Penduduk dalam mempengaruhi tingkat ketimpangan
4.4 Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis regresi
linear berganda guna mengetahui hubungan antar variabel independen dan
dependen. Dan menggunakan rumus Indeks Williamson dalam menentukan
tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi.
4.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman penelitian terhadap
variabel dan definisi operasional sebagai berikut :
1. Variabel Independen
1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi
perekonomian suatu wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan
yang lebih baik. Dalam penelitian ini diukur dalam satuan persen di
Provinsi Kalimantan Selatan.
1.2. Luas Wilayah
Luas wilayah adalah daerah yang tercakup dalam kekuasaan
territorial sebuah wilayah. Dalam penelitian ini luas wilayah ini menjadi
sebagai potensi yang ada di suatu wilayah untuk bisa meningkatkan
pembangunan ekonomi . dan juga menjadi bahan pertimbangan dari
1.3. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk adalah jumlah manusia yang bertempat
tinggal/berdomisili pada suatu wilayah dan memiliki mata pencaharian
tetap di daerah itu serta tercatat secara sah berdasarkan peraturan yang
berlaku. Dalam penelitian ini jumlah penduduk menjadi potensi suatu
wilayah untuk bisa meningkatkan pembangunan ekonomi. Dan juga
menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengalokasikan Dana
alokasi bantuan pembangunan.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Indeks ketimpangsan
Pembangunan Ekonomi. Indeks Ketimpangan Pembangunan Ekonomi
merupakan ukuran dari disparitas (ketimpangan) pembangunan ekonomi
antar wilayah. Ketimpangan pembangunan diukur dengan menggunakan
rumus Indeks Williamson.[ CITATION Sja12 \l 1057 ]
Keterangan
IW = Indeks Williamson
Fi = Jumlah penduduk kab/kota ke-i (jiwa)
yi = PDRB per kapita kab/kota ke-i (rupiah)
Ӯ = PDRB per kapita rata-rata Provinsi Kalimantan Selatan
Hasil pengukuran dari nilai Indeks Williamson ditunjukkan oleh
angka 0 sampai angkai 1 atau 0 < IW < 1. Jika nilai IW mendekati angka 0
maka semakin kecil ketimpangan pembangunan ekonomi dan jika nilai IW
mendekati angka 1 maka semakin melebar ketimpangan pembangunan
ekonomi [ CITATION Sja12 \l 1057 ]
4.6 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
menggunakan data time series selama tujuh tahun yaitu dari tahun 2010-2016 yang diperioleh secara tidak langsung melalui media perantara dari dinas-dinas
maupun data secara online dari situs yang berwenang. Dengan menggunakan
metode pengumpulan data dokumentasi. Dokumen yang dimaksud meliputi data
pertumbuhan ekonomi, luas wilayah, dan jumlah penduduk
4.7 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model regresi yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PE), Luas
Wilayah (LW), dan Jumlah Penduduk (JP) terhadap Ketimpangan Pembangunan
Ekonomi (Iw) dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square). Analisis data
digunakan untuk menyederhanakan data yang telah diperoleh kedalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, pada penelitian ini menggunakan
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Suryana, M. (2000). Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan. Jakarta: Salemba Empat.
Gujarati, D. (2003). Ekonometrika Dasar (Terjemahan Sumarno Zain).
Jakarta.
Kuncoro, M. (2004). Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga.
M.L, J. (2010). The Economics of Development and Planning. Dalam D.Guritno, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (hal. 97). Jakarta: Rajawali Pers.
Saefulhakim Rustiadi, S. d. (2009). Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia. Sjafrizal. (2012). Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sukirno, S. (2006). Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Todaro, M. P. (2011). Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga Edisi 11.