• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SMK NGAWI (STUDI KASUS DI SMK ISLAMIYAH WIDODAREN NGAWI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SMK NGAWI (STUDI KASUS DI SMK ISLAMIYAH WIDODAREN NGAWI)"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SMK NGAWI

(STUDI KASUS DI SMK ISLAMIYAH WIDODAREN NGAWI)

SKRIPSI

Oleh:

MUJAHID WAHYU K 2507030

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SMK NGAWI

(STUDI KASUS DI SMK ISLAMIYAH WIDODAREN NGAWI)

Oleh :

MUJAHID WAHYU K 2507030

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Pendidikian Teknik dan

Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

(3)

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Nopember 2011

Pembimbing I

Drs.C.Sudibyo,M.T NIP. 19510209 197603 1 002

Pembimbing II

Drs.H.Emilly Dardi,M.Kes NIP. 19501231 198503 1 003

(4)

commit to user

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini dinyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak pernah terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan menurut sepengetahuan penulis juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara

tertulis dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Nopember 2011

Penulis

(5)

commit to user

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari :

Tanggal : 02 Desember 2011

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs.C.Sudibyo,M.T (...)

Sekretaris : Drs. Emilly Dardy, M.Kes (...)

Anggota I : Yuyun Estriyanto, S.T,M.T (...)

Anggota II : Suharno, S.T,M.T (...)

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan

(6)

commit to user

ABSTRAK

Mujahid Wahyu. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SMK

NGAWI (STUDI KASUS DI SMK ISLAMIYAH WIDODAREN NGAWI).

Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Nopember 2011.

Tujuan penelitian ini adalah (1). Mengetahui konsep dasar dari

pendidikan karakter. (2). Mengetahui sejauh mana pemahaman civitas SMK di

Ngawi khususnya di SMK Islamiyah Widodaren Ngawi terhadap pendidikan

karakter. (3). Mengetahui bagaimana implementasi pendidikan di SMK Ngawi

khususnya di SMK Islamiyah Widodaren Ngawi mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sumber data

dalam penelitian ini adalah informan/ narasumber, tempat atau lokasi penelitian,

arsip dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling dan

snowball sampling. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara yang

mendalam dan mencatat dokumen. Validitas data menggunakan trianggulasi data

(sumber) dan metode. Analisis data yang digunakan berupa analisis interaktif.

Hasil penelitian implementasi pendidikan karakter di SMK Ngawi (Studi

Kasus di SMK Islamiyah Widodaren Ngawi) adalah (1). Guru di SMK Islamiyah

Widodaren Ngawi paham tentang latar belakang, tujuan, dan bagaimana

mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah. (2). Siswa di SMK

Islamiyah Widodaren Ngawi paham tentang latar belakang dan tujuan dari

pengimplementasian pendidikan karakter. (3). Pendidikan karakter di sekolah

diimplementasikan melalui 2 bidang/jalur yaitu ko-kurikuler dan ekstrakurikuler.

(4). Pendidikan karakter di SMK Islamiyah Widodaren Ngawi melalui

ko-kurikuler yaitu memasukkan unsur pendidikan karakter dalam proses belajar

mengajar di kelas, penambahan jam belajar mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam (PAI) menjadi 6 jam per minggu, muhadoroh (latihan pidato di depan kelas)

dan pembiasaan sholat duhur se

(7)

commit to user

bhakti sosial, dan kajian keputrian. (6). Pelaksanaan pendidikan karakter di SMK

Islamiyah Widodaren Ngawi, selain diupayakan di sekolah juga diupayakan

sinergis dengan di lingkungan masyarakat dan keluarga. Salah satu upayanya

yaitu dengan membentuk DKS (Dewan Kedisiplinan Sekolah) di setiap desa yang

(8)

commit to user

ABSTRACT

Mujahid Wahyu. THE IMPELEMENTATION OF CHARACTER

EDUCATION IN VOCATIONAL HIGH SCHOOL IN NGAWI (CASE

STUDY IN SMK ISLAMIYAH WIDODAREN NGAWI). Thesis, Surakarta :

Faculty of Teacher Training and Education Sebelas Maret University of

Surakarta, Nopember 2011.

The purpose of this study were (1). Knowing the basic concept of

character education. (2). Knowing the extent of understanding of civitas in Ngawi

especially in SMK Islamiyah Widodaren Ngawi on character education. (3).

Knowing how the implementation of vocational education in particular in SMK

Islamiyah Widodaren Ngawi from the planning phase, implementation and

evaluation.

This research used descriptive qualitative method. Sources of data in this

study were informans / resource persons, places or research sites, archives and

documents. The sampling technique used purposive sampling and snowball

sampling. Data collection techniques is the observation, in-depth interviews and

record documents. The validity of the data using triangulation of data (source) and

methods. Analysis of the data used in the form of interactive analysis.

The results of character education implementation in SMK Ngawi (Case

Study in SMK Islamiyah Widodaren Ngawi) are (1). Teachers in SMK Islamiyah

Widodaren Ngawi understanding of the background, objectives, and how to

implement character education in schools. (2). Students in SMK Islamiyah

Widodaren Ngawi know about the background and purpose of implementing

character education. (3). Character education in schools is implemented via two

field / line of co-curricular and extracurricular. (4). Character education in SMK

Islamiyah Widodaren Ngawi through co-curricular activities which include

elements of character education in teaching and learning in the classroom,

additional hours of study subjects of Islamic Religious Education up to 6 hours

per week, muhadoroh (practice speeches in front of the class) and habituation

(9)

commit to user

Widodaren Ngawi through extracurricular program that is included in the

Association of Student Programs and Keputrian like infaq on Friday, mentoring,

social doing and studies keputrian. (6). The implementation of character education

in SMK Islamiyah Widodaren Ngawi, other than strived at school also pursued in

synergy with the environmental community and family. One of its efforts is to

form the DKS (Disciplinary Board of the School) in each village that became the

(10)

commit to user

MOTTO

(Prof. Dr-Eng.Fahmi Amhar).

Andaikan ada orang yang bisa meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan

di tangan kiriku, niscaya aku (Muhammad) tidak akan pernah berhenti dalam

gkannya atau hancur

lebur olehnya. (H.R Ibnu Hisyam).

Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada

. (Q.S Al Fushilat:33).

Hidup hanya sekali, mengapa hidup tidak untuk illahi robbi ?

(11)

commit to user

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur kepada

Allah SWT.

Karya ini dipersembahkan untuk :

1. Abi dan ummi yang selalu menasehati

2. Kakanda dan adinda tercinta.

3. My Inspirational Person (Ahmad Fauzan

Aschari, Ahmadi, Eka Nada Sofa Al

Khajar dan Ika Mawarningtyas).

4. Rekan-rekan seperjuangan di PTM 2007

(Hudzaifah, Arif Yuniarto, dan M.Ady

S).

5. Intelektual muda muslim, khususnya

rekan-rekan DPD Gema Pembebasan

Soloraya. (W.Aji N.C, M.Yusuf Arianto,

dan Yusuf Santoso).

6. Seluruh umat manusia yang risau akan

tatanan dunia yang penuh kedholiman

dan rindu akan tatanan dunia baru yang

(12)

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan nikmat, taufiq dan

hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk memenuhi

sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan

yang timbul dapat teratasi. Untuk itu dikesempatan yang berbahagia ini, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih atas segala bantuannya kepada yang

terhormat

1. Bapak Prof. Dr. H. M.Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Drs.Sutrisno,S.T,M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan

Kejuruan FKIP UNS Surakarta.

3. Bapak Yuyun Estriyanto,S.T,M.T selaku Ketua Program Pendidikan Teknik

Mesin PTK FKIP UNS

4. Bapak Drs.Emilly Dardi,M.Kes, sebagai Koordinator Skripsi pada Program

Pendidikan Teknik Mesin PTK FKIP UNS dan Dosen Pembimbing II.

5. Bapak Drs.C.Sudibyo,M.T, selaku dosen pembimbing I.

6. Bapak Zainuddin, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMK Islamiyah Widodaren

Ngawi.

7.

8. Mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin khususnya angkatan 2007.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

memperbaikinya. Terakhir, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

maupun bagi pembaca, Amiin.

Surakarta, Nopember 2011

(13)

commit to user

A. Tempat dan Waktu Penelitian...

B. Bentuk dan Strategi Penelitian...

(14)

commit to user

D. Teknik Sampling (Cuplikan)...

E. Teknik Pengumpulan Data...

F. Validitas Data...

G. Analisis Data...

H. Prosedur Penelitian...

BAB IV. HASIL PENELITIAN...

A. Deskripsi Lokasi Penelitian...

B. Analisis dan Pembahasan...

C. Temuan Studi dan Kaitannya dengan Kajian Teori...

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN...

A. Simpulan...

B. Implikasi...

C. Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN... 32

33

36

38

39

42

42

54

63

72

72

72

73

75

(15)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Jadual Penelitian...

Tabel 2 Sasaran Mutu Kepala Sekolah...

Tabel 3 Sasaran Mutu WKS I ...

Tabel 4 Uraian Tugas dan Wewenang WKS I...

Tabel 5. Sasaran Mutu WKS II...

Tabel 6. Uraian Tugas dan Wewenang WKS II...

Tabel 7 . Implementasi Pendidikan Karakter di SMK Islamiyah

Widodaren Ngawi...

Tabel 8 . Karakter-karakter yang diupayakan dalam Pengimplementasian

Pendidikan Karakter di SMK Islamiyah Widodaren Ngawi...

Tabel 9.Karakter-karakter yang diupayakan dalam RPJPN 2025 dan

Pelaksanaannya di SMK Islamiyah Widodaren Ngawi... 27

45

47

48

50

51

61

64

(16)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Alur Pikir Pembangunan Karakter Bangsa...

Gambar 2. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter...

Gambar 3. Alur Kerangka Berfikir Penelitian...

Gambar 4. Skema Model Analisis Interaktif...

Gambar 5. Diagram Alir Penelitian...

Gambar 6.Diagram Lingkaran Sebaran Siswa-Siswi SMK Islamiyah

Widodaren Ngawi Tahun Ajaran 2011/2012...

Gambar 7. Gedung SMK Islamiyah Widodaren Ngawi...

Gambar 8. Wawancara dengan Kepala Sekolah SMK Islamiyah

Widodaren Ngawi (Bp. Zainuddin, S.Sos, S.Pd.I )...

Gambar 9. Wawancara dengan Waka Kurikulum (Bp.Sriyono Teguh

Santoso,S.Si)...

Gambar 10. Wawancara dengan Waka Kesiswaan (Bp.Misbakhul Munir,

M.Pd.)...

Gambar 11. Wawancara dengan Guru SMK Islamiyah Widodaren Ngawi

(Bp.Sugeng Hariyadi,S.Pd.I)...

Gambar 12. Wawancara dengan Bima Hapsara (X RPL)...

Gambar 13. Wawancara dengan Bayu Nur Rohman (XI RPL 2)...

Gambar 14. Wawancara dengan Kusniawati (XII RPL)...

Gambar 16. Kegiatan Keputrian ...

Gambar 17. Latihan Muhadoroh (Berceramah di muka kelas)...

Gambar 18. Bhakti Sosial yang pernah dilaksakan oleh siswa-siswi SMK

(17)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Foto Dokumentasi...

Lampiran 2. Struktur Organisasi Sekolah...

Lampiran 3. Daftar Guru SMK Islamiyah Widodaren Ngawi...

Lampiran 4. Pedoman Tata Krama dan Tata Tertib Kehidupan Sosial

SMK Islamiyah Widodaren Ngawi...

Lampiran 5. Data Nominatif Siswa di SMK Islamiyah Widodaren Ngawi....

Lampiran 6. Pedoman Wawancara...

Lampiran 7. Hasil Wawancara...

Lampiran 8. Pedoman Observasi...

Lampiran 9. Hasil Observasi...

Lampiran 10. Contoh RPP Berkarakter di SMK Islamiyah Widodaren

Ngawi...

Lampiran 11. Jadwal Pelajaran SMK Islamiyah Widodaren Ngawi tahun

pelajaran 2011/2012...

Lampiran 12.Struktur HSJ (Himpunan Siswa Jurusan) SMK Islamiyah

Widodaren Ngawidan contoh program kerja HSJ Bidang

(18)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan memerankan peran strategis dalam kehidupan manusia.

Abidin Ibnu Rusn (2009:55) menyatakan bahwa

-satunya jalan untuk menyebarluaskan keutamaan, mengangkat harkat dan

martabat manusia, dan ehingga dapat

dikatakan, kemakmuran dan kejayaan suatu masyarakat atau bangsa sangat

dipengaruhi oleh bidang pendidikan.

Masih banyak lagi pendapat para pakar yang berkaitan dengan

pentingnya pendidikan di tengah-tengah kehidupan, namun setidaknya perkara

tersebut bukanlah sekedar pendapat semata. Sudah sekian banyak fakta yang

mampu mendiskripsikan realitasnya. Contoh sederhananya adalah sebagaimana

saat ini yang dicapai oleh Korea Selatan. Negara ini pada tahun 1962 baru saja

keluar dari perang dengan Korea Utara. Korea Selatan saat ini menjelma menjadi

negara dengan kekuatan ekonomi dan penguasaan teknologi yang tergolong maju

di dunia, begitu juga dengan Negera Jepang yang sempat dilululantahkan oleh

dahsyatnya guncangan gempa dan tsunami pada awal tahun 2011 yang lalu.

Negeri ini tergolong memiliki sumber daya alam yang tidak seberapa, namun

karena pendidikannya berhasil menggali potensi sumber daya manusia, negeri ini

menjadi kaya dan diperhitungkan oleh dunia. (Gede Raka, 2011 : 2).

Sangat wajar bila pendidikan di setiap negara menjadi prioritas yang

diutamakan oleh pemerintahnya, begitu juga dengan realisasi pendidikan di

Indonesia. Pemerintah melalui jajaran terkait harus senantiasa mengkaji

pelaksanaannya, sehingga melalui pendidikan diharapkan bisa benar-benar

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan di Indonesia saat ini berjalan masih jauh dari yang

diharapkan. Hal tersebut terlihat dari bertumpuknya permasalahan demi

permasalahan yang sangat prinsip, namun sampai saat ini belum mampu

(19)

commit to user

terselesaikan, sehingga wajar bila banyak orang yang menyebut pendidikan di

Indonesia masih gagal. Permasalahan prinsip tersebut adalah banyaknya lulusan

sekolah atau sarjana yang piawai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas,

tetapi mental dan moralnya lemah.

Salah satu indikator yang menunjukkan lemahnya mental dan moral

lulusan sekolah atau sarjana adalah merebaknya seks bebas. Berdasarkan data

hasil penelitian survei DKT Indonesia, PKBI Rakyat Merdeka, Komnas

Perlindungan Anak (PA) dan analisa SKRRI pada tahun 2002 saja, sebanyak 51%

remaja di Jabotabek, 54% di Surabaya dan 47% di Bandung pernah melakukan

hubungan seks pra nikah. Rata-rata usia mereka adalah antara 13 sampai dengan

18 tahun atau usia pelajar.

(http://radhityanotes.com/read/2011/04/06/614/70-remaja-indonesia-melakukan-seks-pra-nikah-ambil-info.html).

Komisi Perlindungan Anak pada tahun 2008 juga merilis hal yang

serupa. Sebesar 97% anak SMP mengaku pernah menonton film porno, 93,7%

remaja SMP mengaku pernah berciuman serta happy patting alias bercumbu berat.

Lebih mengejutkan lagi 62,7% remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi.

Lantas yang menjadi pertanyaannya, bila kondisinya sudah seperti ini, bagaimana

dengan nasib Bangsa Indonesia 10 tahun yang akan datang ? (Felix

Siauw,2010:83).

Kegagalan pendidikan tidak hanya terlihat pada indikator para lulusannya

semata. Permasalahan lain yang bisa menjadi indikator kegagalan pendidikan

diantaranya adalah tingginya biaya pendidikan yang melahirkan praktik

diskriminasi dalam mengakses pendidikan, berbagai praktik militerisme yang

menyebabkan maraknya tindak kekerasan di sekolah, beragam praktik manipulatif

dan koruptif, mulai dari ujian nasional, ketidaksiplinan guru dalam menjalankan

tugas, sampai manipulasi ijazah/ sertifikat untuk kebutuhan sertifikasi atau

kenaikan pangkat, hal-hal tersebut menyebabkan tumbuh suburnya budaya

ketidakjujuran di sekolah. (Bagus Mustakim, 2011:3).

Skala yang lebih besar menyatakan bagaimana efek domino gagalnya

pendidikan terlihat lebih nyata, hal ini terlihat dari berbagai permasalahan bangsa

(20)

commit to user

tindakan patologi sosial yang mendera bangsa ini yang menunjukkan indikasi

adanya masalah akut khususnya dalam konteks bangunan karakter bangsa.

Maraknya perilaku anarkis, tawuran antar warga, penyalahgunaan narkoba,

pergaulan bebas, korupsi, kriminalitas, kerusakan lingkungan dan masih banyak

lagi, bahkan khusus untuk tindak kriminal korupsi, koran Singapura The Strait

Times pernah menjuluki Indonesia dengan The Envelope Country, karena segala

hal bisa dibeli, entah itu lisensi, tender, wartawan, hakim, jaksa, polisi, petugas

pajak dan lain sebagainya. (Rizal Andy, 2010).

Kondisi tersebut bisa menjadi sinyal bahaya bagi masa depan Bangsa

Indonesia. Fenomena-fenomena di atas sangat bertentangan dengan visi dan misi

pendidikan dalam membentuk manusia Indonesia yang berkepribadian dan

berbudi luhur sebagaimana yang dicita-citakan oleh pendidikan nasional.

Berangkat dari hal itulah saat ini sedang hangat-hangatnya muncul

pendidikan karakter sebagai wacana baru dalam pendidikan nasional. Pendidikan

karakter menjadi buah bibir di mana-mana, mulai dari pejabat Kementerian

Pendidikan Nasional, Kepala Dinas Pendidikan di daerah sampai Pengawas

Pendidikan, semuanya serempak dan seirama memboomingkan istilah yang satu

ini, bahkan sampai merambah pada ruang-ruang pelatihan, seminar ataupun

workshop. Pendidikan karakter juga menjadi tema sentral pada perhelatan

peringatan hari pendidikan nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei 2011 beberapa

waktu yang lalu.

Pendidikan karakter telah menjadi salah satu visi Kementerian

Pendidikan Nasional sampai tahun 2025 yaitu sebagai wujud menghasilkan insan

Indonesia cerdas dan kompetitif atau menjadi insan kamil/ insan paripurna. Sosok

manusia yang memiliki kecerdasan secara komprehensif, mencakup cerdas

spiritual, emosional, sosial, intelektual dan cerdas kinestetis. Menjadi insan cerdas

spiritual ditandai dengan beraktualisasi diri melalui hati/ kalbu untuk

menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia

termasuk budi pekerti luhur dan berkepribadian luhur, hal tersebut menunjukkan

adanya komitmen yang tinggi dalam membangun watak, budi pekerti atau

(21)

commit to user

Karakter merupakan suatu aspek kepribadian manusia yang diyakini

dapat berubah, dari yang baik menjadi jelek atau sebaliknya dari yang jelek

menjadi baik, itulah sebabnya pembangunan karakter menjadi sesuatu yang sangat

penting bagi kehidupan manusia itu sendiri baik dalam skala individu maupun

bangsa. Karakter seringkali diidentikkan dengan budi pekerti atau akhlak. Seorang

yang berkarakter baik identik bahkan sama dengan orang yang budi pekertinya

luhur atau akhlaknya baik (akhlaqul karimah), sementara itu orang yang

berkarakter buruk identik bahkan sama dengan orang yang budi pekertinya tidak

luhur atau akhlaknya tidak baik, itulah sebabnya pendidikan karakter sangat

penting sekali. (Bagus Mustakim, 2011: ii).

Visi pendidikan karakter sebenarnya secara implisit telah include ke

dalam perundang-undangan yang telah ada. UU No.4 tahun 1950 jo, UU No 15

tahun 1954, UU No.2 tahun 1989 dan UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003

menjelaskan bahwa fungsi pendidikan nasional adalah untuk membentuk karakter

bangsa, meskipun disampaikan dengan deskripsi yang berbeda-beda. (Bagus

Mustakim, 2011 : 2).

Sekolah formal sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan di lapangan

sudah semestinya selaras dengan agenda besar pendidikan nasional saat ini yaitu

pendidikan karakter, meskipun belum ada rumusan yang jelas dari pemerintah.

Pendidikan karakter bisa diimplementasikan sesuai dengan sistem yang dibangun

dan dikembangkan oleh sekolah masing-masing. Artinya antara sekolah satu

dengan sekolah yang lain, ada kemungkinan perbedaan sistem yang

dikembangkan.

Beberapa tahun terakhir ini dunia pendidikan di Ngawi memperoleh

perhatian serius dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Pendidikan di

Ngawi pada tahun 2010 silam, dalam skala regional menempati posisi ke 38 dari

38 Kabupaten se-Jatim.

(http://www.sinarngawi.com/2010/11/dprd-ngawi-komisi-2-dituding-mlempem.html).

Banyak kasus terjadi di Ngawi yang mengindikasikan lemahnya

bangunan karakter dari para pelakunya. Kasus-kasus tersebut tidak bisa dianggap

(22)

commit to user

Beberapa kasus fenomenal yang pernah terjadi adalah kecurangan

pelaksanaan UAN pada tahun 2009 silam yang mengakibatkan 100% siswa kelas

3 dinyatakan tidak lulus. Pemberitaan detik.com tertanggal 3 Juni 2009 silam itu

tidak tanggung-tanggung menimpa sekolah terfavorit se-Kabupaten Ngawi yaitu

SMAN 2 Ngawi, bila sekolah yang dipandang favorit berlaku demikian, lantas

bagaimanakah dengan sekolah-sekolah yang taraf kualitas di bawahnya?

Video mesum yang para pelakunya adalah anak usia sekolah sering pula

terjadi di Ngawi, seperti kasus video mesum yang diberitakan oleh Liputan 6.com

pada tanggal 6 Oktober 2010 silam yang melibatkan 3 pelajar sekolah kejuruan

swasta di Kabupaten Ngawi. Beberapa kasus tersebut di atas adalah contoh kasus

yang sempat mencuri perhatian media nasional.

SMK Islamiyah Widodaren Ngawi sebagai sekolah formal, memiliki

tanggung jawab yang sama dengan sekolah-sekolah lain dalam rangka turut serta

mensukseskan agenda pendidikan nasional. SMK Islamiyah Widodaren Ngawi

meskipun berstatus sebagai sekolah swasta ternayata memiliki komitmen tinggi

dalam menjalankan proses pendidikan karakter yang setidaknya tercermin dalam

visi sekolah yaitu kompetensi dalam prestasi, jaya dalam budaya, istiqomah dalam

ibadah. Latar belakang tersebut di atas telah menjadikan penulis sangat tertarik

untuk mengkaji dan mengadakan penelitian dengan judul

PENDIDIKAN KARAKTER DI SMK NGAWI (STUDI KASUS DI SMK

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Mengapa pemerintah saat ini menggulirkan pendidikan karakter sebagai

wacana baru pendidikan nasional ?

2. Bagaimana hubungan maraknya praktik ketidakjujuran di tengah-tengah

kehidupan dengan pendidikan karakter dan pelaksanaan sistem pendidikan

nasional ?

(23)

commit to user

4. Bagaimana sekolah mengimplementasikan konsep pendidikan karakter ?

5. Mengapa pendidikan karakter penting untuk diimplementasikan di sekolah

khususnya di SMK Ngawi ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk

1. Mengetahui konsep dasar dari pendidikan karakter.

2. Mengetahui sejauh mana pemahaman civitas SMK di Ngawi khususnya di

SMK Islamiyah Widodaren Ngawi terhadap pendidikan karakter.

3. Mengetahui bagaimana implementasi pendidikan karakter di SMK Ngawi

khususnya di SMK Islamiyah Widodaren Ngawi mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka dengan penelitian ini diharapkan

memperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan sumbangan tulisan dan penelitian ilmiah yang berkaitan dengan

kajian pendidikan karakter, sehingga bisa memperkaya khasanah keilmuan

pendidikan khususnya dalam konteks isu kontemporer.

2. Memberikan bahan masukan terhadap implementasi pendidikan karakter yang

telah berjalan di SMK Ngawi khususnya di SMK Islamiyah Widodaren Ngawi,

berdasarkan pada analisis data atau informasi yang terkumpul dari proses

penelitian baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program.

3. Memberikan bahan informasi bagi Perguruan Tinggi khususnya UNS dalam

mengkaji lebih lanjut implemetasi pendidikan karakter di sekolah menengah

(24)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan bagian kebutuhan penting dalam kehidupan

manusia. Berbagai ragam makna rumusan pendidikan yang telah dikemukakan

oleh para pakar sesuai dengan sudut pandang dan konteks penggunaan

masing-masing. Pendidikan (education) dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin

e berarti memasukkan sesuatu (Hasan Langgulung, 1988:4). Makna

pendidikan secara epistimologi adalah sebagai berikut :

UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal I menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengambangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

Ki Hajar Dewantara dalam Edi Sutarto (2011) menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha orang tua bagi anak dengan maksud untuk menyokong

kemajuan hidupnya, dalam arti memperbaiki tumbuhnya kekuatan jasmani dan

ruhani

Konteks filsafat mengenai pendidikan, Driyarkoro dalam Madya

Ekosusilo & Kasihadi (1989) menyatakan bahwa: Pendidikan pada dasarnya

adalah usaha untuk memanusiawikan manusia. Konteks tersebut mengandung

pengertian bahwa pendidikan tidak dapat dimaknai sekedar membantu

pertumbuhan secara fisik saja, tetapi juga keseluruhan perkembangan pribadi

manusia dalam konteks lingkungan manusia yang memiliki peradaban

Penjelasan dari beberapa pakar tersebut dapat dinyatakan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dari orang tua bagi anak dengan

(25)

commit to user

maksud memperbaiki tumbuhnya jasmani dan ruhani. Pendidikan tidak hanya

membantu pertumbuhan fisik semata namun juga keseluruhan perkembangan

pribadi manusia yang beradab.

Pelaksanaan pendidikan merupakan sebuah aktivitas untuk mewariskan

nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan tertentu kepada generasi yang dididik

atau dalam bahasa Kneller (1967) disebut sebagai pewarisan budaya. Kneller

(1967:21) lebih mendetail menyatakan bahwa: Education is the process by which

society, through schools, colleges, universities, and other institutions, deliberately

transmits its cultural heritage - its accumulated knowledge, value, and skill from

one generation to another .

Pendidikan dengan kata lain merupakan proses di mana masyarakat

melalui sekolah, perguruan tinggi, universitas, dan institusi lain dengan sengaja

mewariskan budayanya yakni berupa akumulasi pengetahuan, nilai, dan

ketrampilan dari generasi ke generasi yang lain.

Laska (1976:3) juga menyatakan bahwa : Education is one of the most

important activities in which human beings engage. It is by means of the educative

process and its role in transmitting the cultural heritage from one generation to

Pendidikan merupakan salah satu aktivitas yang paling utama yang

melibatkan tubuh manusia. Pendidikan merupakan sarana proses mendidik dan

perannya di dalam mewariskankan warisan budaya dari satu generasi kepada

generasi berikutnya sehingga masyarakat manusia bisa memelihara keberadaan

mereka.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa lembaga

pendidikan sekolah pada dasarnya merupakan salah satu harapan masyarakat

(sebagai wakil orang tua) untuk mewariskan atau menanamkan nilai-nilai

moral/budi pekerti yang bersumber pada norma, etika, tradisi budaya yang

dianutnya kepada generasi mereka selanjutnya, oleh karena itu lembaga

pendidikan di samping diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berfikir

dan ketrampilan hidup, juga diharapkan mampu mewariskan nilai-nilai budaya

(26)

commit to user

2. Karakter

a. Pengertian Karakter

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan karakter sebagai tabiat,

perangai dan sifat-sifat seseorang. Berkaraktaer diartikan dengan mempunyai

kepribadian, adapun kepribadian diartikan dengan sifat khas dan hakiki seseorang

yang membedakan seseorang dari orang lain. (Badudu & Zain : 1996, 617 dan

1088).

Ki Supriyoko dalam Bagus Mustakim (2011:iii) menyatakan bahwa

dalam bahasa yang sederhana karakter sama dengan watak, yaitu pengembangan

jati diri seseorang itu sendiri. Karakter seseorang lebih mencerminkan jati diri dari

pada aspek kepribadian manusia yang lainnya seperti identitas, intelektual,

keterampilan dan lain sebagainya. Karakter juga sering diidentikkan dengan budi

pekerti atau akhlak. Seseorang yang karakternya baik identik bahkan sama dengan

orang yang budi pekertinya luhur atau akhlaknya baik (akhlakul karimah),

sementara itu orang yang karakternya buruk identik bahkan sama dengan orang

yang budi pekertinya tidak luhur atau akhlaknya tidak baik.

dikaitkan dengan sifat khas atau istimewa, atau kekuatan moral, atau pola tingkah

Berbagai pengertian di atas menyimpulkan bahwa karakter dapat

dinyatakan sebagai sifat khas pada seseorang berupa tabiat, perangai, watak atau

pola tingkah laku seseorang yang membentuk jati dirinya sehingga memiliki

kepribadian.

b. Karakter dan Kebajikan

memancar dari dalam ke luar (inside-out), artinya kebiasaan seseorang dilakukan

(27)

commit to user

Kevin Ryan dan Keren E Bohlin (1999:5) memberikan penjelasan lebih

lanjut yaitu bila karakternya baik maka akan dimanifestasikan dalam kebiasaan

baik di kehidupan sehari-hari : pikiran baik, hati baik, dan tingkah laku baik.

Berkarakter baik berarti mengetahui yang baik, mencintai kebaikan dan

melakukan yang baik. Telaah mengenai karakter hampir selalu dikaitkan dengan

konsep kebajikan. Kebajikan adalah karakteristik yang bisa diterima oleh semua

orang, artinya antara konsep tentang karakter dan kebajikan adalah dekat.

Gede Raka (2011:34) menyatakan bahwa dalam setiap kebajikan

teridentifikasi ada kekuatan karakter (character strenght). Patterson dan Seligmen

(2004:29) dalam Gede Raka (2011:39-43) menyebutkan ada enam kategori

kebajikan yang yang di dalamnya ada kekuatan karakternya, yaitu

1) Kearifan dan pengetahuan (wisdom and knowledge) yaitu kekuatan kognitif yang berkaitan dengan penambahan dan penggunaan pengetahuan. Kekuatan karakter yang teridentifikasi berupa kreativitas (orisinil dan banyak ide), memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berfikiran terbuka, memiliki semangat dalam belajar dan berwawasan.

2) Keberanian (courage) yaitu kekuatan emosional yang mencakup kemuan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan di tengah-tengah tentangan yang dihadapi, baik dari dalam maupun dari luar. Kekuatan karakter yang teridentifikasi adalah keberanian (bravery) - tidak takut menghadapi ancaman, tantangan, kesulitan atau kesakitan-, kegigihan, integritas (ketulusan dan kejujuran) dan vitalitas (menjalani kehidupan dengan kegembiraan dan penuh semangat).

3) Kemanusiaan (humanity) yaitu kekuatan interpersonal yang mencakup ketulusan merawat, membantu, sikap bersahabat, dan menjaga orang lain. Kekuatan karakter yang yang teridentifikasi adalah kasih (love), kebaikan hati (kedermawanan, kepeduliaan, welas asih, santun, tanpa pamrih) dan kecerdasan sosial (kecerdasan emosional, kecerdasan personal).

4) Keadilan (justice) yaitu sifat baik warga masyarakat yang menjadi tumpuan kehidupan masyarakat yang sehat. Kekuatan karakter yang teridentifikasi adalah kewargaan (tanggung jawab sosial, loyalitas, teamwork), berkeadilan (fairness) dan kepemimpinan.

5) Pembatasan diri (temperance) yaitu sifat baik yang menghindarkan seseorang dari ekses (sikap atau perbuatan yang melewati batas). Kekuatan karakter yang teridentifikasi adalah kesediaan memaafkan dan belas kasihan (forgivness and mercy), kerendahan hati/ kesederhanaan, kehati-hatian dan pengendalian diri.

(28)

commit to user

orientasi ke masa depan), humor dan spiritualitas (memiliki keyakinan tentang tujuan yang lebih tinggi).

Kaitannya dengan proses perkembangan peradaban manusia, karakter

terbentuk dalam proses sejarah sebagai sifat-sifat utama dalam suatu masyarakat

yang menjadi pondasi dalam masyarakat itu. Bagus Mustakim (2011:30-37)

membagi karakter yang lahir dalam perjalanan sejarah manusia menjadi 5 bagian,

yaitu

1) Karakter Intelektual yaitu karakter yang ada pada diri seseorang di mana dengan modal karakter tersebut dapat terselesaikanlah persolan-persoalan hidup. Karakter ini juga bisa dimaknai dengan karakter yang ada pada diri manusia sehingga mampu menemukan berbagai nilai dalam kehidupannya. Nilai-nilai tersebut dijadikan pondasi dalam sistem masyarakat yang dijaga dan dilestarikan untuk kepentingan bersama. 2) Karakter Teologis yaitu karakter pada manusia yang hidup secara patuh

dan taat pada nilai-nilai ketuhanan/ keagamaan.

3) Karakter Humanis yaitu karakter pada manusia yang lahir dari kemampuannya memahami realitas di sekitarnya secara obyektif dan ilmiah.

4) Karakter Modernis yaitu karakter pada manusia yang lahir dari kemampuannya memahami realitas secara rasional dan saintifik. Rasional artinya menjadikan kekuatan rasio sebagai kekuatan tunggal yang sangat menentukan, sedangkan saintifik berarti menganggap adanya suatu kebenaran essensial dan universal yang didasarkan pada langkah-langkah tertentu (metode ilmiah).

5) Karakter Postmodernisme yaitu karakter pada manusia yang

menunjukkan penerimaan atas kondisi masyarakat yang pluralitas, heterogenitas dan fragmentalisme. Hal tersebut merupakan sebuah keniscayaan, bukan merupakan halangan namun adalah sebagai potensi positif untuk berkompetisi secara sehat menuju kebaikan bersama.

Beberapa karakter tersebut dapat dinyatakan bahwa manusia yang

berkarakter adalah manusia yang di dalam dirinya memiliki sifat-sifat

kebajikan/kebaikan yang terpancar dalam setiap aktivitasnya sehari-hari atau

dengan kata lain seperti yang dinyatakan oleh Furqon Hidayatullah (2010:10)

bahwa seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai

dan keyakinan yang dikehendaki oleh masyarakat serta digunakan sebagai

(29)

commit to user

c. Karakter, Kemajuan Bangsa dan Dunia Kerja

Karakter adalah bagian dari diri manusia yang sangat berharga. Cicero

dalam Thomas Lickona (2004), seorang filosof dan negarawan Yunani

lam Thomas Lickona (2004), seorang sejarawan Inggris,

bumi ini hancur bukan karena penakhlukan dari luar melainkan karena pelapukan

Pernyataan Cicero dan Toynbee setidaknya telah terbukti kebenarannya.

Contohnya adalah kemajuan yang diperoleh oleh RRC (Republik Rakyat China)

saat ini. Pembaharuan dalam dunia pendidikan yang dilakukan semenjak tahun

1980-an di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping telah menjadi salah satu

kekuatan penggerak utama kebangkitan RRC yang menjadi salah satu kekuatan

ekonomi dunia pada awal abad ke-21. RRC pada tahun 1966-1976 mengalami

kelumpuhan ekonomi dan pendidikan yang diakibatkan oleh kebijakan revolusi

kebudayaan China yang dicanangkan oleh Mao Zedong. Tema utama revolusi

pendidikan yang diangkat oleh RRC pada waktu itu adalah pendidikan karakter

yang tujuan utamanya untuk menjadikan setiap warga China menjadi orang yang

berkarakter kuat dan menumbuh kembangkan warga masyarakat yang lebih

konstruktif.

Gede Raka (2011:28-29) menyatakan bahwa meskipun faktor kempetensi

saat ini menjadi tema utama dalam perekrutan dan pengembangan tenaga kerja,

namun ada satu hal yang luput dari pengamatan para manajer atau eksekutif

khususnya di Indonesia yaitu faktor kepribadian. Hasil penelitian Jim Collins yang

Good to Great

manajemen terlaris di dunia, menemukan bahwa salah satu faktor dari lima faktor

yang menjadi ciri-ciri perusahaan hebat adalah

perusahaan-perusahaan itu memilih orang yang tepat untuk menjadi bagian dari tenaga

kerjanya. Ketepatan tersebut dalam konteks ini lebih terkait pada karakter

seseorang dari pada pengalaman, pengetahuan, atau keterampilannya, jadi dalam

(30)

commit to user

dia lakukan ( ), dengan kata lain, perusahaan yang hebat

mencari orang yang berkarakter.

Orang-orang yang berkarakter kuat tidak memerlukan motivasi dari

orang lain sebab mereka akan memotivasi dirinya sendiri. Perusahan-perusahaan

yang hebat tidak menganggap pengetahuan atau keahlian khusus itu tidak penting,

tetapi menganggap bahwa pengetahuan atau keahlian itu bisa dipelajari, sementara

dimensi-dimensi yang berkaitan dengan keyakinan, seperti karakter, etos kerja,

dedikasi untuk memenuhi komitmen, akarnya jauh lebih dalam dan lebih sulit

dirubah.

Arifin Panigoro (2008) dalam Gede Raka (2011:29) memaparkan

delapan prinsip yang dia terapkan dalam membangun usahanya di berbagai

bidang. Delapan prinsip tersebut, enam di antaranya adalah karakter yaitu

bersikap adil, jujur, percaya diri, bertanggung jawab, inovatif dan peduli.

Pemaparan di atas dapat dinyatakan bahwa kemajuan bangsa dan dunia

kerja dapat dicapai oleh manusia-manusia yang berkarakter.

d. Strategi dalam Pembentukan Karakter Bangsa

Karakter sangat penting dalam mencapai kemajuan suatu bangsa dan

tentu juga sangat berharga dalam dunia kerja. Banyak strategi yang bisa

dilaksanakan oleh pemerintah dalam proses pembentukan karakter tersebut.

Strategi yang bisa dilaksanakan yang termuat dalam buku pedoman pelaksanaan

pendidikan karakter yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional

(31)

commit to user

Gambar 1. Alur Pikir Pembangunan Karakter Bangsa Sumber : Tim Kemdiknas (2011 : 2)

Berdasarkan alur pikir pembangunan karakter bangsa di atas, pendidikan

menjadi salah satu strategi dasar dari pembangunan karakter bangsa yang dalam

pelaksanaannya harus dilakukan secara koheren dengan beberapa strategi lain.

Strategi tersebut mencakup, yaitu sosialisasi/penyadaran, pemberdayaan,

pembudayaan dan kerjasama seluruh komponen bangsa.

Pembangunan karakter dilakukan dengan pendekatan sistematik dan

integratif dengan melibatkan keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, masyarakat

sipil, anggota legislatif, media massa, dunia usaha, dan dunia industri (Buku Induk

Pembangunan Karakter, 2010), sehingga satuan pendidikan adalah komponen

penting dalam pembangunan karakter yang berjalan secara sistemik dan integratif

bersama dengan komponen lainnya.

3. Pendidikan Karakter

a. Definisi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menjadi bagian penting dalam proses pendidikan,

(32)

commit to user

berkarakter maka sudah semestinya ada sebuah evaluasi terhadap pelaksanaan

pendidikan yang ada, adapun secara epistimologis beberapa pakar memberikan

definisi pendidikan karakter sebagai berikut :

kter sebagai

suatu proses internalisasi sifat-sifat utama yang menjadi ciri khusus dalam sebuah

masyarakat ke dalam peserta didik sehingga dapat tumbuh dan bekembang

menjadi manusia dewasa sesuai dengan nilai-nilai tersebut .

Ratna Megawangi (2007) dalam Adian Husaini (2010) menyatakan

proses knowing the good, loving the good, and acting the good. Yakni suatu

proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi dan fisik, sehingga

akhlak mulia dapat terukir menjadi habit of the mind, hearth, and hands .

Thomas Lickona (1991) dalam Adian Husaini (2010) mendefinisikan

an karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian

seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan

nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggung jawab,

menghormati hak orang lain, kerja keras dan s

Pendidikan karakter bukan

sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu,

pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang

baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar

dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya

(psikomotor) endidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek

pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik

atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action).

Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus

dipraktikkan dan dilakukan.

Pengertian dari beberapa pakar diatas dapat dinyatakan bahwa

pendidikan karakter adalah proses internalisasi nilai-nilai tertentu melalui

pendidikan sehingga terbentuklah kepribadian dan akhlak mulia pada peserta

(33)

commit to user

b. Sejarah Pendidikan Karakter di Indonesia

Karakter terbentuk dalam proses sejarah sebagai sifat-sifat utama dalam

masyarakat yang menjadi pondasi masyarakat itu, sehingga di sinilah pendidikan

memainkan peranannya sebagai sebuah sarana pewarisan dan penginternalisasian

nilai-nilai pada generasi-generasi penerus. Proses ini bertujuan agar generasi

selanjutnya menjadi manusia-manusia yang bermartabat, sehingga kehidupan

masyarakat dapat terus hidup dan berkembang. (Bagus Mustakim,2011: 29).

Pendidikan karakter bukanlah hal yang baru dalam sejarah manusia.

Orang tua dengan berbagai cara, sejak dulu kala sebelum ada pendidikan formal

yang bernama sekolah seperti sekarang, sudah berusaha mendidik anak-anak

mereka baik menurut norma-norma yang berlaku di tengah-tengah kehidupannya,

dengan demikian semenjak awal, makna yang terkandung dalam istilah

pendidikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dari orang tua bagi

anak dengan maksud memperbaiki tumbuhnya jasmani dan rohani jadi tidak hany

membantu pertumbuhan fisik semata namun juga keseluruhan perkambangan

pribadi manusia yang memiliki peradaban secara tidak langsung sudah

belakangnya.

Sejak awal pelaksanaan pendidikan di Indonesia, secara tidak sadar

melalui regulasi-regulasi yang ada, pendidikan karakter telah menjadi bagian dari

visi pendidikan, meskipun tidak disampaikan dengan istilah pendidikan karakter.

Diakui atau tidak apa yang telah tercantum dalam regulasi tersebut hingga saat ini

belum bisa dikatakan sukses.

Visi pendidikan karakter tercermin dalam perundang-undangan yang

membahas pendidikan di negeri ini, mulai dari UU No.4 Tahun 1950 jo, UU No

12 Tahun 1954, UU No.2 Tahun 1989 dan UU No 20 Tahun 2003. Semua

perundang-undangan itu menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk

membentuk karakter bangsa, meskipun disampaikan dengan deskripsi yang

(34)

commit to user

c. Pentingnya Pendidikan Karakter

Secara filosofis, pendidikan karakter lahir dari sebuah keprihatinan atas

kondisi bobroknya karakter pada bangsa ini, sehingga pendidikan karakter secara

tidak langsung menjadi problem solving yang dicoba untuk diangkat dalam dunia

pendidikan.

Soemarmo Sudarsono (2011) dalam Gede Raka (2011:xi) menyatakan

bahwa:

Lebih dari enam dekade, pendidikan karakter Indonesia belum mencapai kemajuan, bahkan dalam beberapa hal mengalami kemunduran. Masih banyaknya korupsi, semakin meningkatnya penggunaan kekerasan terhadap orang yang berbeda kepercayaan, berbeda suku, atau berbeda golongan, semakin semrawutnya lalu lintas, dan semakin rusaknya lingkungan hidup. Semua itu menjadi indikasi bahwa semakin banyak kita yang semakin kehilangan kejujuran, semakin kehilangan kemampuan untuk menghargai perbedaan, kehilangan kedisiplinan, kehilangan tata karama di ranah publik, dan kehilangan rasa tanggung jawab sosial.

kita kehilangan kekayaan, maka kita tidak kehilangan apa-apa, ketika kita

kehilangan kesehatan, maka kita kehilangan sesuatu, namun ketika kita

kehilangan karakter, maka kita kehilangan

segala-Soemarmo Soedarsono (2011) dalam Gede Raka (2011:xi) menyatakan

boleh berganti dan raja boleh turun takhta, namun pendidikan karakter harus

akhirnya. Pendidikan karakter diperlukan agar setiap individu menjadi orang yang

lebih baik, menjadi warga masyarakat yang lebih baik dan menjadi bagian dari

warga negara yang lebih baik.

Gede Raka (2011:21) menyatakan bahwa:

(35)

commit to user

Begitu pentingnya pendidikan karakter di tengah-tengah kehidupan kita,

sehingga semua komponen dalam lingkup pendidikan harus memahami

pentingnya pembentukan karakter dalam diri peserta didiknya. Kegagalan dalam

membentuk karakter bisa bermakna mempersiapkan kegagalan masa depan

peserta didik dan bangsanya, begitu juga dalam dunia kerja yang notabene adalah

fase kehidupan yang segera akan dilalui oleh peserta didik khususnya oleh peserta

didik yang menempuh jenjang pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK). Seperti apa yang telah diungkapkan oleh Gede Raka (2011:29) bahwa:

Perusahaan-perusahaan yang hebat lebih mencari orang yang berkarakter. Orang-orang dengan karakter yang kuat tidak memerlukan motivasi dari orang lain, sebab mereka akan memotivasi dirinya sendiri. Perusahaan-perusahaan yang hebat tidak menganggap pengetahuan atau keahlian khusus itu tidak penting, tetapi menganggap bahwa pengetahuan dan keahlian khusus itu bisa dipelajari, sementara dimensi-dimensi yang berkaitan dengan keyakinan, seperti karakter, etos kerja, dedikasi untuk memenuhi komitmen, akarnya lebih dalam dan lebih sulit dirubah.

Pembentukan karakter bagi setiap peserta didik khususnya bagi Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) yang notabene adalah lembaga penyiap tenaga kerja

sangatlah penting sekali.

d. Karakter-karakter yang Diupayakan dalam RPJP Nasional 2025

Konsep karakter sebagaimana yang telah diuraikan pada pembahasan

sebelumnya masih bersifat paradigmatis, karena itu karakter yang dimaksud masih

bersifat universal, oleh karena itu harus diturunkan oleh sekolah menjadi

karakter-karakter yang lebih praktis.

Sekolah dalam konteks ini dapat menjadikan UU No.17 Tahun 2007

tentang Rencana Pembangun Jangka Panjang (RPJP) Nasional sebagai acuan.

RPJP Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional yang

merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Indonesia yang

tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

Berdasarkan rumusan visi dan misi RPJP Nasional 2025, menurut Bagus

(36)

commit to user

dalam praktik pendidikan dan pembelajaran di Indonesia. Delapan karakter

tersebut adalah

1)Etos Spiritual

Etos spiritual adalah etos yang dibangun dari nilai-nilai keagamaan.

Sekolah bertugas untuk mengartikulasikan nilai-nilai utama itu dalam bentuk etika

spiritual yang menjadi jalan hidup (way of life) bagi peserta didik. Sekolah harus

mengkomunikasikan etika ini kepada peserta didik secara kreatif sehingga

nilai-nilai itu bisa diimplementasikan secara aplikatif dalam kehidupan bermasyarakat.

Nilai-nilai inilah yang digunakan untuk membentuk karakter spiritual dalam diri

peserta didik.

Etika spiritual yang berhasil dibentuk akan menjadi pondasi dasar bagi

pembentukan karakter-karakter yang lain, sebab karakter-karakter yang lain pada

dasarnya merupakan pengembangan karakter dasar yang lebih spesifik.

Abdul Hamid Hakim dalam Bagus Mustakim (2011:74) menyebutkan,

ada lima nilai utama keagamaan yang bisa dijadikan menjadi etika spiritual dalam

kehidupan sehari-hari. Lima nilai tersebut adalah percaya pada Tuhan YME,

Tuhan menciptakan seluruh alam yang ada termasuk manusia, manusia adalah

makhluk yang bertanggung jawab kepada-Nya, salah satu perbuatan yang

berkenan adalah berbuat baik kepada sesama, dan manusia akan merasakan akibat

2)Etos Mutu

Etos mutu adalah karakter yang berkaitan dengan penguasaan IPTEK dan

kemampuan daya saing global. Perkembangan dunia yang begitu cepat dari era

agraris menuju era industri hingga era informasi sekarang ini menuntut SDM yang

bisa mengimbangi perbahan percepatan perkembangan zaman.

Sekolah harus mampu menjembatani cepatnya perubahan tatanan daya

saing global itu yaitu dengan menyiapkan kompetensi keilmuan dan mental.

Masyarakat agaris memandang perubahan sebagai sebuah keistimewaan,

(37)

commit to user

dalam masyarakat informasi perubahan akan berjalan sangat cepat dengan

magnitude yang lebih tinggi.

Kesiapan peserta didik dalam menghadapi era informatika, baik kesiapan

kompetensi maupun kesiapan mental, menjadi karakter yang harus dibangun oleh

sekolah. Teknologi informasi menjadi kebutuhan tersendiri dalam era global ini.

Melalui pembelajaran yang komprehensif diharapkan peserta didik tidak

mengalami shock culture atas cepatnya perubahan yang terjadi di lingkungan

sekitarnya. Sebaliknya mereka memiliki kesiapan untuk berkarya dan berprestasi.

3)Keterbukaan

Karakter keterbukaan adalah karakter yang dibangun atas dasar nilai-nilai

keterbukaan. Dalam UU No 17 Tahun 2007 dijelaskan bahwa nilai keterbukaan

merupakan landasan penting dalam mewujudkan pembangunan Indonesia yang

maju, mandiri, dan adil sesuai dengan RPJP Nasional 2025.

Chamim (2003:81) dalam Bagus Mustakim (2011:77) menyebutkan

bahwa diantara nilai-nilai keterbukaan antara lain adalah kebolehan (berpendapat,

berkelompok dan berpartisipasi), menghormati orang atau kelompok lain,

kesetaraan, kerja sama, persaingan dan kepercayaan.

Bagus Mustakim (2011:78) menyebutkan bahwa kompetisi, kompromi

dan kerja sama juga merupakan nilai-nilai yang mampu mendorong terwujudnya

keterbukaan. Kompetisi diperlukan sebagai pendorong satu sama lain untuk

meningkatkan kualitas masing-masing. Kompromi diperlukan untuk mengatasi

masalah yang muncul di tengah-tengah kehidupan, sedangkan kerja sama

diperlukan untuk menopang persaingan dengan kelompok lain.

Sekolah perlu kiranya untuk nilai-nilai tersebut kepada peserta didiknya.

Nilai tersebut dikembangkan untuk membentuk karakter keterbukaan dalam diri

peserta didik, sehingga diharapkan lulusan akan memiliki cara pandang yang luas

dan terbuka sehingga mampu membuka ruang-ruang kompetisi yang sehat untuk

(38)

commit to user

4)Multikultural

Karakter multikultural adalah karakter yang terbangun atas dasar

kesadaran multikultural, yaitu kesadaran yang mengisyaratkan adanya sikap untuk

bersedia mengakui adanya kelompok lain. Kesadaran ini juga mengandung makna

kesediaan untuk berlaku adil dengan kelompok lain atas dasar perdamaian dan

saling menghormati.

Pengembangan karakter multikultural di sekolah diharapkan menjadikan

peserta didik memiliki wawasan yang terbuka dalam menerima keberadaan

kelompok yang berbeda yang selanjutnya dapat memberlakukan kelompok itu

secara adil, berkompetisi secara aman dan damai dalam membangun Indonesia.

5)Kecerdasan Kritis

Kecerdasan kritis adalah sebuah karakter yang tercermin dari

kemampuan peserta didik untuk mengidentifikasi ketidakadilan yang terjadi

secara sistemik dan struktural di sekitarnya.

Pendidikan harus menciptakan ruang dan kesempatan bagi peserta didik

untuk terlibat dalam proses penciptaan sistem dan struktur baru yang lebih adil

dan tidak menindas. Kecerdasan kritis pada peserta didik akan mendorongnya

untuk memiliki kepedulian terhadap sistem dan struktur sosial di mana mereka

tinggal, dengan demikian diharapkan pada masa depan akan muncul generasi yang

memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap sistem dan struktur sosial, sehingga

akan terwujud masyarakat yang lebih adil dan egaliter.

6)Peduli Lingkungan

Peduli terhadap lingkungan adalah sebuah karakter yang tercermin dalam

diri peserta didik yang terlihat secara sederhana dari kecintaan dan

kepeduliaannya terhadap kebersihan tempat lingkungannya.

Sekolah dalam hal ini memerankan perannya dalam membentuk

kesadaran terhadap lingkungan pada peserta didiknya. Karakter ini bisa dimulai

dari persoalan yang terlihat sepele, seperti penyediaan tempat sampah yang

(39)

commit to user

kepeduliaan lingkungan. Pembentukan karakter ini diharapkan akan melahirkan

generasi yang memiliki kepedulian lingkungan.

7)Berwawasan Maritim

Indonesia memiliki wilayah kelautan yang luas, namun saat ini kesadaran

untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi kelautan/ kemaritiman masih

sangat kurang, sehingga dalam misi mewujudkan RPJP Nasional menuju

Indonesia Emas 2025 sekolah harus menfasilitasi pembentukan karakter maritim

bagi peserta didiknya.

Perlu adanya upaya membangun kesadaran maritim dalam diri peserta

didik. Pembentukan karakter maritim diharapkan mampu melahirkan generasi

muda yang menyadari kekayaan potensi kelautan agar bisa mengeksplorasi laut

Indonesia sebagai kekuatan sosial dan ekonomi bangsa.

8)Tanggung Jawab Global

UU No 17 Tahun 2007 dalam konteks global merumuskan misi agar

Indonesia ikut berperan penting dalam pergaulan dunia Internasional. Misi ini

tidak mungkin tercapai tanpa adanya sensitivitas global yang dimiliki oleh warga

negara Indonesia, karenanya menjadi tugas sekolah untuk menumbuhkan

sensitivitas atau kesadaran global ini.

Pembentukan karakter peserta didik yang memiliki kepedulian terhadap

dunia global menjadi begitu penting. Generasi muda dengan karakter ini

diharapkan mampu mengikuti perkembangan dunia global khususnya terkait

dengan perkembangan dunia teknologi secara kritis., artinya tidak semata-mata

larut dalam berbagai perubahan dan perkembangan yang terjadi.

e. Proses Pendidikan Karakter

Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang

mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan

fungsi totalitas sosiokultural dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan

(40)

commit to user

Totalitas psikologis dan sosiokultural dapat dikelompokkan sebagaimana

yang digambarkan dalam bagan berikut:

Gambar 2. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter Sumber : Tim Kemdiknas (2011:4)

Berdasarkan gambar di atas, pengkategorian nilai didasarkan pada

pertimbangan bahwa pada hakekatnya perilaku seseorang yang berkarakter

merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi

individu manusia (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan fungsi totalitas

sosialkultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan

masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.

Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses psikologis dan

sosial-kultural dapat dikelompokkan dalam: (1) olah hati (spiritual & emotional

development); (2) olah pikir (intellectual development); (3) olah raga dan

kinestetik (physical & kinesthetic development); dan (4) olah rasa dan karsa

(41)

commit to user

memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi, serta masing-masingnya

secara konseptual merupakan gugus nilai luhur yang di dalamnya terkandung

sejumlah nilai sebagaimana dapat di lihat pada gambar di atas.

B.Kerangka Berfikir

Problematika bangsa Indonesia yang begitu akut khususnya dalam

lemahnya bangunan karakter warga negaranya memerlukan penyelesaian masalah

secepat dan setepat mungkin. Permasalahan ini bila tidak segera diatasi akan

menjadikan masa depan bangsa Indonesia terancam.

Karakter sangat penting dalam bangunan pokok untuk membangun

kejayaan suatu bangsa atau dalam skala yang lebih kecil sangat penting dalam

usaha peserta didik dalam mengarungi kehidupan setelah menyelesaikan

pendidikannya termasuk dalam hal ini adalah ketika memasuki dunia kerja. Bukti

empiris banyak yang menunjukkannya.

Pendidikan sebagai sebuah lembaga harapan masyarakat tidak hanya

diharapkan mampu menjadikan kemampuan berfikir dan ketrampilan hidup

seorang anak berkembang, tetapi juga diharapkan mampu mewariskan nilai-nilai

budaya luhur kepada anak didiknya. Nilai-nilai luhur yang menjadi bangunan

karakter tentunya.

Program pendidikan karakter yang diimplementasikan oleh tiap-tiap

lembaga pendidikan dengan berbagai cara atau metodenya, sangat diharapkan

mampu menjadi bagian dari solusi dalam mengatasi lemahnya bangunan karakter

bangsa khususnya adalah lemahnya karakter output pendidikan selama ini.

(42)

commit to user

Gambar 3. Alur Kerangka Berfikir Penelitian Problematika Bangsa

(Lemahnya bangunan karakter) +

Problematika output pendidikan (Lemahnya bangunan karakter)

Peran Pendidikan dalam pembentukan karakter melalui

Impelementasi Pendidikan Karakter

Output Pendidikan = Insan berkarakter

(43)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu unsur yang penting dalam

melakukan suatu penelitian. H.B.Sutopo (2006:5),

merupakan bentuk dan strategi penelitian yang digunakan untuk memahami

berbagai aspek penelitian atau pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan

Berdasarkan pengertian atau definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

yang disebut dengan metodologi adalah ilmu yang membahas dan mempelajari

tentang metode-metode atau cara-cara tertentu yang harus ditempuh dalam

melaksanakan kegiatan penelitian untuk tujuan tertentu, adapun dalam penelitian

ini menggunakan metode penelitian kualitatif, adapun lebih lengkapnya adalah

sebagai berikut :

A.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitan

Suatu penelitian memerlukan tempat penelitian yang akan dijadikan

sebagai tempat untuk memperoleh data yang berguna untuk mendukung

tercapainya tujuan penelitian. peneliti dalam penelitian ini memilih lokasi

penelitian di SMK Islamiyah Widodaren Ngawi yang beralamat di Jalan Raya

Widodaren-Ngrambe Km.01 Ds.Widodaren Kec.Widodaren Kab.Ngawi Jawa

Timur.

Pemilihan tempat penelitian ini dikarenakan peneliti telah mengetahui

medan penelitian yang merupakan daerah asal peneliti dan sekolah tersebut sudah

mengimplementasikan pendidikan karakter sebagaimana informasi yang diperoleh

oleh peneliti sebelumnya melalui diskusi dengan Kepala Sekolah tersebut.

(44)

commit to user

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan kurang lebih 4 bulan, dari bulan

Juni-September 2011, adapun jadual pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :

Tabel 1. Jadual penelitian

B.Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Penelitian ini berbentuk penelitian kualitatif. Lexy J. Moleong (2007:6)

menyatakan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

David Williams (dalam Lexy J. Moleong,2007:5) menyatakan bahwa:

enelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar ilmiah dengan

menggunakan metode ilmiah dan dilakukan oleh peneliti yang tertarik secara

alamiah .

Denzin dan Lincoln yang dikutip Lexy J. Moleong (2007:5), menyatakan

bahwa: enelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,

dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan

(45)

commit to user

Penelitian kualitatif mempunyai tiga macam strategi pendekatan, yaitu

eksplanatif, eksploratif dan deskriptif. Penelitian eksploratif bertujuan untuk

menemukan hal-hal baru, sedangkan penelitian eksplanatif bertujuan menjelaskan

suatu pegangan atau patokan untuk pembuktian suatu pendapat, dan penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan data

dengan kata atau uraian dan penjelasan.

Penulis dalam penelitian menggunakan penelitian kualitatif deskriptif.

Penelitian diskriptif ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara

rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa

kondisi dan praktik-praktik yang berlaku. Metode deskriptif digunakan untuk

melukiskan secara sistemik fakta atau bidang tertentu, menetapkan apa yang

dilakukan oleh orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari

pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang

mendatang.

Kualitaif deskriptif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk

membuat deskripsi, gambaran atau sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat situasi, kondisi atau fenomena dengan menggunakan data berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan objek yang diamati secara utuh.

Berkaitan dengan penelitian ini, maka penulis ingin memaparkan secara deskriptif

tentang implementasi pendidikan karakter di SMK Islamiyah Widodaren Ngawi.

2. Strategi Penelitian

H.B.Sutopo (2006:112) menyatakan bahwa: trategi penelitian

digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data sehingga dapat

menjelaskan bagaimana tujuan penelitian akan dicapai dan bagaimana masalah

akan dikaji dan dipecahkan untuk dipahami .

Robert K. Yin (1997:1) menyatakan bahwa: trategi penelitian kualitatif

dibagi menjadi lima, yaitu: metode studi kasus, metode eksperimen, metode

survei, metode historis dan metode analisis informasi dokumenter .

Strategi penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(46)

commit to user

Studi kasus merupakan suatu cara penelitian terhadap masalah empiris dengan mengikuti rangkaian prosedur yang telah dispesifikasikan sebelumnya. Studi kasus menyelidiki fenomena kontemporer di dalam konteks kehidupan nyata, dengan ketentuan batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas dan memanfaatkan multisumber bukti.

Studi kasus secara umum merupakan strategi yang lebih cocok dengan

pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan bagaimana atau mengapa

dan peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa

yang akan diselidiki dan fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer

(masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata.

Robert K. Yin (1997:28), menjelaskan mengenai desain penelitian,

dinyatakan bahwa:

Desain penelitian adalah suatu rencana yang membimbing peneliti dalam proses pengumpulan, analisis dan intepretasi observasi. Ia merupakan suatu model pembuktian logis yang memungkinkan peneliti untuk mengambil inferensi mengenai hubungan kausal antar variabel di dalam suatu penelitian. Desain penelitian juga menentukan ranah kemungkinan generalisasi terhadap situasi-situasi yang berbeda.

Desain penelitian studi kasus dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1)Desain Kasus Tunggal

Kasus-kasus tunggal merupakan desain umum bagi penyelenggaraan

studi kasus. Syarat penyelenggaraan studi kasus tunggal adalah kasus tersebut

mengetengahkan suatu uji penting mengenai teori yang ada; merupakan

peristiwa yang langka/unik dan berkaitan dengan tujuan penyingkapan. Tahap

penting dalam pendesainan dan penyelenggaraan kasus tunggal adalah

menentukan unit analisis. Terdapat beberapa keterkaitan dengan sub sub unit

analisisnya, agar desain yang lebih kompleks atau terpancang, dapat

berkembang. Sub unit seringkali dapat menambah peluang-peluang signifikansi

bagi analisis yang lebih luas, yang mengembangkan bagianbagian kasus

tunggal yang bersangkutan.

2)Desain Multikasus

Penggunaan desain multikasus mengikuti logika replika, bukan replika

Gambar

Tabel 1  Jadual Penelitian............................................................................
Gambar 1. Alur Pikir Pembangunan Karakter Bangsa
Gambar 2. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
Gambar 3. Alur Kerangka Berfikir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip rancangan bentuk geometri kontur cam sama seperti pada flat-face follower, cam yang digambarkan hasil dari kurva yang menyinggung terhadap variasi posisi

Dalam proses perumusan strategi menggunakan piramida Atkisson Tools (Atkisson, 2002) untuk kedepannya, langkah yang digunakan perusahaan agar tetap dapat memper- tahankan

Indikator Ketercapaian : Mampu menuliskan atau mengungkapkan ide, pendapat, pikiran, ataupun perasaan secara tertulis berkaitan dengan tema Feste und Geschenke7. Welche Symbole

Gaya berat beban (Fb),yaitu gaya berat yang ditimbulkan beban pada pengungkit. Semakin jauh jarak kuasa dari titik tumpu, maka semakin kecil gaya kuasa yang

Berdasarkan hasil perhitungan peramalan beban listrik pada tahun 2021, jumlah konsumsi energi listrik telah mencapai 317,80329 GWh yang meningkat sekitar 315,15% dari tahun

Permasalahan ini dipengaruhi oleh sifat alami ternak kerbau yaitu memiliki pertumbuhan yang lambat, angka reproduksi rendah, masa kebuntingan yang lebih panjang daripada sapi, serta

Hasil akhir dari penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa faktor usia dan tingkat pendidikan memiliki pengaruh sedangkan untuk pengetahuan gizi dan IMT tidak mempengaruhi