• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kegiatan Belajar Mengajar Pada Mata Pelajaran Praktek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peningkatan Kegiatan Belajar Mengajar Pada Mata Pelajaran Praktek"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil dan profesional. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) N 1 Magelang adalah sekolah yang didalamnya terdapat berbagai macam jurusan. Jurusan bangunan, elektro, mesin, otomotif, dan listrik

Berdasarkan hasil pengamatan pada siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK N 1 Magelang, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran dasar survei sehingga prestasi belajar siswa tidak bagus. Siswa cenderung tidak begitu tertarik dengan mata pelajaran dan tidak ikut berpartisipasi selama pelajaran berlangsung, kurang berani dalam bertanya, tidak antusias dalam pembelajaran, kurang berinteraksi dengan guru dan berhubungan dengan guru, kurang memahami materi pelajaran. Hal tersebut terjadi saat guru memberikan materi dengan metode ceramah.

Sebenarnya metode ceramah adalah metode yang bagus karena materi dapat tersampaikan semua secara keseluruhan, akan tetapi siswa menjadi pasif karena siswa hanya mendegarkan penjelasan guru dan juga siswa cepat merasa bosan saat pembelajaran yang berdampak pada prestasi belajar siswa menjadi tidak tuntas. Masalah ini dianggap sebagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga mengakibatkan pembelajaran menjadi kurang berkualitas.

(15)

commit to user

2

tersebut, terdapat siswa yang mampu mencapai nilai % dari 36 siswa, sedangkan sisanya memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal tersebut.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar yaitu dilihat dan ditinjau dari segi keaktifan siswa dan hasil belajar siswa, oleh karena itu penulis menggunakan model pembelajaran Circuit Learning yaitu suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Indikator atau tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa yang digunakan sesuai dengan batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Siswa dikatakan aktif apabila 70% dari jumlah siswa di kelas telah ikut berpartisipasi dalam sistem belajar mengajar yaitu dalam bentuk bertanya, antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, interaksi siswa dalam kelompok, hubungan siswa dengan guru saat pembelajaran, partisipasi siswa dalam pembelajaran, dan penguasaan materi.

Model pembelajaran circuit learning ini digunakan karena model pembelajarannya memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang, dengan penerapan peta konsep dan didesain untuk meningkatkan aktivitas dan pikiran siswa, pemahaman siswa dan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri selama proses belajar mengajar berlangsung. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar yaitu dilihat dan ditinjau dari segi keaktifan siswa dan hasil belajar siswa kelas X Teknnik Konstruksi Bangunan (TKB) pada mata pelajaran praktek dasar survei di SMK N 1 Magelang.

B. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian pada beberapa hal sebagai berikut:

(16)

commit to user

3

siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik, siswa tidak mengobrol dalam kelas, siswa aktif dalam pembelajaran kelompok, siswa mengajukan pertanyaan kepada guru, siswa menyatakan pendapat, mengerjakan tugas dengan baik dalam mata pelajaran dasar survei di SMK N 1 Magelang.

2. Penelitian ini mengambil studi kasus Siswa Kelas X TKB Program Keahlian Bangunan SMK N 1 Magelang sebanyak 36 siswa.

3. Tahapan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran circuit learning tidak diterapkan dalam praktek dasar survei di lapangan, hanya di khususkan pada penyampaian teori dan evaluasi pada mata pelajaran praktek dasar survei.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit Learning

dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar (penyampaian teori) yang ditinjau dari keaktifan siswa kelas X TKB di SMK N 1 Magelang ? 2. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit

Learning dapat meningkatkan hasil belajar dasar survei pada siswa kelas X TKB di SMK N 1 Magelang ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian tindakan kelas yang terdapat dalam perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :

(17)

commit to user

4

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang pada mata pelajaran praktek dasar survei dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit Learning.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Manfaat Praktis : a. Bagi Sekolah

1) Penelitian yang dilakukan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di program keahlian bangunan, yang selanjutnya model pembelajaran kooperatif tipe circuit learning dapat diterapkan di kelas-kelas lainnya.

2) Memperbaiki proses belajar mengajar pada mata pelajaran Praktek Dasar Survei SMK N 1 Magelang.

b. Bagi Guru

1) Dengan adanya penelitian ini guru dapat lebih siap untuk menyampaikan materi karena terdapat tahapan pembelajaran sehingga materi yang disampaikan tidak ada yang terlewatkan dan lebih bisa bekerjasama dengan siswa.

2) Sebagai bahan masukan atau referensi tentang model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Praktek Dasar Survei.

c. Bagi Siswa

1) Membantu mempermudah siswa menerima dan memahami materi pada pembelajaran Praktek Dasar Survei.

(18)

commit to user

5

siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan penguasaan materi pada siswa.

d. Bagi Peneliti

1) Menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan peneliti khususnya yang terkait dengan penelitian yang menggunakan model pembelajaran aktif tipe circuit learning.

2) Memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru Teknik Bangunan yang siap melaksanakan tugas di lapangan.

2. Manfaat Teoritis :

a) Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang sejenis dan relevan.

(19)

commit to user

6 BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Hakekat Belajar Mengajar a. Pengertian Belajar

Belajar adalah merupakan proses perubahan sesuatu. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang hayat. Menurut Gagne (1984) dalam (H. Martinis Yamin, 2009 : 98) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman . Dalam prosesnya belajar tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan. Learning to do yaitu belajar untuk melakukan sesuatu. Learning to be yaitu belajar untuk menjadi diri sendiri. Penguasaan pengetahuan dan ketrampilan merupakan bagian dari prosess menjadi diri sendiri, dan Learning to live together yaitu belajar untuk hidup bersama. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat.

Suatu proses belajar yang dilakukan juga mengajarkan siswa bagaimana cara belajar (learning how to learn).. Tuntutan pendidikan saat ini sudah banyak berubah. Antara pendidik dan peserta didik yaitu guru dan siswa harus terjadi suatu komunikasi yang aktif, dimana guru dapat memberikan materi dengan variasi-variasi pembelajaran tertentu agar siswa tertarik pada mata pelajaran dan siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Belajar tidak hanya sekedar proses dari guru memberikan penjelasan materi dan informasi kepada siswa, namun belajar itu harus melibatkan siswa aktif di dalam proses pembelajaran yaitu dengan guru memberikan pertanyaan dan materi secara kreatif dan inovatif, hal ini dapat dikatakan sebagai pembelajaran aktif.

(20)

commit to user

7

otak sebagai hasil belajar. Itulah sebabnya, orang tidak bisa belajar jika fungsi otaknya terganggu.

Pengertian belajar memang selalu berkaitan dengan perubahan, baik yang meliputi keseluruhan tingkah laku individu maupun yang hanya terjadi pada beberapa aspek dari kepribadian individu. Perubahan ini dengan sendirinya dialami tiap-tiap individu atau manusia, terutama hanya sekali sejak manusia dilahirkan. Sejak saat itu, terjadi perubahan-perubahan dalam arti perkembangan melaui fase-fasenya. Dan sejak proses perubahan itu terjadi, secara tidak langsung proses-proses belajar juga terjadi.

Para ahli telah merumuskan tentang belajar. Berikut adalah beberapa pernyataannya. (1) Walker dalam (Ahmadi 1990 : 119), menyatakan bahwa belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman; (2) Winkel (1991 : 36), menyatakan bahwa belajar sebagai aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap; (3) Slameto (2003 : 2), menyatakan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interakso dengan lingkungannyap; (4) Darsono (2001 : 32), menyatakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan individu secara keseluruhan, baik psikis maupun fisik untuk mencapai perubahan dalam tingah laku.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang yang prosesnya terjadi secara internal terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh latihan dan pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu.

b. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

(21)

commit to user

8

guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai dan dikembangkan serta diapresiasikan. Berdasarkan mata pelajaran yang ada dalam petunuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat diukur.

Suatu tujuan pembelajaran seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut : (1) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya dalam situasi bermain peran; (2) Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati; (3) Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya pada materi pengukuran profil melintang, siswa dapat menyebutkan sekurang kurangnya tiga macam pekerjaan lapangan yang pada pengukurannya diterapkan pengukuran profil melintang.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

(22)

commit to user

9

sesama, mengkritik ide, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dan menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya di asumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.

Menurut Slavin (1995: 2) Model pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan atau keunggulan disbanding model pembelajaran yang lainnya, antara lain:

(1) meningkatkan kemampuan akademik siswa; (2) meningkatkan rasa percaya diri; (3) menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian; (4) memperbaiki hubungan antar kelompok; (5) meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi; (6) meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas; (7) meningkatkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi dengan siswa yang lainnya.

Model pembelajaran kooperatif selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan, yaitu:

(1) perlu persiapan yang rumit; (2) siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya kurang bisa bekerjasama dalam memahami materi maupun dalam menyelesaikan tugas; (3) bila terjadi persaingan negative maka hasilnya akan buruk; (4) ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam belajar kelompok; (5) bila ada anggota kelompok yang ingin berkuasa atau ada anggota kelompok yang malas maka usaha kelompok dalam memahami materi maupun untuk memperoleh penghargaan tidak berjalan sebagaimana mestinya

3. Kajian tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe Circuit Learning Pembelajaran kooperatif tipe circuit learning adalah suatu tipe pembelajaran yang menggunakan peta konsep dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang. Model pembelajaran kooperatif tipe Circuit learning ini didesain untuk meningkatkan aktivitas dan pikiran siswa, pemahaman siswa dan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri selama proses belajar mengajar berlangsung.

(23)

commit to user

10

yang jadwalnya padat. Selanjutnya De Porter mengembangkannya lagi dengan penggunaan peta konsep (De Porter, 2000). Peta konsep merupakan strategi membelajarkan siswa dan mengembangkan pembelajaran. Menurut Dahar, dalam (H. Martinis Yamin & Bansu I. Ansari , 2009:38). Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep - konsep dalam bentuk proporsisi-proposisi, proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam satu unit. Peta konsep ini dikembangkan secara individual atau dalam kelompok kecil. Siswa-siswa mengatur sejumlah konsep atau kunci-kunci pada satu halaman kertas, kemudian menghubungkannya dengan garis-garis dan sepanjang garis itu ditulis suatu kata atau ungkapan yang menjelaskan kaitan antar kata-kata.

Guru menggunakan peta konsep ini adalah untuk : (1) Mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang suatu topik sebelum materi pembelajaran diberikan, dengan keadaan guru sudah memberikan kata kunci yang terkait dengan topik yang akan dipelajari; (2) Menyediakan suatu tanggapan balik untuk diskusi antar siswa guna memperjelas pengertian mereka. Dalam keadaan ini siswa ditempatkan didalam dua atau tiga orang untuk membangun peta konsep; (3) Mengkaitkan gagasan-gagasan dan pengertian yang dikembangkan dalam suatu kegiatan dengan apa yang mereka pelajari dalam kegiatan lain. Untuk maksud ini, guru memberikan dua buah daftar kunci kepada siswa kemudian siswa mengumpulkan kata-kata dari kedua daftar dalam peta konsep mereka.

Dalam proses pembelajaran kooperatif tipe circuit learning ini salah satu poinnya adalah penggunaan peta konsep, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan konsep atau gagasan. Guru memilih gagasan dan memberikan kepada siswa agar siswa mengenalinya, mengerti, dan menggambarkan. Misalnya pada mata pelajaran dasar survei, pada pokok bahasan sudut ukuran .

(24)

commit to user

11

macam

adalah

Pokok bahasan : Sudut ukuran

Gambar 1. Sudut ukuran

Sumber :H. Martinis Yamin 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Untuk pelaksanaan pembelajaran circuit learning disusun langkah-langkah sebagai berikut: (1) pembagian kelompok siswa; (2) pengkondisian siswa; (3) pembagian peta konsep; (4) perwakilan dari masing masing kelompok dua orang siswa mencari buku di perpustakaan yang berhubungan dengan peta konsep; (5) diskusi kelompok, kelompok berdiskusi dan mencari hal hal yang berhubungan dengan peta konsep tersebut; (6) tanya jawab dengan guru mengenai materi yang mereka peroleh; (7) penyimpulan bersama (guru dan murid) sesuai peta konsep yang telah dibagikan; (8) pemberian tugas.

4. Dasar Survei

Mata pelajaran dasar survei atau sering disebut juga ilmu ukur tanah dan pemetaan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada siswa kelas X TKB di SMK N 1 Magelang. Mata pelajaran ini disampaikan dalam 2 semester, yang meliputi teori dan praktek di lapangan. Mata pelajaran dasar survei atau ilmu ukur tanah dan pemetaan tidak hanya diberikan pada kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB), mata pelajaran ini diberikan ke semua siswa jurusan bangunan yaitu Teknik Konstruksi Kayu (TKK) dan Teknik Gambar Bangunan (TGB).

Menurut Iskandar Muda (2008:1) mengatakan bahwa:

Dasar survei atau ilmu ukur tanah dan pemetaan merupakan bagian rendah dari ilmu yang lebih luas yang dinamakan ilmu Geodesi. Ilmu geodesi mempunyai dua maksud yaitu : (a) Maksud Ilmiah, adalah

Sudut ukuran

Sudut sentisimal

(25)

commit to user

12

menentukan bentuk permukaan bumi; (b) Maksud praktis, adalah membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian kecil permukaan bumi. Pada maksud yang kedua inilah yang sering disebut dengan pemetaan. Pengukuran dan pemetaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu : (1) Geodetic Surveying; (2) Plan Surveying.

Geodetic Surveying adalah ilmu, seni, teknologi untuk menyajikan informasi bentuk kelengkungan bumi. Sedangkan Plan Surveying adalah merupakan ilmu seni dan teknologi untuk menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap datar. Plan Surveying dibatasi oleh daerah yang sempit yaitu berkisar antara 0.5 derajat x 0.5 derajat atau 55 kilometer x 55 kilometer, (Soetomo Wongsocitro, 1991:1).

Mata pelajaran Dasar survei pada semester 2 di SMK N 1 Magelang terdiri dari beberapa kompetensi yaitu pada table dibawah ini :

Tabel 1. Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Konstruksi Bangunan SMK Negeri 1 Magelang Tahun Ajaran 2010/2011

MATA

1.1. Terampil menggunakan alat ukur sederhana Yalon, meteran.

2. Pengukuran Galian dan Urugan

2.1. Terampil menghitung garis bidik dengan tepat dan benar.

2.2. Terampil menghitung luas segitiga sembarang.

2.3. Terampil menghitung Volume urugan tanah.

3. Mengukur beda tinggi memanjang terikat terbuka dengan PPD

3.1. Memahami jenis dan bagian dari pesawat penyipat datar.

3.2. Mengoperasikan pesawat dengan baik. 3.3. Melakukan pengukuran beda tinggi

(26)

commit to user

13 4. Mengukur Profil

Melintang (Cross)

4.1. Dapat mengerti tahap pengukuran profil melintang

4.2. Dapat menghitung hasil pengukuran profil melintang

Sumber : Dokumen SMK N 1 Magelang.

5. Hasil Belajar

Kegiatan belajar mengajar dikatakan efisien jika hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang sekecil mungkin. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.

Kualitas hasil belajar dapat dipengaruhi oleh faktor faktor tertentu, faktor faktor tersebut adalah : (1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar), Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya; (2) Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar), Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.

Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan. Berikut ini beberapa definisi tentang prestasi belajar : (1) Muhibbin Syah (1997 : 141) menyatakan prestasi adalah taraf keberhasilan proses belajar mengajar; (2) Poerwadarmita (1996 : 169) menyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah dicapai dari hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja.

(27)

commit to user

14

6. Prosedur Pembelajaran

Pada dasarnya kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah, yaitu: orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan. Setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para guru dengan berpegang pada hakekat setiap langkah sebagai berikut:

a. Orientasi

Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa, serta sistem penilaiannya. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan hasil akhir yang diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi antara guru dan siswa, namun pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan bersama.

b. Kerja kelompok

Pada tahap ini siswa melakukan kerja atau diskusi kelompok pada mata pelajaran praktek dasar survei saat pemberian teori saja tidak pada praktek di lapangan. Siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya dalam bentuk kegiatan melakukan, memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari, menemukan suatu gagasan atau kata kunci dan permasalahan kemudian membahasnya bersama-sama. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi, melakukan ekslporasi, observasi, percobaan, browsing

internet, dan sebagainya. Waktu untuk bekerja kelompok disesuaikan dengan luas dan dalamnya materi yang harus dikerjakan. Kegiatan yang memerlukan waktu lama dapat dilakukan di luar jam pelajaran, sedangkan kegiatan yang memerlukan sedikit waktu dapat dilakukan pada jam pelajaran.

(28)

commit to user

15

masing anggota kelompok, serta hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai. Misalnya, siswa diharapkan dapat mengemukakan gagasannya setelah melakukan kerja kelompok tersebut. Melakukan analisis terhadap komponen-komponen pembelajaran seperti; kompetensi pembelajaran, materi pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan dinamisator bagi masing-masing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa, mengarahkan ketrampilan kerjasama, dan memberikan bantuan pada saat diperlukan.

c. Tes/Kuis

Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah mampu memahami konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-masing siswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif dan ketrampilan. Misalnya, bagaimana melakukan analisis pembelajaran? Mengapa perlu melakukan analisis pembelajaran sebelum mengembangkan media? Siswa dapat juga diminta menggunakan media tepat guna yang memiliki tingkat interaktif tinggi dalam pembelajaran.

B. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang relevan dengan kerangka berpikir penelitian ini adalah : Nama : Rokayah Hestri

Judul : MODEL PEMBELAJARAN CIRCUIT

LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETUNTASAN

BELAJAR KLASIKAL MATEMATIK SISWA SMP (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VII-C SMP Laboratorium UPI Bandung)

(29)

commit to user

16

80%, dengan nilai rata rata 80. Disamping itu penerapan model pembelajaran circuit learning dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas.

2. Nama : Tutiek Yunita Rachmawati Judul

CERITA PENDEK DENGAN METODE PETA PIKIRAN (MIND

MAPPING) PADA SISWA KELAS IX D SMP AL MUAYYAD

SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008 (Penelitian Tindakan Kelas), Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2008.

Dari hasil penelitian dinyatakan bahwa: (1) penerapan metode peta pikiran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen, yaitu meningkatnya keaktifan, perhatian, konsentrasi, minat dan motivasi siswa. Pada siklus I siswa aktif sebesar 54%, siswa yang perhatian dan konsentrasi sebesar 65%, dan siswa yang berminat dan termotivasi sebesar 65%. Pada siklus II siswa aktif 81%, siswa yang perhatian sebesar 85%, dan yang berminat dan termotivasi sebesar 85%. Pada siklus III siswa yang aktif sebesar 92%, siswa yang perhatian dan konsentrasi sebesar 100%, dan siswa yang berminat dan termotivasi sebesar 100%. Rata rata nilai per siklus, siklus I 60,2; siklus II 67,5; siklus III 71,9. (2) penerapan mind mapping dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen.

C.Kerangka Berpikir

(30)

commit to user

17

tidak lagi bermutu, siswa jadi bosan dan prestasi belajar siswa tidak tercapai, karena tidak adanya aktivitas siswa dan kerjasama guru dengan siswa.

Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan puncak dari suatu proses pembelajaran. Dalam pembelajaran praktek dasar survei masih banyak ditemukan masalah masalah yaitu, masih rendahnya prestasi belajar siswa dan keaktifan siswa dalam pembelajaran yang mana keaktifan siswa ditinjau dalam beberapa aspek yaitu : (1) Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik; (2) Siswa tidak mengobrol di dalam kelas; (3) Siswa aktif dalam pembelajaran kelompok; (4) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru; (5) Siswa menyatakan pendapat; (6) Siswa mengerjakan tugas dengan baik.

Model pembelajaran circuit learning adalah model pembelajaran yang memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang, dengan penerapan peta konsep dan didesain untuk meningkatkan aktivitas dan pikiran siswa, pemahaman siswa dan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri selama proses belajar mengajar berlangsung. Dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran yang ditinjau dari keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa pada kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK N 1 Magelang maka model pembelajaran circuit learning ini diterapkan.

(31)

commit to user

18 D.Hipotesis

(32)

commit to user

19 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Lokasi tempat penulis melaksanakan penelitian adalah SMK Negeri 1 Magelang yang beralamat di Jl. Cawang no.2, Kecamatan Magelang selatan Telp. (0293) 362172 Faximile (0293) 368821 Magelang Kode Pos 56123. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian karena di lokasi tersebut ditemukan kualitas hasil pembelajaran praktek di SMK Negeri 1 Magelang masih kurang.

B. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 36 orang. Yang terdiri dari 29 siswa laki laki dan 7 siswa perempuan. Alasan peneliti memilih sampel kelas X TKB yaitu karena peneliti ingin membantu meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe circuit learning.

C. Waktu Penelitian

(33)
(34)

commit to user

21

D. Data Dan Sumber Data 1. Data Penelitian

Data yang diperoleh dan dikumpulkan terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) guru dasar survei kelas X TKB SMK N 1 Magelang, hasil observasi, wawancara dan tes yang dilakukan terhadap siswa kelas X TKB SMK N 1 Magelang berkaitan dengan pemahaman siswa mengenai mata pelajaran praktek dasar Survei setelah diterapkanya model pembelajaran circuit learning.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini data diperoleh dari beberapa informan yaitu: a. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK Negeri 1 Magelang. b. Guru mata pelajaran Dasar Survei kelas X TKB SMK N 1 Magelang. c. Siswa kelas X TKB tahun ajaran 2010/2011 sejumlah 36 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti, untuk mengamati seluruh kegiatan yang berlangsung baik dari kinerja guru maupun aktivitas siswa, mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran Dasar Survei pada kelas X TKB SMK N 1 Magelang. Tujuan tindakan observasi adalah untuk memperoleh data keaktifan siswa sehingga didapatkan hasil peningkatan keaktifan siswa dalam memperbaiki pembelajaran (format observasi terlampir).

2. Wawancara

(35)

commit to user

22

Peneliti lebih mengarahkan jalannya wawancara mendalam pada masing-masing informan untuk mendapat informasi antara lain tentang :

a. Sistem kegiatan belajar mengajar di kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang pada mata pelajaran Praktek Dasar Survei.

b. Kendala-kendala yang dihadapi kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang pada mata pelajaran Praktek Dasar Survei.

c. Penerapan model pembelajaran circuit learning guna meningkatkan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran praktek dasar survei kelas X Teknik Konstruksi Bangunan di SMK N 1 Magelang.

3. Kajian Dokumen

Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan nilai yang diberikan guru pada kelas X TKB SMK N 1 Magelang

4. Tes

Tes adalah serentatan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Tes yang digunakan peneliti untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami pelajaran Praktek Dasar Survei. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes tertulis mengenai materi pelajaran bukan berupa tes praktek di lapangan. Tes tertulis bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa berupa soal-soal yang harus dijawab.

F. Validitas Data

(36)

commit to user

23

sehingga apa yang diperoleh dari sumber yang satu bisa lebih teruji kebenarannya. Triangulasi data (sumber) digunakan karena dalam penelitian ini terdapat tiga sumber data, yaitu informan atau narasumber dengan tingkatan berbeda (WKS, guru, siswa), hasil observasi dan kajian dokumen (berbagai arsip dan dokumen hasil tes siswa).

Validitas data dilaksanakan karena diperkuat oleh pendapat H.B. Sutopo (

simpulan dan tafsir makna seba

diperoleh di lapangan, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kedalaman, kemantapan dan kebenarannya. Agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan, maka memerlukan teknik pemeriksaan data yang tepat salah satunya adalah triangulasi data.

Untuk lebih jelasnya, proses triangulasi data (sumber) pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Atau :

Gambar 3. Skema Triangulasi Data (Sumber H.B Sutopo, 2006: 94)

(37)

commit to user

24

G. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Untuk kesinambungan dan kedalaman pengajaran data penelitian ini digunakan analisis interaktif. Data yang dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penerikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk interaktif dengan pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.

Menurut Punch, dalam ( Pawito, 2007 : 104 ) Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), penarikan kesimpulan (drawing and verifying conclusions). Analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan secara lebih rinci sebagai berikut :

1. Reduksi data

Reduksi data adalah kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan lapangan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatur dan diringkas sehingga mudah dipahami. Berdasarkan kesimpulan sementara, kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara diskusi bersama dengan guru dasar survei kelas X TKB SMK N 1 Magelang sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian data

Data yang telah direduksi kemudian di sajikan, dengan data yang telah teratur dan penyajaian data yang sistematis akan memudahkan pemahaman terhadap penyajian data tersebut sehingga memudahkan penarikan kesimpulan atau menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

3. Penarikan kesimpulan

(38)

commit to user

25

dilakukan. Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap mulai kesimpulan sementara sampai kesimpulan akhir yang diperoleh pada siklus terakhir dengan kesimpulan siklus sebelumnya sebagai pijakan kesimpulan berikutnya.

H. Tolok ukur keberhasilan

Untuk mengukur keberhasilan tujuan penelitian di atas, maka ditetapkan

tolok ukur 0 % dari jumlah siswa dan

70. Tolok ukur tersebut ditetapkan sesuai dengan ketetapan SMK N 1 Magelang untuk tahun ajaran 2010/2011.

1. 70% siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik. 2. 70% siswa tidak mengobrol dalam kelas.

3. 70% siswa aktif dalam pembelajaran kelompok. 4. 70% siswa mengajukan petanyaan kepada guru. 5. 70% siswa menyatakan pendapat

6. 70% siswa mengerjakan tugas dengan baik

Tabel 3. Tolok Ukur Keberhasilan No Aspek yang

penjelasan guru dengan baik

(39)

commit to user

26

70% Siswa mengerjakan tugas

dengan baik

2 Prestasi belajar siswa

Siswa tuntas belajar dengan Nilai rata rata kelas

I. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung dari tingkat keberhasilan target yang akan dicapai, dimana setiap siklus bisa terdiri dari satu atau lebih pertemuan. Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang mengkaji tentang permasalahan dengan ruang lingkup yang tidak terlalu luas yang berkaitan dengan perilaku seseorang atau kelompok tertentu, ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi atau memperbaiki sesuatu dan pada umumnya dilaksanakan secara kolaboratif antara Kepala Sekolah, Guru dan peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang efektif sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar pada praktek dasar survei. Kepala sekolah, guru dasar survei dan peneliti serta siswa dilibatkan sejak dialog awal sampai refleksi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu: (1). Dialog awal (2). Perencanaan tindakan (3). Pelaksanaan tindakan (4). Observasi dan monitoring (5). Analisis Data (6). Refleksi.

(40)

commit to user

27

penjelasan siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan tindakan

Tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan seperti pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dialami, menyiapkan metode alat dan sumber pembelajaran serta merencanakan pula langkah-langkah dan tindakan apa yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Dalam tahap ini seluruh rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki praktek pembelajaran dasar survei, yaitu dengan menerapkan pembelajaran circuit learning, adapun langkah - langkah perencanaannya yaitu: 1) Meminta izin kepada kepala sekolah dan guru terutama guru wali kelas X

TKB SMK N 1 Magelang.

2) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

3) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus.

4) Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. 5) Memilih bahan pelajaran yang sesuai

6) Menentukan skenario pembelajaran dengan model pembelajaran circuit learning.

(41)

commit to user

28

7) Mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.

8) Menyusun lembar kerja siswa 9) Mengembangkan format evaluasi

10)Mengembangkan format observasi pembelajaran.

11)Melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah dibuat yaitu :

A.Tahap Awal Pembelajaran

1) Guru memimpin doa lalu mengucapkan salam. 2) Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran. 3) Guru mengecek kehadiran siswa (presensi). B. Tahap Inti Pembelajaran

1) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

2) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok terdiri dari 5-6 orang. 3) Guru mengkondisikan siswa.

4) Guru membagikan peta konsep.

5) Guru menyuruh perwakilan 2 orang siswa dari masing masing kelompok untuk mencari buku atau referensi di perpustakaan yang berkaitan dengan peta konsep yang telah dibagikan dengan waktu kurang lebih 15 menit. Siswa yang tinggal di kelas dikondisikan oleh guru untuk tenang dan tidak ramai.

6) Perwakilan kelompok telah membawa buku, kemudian setiap kelompok berdiskusi mencari apa yang tertulis di peta konsep dari buku yang mereka dapatkan dengan alokasi waktu kurang lebih 15 menit.

7) Guru menjelaskan sedikit materi yang ada dalam peta konsep dan kemudian tanya jawab dengan guru mengenai materi yang telah diperoleh dengan alokasi waktu 15 menit.

(42)

commit to user

29

9) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dengan alokasi waktu 20 menit. C. Tahap Akhir Pembelajaran

1) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk membuat peta konsep dirumah, kemudian dicari referensinya dari buku maupun internet.

2) Guru menutup materi pelajaran.

3. Observasi

Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas siswa dan kinerja guru pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran praktek dasar survei pada kelas X TKB SMK N 1 Magelang saat penyampaian teori. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas siswa sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar observasi atau tidak. Sehingga hasil observasi dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.

4. Refleksi

Refleksi merupakan pengkajian hasil data yang telah diperoleh saat observasi oleh peneliti, praktikan dan pembimbing. Refleksi berguna untuk memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang telah dilakukan. Hasil refleksi yang ada dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya yang berkelanjutan sampai pembelajaran dinyatakan berhasil.

Peneliti akan melakukan refleksi diakhir pembelajaran dengan merenungkan kembali secara intensif kejadian atau peristiwa yang menyebabkan sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang terjadi yang dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Mengecek kelengkapan data pengumpulan data yang terjaring selama proses

tindakan.

(43)

commit to user

30

3) Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam skenario pembelajaran dengan berdasar pada analisa data dari proses dalam tindakan sebelumnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.

SIKLUS II

1. Perencanaan tindakan

1) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

2) Menentukan indikator peningkatan kegiatan belajar mengajar. 3) Pengembangan program tindakan II.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:

1) Guru memberikan motivasi.

2) Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

3) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok terdiri dari 5-6 orang. 4) Guru mengkondisikan siswa.

5) Guru membagikan peta konsep.

6) Guru menyiapkan minimal 7 buku materi untuk dibagikan kepada masing-masing kelompok sebagai bahan untuk mencari materi yang ada dalam peta konsep tersebut.

7) Setiap kelompok berdiskusi mencari apa yang tertulis di peta konsep dari buku yang mereka dapatkan dengan alokasi waktu kurang lebih 20 menit. 8) Guru menjelaskan sedikit materi yang ada dalam peta konsep dan kemudian

tanya jawab dengan guru mengenai materi yang telah diperoleh dengan alokasi waktu 15 menit.

9) Penyimpulan bersama sesuai peta konsep yang telah dibagikan dengan alokasi waktu 10 menit.

(44)

commit to user

31

11) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dengan alokasi waktu 20 menit.

3. Observasi

1) Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal - hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

2) Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan. 4. Refleksi

1) Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.

2) Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II. 3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk

digunakan pada siklus III 4) Evaluasi tindakan II

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 5% dari siklus I.

Siklus III

(45)

commit to user

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah SMK Negeri 1 Magelang

Sekitar tahun 1965 di Magelang terdapat sebuah Sekolah Teknik Menengah dengan nama STM Tidar. Terhitung mulai tanggal 1 Agustus 1965 dengan SP. Menteri P.D & K nomor : 136/Dirpt/BI/65 tanggal 8 Oktober 1965 STM Tidar berubah menjadi sekolah negeri dengan nama STM N di Magelang dengan jurusan : 1. Bangunan Gedung 2. Mesin. Sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari 1970 menambah jurusan Listrik dengan Surat Keputusan Direktur Djendral Pendidikan Dep. P.&.K Republik Indonesia nomor : 306/Set/DDT/70 tanggal 13 April 1970, dan pada tahun pelajaran 1986/1987 ditambah dua jurusan lagi yakni jurusan Elektronika dan Otomotip. Akhirnya sekarang berubah nama menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Magelang.

2. Lokasi Gedung SMK Negeri 1 Magelang

(46)

commit to user

Gambar 5. Denah SMK N 1 Magelang

(47)

commit to user

34

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian Siklus I

Atas dasar gagasan yang timbul dari peneliti pada penelitian tindakan kelas ini selanjutnya dikembangkan rencana penelitian berupa prosedur kerja yang dilaksanakan pada kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang. Peneliti pada siklus I melaksanakan pembelajaran dengan standar kompetensi mengukur profil melinang (cross) pada titik-titik memanjang. Peneliti melaksanakan tahap demi tahap yang telah direncanakan dalam PTK ini. Siklus I terdiri dari tiga pertemuan, pertemuan kesatu dilaksanakan pada hari senin tanggal 14 maret 2011 pada jam perpustakaan, 15 menit siswa dikusi kelompok, 15 menit sedikit penjelasan materi dari guru dan tanya jawab, 115 menit praktek, 20 menit siswa mengerjakan lembar kerja.

2. Pelaksanaan Siklus I a. Tahap Perencanaan

1. Observer mendokumentasi kondisional siswa yang meliputi jumlah siswa dalam kelas, serta nilai ulangan harian Paktek Dasar Survei pada kelas X TKB.

2. Observer mengidentifikasi masalah yang timbul pada siswa dan guru, kenyataan yang ada setelah melakukan indentifikasi bahwa siswa kelas X TKB SMK N 1 Magelang tergolong siswa yang kurang minat dalam belajar sedangkan cara mengajar guru hanya monoton selalu metode ceramah yang digunakan sehingga siswa jenuh dan kreatifitas siswa tidak terasah.

(48)

commit to user

35

4. Observer membuat jadwal kegiatan penelitian dengan bantuan guru.

5. Observer membagi siswa dalam 7 kelompok yang dibagi secara acak.(daftar kelompok pada lampiran 4 hal 72).

6. Observer menyusun rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar observasi siswa dan mengevaluasi akhir siklus I ( semua data tersebut lampiran 6 halaman 74, lampiran 7 halaman 77, lampiran 8 halaman 79).

b. Proses Pelaksanaan Tindakan

1. Guru memimpin doa lalu mengucapkan salam. 2. Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran. 3. Guru mengecek kehadiran siswa (presensi).

4. Guru memberikan motivasi kepada siswa.

5. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok terdiri dari 5-6 orang. 6. Guru mengkondisikan siswa.

7. Guru membagikan peta konsep.

8. Guru menyuruh perwakilan 2 orang siswa dari masing masing kelompok untuk mencari buku atau referensi di perpustakaan yang berkaitan dengan peta konsep yang telah dibagikan dengan waktu kurang lebih 15 menit. 9. Perwakilan kelompok telah membawa buku, kemudian setiap kelompok

berdiskusi mencari apa yang tertulis di peta konsep dari buku yang mereka dapatkan dengan alokasi waktu kurang lebih 15 menit.

10.Guru menjelaskan sedikit materi yang ada dalam peta konsep dan kemudian tanya jawab dengan guru mengenai materi yang telah diperoleh dengan alokasi waktu 15 menit.

11.Praktek dengan alokasi waktu 115 menit.

12.Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dengan alokasi waktu 20 menit. 13.Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk membuat peta konsep

(49)

commit to user

36

15.Pada pertemuan 3 hari senin tanggal 28 Maret 2011 guru melakukan evaluasi siklus I selama 40 menit.

c. Hasil observasi keaktifan siswa dan pretasi belajar siswa

Hasil pada siklus I pertemuan 1 yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Hasil Observasi Keaktifan siswa

Tabel 4. Tolok Ukur Keberhasilan Keaktifan Siswa Siklus I Pertemuan 1

(50)

commit to user

Persentase rata rata

keaktifan siswa 35,18 %

Keterangan :

Kurang (K) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas < 40% Cukup (C) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 41% - 60% Baik (B) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 61% - 80% Baik Sekali (BS) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 81% - 100%

Dari tabel Tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa pada siklus I pertemuan I didapatkan jumlah persentase total keaktifan siswa sebesar 211,08 %, yang kemudian dirata rata didapatkan nilai persentase rata rata siswa di dalam kelas sebesar 35,18 % dari 36 siswa. Persentase tersebut belum mencapai tolok ukur yang ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa sesuai dengan yang ditetapkan SMK N 1 Magelang. Selanjutnya siklus I dilanjutkan untuk pertemuan 2 yang hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Tolok Ukur Keberhasilan Keaktifan Siswa Siklus I Pertemuan II

(51)

commit to user

Persentase rata rata

keaktifan siswa 46,75 %

Keterangan :

(52)

commit to user

39

Baik (B) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 61% - 80% Baik Sekali (BS) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 81% - 100%

Dari tabel Tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa pada siklus I pertemuan 2 didapatkan jumlah persentase total keaktifan siswa sebesar 280,52 %, yang kemudian dirata rata didapatkan nilai persentase rata rata siswa di dalam kelas sebesar 46,75 % dari 36 anak. Persentase tersebut belum mencapai tolok ukur yang ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa sesuai dengan yang ditetapkan SMK N 1 Magelang. Selanjutnya siklus I dilanjutkan untuk pertemuan 3. Sesuai dengan perencanaan siklus yang mana pada siklus I pertemuan 3 diadakan evaluasi untuk mengetahui prestasi belajar siswa, yang hasilnya adalah sebagai berikut:

2. Prestasi belajar siswa

Tabel 6. Tolok Ukur Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa Siklus I

No Aspek yang

(53)

commit to user

40

yang ditetapkan SMK N 1 Magelang. (Data selengkapnya nilai prestasi belajar siswa siklus I ada pada lampiran 14 halaman 91.)

d. Refleksi

Refleksi dilakukan terhadap hasil pelaksanaan tindakan siklus I di kelas. Dari kegiatan pembelajaran tersebut, diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya, yaitu :

1) Pada saat pembelajaran berlangsung, masih sedikit siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya. Hal tersebut terlihat pada data siklus I pertemuan pertama yang mana presentase siswa yang mau menyatakan pendapatnya hanya sebesar 22,22 % atau sebanyak 8 siswa, dan pada siklus I pertemuan kedua sebesar 30,55 % atau sebanyak 11 siswa dari 36 siswa. Meskipun terjadi peningkatan, namun presentase tersebut belum mencapai tolok ukur keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa sesuai dengan ketetapan SMK N 1 Magelang.

2) Mengerjakan tugas dengan baik saat berlangsungnya proses pembelajaran belum tercapai sesuai dengan tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa, karena tidak adanya peningkatan presentase dari siklus I pertemuan pertama ke siklus I pertemuan kedua, yang mana nilai presentase siklus I pertemuan pertama sebesar 38,88 % atau sebanyak 14 siswa dan pertemuan kedua sebesar 52,77 % atau sebanyak 19 siswa.

3) Hasil belajar siswa kelas X TKB SMK N 1 Magelang masih belum tercapai,

sebanyak 19 siswa atau sama dengan 52,77 % dari 36 siswa dengan nilai rata rata kelas 65,55 (Data selengkapnya nilai prestasi belajar siswa ada pada lampiran 14 halaman 91). Hal tersebut belum mencapai tolok ukur keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu nilai rata sesuai dengan ketetapan SMK N 1 Magelang.

(54)

commit to user

41

3. Hasil Penelitian Siklus II

Atas dasar gagasan yang timbul dari peneliti pada penelitian tindakan kelas ini selanjutnya dikembangkan rencana penelitian berupa prosedur kerja yang dilaksanakan pada kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang. Peneliti pada siklus I melaksanakan pembelajaran dengan standar kompetensi mengukur profil melinang (cross) pada titik-titik memanjang . Peneliti melaksanakan tahap demi tahap yang telah direncanakan dalam PTK ini. Siklus II terdiri dari tiga pertemuan, pertemuan kesatu dilaksanakan pada hari senin tanggal 4 April 2011 pada jam ke 1 4 dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Kemudian pertemuan kedua pada hari senin tanggal 11 April 2011 pada jam 1 4 dengan alokasi waktu 4 x 115 menit praktek , 20 menit siswa mengerjakan lembar kerja.

4. Pelaksanaan Siklus II a. Tahap persiapan

1. Observer tidak perlu mendokumentasi kondisional siswa yang meliputi jumlah siswa dalam kelas, serta nilai ulangan harian Paktek Dasar Survei pada kelas X TKB.

2. Observer mengidentifikasi masalah yang timbul pada siswa dan guru, kenyataan yang ada setelah melakukan indentifikasi bahwa siswa kelas X TKB SMK N 1 Magelang tergolong siswa yang kurang aktif dalam belajar, dikatakan kurang aktif karena siswa jarang berpartisipasi dalam pembelajaran misalnya bertanya kepada guru. Sedangkan cara mengajar guru hanya monoton selalu metode ceramah yang digunakan sehingga siswa jenuh dan kreatifitas siswa tidak terasah.

(55)

commit to user

42

4. Observer membuat jadwal kegiatan penelitian dengan bantuan guru. 5. Observer membagi siswa dalam 7 kelompok yang dibagi secara

acak.(daftar kelompok pada lampiran 4 hal 72).

6. Observer menyusun rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar observasi siswa dan mengevaluasi akhir siklus I ( semua data tersebut lampiran 6 halaman 74, lampiran 7 halaman 77, lampiran 8 halaman 79).

b. Proses Pelaksanaan Tindakan

1. Guru memimpin doa lalu mengucapkan salam. 2. Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran. 3. Guru mengecek kehadiran siswa (presensi).

4. Guru memberikan motivasi kepada siswa.

5. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok terdiri dari 5-6 orang. 6. Guru mengkondisikan siswa.

7. Guru membagikan peta konsep.

8. Guru menyiapkan minimal 7 buku materi untuk dibagikan kepada masing-masing kelompok sebagai bahan untuk mencari materi yang ada dalam peta konsep tersebut.

9. Setiap kelompok berdiskusi mencari apa yang tertulis di peta konsep dari buku yang mereka dapatkan dengan alokasi waktu kurang lebih 20 menit. 10. Guru menjelaskan sedikit materi yang ada dalam peta konsep dan

kemudian tanya jawab dengan guru mengenai materi yang telah diperoleh dengan alokasi waktu 15 menit.

11. Penyimpulan bersama sesuai peta konsep yang telah dibagikan dengan alokasi waktu 10 menit.

12. Praktek dengan alokasi waktu 115 menit.

13. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa dengan alokasi waktu 20 menit. 14. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk membuat peta konsep

(56)

commit to user

43

16. Pada pertemuan 3 hari senin tanggal 25 April 2011 guru melakukan evaluasi siklus I selama 40 menit.

c. Hasil observasi keaktifan siswa dan pretasi belajar siswa

Hasil pada siklus I pertemuan 1 yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Hasil Observasi Keaktifan siswa

Tabel 7. Tolok Ukur Keberhasilan Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan 1

(57)

commit to user

Persentase rata rata

keaktifan siswa 65,73 %

Keterangan :

Kurang (K) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas < 40% Cukup (C) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 41% - 60% Baik (B) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 61% - 80% Baik Sekali (BS) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 81% - 100%

Dari tabel Tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa pada siklus II pertemuan I didapatkan jumlah persentase total keaktifan siswa sebesar 394,42 %, yang kemudian dirata rata didapatkan nilai persentase rata rata siswa di dalam kelas sebesar 65,73 % dari 36 siswa. Persentase tersebut belum mencapai tolok ukur yang ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa sesuai dengan yang ditetapkan SMK N 1 Magelang. Selanjutnya siklus I dilanjutkan untuk pertemuan 2 yang hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Tolok Ukur Keberhasilan Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan II

(58)

commit to user

Persentase rata rata

keaktifan siswa 80,46 %

Keterangan :

(59)

commit to user

46

Baik (B) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 61% - 80% Baik Sekali (BS) : Banyaknya siswa yang melakukan aktivitas 81% - 100%

Dari tabel Tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa pada siklus I pertemuan 2 didapatkan jumlah persentase total keaktifan siswa sebesar 482,76 %, yang kemudian dirata rata didapatkan nilai persentase rata rata siswa di dalam kelas sebesar 80,46 % dari 36 anak. Persentase tersebut sudah mencapai tolok ukur yang ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa sesuai dengan yang ditetapkan SMK N 1 Magelang.

Selanjutnya siklus I dilanjutkan untuk pertemuan 3. Sesuai dengan perencanaan siklus yang mana pada siklus I pertemuan 3 diadakan evaluasi berbentuk soal test untuk mengetahui prestasi belajar siswa, yang hasilnya adalah sebagai berikut :

3. Prestasi belajar siswa

Tabel 9. Tolok Ukur Keberhasilan Prestasi Belajar Siswa Siklus II

No Aspek yang

(60)

commit to user

47

kelas 70 sesuai dengan yang ditetapkan SMK N 1 Magelang. (Data selengkapnya nilai prestasi belajar siswa siklus II ada pada lampiran 23 halaman 127)

2. Refleksi

1) Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya di dalam kelas telah meningkat. Hal tersebut terlihat pada data siklus II pertemuan pertama yang mana presentase siswa yang mau menyatakan pendapatnya hanya sebesar 72,22 % atau sebanyak 26 siswa, dan pada siklus II pertemuan kedua sebesar 80,55 % atau sebanyak 29 siswa dari 36 siswa. Hasil tersebut lebih baik dari siklus I karena mengalami peningkatan persentase. Dengan hasil tersebut maka sudah mencapai tolok ukur keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa sesuai dengan ketetapan SMK N 1 Magelang.

2) Siswa mengerjakan tugas dengan benar saat berlangsungnya proses pembelajaran pada siklus II sudah mencapai tolok ukur keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu rata rata keaktifan siswa 70 % dari jumlah siswa sesuai dengan ketetapan SMK N 1 Magelang, karena adanya peningkatan presentase dari siklus I yang mana nilai presentase siklus II pertemuan pertama sebesar 72,22 % atau sebanyak 26 siswa dan pertemuan kedua sebesar 80,55 % atau sebanyak 29 siswa.

3) Hasil belajar siswa kelas X TKB SMK N 1 Magelang sudah tercapai, karena jumlah siswa yang tuntas belaj

siswa atau sama dengan 83,33 % dari 36 siswa dengan nilai rata rata kelas 75,44 (Data selengkapnya nilai prestasi belajar siswa ada pada lampiran 23 halaman 126). Hal tersebut sudah mencapai tolok ukur keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu nilai rata rata kelas 70 sesuai dengan ketetapan SMK N 1 Magelang.

(61)

commit to user

Pembahasan terhadap penelitian tindakan yaitu berdasar analisis data kualitatif terhadap hasil penelitian yang diperoleh dari kerja sama antara peneliti dan guru pengajar dasar survei kelas X TKB SMK N 1 Magelang. Sebenarnya siklus III harus dilaksanakan karena adanya perubahan pelaksanaan tindakan pada siklus I ke siklus II, namun karena hasil keaktifan dan prestasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami banyak peningkatan yang menunjukkan peningkatan hasil yang optimal dan mencapai tolok ukur keberhasilan yang ditetapkan. Dapat dinyatakan bahwa Model pembelajaran circuit learning pada mata pelajaran Dasar Survei kelas X TKB di SMK N 1 Magelang dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar yang ditinjau dari keaktifan dan hasil belajar siswa.

Perbandingan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II disajikan dalam data berikut ini :

Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Observasi Keaktifan Siswa

(62)

commit to user

49

Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang melakukan aktifitas seperti yang ada pada indikator terus mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Indikator tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1. Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik

Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang mendengarkan penjelasan guru dengan baik semakin meningkat mulai dari siklus I sampai dengan siklus II, jumlah siswa tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.

Hal tersebut dapat dilihat dari lembar observasi siswa, bahwa siswa yang mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1 jumlahnya

(63)

commit to user

50

12 siswa atau sama dengan 33,33 % dari 36 siswa, pada siklus I pertemuan 2 jumlahnya 19 siswa atau sama dengan 52,77 % dari 36 siswa, pada siklus II pertemuan 1 jumlahnya 24 siswa atau sama dengan 66,66 % dari 36 siswa dan pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 30 siswa atau sama dengan 88,33 % dari 36 siswa.

2. Siswa tidak mengobrol di dalam kelas

Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang tidak mengobrol di dalam kelas semakin meningkat mulai dari siklus I sampai dengan siklus II, jumlah siswa tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.

Hal tersebut dapat dilihat dari data lembar observasi siswa, bahwa siswa yang mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1 jumlahnya 15 siswa atau sama dengan 41,66 % dari 36 siswa, pada siklus I pertemuan 2 jumlahnya 20 siswa atau sama dengan 55,55 % dari 36 siswa, pada siklus II pertemuan 1 jumlahnya 23 siswa atau sama dengan 63,88 % dari 36 siswa dan pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 27 siswa atau sama dengan 75 % dari 36 siswa.

Gambar 8. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Mendengarkan Penjelasan Guru Dengan Baik

pertemuan 1

(64)

commit to user

51

3. Siswa aktif dalam pembelajaran kelompok

Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang aktif dalam pembelajaran kelompok semakin meningkat mulai dari siklus I sampai dengan siklus II, jumlah siswa tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.

Hal tersebut dapat dilihat dari data lembar observasi siswa, bahwa siswa yang mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1 jumlahnya 15 siswa atau sama dengan 41,66 % dari 36 siswa, pada siklus I pertemuan 2 jumlahnya 15 siswa atau sama dengan 41,66 % dari 36 siswa, pada siklus II pertemuan 1 jumlahnya 21 siswa atau sama dengan 58,33 % dari 36 siswa dan pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 26 siswa atau sama dengan 72,22 % dari 36 siswa.

Gambar 9. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Tidak Mengobrol DalamKelas

pertemuan 1

Gambar 10. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Aktif Dalam Pembelajaran Kelompok

pertemuan 1

(65)

commit to user

52 4. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru

Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru semakin meningkat mulai dari siklus I sampai dengan siklus II, jumlah siswa tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.

Hal tersebut dapat dilihat dari data lembar observasi keaktifan siswa, bahwa siswa yang mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1 jumlahnya 12 siswa atau sama dengan 33,33 % dari 36 siswa, pada siklus I pertemuan 2 jumlahnya 17 siswa atau sama dengan 47,22 % dari 36 siswa, pada siklus II pertemuan 1 jumlahnya 22 siswa atau sama dengan 61,11 % dari 36 siswa dan pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 31 siswa atau sama dengan 86,11 % dari 36 siswa.

5. Siswa menyatakan pendapat selama pembelajaran

Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang menyatakan pendapat semakin meningkat mulai dari siklus I sampai dengan siklus II, jumlah siswa tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.

Hal tersebut dapat dilihat dari data lembar observasi siswa, bahwa siswa

Gambar 11. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Mengajukan Pertanyaan Kepada Guru

pertemuan 1

(66)

commit to user

53

siklus II pertemuan 1 jumlahnya 26 siswa atau sama dengan 72,22 % dari 36 siswa dan pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 29 siswa atau sama dengan 80,55% dari 36 siswa.

6. Siswa mengerjakan tugas dengan baik

Selama pembelajaran berlangsung jumlah siswa yang mengerjakan tugas dengan baik semakin meningkat mulai dari siklus I sampai dengan siklus II, jumlah siswa tersebut terlihat dari indikator - indikator diatas.

Hal tersebut dapat dilihat dari data lembar observasi siswa, bahwa siswa yang mendengarkan penjelasan guru dengan baik pada siklus I pertemuan 1 jumlahnya 14 siswa atau sama dengan 38,88 % dari 36 siswa, pada siklus I pertemuan 2 jumlahnya 19 siswa atau sama dengan 52,77 % dari 36 siswa, pada siklus II pertemuan 1 jumlahnya 26 siswa atau sama dengan 72,22 % dari 36 siswa dan pada siklus II pertemuan 2 jumlahnya 29 siswa atau sama dengan 80,55 % dari 36 siswa.

Gambar 12. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Menyatakan Pendapat Selama Pembelajaran

pertemuan 1

(67)

commit to user

54

REKAPITULASI HASIL PENGAMATAN

Tabel 11. Rata - Rata Hasil Observasi Keaktifan Siswa

NO ASPEK PENGAMATAN

SIKLUS I SIKLUS II

P. 1 P. 2 P. 1 P. 2

1. Keaktifan Siswa 35,18% 46,75% 65,73% 80,46%

Tabel 12. Persentase Prestasi Belajar Siswa

NO ASPEK PENGAMATAN SIKLUS I SIKLUS II

1. Prestasi Belajar Siswa 52,77 % 88,33 %

Berdasarkan hasil penelitian di atas yang mana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit Learning dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar yang ditinjau atau dilihat dari segi keaktifan siswa dan prestasi

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

SIKLUS 1 SIKLUS 2

Gambar 13. Diagram Capaian Keaktifan Siswa Menyatakan Pendapat Selama Pembelajaran

pertemuan 1

(68)

commit to user

55

Gambar

Gambar 1. Sudut ukuran
Tabel 1. Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Konstruksi Bangunan
Gambar 2. Kerangka Berpikir
Tabel 2. Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tabel 7 berikut merupakan contoh pengecekan term pada dataset reply yang digunakan pada penelitian ini untuk mendeteksi spam atau bukan spam. Alur proses

Hasil analisis asuhan keperawatan yang dari ketiga klien setelah diberikan tindakan bladder training diperoleh frekuensi BAK klien mengalami perubahan dalam mengontrol

ANALISIS BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLAK UKUR KINERJA PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT UMUM.. DAERAH KABUPATEN BALANGAN

Kemudian dipastikan bahwa seluruh titik bantu baru P tidak berdekatan dengan sumber keramaian maka, dapat ditentukan lokasi titik-titik bantu baru P yang akan menjadi lokasi

 Pengalaman merupakan landasan penilaian Pengalaman merupakan landasan penilaian manusia terhadap segala sesuatu. manusia terhadap

Dari hasil pertanyaan terbuka, responden yang kami temui menyatakan bahwa sari roti identik dengan produk premium dengan harga yang mahal dan memiliki kualitas yang

1 (satu) lembar foto copy ijazah dan transkrip nilai yang telah dilegalisir.. Asli Surat Keterangan Catatan

: PEMBANGUNAN PAGAR TPU DESA SINAR TUNGKAL KEC.TUNGKAL JAYA. : KECAMATAN