9
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kompetensi Guru
Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Berkaitan dengan pernyataan tersebut Mc.Ashan (1981 dalam Majid 2014:22), kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang di peroleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya untuk hal apa dia dapat melakukan dengan
baik perilaku-perilaku kognitif, afectif, dan
psikomotorik. Memperkuat pendapat tersebut
Depdiknas (2002:1) mendefinisikan rumusan
kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan demikian kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psychomotor dengan sebaik-baiknya.
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan.
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen,“kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. Dengan demikian kompetensi bersifat menyeluruh dan
merupakan satu kesatuan yang utuh yang
menggambarkan potensi, pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai yang dimiliki seseorang yang terkait dengan profesi tertentu yang diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja.
Kompetensi seorang guru akan menunjukkan kualitas guru dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Jadi kompetensi guru adalah kecakapan, kemampuan, dan ketrampilan yang dimiliki oleh seorang yang bertugas mendidik peserta didik agar mempunyai kepribadian yang luhur dan ketrampilan dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Oleh karena itu kompetensi guru menjadi tuntutan dasar bagi seorang guru.
2.1.1 Kompetensi Pedagogik
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru seperti diamanatkan dalam peraturan pemerintah diatas adalah kompetensi pedagogik. Hal ini berarti kompetensi pedagogik menjadi salah satu tuntutan dasar bagi seorang guru yang harus dipenuhi.
Dalam Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemempuan melakukan penilaian. Hal ini berarti guru wajib memiliki penguasan terhadap tugas pembelajaran peserta didik. Yang meliputi penguasaan terhadap pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran.
pengajaran. (5) Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama
pembelajaran berlangsung, yang mencakup:
merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan. Perangkat perencanaan pembelajaran yang mengandung unsur-unsur tersebut dan merupakan perangkat pembelajaran paling utama adalah silabus pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Hal ini berarti bahwa kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa berawal dari rencana yang matang yaitu pembuatan silabus dan RPP. Perencanaan yang matang akan menunjukkan hasil yang optimal dalam pembelajaran. Tanpa
perencanaan pelaksanaan pembelajaran akan
mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan.
2.2 Pembelajaran Tematik
alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada siswa secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan Isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya
perbendaharaan bahasa siswa dan membuat
pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar siswa mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Hal ini membawa
implikasi bahwa dalam pembelajaran tematik
menekankan pada pengorganisasian materi dengan tema sebagai pengikat untuk memepersatukan bahasan materi pelajaran dari beberapa mata pelajaran.
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa (Kurniawan 2014:95). Keterpaduan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar-mengajar. Jadi pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan.
memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk kompetensi yang harus dikembangkannya.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, diperlukan kecakapan guru dalam mengemas atau merancang pembelajaran agar siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna, pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual intra maupun antar mata pelajaran. Kaitan unsur-unsur itu akan membentuk skema sehingga siswa memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.
Prinsip adalah sesuatu yang sifatnya mendasar, sangat penting, selalu ada dalam situasi kondisi serupa. Sehingga keberadaannya penting dipahami karena memberikan pedoman (Kurniawan 2014:96). Hal ini berarti prinsip pembelajatan tematik merupakan sesuatu yang penting untuk dipelajari karena berfungsi untuk memberikan pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran tematik.
Menurut Depdiknas (2008:227) prinsip
pembelajaran tematik meliputi: (1) Berpusat pada peserta didik
Dengan kegiatan tersebut peserta didik mampu
memperkaya pengalaman belajar mereka.
Pengalaman belajar tersebut di implikasikan dalam
kegiatan belajar yang menggali dan
mengembangkan fenomena alam di sekitar mereka. (2) Memberikan pengalaman langsung
Pengalaman langsung peserta didik didapat dari
proses pembelajaran mendalami materi
pembelajaran dan mengalami secara langsung dengan diri mereka masing-masing. Dalam pembelajaran peserta didik dihadapkan pada pembelajaran konkrit, bukan hanya memahami dari keterangan guru sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.
(3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik guru tidak
memisahkan mata pelajaran secara jelas, akan tetapi dalam pembelajaran guru lebih memfokuskan pembelajaran pada tema yang dekat dan berkaitan dengan kehidupan anak.
(4) Menyajikan konsep yang terpadu dari berbagai mata pelajaran
Dalam pembelajaran tematik konsep-konsep yang disajikan merupakan perpaduan dari berbagai
pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran tidak sepotong-sepotong.
(5) Bersifat fleksibel
Bersifat fleksibel artinya dalam pembelajaran harus luwes tidak kaku. Dalam pembelajaran guru harus mengaitkan materi ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain atau dengan lingkungan peserta didik. Hal ini sangat penting karena belajar dapat diartikan sebagai interaksi peserta didik dengan lingkungan mereka.
(6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik
Diharapkan hasil pembelajaran merupakan sesuatu yang sanagt berguna, sangat dibutuhkan, sangat digemari bagi peserta didik. Maka guru dalam pembelajaran harus menyesuaikan materi dan
kegiatan pembelajaran dengan minat dan
kebutuhan peserta didik, memberi kesempatan kepada peserta didik mengembangkan potensinya, dan mengembangkan lingkungan belajar sesuai kebutuhan peserta didik.
(7) Menggunakan prinsip belajar dan bermain.
belajar sambil bermain harus dikondisikan dalam suasana aktif dan kreatif.
Dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran tematik Depdiknas memberikan rambu-rambu sebagai berikut: (1) Tidak semua mata pelajaran
harus dipadukan (2) Dimungkinkan terjadi
penggabungan kompetensi dasar lintas semester (3) Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan dapat diajarkan tersendiri (4) Kegiatan ini ditekankan kepada kemempuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral dan cinta tanah air (5)
Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan
karakteristik siswa, minat siswa, lingkungan, dan daerah setempat.
2.2.2 Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik.
Pembelajaran tematik memiliki kelebihan
dibandingkan pendekatan konvensional, yaitu sebagai berikut:(1) Pengalaman belajar siswa akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan siswa. (2) Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa. (3) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakana sehingga hasil belajar akan bertahan lebih
kembangkan ketrampilan berpikir dan sosial siswa. (5)
Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan
pembelajaran yang bersifat pragmatis, dengan permasalahan yang riil yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari siswa (Majid 2014:92)
Disamping kelebihan, pembelajaran tematik
memiliki keterbatasan terutama dalam
pelaksanaannya, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses.
Dengan diterapkannya pembelajaran tematik ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh. Manfaat pembelajaran tematik itu antara lain: (1) Dengan adanya penggabungan beberapa kompetensi dasar dan
indikator serta mata pelajaran dapat lebih
mengefektifkan pembelajaran dan menghindari
2.3.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih (Depdiknas 2008:162). RPP dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara efisien, interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
2.3.1 Komponen-Komponen RPP
(kelas,tema, alokasi waktu) (2) Kompetensi dasar (dari mata pelajaran yang akan dipadukandan sesuai tema) (3) Indikator hasil belajar (Jabaran kemampuan khusus dari KD yang dipadukan) (4) Prosedur pembelajaran (menjelaskan pelaksanaan pembelajaran) (5) Metode,
sumber, dan media yang digunakan dalam
pembelajaran.(6) Penilaian (teknik, soal, dan sistem penilaian )
2.3.2 Langkah-Langkah Pengembangan RPP
Pengembangan RPP hakikatnya adalah aktivitas
pengembangan komponen-komponen RPP, dan
komponen RPP subtansinya adalah komponen pembelajaran. Jadi pengembangan RPP merupakan pengembangan sistem pembelajaran yang akan dilakukan. Hal ini berarti pengembangan RPP adalah pengambilan keputusan untuk memperjelas dan mempertegas tentang apa yang harus dikuasai peserta didik, apa dan bagaimana cara mencapainya, alat dan sarana apa yang akan digunakan, dan dengan cara
bagaimana untuk mengetahui apakah proses
pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran telah dicapai.
Komponen pembelajaran itu meliputi:
strategi/metode pembelajaran, pemilihan media, dan
pemilihan pendekatan dan teknik evaluasi
pembelajaran. Dalam RPP keterkaitan antara tujuan (KD dan Indikator) dengan materi, metode, dan sistem penilaian harus tetap konsisten dan terjaga.
Tujuan pengembangan RPP oleh guru merupakan pelaksanaan tugas profesi sebagai guru. RPP di susun bukan hanya untuk memenuhi kewajiban administratif akan tetapi lebih jauh merupakan upaya untuk perbaikan sumber daya manusia melalui pembelajaran. 2.4 Pelatihan Model Simulasi
2.4.1 Konsep Pelatihan
Pelatihan adalah suatu usaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
pegawai/karyawan dalam melaksanakan
pekerjaaannya agar lebih efektif dan efisien (Syukur 2012:85). Sejalan dengan pandanagan tersebut Kaswan (2011:2) menyatakan bahwa pelatihan adalah proses
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
karyawan. Pelatihan kerja menurut undang-undang No.13 tahun 2003 adalah keseluruhan kegiatan untuk
memberi, memperoleh, meningkatkan, serta
pandangan-pandangan tersebut pelatihan berati bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai standar yang telah ditetapkan.
Pelatihan lebih terarah pada peningkatan kemampuan dan keahlian SDM organisasi yang berkaitan dengan jabatan atau fungsi yang menjadi tanggung jawab individu yang bersangkutan saat ini. Sasaran yang ingin di capai dari suatu program pelatihan adalah peningkatan kinerja individu dalam jabatan atau fungsi saat ini.
2.4.2 Pelatihan Model Simulasi
Simulasi adalah suatu metode pelatihan yang
memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan
(Depdiknas 2005). Simulasi penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan memakai model
sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.
Teknik simulasi dapat digunakan hampir pada semua program pelatihan yang berorientasi pada tujuan tingkah laku. Latihan ketrampilan menuntut praktek yang dilaksanakan dalam situasi nyata (dalam pekerjaaan tertentu), atau dalam situasi simulasi yang mengandung ciri-ciri kehidupan nyata. Latihan simulasi adalah berlatih melaksanakan tugas-tugas yang akan dikerjakan sehari-hari (Hamalik 2007:66)
Berdasar pada penjelasan di atas maka tujuan
pelatihan dengam metode simulasi adalah :(1).Melatih
ketrampilan tertentu baik bersifat profesional maupun
bagi kehidupan sehari-hari. (2).Memperoleh
pemahaman tentang suatu proses atau prinsip. (3). Melatih memecahkan masalah. (4) Meningkatkan keaktifan belajar. (5 )Memberikan motivasi dan meningkatkan semangat kerja dalam organisasi dengan komitmen organisasi yang lebih tinggi.
Langkah-langkah Pelatihan metode simulasi
menurut Fatah Syukur (2012:93) adalah: 1. Penentuan Kebutuhan.
cermat dapat diyakinkan bahwa kegiatan pelatihan memang benar-benar perlu dilakukan.
2. Penentuan Sasaran.
Berdasarkan analisis kebutuhan selanjutnya dapat ditetapkan berbagai sasaran yang ingin di capai dari sebuah pelatihan. Penentuan sasaran ini memiliki arti penting bagi tolok ukur keberhasilan pelatihan dan bahan dalam menentukan langkah selanjutnya.
3. Penentuan Program.
Setelah dilakukan analisis kebutuhan dan ditetapkan sasaran yang ingin di capai, selanjutnya dapat ditentukan program pelatihan. Dalam penentuan program terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan : Kemampuan apa yang hendak di capai, materi apa yang perlu dipersiapkan, kapan waktu terbaik untuk dilaksanakan pelatihan, dimana tempat dilaksanakan pelatihan, berapa biaya yang dibutuhkan untuk pelatihan, siapa yang paling tepat selaku instruktur pelatihan, bagaimana pelatihan itu sebaiknya dilaksanakan.
4. Penilaian Pelaksanaan Program.
pelaksanaan tugas, perubahan perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin, dan etos kerja yang tinggi.
Keunggulan Pelatihan metode Simulasi
a. Peserta dapat melakukan interaksi sosial dan
komunikasi dalam kelompoknya.
b.Aktivitas peserta cukup tinggi, dan terlibat
langsung dalam pembelajaran.
c. Dapat Membiasakan peserta dalam memahami
masalah sosial.
d.Dapat membina hubungan personal yang positif
e. Dapat membangkitka imajinasi.
f. Membina hubungan yang komunikatif dan
bekerjasama dalam kelompok. Kelemahan pelatihan metode simulasi
a. Relatif memerlukan waktu yang cukup banyak
b. Sangat bergantung pada aktifitas peserta
c. Cenderung memerlukan pemanfaatan sumber
belajar
2.5 Penelitian Yang Relevan
Peningkatan Kemampuan Menyusun RPP Tematik Melalui Pelatihan Bagi Guru Kelas Rendah di Gugus DR Sutomo Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan.( Tati Hendarti:2010)
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan guru kelas rendah dalam menyususn RPP tematik dengan baik dan benar melalui pelatihan.
Hasil dari tindakan pelatihan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP tematik. Peningkatan kemampuan guru juga diikuti dengan perubahan perilaku dari perilaku negatif menjadi perilaku positif.
Hasil tes pratindakan yaitu sebelum penelitian dilakukan menunjukkan nilai 29,33, dan pada siklus I meningkat sebesar 39,31% dengan rata-rata skor 48,33. Pada siklus II meningkat 40,69%, rata-rata nilai 68%.
Peningkatan Kemampuan membuat RPP dan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan tematik melalui pembinaan akademik lewat pemberdayaan KKG bagi guru SD.(Endah Setiyati:2013)
menerapkan pembelajaran dengan pendekatan tematik bagi guru kelas II sekolah dasar.
Hasil dari tindakan ini siklus I dan siklus II dengan indikator sebelum dan sesudah guru mendapat supervisi akademik dengan skor rata-rata 47. Setelah tindakan pada siklus II rata-rata 50.
Peningkatan kompetensi pedagogik guru dalam menyusun RPP melalui workshop penyusunan rencana program pembelajaran (RPP) pada kegiatan MGMP di SMP Negeri 2 Sukahening Kabupaten Tasikmalaya (Nunuh,2007)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (a) pengaruh workshop penyusunan RPP pada kegiatan
Pelatihan Berbasis Simulasi sebagai implementasi supervisi kelompok dalam meningkatkan model pembelajaran cooperative learning tipe two stay di SMA se kecamatan Lolofitu dan MandreheKabupaten Nias Barat (Parlinus Gulo 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelatihan berbasis simulasi dapat meningkatkan ketrampilan guru menerapkan model cooperative learning di SMA se Kecamatan Lolofitu dan Mandrehe Kabupaten Nias Barat. Penelitian dilakukan dengan melaksanakan pelatihan berbasis simulasi terhadap 10 orang guru matematika. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan dala 2 siklus dan diawali dengan observasi pra silkus. Untuk mengumpulkan data, digunakan beberapa instrume yaitu; (1) Instrumen penilaian keterlaksanaan tindakan pada pelatihan berbasis simulasi; 920 Instrumen telaah RPP; dan(3) Lembar pengamatan terhadap guru dalam menerapkan model cooperative learning.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) rata-rata persentasi
sebesar 10,00% (amat kurang), pada siklus I sebesar 68,87% (kurang) dan pada siklus II sebesar 85,42% (baik).
Pada siklus I, masing-masing guru yang mengikuti pelatihan belum mencapai kategori baik dalam menerapkan model cooperative learning. Kesimpulan penelitian adalah pelatihan berbasis simulasi dapat
meningkatkan ketrampilan guru matematika
menerapkan model cooperative learning tipe two stay di SMA se Kecamatan Lolotifu dan Mandrehe Kabupaten Nias Barat.
Teacher’ Undersatanding and Practice towards Thematic Approach in Teaching Integrated Living Skills (ILS) in Malaysia. ( Kon Chon Min dkk:2012)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pemahaman dan praktek guru terhadap pendekatan tematik dalam mengajar ketrampilan hidup terpadu (ILS). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kinta Utara, Perak, Malaysia.
dengan praktek pembelajaran dengan pendekatan tematik.
2.6 Kerangka Pikir Peneliti
Sekolah sebagai lembaga dan organisasi pendidikan harus tanggap terhadap kendala guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik. Kendala tersebut meliputi pemahaman guru, penyusunan perencanaan pembelajaran, dan penyusunan evaluasi pembelajaran tematik. Untuk itu pemberdayaan terhadap kompetensi guru perlu dilakukan secara terus menerus.
Gambar 2.1: Kerangka Pikir
2.7 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir di atas maka hipotesis tindakan penelitian tindakan sekolah adalah sebagai berikut : Pelatihan model simulasi dapat meningkatkan kompetensi guru dalam penyusunan RPP Tematik di SD Negeri Wates 4 Magelang dengan nilai minimal 80.
Penyusunan RPP Tematik Pemahaman Pembelajaran
Tematik rendah
PELATIHAN
SIMULASI 1.PERMEN No.22Th2006
terlaksanaa 2.Kompetensi
Guru meningkat
Pemahaman Pembelajaran