• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metodologi Pengem bangan Kognitif MENGEMB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Metodologi Pengem bangan Kognitif MENGEMB"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Metodologi Pengembangan Kognitif

MENGEMBANGKAN ASPEK KOGNITIF

DENGAN BERMAIN KONSTUKTIF MEMBANTU ANAK KREATIF D

I S U S U N OLEH : SITI RAHMAH

1123113022

PG.PAUD REGULER 2012

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS LILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MENGEMBANGKAN ASPEK KOGNITIF

DENGAN BERMAIN KONSTUKTIF MEMBANTU ANAK KREATIF

Abstrak

Kata kunci : aspek kognitif, Bermain konstruktif, Kreatif.

(2)

, fleksibel dalam berpikir, orisinil (asli) dalam berpikir, elaborasi, imaginatif, senang menjajaki lingkungannya, banyak ajukan pertanyaan, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, suka melakukan eksperimen, suka menerima rangsangan baru, berminat melakukan banyak hal, tidak mudah merasa bosan.

BAB I PENDAHULUAN

Para ahli mengatakan bahwa dunia anak adalah bermain. Bermain terungkap dalam berbagai bentuk bila anak sedang beraktifitas . Saat bermain seorang anak memperoleh banyak hal, bukan hanya kesenangan dan yang lebih penting bagi anak adalah makna bermain bukan hasil akhirnya. Pada saat bermain anak tidak memikirkan sasaran yang akan dicapai sehingga ia mampu bereksperimen.

Bermain merupakan suatu aktivitas yang langsung dan spontan. Bermain dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang digunakan untuk berbagai tujuan yang menyenangkan. Menurut Roger, Cosby S. dan Janet K. Sawyers (1995) setiap anak ingin selalu bermain, sebab dengan bermain anak merasa rileks, senang dan tidak tertekan. Di mananapun, dalam kondisi apapun, anak akan berusaha mencari sesuatu untuk dapat dijadikan mainan.

Bermain membawa harapan tentang dunia yang memberikan kegembiraan, memungkinkan anak berkhayal tentang sesuatu atau seseorang. Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak karena melalui bermain anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, social, nilai dan sikap hidup.

Bermain dilakukan dengan perasaan senang, sukarela dan imajinatif. Anak senang bermain karena melalui bermain anak memperoleh suatu cara untuk mengetahui dan mencoba melakukan sesuatu dengan benda yang ada di sekitarnya. Dengan demikian fungsi bermain tidak saja dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan social, tetapi juga perkembangan bahasa, disiplin, perkembangan moral, kreativitas, dan perkembangan fisik anak.

(3)

kebutuhan anak dengan menyediakan berbagai permianan yang dapat mendukung perkembangan anak. Tentu saja permainan dan alat bermainnya tersebut bukanlah suatu yang harus bernilai ekonomi tinggi atau mahal, tetapi apapun dapat dijadikan alat bermain.

BAB II PEMBAHASAN

2. 1. Bermain konstruktif dan Kemampuan Ingatan Anak

Bermain kuostruktif adalah kegiatan yang menggunakan berbagai benda yang ada untuk untuk menciptakan suatu hasil karya tertentu seperti menggambar menciptakan sesuatu dari lilin mainan,menggunting dan menempel kertas atau kain , menyusun atau plastic menjadi bentuk tertentu. Menurut Johnson , anak usia 4 tahun yang berada di TK atau pun TPA menghabiskan lebih dari separuk waktunya untuk melakukan kegiatan bermain konstruktif.

Kegiatan bermain konstruktif merangsang kreativitas serta imajinatif anak, anak harus membayangkan bentuk yang akan dibuat ,cita rasa seni dibutuhkan sehingga hasilnya enak dilihat. ketarampilan motorik halus juga akan terasa melalui aktivitas dari kegiatan bermain ini, ketekunan serta konsentrasi diperlukan melalui bermain konstruktif dan saat erat dengan berbagai manfaat.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bermain konstruktif :

a. Anak perlu diberikan kesempatan untuk mau melakukannya. Mengingat setiap anak

adalah unik maka sangat besar kemungkinannya pada anak yang tidak menyukai bermain konstruktif , maka tugas orang dewasa adalah dengan sabar membujuk dan mengiringi anak agar mau melakukannya.

b. Mengingat perkembangan kognitif anak berada pada tahap praoperasional dengan

(4)

positif dan anak tidak patut disalahkan, yang penting anak menikmati kegiatannya dan merasa puas serta bahagia karena jerih payahnya dihargai oleh orang lain.

a. Ada anak yang unggul dalam kegiatan bermain yang satu tapi kurang unggul dalam

kegiatan barmainlainnya.

Permainan konstruktif tak dapat dilakukan oleh seluruh balita. Agus Sujanto dalam Psikologi Perkembangan (Jakarta: Aksara Baru, 1988) memaparkan prosentase permainan yang biasa dilakukan seorang anak dalam setiap hari berdasar tingkatan umur.

Anak usia 4-5 tahun digolongkan masa kanak-kanak. Aktivitas membangun dan mencipta sudah ada dan berkembang pesat pada usia ini. Seperti yang dikemukakan oleh Carl Buhler bahwa permainan konstruktif sudah ada mulai usia 2 tahun dan meningkat terutama mulai usia 5 tahun. H. Hetzer juga mengemukakan bahwa pada usia 4-8 tahun porsi permainan konstruktif lebih besar daripada porsi permainan lain. Menurut Singgih D. Gunarsa, anak pada masa ini mempunyai ciri-ciri:

a. Tak lagi tergantung pada orang tua dan sudah punya inisiatif untuk melakukan

sesuatu.

b. Mulai mengetahu kemampuan dan keterbatasannya serta bias

c. Berkhayal tentang apa yang akan dilakukannya.

d. Menyenangi hal-hal baru dan menarik.

e. Mampu bekerjasama dengan orang dewasa.

Permainan seorang anak dapat merangsang kemampuan ingatannya. Kemampuan ingatan memang harus dirangsang dan dilatih. Drs. Padjimenyatakan bahwa kemampuan otak untuk menyimpan dengan cepat dan mengingat kembali dengan teliti harus dilatih dan disempurnakan (Meningkatkan Keterampilan Otak Anak, Drs. Padji, Pioner Jaya, Bandung, 1992, hal. 24).

Permainan konstruktif sebagai bagian dari permainan edukatif, dapat merangsang

kemampuan ingatan seorang anak. Pada saat kita mengajak anak untuk mengingat

kembali pengalaman bermainnya dan saling menceritakan pengalaman bermain, serta

(5)

Tujuan diberikan permainan ini adalah untuk pengembangan aspek-aspek kepribadian anak, di antaranya untuk mengetahui dan merangsang kreativitas anak dalam mereproduksi bentuk bangunan yang bersifat konstruktif sesuai dengan imajinasinya.

Manfaat utama dari permainan konstruksi adalah melatih kemampuan ingatan anak. Setiap kali anak melakukan permainan konstruktif, maka otak anak diaktifkan kembali untuk mengingat. Semakin banyak anak diberikan permainan ini, semakin banyak pula latihan mengingat pada anak dan kemampuan ingatan anak menjadi terlatih dengan baik. Misal anak yang tinggal di pesantren mereka sering diberi tugas hafalan. Ini artinya mereka sering mendapat latihan mengingat, hingga ingatan mereka menjadi terlatih dan mudah mengingat sesuatu.

Untuk mengembangkan kognitif anak dapat menggunakan metode yang mampu menggerakkan anak agar menumbuhkan berfikir . Metode dalam melatih ingatan dengan memberikan permainan konstruktif dikenal dengan sebutan metode rekonstruksi. Kepada anak diperlihatkan berbagai obyek yang tersusun dengan cara tertentu. Setelah itu, urutan tersebut dibongkar dan anak harus menyusun kembali. Melalui permainan ini anak dapat berekspresi dan berkreasi dengan benda-benda yang beraneka ragam bentuknya sesuai dengan yang diingatnya. Permainan seperti ini penting karena merupakan latihan bagi kemampuan ingatan anak dan mampu mendorong anak mencari dan menemukan jawabannya, memikirkan kembali, membangun kembali , dan menemukan hubungan-hubungan baru.

Dalam permainan itu anak menerima kesan-kesan yang nantinya dapat dimunculkan kembali saat diperlukan. Saat memasuki sekolah dasar misalnya, anak menjumpai pelajaran-pelajaran yang berhubungan dengan permainan yang pernah dilakukan, antara lain bangun dasar geometri. Bahkan, kemampuan ingatan yang sudah terlatih sangat berguna dalam keseluruhan proses belajar. Antara proses belajar dan ingatan mempunyai hubungan erat. Tak mungkin kita mempelajari sesuatu tanpa fungsi ingat atau dikritik orang dewasa. Tapi, semua itu bisa dihindari atau dikurangi dengan cara menghargai apapun hasil konstruksi yang telah dibuat anak. Dalam hal ini, tentu saja peran orang tua sangat besar untuk menjaga semangat anak dalam melakukan permainan konstruktif.

(6)

Bermain konstrukstif terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam suatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau suatu pemecahan masalah ciptaan sendiri. Makin berkembang imajinasinya,maka makin kreatif dalam mencipta sesuatu dari permainan ini anak pun belajar mengenali sebatas mana kemampuannya dan melatih keterampilan tangannya. Main balok termasuk jenis bermain konstruktif, yaitu membuat/memanipulasi objek/benda menjadi sesuatu bentuk atau benda baru yang mungkin berbeda sama sekali dari bentuk asalnya. Namun, kemampuan anak untuk bisa membuat sesuatu bentuk, misal menyusun balok-balok menjadi sebuah menara atau istana, berlangsung secara bertahap. Permainan ini berkaitan erat dengan kemampuan intelektual dan koordinasi motorik.

Di awal usia batita, kala menyusun balok, anak belum bisa menentukan mau berbuat apa dari balok-balok tersebut. Yang anak tahu hanyalah menyusunnya tanpa mengerti maknanya. "Awalnya anak masih pada tahap sensori motor, anak baru belajar keseimbangan atau menyeimbangkan balok-balok yang anak susun. Jadi, tak masalah bila anak yang berusia setahun menyusun balok-baloknya tak beraturan, semisal yang kecil di bawah dan yang besar di atas, karena anak memang belum menangkap konsep keteraturan dan urutan, anak pun belum bisa membedakan balok besar dan kecil atau benda mana yang harus disusun lebih dulu.

Barulah di usia 2-2,5 tahun, anak mulai mengenal konsep besar-kecil, hingga anak bisa diajarkan untuk menyusun secara berurutan, dari yang besar di bagian bawah hingga ke atas makin mengecil. Selanjutnya, di atas usia 3 tahun, seiring kemampuan kognitifnya yang berkembang, anak mulai tahu akan membuat apa dengan balok-balok tersebut, seperti gedung, jembatan, rumah, dan lainnya. Jadi, anak tak lagi asal-asalan mengkonstruksikan sesuatu, tapi sudah memakai proses berpikir.

Ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif(aptitude) dan ciri non-kognitif (nonaptitude). Ciri kognitif dari kreativitas terdiri dari orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaboratif. Sedangkan ciri non-kognitif dari kreativitas meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif. Kreativitas baik itu yang meliputi ciri kognitif maupun ciri

non kognitif merupakan salah satu potensi yang penting untuk dipupuk dan dikembangkan.Selain kedua ciri sebelumnya,

(7)

b. Bereksplorasi, bereksperimen, memanipulasi, bermain-main, mengajukan pertanyaan, menebak.

c. Menggunakan imajinasi ketika bermain peran, bermain bahasa, bercerita. d. Berkonsentrasi untuk “tugas tunggal dalam waktu cukup lama.

e. Menata sesuatu sesuai selera.

f. Mengerjakan sesuatu dengan orang dewasa. g. Mengulang untuk tahu lebih jauh.

Beberapa ciri anak kreatif antara lain adalah sebagai berikut :

1. Lancar berpikir

Anak bisa memberi banyak jawaban terhadap suatu pertanyaan yang Anda berikan, Inilah salah satu kehebatan anak kreatif. Anak mampu memberikan banyak solusi dari sebuah masalah yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat penting untuk dikembangkan. Dunia ini penuh masalah dan tantangan. Semakin kreatif seseorang, maka akan dengan mudah menjawab semua masalah dan tantangan hidupnya dengan kreativitasnya.

2. Fleksibel dalam berpikir

Anak mampu memberi jawaban bervariasi, dapat melihat sutu masalah dalam berbagai sudut pandang. fleksibilitas ini juga sangat penting dalam kehidupan. Seorang yang fleksibel, akan dengan mudah menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan.

3. Orisinil (asli) dalam berpikir

Anak dapat memberi jawaban-jawaban yang jarang diberikan anak lain. Jawaban baru biasanya tidak lazim atau kadang tak terpikirkan orang lain.

4. Elaborasi

Anak mampu menggabungkan atau memberi gagasan-gagasan atas jawaban yang dikemukakan, sehingga anak mampu untuk mengembangkan, memperkaya jawabannya dengan memperinci sampai hal-hal kecil Semua ciri-ciri anak kreatif tersebut bisa dikembangkan. Jadi bukan semata keturunan seorang anak bisa menjadi kreatif.

5. Imaginatif

(8)

bicara dan perilakunya. Dalam tataran anak remaja, imajinasi ini biasanya berupa fiksi ilmiah, yakni sudah cukup mampu mengembangkan imajinasinya dalam bentuk-bentuk keilmuan, seperti menulis cerpen atau naskah drama, menciptakan lirik lagu, bermusik dengan genre tertentu.

6. Senang Menjajaki Lingkungannya

Anak kreatif senang dengan bermain. Bermain dan permainannya itu selain menyenangkannya juga membuatnya banyak belajar dan anak bisa mengumpulkan dan meneliti makhluk hidup, serta benda mati yang ada di lingkungannya. Hal ini tentu saja bermanfaat untuk masa depannya karena anak akan selalu belajar dan mengasah rasa ingin tahunya terhadap sesuatu secara mendalam. Ciri ini juga terkait dengan kecerdasan anak secara naturalis. Misalnya, karena anak senang meneliti makhluk hidup, maka anak senang memelihara binatang atau tanaman yang disukainya dan memberinya nama.

7. Banyak Ajukan Pertanyaan

Anak kreatif sangat suka mengajukan pertanyaan, baik secara spontan yang berkaitan dengan pengalaman barunya maupun hasil anak berpikir. Sering kali pertanyaan yang diajukannya membuat kita sulit dan merasa terjebak. Karena itu, kita harus memiliki strategi yang tepat

dengan berhati-hati memberikan pernyataan dan harus siap dengan jawaban yang membuatnya mengerti.

8. Mempunyai Rasa Ingin Tahu yang Kuat

Anak kreatif suka memperhatikan sesuatu yang dianggap menarik dan mendalaminya sampai puas. Rasa ingin tahu anak kreatif sangat tinggi, sehingga anak tak akan melewatkan kesempatan untuk bertanya. Karena itu, kita sering dibuatnya agak kewalahan bahkan jengkel dengan menganggap anak kita bawel. Padahal itulah kehebatannya, rasa ingin tahunya akan membuatnya haus ilmu, memiliki daya kritis dalam berpikir dan tidak cepat percaya dengan ucapan orang sebelum membuktikan kebenarannya. Karena itu, fokus dan konsentrasi terhadap anak kreatif harus benar-benar diperhatikan. Cara berpikirnya yang cepat dan lancar akan membuatnya mudah bertindak memuaskan keingintahuannya.

9. Suka Melakukan Eksperimen

(9)

harus bayak mendampingi dan membimbingnya, tetapi tidak bertujuan menghambat atau terlalu mencampuri eksperimennya itu. Memberikan penjelasan tentang baik dan buruknya sesuatu lebih baik daripada berkata “jangan” atau “tidak boleh”.

10. Suka Menerima Rangsangan Baru

Anak kreatif sangat suka mendapatkan stimulus atau rangsangan baru, serta terbuka terhadap pengalaman baru. Hal ini berkaitan dengan rasa ingin tahunya dan kesukaannya bereksperimen. Semakin banyak stimulus yang kita berikan, maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapatkannya dan semakin banyak pula percobaan yang dilakukannya, sehingga proses dan kemampuan berpikirnya akan terus berkembang dan mengasah kecerdasan otaknya.

11. Berminat Melakukan Banyak Hal

Anak kreatif memiliki minat yang besar terhadap banyak hal. Anak suka melakukan hal-hal yang baru, berani mencoba hal-hal baru dan tidak takut terhadap tantangan. Dengan mengetahui antusiasme dari minatnya terhadap sesuatu akan membantu orang tua mengenali bakat anak, sehingga sejak dini bisa mengembangkan minat dan bakatnya secara berdampingan dan berkesinambungan. Selain itu, keberanian melakukan hal-hal baru dapat memupuk rasa percaya dirinya yang bermanfaat untuk perkembangan kepribadiannya kelak.

12. Tidak Mudah Merasa Bosan

Anak kreatif tidak mudah bosan melakukan sesuatu karena anak akan melakukannya sampai anak merasa benar-benar puas. Jika sudah puas, maka anak akan melakukan sesuatu yang lain lagi, Inilah ciri kreativitasnya yang menonjol.

2. 3. Teori Menurut Ahli

Pengertian Permainan Konstruktif

Menurut Agus Sujanto dalam buku Psikologi Perkembangan, permainan konstruktif

diartikan, anak membangun menyusun balok-balok, batu-batu dan sebagainya menjadi sesuatu yang baru dan dengan itu anak menemukan kegembiraannya. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa anak mereproduksi obyek yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk konstruksinya. Misalnya mobil dari balok-balok

(10)

permainan konstruktif adalah bentuk permainan dimana anak-anak menggunakan bahan untuk membuat sesuatu yang bukan tujuan yang bermanfaat melainkan lebih ditujukan untuk kegembiraan yang diperoleh dari membuatnya (Perkembangan Anak, jilid 1, Elizabeth B. Hurlock, Erlangga, 1991). Ini berarti, anak senang sekali bila dapat membuat dan menghasilkan sesuatu ke dalam bentuk konstruksinya.

Abu Ahmad dan Munawar Sholeh menamakan permainan kostruktif itu dengan sebutan permainan bentuk. Artinya, anak mencoba membentuk (konstruksi) suatu karya atau juga merusak (destruksi) suatu karya yang ada karena ingin tahu atau ingin mengubahnya (Psikologi Perkembangan, H, Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Rineka Cipta, Jakarta, 1991).

Dalam permainan konstruktif, anak tidak saja membentuk benda-benda menjadi suatu karya, tapi juga membuat benda baru dengan mengubah dari benda yang ada, sesuai dengan keinginannya. Karena itu, kita sering melihat seorang anak yang 'hobi' membongkar mainannya. Permainan ini, menurut pakar di atas, ada tingkatannya, yaitu:

 Membuat sesuatu tapi belum dapat memberi nama.

 Membuat sesuatu dan memberi nama.

 Menentukan dan membuat nama dulu, sebelum membuat sesuatu.

 Membuat sesuatu, sudah lengkap agak mirip dengan kondisi bentuk sebenarnya

yang dikehendaki.

Keempat tingkatan permainan konstruktif tersebut menyimpulkan, anak mentransformasikan suatu benda atau suatu obyek menjadi suatu bentuk lain.

BAB III KESIMPULAN

(11)

Bermain konstrukstif terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam suatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau suatu pemecahan masalah ciptaan sendiri. Makin berkembang imajinasinya,maka makin kreatif dalam mencipta sesuatu dari permainan ini anak pun belajar mengenali sebatas mana kemampuannya dan melatih keterampilannya.

Permainan konstruksi sangat bermanfaat bagi perkembangan kognitifnya karena dapat melatih kemampuan ingatan anak. Setiap kali anak melakukan permainan konstruktif, maka otak anak diaktifkan kembali untuk mengingat. Semakin banyak anak diberikan permainan ini, semakin banyak pula latihan mengingat pada anak dan kemampuan ingatan anak menjadi terlatih dengan baik. Seorang anak disebut kreatif jika ia menunjukkan ciri-ciri berikut ini:

 Anak yang kretif cenderung aktif.

 Bereksplorasi, bereksperimen, memanipulasi, bermain-main,

mengajukan pertanyaan, menebak.

 Menggunakan imajinasi ketika bermain peran, bermain bahasa, bercerita.

 Berkonsentrasi untuk “tugas tunggal dalam waktu cukup lama.

 Menata sesuatu sesuai selera.

 Mengerjakan sesuatu dengan orang dewasa.

 Mengulang untuk tahu lebih jauh.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bermain konstruktif :

 Anak perlu diberikan kesempatan untuk mau melakukannya. Mengingat setiap

anak adalah unik maka sangat besar kemungkinannya pada anak yang tidak menyukai bermain konstruktif .

 Mengingat perkembangan kognitif anak berada pada tahap praoperasional

dengan ciri egosentris maka sangat dimungkinkan hasil karya anak bila ditinjau dari bentuknya akan sangat kurang atau tidak sesuai dengan tema yang ia sebutkan.

 Ada anak yang unggul dalam kegiatan bermain yang satu tapi kurang unggul

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Aman Simare-mare. 2012. Psikologi Perkembangan I. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Medan.

Damaiwaty Ray. 2013. Bermain Dan Permainan .Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Medan.

Moeslichatoen R. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Renika Cipta

http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/2013/06/pengertian-dan-teori-bermain.html.

http://pembelajaran-anak.blogspot.com/2008/11/mengintip-perkembangan-kognitif-anak.html.

http://sdit-arrahmah-mks.blogspot.com/2010/03/manfaat-permainan-konstruktif-pada-anak.html.

http://zain.students.uii.ac.id/2013/04/08/%E2%80%9Cpermainan-dan-kreativitas-pada-anak-usia-dini%E2%80%9D/.

http://zhafarishop.blogspot.com/2012/07/pengertian-permainan-konstruktif.html.

Referensi

Dokumen terkait

4) Masing-masing peserta didik diberi satu lembar kertas, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua

Oleh karena itu kami mengusulkan sebuah program “ Economics Future Leader Camp” berupa kegiatan peningkatan motivasi dan edukasi bagi anak putus sekolah di Pekalongan dengan

Hasil yang didapatkan dari proses optimasi pada metode MKNN adalah k optimal=1, Dari hasil uji coba metode Modified K- Nearest Neighbor untuk nilai k 1 hingga 5

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakahterdapat perbedaan antara kemampuan berpikir kritis matematika siswa yang belajar menggunakan metode Group Investigation

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis fungsi komite sekolah dalam rangka mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan

Pada tahap planning, masalah yang dirasakan oleh PRIMASAGA Strategic Consultant adalah harga yang berubah, sulitnya memprediksi mood peserta, kurangnya pemahaman

Kemiskinan di Indonesia masih tergolong tinggi yakni sebesar 11%, dari total penduduk Indonesia. Salah satu upaya penanggulangan kemiskinan yang efektif dengan

Tidaklah mengherankan Paulus, yang merenungkan sejarah hidup Yesus mengatakan, “[Kristus Yesus], yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan