• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Degradasi Lingkungan (Melalui Degradasi Hutan) Di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Degradasi Lingkungan (Melalui Degradasi Hutan) Di Sumatera Utara"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

DEGRADASI LINGKUNGAN (MELALUI DEGRADASI

HUTAN) DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

Irwin Nico W. P. Hutapea 060501099

Ekonomi pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

ABSTRACT

Each year the environmental degradation in Indonesia, particularly in view of North Sumatera which is marked by an increase in both forest degradation caused by economic activity and naturally. Based on this, researchers interested in conducting research that related with the above phenomena, entitled "Analysis of Factors Affecting Environmental Degradation (Through a Degradation of Forest) in North Sumatera."

This research aims to look at the situation and environmental degradation and the factors that influence it either directly or indirectly. Variables used in the research, namely the total population, number of industries, agriculture area, plantation area, and economic growth are seen from the GDRP.

This study uses secondary data from the years 2001-2008 using panel data, using cross section data and time series by using analytical tools to process the data, using Eviews 5.1.

The research results showed the total population, number of industries, agriculture area, and the plantation area directly affect economic growth. Total population, number of industries, agricultural area, and the plantation area directly affect the forest degradation. And total population, number of industries, agriculture area, vast estates indirectly influence the degradation of forests through economic growth. In total, the total population, number of industries, agricultural area, and the plantation area affected the degradation of forest through economic growth.

(3)

ABSTRAK

Setiap tahunnya terjadi degradasi lingkungan hidup di Indonesia, terkhusus di Sumatera Utara yang ditandai dengan adanya peningkatan degradasi hutan baik yang disebabkan oleh kegiatan ekonomi maupun secara alami. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan fenomena di atas, dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Degradasi Lingkungan (Melalui Degradasi Hutan) di Sumatera Utara”.

Penelitan ini bertujuan untuk melihat keadaan dan degradasi lingkungan hidup serta faktor-faktor yang mempengaruhinya baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitain ini, yaitu jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan, dan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari PDRB.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari tahun 2001-2008 dengan menggunakan metode Panel data, yaitu dengan menggunakan data cross section dan time series dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data, yaitu dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasil peneltian menunjukkan jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan secara langsung berpengaruh terhadap degradasi hutan. Dan jumlah penduduk, jumlah industri, luas laha pertanian, luas lahan perkebunan secara tidak langsung berpengaruh terhadap degradasi hutan melalui pertumbuhan ekonomi. Secara total, jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan berpengaruh terhadap degradasi hutan melalui pertumbuhan ekonomi.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia serta kemurahan hati-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Degradasi Lingkungan (Melalui Degradasi Hutan) di Sumatera Utara”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Ayahanda M. Hutapea dan Ibunda tercinta R. Br. Sirait yang selama ini telah banyak memberikan semangat, materi, dan doa yang tak pernah putus yang selalu membimbing penulis dalam setiap langkah. Dan kepada keluarga besar yang banyak memberikan dorongan dan bantuan yang tidak tenilai khususnya kakak dan abang penulis (K’Ola, B’David, K’Ami, K’Anti, Lae H. Sitorus dan Lae S. H. Nahampun), dan kepada semua pihak yang mendukung dalam penyelesaian skripsi ini terutama kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec sebagai ketua Departemen Ekonomi Pembanganan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberi inspirasi, bersedia meluangkan waktu, memberikan masukan dan bimbingan dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

(5)

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Ekonomi terkhusus

Departemen Ekonomi Pembangunan atas pengajaran, bimbingan, dan bantuannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Sahabat-sahabat terbaik penulis yang selalu memberikan dorongan semangat kepada penulis serta memberikan arti penting persahabatan, yaitu Shining Grace (Andry, Gopid, Jandri, Alfred, Khaty) dan Valentine “I.C.” (seorang spesial) yang telah menemani dan banyak memberikan dorongan serta semangat buat Penulis. Serta teman-teman Penulis di Naposo Bulung HKBP Lubukpakam.

7. Teman-teman seperjuangan Penulis di Ekonomi Pembangunan Stambuk 2006, terkhusus buat Arisandi, Albert, Andreas, Samuel, Natalin, Derma, Valentina, Adit, Laju, Christin yang telah banyak membantu penulis dan memberikan sumbangan ide.

Dalam berbagai betuk penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, hal ini karena masih kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam pencapaian kesempurnaan skripsi ini pada masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terkira dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Mei 2010 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Hutan ... 9

2.1.1. Pengertian Hutan dan Degradasi Hutan ... 9

2.1.2. Fungsi Hutan ... 10

2.1.3. Jenis-Jenis Hutan ... 11

2.1.4. Penyebab Kerusakan Hutan ... 13

2.2. Penduduk ... 15

2.2.1. Pertumbuhan Penduduk ... 15

2.2.2. Teori Pertumbuhan Penduduk ... 16

2.2.3. Interaksi Kependudukan dan Lingkungan Hidup ... 17

2.3. Industri ... 18

2.3.1. Pengertian Industri ... 18

2.3.2. Klasifikasi Industri ... 19

2.3.3. Hubungan Industri Dengan Lingkungan Hidup ... 24

2.4. Pertanian ... 25

2.4.1. Klasifikasi Sektor Pertanian ... 25

2.4.2. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian ... 26

2.4.3. Hubungan Pertanian Dengan Pertumbuhan Ekonomi dan Lingkungan Hidup ... 26

2.5. Perkebunan ... 28

2.5.1. Pengertian Perkebunan ... 28

2.5.2. Klasifikasi Perkebunan ... 28

2.5.3. Hubungan Perkebunan Dengan Lingkungan Hidup ... 29

2.6. Teori Pertumbuhan Ekonomi... 30

2.6.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 30

2.6.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 31

2.6.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ... 35

(7)

2.7. Penelitian Sebelumnya ... 37

2.8. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 39

2.8.1. Kerangka Konseptual ... 39

2.8.2. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 41

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 42

3.3. Pengolahan Data ... 42

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.5. Model Analisis Data ... 43

3.6. Metode Analisis Data Panel ... 45

3.6.1. Pendekatan Pooled Least Square (PLS) ... 46

3.6.2. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM) ... 46

3.6.3. Pendekatan Random Effect Model (REM) ... 47

3.7. Pendapat Pakar Pemilihan Model (FEM atau REM) ... 47

3.8. Analisis Jalur (Path Analysis) ... 48

3.8.1. Direct Effect/Pengaruh Secara Langsung ... 48

3.8.2. Indirect Effect/Pengaruh Secara Tidak Langsung ... 49

3.8.3 Total Effect/Pengaruh Total ... 50

3.9. Test of Goodness Fit (Uji Kesesuaian) ... 51

3.9.1. Koefisien Determinasi (R-Square) ... 51

3.9.2. Uji t-statistik ... 52

3.9.3. Uji F-statistik (Uji Serempak) ... 52

3.10. Definisi Operasional... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskriptif Daerah Penelitian ... 56

4.2. Analisis Hasil Penelitian ... 75

4.2.1. Pendapat Pakar Pemilihan Model (FEM atau REM) .. 75

4.2.2. Model Persamaan I ... 75

4.2.3 Model Persamaan II... 77

4.2.4. Model Persamaan III ... 79

4.2.5 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)... 87

4.2.5.1. Koefisien Determinasi (R-Square) ... 87

4.2.5.2. Uji t-statistik ... 88

4.2.5.3. Uji F-statistik (Uji Serempak) ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 110

5.2. Saran ... 111

(8)

DAFTAR TABEL

No. Table Judul Halaman

2. : Penggolongan Industri Menurut ISIC 23 4.1. : Daftar Kabupaten/Kota Sumatera Utara 58 4.2 : Perkembangan Luas Hutan 18 Kabupaten

di Sumatera Utara 2001-2008 (Ha) 60 4.3. : Perkembangan Jumlah Penduduk 18 Kabupaten

Di Sumatera Utara 2001-2008 (Jiwa) 62 4.4. : Jumlah Industri Besar dan Sedang 18 Kabupaten

di Sumatera Utara 2001-2008 (Unit) 64 4.5. : Luas Lahan Panen Padi Sawah dan Ladang

18 Kabupaten di Sumatera Utara 2001-2008

(Ha) 65

4.6. : Perkembangan Luas Tanaman Perkebunan Rakyat 18 Kabupaten di Sumatera Utara

2001-2008 (Ha) 68

4.7. : Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Atas Dasar

Harga Konstan 2000 (milyar rupiah) 70 4.8. : Perkembangan Produk Domestik Regional

Bruto Sumatera Utara menurut Lapangan Usaha

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2. : Kerangka Konseptual Penelitian 38 3.1. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik 51

3.2. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji F-statistik 53

4.1. : Indirect Effect Model Persamaan III 79 4.2. : Total Effect Model Persamaan III 82 4.3. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X1 Model Persamaan I 86 4.4. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X2 Model Persamaan I 88 4.5. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X3 Model Persamaan I 89 4.6. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X4 Model Persamaan I 90 4.7. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X1 Model Persamaan II 92 4.8. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-statistik X2 Model Persamaan II 93 4.9. : Kurva Pengambilan Keputusan

(10)

4.16. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji F-statistik Model Persamaan I 103 4.17. : Kurva Pengambilan Keputusan

Uji F-statistik Model Persamaan II 104 4.18. : Kurva Pengambilan Keputusan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

1 Hasil Regresi Model Persamaan I REM 2 Hasil Regresi Model Persamaan II REM 3 Hasil Regresi Model Persamaan III REM

(12)

ABSTRACT

Each year the environmental degradation in Indonesia, particularly in view of North Sumatera which is marked by an increase in both forest degradation caused by economic activity and naturally. Based on this, researchers interested in conducting research that related with the above phenomena, entitled "Analysis of Factors Affecting Environmental Degradation (Through a Degradation of Forest) in North Sumatera."

This research aims to look at the situation and environmental degradation and the factors that influence it either directly or indirectly. Variables used in the research, namely the total population, number of industries, agriculture area, plantation area, and economic growth are seen from the GDRP.

This study uses secondary data from the years 2001-2008 using panel data, using cross section data and time series by using analytical tools to process the data, using Eviews 5.1.

The research results showed the total population, number of industries, agriculture area, and the plantation area directly affect economic growth. Total population, number of industries, agricultural area, and the plantation area directly affect the forest degradation. And total population, number of industries, agriculture area, vast estates indirectly influence the degradation of forests through economic growth. In total, the total population, number of industries, agricultural area, and the plantation area affected the degradation of forest through economic growth.

(13)

ABSTRAK

Setiap tahunnya terjadi degradasi lingkungan hidup di Indonesia, terkhusus di Sumatera Utara yang ditandai dengan adanya peningkatan degradasi hutan baik yang disebabkan oleh kegiatan ekonomi maupun secara alami. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan fenomena di atas, dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Degradasi Lingkungan (Melalui Degradasi Hutan) di Sumatera Utara”.

Penelitan ini bertujuan untuk melihat keadaan dan degradasi lingkungan hidup serta faktor-faktor yang mempengaruhinya baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitain ini, yaitu jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan, dan pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari PDRB.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari tahun 2001-2008 dengan menggunakan metode Panel data, yaitu dengan menggunakan data cross section dan time series dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data, yaitu dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasil peneltian menunjukkan jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan secara langsung berpengaruh terhadap degradasi hutan. Dan jumlah penduduk, jumlah industri, luas laha pertanian, luas lahan perkebunan secara tidak langsung berpengaruh terhadap degradasi hutan melalui pertumbuhan ekonomi. Secara total, jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan berpengaruh terhadap degradasi hutan melalui pertumbuhan ekonomi.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumber daya alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya yang termasuk ke dalam sumber daya terbarukan dan tidak terbarukan. Namun demikian, harus kita sadari bahwa sumber daya tersebut memiliki keterbatasan di dalam banyak hal, baik itu dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Dari segi kualitas, manusia dan sumber daya alam lingkungan memiliki kaitan yang erat. Ada kalanya, keadaan lingkungan menentukan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, ada pula aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi keadaan kualitas lingkungan.

(15)

tersebutlah yang menjadi salah satu permasalahan hidup yang kita alami sekarang, yaitu kerusakan atau penurunan (degradasi) kualitas lingkungan.

Kerusakan atau degradasi lingkungan adalah penurunan baik secara kuantitas maupun kualitas kondisi lingkungan. Hampir semua degradasi atau kerusakan lingkungan hidup dunia yang terjadi sekarang ini terutama sekali diakibatkan oleh dua kelompok manusia. Yang pertama adalah orang-orang paling kaya, sedangkan yang kedua adalah orang-orang yang paling miskin (Nafis Sadik, 1991).

Degradasi lingkungan salah satunya dapat dilihat dari kerusakan atau penyusutan luas areal hutan. Banyaknya alih fungsi hutan menjadi areal industri dan pengggunaan lainnya adalah penyebab terjadinya degradasi lingkungan. Jika kita cermati, hutan adalah salah satu parameter yang mampu menstabilkan kondisi bumi kita. Hutan juga merupakan sumber daya alam yang berperan dalam menjaga, mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air dan kesuburan tanah yang menjadi urat nadi dari kehidupan manusia. Sumatera Utara termasuk provinsi yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas di Indonesia.

(16)

Akibatnya, kerusakan hutan atau lingkungan yang tidak terkendali tersebut mengakibatkan degradasi hutan semakin meningkat, lahan kritis semakin bertambah, dan sering terjadi bencana alam seperti banjir, tanah longsor yang menelan korban, harta dan jiwa yang tidak sedikit, terjadinya kebakaran dan kekeringan, dan lain sebagainya. Hal ini merupakan tantangan bagi semua pihak untuk mencari akar permasalahan dan solusi pemecahannya. Pembalakan liar, pembukaan lahan pertanian dan perkebunan, pembukaan pemukiman baru, transmigrasi, dan pemberlakuan izin HPH dan lain sebagainya, disinyalir merupakan penyebab rusaknya kawasan hutan dan meningkatkan degradasi luas hutan di Sumatera Utara.

(17)

dikarenakan semakin dibutuhkannya kawasan untuk pemukiman penduduk yang semakin bertambahn banyak.

Sektor industri yang dilihat dari peningkatan jumlah industri juga mengalami peningkatan di mana pada tahun 1990 banyaknya jumlah industri besar dan sedang yang ada di Sumatera Utara adalah 963 unit, pada tahun 2001 sebanyak 959 unit, dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 1.144 unit. Keberadaan industri memberikan pengaruh yang besar terhadap penurunan atau degradasi kualitas lingkungan hidup yang dapat dilihat dari kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat limbah yang dihasilkan oleh industri, selain itu juga dapat mengakibatkan degradasi luas lahan hutan akibat lahan hutan yang digunakan untuk pembangunan industri.

(18)

Sektor pertanian dan subsektor perkebunan juga dapat menjadi faktor yang mengakibatkan semakin bertambahnya degradasi lingkungan yang dilihat dari luas hutan. Sektor pertanian dan subsektor perkebunan di Sumatera Utara yang semakin meningkat mendorong agar semakin ditingkatkan terus sehingga akan mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Untuk mancapai hal tersebut maka semakin diperlukan pembukaan lahan baru untuk untuk sektor pertanian dan subsektor perkebunan tersebut. Pada tahun 2001, luas lahan pertanian yang diukur melalui luas panen produksi padi sawah dan ladang adalah seluas 804.194 Ha dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan. Sedangkan lahan untuk subsektor perkebunan yang diukur melalui luas perkebunan rakyat, pada tahun 2001 seluas 807.560 Ha dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan. Kondisi yang terjadi tersebut memerlukan perhatian khusus dari pemerintah daerah dan juga dukungan dari seluruh masyarakat Sumatera Utara.

(19)

Suatu proses pembangunan baru bisa dikatakan berkesinambungan apabila stok modal total tetap atau meningkat dari waktu ke waktu. Hal penting yang terkandung secara implisit di dalam pernyataan tersebut adalah kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi di masa mendatang dan kualitas kehidupan manusia secara keseluruhan sangat ditentukan oleh kualitas lingkungan hidup yang ada pada saat ini. Dalam menjalankan pembangunan yang berkelanjutan maka diperlukan modal guna mendukung terlaksananya pembangunan tersebut tetapi dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan hidup. Adapun yang menjadi modal pembangunan tersebut adalah ilmu pengetahuan dan teknologi, pabrik dan prasarana pembangunan serta sumber daya alam baik yang bersifat terbarukan dan tidak terbarukan. Pemerintah dalam hal ini telah memberikan anggaran lingkungan, namun hal ini tetap tidak bisa memperbaiki lingkungan yang telah rusak ataupun tercemar dan habis. Kondisi ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dari para pengusaha dan juga masyarakat akan pentingnya lingkungan hidup khusunya keberadaan hutan.

Akibat dari pembangunan yang masih belum memperhatikan lingkungan dan sumber daya alamnya serta keberadaan hutan yang semakin sempit menyebabkan banyaknya bencana alam yang terjadi dan semakin tingginya polusi atau pencemaran, baik itu pencemaran air, udara, tanah, dan suara.

(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Apakah jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi?

2. Apakah jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan secara langsung berpengaruh terhadap degradasi hutan? 3. Apakah jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas

lahan perkebunan secara tidak langsung berpengaruh terhadap degradasi hutan melalui pertumbuhan ekonomi?

4. Bagaimana pengaruh direct effect, indirect effect, dan total effect variabel jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan terhadap degradasi hutan melalui pertumbuhan ekonomi?

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan terhadap degradasi hutan di Sumatera Utara.

(21)

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, terutama bagi mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai masukan bagi kalangan akademisi dan peneliti yang tertarik

membahas kondisi lingkungan hidup.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Hutan

2.1.1. Pengertian Hutan dan Degradasi Hutan

Hutan dapat didefinisikan sebagai asosiasi masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang didominasi oleh pohon-pohonan dengan luasan tertentu sehingga dapat membentuk iklim mikro dan kondisi ekologi tertentu.

Berdasarkan UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, mendefinisikan hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati dan didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

Dari definisi hutan diatas, terdapat unsur-unsur yang meliputinya yaitu: 1. Suatu kesatuan ekosistem.

2. Berupa hamparan lahan.

3. Berisi sumber daya alam hayati beserta alam lingkungannya yang tidak

dapat dipisahkan yang satu dengan yang lainnya. 4. Mampu memberi manfaat secara lestari.

(23)

lainnya mendefinisikan hutan yang terdegradasi sebagai suatu keadaan di mana fungsi ekologis, ekonomis dan sosial hutan tidak terpenuhi.

Hutan merupakan sumber daya biologis yang terpenting di atas bumi dengan sifat-sifat sebagai berikut :

• Hutan merupakan tipe tumbuhan yang terluas distribusinya dan

mempunyai produktivitas yang tertinggi dengan luas areal sekitar 22% dari luas daratan di bola bumi ini, walaupun ada kecenderungan untuk semakin berkurang.

• Hutan mencakup kehidupan seperti tumbuhan dan hewan, serta bukan

kehidupan seperti sinar, air, panas, tanah, dan sebagainya yang bersama-sama membentuk struktur biologis dan fungsi kehidupan.

• Regenerasi hutan sangat cepat dan kuat dibanding dengan sumber daya

alam lainnya. Permudaan hutan dapat secara alami maupun dengan campur tangan manusia.

• Hutan disamping menyediakan bahan mentah bagi industri dan bangunan,

juga melindungi dan memperbaiki lingkungan dan ekologi.

2.1.2. Fungsi Hutan

(24)

• Mengatur tata air, mencegah dan membatasi air, erosi serta memelihara

kesuburan tanah.

• Menyediakan hasil hutan untuk keperluan masyarakat pada umumnya dan

khususnya untuk keperluan pembangunan industri dan ekspor sehingga menunjang pembangunan ekonomi nasional pada umumnya.

• Melindungi suasana iklim dan memberi daya pengaruh yang baik.

• Memberikan keindahan alam pada umumnya dan khususnya dalam bentuk

cagar alam, suaka margasatwa, taman perburuan dan taman wisata, seta sebagai laboratorium untuk ilmu pengatahuan, pendidikan dan pariwisata.

2.1.3. Jenis-Jenis Hutan

Berdasarkan fungsinya, hutan dapat digolongkan menjadi beberapa macam:

• Hutan lindung adalah kawasan hutan yang karena sifat-sifat alamnya

diperuntukkan guna pengaturan tata air dan pencegahan bencanan banjir dan erosi, serta untuk pemeliharaan kesuburan tanah.

• Hutan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan guna

memproduksi hasil hutan untuk keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk pembangunan, industri dan ekspor. Hutan produksi dapat dibagi lagi menjadi:

1. Hutan produksi dengan penebangan terbatas, yaitu hutan produksi

yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih; dan

(25)

maupun dengan cara tebang habis disertai dengan pembibitan alam atau dengan pembibitan buatan.

• Hutan suaka alam adalah kawasan hutan yang karena sifatnya yang khas

diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati lainnya antara lain dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu :

1. Hutan suaka alam yang berhubungan dengan keadaan alamnya yang khas, termasuk alam hewani dan alam nabati yang perlu dilindungi untuk keperluan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang selanjutnya disebut cagar alam; dan

2. Hutan suaka alam yang ditetapkan sebagai suatu tempat hidup

margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu pengetahuandan kebudayaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan nasional yang kemudian disebut suaka margasatwa.

• Hutan wisata adalah kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus

untuk dibina dan dipelihara guna kepentingan pariwisata atau perburuan, yaitu:

1. Hutan wisata yang memiliki keindahan alam baik keindahan nabati,

keindahan hewani, maupun keindahan alamnya sendiri memiliki corak yang khas untuk dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan kebudayaan. Hutan seperti ini disebut sebagai taman wisata.

(26)

2.1.4. Penyebab Kerusakan Hutan Kerusakan hutan terutama disebabkan : 1. Sistem perladangan berpindah

Sistem ini dilakukan oleh penduduk yang tinggal dikawasan atau dipinggir hutan. Pertanian dilakukan dengan cara yang masih sangat sederhana, yaitu dengan cara menebang pohon lalu dikeringkan dan kemudian dibakar. Selanjutnya tanah yang merupakan lahan pertanian tidak diolah, melainkan langsung ditanami. Lahan pertanian ini dimanfaatkan hanya dalam jangka waktu 3-4 tahun. Jika sudah tidak diolah lagi sebagai lahan pertanian, maka akan ditinggalkan. Pada dasarnya sistem perladangan berpindah tidak berdampak negatif terhadap lingkungan karena luas lahan yang dibuka relatif sempit, yaitu berkisar 2-3 hektar. Akan tetapi, karena penduduk bertambah terus dan teknologi sudah mulai berkembang, maka degradasi luas hutan Sumatera Utara semakin tinggi dan bertambah parah kondisinya.

2. Perambahan Hutan

Perambahan hutan adalah pemanfaatan kawasan hutan secara ilegal oleh masyarakat untuk digunakan sebagai lahan usaha pertanian dan pemukiman. Masyarakat yang merambah hutan disebut sebagai peramabah hutan. Perambah hutan tidak selalu bermukim di areal hutan yang dirambah, tetapi ada yang tinggak di luar kawasan hutan. Pada umumnya perambahan hutan dilakukan oleh penduduk karena jumlah penduduk yang semakin bertambah namun jumlah lahan tetap, sehingga banyak penduduk yang tidak memiliki lahan.

(27)

Hak Pengusahaan Hutan atau disingkat HPH adalah izin yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk kegiatan tebang pilih di hutan alam selama periode tertentu, pada umumnya 20 tahun dan diperbaharui untuk satu periode selanjutnya, pada umumnya 20 tahun lagi. Pemberian izin HPH ini memberikan kontribusi positif dalam hal penerimaan negara namun di sisi lain izin HPH juga meninggalkan satu permasalahan baru, yaitu keruakan hutan, persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang mengatur pengusahaan hutan tidak dilaksanakan sehingga kayu hutan dibabat habis. Kerusakan hutan terkait dengan pengusahaan hutan ini antara lain disebabkan karena kurangnya pengawasan, mentalitas dan integritas pengawasan yang buruk, pengusaha kurang bertanggung jawab dan sikap pengusaha yang tidak peduli pada lingkungan.

4. Bencana Alam

(28)

hutan. Sayangnya banyak kegiatan itu tidak dikelola dengan baik sehingga menyebabkan kerusakan dan meningkatkan laju degradasi hutan.

2.2. Penduduk

2.2.1. Pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan penduduk Sumatera Utara yang pesat dipastikan akan menimbulkan berbagai masalah lingkungan hidup terutama masalahnya terhadap tingkat degradasi hutan yang tinggi. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali menimbulkan masalah dalam penyediaan lahan untuk pemukiman dan untuk usaha, fasilitas pelayanan sosial (pendidikan, rumah ibadah, kesehatan, air bersih, dan transportasi), serta masalah sosial ekonomi dan masalah sosial budaya lainnya. Tingkat pertumbuhan penduduk di Sumatera Utara yang tinggi menyebabkan kebutuhan akan lahan semakin meningkat.

(29)

2.2.2. Teori pertumbuhan penduduk 2.2.2.1. Teori Malthus

Pelopor dalam pembahasan masalah penduduk secara lebih mendalam dan dianggap sebagai ilmu pengetahuan kependudukan atau demografi adalah Thomas Robert Malthus (1766-1834) yang datang pada abad ke 18. Ia menulis sebuah karangan berjudul “An Essay On The Principal of Population, as Its Efects The Future Improvement of Society”. Menurut Malthus, sebab utama timbulnya kemiskinan dan kemelaratan bukan semata-mata karena organisasi masyarakat yang salah tetapi karena adanya ketidakselarasan yang selalu ada antara jumlah penduduk dan kebutuhan hidup yang tersedia. Pendapat ini dibuat berdasarkan dua gagasan utama, yaitu :

1. Manusia selalu memerlukan sandang dan pangan untuk kebutuhan hidup. 2. Nafsu seksual antara dua jenis kelamin akan selalu ada dan tidak akan

berubah sifatnya.

Kekuatan penduduk untuk bertambah adalah lebih besar daripada kesanggupan bumi untuk menyediakan atau menghasilkan kebutuhan hidup.

(30)

hutan yang tersedia, di mana lingkungan hidup dan kekayaan hutan diperas dan dikuras untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sebagai akibatnya lingkungan hidup semakin berkurang kemampuan atau produktivitasnya. Apabila keadaan ini berjalan terus-menerus maka tentu saja akan merugikan daerah itu sendiri dan secara tidak langsung juga mempengaruhi keadaan lingkungan yang lebih luas lagi (Lubis dikutip dari Ritonga : 2003 ; 28).

2.2.2. Interaksi Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Penduduk dan lingkungan hidup berkaitan erat. Keprihatinan tentang masalah kependudukan di Sumatera Utara sebetulnya telah lama dirasakan. Sekarang keprihatinan itu telah meningkat kembali setelah kita sendiri menjadi lebih sadar tentang berbagai dampak pertumbuhan penduduk yang tak terkendalikan di daerah kita. Bersamaan dengan meningkatnya kesadaran lingkungan hidup, telah meningkat pula kesadaran tentang kaitan antara lingkungan dengan asprk kependudukan. Untuk menangggapi masalah kerusakan lingkungan hidup, termasuk masalah degradasi hutan, pola hidup penduduk harus berubah sehingga tumbuh masyarakat yang mampu menopang suatu pembangunan yang dapat memperbaiki mutu kehidupan manusia dengan tetap berusaha tidak melampaui kemampuan ekosistem yang mendukung kehidupannya. Untuk menumbuhkan masyarakat yang seperti itu, perlu dikembangkan prinsip etika (prinsip pertama dati prinsip-prinsip berkelanjutan). Adapun prinsip-prinsip berkelanjutan, yaitu :

(31)

2. Prinsip melestarikan vitalitas dan keanekaragaman bumi agar

pembangunan bisa berlanjut.

3. Prinsip minimalisasi penciutan sumber daya alam yang tidak diperbarui. 4. Prinsip mengindahkan daya dukung lingkungan.

Pertumbuhan peduduk dunia yang cukup tinggi (dua persen pertahun), sampai demikian jauh telah memberikan dampak negatif kepada alam sekitar. Jelas kiranya pertumbuhan yang bertambah itu menurut jumlah kebutuhan hidup yang terus meningkat, padahal bumi kita sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan perlu dicetak sawah, ladang baru dengan membuka lahan (Lubis, dikutip dari Ritonga : 2003 ; 98)

2.3. Industri

2.3.1. Pengertian Industri

Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang sangat penting. Melalui kegiatan industri akan dihasilkan berbagai kebutuhan manusia, mulai dari alat-alat sederhana sampai peralatan modern. Dengan demikian, pada dasarnya kegiatan industri lahir untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pada awalnya kegiatan industri masih sangat sederhana dan terbatas, yaitu hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan lingkup yang terbatas, namun seiring berjalannya waktu kegiatan industri semakin berkembang bahkan berkembang pesat.

(32)

kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau menjadi barang jadi, kemudian barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya dan sifatnya lebih kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah perusahaan yang melakukan kegiatan jasa industri dan pekerja praktisan (assembling). Sedangkan dalam arti luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan bidang ekonomi yang bersifar produktif. ( BPS tahun 2005).

Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1984, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi atau barang jadi dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk rancang bangunan dengan rekayasa industri.

Dikemukakan Dumairy (1996), industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan perusahaan-perusahaan kertas. Kedua, industri adalah sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau setengah jadi.

Menurut G. Kartasapoetra (1997), yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, dan bahan setengah jadi menjadi barang yang nilainya lebih tinggi.

2.3.2. Klasifikasi Industri

(33)

Perkembangan ekonomi masing-masing daerah tentu saja akan turut mewarnai kemajemukan yang dimaksud diatas.

Industri dapat diklasifikasikan dalam tipe-tipe tertentu berdasarkan SK Menteri Perindustrian No. 19/M/1986 :

A. Menurut lokasinya, industri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Industri Perkotaan, merupakan industri yang terletak dalam jarak yang

dekat dengan daerah metropolitan atau kota besar. Sehingga dengan adanya kepadatan penduduk yang cukup tinggi di kota metropolitan atau kota besar dapat dimanfaatkan sebagai sumber tenaga kerja bagi industri tersebut.

2. Industri semi perkotaan, merupakan industri yang terletak di ibukota

kabupaten, jadi diantara daerah perkotaan dan kecamatan.

3. Industri pedesaan, merupakan kawasan industri yang terletak di ibukota kecamatan yang penduduknya dapat dikatakan cukup besar.

B. Fungsi atau aktivitas di dalamnya

Menurut fungsinya, indutri dapat dikelompokkan dengan mengingat kegiatan yang dilakukan industri yang menggunakan kawasan tersebut menurut fungsinya, industri dapat dikelompokkan atas :

1. Industri majemuk, yakni industri yang melakukan berbagai macam kegiatan industri.

2. Industri permodalan, yaitu industri atau perusahaan yang umumnya

(34)

3. Industri khusus, yaitu perusahaan yang bergerak dalam satu kegiatan yang

sejenis atau menghasilkan produk yang sama. C. Golongan/macam industri berdasarkan jumlah modal :

1. Industri padat modal, yaitu industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya. 2. Industri padat karya, yaitu industri yang lebih dititikberatkan pada

sejumlah tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.

D. Jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja :

1. Industri rumah tangga, yaitu industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.

2. Industri kecil, yaitu industri yang jumlah karyawan /tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.

3. Industri sedang atau menengah, yaitu indstri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 20—99 orang.

4. Industri besar, yaitu industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja antara

100 orang atau lebih.

E. Jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan :

(35)

2. Industri sekunder, yaitu industri yang bahan mentah diolah sehingga

menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali. Contohnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektornik, dan sebagainya.

3. Industri tersier, industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa. Contohnya seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnnya.

Pengelompokan lain kegiatan industri dibuat berdasarakan jenis komoditi utama yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan. Disini secara garis besar kegiatan industri dikelompokkan menjadi :

a. Industri makanan, minuman dan tembakau b. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit

c. Industri kayu dan barang dari kayu termasuk alat-alat rumah tangga d. Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan e. Industri kimia dan bahan-bahan dari kimia, minyak bumi, batu bara, karet

dan plastik

f. Industri barang galian bukan logam kecuali minyak bumi, batu bara dan

logam

g. Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya h. Industri pengolahan lainnya

(36)

Tabel 2.

Penggolongan industri menurut ISIC

Kode

Kelompok Industri

31

Industri makanan, minuman, dan tembakau

32

Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit

33

Industri kayu dan barang-barang dari kayu, temasuk perabotan rumah tangga

34

Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan

35

Industri kimia dan barang-barang dari kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan plastik

36

Industri barang galian bukan logam, kecuali minya bumi dan batu bara

37

Industri logam dasar

38

Industri barang dari logam, mesin, dan peralatan

39

Industri pengolahan lainnya

Sumber : Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Untuk keperluan perencanaan anggaran negara dan analisis pembangunan, pemerintah membagi sektor pengolahan menjadi tiga subsektor, yaitu :

1. Subsektor industri pengolahan non migas 2. Subsektor pengilangan minyal bumi 3. Subsektor pengolahan gas alam cair

Sedangkan untuk keperluan pengembangan sektor industri itu sendiri serta berkaitan dengan administrasi departemen perindustrian dan perdagangan, digolongkan atas hubungan arus produksi, yaitu :

1. Industri Hulu, yang terdiri dari

• Industri kimia dasar

• Industri mesin, logam dasar dan elektronika

2. Industri Hilir, yang tediri dari :

• Aneka industri

(37)

2.3.3. Hubungan Industri dengan Lingkungan Lidup

Kegiatan produksi baik disektor industri ataupun pabrik, di sektor pertanian, maupun di sektor jasa akan memberikan hasil atau output berupa barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Semakin banyak jumlah penduduk, lebih-lebih disertai dalam taraf hidup yang tercermin pada penigkatan pendapatan per kapita, akan dituntut banyak barang dan jasa yang harus disediakan. Kegiatan produksi di berbagai sektor akan semakin dalam menghasilkan dalam menghasilkan alat pemuas kebutuhan yang lebih banyak berupa barang dan jasa yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan per kapita suatu negara. (Suparmoko: 1997;46)

(38)

2.4. Pertanian

Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi khususnya negara-negara dunia ke tiga termasuk Indonesia, sebab sebagian penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian yang relatif lebih ‘labour intensive’ memungkinkan menjadi pemasok tenaga kerja ke sektor modern. Di samping itu sektor pertanian bisa menjadi sumber modal bagi sektor modern (Sukanto: 1998; 65).

2.4.1. Klasifikasi Sektor Pertanian

Adapun pembagian bidang-bidang pertanian adalah sebagai berikut : 1. Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit.

2. Perkebunan (termasuk di dalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar) 3. Kehutanan

4. Peternakan

5. Perikanan (dalam perikanan dikenal lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut) (Mubyarto: 1989; 15).

(39)

buah-buahan terdir dari alpukat, mangga, jeruk, rambutan, durian, salak, pisang, nenas, manggis, nangka, sirsak, dan belimbing.

2.4.2. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian

Menurut Musher (Mubayarto: 1989; 195), pembangunan pertanian memiliki syarat mutlak dan syarat pelancar dalam kegiatannya. Syarat mutlak pembangunan pertanian adalah :

1. adanya pasar untukk hasil-hasil usaha tani 2. teknologi yang semakin berkembang

3. tersedianya bahan-bahan dan alat produksi secara lokal 4. adanya perangsang produksi bagi petani, dan

5. tersedianya pengangkutan yang lancar dan berkelanjutan.

Dan syarat-syarat pelancarnya adalah : 1. pendidikan pembangunan

2. kredit produksi

3. kegiatan gotong royong petani

4. perbaikan dan perluasan lahan pertanian 5. perencanaan nasional pembangunan pertanian.

2.4.3. Hubungan Pertanian Dengan Pertumbuhan Ekonomi Dan Lingkungan Hidup.

(40)

pertanian kita tidak bisa lepas dari lahan sebab pertanian ada dan tumbuh karena tersedianya lahan meskipun saat ini telah dirintis pertanian tanpa lahan denga teknologi dan sejenisnya, namun paling tidak sampai beberapa dekade lahan untuk pertanian masih dibutuhkan mengingat mahalnya teknologi tersebut.

Pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia, terkhusus di Sumatera Utara. Apabila pembangunan pertanian berhasil, maka pertumbuhan ekonomi juga akan merasakan imbasnya. Pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah pendayagunaan sumber daya pertanian secara optimal dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan, yaitu membangun sumber daya manusia aparatur profesional, petani mandiri dan kelembagaan pertanian yang kokoh, meningkatkan sumber daya pertanian secara berkelanjutan, memantapkan ketahanan dan keamanan pangan, meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian, menumbuhkembangkan usaha pertanian yang akan memacu aktivitas ekonomi pedesaan, serta membangun sistem manajemen pembangunan pertanian yang berpihak kepada petani (Sukanto: 1998; 65)

Dalam hubungannya dengan lingkungan, jumlah penduduk yang semakin banyak menilmbulkan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin bertambah. Untuk menjaga keberlangsungan hidupnya manusia butuh pangan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan perlu dicetak perladangan dan persawahan baru dengan jalan membuka hutan (Lubis dikutip dari Ritonga: 2003; 100).

(41)

seperti ini biasanya menghasilkan limbah berupa partikel-partikel sedimen yang ketika sawah atau lahan pertanian tersebut diairi, ikut terbawa ke perairan umum. Demikian pula untuk mempercepat pertumbuhan tanaman dan mencegah serangan hama, tanaman tersebut diberi pupuk dan penyemprotan dengan pestisida. Sementara, penggunaan pupuk dan pestisida tidak akan terpakai secara keseluruha. Sisanya akan terbuang ke lingkungan bersama-sama dengan partikel melalui saluran irigasi, mencapai sungai dan selanjutnya ke laut. Zat-zat sisa ini yang cenderung menjadi racun bagi biota lain dan merusak keseimbangan lingkungan (Supriharyono: 2007; 146).

2.5. Perkebunan

2.5.1. Pengertian perkebunan

Perkebunan didefinisikan sebagai segala bentuk kegiatan yang mengusahakan tanaman teretentu pada tanah atau media tumbuh lainnyam dalam ekosistem yang sesuai, termasuk mengolah dan menghasilkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan, dan manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pekebun dan masyarakat (Amanat UU Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan).

2.5.2. Klasifikasi perkebunan

1. Perkebunan rakyat, yaitu suatu usaha budi daya tanaman yang dilakukan oleh

(42)

nilam, tembakau, kemiri, tebu, pala, lada, kapuk, gambir, teh, aren, pinang, vanili, jahe, kapulaga, jambu mente, dan sereh wangi.

2. Perkebunan besar, yaitu suatu usaha budi daya tanaman yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta yang hasilnya seluruhnya untuk dijual dengan area pengusahaannya sangat luas. Perkebunan besar terdiri dari kelapa sawit, karet, coklat, teh, tembakau, kopi, dan tebu.

3. Perkebunan perusahaan inti rakyat (PIR), yaitu suatu usaha budi daya tanaman, di mana perusahaan besar (pemerintah atau swasta) bertindak sebagai inti dan rakyat sebagai plasma.

4. Perkebunan unit pelaksana proyek (perkebunan Pola UPP),yaitu perkebunan yang dalam pembinaannya dilakukan oleh pemerintah, sedangkan pengusahaannya tetap dilakukan oleh rakyat. Wikipedia Indonesia, 2009.

2.5.3. Hubungan Perkebunan Dengan Pertumbuhan Ekonomi

(43)

industri hilir perkebunan. Kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja menjadi nilai tambah sendiri, karena subsektor perkebunan menyediakan lapangan kerja di pedesaan dan daerah terpencil. Peran ini bermakna stratergis karena penyediaan lapangan kerja oleh subsektor berlokasi di perdesaan sehingga mampu mengurangi arus urbanisasi (Artikel Penelitian, Susila dan Goenadi 2004)

2.6. Teori Pertumbuhan Ekonomi

2.6.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan GNP/GDP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Pertumbuhan merupakan ukuran utama keberhasilan dari suatu pembangunan dan hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai lapisan paling bawah, baik dengan sendirinya atau dengan campur tangan pemerintah.

Pertumbuhan haruslah berjalan secara beriringan dan terencana dalam mengupayakan terciptanya kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan dengan lebih merata. Dengan demikian maka daerah yang miskin, tertinggal, tidak produktif akan menjadi produktif dan pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu sendiri. Strategi itu disebut ‘Redistribution With Growth’

(Sirojuzilam, 2005:5).

(44)

2.6.2. Teori pertumbuhan ekonomi

Teori-teori yang menentukan laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi di mana pandangan mereka banyak diarahkan kepada pembangunan di negara-negara berkembang. 1. Teori Klasik

Menurut pandangan Klasik, ada empat faktor penentu pertumbuhan ekonomi yakni : jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta teknologi yang digunakan. Para ekonom Klasik memberi perhatian yang besar pada pengaruh perkembangan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Smith, menyatakan pertumbuhan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi. Pertambahan penduduk akan memperluas pasar yang akan mempertinggi spesialisasi. Proses itu akan terus berlangsung secara kumulatif di mana spesialisasi akan meningkatkan produktivitas. Pendapat yang berbeda diberikan oleh Ricardo dan Malthus di mana mereka berpendapat bahwa perkembangan penduduk akan menciptakan stationary state. Jumlah penduduk yang semakin besar akan menurunkan pembangunan ke taraf yang lebih rendah dimana penduduk akan menerima upah yang hanya cukup untuk hidup (subsistence level).

2. Teori Schumpeter

(45)

akan memunculkan investasi sehingga perusahaan dapat menghasilkan lebih banyak produk. Schumpeter membagi investasi ke dalam investasi otonomi (autonomos investment) dan investasi terpengaruh (induced investment).

Investasi otonomi adalah penanaman modal yang ditimbumkan oleh kegiatan ekonomi yang timbul sebagai akibat kegiatan inovasi. Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang” atau “stationary state” (Jinghan: 2008; 25)

3. Teori Harood-Domar

Teori ini dikembangkan oleh Evsey Domar dan R. F. Harrod yang bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi agar pertumbuhan yang mantap (steady growth) dapat dicapai. Teori ini menggunakan beberapa permisalan, antara lain:

• Pada awal perekonomian mencapai tingkat kesempatan kerja penuh dan

alat modal digunakan sepenuhnya.

• Perekonomian terdiri dari dua sektor yakni sektor rumah tangga dan

sektor perusahaan.

• Rasio modal-produksi sama besarnya.

• Besar tabungan proporsional dengan pendapatan nasional.

(46)

secara otomatis. Untuk mewujudkannya, keseluruhan permintaan masyarakat haruslah ditambah. Kenaikan ini harus terjadi pada salah satu atau kedua sektor. Besarnya pengaruh penanaman modal terhadap perubahan pendapatan nasional ditentukan oleh multiplier. Kemampuan masyarakat untuk berinvestasi akan ditentukan oleh permintaan agregat yang berdaya beli dari masyarakat (Sukirno: 2006; 255)

4. Teori Neo-Klasik

Apabila teori Harrod-Domar didasari oleh analisa Keynes, maka teori Neo-Klasik didasari oleh analisa Klasik. Dalam teori ini permintaan masyarakat tidak menentukan laju pertumbuhan. Sebaliknya, pertumbuhan bergantung pada pertambahan dalam penawaran faktor produksi. Rasio modal dapat berubah dengan mudah. Artinya, untuk mencapai tingkat produksi tertentu, dapat menggunakan jumlah modal yang berbeda dengan bantuan jumlah tenaga kerja yang berbeda pula. Jika modal yang digunakan lebih besar, jumlah tenaga kerja yang diperlukan akan lebih kecil. Begitu pula sebaliknya. Dengan cara ini, perekonomian akan memiliki kebebasan yang tidak terbatas untuk menentukan gabungan jumlah modal dan tenaga kerja. Pendapat Neo-Klasik mengenai perkembangan ekonomi :

• Adanya akumulasi kapital merupakan faktor penting dalam

perkembangan ekonomi.

• Perkembangan itu merupakan proses yang gradual.

• Perkembangan merupakan proses yang harmonis dan kumulatif.

(47)

5. Teori Pertumbuhan Ekonomi Rostow

Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam pertumbuhan ekonomi antara lain sebagai berikut (Jhingan: 2008; 142) :

1. Masyarakat tradisional, artinya suatu kehidupan masyarakat yang berkembang secara tradisional dan belum didasarkan pada perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, kadang-kadang berpikirnya primitif dan irasional.

2. Prasyarat tinggal landas, merupakan masa transisi masyarakat untuk mempersiapkan dirinya mulai menerima teknik-teknik baru dan pemikiran-pemikiran baru dari luar kehidupan mereka.

3. Tinggal landas, artinya pada tahap ini terjadi perubahan-perubahan yang sangat drastis dalam terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi dalam berproduksi.

4. Menuju kematangan, artinya pada tahap ini masyarakat secara efektif telah menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alam.

5. Konsumsi tinggi, artinya pada tahap ini perhatian ini lebih menekankan pada

masalah kesejahteraan dan upaya masyarakat tertuju untuk menciptakan

(48)

2.6.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi 1. Sumber Daya Alam

Sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang terpenting. Sumber daya manusia bisa melakukan dua peran di dalam proses produksi dalam rangka menciptakan pertumbuhan ekonomi, yaitu sebagai tenaga kerja dan sebagai pengusaha. Manusia juga berperan untuk menciptakan teknologi baru dan atau mengembangkan teknologi yang sudah ada. Dalam proses pelaksanaan pertumbuhan ekonomi, sumber daya manusia senantiasa dituntut untuk terus meningkatkan kualitasnya. Peningkatan kualitas tersebut baik ilmu pengetahuan, keterampilan, dan meninggalkan cara-cara berpikir tradisional yang diganti dengan cara berpikir modern. Dari kenyataan tersebut, peran sumber daya manusia sangat menentukan berhasil tidaknya proses pertumbuhan ekonomi (Jhingan: 2008; 76).

2. Sumber Daya Alam

Faktor produksi alam juga merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya sebagai penentu pertumbuhan ekonomi. Hal-hal yang termasuk sumber daya alam adalah air, tanah, udara, hewan, tumbuh-tumbuhan, mineral, dan segala segala sesuatu yang ada di alam ini. Tanpa faktor alam yang cukup pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi. Indonesia dari segi faktor sumber daya alam cukup memadai, hanya tinggal kemampuan untuk memanfaatkan dan melestarikannya agar proses pembangunan dapat berjalan secara berkesinambungan.

3. Modal

(49)

negara berkembang disebabkan oleh kemampuan menabung yang rendah. Kemampuan menabung yang rendah disebabkan oleh tingkat pendapatan yang rendah, di mana tingkat pendapatan yang rendah ini disebabkan rendanya tingkat produktivitas sehingga menyebabkan rendahnya tingkat investasi. Saling keterkaitan faktor-faktor akan terus berlangsung dan sulit untuk diputuskan. Inilah yang menyebabkan bangsa Indonesia tetapi dalam lingkaran kemiskinan.

4. Penguasaan Teknologi

Tanpa disertai penguasaan teknologi, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara berkembang akan tertinggal dan terhambat. Dengan adanya teknologi, proses produksi akan lebih cepat dan akan mampu menghasilkan produk yang lebih berkualitas dengan biaya yang lebih murah. Teknologi canggih akan membantu efisiensi dan efektivitas dalam proses produksi. Dengan adanya teknologi akan memberikan nilaii tambah terhadap proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang dilakukan suatu negara.

5. Kewirausahaan

Hal ini dapat didefinisikan sebagai kemampuan dan keberanian dalam mengambial resiko guna memperoleh keuntungan. Para ahli mempunyai perkiraan yang matang bahwa input yang dikombinasikan akan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Kemampuan mengkombinasikan input dapat disebut sebagai kemampuan inovasi.

2.6.4. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Lingkungan Hidup

(50)

manusia. Seperti hal nya dengan lingkungan, hutan juga telah dimanfaatkan bagi kehidupan manusia sejak saat kehidupan manusia masih primitf. Manusia memanfaatkan hutan sebagai sumber kehidupan untuk mengumpulkan bahan-bahan makanan, buah-bauahan, perburuan maupun untuk diambil kayunya. Kayu merupakan salah satu hasil hutan yang sangat dibutuhkan untuk bahan bangunan pokok di dunia, seperti pembangunan rumah-rumah, perabotan rumah tangga, membuat kapal, senjata, kereta, bajak, dan lain-lain. Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan kegiatan-kegiatan industri di negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, mengharuskan untuk mengolah hasil-hasil hutan dalam jumlah yang besar demi kebutuhan hidup manusia dan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dengan semakin meningkatnya penggunaan hutan dan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menyebabkan terjadinya pembukaan lahan hutan secara besar-besaran. Sebagai akibat selanjutnya, maka degradasi hutan di Sumatera Utara semakin meningkat dan dengan hasil hutan yang semakin sedikit jumlahnya (Suparmoko: 1997; 236).

2.7. Penelitian Sebelumnya

(51)
(52)

2.8. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.8.1. Kerangka Konseptual

Ada banyak variabel yang mempengaruhi degradasi hutan, namun dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan dan pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel lainnya dianggap konstan.

(53)

Keterangan :

Pada gambar dijelaskan variabel dependen Y1 (pertumbuhan ekonomi) dipengaruhi variabel-variabel independen (jumlah penduduk X1, jumlah industri X2, luas lahan pertanian X3, luas lahan perkebunan X4). Variabel dependen Y2 (degradasi hutan) juga dipengaruhi oleh variabel-variabel independen (jumlah penduduk X1, jumlah industri X2, luas lahan pertanian X3, luas lahan perkebunan X4, dan pertumbuhan ekonomi Y1).

2.8.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara atas permasalahan yang sebenarnya yang kebenarannya harus diuji. Berdasarkan penjelasan kerangka konseptual penelitian maka sebagai jawaban sementara penulis membuat hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk, jumlah indutsri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Jumlah penduduk, jumlah industri, luas pertanian, luas lahan perkebunan

dan pertumbuhan ekonomi secara langsung berpengaruh terhadap degradasi hutan.

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang degradasi lingkungan di Sumatera Utara, yang diukur melalui degradasi hutan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Di mana difokuskan pada 18 Kabupaten di Sumatera Utara, dalam kurun waktu 2001-2008 (8 tahun). Adapun 18 Kabupaten terdiri dari :

1. Kabupaten Nias

2. Kabupaten Mandailing Natal 3. Kabupaten Tapanuli Selatan 4. Kabupaten Tapanuli Tengah 5. Kabupaten Tapanuli Utara 6. Kabupaten Toba Samosir 7. Kabupaten Labuhan Batu 8. Kabupaten Asahan 9. Kabupaten Simalungun 10. Kabupaten Dairi 11. Kabupaten Karo

12. Kabupaten Deli Serdang 13. Kabupaten Langkat 14. Kabupaten Nias Selatan

(55)

17. Kabupaten Samosir

18. Kabupaten Serdang Bedagai

Adapun penetapan 18 kabupaten sebagai lokasi penelitian adalah yang memiliki kawasan hutan sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No. 44/Menhut-II/2005.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari publikasi resmi seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, instansi pemerintah, penerbit dalam bentuk laporan tahunan, jurnal, literature yang dicatat atau dicari.

Adapun data yang digunakan terdiri dari : 1. Data variabel dependen : - Degradasi hutan

- Pertumbuhan ekonomi 2. Data variabel independen : - Jumlah penduduk

- Jumlah industri - Luas lahan pertanian - Luas lahan perkebunan - Pertumbuhan ekonomi

3.3. Pengolahan Data

(56)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini dilakukan penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel, majalah, laporan-laporan penelitian ilmiah yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah melakukan pencatatan langsung berupa data time series selama kurun waktu 8 tahun.

3.5. Model Analisis Data

Untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan variabel jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, dan jumlah industri berpengaruh terhadap degradasi luas hutan di Sumatera Utara digunakan alat ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel tersebut dengan metode analisis data panel yang dipadukan dengan analisis jalur (Path Analysis).

Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dirumuskan dalam fungsi sebagai berikut :

Pertumbuhan ekonomi = f (jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan)

Untuk membuktikan hipotesis pertama digunakan model sebagai berikut : Y1it = PY1itX1it + PY1itX2it + PY1itX3it + PY1itX4it + μit

Keterangan : t = Tahun

i = Kabupaten/kota

(57)

PY1 = Koefisien regresi

X1 = Jumlah penduduk kabupaten (Jiwa)

X2 = Jumlah industri kabupaten (Unit)

X3 = Luas lahan pertanian kabupaten (Ha) X4 = Luas lahan perkebunan (Ha)

μ = Error Term

Degradasi hutan = f (jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan)

Untuk membuktikan hipotesis kedua digunakan model sebagai berikut : Y2it = PY2itX1it + PY2itX2it + PY2itX3it + PY2itX4it + μit

Keterangan: t = Tahun

i = Kabupaten/kota

Y2 = Degradasi hutan (Ha) PY2 = Koefisien regresi

X1 = Jumlah penduduk kabupaten (Jiwa) X2 = Jumlah industri kabupaten (Unit) X3 = Luas lahan sawah kabupaten (Ha) X4 = Luas lahan perkebunan (Ha)

μ = Error Term

(58)

Untuk membuktikan hipotesi ketiga digunakan model sebagai berikut : Y2it = PY2itX1it + PY2itX2it + PY2itX3it + PY2itX4it + PY2Y1+μit Keterangan : t = Tahun

i = Kabupaten/kota

Y2 = Degradasi hutan (Ha) PY2 = Koefisien regresi

X1 = Jumlah penduduk kabupaten (Jiwa) X2 = Jumlah industri kabupaten (Unit) X3 = Luas lahan sawah kabupaten (Ha) X4 = Luas lahan perkebunan (Ha)

Y1 = Pertumbuhan ekonomi yang difroksi dengan PDRB (milyar rupiah)

μ = Error Term

3.6. Metode Analisis Data Panel

(59)

bersifat konstan dan tetap. Sedangkan data silang tempat adalah suatu unit analisis pada suatu titik waktu tertentu dengan observasi atas sejumlah variabel.

Dengan data panel, jumlah pengamatan menjadi lebih banyak. Dengan analisis data regresi panel, dapat menangkap dinamika yang lebih baik dari hubungan antara luas hutan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk itu dengan menggunakan data panel dalam penelitian ini, diharapkan dapat menggambarkan degradasi lingkungan di Sumatera Utara pada periode waktu yang telah ditentukan.

Menurut Gujarati (2003), yang menentukan bahwa mengestimasi jenis data penel dengan metode OLS tidak konsisten dan efisien (inefisiensi), sehingga disarankan untuk menggunakan metode Generelized Least Square (GLS). Di mana dalam metode ini dapat dianalisis dengan tiga pendekatan yaitu :

3.6.1. Pendekatan Pooled Least Square (PLS)

Pada metode ini, penggunaan data panel dilakukan dengan mengumpulkan semua data cross section dan time series dan selanjutnya dilakukanlah pendugaan. Pada metode ini, model mengasumsikan bahwa nilai intersep dari masing – masing variable adalah sama dan slope koefisien dari variable – variable yang digunakan adalah identik untuk semua unit cross section.

3.6.2. Pendekatan Fixed Effect Model ( FEM )

(60)

Secara sistematis model FEM dinyatakan sebagai berikut :

Yit = α + βXit + γ2W2t + γ3W3t + ... + γNWNt + δ2Zi2 + δ2Zi2 + ... + δ2Zi2 + εit Di mana :

Yit = Variabel terikat untuk Kabupaten ke-i dan waktu ke-t Xit = Variabel bebas untuk Kabupaten ke-i dan waktu ke-t

3.6.3. Pendekatan Random Effect Model (REM)

Pada model ini, perbedaan karakteristik individu dan waktu yang diakomodasikan pada error dari model. Model ini memperhitungkan bahwa error term mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross section. Model REM digunakan apabila data time series lebih kecil dari data cross section.

Secara sistematis model REM dinyatakan sebagai berikut : Yit = α + βXit + εit ; εit = ui + vt + wit

Di mana :

ui = Komponen error cross section

vt = Komponen error time series wit = komponen error gabungan

3.7. Pendapat Pakar Pemilihan Model (FEM atau REM)

(61)

1. Jika pada data panel jumlah data time series lebih besar dibandingkan

jumlah data cross section, maka disarankan untuk menggunakan model

Fixed Effect Model (FEM).

2. Jika pada data panel jumlah data time series lebih sedikit dibandingkan jumlah data cross section, maka disarankan untuk menggunakan model

Random Effect Model (REM).

3.8. Analisis Jalur (Path Analysis)

Dalam model analisis jalur memiliki tiga pengaruh yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur, yaitu direct effect (pengaruh secara langsung), indirect effect (pengaruh secara tidak langsung), dan total effect

(pengaruh total).

3.8.1. Direct Effect / Pengaruh Secara Langsung

a. Pengaruh variabel X1 (jumlah penduduk) terhadap variabel Y1 (pertumbuhan ekonomi) secara langsung diformulasikan dengan model sebagai berikut :

X1 Y1 = PY1X1

b. Pengaruh variabel X2 (jumlah industri) terhadap variabel Y1 (pertumbuhan ekonomi) secara langsung diformulasikan dengan model sebagai berikut :

X2 Y1 = PY1X2

c. Pengaruh variabel X3 (luas lahan pertanian) terhadap variabel Y1 (pertumbuhan ekonomi) secara langsung diformulasikan dengan model sebagai berikut :

(62)

d. Pengaruh variabel X4 (luas lahan perkebunan) terhadap variabel Y1

(pertumbuhan ekonomi) secara langsung diformulasikan dengan model sebagai berikut :

X4 Y1 = PY1X4

e. Pengaruh variabel X1 (jumlah penduduk) terhadap variabel Y2 (degradasi hutan) secara langsung diformulasikan dengan model sebagai berikut :

X1 Y2 = PY2X1

f. Pengaruh variabel X2 (jumlah industri) terhadap variabel Y2 (degradasi hutan) secara langsung diformulasikan dengan model sebagai berikut :

X2 Y2 = PY2X2

g. Pengaruh variabel X3 (luas lahan pertanian) terhadap variabel Y2 (degradasi

hutan) secara langsung diformulasikan dengan model sebagai berikut : X3 Y2 = PY2X3

h. Pengaruh variabel X4 (luas perkebunan) terhadap Y2 (degradasi hutan) secara langsung diformulasikan dengan model sebagai berikut :

X4 Y2 = PY2X4

i. Pengaruh variabel Y1 (pertumbuhan ekonomi) terhadap Y2 (degradasi hutan) secara langsung diformulasikan dengan model sebagai berikut :

Y1 Y2 = PY2Y1

3.8.2. Indirect Effect / Pengaruh Secara Tidak Langsung

(63)

X1 Y1 Y2 = (PY1X1) (PY2Y1)

b. Pengaruh variabel X2 (jumlah industri) terhadap Y2 (degradasi hutan) melalui Y1 (pertumbuhan ekonomi) diformulasikan dengan model sebagai berikut :

X2 Y1 Y2 = (PY1X2) (PY2Y1)

c. Pengaruh variabel X3 (luas lahan pertanian) terhadap Y2 (degradasi hutan) melalui Y1 (pertumbuhan ekonomi) diformulasikan dengan model sebagai berikut :

X3 Y1 Y2 = (PY1X3) (PY2Y1)

d. Pengaruh variabel X4 (luas lahan perkebunan) terhadap Y2 (degradasi hutan) melalui Y1 (pertumbuhan ekonomi) diformulasikan dengan model sebagai berikut:

X4 Y1 Y2 = (PY1X4) (PY2Y1)

3.8.3. Total Effect / Pengaruh Total

a. Total pengaruh X1 (jumlah penduduk) terhadap Y2 (degradasi hutan) melalui Y1 (pertumbuhan ekonomi) diformulasikan dengan model sebagai berikut :

X1 Y1 Y2 = (PY1X1) + (PY2Y1)

b. Total pengaruh X2 (jumlah industri) terhadap Y2 (degradasi hutan) melalui Y1 (pertumbuhan ekonomi) diformulasikan dengan model sebagai berikut :

X2 Y1 Y2 = (PY2X1) + (PY2Y1)

c. Total pengaruh X3 (luas lahan pertanian) terhadap Y2 (degradasi hutan)

melalui Y1 (pertumbuhan ekonomi) diformulasikan dengan model sebagai berikut :

(64)

d. Total pengaruh X4 (luas lahan perkebuan) terhadap Y2 (degradasi hutan)

melalui Y1 (pertumbuhan ekonomi) diformulasikan dengan model sebagai berikut :

X4 Y1 Y2 = (PY4X1) + (PY2Y1)

3.9. Test of Goodness Fit (Uji Kesesuaian) 3.9.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi (R-Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen dimana nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 < R2 < 1).

3.9.2. Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : bi = b Ha : bi ≠ b

(65)

Sbi b bi t* = ( − )

Dimana: bi = koefisien variabel ke-i b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria Pengambilan Keputusan:

Ho : β1 = β2 = βn = 0 Ho diterima (t*<ttabel) artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha : β1 ≠ β2 ≠ βn ≠ 0 Ha diterima (t*>ttabel) artinya variabel independen secara

parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

0 Gambar 3.1.

Kurva Pengambilan Keputusan Uji t-statistik

3.9.3. Uji F-statistik (Uji Serempak)

(66)

(bersama-sama) terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan prosedur sebagai berikut :

Hipotesis :

H0 : b1 = b2 = bn =...0 (tidak ada pengaruh) Ha : b1 ≠ b2 ≠ bn ≠...0 ( ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

R = Koefisien determinasi

K = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan

n = Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan:

Ho : β1 = β2 = β3 = 0 Ho diterima (F* < Ftabel), artinya variabel independen secara

bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha : β1≠β2≠β3 ≠ 0 Ha diterima (F* > Ftabel), artinya variabel independen

Gambar

Tabel 2.
Gambar 2. Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 3.1.
Gambar 3.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hendro Gunawan, MA

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai kriteria utama pemilihan petani, evaluasi kinerja petani, dan efisiensi kinerja penyuling minyak akar wangi

Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ apakah ada hubungan antara asupan protein nabati dan hewani dengan kadar

– Memberi penjelasan tentang distribusi chi kuadrat, tujuan dan penggunaan uji chi kuadrat pada kondisi atau kasus yang tepat Tujuan Instruksional KhususB. Mahasiswa

Kedua jenis ini memiliki banyak persamaan karakter yaitu pada warna batang hijau gelap, bentuk daun yang lonjong, bentuk ujung daun membelah, bentuk bunga bintang, bentuk

Pengamatan ini dimaksudkan untuk mengkategorikan apakah postur kerja yang dilakukan oleh pekerja tersebut masuk dalam kategori berbahaya yang akan mengakibatkan keluhan

Peta situasi adalah peta topografi skala besar yang merupakan penyajian dari gambaran permukaan bumi baik detil alam maupun buatan manusia yang digambar pada bidang

 Laboratorium klinik umum utama, yaitu laboratorium yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan lebih. lengkap dari laboratorium klinik