• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor faktor yang mempengaruhi (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis faktor faktor yang mempengaruhi (1)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN

SELATAN

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Metodologi Penelitian

Oleh : Fadel Muhammad

NIM C1A115039

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

(2)

PERNYATAAN ORISINALITAS

“Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa proposal penelitian

ini telah ditulis dengan sungguh-sungguh dan tidak merupakan hasil penjiplakan

hasil karya orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini

tidak benar maka saya bersedia menerima hukuman sanksi sesuai dengan

peraturan yang berlaku.”

Banjarmasin, April 2018 Penulis

(3)

DAFTAR ISI

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha, 2010 – 2016 (Milyar Rupiah)

Tabel 1.2 Luas Wilayah 13 Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kurva U-Terbalik Kuznet

(6)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai proses usaha dalam suatu

perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonomi sehingga infrastruktur

akan lebih banyak tersedia. Perusahaan semakin benyak dan semakin

berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat.

Yang mana nantinya diharapkan dari perkembangan pembangunan ekonomi ini

akan menciptakan kesempatan kerja akan bertembah, tingkat pendapatan

meningkat, dan kemakmuran masyarakat menjadi semakin tinggi.[ CITATION

Sad06 \l 1057 ]

Dalam pembukaan UUD 1945 menyebutkan bahwa tujuan dari

pembangunan ekonomi indonesia adalah masyarakat yang adil dan makmur.

Proses pembentukan masyarakat yang adil dan makmur diperlurkan kesejahteraan

yang merata. Kuznet menyatakan bahwa pada tahap awal pertumbuhan ekonomi

tentuakan menyebabkan distribusi pendapatan cenderung memburuk atau yang

biasa kita sebut dengan ketimpangan yang tinggi. [CITATION Mud04 \l 1057 ]

Ketimpangan Wilayah bisa dikatakan sebagai suatu aspek yang umum

terjadi di negara setiap, entah dinegara miskin, negara berkembang, negara sedang

berkembang, bahkan di negara maju sekalipun pasti memiliki masalah

ketimpangan pembangunan antar wilayah maupun dengan ukuran yang

berbeda-beda. Isu utama masalah ketimpangan pembangunan wilayah saat ini adalah : 1)

(7)

golongan masyarakat atau individu .Menurut hipotesa teori Neo Klasik

(8)

pembangunan wilayah cenderung meningkat sampai dengan ketimpangan

berada pada titik puncaknya (divergence). Dan bila proses pembangunan terus berlanjut, secara perlahan-lahan ketimpangan pembangunan wilayah tersebut akan

menurun atau berkurang (convergence). Ketimpangan pembangunan wilayah terjadi karna setiap daerah memiliki perbedaan secara geografis, sumber daya,

tenaga kerja dan teknologi yang tersedia di wilayahnya. Akibatnya kemampuan

tiap daerah dalam mendorong proses pembangunannya juga menjadi

berbeda-beda, maka tidak heran apabila pada saat proses pembangunan akan muncul

istilah kata daerah maju dan daerah terbelakang.

Gambar 1.1

Sumber : Wikipedia

Perekonomian Indonesia semakin maju yang ditandai dengan

pertumbuhan ekonomi yang meningkat, hal ini juga terjadi di Provinsi Kalimantan

yang pertumbuhan ekonomi nya terus meningkat. Guna untuk membantu

peningkatan daerah. Pada umumnya pembangunan daerah dikonsentrasikan pada

(9)

salah satu indikatornya adalah pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.

Pertumbuhan ekonomi daerah dapat diukur dengan melihat PDRB dan Laju

pertumbuhanya atas dasar harga konstan

Tabel 1.1. PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Atas Dasar

Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha, 2010 – 2016 (Milyar Rupiah)

No. Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1. Tanah Laut Rp. 6.939 Rp. 7.446 Rp. 7.895 Rp. 8.328 Rp. 8.594 Rp. 8.841 Rp. 9.129 2. Kotabaru Rp. 11.443 Rp. 12.168 Rp. 12.963 Rp. 13.640 Rp. 14.276 Rp. 14.754 Rp. 15.379 3. Banjar Rp. 7.605 Rp. 8.158 Rp. 8.670 Rp. 9.069 Rp. 9.530 Rp. 9.950 Rp. 10.417 9. Tabalong Rp. 10.292 Rp. 11.036 Rp. 11.625 Rp. 12.132 Rp. 12.621 Rp. 12.919 Rp. 13.313 10. Tanah Bumbu Rp. 10.600 Rp. 11.439 Rp. 12.158 Rp. 12.621 Rp. 13.093 Rp. 13.477 Rp. 13.896 11. Balangan Rp. 6.154 Rp. 6.699 Rp. 7.147 Rp. 7.722 Rp. 8.177 Rp. 8.385 Rp. 8.596 12. Kota Banjarmasin Rp. 13.067 Rp. 13.740 Rp. 14.588 Rp. 15.600 Rp. 16.553 Rp. 17.512 Rp. 18.612 13. Kota Banjarbaru Rp.

Rp. 101.850 Rp. 106.779 Rp. 110.867 Rp. 115.727

Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan

Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa PDRB Provinsi Kalimantan Selatan

terus mengalami peningkatan tiap tahunnya yang mulai pada tahun 2010 PDRB

Kalimantan Selatan sebesar Rp 85.304 (Milyar Rupiah), dan selalu mengalami

peningkatan hingga tahun 2016 sebesar Rp. 115.727 (Milyar Rupiah).

Penyebab akan ketimpangan pembangunan antar wilayah di Provinsi

Kalimantan Selatan diantaranya adalah perbedaan akan kandungan sumber daya

alam dan sumber daya manusia yang ada di tiap-tiap kab/kota. Pertumbuhan

ekonomi yang pesat akan menimbulkan dampak terhadap ketimpangan dalam

(10)

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan masyarakat maka diperlukan pertumbuhan yang meningkat dan

distribusi pendapatan yang merata. Walaupun banyak mendapat tanggap di

kalangan masyarakat umum bahwa hubungan antara pertumbuhan ekonomi yang

cepat dan pemerataan pembangunan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan

karna merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk mengukur tingkat

keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh negara.

Menurut Saefulhakim Rustiadi, (2009), salah satu faktor utama penyebab

ketimpangan pembangunan di Indonesia ialah geografi, pada wilayah yang cukup

luas akan terjadi variasi spasial kualitas dan kuantitas sumber daya mineral.

Sumber daya pertanian, topografi, iklim, curah hujan dan sebagainya. Kalimantan

Selatan memiliki luas wilayah 38.744,23 km2.

Tabel 1.2 Luas wilayah 13 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan selatan

N

o Kabupaten/Kota Luas (km2) %

1 Kabupaten Tanah Laut 3.631,35

9,373%

2 Kabupaten Kotabaru 9.482,73

24,475

%

3 Kabupaten Banjar 4.668,00

12,048

%

4 Kabupaten Barito Kuala 2.996,46

7,734%

5 Kabupaten Tapin 2.700,82

(11)

4.659%

7 Kabupaten Hulu Sungai Tengah 1.472,00

3,799%

8 Kabupaten Hulu Sungai Utara 892,70

2,304%

9 Kabupaten Tabalong 3.766,97

9,723%

10 Kabupaten Tanah Bumbu 5.006,96

12,923

%

11 Kabupaten Balangan 1.878,30 Kalimantan Selatan 38.744,23 100% Sumber :Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia

Berdasarkan tabel 1.2 diatas dapat dilihat bahwa kabupaten dengan wilayah

terbesar adalah kabupaten Kotabaru dan kabupaten dengan luas wilayah terkecil

adalah kabupaten Hulu Sungai Utara, sedangkan kota dengan luas wilayah

terbesar adalah kota Banjarbaru dan kota dengan luas wilayah terkecil adalah kota

Banjarmasin.

Ketimpangan pembangunan wilayah terjadi karna setiap daerah memiliki

perbedaan secara geografis, sumber daya, tenaga kerja dan teknologi yang tersedia

di wilayahnya. Di Kalimantan Selatan jumlah penduduk sebanyak 3.626.616 juta

jiwa yang tersebar di 13 kabupaten, yang mana perbedaan jumlah penduduk akan

membuat kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga

(12)

Tabel 1.3 Jumlah Penduduk di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan

N

o

Kabupaten/Kota Jumlah

Penduduk

1 Kabupaten Tanah Laut 296.333

2 Kabupaten Kotabaru 290.142

3 Kabupaten Banjar 506.839

4 Kabupaten Barito Kuala 276.147

5 Kabupaten Tapin 167.877

6 Kabupaten Hulu Sungai Selatan 212.485 7 Kabupaten Hulu Sungai Tengah 243.460 8 Kabupaten Hulu Sungai Utara 209.246

9 Kabupaten Tabalong 218.620

10 Kabupaten Tanah Bumbu 267.929

11 Kabupaten Balangan 112.430

12 Kota Banjarmasin 625.481

13 Kota Banjarbaru 199.627

Kalimantan Selatan 3.626.616

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan

Berdasarkan Tabel 1.3, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbesar berada di

Kota Banjarmasin dengan jumlah penduduk sebanyak 625.481 jiwa, dan jumlah

penduduk terkecil berada di Kabupaten Balangan dengan jumlah penduduk

sebanyak 112.430 jiwa.

Berdasarkan penjelasan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi

Kalimantan selatan dengan judul penelitian sebagai berikut “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketimpangan Pembangunan Ekonomi Di Provinsi Kalimantan Selatan”

(13)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah

pada penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi

Kalimantan Selatan ?

2. Bagaimana pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Luas Wilayah, dan Jumlah

penduduk terhadap tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi di

Provinsi Kalimantan Selatan ?

3. Apakah Hipotesis Kuznets tentang “ U terbalik” berlaku di Provinsi

Kalimantan Selatan

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang penulis bahas di atas, maka dapat dijelaskan

tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat ketimpangan pembangunan

ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan

2. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi, luas wilayah, dan

jumlah penduduk terhadap tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi di

Provinsi Kalimantan Selatan

3. Untuk mengetahui apakah hipotesis Kuznets tentang “ U terbalik” berlaku

di Provinsi Kalimantan Selatan

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

1. Diharapkan penelitian ini bisa memperluas wawasan dan ilmu

(14)

ekonomi, luas wilayah dan jumlah penduduk terhadap tingkat

ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan 2. Diharapkan penelitian ini bisa memberikan tambahan pengetahuan dan

wawasan bagi mereka yang akan melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai topik bahasan Ketimpangan Pembangunan Ekonomi

Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran kepada

Pemerintah Pusat Provinsi Kalimantan Selatan tentang faktor yang

berpengaruh secara signifikan terhadap ketimpangan pembangunan

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi

Thomass Robert Malthus (1820) dalam [CITATION Jhi10 \l 1057 ]

menyatakan bahwa dalam proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan

sendirinya. Malahan dalam proses pembangunan memerlukan berbagai usaha dari

rakyat dan pemerintah. Jadi menurut Malthus proses pembangunan adalah suatu

proses naik-turunnya aktivitas ekonomi lebih daripada sekedar lancar-tidaknya

aktivitas ekonomi.

Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram

yang dilakukan secara terus menerus oleh suatu negara untuk menciptakan

masyarakat yang lebih baik, dan merupakan proses berkelanjutkan untuk

mencapai kesejahteraan masyarakat. Tiap tiap negara selalu ingin mencapai tujuan

dengan namanya pembangunan. Dengan tujuan semua orang turut mengambil

bagian. Dalam pengertian lebih mendasar, bahwa pembangunan itu haruslah

mencakup masalah-masalah materi dan financial dalam kehidupan. Pembangunan

hendaknya diselidiki sebagai suatu proses multidimensional yang melibatkan

reorganisasi dan reorientasi dari semua sistem ekonomi dan sosial [ CITATION

(16)

Pembangunan ekonomi diartikan selalu sebagai suatu proses yang

menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat

dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses bearti

perubahan yang terus menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur

kekuatan sendiri untuk investasi baru dengan usaha meningkatan pendapatan per

kapita dalam jangka waktu panjang [ CITATION DrS00 \l 1057 ]

Menurut Rostow dalam (Dr. Suryana, 2000) pembangunan ekonomi

merupakan proses yang berdimensi banyak, tidak hanya menyangkut perubahan

dalam struktur ekonomi, tetapi juga menyangkut proses yang menyebabkan : 1).

Perubahan reorientasi organisasi ekonomi. 2). Perubahan masyarakat, 3)

Perubahan cara penanaman modal, dan penanaman modal yang tidak produktif

kepada yang lebih produktif, 4) Perubahan cara masyarakat dalam menentukan

kedudukan seorang dalam family system menjadi ditentukan oleh kesanggupan melaksanakan pekerjaan, 5) Perubahan pandangan masyarakat yang mulai

berkeyakinan bahwa kehidupan ditopang oleh alam menjadi berpandangan bahwa

manusia harus menciptakan sesuatu dari alam itu untuk kemajuan di masa depan.

2.1.1.2 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Menurut David Ricardo dalam [ CITATION Sad06 \l 1057 ] menyatakan bahwa

dalam proses pertumbuhan ekonomi pola tersendiri yaitu :

1. Pada permulaannya jumlah penduduk rendah dan kekayaan alam relatif

cukup banyak. Sebagai akibatnya, para pengusaha memperoleh

keuntungan yang tinggi. Karena pembentukan modal tergantung pada

(17)

pembentukan modal yang tinggi juga. Hal ini akan mengakibatkan

kenaikan produksi dan pertambahan permintaan tenaga kerja.

2. Tahap selanjutnya, karena jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan

bertambah, maka tingkat upah akan naik dan kenaikan upah akan

mendorong pertambahan jumlah penduduk. Karena luas tanah tetap, maka

semakin lama tanah dimanfaatkan adalah tanah yang mutunya rendah.

Akibatnya, marjinal yang diterima akan semakin kecil, karena lebih

banyak pekerja yang digunakan. Dengan demikian dorongan untuk

mengadakan pembentukan modal menurun dan selanjutnya akan

menurunkan permintaan atas tenaga kerja.

3. Tahap akhir, tingkat upah menurun dan pada akhirnya akan berada pada

tingkat yang minimal. Pada tingkat ini perekonomian akan mencapai

stastionary staste. Pembentukan modal baru tidak akan terjadi karena sewa akan tanah yang sangat tinggi menyebabkan pengusaha tidak memperoleh

keuntungan.

Menurut Harrod-Domar dalam [ CITATION Sad06 \l 1057 ] mengatakan

bahwa dalam proses pertumbuhan ekonomi memiliki syarat yang harus

dicapai agar pertumbuhan ekonomi itu bisa dikatakan pertumbuhan ekonomi

mantap (Steady Growth) yang dapat kita definisikan sebagai pertumbuhan

ekonomi yang akan selalu menciptakan penggunaan sepenuhnya

barang-barang modal akan selalu berlaku dalam perekonomian kaum klasik

berpendapat bahwa : “Supply creates its own demand”. Yang artinya bertambahnya barang-barang modal yang terdapat dalam masyarakat akan

dengan sendiri menciptakan pertambahan produksi nasional dan pembangunan

(18)

mereka tidak memberikan perhatian kepada fungsi dari pembentukan modal

dalam perekonomian, yaitu : pertambahan itu akan mempertinggi tingkat

pengeluaran mayarakat.

2.1.1.3 Pentingnya Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pertumbuhan ekonomi wilayah lebih menekankan perhatiannya pada

pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu dan tidak pada suatu negara

sebagaimana lazimnya pada analisis Ekonomi Makro. Teori pertumbuhan

ekonomi wilayah memasukkan unsur lokasi dan tata ruang secara eksplisit ke

dalam analisisnya sehingga kesimpulan yang dapat dihasilkan juga berbeda

dibandingkan dengan analisis Ekonomi Makro. Tidak dapat disangkal bahwa

pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sampai saat ini merupakan target utama

dalam penyusunan rencana pembangunan nasional dan daerah, disamping

pembangunan fisik dan sosial. Yang nyatanya target pertumbuhan ekonomi

tersebut sangat bervariasi sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh

masing-masing wilayah. Melalui pertumbuhan ekonomi wilayah yang cukup

tinggi diharapkan kesejahteraan masyarakat secara bertahap akan dapat pula

ditingkatkan.[ CITATION Sja12 \l 1057 ]

Kemampuan suatu wilayah untuk tumbuh secara cepat sangat ditentukan

oleh berbagai faktor ekonomi yang satu sama lainnya juga saling berkaitan.

Faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut perlu diketahui

secara rinci menurut sifat-sifatnya. Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi

wilayah semakin meningkat dalam era otonomi daerah. Hal ini dikarenakan dalam

(19)

pertumbuhan ekonomi daerahnya guna mendorong perbaikan kemakmuran

masyarakat setempat.

2.1.2 Ketimpangan Pembangunan

Ketimpangan pembangunan ekonomi antarwilayah merupakan fenomena

umum yang terjadi dalam proses pembangunan ekonomi suatu daerah.

Ketimpangan ini mulau-mula disebabkan karna perbedaan kandungan sumber

daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing

wilayah. Akibatnya dalam kemampuan suatu daerah untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses pembangunan juga menjadi

berbeda. Maka dari itu lah muncul istilah kata wilayah relatif maju (developed region) dan wilayah relatif terbelakang (underdeveloped region). [ CITATION Sja12 \l 1057 ]

Menurut hipotesis Neo-Klasik menyatakan pada permulaan proses

pembangunan suatu negara, ketimpangan pembangunan antarwilayah cenderung

meningkat, sampai nantinya berada pada titik puncaknya. Setelah itu, bila proses

pembangunan terus berlanjut, maka secara berangsur-angsur ketimpangan

pembangunan antarwilayah tersebut akan menurun. Dengan kata lain, kurva

ketimpangan pembangunan antarwilayah adalah berbentuk U terbalik (reserve U-shape curve)

Kebijaksanaan pusat pengembangan yang dilakukan oleh suatu negara

dapat dikatakan berhasil dari segi pandangan nasional tetapi gagal dari segi

padangan pembangunan wilayah. Apabila kebijaksanaan pusat pengembangan

(20)

antara penduduk yang berada di daerah core dan dengan penduduk yang berada di

daerah periphery.

2.1.3 Indeks Williamson

Cara untuk menganalisis seberapa besarnya ketimpangan pembangunan

antarwilayah adalah dengan melalui perhitungan indeks Williamson. Dasar

perhitungangan adalah menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

perkapita sebagai ketimpangan regional sebagai data dasarnya. Pemilihan data

dasar nya jelas karna yang diperbandingkan adalah tingkat pembangunan

antarwilayah dan bukan tingkat distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat[

CITATION Sja12 \l 1057 ]. Formulasi indeks Williamson yang digunakan yaitu :

Keterangan

IW = Indeks Williamson

Fi = Jumlah penduduk kab/kota ke-i (jiwa)

n = Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Selatan

yi = PDRB per kapita kab/kota ke-i (rupiah)

(21)

Hasil pengukuran dari nilai Indeks Williamson ditunjukkan oleh angka 0 sampai

angkai 1 atau 0 < IW < 1. Jika nilai IW mendekati angka 0 maka semakin kecil

ketimpangan pembangunan ekonomi dan jika nilai IW mendekati angka 1 maka

(22)

3. Mulyanto peningkatan nilai Indeks enthropi Theil maupun nilai Indeks Williamson mengandung arti bahwa ketimpangan yang terjadi di Wilayah Pembangunan I Jateng semakin membesar atau semakin tidak merata. Kota semarang masih mendominasi nilai PDRB dan nilai pendapatan perkapita sementara kelima daerah yang lain jauh lebih rendah

(23)
(24)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual (Model Penelitian)

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Ketimpangan Pembangunan

dengan Pertumbuhan Ekonomi, Luas Wilayah, dan Jumlah Penduduk

Ketimpangan pembangunan memiliki hubungan dengan faktor

pertumbuhan ekonomi, luas wilayah, dan jumlah penduduk, hal ini dikarenakan

pada teori teori pembangunan ekonomi menyatakan bahwa apabila dalam proses

pembangunan ekonomi yang namanya ketimpangan pembangunan itu adalah hal

yang wajar dikarena perbedaan akan pertumbuhan ekonomi, letak demografis,

sumber daya alam yang tersedia tiap daerah berbeda. Karna dari itu lah yang

membuat upaya yang dilakukan tiap-tiap kabupaten/kota dalam meningkatkan

pembangunan ekonomi nya menjadi berbeda-beda. Pertumbuhan

Ekonomi

Ketimpangan Pembangunan Luas Wilayah

(25)

3.2 Hipotesis

3.2.1 Uji T Statistik (Uji Parsial)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh

dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Digunakan uji 1 arah

dengan tingkat kepercayaan 90% dengan hipotesis :

Hipotesis 1

Ho :

1 = 0 tidak terdapat pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan pembangunan.

Ha :

1 < 0 terdapat pengaruh negatif variabel pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan pembangunan.

Hipotesis 2

Ho :

1 = 0 tidak terdapat pengaruh variabel luas wilayah terhadap ketimpangan pembangunan.

Ho :

1 < 0 terdapat pengaruh negatif variabel luas wilayah terhadap ketimpangan pembangunan.

Hipotesis 3

Ho :

1 = 0 tidak terdapat pengaruh variabel jumlah penduduk terhadap ketimpangan pembangunan.

(26)

Kriteria pengambilan keputusan :

 Jika nilai t-hitung > nilai t-tabel maka Ho ditolak atau menerima Ha artinya

variabel bebas berpengaruh negatif terhadap variabel terikat.

 Jika nilai t-hitung < nilai t-tabel maka Ho diterima atau menolak Ha artinya

variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

3.2.2 Uji F Statistik

Uji F statistik dikenal dengan Uji serentak atau Uji Anova yaitu uji yang

digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh semua variabel bebas terhadap

variabel terika dan untuk melakukan uji apakah model regresi yang ada signifikan

atau tidak signifikan. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung

dengan F tabel [ CITATION Dam03 \l 1057 ].

Ho :

1,

2,

3 = 0 → Diduga secara bersamaan variabel pertumbuhan ekonomi, luas wilayah, dan jumlah penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat ketimpangan pembangunan.

Ha :

1,

2,

3 ≠ 0 → Diduga secara bersamaan variabel pertumbuhan ekonomi, luas wilayah, dan jumlah penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat ketimpangan pembangunan.

Kriteria pengambilan keputusan :

 Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak, artinya secara bersamaan variabel bebas berpengaruh negatif terhadap variabel terikat.

(27)

BAB IV

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini mencakup prosedur yang digunakan dalam

penelitian. Diuraikan tahapan atau urutan pelaksanaan penelitian. Metode

penelitian bertujuan untuk memberikan arahan kepada penulis dalam proses

penelitian dan menjadi petunjuk dalam menganalisis data-data yang dikumpulkan.

4.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah wilayah provinsi Kalimantan Selatan.

Dimana subjek yang diteliti adalah ketimpangan pembangunan di Kab/Kota di

Provinsi Kalimantan Selatan.

4.2 Jenis Penelitian

Jenis dari penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu bertujuan untuk

mengetahui tingkat ketimpangan pembangunan di kab/kota provinsi Kalimantan

Selatan, dengan memberikan gambaran dan menganalisis data-data variabel

Pertumbuhan ekonomi, Luas Wilayah, dan Jumlah Penduduk.

4.3 Objek Penelitian

Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah Kab/Kota di Provinsi

Kalimantan Selatan. Data yang digunakan yaitu data pertumbuhan ekonomi, Luas

wilayah, dan Jumlah Penduduk dalam mempengaruhi tingkat ketimpangan

(28)

4.4 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis regresi

linear berganda guna mengetahui hubungan antar variabel independen dan

dependen. Dan menggunakan rumus Indeks Williamson dalam menentukan

tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi.

4.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman penelitian terhadap

variabel dan definisi operasional sebagai berikut :

1. Variabel Independen

1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi

perekonomian suatu wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan

yang lebih baik. Dalam penelitian ini diukur dalam satuan persen di

Provinsi Kalimantan Selatan.

1.2. Luas Wilayah

Luas wilayah adalah daerah yang tercakup dalam kekuasaan

territorial sebuah wilayah. Dalam penelitian ini luas wilayah ini menjadi

sebagai potensi yang ada di suatu wilayah untuk bisa meningkatkan

pembangunan ekonomi . dan juga menjadi bahan pertimbangan dari

(29)

1.3. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk adalah jumlah manusia yang bertempat

tinggal/berdomisili pada suatu wilayah dan memiliki mata pencaharian

tetap di daerah itu serta tercatat secara sah berdasarkan peraturan yang

berlaku. Dalam penelitian ini jumlah penduduk menjadi potensi suatu

wilayah untuk bisa meningkatkan pembangunan ekonomi. Dan juga

menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengalokasikan Dana

alokasi bantuan pembangunan.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Indeks ketimpangsan

Pembangunan Ekonomi. Indeks Ketimpangan Pembangunan Ekonomi

merupakan ukuran dari disparitas (ketimpangan) pembangunan ekonomi

antar wilayah. Ketimpangan pembangunan diukur dengan menggunakan

rumus Indeks Williamson.[ CITATION Sja12 \l 1057 ]

Keterangan

IW = Indeks Williamson

Fi = Jumlah penduduk kab/kota ke-i (jiwa)

(30)

yi = PDRB per kapita kab/kota ke-i (rupiah)

Ӯ = PDRB per kapita rata-rata Provinsi Kalimantan Selatan

Hasil pengukuran dari nilai Indeks Williamson ditunjukkan oleh

angka 0 sampai angkai 1 atau 0 < IW < 1. Jika nilai IW mendekati angka 0

maka semakin kecil ketimpangan pembangunan ekonomi dan jika nilai IW

mendekati angka 1 maka semakin melebar ketimpangan pembangunan

ekonomi [ CITATION Sja12 \l 1057 ]

4.6 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

menggunakan data time series selama tujuh tahun yaitu dari tahun 2010-2016 yang diperioleh secara tidak langsung melalui media perantara dari dinas-dinas

maupun data secara online dari situs yang berwenang. Dengan menggunakan

metode pengumpulan data dokumentasi. Dokumen yang dimaksud meliputi data

pertumbuhan ekonomi, luas wilayah, dan jumlah penduduk

4.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model regresi yang

digunakan untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PE), Luas

Wilayah (LW), dan Jumlah Penduduk (JP) terhadap Ketimpangan Pembangunan

Ekonomi (Iw) dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square). Analisis data

digunakan untuk menyederhanakan data yang telah diperoleh kedalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, pada penelitian ini menggunakan

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Suryana, M. (2000). Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan. Jakarta: Salemba Empat.

Gujarati, D. (2003). Ekonometrika Dasar (Terjemahan Sumarno Zain).

Jakarta.

Kuncoro, M. (2004). Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga.

M.L, J. (2010). The Economics of Development and Planning. Dalam D.Guritno, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (hal. 97). Jakarta: Rajawali Pers.

Saefulhakim Rustiadi, S. d. (2009). Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia. Sjafrizal. (2012). Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: Rajawali

Pers.

Sukirno, S. (2006). Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Todaro, M. P. (2011). Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga Edisi 11.

Gambar

Gambar 1.1Sumber : Wikipedia
Tabel 1.1. PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Atas Dasar
Tabel 1.2Luas wilayah 13 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan selatan
Tabel 1.3Jumlah Penduduk di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Diduga luas lahan, tenaga kerja dan intensifikasi memberikan sumbangan secara nyata baik secara simultan maupun secara parsial terhadap produksi tanaman pangan.. Adapun dari

Bagaimana hubungan korelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi (luas wilayah, kepadatan penduduk, tingkat pengangguran terbuka) dengan jumlah penduduk miskin di

Dari hasil regresi persamaan III, besarnya pengaruh langsung ( direct effect ) variabel jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan, dan

Berdasarkan dari hasil uji F, secara serempak variabel pendapatan asli daerah, inflasi, dan upah minimum regional berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan di

Sedangkan nilai pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat ketimpangan pendapatan di Jawa Tengah tahun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, variabel ukuran perusahaan, kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan dan reputasi auditor berpengaruh terhadap opini audit

Mendapatkan model laju pertumbuhan penduduk seluruh kecamatan di Kota Semarang dan faktor yang berpengaruh secara signifikan menggunakan GWLR dengan pembobot fungsi

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara luas wilayah, kepadatan penduduk, tingkat pengangguran, tingkat pendidikan, lapangan usaha dan pengeluaran riil