• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN SUNNAH HADITS KHABAR DAN ATSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGERTIAN SUNNAH HADITS KHABAR DAN ATSA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERTIAN SUNNAH, HADÎTS, KHABAR, DAN ATSAR

A. Pengertian Sunnah

Kata Sunnah adalah salah satu kosa kata bahasa Arab ةنس (sunnah). Secara bahasa, kata ةنسلا (al-sunnah) berarti ةنسح ةريسلا ةحيبق وأ تناك (perjalanan hidup yang baik atau yang buruk). Pengertian di atas didasarkan kepada Hadîts Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Muslim sebagai berikut:

ريغ نم هدعب اهب لمع نم رجأ و اهرجأ هلف ةنسح ةنس امسإا اف نس نم

اهب لمع نم رزو و اهرزو هيلعف ةئيس ةنس نس نم و .ءاش مهروجأ نم صقني نأ ) .ءاش مهرازوأ نم صقني نأ ريغ نم هدعب Ibn Manzhûr, …:…/716

.(

Artinya: Barangsiapa membuat sunnah yang baik maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun. Barang siapa membuat sunnah yang buruk maka dia akan memperoleh dosanya dan dosa orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.

Para ahli Hadîts (muhadditsûn), ahli ushûl (ushûliyyun), dan ahli fiqh (fuqahâ') berbeda pendapat dalam memberikan batasan makna atau pemakaian istilah hadis dan sunnah.

Menurut ahli hadis, sunnah, sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad 'Ajjâj al-Khathîb, adalah:

وأ ريرقت وأ لعف وأ لوق نم ،ملس و هيلع ل لص ابنلا نع رثأ ام لك

.اهدعب اأ ... ةثعبلا لبق ناك أ ءاوس ةريس وأ ةيقلخ وأ ةيقلخ ةفص ' )

Ajjâj

al-Khathîb, 1989: 19 (

(2)

Nabi Saw baik sebelum menjadi rasul … atau sesudahnya.

Diantara persoalan yang menonjol yang diangkatkan dari pengertian sunnah di atas adalah masuknya unsur sebelum kenabian kedalam pengertian sunnah.

Didasarkan pada sejarah kehidupan Muhammad, maka diperoleh fakta bahwa sikap dan perilaku Muhammad sebelum diangkat menjadi Nabi/rasul sangat baik, hal ini dapat

diperhatikan dari informasi berikut:

Perjalanan hidup Nabi Saw, merupakan bagian dari perjalanan hidupnya yang harum, seperti pertapaannya di gua hira dan perjalanan hidupnya yang baik dan perbuatannya yang mulia sebelum kenabian. Karena sejarahnya sebelum kenabian termasuk keimanan kepada keberadaan Nabi Saw dan membenarkannya dalam klaim risâlah. Sayyidah Khadîjah Ra menunjukkan perjalanan hidupnya yang baik dan perbuatannya yang mulia sebelum kenabian, bahwa Muhammad menduga Allâh akan menghinakannya ketika dia kembali ke Khadijah dari Gua Hirâ' yang menggetarkan jantung setelah didatangi Malaikat. (Muhammad) berkata kepadanya: "Aku takut pada diriku. Al-Sayyidah Khadîjah berkata: "

و اودعععملا بععسكت و لععكلا لععمحت و محرععلا لععصتل كععنإ ،ادععبأ ل كي حي ام ل و مك .قحلا بئاون لع نيعت و فيضلا يرقت Artinya: Tidak, Allâh tidak akan menghinakanmu selamanya.

Karena engkau menyambung shilaturrahmi, menanggung kesulitan, mencari yang hilang, memuliakan tamu dan menolong dalam mewakili kebenaran.

(3)

sehingga sejarahnya sebelum risalah tidak menjadi sebab berpalingnya masyarakat darinya dan berpaling dari dakwahnya. Rasûlullâh Saw memilih untuk mengemban risalah orang yang layak untuk mengembannya dan yang bias melaksanakan kewajibannya sebagaimana firman Allâh SWT:

) سانلا نم و مسر ةكئمملا نم افطصي ل Q. S. Al-Hajj/23: 75

.(

Dan sebagaimana firman Allah SWT لعععجي ثيح ملعأ ل هتلاسر (Q. S. al-An'âm/6: 124).

Allâh SWT tidak memilih untuk mengembannya orang yang menjadi sebab berpalingnya masyarakat dari risalahnya. Justru itu, sejarahnya dapat dijadikan bukti pengakuan risalahnya, bahwa dia jujur tidak berdusta selamanya, pada haris dia mendaki bukit dan menyeru kaumnya kemudian bertanya kepada mereka: "Bagaimaa pendapat kamu sekalian, jika aku mengatakan bahwa kuda berada di balik lembah ini ingin merubah kamu sekalian, apakah kamu membenarkanku? Mereka menjawab: "Ya, kami belum pernah mendengarmu berdusta". Dengan demikian Rasûlullâh Saw sudah memberikan bukti kepada mereka dan mereka sendiri bersaksi bahwa dia jujur dan dipercaya. Dan inilah rahasia kegusaran orang-orang kafir Makkah terhadapnya. Jika tidak demikian, maka mereka tidak merisaukannya dan meragukannya dan dakwahnya dari peristiwa sejarah sebelumnya.

Riwayat dari Ibn 'Abbâs Ra, dia berkata:

(4)

"Sesungguhnya aku adalah pember kabar buruk bagi kamu sekalian dihadapan kamu sekalian ada azab yang pedih". Abû Lahab berkata: "Celakalah kamu, kamu mengumpulkan kami hanya untuk ini, kemudian dia berdiri. Kemudian turun ayat: "Cealakalah kedua tangan Abiy Lahab, sungguh dia celaka". Dan "Dan sungguh dia telah celaka". Demikian al-A'masy membacanya.

Heraklius –Raja Romawi—menjadikan sifatnya, perjalanan hidupnya yang baik sebelum kenabian sebagai bukti kebenaran kenabiannya dan kebenaran ajaran yang dibawanya. Dia mengetahuinya dari Abû Sufyân ibn Harb –pemimpin orang-orang musyrik ketika itu, dan Abû Sufyân tidak bisa berdusta dalam ceritanya.

Didalam riwayat Heraklius dari Abd Allâh ibn Abbâs, bahwa Heraklius bertanya kepada Abû Sufyân ibn Harb dari Rasûlullâh Saw, diantara hal yang ditanya Heraklius kepada Abû Sufyân:

Artinya: Apakah kamu menuduhnya berdusta sebelum dia mengatakan apa yang dikatakannya sekarang? Aku menjawab: "Tidak". … apakah dia …? Aku menjawab: "Tidak". Heraklius bertanya kepada Abû Sufyan: "Aku bertanya kepadamu: "Apakah kamu menuduhnya berdusta sebelum dia mengatakan apa yang dikatakannya sekarang? Kamu mengaku "tidak". Maka aku tahu bahwa dia tidak akan mengajak manusia kepada kebohongan dan berdusta kepada Allâh". Aku bertanya: "Apakah dia curang?" kamu mengaku: "Tidak" demikian pula para rasul, mereka tidak akan berlaku curang.

Disamping itu, kita harus mengetahui bahwa Allâh berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia, bahwa Nabi Saw telah dididik diatas standar nilai akhlak yang agung, dalam surat Makkiyah dalam surat Alquran yang awal turun, yakni surat al-Qalam, dimana Allâh SWT berfirman:

) .ميظع قلخ لعل كتإ و Q. S. Al-Qalam/4

(5)

[dan sesungguhnya kamu berada dalam akhlak yang agung]. Allah menetapkannya dalam akhlak yang baik –dalam bentuk malu, kemuliaan, kesantunan, lapang dada, berani dan lainnya.

Demikianlah diantara sikap dan tingkah laku Muhammsd prakenabian.

Menurut ahli ushul, antara lain, al-Syâthibiy (ahli Ushûl al-Fiqh dari Madzhab Mâlikiy) mengemukakan tiga pengertian untuk penggunaan kata sunnah.

Pertama,

اف هيلع صني مل امم صوصخلا لع ملس و هيلع ل لص ابنلا نع وقنم ءاج ام باتكلا اف امل انايب ناك ،امسلا و ةمصلا هيلع هتهج نم صن امنإ لب ، ي علا باتكلا . وأ ) Al-Syâthibiy, [t. th.]: II/IV/3 (

Artinya: Sesuatu yang berasal dari Nabi Saw secara khusus yang tidak ditegaskan dalam al-Kitâb al-'Azîz, tetapi

ditegaskan dari Nabi Saw, sebagai penjelas (ajaran) yang terdapat dalam al-Kitâb atau bukan (penjelas). Kedua,

).ةعدبلا ةلباقم

ibid .

.( Artinya: Anonim bid'ah.

Ungkapan ةنس لع نمف (si Fulan melaksanakan sunnah) dikemukakan apabila dia beramal sesuai dengan amal Nabi Saw dan ungkapan ةعدب لع نمف (si Fulan melakukan bid'ah)

dikemukakan apabila dia beramal tidak sesuai dengan amal Nabi Saw.

Yang dipandang dalam penggunaan ini adalah amal Nabi Saw, penggunaan kata sunnah terkait dengan aspek ini,

walaupun amal tersebut merupakan tuntutan al-Kitâb. Ketiga,

) .دجوي مل وأ ةنسلا وأ ل باتك اف كلذ دجو ،ةباحصلا هيلع لمع ام

ibid .

(6)

Artinya: Sesuatu yang diamalkan oleh para shahâbiy, baik yang ditemukan dalam Kitâb Allâh atau sunnah maupun tidak.

Amal shahâbat dikelompokkan ke dalam sunnah karena, antara lain, ia mengikuti sunnah yang shahîh pada mereka yang belum sampai kepada kita atau ijtihad yang mereka sepakati atau yang disepakati oleh para Khalîfah mereka, karena ijmâ' mereka diakui dan amal para Khalîfah pada hakikatnya merujuk ke

ijmâ', dari segi menggiring masyarakat memenuhi tuntutan kemashlahatan.

Pengertian ini didukung oleh sabda Nabi Saw:

.() ... نييدهملا نيدشارلا ءافلخلا ةنس و اتنسب مكيلع ... Artinya: Hendaklah kamu sekalian berpegang dengan sunnahku

dan sunnah para khalîfah yang cerdas lagi diberi bimbingan (oleh Allâh).

Apabila ketiga pengertian tersebut di atas dihimpun maka diperoleh empat elemen sunnah: Perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Saw semuanya itu adakalanya diterima dengan wahyu atau dengan ijtihad (didasarkan bahwa kebenaran ijtihad merupakan haknya)— dan sesuatu yang berasal dari para shahâbiy atau khalîfah.

Demikianlah perngertian sunnah menurut al-Syâthibiy. Al-Âmidiy (ahli Ushûl al-Fiqh dari Madzhab Syâfi'iy) mengemukakan dua pengertian untuk penggunaan kata sunnah:

Pertama,

ِ) .امسلا هيلع ابنلا نع ةلوقنم ةلفان اااابعلا نم ناك ام Al-Âmidiy, [t. th.]: I/

145 . .( Artinya: Ibadah sunat yang diriwayatkan dari Nabi Saw.

(7)

و ، جعم وه و ،ولتمب سيل امم ةيعرشلا ةلاقا نم لوسرلا نع ردص ام

). جعملا اف لخاا Al-Âmidiy, loc. cit

.

.(

Artinya: Dalil-dalil syar'iyah yang bersumber dari Nabi Saw yang tidak dibacakan (oleh Allâh melalui Jibril), bukan mukjizat dan tidak termasuk kelompok mukjizat.

Yang dimaksud dengan sunnah menurut ahli ushûl al-fiqh untuk pengertian pertama adalah pengertian yang

pertamanya sedangkan untuk pengertian kedua adalah adalah pengertian yang keduanya.

Dari kedua pengertian tersebut ditemukan persamaan: keduanya sama-sama mengemukakan bahwa ajaran yang terdapat dalam sunnah tidak terdapat nashnya dan atau penjelasannya dalam Alquran dan keduanya sama-sama menyatakan bahwa sesuatu disebut sunnah hanyalah sesuatu yang berasal dari Nabi Saw yang dapat dijadikan dalil hukum syar'iy.

Muhammad 'Ajjâj al-Khathîb (Ahli Hadîts di Universitas Damaskus) menyimpulkan pengertian sunnah menurut ahli Ushûl al-Fiqh, dimana definisi yang dikemukakannya mencakup kedua pengertian di atas— sebagai berikut:

لوق نم ،ميركلا نآرقلا ريغ ،ملس و هيلع ل لص ابنلا نع ردص ام لك

) .اعرش مكحل ميلا نوكي نأ حلصي امم ،ريرقت وأ لعف وأ Ajjâj al-Khathîb,

1989: 19 .

.(

Artinya: Setiap perkataan, perbuatan, dan persetujuan —selain Alquran— yang bersumber dari Nabi Saw yang pantas dijadikan dalil hukum syar'iy.

(8)

) .امععسلا هععيلع ابععنلا نع ةععلوقنم ةلفان اااابعلا نم ناك ام Al-Âmidiy,

[t. th.] :( I/145 . .( Artinya: Ibadah sunat yang diriwayatkan dari Nabi Saw.

Muhammad 'Ajjâj al-Khathîb menyimpulkan bahwa istilah sunnah mereka pakai untuk menunjukkan salah satu bentuk atau sifat hukum, sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad 'Ajjâj al-Khathîb, adalah:

و ضرفلا باب نم نكي مل و ملس و هيلع ل لص ابنلا نع تبث ام لك

) .بجاولا Ajjâj al-Khathîb, ibid

.

.(

Artinya: Setiap sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Saw dan tidak termasuk fardh dan wâjib.

Perbedaan pendapat di kalangan ahli di atas

dilatarbelakangi oleh perbedaan spesialisasi dan objek kajian mereka, sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka tekuni.

Objek kajian ahli hadits adalah diri Nabi Saw dari segala aspeknya –sebagai imam yang membimbing, mengarahkan, dan member nasehat—dimana Allah mengkhabarkan bahwa dia merupakan contoh yang baik dan ikutan bagi orang Islam. Maka mereka meliput segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi Saw, baik yang bermuatan hukum dan tidak.

Objek kajian ahli ushul adalah Nabi Saw sebagai pembuat syari'at yang menjelaskan kepada manusia aturan kehidupan, membuat kaidah-kaidah buat para mujtahid

sesudahnya, maka mereka meliput segala sesuatu yang berasal dari Nabi Saw yang bermuatan dalil hukum.

Sementara objek kajian ahli fiqh adalah perbuatan Nabi Saw yang bermuatan hukum syar'iy -- wujub, nadab, karahah,

(9)

Anonim kata ةنس adalah kata ةعدب (bid'ah). Kata bid'ah adalah kosa kata bahasa Arab. Ia adalah mashdar dari kata – عدب عدبي. Kata ةعدب berarti ثدحتسملا رمقا (persoalan yang baru). Asal makna kata ini adalah membuat sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya. Pengertian ini didasarkan pada ayat 9 surat al-Ahqaf.

.لسرلا نم اعدب تنك ام Maksudnya, aku bukanlah orang yang pertama membawa risalah dari Allah kepada manusia, tetapi sudah terdapat para rasul sebelumku.

Secara istilah, para ahli berbeda pendapat dalam memberikan pengertian bid'ah.

Al-Syathibiy mengemukakan dua pengertian bid'ah. pertama:

ةغلابملا اهيلع كولسلاب دصقي ةيعرشلا اهاضت ةعرتخم نيدلا اف ةقيرط

.هناحبس ه دبعتلا اف Kedua,

اهيلع كولسلاب دصقي ةيعرشلا ةقيرطلا اهاضت ةعرتخم نيدلا اف ةقيرط

) .ةيعرشلا ةقيرطلاب دصقي ام Al-Syathibiy, al-I'tisham, I/37

. .(

Menurut Ibn Taymiyah, bid'ah adalah:

) .اااابعلا و ااااقتعإا نم ةمقا فلس عامجإ و ةنسلا و باتكلا تفلاخ ام

Ibn Taymiyah, Majmu' Fatawa Ibn Taymiyah, XVIII/346 .

.(

نع رثؤي مل امم هرئاعش و نيدلا اف لمع وأ لوق نم سانلا هثدحأ ام

) .هباحصأ نع و ملس و هيلع ل لص لوسرلا '

Ajjaj al-Khathib, Ushul

al-Hadits, op. cit.: 23 .

.(

(10)

Pengertian bid'ah yang pertama yang dikemukakan oleh al-Syathibiy adalah pengertian yang dikemukakan oleh ahli yang tidak memasukkan adat dalam makna bid'ah dan hanya

mengkhususkannya untuk ibadah. Pengertian bid'ah yang kedua adalah pengertian yang dikemukakan oleh ahli yang

memasukkan adat dalam makna bid'ah. Berdasarkan hal ini, bid'ah dibatasi pada sesuatu yang keluar dari gambaran Syari'. Setiap yang baru yang berhubungan dengan agama, seperti ilmu-ilmu yang membantu memahami syari'ah, tidak termasuk bid'ah.

Pembatasan pengertian bid'ah dengan keyakinan,

perkataan, perbuatan yang diadakan manusia dalam agama, baik dengan melakukan atau tidak melakukannya, dalam pengertian keempat, dimaksudkan agar tidak masuk di dalamnya perbuatan yang diadakan manusia sebagai tuntutan kemaslahatan dan perbuatan yang sejalan dengan prinsip syari'ah yang tidak terdapat pada masa Rasulullah Saw.

Sebagian ahli, misalnya al-'Izz ibn 'Abd al-Salam, mempergunakan kata bid'ah untuk sesuatu yang diadakan manusia dalam selain agama, baik dengan melakukan atau tidak melakukannya sebagai tuntutan kemaslahatan dan perbuatan yang sejalan dengan prinsip syari'ah yang tidak terdapat pada masa Rasulullah Saw. Maka dia membagi bid'ah menjadi wajibah, muharrimah, mandubah, makruhah, dan mubahah.

(11)

muharramah adalah bid'ah yang dilakukan oleh aliran Qadariyah dan Mujassimah. Diantara contoh bid'ah yang makruhah adalah membaca Alquran dengan lahn dimana lafazh Alquran berubah dari peruntukan kata dalam bahasa Arab.

Diantara contoh bid'ah dalam keyakinan adalah antropomorpisme; dalam perbuatan adalah bernadzar puasa dibawah terik matahari, dan; dalam perkataan adalah zikir dengan suara yang sama dengan berjama'ah. Diantara bid'ah yang terjadi dengan meninggalkan yang mubah tanpa udzur syar'iy dan sangat berlebihan dalam ibadah adalah

mengharamkan tidur, tidak menikah, tidak berbuka puasa dan senantiasa berpuasa. Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda:

.انم سيلف اتنس نع بغر نم ... Dalam hal ini, al-Syathibiy berpendapat: "Setiap orang yang mengharamkan dirinya untuk memperoleh sesuatu yang dihalalkan Allah tanpa uzur syar'iy maka ia keluar dari sunnah Nabi Saw, dan orang yang beramal tanpa didasarkan sunnah dan menganggap dirinya mengamalkan agama maka pelakunya disebut mubtadi'. (Al-Syathibiy, al-I'tisham. I/44).

B. Pengertian Hadîts

Kata Hadîts ((ثيدح adalah salah satu kosa kata bahasa Arab. Kata ثيدحلا secara bahasa berarti: ديدجلا lawan dari kata ميدقلا; dan juga berarti ربخلا atau صصقلا. (Ibn Manzhûr, …: …).

Secara istilah, terdapat perbedaan para ahli dalam memberikan pengertian Hadîts.

(12)

dari Rasûlullah Saw setelah menjadi rasul (ةثعبلا دعب)(Ajjâj al-Khathîb, op. cit.: 19).

Jadi, dari segi kandungan makna, sunnah mengandung makna yang lebih luas darip pada Hadîts.

Menurut ahli ushûl al-fiqh, Hadîts tidak sama dengan sunnah, karena yang dimaksud adalah sunnah qawliyyah. (Ajjâj al-Khathîb, 1989: 19).

Jadi, dari segi kandungan makna, sunnah juga mengandung makna yang lebih luas dari pada Hadîts.

C. Pengertian al-Khabar

Kata ربخلا (al-Khabar) adalah salah satu kosa kata bahasa Arab. Jamaknya adalah رابخقا (al-akhbâr). Secara bahasa kata

al-khabar berarti أبنلا (al-naba'; berita yang besar) (Ibn Manzhûr,

op. cit., II/109).

Para ahli berbeda pendapat dalam memberikan batasan makna al-khabar. Sementara ahli berpendapat, bahwa al-khabar

sinonim dengan Hadîts. Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh al-'Asqalâniy. Pendapatnya, al-kabar adalah:

ثيدحلل فاارم ( (Ibn Hajar, …:3) Artinya: Sinonim dengan Hadîts.

Sementara ahli lain berpendapat, bahwa al-khabar

adalah sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Saw. Pendapat ini, antara lain, dikemukakan oleh ahli fiqh Khurasân. Pendapatnya,

al-khabar adalah:

.ملس و هيلع ل لص لوسرلا نع ىوري ام Artinya: Sesuatu yang diriwayatkan dari Rasul Saw.

(13)

Kata al-Atsar (رثقا) adalah salah satu kata bahasa Arab. Jamaknya adalah راثآ (âtsâr). Secara bahasa kata رثقا berarti: ةيقب ءاشلا (bekas sesuatu) (Ibn Manzhûr, op. cit.: …: …).

Para ahli berbeda pendapat dalam memberikan batasan makna al-atsâr. Menurut al-Nawawiy, al-atsar adalah:

.اباحصلا نع وأ ملسو هيلع ل لص ل لوسر نع ناك ءاوس اقلطم يورملا Artinya: Sesuatu yang diriwayatkan secara muthlaq baik yang

berasal dari Rasûlullah Saw atau dari shahâbiy. Pendapat yang mirip dikemukakan oleh al-Sakhâwiy, menurutnya al-atsar adalah:

) عدمتعملا لع ةفوقوم وأ تناك ةعوفرم ثيااحقا al-Syakhâwiy

… :… , .(

Pendapat ini, menurut al-Nawawiy dipilih oleh para ahli Hadîts dan selain mereka dan juga diperpegangi oleh ulama salaf dan mayoritas khalaf.

Diantara argument penggunaan kata al-atsar untuk sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Saw dan selainnya antara lain, Abû Ja'far al-Thahâwiy menamakan kitabnya dengan حرش راثثلا اناعم. Kitab ini memuat Hadîts marfû', mawqûf, dan

maqthû'. Pengertian ini sejalan dengan makna bahasa, karena kata al-atsar terambil dari ungkapan ثيدحلا ارثأ yang berarti هتيور (saya meriwayatkannya).

Menurut ahli fiqh Khurasân, antara lain Abû al-Qâsim Fawrâniy, sebagaimana dikutip oleh Khasyû'iy al-Khasyû'iy Muhammad al-al-Khasyû'iy, al-atsar adalah:

) اباحصلا نع ىوري ام al-Khasyû'iy, 1424 H./2004: 31

. .(

Artinya: Sesuatu yang diriwayatkan dari shahâbiy.

(14)

Berdasarkan hal ini, maka kata al-atsar dipergunakan untuk Hadîts mawqûf dan maqthû' dan tidak dipergunakan untuk Hadîts marfû'.

Diantara argumen penggunaan kata al-atsar untuk sesuatu yang diriwayatkan dari selain Nabi Saw, antara lain, al-Bayhaqiy menamakan kitabnya dengan راثثلا و ننسلا ةفرعم. Kitab ini memuat Hadîts marfû' dan selainnya. Perbedaan tingkatan dalam pengungkapan, pertama (ننسلا) dan kedua (راثقا)

mengindikasikan bahwa yang pertama tidak sama dengan yang kedua, yang pertama adalah Hadîts marfû' sedangkan yang kedua adalah Hadîts mawqûf dan maqthû'.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ajjâj al-Khathîb, Muhammad. Ushûl al-Hadîts Ulûmuhu wa Mushthalahuhu . Bairût: Dâr al-Fikr. 1989.

Al-Âmidiy, Aliy ibn Abiy 'Aliy ibn Muhammad Abû al-Hasan.

al-Ihkâm fiy Ushûl al-Ahkâm Bairût: Dâr al-Kutub al-'Ilmiyyah. [t. th.].

Al-Khasyû'iy, al-Khasyû'iy Muhammad. Ghayat al-Îdhâh fiy 'Ulûm al-Ishthilâh. Al-Qâhirah: Jâmi'at al-Azhar. 1424 H./2004.

Al-Syâthibiy, Ibrâhim ibn Mûsâ Lakhmiy Gharnâthiy al-Mâlikiy Abû Ishâq. Al-Muwâfaqât fiy Ushûl al-Syarî'ah. Bairût: Dâr al-Kutub al-'Ilmiyyah. [t. th.].

Ibn 'Abd al-Salam, Al-Izz. Qawa'id al-Ahkam.

Ibn Hajar, Ahmad ibn 'Aliy … al-'Asqalâniy. Syarh Nukhbat al-Fikr fiy Mushthalah Ahl al-Âtsâr (Syarh Nukhbat). Ibn Manzhûr, Muhammad ibn Mukarram. Lisân al-'Arab.

(15)

Ibn Taymiyah, Majmu' Fatawa Ibn Taymiyah. XVIII/346. Muslim, Abu Husayn … ibn Hajjâj Qusyayriy

Referensi

Dokumen terkait

(comparative) terhadap pemikiran ImÉm al-SyÉÏib i dan ‘Izz al-D i n ibn ‘Abd al-SalÉm yang menjadi fokus utama dalam penyelidikan ini dengan melihat sejauhmana

di barisan (saf), lalu bersabda: Wahai Fat}imah binti Muh}ammad, wahai S}afiyyah binti ‘Abd al-Mut}t}alib, tiadalah saya memiliki sesuatu untuk kalian dari Allah

1) Maṣlaḥah aṡ-ṡābitah, yaitu kemaslahatan yang bersifat tetap, tidak berubah sampai akhir zaman. Misalnya, berbagai maṣlaḥah dalam kewajiban ibadah. 2) Maṣlaḥah

Kata Al-Qur’an berasal dari kata qara’a yang berarti membaca sesuatu yang dibaca. Membaca yang dimaksud adalah membaca huruf-huruf dan kata-kata antara satu dengan yang

tindakan kampanye berbasis Al- Qur‟an dan Sunnah yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu. jumlah khalayak sasaran

Muta’akhkhiri>n, misalnya Ibn Hajar al-‘Asqala>ni> (w. Definisi yang mereka kemukakan, walaupun redaksinya tampak berbeda-beda tetapi pada prinsipnya isinya

Lebih mengena dari pada uraian al-Khattabi, Ibn Rajab al-Hanbali (w. 795/1393) menjelaskan, mayoritas mazhab Hanbali sepakat bahwa shalat belum wajib bagi anak yang belum