• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Hipertensi Tekanan Darah Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Askep Hipertensi Tekanan Darah Tinggi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Askep Hipertensi Tekanan Darah Tinggi

Askep | Hipertensi | asuhan | keperawatan | tekanan | darah | tinggi | tanda | gejala | etiologi | pengobatan | diagnosa | kategori | definisi | patofisiologi

Beranda Askep Hipertensi Tekanan Darah Tinggi Beranda»Askep»ASKEP

DALAM»MAKALAH KEPERAWATAN»MAKALAH KESEHATAN»Askep Hipertensi Tekanan Darah Tinggi

Askep Hipertensi Tekanan Darah Tinggi

Askep Hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Defenisi Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001).

Menurut WHO (1978) batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas normal yaitu bila tekanan sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic (bawah) 90 mmHg atau lebih.

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.

(2)

Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor risiko dan sebaiknya diberikan perawatan.

B. Etiologi

1. Usia

Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia hipertensi pada yang berusia dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri dan kematian premature.

2. Jenis Kelamin

(3)

3. Ras

Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang berkulit putih.

4. Pola Hidup

Faktor seperti halnya pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup pasien telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress agaknya berhubungan dengan insiden hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas juga dipandang sebagai faktor resiko utama. Merokok dipandang sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia adalah faktor faktor utama untuk perkembangan arterosklerosis yang berhubungan dengan hipertensi.

Berdasarkan penyebab, hipertensi di bagi dalam 2 golongan :

1. Hipertensi primer / essensial

Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan.

2. Hipertensi sekunder

Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti, seperti gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.

C. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.

(4)

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).

D. Manifestasi Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).

Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

1. Sakit kepala 2. Kelelahan 3. Mual 4. Muntah 5. Sesak nafas 6. Gelisah

7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

8. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Edward K Chung, 1995).

1. Tidak Ada Gejala

(5)

darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala Yang Lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

E. Komplikasi Hipertensi

Sebagai akibat hipertensi yang berkepanjangan adalah:

1. Insufisiensi koroner dan penyumbatan 2. Kegagalan jantung

3. Kegagalan ginjal 4. Gangguan persyarafan

F. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

Pemeriksaan Laboratorium

Hb/Hct : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.

BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.

CT Scan

Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

EKG

Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

IUP

Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.

Photo dada

(6)

G. Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan Non Farmakologis

1. Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.

Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.

2. Aktivitas

Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.

Farmakologik

Sesuai dengan rekomendasi WHO/ISH dengan mengingat kondisi pasien, sasarkan pertimbangan dan prisif sebagai berikut:

1. Mulai dosis rendah yang tersedia, naikkan bila respon belum belum optimal, contoh agen beta bloker ACE.

2. Kombinasi dua obat, dosis rendah lebih baik dari pada satu obat dosis tinggi. Contoh: diuretic dengan beta bloker.

3. Bila tidak ada respon satu obat, respon minim atau ada efek samping ganti DHA yang lain

4. Pilih yang kerja 24 jam, sehingga hanya sehari sekali yang akan meningkatkan kepatuhan.

5. Pasien dengan DM dan insufistensi ginjal terapi mula lebih dini yaitu pada tekanan darah normal tinggi.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Keperawatan

1. Aktivitas/ Istirahat

1. Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

2. Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea. 2. Sirkulasi

(7)

2. Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.

3. Integritas Ego

1. Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).

2. Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi

1. Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).

5. Makanan/cairan

1. Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini

(meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretik

2. Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria. 6. Neurosensori

1. Genjala : Keluhan pening/pusing, sakit kepala, subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).

2. Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses pikir, penurunan keuatan genggaman tangan.

7. Nyeri/ ketidaknyaman

1. Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit kepala. 8. Pernafasan

1. Gejala : Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.

2. Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.

(8)

1. Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan Afterloadvasokontriksi.

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.

3. Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral. 4. Perubahan Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan

metabolik pola hidup menotong.

5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional.

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan atau daya ingat.

Intervensi Keperawatan

1. Curah jantung atau penurunan resiko tinggi terhadap peningkatan Afterloadvasokontriksi

1. Tujuan :

1. Penurunan curah jantung tidak terjadi 2. Kriteria hasil

1. Klien dapat beristirahat dengan tenang

(9)

3. Tekanan darah dalam batas normal (TD <140/90 mmHg, N = 80 -100x/menit, R = 16 22 x/i, S = 36 -37o

3. Intervensi

1. Observasi tanda-tanda vital tiap hari, terutama tekanan darah. Rasional : perbandingan dari tekanan yang meningkat adalah gambaran dari keterlibatan vaskuler

2. Observasi warna kulit, kelembapan dan suhu

Rasional : hal-hal tersebut mengidentifikasikan adanya dekompensasi/penurunan curah jantung

3. Catat adanya edema umum / tertentu

Rasional : dapat mengidentifikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal dan vaskuler

4. Beri posisi yang nyaman ; meninggikan kepala tempat tidur Rasional : penurunan resiko peningkatan intrakranial

5. Anjurkan teknik relaksasi ;tarik napas dalam

Rasional : memberikan kenyamanan dan memaksimalkan ekspansi paru

6. Kolaborasi Pemberian diuretik Vasodilator Pembatasan cairan dan diet Na

Rasional : mengurangi beban jantung.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum 1. Tujuan

1. Aktivitas klien tidak terganggu dengan kriteria hasil Peningkatan dalam toleransi aktivitas Tanda vital dalam batas normal

2. Intervensi :

1. Kaji respon klien terhadap aktivitas

Rasional : menetukan pilihan intervensi selanjutnya

2. Observasi tanda-tanda vital

Rasional : mengetahui parameter membantu dan mengkaji respon fisiologi terhadap aktivitas

3. Observasi adanya nyeri dada, pusing keletihan dan pingsan.

Rasional : bila terjadi indikator, keletihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas

4. Ajarkan cara penghematan energi

(10)

5. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas.

Rasional : kemajuan aktivitas terhadap mencegah meningkatnya kerja jantung tiba-tiba.

3. Gangguan rasa nyaman : sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

1. Tujuan

1. Klien merasa nyaman 2. Kriteria Hasil

1. Sakit kepala hilang 2. Pusing/pening hilang 3. Intervensi :

1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.

Rasional : meminimalkan stimulasi/meningkatkan reabsorpsi

2. Berikan kompres dingin, ajarkan teknik relaksasi

Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan memblok respon simpatis efektif dan menghilangkan sakit kepala.

3. Beri penjelasan cara untuk meminimalkan aktivitas vasokontrisi Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala.

4. Bantu pasien dalam ambulansi sesuai kebutuhan

Rasional : pening/pusing selalu berkaitan dengan sakit kepala

5. Kolaborasi dalam pemberian analgesikom dan penenang

4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik

1. Tujuan

1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh teratasi 2. Kriteria hasil

1. BB ideal sesuai dengan tinggi dan berat badan 3. Intervensi :

(11)

Rasional : kegemuakn adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi

2. Kaji masukan kalori harian dan pilihan diet

Rasional : menetukan pilihan intervensi lebih banyak

3. Bicarakan/diskusikan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan garam lemak dan gula sesuai indikasi

Rasional : makanan seperti tinggi garam, lemak dan gula menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang menyebabkan

predisposisi hipertensi

4. Timbang berat badan tiap hari

Rasional : mengenai pemasukan hidrasi klien dengan adanya peningkatan/penurunan Hipertensi

5. Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.

Rasional : memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi diit individu

5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional 1. Tujuan

1. Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya 2. Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi

3. Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langka untuk menghindari atau mengubahnya

4. Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan/metode koping efektif. 2. Intervensi :

1. Kaji keefektifan srategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan

Rasional : mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik,dan mengitegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari

2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang,penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi/ menyelesaikan masalah

(12)

3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan ke mungkinan strategi untuk mengatasinya.

Rasional : pengenalan terhadap stresor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stresor.

4. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan

Rasional : keterlibatan memberikan pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping dan dapat

meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik.

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan atau daya ingat

1. Intervensi

1. Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah ginjal dan otak Rasional : memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan tekanan darah dan mengklarifikasikan istilah medis yang sering di gunakan. Pemahaman bahwa tekanan darah tinggi dapat terjadi tanpa gejalah ini adalah untuk memungkinkan pasien untuk melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat

2. Hindari mengatakan tekanan darah normal dan gunakan istilah terkontrol dengan baik saat menggambarkan tekanan darah pasien dalam batas yang di inginkan.

Rasional : karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka dengan penyampaian ide terkontrol akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan / medikasi.

3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko

kardiovaskuler yang dapat di ubah misalnya obesitas, diet tinggi lemak jenuh, kolesterol, pola hidup monoton, merokok dan minum alkohol Rasional : faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskulert serta ginjal

4. Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien membuatkan rencana dalam menghentikan merokok

Rasional : nikotin dapat meningkatkan katekolamin, mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung jantung, TD, dan vasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan meningkatkan beban kerja miokardium.

5. Sarankan pasien untuk sering mengubah posisi,olah raga kaki saat berbaring

(13)

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002

2. Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995

3. Doenges, Moorhouse & Geissler. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC; Jakarta. 4. Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius,

2001

5. Heni Rokhaeni,dkk. 2001. Keperawatan Kardiovaskuler Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. EGC: Jakarta.

6. Mansjoer,arif.dkk.2001. Kapita Selekta kedokteran , Ed-3, jilid I. Jakarta:FKUI Media Aesculapius

7. Slamet Suyono. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II Edisi ketiga. EGC: Jakarta. Demikian posting Askep Hipertensi, semoga bermanfaat

Facebook Tweet Google+

Related Post : Askep Hipertensi Tekanan Darah Tinggi

Askep Asuhan Keperawatan Kanker Tiroid

kapukonline.com Up date Askep / Asuhan Keperawatan Kanker Tiroid - ASKEP DALAM A. DEFINISI KANKER TIROID Kanker Tiroid adalah sutu keganasan pada tiro…

Askep Pneumonia / Bronkopneumonia

Askep / Asuhan Keperawatan Pneumonia / Bronkopneumonia - Kelanjutan dari posting sebelumnya Askep / Asuhan Keperawatan Abses Paru - ASKEP DALAM DEFINI…

Askep Abses Paru

kapukonline.com | Up-date Askep / Asuhan Keperawatan Abses Paru - ASKEP DALAM. Posting berkaitan dengan ( Baca : Askep / Asuhan Keperawatan Pneumonia …

Askep Stroke Non Hemoragic

(14)

Askep / Asuhan Keperawatan Gastro Enteritis ( GE )

kapukonline.com Up date Askep / Asuhan Keperawatan Gastro Enteritis - ASKEP DALAM Gastroenteritis secara klinik dibedakan 2 jenis : Gastroenteriti…

◄Newer Post Home Older Post►

 Askep

 ASKEP ANAK

 ASKEP BEDAH

 ASKEP DALAM

 ASKEP GADAR (Gawat Darurat)

 ASKEP GERONTIK

 ASKEP JIWA

 ASKEP KOMUNITAS

 ASKEP MATA

 ASKEP MATERNITAS

 Askep Paru

 ASKEP SARAF

 ASKEP THT

 ASKEP TULANG

 BIOKIMIA PERAWAT

 CPNS

 CPNS 2014

 DOENGES

 GAME

 INFO

(15)

 Kebutuhan Dasar Manusia KDM

 LEAFLET

 MAKALAH KEPERAWATAN

 MAKALAH KESEHATAN

 PENYULUHAN

 PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN

 RUU Keperawatan

 Site Map

 STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

 Tips Blogspot

 TIPS KESEHATAN

 TOKOH PERAWAT

 Tutorial Blogspot

 Undang Undang

 Undang Undang Keperawatan

 Undang Undang Kesehatan

Hak Cipta © KapukOnline.com. Didukung Oleh Kang Kapuk. Template Oleh Askep ID

Privacy Police - Desclaimer - Askep Hipertensi Tekanan Darah Tinggi

Referensi

Dokumen terkait

adalah penderita hipertensi yang melakukan kontrol di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar dengan indeks massa tubuh normal dan overweight sebanyak 60

Tujuan : Mengetahui hubungan pola konsumsi Natrium, Kalium, dan Magnesium terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi rawat jalan di Rumah Sakit PKU

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan olahraga terhadap tekanan darah penderita hipertensi rawat jalan di rumah sakit PKU muhammadiyah

hubungan olahraga dengan tekanan darah pada penderita hipertensi. rawat jalan dirumah sakit PKU

Mayoritas penderita hipertensi berusia di atas 55 tahun, tetapi data penelitian dalam belasan tahun terakhir menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada usia yang lebih

Sehingga jika seseorang menyelidiki peranan masing-masing mekanisme sekunder, pasien dapat diobati secara spesifik, hipertensi esensial yang tergantung volume, hipertensi

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Diet Tinggi Serat Terhadap Tekanan Darah Pada penderita Hipertensi Hasil analisa menunjukkan ada pengaruh terapi diet tinggi serat terhadap tekanan

KESIMPULAN Aktifitas Senam aerobik pada penderita hipertensi di desa Karangperanti sebagian besar teratur sebesar 32 responden 52,8%, tekanan darah pada penderita hipertensi di desa