TAHUN 2010-2013
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
SRI REZEKI HASANAH NIM. 101000067
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
WHO tahun 2011 HBV telah menginfeksi lebih dari 350 juta orang di dunia dan 600.000 orang meninggal setiap tahun akibat Hepatitis B akut maupun kronis.
Untuk mengetahui karakteristik penderita Hepatitis B rawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan tahun 2010-2013 dilakukan penelitian dengan desain case series. Populasi dan sampel penelitian berjumlah 108 penderita yang tercatat di rekam medis rumah sakit. Data univariat dianalisi secara deskriptif sedangkan data bivariat dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square, t-test dan Anova dengan CI 95%.
Berdasarkan karakteristik sosiodemografi, yaitu kelompok umur 17-25 tahun 27,8% laki-laki 78,7%, agama Islam 85,2%, pekerjaan wiraswasta 34,3%, status menikah 64,8%, dan tinggal di Medan yaitu 83,3%. Kadar Bilirubin tidak normal 78,7%, tipe Hepatits B akut 78,7%, kadar SGOT tinggi 44,5%, kadar SGPT tinggi 57,4%, Lama rawatan rata-rata 10,49 hari dan pulang berobat jalan 77,8%.
Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin dengan kadar SGOT (p=0,416). Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin dengan kadar SGPT (p=0,051). Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara tipe Hepatitis B dengan kadar Bilirubin (p=0,019). Tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dengan tipe Hepatitis B (p=0,555). Ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dengan keadaan sewaktu pulang (p=0,001). Tidak dapat diuji dengan menggunakan uji Chi-square yaitu umur dan tipe Hepatitis B, umur dan kadar SGOT, umur dan kadar SGPT, umur dan kadar Bilirubin serta tipe Hepatitis B dan keadaan sewaktu pulang. Pihak Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/ Bukit Barisan Medan agar memberikan anjuran kepada penderita Hepatitis B akut dan kronis untuk melakukan pemeriksaan serologis maupun fungsi hati berkala, melengkapi pencatatan seperti pendidikan pasien dan diharapkan peneliti selanjutnya meneliti tentang karakteristik salah satu atau beberapa faktor risiko Hepatitis B secara lebih spesifik.
had infected more than 350 thousand people in the world and there were 600.000 people had died caused by Hepatitis B acute or cronic.
To determine the characteristics of Hepatitis B patients in hospital grade II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan 2010-2013, conducted a research with case series design. Population and sample were 108 patients and recorded in hospital medical records. Univariate data were analyzed descriptively while bivariate data were analyzed using Chi-square test, t-test and Anova with 95% CI.
Proportion based on sosiodemographics were groups of age 20-24 years is 14,8%, male 78,7%, Islam 85,2%, self employed 34,3%, married 64,8% and living in Medan 83,3%. Level of Bilirubin is not normal 78,7%, type Acute Hepatitis B 78,7%, level of SGOT is high 44,5%, level of SGPT is high 57,4%, average of treatment duration is 10,49 days and returned with outpatient 77,8%.
There was no significant difference between sex and level of SGOT (p=0,416), There was no significant different between sex and level of SGPT (p=0,051). There was significant difference between type of Hepatitis B and level of Bilirubin (p=0,019). There was no significant difference between average of treatment duration and condition of returned (p=0,000). They can not be tested using by Chi-square test, age and type of Hepatitis B, age and level of SGOT, age and level of SGPT, also type of Hepatitis B and condition of outpatient. It’s hoped the hospital grade II Putri Hijau Kesdam I/ Bukit Barisan Medan to give advice for Hepatitis B patients acute and chronic to check up serologic and liver function regularly, to complete list of card statue about education, and it’s hoped the next researcher will research about one of characterictics or some risk factors are more specific.
Nama : Sri Rezeki Hasanah
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/27 April 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak ke : 1 (Satu)
Alamat Rumah : Jl. Rawa I Gg. Sedar No. 28 B Kelurahan Tegal
Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Kota
Medan, Sumatera Utara.
Riwayat Pendidikan
Tahun 1998–2004 : SD Muhammadiyah 08 Medan
Tahun 2004–2007 : MTs Negeri 2 Medan
Tahun 2007–2010 : MAN 1 Medan
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Karakteristik Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013” yang merupakan salah satu prasyarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM.) di Universitas Sumatera
Utara.
Pada penulisan skripsi ini tidak terlepas bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH. selaku Dosen Pembimbing I atas
bimbingan, saran, dan petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
3. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Ketua
Departemen Epidemiologi FKM USU yang juga atas bimbingan, saran, dan
petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes. selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu drh. Hiswani, M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran
telah banyak membantu dan memotivasi penulis .
7. Direktur Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan, Kepala
Instalasi Pendidikan (Instaldik) Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/Bukit
Barisan Medan, Kepala Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam
I/Bukit Barisan Medan, serta seluruh staf Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam
I/Bukit Barisan Medan yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
8. Orangtua tercinta Ayahanda Ediman dan Ibunda Rostina atas doa yang selalu
mengalir, nasihat yang terselip semangat serta kasih sayang yang tidak pernah
putus kepada penulis dalam menyelesaikan studi ini.
9. Juga kepada adik-adik tersayang: Sri latifah Hanum dan Sheren Marzatillah dan
embah Aminah serta tak lupa kepada keluarga besar atas doa, perhatian dan
kasih sayang yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan studi ini.
10. Teman-teman peminatan Epidemiologi 2010: Epiderwomen yang telah banyak
memberikan motivasi dan berbagi ilmu kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
11. Senior-senior tersayang: Alista Simanjuntak, SKM., Rizqiana Halim,SKM.,
Dwi Putri Sulistya Ningsih SKM., Dina Maya Sari Siregar, SKM., Defi
Wahyuningsih SKM. dan lainnya atas kesediaan untuk berdiskusi, bertanya
sama belajar, insyaAllah sama-sama sukses dunia dan akhirat”. Terima kasih
atas dukungan, motivasi, doa dan kebersamaan selama ini.
13. Teman-teman yang juga menjadi penyemangat penulis: Syahid Izzudin, Evi
Permata Sari Lase,SE. dan Adlin Syafrizal. Terimakasih atas motivasi-motivasi
dan semangat yang diberikan kepada penulis.
14. Teman-teman di GAMADIKSI (Keluarga Mahasiswa Bidik Misi) USU, UKMI
(Unit Kegiatan Mahasiswa Islam) ad-Dakwah USU dan UKMI FKM USU atas
doa dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan pada skripsi ini.
Penulis menerima kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
Medan, Agustus 2014
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah... 5
1.3. Tujuan ... 5
1.3.1. Tujuan Umum... 5
1.3.2. Tujuan Khusus... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 7
2.1.Definisi Hepatitis B ... 7
2.2.Anatomi dan Fungsi Hati... 7
2.2.1.Anatomi Hati ... 7
2.2.2.Fungsi Hati... 8
2.3. Sejarah Hepatitis B ... 10
2.4. Etiologi Virus Hepatitis B ... 10
2.5.Patogenesis ... 11
2.6.Cara Penularan... 13
2.6.1. Penularan SecaraVertikal ... 13
2.6.2. Penularan Secara Horizontal ... 13
2.7.GejalaKlinis ... 14
2.8. Tipe Hepatitis B ... 15
2.8.1. Hepatitis B Akut ... 15
2.8.2. Hepatitis B Kronis ... 16
2.9. Kelompok Risiko Tinggi ... 17
2.10.Komplikasi... 18
2.11. Epidemiologi VHB ... 19
2.11.1.Distribusi Frekuensi... 19
2.11.2. Deteminan... 22
2.12. Pencegahan ... 23
2.12.1. Pencegahan Primordial... 23
3.1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 33
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
3.2.1. Lokasi Penelitian... 33
3.2.2. Waktu Penelitian ... 33
3.3. Populasi dan Sampel... 33
3.3.1. Populasi ... 33
3.3.2. Sampel ... 33
3.4. Metode Pengumpulan Data... 34
3.5. Teknik Analisis Data ... 34
3.6. Definisi Operasional... 34
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 38
4.2. Analisis Univariat ... 40
4.2.1. Sosiodemografi... 40
4.2.2. Keadaan Medis Penderita ... 42
4.2.3. Status Rawatan Penderita ... 43
4.3. Analisis Bivariat ... 45
4.3.1. Umur BerdasarkanTipe Hepatitis B ... 45
4.3.2. Umur Berdasarkan Kadar SGOT... 46
4.3.3. Umur Berdasarkan Kadar SGPT ... 47
4.3.4. Umur Berdasarkan Kadar Bilirubin... 47
4.3.5. Jenis Kelamin Berdasarkan Kadar SGOT ... 48
4.3.6. Jenis Kelamin Berdasarkan Kadar SGPT ... 49
4.3.7. Kadar Bilirubin BerdasarkanTipe Hepatitis B ... 50
4.3.8. Lama Rawatan BerdasarkanTipe Hepatitis B... 51
4.3.9. Lama Rawatan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 52
4.3.10. Tipe Hepatitis B Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang . 52 BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Sosiodemografi Penderita Hepatitis B ... 53
5.1.1. Umur dan Jenis Kelamin ... 53
5.1.2. Agama ... 54
5.1.3. Pekerjaan ... 56
5.1.4. Status Pernikahan ... 57
5.1.5. Tempat Tinggal ... 58
5.2. Kadar Bilirubin... 60
5.3. Tipe Hepatitis B ... 62
5.4. Kadar SGOT... 63
5.5. Kadar SGPT ... 64
5.8.2. Umur Berdasarkan Kadar SGOT ... 69
5.8.3. Umur Berdasarkan Kadar SGPT ... 70
5.8.4. Umur Berdasarkan Kadar Bilirubin ... 71
5.8.5. Jenis Kelamin Berdasarkan Kadar SGOT... 72
5.8.6. Jenis Kelamin Berdasarkan Kadar SGPT ... 73
5.8.7. Kadar Bilirubin Berdasarkan Tipe Hepatitis B ... 74
5.8.8. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tipe Hepatitis B . 76 5.8.9. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang 77 5.8.10. Tipe Hepatitis B Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang 79 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 81
6.2. Saran... 83
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Lampiran I Master Data Penelitian Lampiran II Output Data Penelitian
Lampiran III Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU
Tabel 4.1. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Putri Hijau Medan Kesdam I/ Bukit Barisan Medan Tahun
2010-2013...40
Tabel 4.2. Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam
I/BB Medan Tahun 2010-2013 ...41
Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Medis Di Rumah Sakit Tingkat II
Putri Hijau Kesdam I/BB Medan Tahun 2010-2013...42
Tabel 4.4. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Lama Rawatan di Rumah Sakit Putri Hijau
Medan Kesdam I/ Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013 ...44
Tabel 4.5. Distribusi Proporsi Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Keaadan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Putri Hijau Medan Kesdam I/ Bukit Barisan Medan Tahun
2010-2013...44
Tabel 4.6. Distribusi Proporsi Umur Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Tipe Hepatitis B di Rumah Sakit Putri Hijau
Medan Kesdam I/ Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013 ...45
Tabel 4.7. Distribusi Proporsi Umur Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Kadar SGOT Rumah Sakit Putri Hijau Medan
Kesdam I/ Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013 ...46
Tabel 4.8. Distribusi Proporsi Umur Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Kadar SGPT di Rumah Sakit Putri Hijau Medan Kesdam I/ Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013………...46
Tabel 4.9. Distribusi Proporsi Umur Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Kadar Bilirubin di Rumah Sakit Putri Hijau Medan Kesdam I/ Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013...47
Tabel 4.10. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Kadar SGOT di Rumah Sakit Putri Hijau Medan Kesdam I/ Bukit Barisan Medan Tahun
2013...49
Tabel 4.12. Distribusi Proporsi Kadar Bilirubin Berdasarkan Tipe Hepatitis B Penderita Hepatitis B Rawat Inapdi Rumah Sakit Putri Hijau Medan Kesdam I/ Bukit Barisan Medan Tahun
2010-2013...50
Tabel 4.13. Distribusi Proporsi Lama rawatan Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Tipe Hepatitis B di Rumah Sakit Putri Hijau Medan Kesdam I/ Bukit Barisan Medan Tahun
2010-2013...50
Tabel 4.14. Distribusi Proporsi Lama rawatan Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Putri Hijau Medan Kesdam I/ Bukit Barisan Medan
Tahun 2010-2013 ...51
Gambar 5.1. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur dan Jenis Kelamin Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Tingkat
II Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013 ...53
Gambar 5.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Agama Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Tingkat II Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013...54
Gambar 5.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Pekerjaan Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Tingkat II
Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013...56
Gambar 5.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Status Pernikahan Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Tingkat
II Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013 ...57
Gambar 5.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Tempat Tinggal Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Tingkat II
Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013...59
Gambar 5.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Kadar Bilirubin Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Tingkat II
Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013...60
Gambar 5.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Tipe Hepatitis B Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Tingkat
II Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013 ...62
Gambar 5.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Kadar SGOT Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Tingkat II Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013………...……….63
Gambar 5.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Kadar SGPT Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Tingkat II Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013...64
Gambar 5.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Tipe Hepatitis B Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Tingkat
Sakit Tingkat II Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun
2010-2013………...68
Gambar 5.12.Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Kadar SGOT Di Rumah Sakit Tingkat II Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun
2010-2013 ...69
Gambar 5.13. Diagram Bar Distribusi Proporsi Kadar SGPT Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Tingkat II
Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013...70
Gambar 5.14. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Hepatitis B Berdasarkan Kadar Bilirubin Rawat Inap Di Rumah Sakit Tingkat II Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun
2010-2013...71
Gambar 5.15. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis kelamin Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Kadar SGOT Di Rumah Sakit Tingkat II Kesdam I/Bukit Barisan Medan
Tahun 2010-2013...72
Gambar 5.16. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis kelamin Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Kadar SGPT Di Rumah Sakit Tingkat II Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013……….73
Gambar 5.17. Diagram Bar Distribusi Proporsi Kadar Bilirubin Berdasarkan Tipe Hepatitis B Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Tingkat II Kesdam I/Bukit Barisan
Medan Tahun 2010-2013 ...75
Gambar 5.18. Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Rawatan Penderita Hepatitis B Rawat Inap Berdasarkan Tipe Hepatitis B Di Rumah Sakit Tingkat II Kesdam I/Bukit Barisan Medan
Tahun 2010-2013...76
Hepatitis B Di Rumah Sakit Tingkat II Kesdam I/Bukit
WHO tahun 2011 HBV telah menginfeksi lebih dari 350 juta orang di dunia dan 600.000 orang meninggal setiap tahun akibat Hepatitis B akut maupun kronis.
Untuk mengetahui karakteristik penderita Hepatitis B rawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan tahun 2010-2013 dilakukan penelitian dengan desain case series. Populasi dan sampel penelitian berjumlah 108 penderita yang tercatat di rekam medis rumah sakit. Data univariat dianalisi secara deskriptif sedangkan data bivariat dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square, t-test dan Anova dengan CI 95%.
Berdasarkan karakteristik sosiodemografi, yaitu kelompok umur 17-25 tahun 27,8% laki-laki 78,7%, agama Islam 85,2%, pekerjaan wiraswasta 34,3%, status menikah 64,8%, dan tinggal di Medan yaitu 83,3%. Kadar Bilirubin tidak normal 78,7%, tipe Hepatits B akut 78,7%, kadar SGOT tinggi 44,5%, kadar SGPT tinggi 57,4%, Lama rawatan rata-rata 10,49 hari dan pulang berobat jalan 77,8%.
Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin dengan kadar SGOT (p=0,416). Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin dengan kadar SGPT (p=0,051). Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara tipe Hepatitis B dengan kadar Bilirubin (p=0,019). Tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dengan tipe Hepatitis B (p=0,555). Ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dengan keadaan sewaktu pulang (p=0,001). Tidak dapat diuji dengan menggunakan uji Chi-square yaitu umur dan tipe Hepatitis B, umur dan kadar SGOT, umur dan kadar SGPT, umur dan kadar Bilirubin serta tipe Hepatitis B dan keadaan sewaktu pulang. Pihak Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/ Bukit Barisan Medan agar memberikan anjuran kepada penderita Hepatitis B akut dan kronis untuk melakukan pemeriksaan serologis maupun fungsi hati berkala, melengkapi pencatatan seperti pendidikan pasien dan diharapkan peneliti selanjutnya meneliti tentang karakteristik salah satu atau beberapa faktor risiko Hepatitis B secara lebih spesifik.
had infected more than 350 thousand people in the world and there were 600.000 people had died caused by Hepatitis B acute or cronic.
To determine the characteristics of Hepatitis B patients in hospital grade II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan 2010-2013, conducted a research with case series design. Population and sample were 108 patients and recorded in hospital medical records. Univariate data were analyzed descriptively while bivariate data were analyzed using Chi-square test, t-test and Anova with 95% CI.
Proportion based on sosiodemographics were groups of age 20-24 years is 14,8%, male 78,7%, Islam 85,2%, self employed 34,3%, married 64,8% and living in Medan 83,3%. Level of Bilirubin is not normal 78,7%, type Acute Hepatitis B 78,7%, level of SGOT is high 44,5%, level of SGPT is high 57,4%, average of treatment duration is 10,49 days and returned with outpatient 77,8%.
There was no significant difference between sex and level of SGOT (p=0,416), There was no significant different between sex and level of SGPT (p=0,051). There was significant difference between type of Hepatitis B and level of Bilirubin (p=0,019). There was no significant difference between average of treatment duration and condition of returned (p=0,000). They can not be tested using by Chi-square test, age and type of Hepatitis B, age and level of SGOT, age and level of SGPT, also type of Hepatitis B and condition of outpatient. It’s hoped the hospital grade II Putri Hijau Kesdam I/ Bukit Barisan Medan to give advice for Hepatitis B patients acute and chronic to check up serologic and liver function regularly, to complete list of card statue about education, and it’s hoped the next researcher will research about one of characterictics or some risk factors are more specific.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang perlu
penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis
penyakit yang ditimbulkan.Hepatitis B adalah infeksi pada organ hati yang
disebabkan oleh HBV (Virus Hepatitis B). Keadaan ini mengakibatkan komplikasi
hati kronis seperti sirosis dan kanker hati yang dapat menyebabkan kematian.1
HBV ini termasukhepadnavirusdengan ukuran 42-nmdouble strandedDNA
virus yang terdiri dari nucleocapsid core (HBcAg) dan dikelilingi oleh lapisan
lipoprotein di bagian luarnya yang berisi antigen permukaan (HBsAg).2 Virus ini
ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain dari penderita
Hepatitis B. Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, pekerjaan
yang berisiko tinggi terhadap penularan Hepatitis B adalah pekerjaan yang kontak
langsung dengan darah atau bekerja sebagai tenaga kesehatan.34
Menurut WHO tahun 2011 HBV telah menginfeksi lebih dari 350 juta orang
di dunia dan 600.000 orang meninggal setiap tahun akibat Hepatitis B akut maupun
kronis.35Di Asia Tenggara ditemukan kejadian Hepatitis B lebih dari 5,6% dari total
populasi dengan 300.000 kematian per tahun dengan prevalensi termasuk pola
infeksi tinggi yaitu lebih dari 8%.35
Tiap negara memiliki prevalensi Hepatitis B yang berbeda-beda. Pola infeksi
khususnya Papua dan Nusa Tenggara Timur dengan prevalensi HBV>8%, Negara
endemisitas sedang yaitu Laut Tengah, Asia Barat Daya dan sebagian wilayah di
Indonesia dengan prevalensi HBV 2-8% dan negara endemisitas rendah yaitu Eropa
Tengah, Austaralia dan Amerika Utara dengan prevalensi HBV<2%.33 Prevalensi
Hepatitis B tertinggi di sub - Sahara Afrika dan Asia Timur. Kebanyakan penderita
di wilayah ini terinfeksi virus Hepatitis B pada masa kanak-kanak dan sebanyak
5-10% dari populasi orang dewasa terinfeksi secara kronis. Tingginya tingkat infeksi
kronis juga ditemukan di Timur Tengah dan India, 2-5 % dari populasi umum
terinfeksi secara kronis. Di Eropa Barat dan Amerika Utara kurang dari 1 % dari
populasi terinfeksi secara kronis.3 Berdasarkan Laporan CDC (Center for Disease
Control) tahun 2011 menyebutkan bahwa terdapat 2.890 kasus Hepatitis B akut di
Amerika Serikat.6
Berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2007, Indonesia
tergolong negara dengan endemisitas tinggi. Riset ini menunjukkan bahwa prevalensi
Hepatitis B di Indonesia 9,4% atau mencapai 23 juta orang. Ini berarti 1 dari 10
penduduk Indonesia pernah terinfeksi Hepatitis B. Diperkirakan 50 persennya
(12.500.000) akan menjadi chronic liver disease, 10 persennya menjadi liver fibrosis
dan kemudian akan menjadi kanker hati (1,25 juta).8
Menurut PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia) pada Konsensus
Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia tahun 2012, angka prevalensi
Hepatitis B di Indonesia mencapai 4,0-20,3%. Berdasarkan hal itu, Indonesia terletak
di tingkat endemisitas sedang sampai tinggi.13Indonesia merupakan negara kepulauan
Perbedaan higiene dan sanitasi memberi perbedaan dalam pola penularannya,
sedangkan pulau-pulau dapat mengisolasi kemungkinan penyebarannya. Hal itu
menyebabkan prevalensi infeksi HBV di Indonesia sangat bervariasi antar pulau.
Penelitian menunjukkan terdapat variasi prevalensi HBV antar daerah. Penelitian
yang dilakukan pada tahun 2008 pada sekitar 1300 penduduk dewasa tampak sehat di
4 kecamatan di daerah perifer Kabupaten Jayapura, Papua menunjukkan prevalensi
HBV sekitar 4,3%. Selanjutnya penelitian tahun 2009 pada sekitar 900 penduduk
tampak sehat di 2 kecamatan di Kabupaten Alor (P. Alor, NTT) menunjukkan bahwa
prevalensi HBV hanya sekitar 3,4 %.1
Penyakit Hepatitis B bisa terjadi pada semua kelompok umur dan jenis
kelamin. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dengan
pengumpulan sampel darah dan dilakukan pemeriksaan biomedis dari 30.000 rumah
tangga di 294 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi
HBsAg sebesar 9,7% pada pria dan 9,3% pada wanita, dengan angka tertinggi pada
kelompok usia 45-49 tahun sebesar 11,9%.8
Tingkat endemisitas infeksi HBV dapat menggambarkan pola penularannya.
Daerah dengan tingkat endemisitas sedang pola penularan yang dominan adalah
secara horizontal pada anak-anak, sedangkan daerah dengan tingkat endemisitas
tinggi biasanya pola penularan secara vertikal dan horizontal.1Berdasarkan Survey
Nasional Pernefri untuk prevelensi Hepatitis B pada pasien hemodialisis regular di 12
kota besar di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi infeksi HBVadalah sebanyak
Laporan Riskesdas Tahun 2013 menyebutkan bahwa prevalensi Hepatitis
pada tahun 2013 adalah 1,2%, dua kali lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. Lima
provinsi dengan prevalensi Hepatitis tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (4,3%),
Papua (2,9%), Sulawesi Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%) dan Maluku (2,3%).
Jenis hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah Hepatitis B
(21,8 %).9
Hasil penelitian Friska (2007) di RSU Dr. Pirngadi Medan periode tahun
2002-2006 terdapat 106 orang yang menderita Hepatitis B.15 Penelitian Elizabeth
(2010) di RSUD Rantau Prapat tahun 2006-2009 terdapat penderita Hepatitis B rawat
inap sebanyak 104 orang.16
Survey Pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau
Kesdam I/Bukit Barisan Medan terdapat penderita Hepatitis B tahun 2010-2013
sebanyak 108 orang. Pada tahun 2010 jumlah penderita sebanyak 28 orang, tahun
2011 jumlah penderita sebanyak 29 orang, tahun 2012 jumlah penderita sebanyak 22
orang dan pada tahun 2013 jumlah penderita sebanyak 29 orang. Data kasus
menunjukkan bahwa kasus penyakit Hepatitis B tetap ada. Berdasarkan uraian latar
belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita
Hepatitis B rawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/ Bukit
1.2. Rumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita Hepatitis B di Rumah Sakit Tingkat
II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita Hepatitis B di Rumah Sakit
Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi proporsi penderita Hepatitis B berdasarkan sosiodemografi
(umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, status perkawinan dan tempat tinggal).
b. Mengetahui distribusi proporsi penderita Hepatitis B berdasarkan kadar
Bilirubin.
c. Mengetahui distribusi proporsi penderita Hepatitis B berdasarkan kadar SGOT.
d. Mengetahui distribusi proporsi penderita Hepatitis B berdasarkan kadar SGPT.
e. Mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan tipe Hepatitis B.
f. Mengetahui lama rawatan penderita Hepatitis B.
g. Mengetahui distribusi proporsi penderita Hepatitis B berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.
h. Mengetahui proporsi umur berdasarkan kadar Bilirubin.
i. Mengetahui proporsi umur berdasarkan kadar SGOT.
j. Mengetahui proporsi umur berdasarkan kadar SGPT.
l. Mengetahui proporsi jenis kelamin berdasarkan kadar SGOT pada penderita
Hepatitis B.
m. Mengetahui proporsi jenis kelamin berdasarkan kadar SGPT pada penderita
Hepatitis B.
n. Mengetahui proporsi kadar Bilirubin berdasarkan tipe Hepatitis B pada penderita
Hepatitis B.
o. Mengetahui proporsi lama rawatan berdasarkan tipe Hepatitis B.
p. Mengetahui proporsi lama rawatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
q. Mengetahui proporsi tipe Hepatitis B berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau
Kesdam I/Bukit Barisan Medan dan instansi yang terkait dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan terutama bagi penderita Hepatitis B.
1.4.2. Sebagai bahan masukan yang berguna bagi peneliti lain yang ingin meneliti
masalah Hepatitis B dan tambahan referensi bagi perpustakaan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
1.4.3. Sebagai sarana bagi pembaca dan penulis untuk menambah wawasan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Hepatitis B1,3
Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan
infeksi akut maupun kronis. Risiko kronisitas tergantung pada usia saat terjadi infeksi
yaitu 90% pada bayi baru lahir, 20-50% pada anak 1-5 tahun, dan 1-10% anak diatas
5 tahun dan orang dewasa. Penderita infeksi kronis dapat menularkan penyakit
seumur hidup. Setelah bertahun-tahun dapat mengakibatkan komplikasi seperti sirosis
hati, kanker hati bahkan risiko kematian.
2.2. Anatomi dan Fungsi Hati 2.2.1. Anatomi Hati18,19,20
Hati adalah organ dalam terbesar di tubuh dengan berat 1.500 gr atau 2,5 % berat
orang badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua
karenakaya akan persediaan darah, terletak dibagian teratas dalam rongga abdomen
sebelah kanan dibawah diafragma dan secara luas dilindungi iga-iga. Hati terbagi
dalam dua belahan utama, lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamen
falsiformis. Permukaan atas berbentuk cembung dan terletak dibawah diafragma
sedangkan permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan, fisura
transversus. Terdapat empat pembuluh darah yang menjelejahi seluruh hati, dua yang
masuk, yaitu arteri hepatika dan vena porta, dan dua yang keluar, yaitu vena hepatika
Sedangkan, Arteri hepatika merupakan cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan
oksigen. Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatika dan arteri hepatika
mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen, dan zat
racun dari darah sinusoid. Didalam hematosit zat racun akan dinetralkan sedangkan
nutrien akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut akan disekresikan
ke peredaran darah tubuh.
2.2.2. Fungsi Hati18
Seperti ukurannya yang besar, hati juga mempunyai peranan besar. Fungsi hati antara
lain :
a. Membantu menjaga keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat)
Hati berperan dalam menstabilkan kadar gula darah dikendalikan oleh insulin.
Selain itu, Hati juga dapat mengubah zat gizi lain seperti protein (asam amino
tertentu) dan lemak menjadi glukosa.
b. Membantu metabolisme lemak
Hati berperan dalam membantu metabolisme lemak yaitu membuat, merombak
kolesterol menjadi garam empedu dan membuat fosfolipid serta mengubah
karbohidrat dan protein menjadi lemak untuk disimpan sebagai cadangan energi.
c. Membantu metabolisme protein
Hati berperan dalam membantu metabolisme protein adalah sebagai tempat dalam
menyusun asam amino menjadi protein yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
d. Metabolisme vitamin dan mineral
Hati menyimpan vitamin A yang mampu mencukupi kebutuhan vitamin A tubuh
kebutuhan tubuh selama 1-4 bulan. Hati juga berperan dalam mengatur
keseimbangan zat besi.
e. Memproduksi dan mengeksresikan empedu
Empedu diproduksi hati secara terus-menerus untuk membantu pencernaan lemak.
Komposisi empedu terdiri atas beberapa komponen yang mempunyai arti penting
dalam tubuh yaitu garam empedu, bilirubin atau pigmen empedu, kolesterol,
lesitin, asam lemak, garam-garam kalsium, protein dan air. Garam empedu mampu
memecah lemak menjadi butiran halus sehingga mudah diserap usus.
f. Membersihkan darah untuk melawan infeksi (pertahanan tubuh)
Dalam hati terdapat sejumlah besar sel kufler yang dapat menyaring subtansi asing
dan bibit penyakit yang ikut masuk lewat aliran darah sehingga membantu tubuh
melawan infeksi.
g. Menetralisir zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi)
Zat-zat beracun baik yang berasal dari luar tubuh seperti dari bat maupun sisa
metabolisme dari tubuh akan dinetralisir oleh enzim-enzim hati sehingga menjadi
zat yang tidak aktif.
h. Pembentukan ureum
Hati menerima asam amino yang diabsorbsi darah. Didalam hati terjadi deaminasi
oleh sel artinya nitrogen dipisahkan dari bagian asam amino dan amonia diubah
menjadi menjadi ureum. Ureum dapat dikeluarkan dari darah oleh ginjal dan
diekresikan kedalam urine.
membuat sebagian besar protein plasma, membersihkan bilirubin dari darah serta
menghasilkan protombin dan fibrinogen yang diperlukan dalam pengumpalan
darah.
2.3. Sejarah Hepatitis B23,24
Proses penemuan virus Hepatitis B diawali oleh Blumberg dan rekannya.
Pada tahun 1965 yang melakukan penelitian untuk mencari antibodi yang timbul
terhadap suatu lipoprotein. Mereka mendapatkan suatu antibodi pada dua orang
penderita hemofilia yang sering mendapat tranfusi darah bereaksi dengan suatu
antigen yang didapatkan dari seorang aborigin Australia. Pada waktu itu, ditemukan
bahwa antigen tersebut didapati pada 20% penderita Hepatitis virus. Antigen ini dulu
dinamakan antigen Australia dan sekarang menjadi HBsAg. Pada tahun 1970, Dane
dkk. melihat untuk pertama kalinya dibawah mikroskop elektron partikel HBsAg
dan partikel Virus Hepatitis B (HBV) yang kini dinamakan partikel Dane.
2.4. Etiologi Virus Hepatitis B2,5
Virus Hepatitis B termasuk hepadnavirus yang berukuran 42-nm double
stranded, DNA virus terdiri atas 3 jenis antigen yaitu HBsAg, HBcAg dan HBeAg.
HBV tetap bertahan pada proses desinfeksi, sterilisasi yang tidak memadai,
pengeringan dan penyimpanan selama satu minggu atau lebih. Selama infeksi HBV,
terdapat 2 macam partikel virus yang terdapat dalam darah yaitu virus utuh (virion)
yang disebut juga partikel Dane dan selubung virus yang kosong (HBsAg). HBsAg
adalah antigen heterogen dengan suatu common antigen yang disebut a, dan dua
subdeterminan) dan r, yang menghasilkan 4 subtipe utama: adw, ayw, adr dan ayr.
Penyebaran subtipe-subtipe ini bervariasi secara geografis, dikarenakan oleh
perbedaanadeterminancommon antigen, perlindungan terhadap satu subtipe muncul
untuk merangsang perlindungan terhadap subtipe yang lain dan tidak ada perbedaan
manifestasi gejala klinis pada subtipe yang berbeda.
2.5. Patogenesis25
Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui aliran darah untuk mencapai sel
hati. Didalam sel hati, virus memperbanyak diri melalui proses transkripsi-replikasi
dengan bantuan sel hati. Inti virus mengalami proses replikasi dengan bantuan sel
hati, sedangkan selaput virus dibantu oleh sitoplasma sel hati.
Respons sel tubuh manusia pada infeksi virus Hepatitis B dapat menyebabkan
keadaan berikut:
a. Sebelum terjadi peradangan, sel hati masih berfungsi normal namun produksi virus
berlangsung terus yang disebut dengan infeksi persisten (pasien tetap sehat dengan
titer HbsAg yang tinggi)
b. Terjadi proses peradangan sel hati dan sintesis virus ditekan, yang disebut sebagai
hepatitis akut
c. Terjadi proses peradangan yang berlebihan dan keadaan ini akan menyebabkan
kerusakan sel hati yang disebut dengan hepatitis fulminan
d. Terjadi proses yang tidak sempurna, yaitu proses peradangan dan sintesis virus
Masa inkubasi biasanya berlangsung 45 – 180 hari, rata-rata 60-90 hari.
Paling sedikit diperlukan waktu selama 2 minggu untuk bisa menentukan HbsAg
dalam darah, dan jarang sekali sampai selama 6-9 bulan, perbedaan masa inkubasi
tersebut dikaitkan dengan berbagai faktor antara lain jumlah virus, cara-cara
penularan dan faktor pejamu.2
Perjalanan klinis HBV umumnya dibagi menjadi 4 stadium :38
a. Stadium pertama bersifat imun toleran. Pada neonatus, stadium ini dapat
berlangsung beberapa dekade sedangkan pada orang dewasa dapat
berlangsung hanya 2-4 minggu. Pada periode ini, replikasi virus dapat terus
berlangsung walaupun serum SGPT hanya sedikit atau tidak meningkat serta
tidak menimbulkan gejala klinis.
b. Stadium kedua mulai muncul respon imun dan berkembang. Hal ini akan
mengakibatkan stimulasi sitokinin dan menyebabkan sitolisis hepatosit secara
langsung dan terjadi inflamasi. Pada hepatitis akut, stadium ini merupakan
periode simptomatik dan umumnya berlangsung 3-4 minggu. Pada hepatitis
kronis stadium ini berlangsung selama 10 tahun atau lebih, yang kemudian
berlanjut menjadi sirosis dan komplikasinya.
c. Stadium ketiga dimulai ketika pejamu mampu mempertahankan respons
imunnya dan mampu mengeliminasi sel hepatosit yang terinfeksi sehingga sel
yang terinfeksi menurun jumlahnya dan replikasi virus aktif berakhir.
d. Stadium keempat HBsAg menghilang dan timbul antibody terhadap HBsAg
2.6. Cara Penularan2,23,29
Bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan HBV antara lain
darah dan produk darah, air ludah, cairan cerebrospinal, peritoneal, pleural, cairan
pericardial dansynovial, cairan amniotik, semen, cairan vagina, cairan bagian tubuh
lainnya yang berisi darah, organ dan jaringan tubuh yang terlepas. HBV dapat tahan
hidup pada permukaan lingkungan paling sedikit selama 7 hari.
Cara penularan infeksi Virus Hepatitis B adalah :
2.6.1. Penularan Secara Vertikal
Penularan secara vertikal merupakan penularan HBV dari ibu yang menderita
Hepatitis B akut atau pengidap Hepatitis B kronis kepada bayinya pada masa
kehamilan atau sewaktu persalinan. Penularan dari ibu pengidap Hepatitis B kronis
kepada bayinya merupakan salah satu penyebab tingginya jumlah penderita infeksi
Hepatitis B. Sekitar 90% bayi terinfeksi HBV dari ibu yang mengidap Hepatitis B
kronis. Bayi yang terinfeksi tersebut mungkin menderita Hepatitis akut atau terjadi
infeksi yang menetap dan menjadi kronik. Angka penularan dari ibu yang postif
HbsAg dengan HBeAg positif adalah lebih dari 70%, sedangkan angka penularan
untuk ibu yang positif HBsAg dengan HBeAg negatif adalah kurang dari 10%.
2.6.2. Penularan Secara Horizontal
Penularan horizontal adalah penularan infeksi virus Hepatitis B dari penderita
a. Kulit
Penularan ini terjadi jika bahan yang mengandung partikel virus Hepatitis B
(HBsAg) masuk ke dalam kulit. Contohnya, kasus penularan terjadi akibat
tranfusi darah yang mengandung HBsAg positif, hemodialisis (cuci darah) pada
penderita gagal ginjal kronik, melalui alat suntik yang tidak steril, seperti
penggunaan jarum suntik bekas, jarum akupuntur yang tidak steril, alat tatto atau
alat cukur. Virus ini tidak bisa menembus pori-pori kulit, tetapi dapat masuk
melalui kulit yang terluka atau mengalami kelainan dermatologik.
b. Selaput Lendir
Penularan dapat terjadi melalui mulut yaitu jika bahan yang mengandung virus
mengenai selaput lendir mulut yang terluka. Selain itu,virus Hepatitis B dapat
melalui selaput lendir alat kelamin (seksual) akibat hubungan seksual dengan
pasangan yang mengandung HBsAg positif yang bersifat infeksius, baik dengan
pasangan heteroseksual maupun homoseksual. Penularan seksual dari pria yang
terinfeksi kepada wanita sekitar 3 kali lebih cepat daripada penularan pada wanita
yang terinfeksi kepada pria. Hubungan seksual melalui anal baik penerima
maupun pemberi mempunyai risiko sama terjadinya infeksi.
2.7. Gejala Klinis
Kebanyakan orang tidak mengalami gejala apapun selama fase infeksi akut.
Namun, beberapa orang memiliki penyakit akut dengan gejala yang berlangsung
beberapa minggu, termasuk menguningnya kulit dan mata (jaundice), urin gelap,
Hepatitis B juga dapat menyebabkan infeksi hati kronis yang dapat berkembang
menjadi sirosis hati bahkan kanker hati.3
2.8. Tipe Hepatitis B 2.8.1. Hepatitis B Akut
Perjalanan Hepatitis B akut terjadi dalam empat (4) tahap yang timbul
sebagai akibat dari proses peradangan pada hati yaitu :7
a. Masa Inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 45-180 hari, rata-rata 60-90 hari. Paling
sedikit diperlukan waktu selama 2 minggu untuk bisa menentukan HBsAg dalam
darah, dan jarang sekali sampai selama 6-9 bulan, perbedaan masa inkubasi
tersebut dikaitkan dengan berbagai faktor antara lain jumlah virus, daya tahan
tubuh host serta lamanya penderita terpapar.2
b. Fase Prodromal
Fase prodomal yaitu fase dimana terdapat keluhan yang tidak khas seperti mual,
muntah, anoreksia dan demam.25Fase ini adalah waktu antara timbulnya
keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala dan ikterus. Fase prodromal ini berlangsung
antara 3-14 hari. Keluhan yang sering terjadi seperti: malaise, rasa lemas, lelah,
anoreksia, mual, muntah, terjadi perubahan pada indera perasa dan penciuman,
panas yang tidak tinggi, nyeri kepala, nyeri otot-otot, rasa tidak enak/nyeri di
abdomen dan perubahan warna urine menjadi cokelat, dapat dilihat antara 1-5 hari
c. Fase Ikterus
Fase ikterus yaitu fase dimana keadaan urine berwarna kuning pekat seperti air
teh, sklera mata dan kulit juga berwarna kuning. Fase ini berlangsung selama
10-14 hari.22 Dengan timbulnya ikterus, keluhan-keluhan prodromal secara berangsur
akan berkurang, kadang rasa malaise, anoreksia masih terus berlangsung, dan
nyeri abdomen kanan atas bertambah. Untuk deteksi ikterus, sebaliknya dilihat
pada sklera mata. Lama berlangsungnya ikterus dapat berkisar antara 1-6
minggu.26
d. Fase Penyembuhan
Selama masa penyembuhan gejala-gejala konstitusional menghilang, hepatomegali
dan rasa nyerinya juga berkurang. Penyembuhan sempurna rata-rata berkisar 1-2
bulan, namun dapat mencapai 4-6 bulan.23
2.8.2. Hepatitis B Kronis
Hepatitis B kronis didefinisikan sebagai peradangan hati yang berlanjut lebih dari
enam bulan sejak timbul keluhan dan gejala penyakit.26
Perjalanan Hepatitis B kronik dibagi menjadi tiga (3) fase penting yaitu :
a. Fase Imunotoleransi
Pada fase ini replikasi virus masih tinggi karena sistem imun toleran terhadap
HBV, dilihat dari tingginya titer HBsAg, HbeAg positif dan DNA HBV dalam
titer yang tinggi (>105 kopi/ml), dengan parameter biokimia (SGOT dan SGPT
b. Fase Imunoaktif (Fase clearance)
Pada fase ini replikasi menurun, titer HBsAg rendah, HbeAg masih positif dan
Anti-Hbe bisa positif atau masih negatif. Pemeriksaan biokimia menunjukkan
gejala Hepatitis (kadar SGOT dan SGPT serum meningkat) akibat terjadinya
penghancuran sel hati yang terinfeksi HBV oleh sel T-sitotoksik, sedangkan
histologik menunjukkan tanda-tanda Hepatitis kronik aktif.28
c. Fase Residual
Pada fase ini sudah tidak ada tanda replikasi HBV. HBsAg positif titer rendah,
HbeAg negatif dan Anti-Hbe positif. Biokimia normal atau bila ada berupa kadar
albumin yang rendah. Histologik perubahan minimal, sirosis atau bahkan menjadi
hepatoma. 28Pada fase ini tubuh berusaha menghancurkan virus dan menimbulkan
pecahnya sel-sel hati yang terinfeksi HBV. Sekitar 70% dari individu tersebut
akhirnya dapat menghilangkan sebagian besar partikel HBV tanpa ada kerusakan
sel hati yang berarti.27
2.9. Kelompok Risiko Tinggi13
Kelompok orang-orang yang termasuk dalam risiko tinggi tertular virus
Hepatitis B meliputi : anak yang lahir dari Ibu pengidap Hepatitis B, penerima donor
darah, orang dengan perilaku seksual yang berisiko tinggi, pengguna narkoba/jarum
suntik, orang yang menggunakan tindikan dan tatto dari peralatan yang tidak steril, pasien gagal ginjal menjalani prosedur hemodialisis selama bertahun-tahun, keluarga
tingkat tinggi Hepatitis B, petugas kesehatan, seseorang dengan retardasi mentalserta anggota militer.27
2.10. Komplikasi
Komplikasi sebagai akibat progresi hepatitis B kronik diantaranya adalah :
a. Sirosis Hati
Sirosis merupakan komplikasi penyakit hati yang ditandai dengan
menghilangnya sel-sel hati dan pembentukan jaringan ikat dalam hati yang
ireversibel.36 Sirosis hati merupakan proses difus dari fibrosis berat disertai
terbentuknya nodul regenerasi. Fibrosis adalah hasil dari proses fibrogenesis,
yaitu proses pembentukan jaringan ikat (parut) yang terjadi akibat kerusakan
jaringan hati. Dengan terus berlangsungnya kerusakan hati (kronisitas),
jaringan fibrosis juga terus meluas hingga meliputi seluruh bagian hati. Sirosis
hati akibat hepatitis B timbul akibat progresi hepatitis B kronik.1
b. Kanker Hati (Hepatoma)
Kanker hati adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel ganas di
hati yang dihasilkan dari sel-sel abnormal pada hati (primer), atau mungkin
akibat dari penyebaran kanker dari bagian tubuh lain (sekunder).37
Kanker/tumor hati primer dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis berdasarkan
sel asalnya, yaitu kanker/tumor hati jinak dan kanker/tumor hati ganas.
Kanker/tumor hati jinak contohnya adalah adenoma hepatik dan hiperplasia
fokal nodular (focal nodular hyperplasia=FNH). Untuk kanker/tumor hati
2.11. Epidemiologi HBV 2.11.1. Distribusi Frekuensi
a. Menurut Orang
Penyakit Hepatitis B bisa terjadi pada semua kelompok umur dan jenis
kelamin. Data-data menunjukkan bahwa bayi yang terinfeksi HBV sebelum usia 1
tahun mempunyai risiko kronisitas sampai 90%, sedangkan bila infeksi HBV terjadi
pada usia antara 2-5 tahun risikonya menurun menjadi 50%, bahkan bila terjadi
infeksi pada anak berusia diatas 5 tahun hanya berisiko 5-10% untuk terjadi
kronisitas.32
Penelitian Ipi H. (2004) di RSUD DR. M. Yunus Bengkulu dari 114 penderita
infeksi HBV sebanyak 42 orang (36,8%) berumur 25-40 tahun.17Penelitian Elizabeth
L.(2010) di RSUD Rantau Prapat dari 104 penderita infeksi HBV sebanyak 27 orang
(26%) berumur 4-13 tahun.16Berdasarkan jenis kelamin ternyata pria cenderung lebih
banyak dari pada wanita. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 telah
mengumpulkan dan memeriksa sampel darah dari 30.000 rumah tangga di 294
Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Hasil pemeriksaan biomedis menunjukkan
bahwa prevalensi HBsAg sebesar 9,7% pada pria 9,3% pada wanita, dengan angka
tertinggi pada kelompok usia 45-49 tahun sebesar 11,9%.8 Penelitian Sujono Hadi
(1996) di beberapa kota di Indonesia seperti : Jakarta, dari 9.498 orang yang
diperiksa, diperoleh 2.447 orang HBsAg positif, 1.783 orang adalah pria (72,86%),
sedangkan wanita sebanyak 664 orang (27,14%). Di Surabaya, dari 7.759 orang yang
dari 7.365 orang yang diperiksa, diperoleh 1.080 orang dengan HBsAg positif,
didapati 673 pria (62,31%), sedangkan pada wanita sebanyak 407 orang (37,69%). Di
Denpasar dari 2.179 orang yang diperiksa, diperoleh 217 orang dengan HBsAg
positif, ditemukan pria dengan jumlah lebih banyak yaitu 168 orang (77,42%),
sedangkan pada wanita 49 orang (22,58%).9
b. Menurut Tempat
Menurut WHO pola infeksi Virus Hepatitis B dibagi menjadi 3 daerah
endemisitas, yaitu endemisitas tinggi, sedang dan rendah.33,11
b1. Negara dengan tingkat endemisitas tinggi seperti Asia Tenggara dan Pasifik
Basin (tidak termasuk Jepang, Australia, dan Selandia Baru), sub-Sahara
Afrika, Amazon Basin, bagian dari Timur Tengah, republik-republik Asia
Tengah, dan beberapa negara di Eropa Timur, Cina, Taiwan, Asia Tenggara,
dan Indonesia khususnya Papua dan Nusa Tenggara Timur. Prevalensi
HBV>8%. Di negara dengan tingkat endemisitas tinggi, pengidap HBV kronis
kebanyakan adalah bayi baru lahir dan anak-anak bawah lima tahun. Cara
penularan umumnya terjadi pada masa perinatal. Itulah sebabnya kanker hati
dan sirosis hati sudah dijumpai pada usia muda. Apabila diteliti lebih lanjut
melalui pemeriksaan anti-HBs dan anti HBc, ternyata di negara dengan tingkat
endemisitas tinggi 70-95% penduduknya pernah kontak dengan HBV.
Penelitian oleh Soewignjo S. dan Gunawan S. (1999) melaporkan jumlah
pengidap virus Hepatitis B dari berbagai daerah di Indonesia dalam berbagai
melebihi 8%. Di Asia, prevalensi Hepatitis B di Indonesia menempati urutan
ketiga.
b2. Negara dengan tingkat endemisitas sedang seperti di sekitar Laut Tengah, Asia
Barat Daya dan sebagian wilayah di Indonesia.PrevalensiHBV 2-8%, populasi
pernah terpapar HBV 10-60%.
b3. Negara dengan tingkat endemisitas rendah seperti Amerika Utara, Eropa Barat
dan Utara, Australia, dan bagian dari Amerika Selatan.Prevalensi HBV<2% dan
populasi yang pernah terpapar HBV 5-7%. Populasi yang terinfeksi lebih
banyak pada kelompok dewasa. Penularan infeksi di negara dengan tingkat
endemisitas rendah lebih disebabkan karena penularan horizontal.
c. Menurut Waktu
Infeksi HBV tergantung pada banyak jumlah virus, cara transmisi, daya tahan
tubuh dan lamanya individu terpapar. Dari penelitian yang dilakukan di beberapa kota
di Indonesia kasus yang ditemukan tidak berbeda dari tahun ke tahun.4 Menurut
penelitian Ipi H. di RSUD DR. M. Yunus Bengkulu ditemukan penderita Hepatitis B
tahun 1999 sebanyak 12 orang, tahun 2000 sebanyak 23 orang, tahun 2011 sebanyak
28 orang, tahun 2002 sebanyak 22 orang dan tahun 2003 sebanyak 29 orang.17Hal
ini menunjukkan bahwa kasus Hepatitis B tidak melihat waktu untuk mengalami
2.11.2. Determinan a. Umur
Tingginya angka prevalens Hepatitis B ini terkait dengan terjadinya infeksi
HBV pada masa dini kehidupan. Sebagian besar pengidap HBV ini diduga
mendapatkan infeksi HBV melalui transmisi vertikal, sedangkan sebagian lain
melalui trasmisi horizontal karena kontak erat pada usia dini. Pada usia anak-anak
25% dengan Hepatitis B kronis dapat berkembang menjadi sirosis hati, sedangjan
orang dewasa dengan Hepatitis B kronis kemngkinanya 15% untuk berkembang
menjadi sirosis hati.5
b. Jenis Kelamin
Berbagai penelitian menujukkan bahwa penderita Hepatitis B lebih banyak
pria daripada wanita. Hal ini karena perbedaan pola perilaku dan gaya hidup. Selain
itu, faktor kesadaran untuk memeriksakan kesehatan pria jauh lebih rendah
dibandingkan dengan wanita.16
c. Pekerjaan
Menurut WHO tahun 2012, pekerjaan yang berisiko tinggi terhadap penularan
Hepatitis B adalah pekerjaan yang kontak langsung dengan darah atau bekerja
sebagai tenaga kesehatan. Penelitian Atoillah,2010 mengemukakan bahwa kelompok
yang mudah terinfeksi Hepatitis B adalah petugas medis (petugas laboratorium,
transfusi darah, kamar bedah, dokter gigi, dokter bedah dan lain-lain). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jenis pekerjaan yang dimiliki responden lebih banyak
dengan pekerjaan PNS (non medis) sebesar 25% dan yang memiliki pekerjaan
Setiawan,2012 mengemukakan bahwa populasi yang bekerja di institusi kesehatan
sangat berisiko terhadap virus Hepatitis B karena profesi mereka sangat erat kontak
langsung dengan darah maupun sekret orang yang terinfeksi.30
d. Imunitas
Semua orang rentan terhadap infeksi Hepatitis B. Biasanya penyakit lebih
ringan dan sering anicteric pada anak-anak, dan pada bayi biasanya asimtomatis.
Kekebalan protektif terbentuk setelah terjadi infeksi apabila terbentuk antibodi
terhadap HBsAg (anti-HBs) dan HBsAg negatif.2
e. Riwayat Penyakit
Seseorang dengan sindroma down, penyakit lymphoproliferative, infeksi HIV
pasien dengan hemodialisis, yang selalu memerlukan transfusi darah dan penderita
yang mendapat terapi. Orang-orang yang memiliki kelainan kekebalan seluler
merupakan riwayat penyakit yang berisiko terinfeksi HBV dan lebih mudah
menderita infeksi kronis.2
2.12. Pencegahan
Pencegahan dilakukan untuk menurunkan angka mobilitas dan mortilitas
akibat infeksi virus Hepatitis B (HBV) yang meliputi pencegahan primordial, primer,
sekunder dan tersier.
2.12.1. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial adalah suatu upaya untuk memberikan kondisi pada
penyakit.12Pencegahan ini ditujukan untuk semua orang. Pencegahan primordial yang
dapat dilakukan adalah :7
a. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
b. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga dan istirahat yang cukup
c. Memberikan ASI pada bayi karena ASI mengandung antibodi untuk melawan
penyakit
d. Meningkatkan hygine perorangan.
2.12.2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadiketika seseorang sudah
terpapar faktor risiko.14
Pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah :5
a. Melakukan upaya pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan kepada
masyarakat atau orang yang berisiko mengenai segala hal tentang Hepatitis B.
b. Melakukan skrining bagi pendonor darah. Semua darah yang akan didonorkan
harus dilakukan pemeriksaan dengan teknik yang sensitif (RIA atau EIA)
untuk melihat adanya HBsAg dalam darah donor. Selain itu, juga perlu
dilakukan skrining ibu hamil yaitu pemeriksaan dilakukan pada awal dan pada
trimester ketiga kehamilan, terutama pada ibu yang berisiko terinfeksi HBV
c. Melakukan perlindungan khusus bagi tenaga kesehatan yang berisiko kontak
dengan darah yaitu mensterilisasi benda-benda yang tercemar dengan
waktu kontak dengan darah dan cairan tubuh, cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak penderita pada tempat khusus, selain itu perlu melakukan
skrining Hepatitis B yaitu dengan pemeriksaan HBsAg pada petugas
kesehatan untuk menghindarkan kontak antar petugas kesehatan dengan
penderita
d. Mencegah kontak mikrolesi seperti yang dapat terjadi melalui pemakaian sikat
gigi dan sisir atau gigitan anak pengidap HBV
e. Pemberian imunisasi Hepatitis B untuk bayi, anak-anak, remaja maupun
dewasa yang berisiko tinggi terinfeksi Virus Hepatitis B.
f1. Imunisasi aktif : Pemberian vaksin Hepatitis B rekombinan. Vaksin ini
dibuat dengan mengekspresikan antigen HBs pada sel ragi
(Saccharomyces cerevisae atau Hansenuela polymorpha). Tujuan
imunisasi aktif HBV adalah memotong jalur transmisi HBV terhadap
bayi baru lahir dan kelompok risiko tinggi tertular HBV. Anak yang
belum pernah memperoleh imunisasi pada bayi, harus diimunisasi
secepatnya (catch up immunization), paling lambat saat berusia 11-12
tahun. Strategi imunisasi diberikan pada usia pra pubertas dikaitkan
dengan perilaku remaja dan peningkatkan risiko paparan terhadap HBV.
Untuk mencapai konsentrasi anti-HBs protektif, imunisasi harus diberikan
Jadwal tiga kali pemberian ini dapat bervariasi dengan beberapa panduan:
a. Interval terpendek antara suntikan ke-1 dan ke-2 adalah 1 bulan,
antara suntikan ke-2 dan ke-3 adalah 2 bulan, tetapi suntikan ke-3
tidak boleh diberikan sebelum bayi berusia 6 bulan
b. Interval yang memperoleh imunisasi pada usia >2 bulan, jarak antara
suntikan ke-1 dan ke-3 minimal 4 bulan
c. Pada bayi, imunisasi harus lengkap tiga kali paling lambat pada usia
18 bulan. Pada remaja, imunisasi dapat diberikan dengan jadwal
0,1,6, bulan atau 0,2,4 bulan
Efektivitas vaksin Hepatitis B dalam mencegah HBV lebih dari 95%. Memori
sistem imun diperkirakan menetap sampai dengan 12 tahun pasca imunisasi.
Vaksin rekombinan terbukti aman dan hanya 1-6% resipien yang mengalami
efek samping bersifat lokal, ringan dan sementara.
f2. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian Hepatitis B immune globulin (HBIg).
HBIg dibuat dari kumpulan plasma donor yang mengandung anti-HBs
titer tinggi serta bebas HIV dan anti HCV. HBIg terindikasi pada paparan
akut HBV dan harus diberikan segera setelah seseorang terpajan HBV.
HBIg akan memberikan perlindungan sampai 6 bulan. Paparan akut
yang dimaksud adalah kontak dengan darah yang menagndung HBsAg,
baik melalui mekanisme inokulasi, tertelan, atau terciprat ke mukosa atau
HBV. Bayi dari ibu pengidap HBV diberi HBIg secara intramuskular
dengan dosis 100 U(0,5ml) dalam waktu 12 jam setelah lahir. Diberikan
bersamaan dengan vaksin aktif HBV pada sisi tubuh yang berbeda.5
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa vaksin Hepatitis B yang
diberikan kepada bayi yang dilahirkan oleh ibu HBsAg positif segera
setelah dilahirkan maka efektivitasnya mencapai 75 % dalam mencegah
infeksi HBV. Sedangkan bila diberikan HBIg dan vaksin Hepatitis B
maka efektivitasnya mencapai 85-90%.28
2.12.3.Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan
penyakit atau cedera menuju suatu perkembangan kearah kerusakan atau
ketidakmampuan, sehingga dapat mencegah kondisi untuk berkembang, menyebar
didalam populasi, dan dapat menghentikan atau memperlambat perkembangan
penyakit, ketidakmampuan, gangguan atau kematian.14
Pencegahan sekunder inidapat dilakukan melalui:
a. Pemeriksaan Laboratorium
Ada beberapa rangkaian pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosa hepatitis B
yaitu:6
a1. Pemeriksaan HBsAg untuk mengetahui ada tidaknya HBV dalam darah. Hasil
yang positif berarti seseorang telah terinfeksi virus Hepatitis B baik akut
Sedangkan jika pemeriksaan negatif berarti seseorang tidak memiliki virus
Hepatitis B dalam darahnya. Jika HBsAg menetap selama>6 bulan maka infeksi
dinyatakan kronis.
a2. Pemeriksaan anti-HBs untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan oleh tubuh
sebagai respon terhadap antigen pada virus Hepatitis B. Jika pemeriksaan positif
berarti seseorang telah dilindungi atau kebal dari virus Hepatitis B karena telah
divaksinasi atau ia telah sembuh dari infeksi akut.
a3. Pemeriksaan anti-HBc untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan oleh tubuh
sebagai respons terhadap bagian dari virus Hepatitis B yang disebut antigen inti.
Hasil dari pemeriksaan ini seringkali tergantung pada hasil dari dua
pemeriksaan lainnya yaitu pemeriksaan anti-HBs dan HBsAg. Pemeriksaan
positif berarti seseorang saat ini terinfeksi dengan virus Hepatitis B atau pernah
terinfeksi sebelumnya.
a4. Pemeriksaan IgM anti HBc dan anti HBc total. Pada infeksi HBV akut
didapatkan IgM anti HBc positif. Pada infeksi HBV kronis anti HBc total positif
atau meningkat.
a5. Pemeriksaan HBeAg untuk mendeteksi protein (HBeAg) yang ditemukan dalam
darah selama infeksi virus Hepatitis B aktif. Pemeriksaan positif berarti
seseorang memiliki virus tingkat tinggi dalam darahnya dan dapat dengan
mudah menyebarkan virus ke orang lain. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk
memantau efektivitas pengobatan untuk Hepatitis B kronis.
a6. Pemeriksaan HBeAb atau anti-HBe untuk mendeteksi antibodi (HBeAb atau
antigen “e”. Pemeriksaan positif berarti seseorang terinfeksi virus Hepatitis B
kronis tetapi berada pada risiko rendah untuk terkena masalah penyakit hati
karena rendahnya tingkat virus Hepatitis B dalam darah.
a7. Pemeriksaan HBV DNA untuk mendeteksi seberapa besar HBV DNA dalam
darah dan hasil replikasinya pada urin seseorang. Pemeriksaan positif berarti
virus ini berkembang biak di dalam tubuh seseorang dan dapat menularkan
virus kepada orang lain. Jika seseorang memiliki Hepatitis B infeksi virus
kronis, kehadiran DNA virus berarti bahwa seseorang mengalami
peningkatan risiko untuk kerusakan hati. Pemeriksaan ini juga digunakan
untuk memantau efektivitas terapi obat untuk infeksi virus Hepatitis B kronis.
a8. Faal Hati. SGPT (Serum Glutamic Pirivuc Transaminase) dan SGOT (Serum
Glutamic Oksalat Transaminase) merupakan tanda bahwa penyakit hepatitis
B aktif dan memerlukan pengobatan anti virus. Pemeriksaan ini mutlak
dilakukan, pada infeksi HBV akut baik SGPT maupun SGOT dapat
meningkat puluhan hingga ratusan kali diatas nilai normal sedangkan pada
infeksi HBV kronis umumnya hanya meningkat ringan dan persisten. Selain
itu bisa juga dilakukan pemeriksaan albumin untuk menilai fungsi sintesis
hati. Pada keadaan penyakit hati yang luas, maka terjadi penurunan kadar
albumin.36
Menurut WHO untuk mendeteksi virus Hepatitis dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu: Radioimmunoassay (RIA), Enzim Linked Imunonusorbent Assay (Elisa) dan
probe DNA dengan teknik hibridasi.28 Pemeriksaan laboratorium yang paling sering
digunakan adalah metode ELISA.
Metode ELISA digunakan untuk mengetahui kerusakan pada hati melalui
pemeriksaan enzimatik. Enzim adalah protein dan senyawa organik yang dihasilkan
oleh sel hidup umumnya terdapat dalam sel. Apabila terjadi kerusakan sel dan
peninggian permeabilitas membran sel, enzim akan banyak keluar ke ruangan ekstra
sel, keadaan inilah yang membantu diagnosa dalam mengetahui kadar enzim tersebut
dalam darah. Pemeriksaan enzim yang sering dilakukan untuk mengetahui kelainan
hati adalah pemeriksaan SGPT dan SGOT. Penderita Hepatitis B juga mengalami
peningkatan kadar bilirubin, kadar alkaline fosfat.
b. Pengobatan spesifik
Tidak ada pengobatan spesifik tersedia untuk Hepatitis B akut. Para calon yang
akan menerima pengobatan sebaiknya sudah terbukti menderita Hepatitis B
kronis yaitu dengan melihat hasil biopsi. Pengobatan dengan interferon dan
lamividine ini paling efektif jika diberikan pada seseorang dengan infeksi pada
fase replikasi tinggi (positif HbeAg) karena mereka paling sering simtomatis,
infeksius dan risiko tinggi terjadi gejala sisa dalam jangka waktu lama.
Penelitian menunjukkan bahwa alpha interferon telah berhasil menghentikan
perkembangan virus sekitar 25% - 40% dari pasien yang diobati. Uji klinis
pengobatan jangka panjang dengan lamivudine memperlihatkan terjadinya
pengurangan DNA HBV secara berkelanjutan pada serum, diikuti dengan
c. Pemantauan berkala dilakukan setiap 6 bulan yaitu pemeriksaan HBsAg, HBeAg, SGOT, SGPT, alfa-fetoprotein, dan USG hati. Bila selama
pemantauan HBsAg tetap positif tetapi SGOT/SGPT dalam batas normal.
Kadar normal SGOT adalah 0-40 U/L dan kadar SGPT normal adalah 0-35
U/L (batas normal kadar SGOT dan SGPT bisa berbeda tiap laboratorium).
Peningkatan kadar SGOT dan SGPT menandakan telah terjadi kerusakan hati
bagi penderita Hepatitis B. Peningkatan >3kali menandakan kerusakan hati
yang berat. Pemantauan berkala terus dilakukan setiap 6 bulan. Bila selama
pemantauan HBsAg tetap positif dan SGOT/SGPT meningkat lebih 1,5 kali
batas atas normal pada lebih dari 3 kali pemeriksaan berturut-turut dengan
interval minimal 2 bulan perlu dipertimbangkan pemberian terapi antivirus.
Pada anak yang mengalami hal tersebut perlu dilakukan biopsi hati. Biopsi
perlu diulang untuk menilai respons terapi.5
2.12.4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap ketidakmampuan dengan
menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan sudah terjadi
dan menimbulkan kerusakan.
Pencegahan tersier dapat dilakukan melalui:10,14
1. Olahraga bagi penderita Hepatitis B perlu untuk mempertahankan dan
meningkatkan kebugaran tubuh dalam rangka menjaga atau memperbaiki
kesehatan tubuhnya.
2.13. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka di atas, maka kerangka
konsepdari penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B
1. Sosiodemografi
Umur
Jenis Kelamin Agama
Pekerjaan
Status Perkawinan Tempat Tinggal
2. Keadaan Medis
Kadar Bilirubin Kadar SGOT Kadar SGPT Tipe Hepatitis B
3.Status Rawatan
Lama Rawatan
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan desain case
series.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di rekam medis Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau
Kesdam I/Bukit Barisan Medan dengan beberapa alas an yaitu ketersediaan data,
belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita Hepatitis B di
rumah sakit tersebut serta kesediaan pihak rumah sakit untuk memberikan izin
penelitian.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dari bulan Januari sampai Agustus 2014.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi adalah semua data penderita Hepatitis B yang tercatat di rekam
medis Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan tahun
2010-2013 yang berjumlah108 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah semua data penderita Hepatitis B yang tercatat di rekam medis