TUGAS AKHIR
PRARANCANGAN PABRIK TRIMETILETILENA
DENGAN PROSES ISOMERISASI METIL BUTENA
KAPASITAS 15.000 TON/TAHUN
Oleh:
Chenvika Cicylia Pekerto I 1504004
Nasrifah Nur Rohmani I 1504013
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
PRARANCANGAN PABRIK TRIMETILETILENA DENGAN PROSES ISOMERISASI METIL BUTENA
KAPASITAS 15.000 TON/TAHUN
Oleh :
Chenvika Cicylia Pekerto I 1504004
Nasrifah Nur Rohmani I 1504013
Dipertahankan di depan tim penguji :
1. Ir. Samun Triyoko
NIP. 19470421 198503 1 001
2. Wirawan Ciptonugroho,S.T., M.S.
NIP. 19831223 200912 1 004
Pembimbing
Dwi Ardiana S, S.T., M.T. NIP. 19730131 199802 2 001
1. ……….
2. ...
Disahkan
Ketua Program Studi S-1 Non Reguler
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah, karena rahmat dan ridho-Nya, penulis akhirnya
dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir dengan judul “Prarancangan
Pabrik Trimetiletilena Dengan Proses Isomerisasi Metil Butena15.000 ton/tahun”.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis memperoleh banyak bantuan
baik berupa dukungan moral maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena
itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua dan keluarga atas dukungan doa, materi dan semangat
yang senantiasa diberikan tanpa kenal lelah.
2. Dwi Ardiana Setyawardhani, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing atas
bimbingan dan bantuannya dalam penulisan tugas akhir.
3. Ir. Samun Triyoko selaku Dosen Penguji I dan Wirawan Ciptonugroho,
S.T., M.S. selaku Dosen Penguji II dalam ujian pendadaran tugas akhir.
4. Dr. Sunu H. Pranolo selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia FT UNS.
5. Teman-teman mahasiswa Teknik Kimia FT UNS.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis membuka diri terhadap segala saran dan kritik
yang membangun. Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
Halaman Judul……… i
Lembar Pengesahan……… ii
Kata Pengantar……… iii
Daftar Isi………. iv
Daftar Tabel……… x
Daftar Gambar………. xiii
Intisari………. xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik………...………. 1
1.2. Kapasitas Perancangan………..……….. 2
1.2.1. Kebutuhan Trimetiletilena Dalam Negeri………. 2
1.2.2 Ketersediaan Bahan Baku……….. 3
1.2.3 Kapasitas Minimal………. 3
1.3. Pemilihan Lokasi Pabrik………. 5
1.4. Tinjauan Pustaka………. 6
1.4.1. Macam – macam Proses ……….………... 6
I.4.2. Kegunaan Produk……….. 7
1.4.3. Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku dan Produk……… 8
1.4.4. Tinjauan Proses secara Umum………. 11
BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk………….………. 13
2.2.2. Spesifikasi Bahan Pendukung………... 13
2.1.3. Spesifikasi Produk ………...………. 14
2.2. Konsep Proses………. 14
2.2.1. Dasar Reaksi.………. 14
2.2.2. Mekanisme Reaksi……… 15
2.2.3. Tinjauan Kinetika ………..……...……… 20
2.2.4. Tinjauan Termodinamika…..………... 22
2.2.5. Kondisi Operasi………... ………..………... 24
2.3. Diagram Alir Proses dan Tahapan Proses……...……… 24
2.3.1. Diagram Alir Proses…. ………..……….. 25
2.3.2. Diagram Alir Kualitatif.. ………..……… 26
2.3.3. Diagram Alir Kuantitatif.………..……… 27
2.3.4. Tahapan Proses………. 28
2.4. Neraca Massa dan Neraca Panas………..…..…… 29
2.4.1. Neraca Massa ………..……….. 29
2.4.2. Neraca Panas ………..……….. 35
2.5. Lay Out Pabrik dan Peralatan………..…..…….… 41
2.5.1. Lay Out Pabrik ………..……… 41
2.5.2. Lay Out Peralatan ………..………... 47
3.2. Alat Pendukung...………..………. 52
3.2.1. Tangki Metil Butena TT-01…….………. 52
3.2.2. Tangki Trimetiletilena TT-02...…..………... 53
3.2.3. Separator FG-01...………..………... 54
3.2.4. Akumulator D-01...…………..……….... 55
3.2.5. Heat Exchanger E-01...………... 56
3.2.6. Heat Exchanger E-02...………..…………... 57
3.2.7. Heat Exchanger E-03...………..………... 58
3.2.9. Pompa J-01...……..………..………... 60
3.2.10. Pompa J-02.………..………... 61
3.2.11. Pompa J-03…...…………..………... 62
3.2.12 Pompa J-04……… 63
3.2.13 Expander JC-01………. 63
BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 4.1. Unit Pendukung Proses………... 65
4.1.1. Unit Pengadaan Air………..……… 66
4.1.2. Unit Pengadaan Steam……….. 77
4.1.3. Unit Pengadaan Udara Tekan……….. 78
4.1.4. Unit Pengadaan Listrik……….. 80
4.1.5. Unit Pengadaan Bahan Bakar ……….. 85
4.1.6 Unit Pengadaan Limbah……… 85
4.1.7 Unit Refrigerasi………. 86
4.2.1. Tangki Aerator……… 87
4.2.2. Tangki Penampung Air………...……….. 88
4.2.3. Tangki Iron Removal Filter………... 89
4.2.4. Tangki Klorinasi……… 90
4.2.5. Tangki Penampungan Konsumsi dan Sanitasi……….. 91
4.2.6. Tangki Kation Exchanger……….. 91
4.2.7. Tangki Anion Exchanger………... 92
4.2.8. Tangki Penampung Air Denim……….. 93
4.2.9. Tangki Kondensat……….. 95
4.2.10. Tangki Deaerator………... 95
4.2.11. Boiler………. 96
4.2.12. Kompresor………. 97
4.2.13. Generator………... 97
4.2.14. Pompa Utilitas………... 98
4.3. Laboratorium……… 100
4.3.1. Program Kerja Laboratorium………. 101
4.3.2. Penanganan Sampel………... 103
4.3.3. Prosedur Analisa……… 104
5.3.2. Dewan Komisaris……… 108
5.3.3. Dewan Direksi………. 109
5.3.4. Staf Ahli……….. 110
5.3.5. Penelitian dan Pengembangan (Litbang)……… 110
5.3.6. Kepala Bagian………. 111
5.4. Pembagian Jam Kerja Karyawan……… 115
5.4.1. Karyawan non shift / harian……… 115
5.4.2. Karyawan Shift……..……….. 117
5.5. Status Karyawan dan Sistem Upah………. 118
5.5.1. Karyawan Tetap……….. 118
5.5.2. Karyawan Kontrak……… 119
5.5.3. Karyawan Borongan……… 119
5.6. Penggolongan Jabatan, Jumlah Karyawan, dan Gaji………….. 119
5.6.1. Penggolongan Jabatan………. 119
5.6.2. Jumlah Karyawan dan Gaji………. 120
5.7. Kesejahteraan Sosial Karyawan……….. 122
5.8. Manajemen Produksi……….. 123
5.8.1. Perencanaan Produksi………. 124
5.8.2. Pengendalian Produksi……… 125
BAB VI ANALISA EKONOMI 6.1. Penaksiran Harga Peralatan ……… 133
6.2. Penentuan Total Capital Investment (TCI)………... 136
6.2.2. Modal Kerja (Working Capital Investment)…………... 145
6.3 Penentuan Biaya Produksi Total………. 148
6.3.1. Manufacturing Cost………. 148
6.3.2. General Expense……….. 155
6.4. Keuntungan (Profit)……….... 157
6.5. Analisa Kelayakan……….. 158
Daftar Pustaka ………....
Lampiran A. Data-Data Sifat Fisis ……….
Lampiran B. Neraca Massa ………
Lampiran C. Neraca Panas ……….
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Impor Trimetiletilena Tahun 199-2004 (BPS)... 3
Tabel 2.1 Harga ΔHf0 masing-masing Komponen... 22
Tabel 2.2 Harga ΔGf0 masing-masing Komponen... 22
Tabel 2.3 Neraca Massa Total... 29
Tabel 2.4 Neraca Massa Separator FG-01... 30
Tabel 2.5 Neraca Massa Reaktor R-01... 30
Tabel 2.6 Neraca Massa Menara Destilasi T-01... 31
Tabel 2.7 Neraca Massa Heat Exchanger E-04... 31
Tabel 2.8 Neraca Massa Tee-01... 32
Tabel 2.9 Neraca Massa Tee-02... 32
Tabel 2.10 Neraca Massa Tee-03... 33
Tabel 2.11 Neraca Massa Tee-04... 33
Tabel 2.12 Neraca Massa Tee-05... 34
Tabel 2.13 Neraca Panas Total... 35
Tabel 2.14 Neraca Panas Reaktor R-01... 36
Tabel 2.15 Neraca Panas Separator FG-01... 36
Tabel 2.16 Neraca Panas Menara Distilasi T-01... 37
Tabel 2.17 Neraca Panas Heat Exchanger E-01... 37
Tabel 2.18 Neraca Panas Heat Exchanger E-02... 38
Tabel 2.19 Neraca Panas Heat Exchanger E-03... 38
Tabel 2.21 Neraca Panas Tee-01………... 39
Tabel 2.22 Neraca Panas Tee-02………... 40
Tabel 2.23 Neraca Panas Tee-03... 40
Tabel 2.24 Neraca Panas Tee-04... 41
Tabel 2.25 Neraca Panas Tee-05... 41
Tabel 4.1 Parameter Standar Baku Air Tanah... 67
Tabel 4.2 Persyaratan Air Umpan Boiler... 68
Tabel 4.3 Rekomendasi Batas Air Boiler... 68
Tabel 4.4 Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum... 70
Tabel 4.5 Kebutuhan Air Umpan Boiler... 72
Tabel 4.6 Kebutuhan Air Untuk Konsumsi dan Sanitasi... 73
Tabel 4.7 Udara Tekan dan Kegunaanya... 80
Tabel 4.8 Konsumsi Listrik Untuk Keperluan Proses dan Pengolahan Air.... 81
Tabel 4.9 Konsumsi Listrik Untuk Penerangan... 83
Tabel 4.10 Pompa Utilitas... 98
Tabel 4.11 Analisa Mutu Produk... 102
Tabel 5.1 Jadwal Pembagian Kelompok Shift... 118
Tabel 5.2 Penggolongan Jabatan Dan Kualifikasi... 119
Tabel 5.3 Klarifikasi Golongan Dan Sistem Gaji... 121
Tabel 6.5 Raw Material Inventory...... 146
Tabel 6.6 Working Capital Investment... 148
Tabel 6.7 Raw Material Inventory... 149
Tabel 6.8 Daftar Gaji Karyawan... 150
Tabel 6.9 Daftar Gaji Supervisi... 150
Tabel 6.10 Manufacturing Cost... 154
Tabel 6.11 Management Salaries... 155
Tabel 6.12 General Expenses... 157
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Grafik impor Trimetiletilena di Indonesia dari tahun 1997–
2006…...…….………... 4
Gambar II.1 Diagram Alir Proses….………. 25
Gambar II.2 Diagram Alir Kualitatif..………... 26
Gambar II.3 Diagram Kuantitatif………... 27
Gambar II.4 Tata Letak Pabrik Trimetiletilena……..……… 46
Gambar II.5 Tata Letak Peralatan Proses……….. 49
Gambar IV.1 Skema Pengolahan Air Umpan Boiler, Air Proses, Air Konsumsi dan Sanitas………. 76
Gambar IV.2 Unit Penyediaan Udara Tekan……… 79
Gambar V.1 Struktur Organisasi Pabrik Trimetiletilena……… 116
Gambar VI.1 Grafik Hubungan Tahun Dengan Index Cost.………... 134
INTISARI
Chenvika Cicylia Pekerto dan Nasrifah Nur Rohmani, 2012, Prarancangan Pabrik Trimetiletilena dengan Proses Isomerisasi Metil Butena, Kapasitas 15.000 ton/tahun. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Trimetiletilena banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan isopropene, karet sintesis. Prarancangan pabrik trimetiletilena dengan proses isomerisasi metil butena kapasitas 15.000 ton/tahun dengan bahan baku metil butena 76.235,9 ton/tahun. Pabrik ini direncanakan didirikan di kawasan industri Krakatau Industrial, Cilegon pada tahun 2012 dan beroperasi pada tahun 2014.
Pembentukan trimetietilena merupakan reaksi isomerisasi yang dilakukan dengan cara mereaksikan metil butena. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis dan dilakukan dalam reaktor fixed bed multitube. Tahap reaksi ini berlangsung pada kondisi 80 oC dan tekanan 3 atm. Produk yang dihasilkan adalah trimetiletilena dengan kemurnian 95%. Tahapan proses meliputi persiapan bahan baku metil butena, pembentukan trimetiletilena di reaktor, dan pemurnian hasil di menara distilasi.
Dalam perancangan pabrik ini alat utama yang digunakan reaktor dan menara distilasi. Sedangkan alat pendukung berupa tangki penyimpan bahan dan produk, separator, heat exchanger, expander dan pompa.
Untuk menunjang proses produksi, maka didirikan unit pendukung yaitu unit utilitas yang meliputi pengadaan dan pengolahan air, listrik, steam, bahan bakar, dan udara tekan. Laboratorium digunakan untuk menjaga mutu dan kualitas bahan baku dan produk sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Limbah yang dihasilkan oleh pabrik Trimetiletilena adalah limbah proses purging Pengolahannya dengan cara menampung sementara dalam tangki penyimpanan untuk diteliti dan dijadikan sebagai produk yang lain dengan spesifikasi yang baru dan air buangan sanitasi diolah sampai kadar yang ditentukan oleh unit pengolahan limbah kawasan PT. KIEC .
Bentuk perusahaan yang dipilih adalah Perseroan Terbatas (PT), dengan struktur organisasi line and staff. Sistem kerja karyawan berdasarkan pembagian jam kerja yang terdiri dari karyawan shiff dan non-shift.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik
Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi disektor minyak
dan gas bumi, sehingga minyak dan gas bumi dapat dijadikan komoditi penting
untuk pemasukan devisa negara. Di samping itu minyak dan gas bumi dapat
diproses lagi menjadi produk-produk baru yang lebih menguntungkan.
Salah satu modal untuk mencapai tujuan tersebut adalah kekuatan sumber
daya alam dan sumber daya manusia. Berdasarkan modal utama tersebut, maka
pengembangan industri diarahkan untuk pendalaman dan pemantapan struktur
industri yang dikaitkan dengan sektor ekonomi lain.
Pengembangan industri yang perlu mendapat perhatian pemerintah adalah
pengembangan industri kimia dasar. Dengan berkembangnya industri ini akan
membuka lapangan kerja baru bagi rakyat Indonesia sehingga dapat meningkatkan
taraf hidup masyarakat Indonesia.
Peningkatan kebutuhan harus diimbangi dengan peningkatan industri, oleh
sebab itu pemerintah telah menggalakan pembangunan disektor industri terutama
merupakan salah satu bahan kimia yang dibutuhkan di dalam negeri dan untuk
memperolehnya masih harus diimpor dari luar negeri, antara lain negara Amerika
dan Eropa Barat. Keuntungan lain yang diperoleh :
1. Menurunnya jumlah impor yang berarti menghemat devisa negara, dan
dimungkinkan nanti kita mengekspor trimetiletilena sehingga menambah
devisa negara.
2. Sebagai pemasok bahan baku bagi industri-industri dalam negeri yang
menggunakan trimetiletilena sebagai bahan bakunya.
3. Membuka lapangan kerja sehingga membantu mengatasi masalah
pengganguran.
4. Meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar pabrik.
5. Merangsang dan membantu berkembangnya industri yang manggunakan
bahan dasar atau bahan pembantu trimetiletilena.
1.2 Kapasitas Perancangan
Dalam perancangan kapasitas rancangan pabrik trimetiletilena ini ada
beberapa pertimbangan, antara lain kebutuhan dalam negeri, ketersediaan bahan
baku dan kapasitas minimal yaitu kapasitas pabrik yang sudah ada.
1.2.1 Kebutuhan trimetiletilena dalam negeri
Berdasarkan data statistik dari biro statistik, kebutuhan akan trimetiletilena
Tabel 1.1 Data impor trimetiletilena tahun 1999-2004 (BPS )
Tahun Jumlah (kg)
2005
2006
2007
2008
2009
2010
16.258.658
14.284.861
12.597.758
16.235.689
15.212.505
17.827.188
(Biro Pusat Statistik, 1999-2004)
1.2.2 Ketersediaan bahan baku
Kebutuhan bahan baku trimetiletilena yang berupa methyl butene dari
Sanghai Office Manufacture dengan perusahan Hebei Smart Chemicals Co., Ltd
dengan kapasitas 20.000 ton/tahun dengan kebutuhan 15.564 ton/tahun.
(http://www.ec21.com/offer_detail/Sell_2_METHYL_1_BUTENE.html)
1.2.3 Kapasitas minimal
Dari literatur diperoleh data bahwa pabrik yang telah memproduksi
trimetiletilena berada di Amerika dan Eropa barat yaitu Kellogg Company yang
mempunyai kapasitas rancangan sebesar 50.000 ton/tahun.
(http://www.kelloggcompany.com/)
Dari data statistik (tabel 1.1) menunjukkan impor trimetiletilena dari luar
negeri. Dari data impor diatas, kemudian dilakukan regresi linier untuk
mendapatkan tren kenaikan impor trimetiletilena di Indonesia. Data impor dan
regresi linier untuk data impor ditunjukkan dalam gambar 1.1.
Pabrik trimetiletilena direncanakan dibangun pada tahun 2012 dan akan
beroperasi pada tahun 2014. Berdasarkan pertimbangan dari data impor Indonesia
dan kapasitas minimum pabrik trimetiletilena diatas maka dengan menggunakan
analisa regresi linier untuk data impor, akan dapat diperkirakan kebutuhan
trimetiletilena pada tahun 2014.
Gambar 1.1. Data impor trimetiletilena di Indonesia tahun 2005—2010
Dari regresi linier terhadap data impor trimetiletilena didapatkan
Dari tabel 1.3 dapat terlihat bahwa kebutuhan impor trimetiletilena di
Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya, dan pada tahun 2014,
diperkirakan kebutuhan impor trimetiletilena mencapai 18.051.715 kg/tahun.
Pemilihan kapasitas produksi yang direncanakan pada tahun 2014 adalah
15.000 ton/tahun guna mencukupi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi
ketergantungan impor.
1.3 Pemilihan Lokasi Pabrik
Lokasi pabrik sangat berpengaruh pada keberadaan suatu pabrik, baik dari
segi komersial maupun kemungkinan pengembangan di masa mendatang.
Pabrik trimetiletilena direncanakan akan didirikan di daerah kawasan
industri Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT. KIEC), propinsi Banten dengan
pertimbangan sebagai berikut :
1. Kemudahan transportasi
Daerah tersebut dekat dengan pelabuhan untuk keperluan tranportasi impor
serta jalan raya dan jalan tol yang memadai sehingga memudahkan
pengangkutan bahan baku dan produk.
2. Keadaan Geografis
Kawasan industri Cilegon berada dalam daerah yang beriklim tropis,
sehingga cuaca dan iklim relatif stabil. Begitu pula keadaan tanah yang relatif
pengembangan industri juga diharapkan dapat memberikan keuntungan
tersendiri.
4. Tersedianya sarana pendukung
Fasilitas pendukung berupa air, energi dan bahan bakar tersedia cukup
memadai karena merupakan kawasan industri. Kebutuhan utilitas dapat
dipenuhi oleh perusahaan penyedia jasa pemenuhan kebutuhan utilitas.
Kebutuhan tenaga listrik dipenuhi oleh PT. PLN unit PLTU Suralaya yang
lokasinya tidak jauh dari kawasan industri. Kebutuhan air dapat dibeli dari
PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI) yang berada dalam kawasan industri
5. Tersedianya tenaga kerja
Tenaga kerja baik tenaga biasa sampai tenaga ahli tersedia dalam jumlah yang
cukup.
1.4 Tinjauan Pustaka 1.4.1 Macam-macam proses
Reaksi pembuatan trimetiletilena merupakan reaksi isomerisasi :
Beberapa proses pembuatan trimetiletilena yang telah digunakan adalah :
1. Proses Tekanan Tinggi
Pada proses pembuatan trimetiletilena dengan bahan butene, menggunakan
7 bar – 15 bar dengan temperatur 110 °C. Produk berupa gas kemudian
didinginkan untuk mendapatkan hasil cair.
(http://www.axens.net/our-offer/by-market/petrochemicals-chemicals/)
2. Proses Tekanan Rendah
Proses ini merupakan proses yang umum digunakan. Proses ini merupakan
proses isomerisasi dengan bahan baku methyl butene. Katalis yang digunakan
adalah palladium 0,3 % wt yang terdekomposisi dalam alumina. Konversi
yang dihasilkan adalah 82 %. Tekanan operasi sekitar 3 bar, dengan
temperatur operasi optimal kurang lebih 80 °C.
(US. 4,724,274)
Dalam pembuatan trimetiletilena ini dipilih proses tekanan rendah, karena
proses ini mempunyai kelebihan di banding proses tekanan tinggi, yaitu :
1. Produk yang dihasilkan banyak
2. Temperatur reaksi lebih rendah
3. Katalis yang digunakan lebih murah
4. Biaya peralatan dan produksi yang lebih sedikit
1.4.2 Kegunaan produk
Trimetiletilena merupakan salah satu bahan kimia yang dapat digunakan
TAME atau Tersier Amil Metil Eter berfungsi untuk aditif dalam pengolahan
minyak juga digunakan untuk solven, dll.
4. Sebagai bahan baku pembuatan ETBE
ETBE atau Etil Tersier Butil Eter biasa digunakan sebagai zat aditif dalam
memproduksi gasolin dari minyak mentah.
5. Sebagai bahan baku pembuatan MTBE
MTBE atau Metil Tersier Butil Eter merupakan zat yang berfungsi untuk anti
knoking sehingga bisa menaikkan angka oktan pada bensin. Dapat pula
digunakan sebagai solven dikarenakan mempunyai titik didih yang tinggi.
(http://en.wikipedia.org/wiki/2-Methyl-2-butene)
1.4.3 Sifat Fisika dan Kimia 1.4.3.1 Bahan Baku
1. Metil Butena
Rumus kimia:
Sifat fisis :
Ø Berat Molekul : 70,134 g/mol
Ø Titik didih : 31 °C
Ø Titik leleh : -137 °C
Ø Density pada 25 °C : 0,654 gr/cm3
CH3
CH3
CH2 C CH2
CCl3
CH3 C CH CH3
Ø Penampilan : cairan keruh
Ø Kelarutan : tidak larut dalam air
Ø Viskositas : 0,1822 cP pada 25 °C
Sifat kimia :
1. Metil Butena dapat terisomerisasi menjadi trimetiletilena dengan
katalisator asam sulfat.
Reaksi :
2. Metil Butena dapat terklorinasi menjadi 2-Metil Dikloro 2-Butena.
Reaksi :
+
2 3
Cl2
2. 1-Pentene
Rumus kimia:
CH2 = CH – CH2 – CH2 – CH3
Sifat fisis :
Ø Berat Molekul : 70,134 g/mol
Ø Kelarutan : tidak larut dalam air
Ø Viskositas : 0,2015 cP pada 25 °C
Sifat kimia :
1. Reaksi pembakaran dengan oksigen membentuk karbondioksida dan air
Reaksi :
2 C5H10 + 15 O2 10 CO2 + 10 H2O
2. Reaksi dengan hidrogen akan membentuk alkana (pentane)
Reaksi :
C5H10 + H2 C5H12
3. Reaksi dengan halogen membentuk alkil halida
Reaksi :
C5H10 + Cl2 C5H10Cl2
1.4.3.2 Produk 1. Trimetiletilena
Rumus Kimia:
Sifat fisis :
Ø Berat Molekul : 70,134 g/mol
Ø Titik didih : 38,5 °C
(Perry and Green,1986)
Ø Penampilan : cairan keruh
Ø Kelarutan : 193 mg/l dalam air pada 25 °C
Ø Viskositas : 0,2192 cP pada 25 °C
Sifat kimia :
1. Trimetiletilena direaksikan dengan Methanol membentuk Ter-Amil Metil
Eter (TAME).
Reaksi:
2. Trimetiletilena direaksikan dengan ethane membentuk 4-Metil 2- Pentena.
Reaksi:
Ø Bentuk : tetragonal gamma berbentuk bola
Ø Bulk densitas : 0,65 g/cm3
Ø Luas area spesifik : 60 m2/g
Ø Granulasi : 96 %
(http://www.foodingredientsonline.com/storefronts/emin.html)
1.4.4 Tinjauan Proses
Trimetiletilena diproduksi secara kontinyu dengan proses isomerisasi
methyl butene dalam fase gas. Bahan baku tersebut diumpankan dalam reaktor
fixed bed yang berisikan katalis yang terdiri dari 0,3 % wt Palladium (Pd) yang
terkomposisi dalam Alumina (Al2O3) tetragonal gamma berbentuk bola yang
mempunyai luas area spesifik 60 m2/g.
Reaksi isomerisasi berlangsung secara eksotermal. Kecepatan reaksi
berlangsung secara optimum pada suhu 80 °C dengan tekanan 3 atm dan konversi
reaktor mencapai 82 % dan reaksi samping sangat sedikit atau hampir tidak ada.
Hasil dari reaktor yang berupa metil butene, trimetiletilena, dan 1-pentena
masuk ke unit permurnian yang terdiri dari menara distilasi yang berfungsi untuk
memisahkan trimetiletilena dari metil butena dan 1-pentena, sehingga didapatkan
trimetiletilena yang lebih murni. Bahan baku sisa reaksi dikembalikan kembali ke
reaktor.
Reaksi pembuatan trimetiletilena merupakan reaksi isomerisasi :
BAB II
DISKRIPSI PROSES
2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk 2.1.1Spesifiksi Bahan Baku
1. Metil Butena
Fase pada atmosferis : cair
Warna : cairan keruh
Komposisi
metil butena : 98 %
1-pentene : 2 % (impuritas maksimum)
Produsen : Hebei Smart Chemicals Co., Ltd
Kapasitas : 20.000 ton/tahun
(http://www.ec21.com/offer_detail/Sell_2_METHYL_1_BUTENE.html)
2.1.2Spesifikasi Bahan Pendukung
1. Katalis alumina aktif + 0,3 % berat palladium
Fase pada atmosferis : padat
Warna : hitam keabu-abuan mengkilap
Kebutuhan : 7.217 kg/tahun
2.1.3Spesifikasi Produk 1. Trimetiletilena
Fase pada atmosferis : Cair
Warna : Keruh
Kemurnian : 95 % massa
Impuritas
Metil butena : 5 %
1-Pentena : 0 %
2. Konsep Proses 2.1.4Dasar Reaksi
Trimetiletilena (trimetiletilena) diproduksi dengan proses isomerisasi metil
butena (metil butena) dalam fase gas dengan katalis palladium (Pd) yang
terkomposisi dalam alumina (Al2O3) tetragonal gamma berbentuk bola.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
methyl butane trimetiletilena
Reaksi berlangsung dalam fase gas dengan katalis padat dan bersifat
eksotermis. Oleh karena itu reaktor yang dipilih adalah reaktor fixed bed multi
tube.
Reaksi isomerisasi berlangsung secara eksotermis dan reaktor beroperasi
diusahakan tetap pada 80 °C agar reaksi dalam keadaan optimum dan untuk
menghindari terjadinya reaksi samping yang banyak, dan problem teknik.
(US Patent 4.724.274)
Proses ini menggunakan katalis palladium (Pd) (0,3 % wt) yang
terkomposisi dalam alumina (Al2O3) tetragonal gamma berbentuk bola, dimana
katalis ini berfungsi untuk mengarahkan dan mempercepat reaksi, juga
menurunkan energi aktivasi.
2.1.5Mekanisme Reaksi
Mekanisme yang terjadi pada reaksi pembentukan trimetiletilena adalah
sebagai berikut :
1. Transfer massa reaktan dari badan utama fluida ke permukaan luar katalis
(external diffusion)
2. Transfer massa reaktan dari permukaan luar ke permukaan dalam pori -pori
katalis (internal diffusion)
3. Adsorbsi reaktan pada permukaan katalis (chemisorbsion)
4. Reaksi pada permukaan katalis
5. Desorbsi produk reaksi dari permukaan dalam katalis
6. Transfer massa produk dari permukaan dalam ke permukaan luar katalis
7. Transfer massa produk dari permukaan luar katalis ke badan utama fluida
Menentukan mekanisme reaksi dan langkah kecepatan yang menentukan.
Reaksi :
A B
1. Adsorbsi A di permukaan aktif katalis
A + S AS
rA = kecepatan adsorbsi metil butena
kA = konstanta kecepatan adsorbsi metil butena
k-A = konstanta kecepatan desorbsi metil butena
PA = tekanan parsial metil butena
CV = puncak aktif pada permukaan katalis yang kosong
CAS = puncak aktif pada permukaan katalis yang ditempati metil
butena
KA = konstanta kesetimbangan adsorbsi desorbsi metil butena k-A
2. Reaksi permukaan
rS = kecepatan reaksi metil butena menjadi trimetiletilena
kS = konstanta kecepatan reaksi terbentuknya trimetiletilena
k-S = konstanta kecepatan reaksi terbentuknya metil butena
CAS = puncak aktif pada permukaan katalis yang ditempati metil
butena
CBS = puncak aktif pada permukaan katalis yang ditempati
trimetiletilena
KS = konstanta kesetimbangan reaksi
Dimana;
rD = kecepatan desorbsi trimetiletilena
kD = konstanta kecepatan desorbsi trimetiletilena
k-D = konstanta kecepatan adsorbsi trimetiletilena
PB = tekanan parsial trimetiletilena
CV = puncak aktif pada permukaan katalis yang kosong
CBS = puncak aktif pada permukaan katalis yang ditempati
trimetiletilena
KD = konstanta kesetimbangan adsorbsi desorbsi
trimetiletilena
Langkah yang menentukan : Reaksi permukaan katalis
1. Adsorbsi A di permukaan aktif katalis
3. Reaksi permukaan
Pada kondisi optimum nilai dari
D
Dimana, k = kS KA
K = KA KS KD
CA = Ct PA
CB = Ct PB
Ct = total konsentrasi
(Fogler, 1999)
2.1.6Tinjauan Kinetika
Reaksi isomerisasi metil butena merupakan reaksi eksotermis sehingga
selama reaksi berlangsung akan terjadi pelepasan panas. Agar kondisi tetap
optimum maka dijaga agar suhu tetap konstan (isotermal) yaitu dengan
melakukkan pendinginan melalui shell reaktor. Harga konstanta kecepatan reaksi
(k) dalam pembentukan trimetiletilena mengikuti persamaan umum kinetika
menurut persamaan Arrhenius :
k = A . e –E/RT
dimana :
k = konstanta kecepatan reaksi (dm3/gkatalis.jam)
A = faktor frekuensi tumbukan
E = energi aktivasi (Joule/mol)
R = konstanta gas (8,31447 Joule/mol.K )
T = temperatur operasi ( K )
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi adalah :
besar sehingga reaksi berjalan semakin cepat.
2. Katalis
Katalis juga berperan dalam menurunkan energi aktivasi sehingga konstanta
kecepatan reaksi tinggi dan reaksi dapat berjalan cepat serta lebih
mengarahkan reaksi bergeser ke kanan.
3. Konsentrasi
Konsentrasi berkaitan dengan jumlah partikel yang bereaksi. Makin besar
konsentrasi berarti makin banyak partikel sehingga makin banyak yang
bergerak dan makin banyak yang bertumbukan. Sehingga dengan banyaknya
partikel yang bertumbukan kecepatan reaksi akan semakin besar.
4. Luas Permukaan
Pengaruh luas permukaan terhadap kecepatan reaksi sama seperti pengaruh
terhadap tumbukan. Untuk itu maka luas permukaan makin besar akan
menyebabkan jumlah tumbukan semakin besar, sehingga kecepatan reaksi
semakin besar.
Dari persamaan umum kinetika nampak bahwa semakin tinggi suhu maka
harga konstanta kecepatan reaksi akan semakin besar sehingga laju reaksi akan
semakin cepat.
2.1.7Tinjauan Termodinamika
Reaksi Isomerisasi metil butena menjadi trimetiletilena
metil butena trimetiletilena
Harga ΔHof masing-masing komponen pada suhu 298.15 K dapat dilihat pada
tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1 Harga ΔHof masing-masing komponen
Komponen Harga ΔHof (kJ/mol)
metil butena -34,9
trimetiletilena -40,8
(Yaws, 1999)
metil butena trimetiletilena
ΔHReaksi = ΔHof produk – ΔHof reaktan
= (ΔHof trimetiletilena) – (ΔHof metil butena)
= (-40,8) – (-34,9) kJ/mol
= -5,9 kJ/mol
Karena harga ΔHReaksi negatif, maka reaksi bersifat eksotermis.
Tabel 2.2 Harga ΔGof masing-masing komponen
Komponen Harga ΔGof (kJ/mol)
metil butena 67,2
trimetiletilena 61,6
ΔGo
(Smith & VanNess, 1987)
dengan :
K = Konstanta kesetimbangan pada suhu tertentu
T = Suhu tertentu
DH298.15K = Panas reaksi standar pada 298.15 K
Pada suhu 80oC (353,15 K) besarnya konstanta kesetimbangan dapat dihitung
5736
Karena harga konstanta kesetimbangan kecil, maka reaksi berlangsung secara
bolak-balik (reversible).
2.1.8Kondisi Operasi
Kondisi operasi sangat menentukan jalannya proses dan produk yang
dihasilkan. Pada perancangan ini dipilih kondisi operasi :
Suhu : 80oC
Tekanan : 3 atm
Katalis : alumina aktif + 0,3 % berat Palladium (Pd)
Fase reaksi : gas
Pada kondisi operasi ini diperoleh konversi trimetiletilena terhadap metil butena
sekitar 82%.
2.2 Diagram Alir Proses dan Tahapan Proses 2.2.1Diagram Alir Proses
Diagram alir ada tiga macam, yaitu:
a. Diagram alir proses
Dapat dilihat pada gambar 2.1
b. Diagram alir kuantitatif
Dapat dilihat pada gambar 2.2
2.2.2Tahapan Proses
Proses produksi trimetiletilena terbagi menjadi beberapa tahap di bawah
ini :
1. Tahap penyiapan bahan baku
2. Tahap pembentukan produk
3. Tahap pemurnian produk
1. Tahap penyiapan bahan baku
Bahan baku metil butena yang diimpor dari luar negeri disimpan dalam
bentuk cairan pada temperatur 30 °C pada tekanan atmosferis dengan tangki
silinder vertikal flat bottom head conical. Bahan tersebut kemudian dialirkan
menuju vaporizer (E-01) sebelumnya telah dicampur dulu dengan bahan baku
recycle dari menara distilasi 1 (T-01) untuk mengubah fase menjadi gas. Agar
mencapai kondisi yang diinginkan yaitu tekanan 3 atm dan temperatur 80 °C,
maka bahan tersebut dialirkan ke heater (E-02) dan menuju reaktor (R-01).
2. Tahap pembentukan produk
Reaksi pembentukan trimetiletilena terjadi di reaktor fixed bed multitube
dengan kondisi tekanan 3 atm dan temperatur 80 °C. Reaksi yang terjadi adalah
eksotermis sehingga diperlukan pendinginan agar kondisinya optimum (80 °C)
dengan cara mendinginkan dengan cooling water.
3. Tahap pemurnian produk
Gas-gas yang keluar dari reaktor diteruskan menuju menara distilasi T-01
1-pentena, sedangkan hasil bawah kandungan terbesarnya adalah trimetiletilena.
Hasil atas menara distilasi T-01 direcycle ke reaktor. Hasil bawah menara distilasi
T-01 yaitu trimetiletilena dengan tingkat kemurnian 95 %.
2.3 Neraca Massa dan Neraca Panas
Produk : trimetiletilena 95,00 %
Kapasitas perancangan : 15.000 ton/tahun trimetiletilena
Waktu operasi selama 1 tahun : 330 hari
Waktu operasi selama 1 hari : 24 jam
2.3.1Neraca Massa
Basis perhitungan : 1 jam operasi
Satuan : 1 kg
a. Neraca massa total
Tabel 2.3 Neraca massa total
Komponen
Input (kg/jam) Output (kg/jam)
arus 1 arus 12 arus 13
1-pentena 39,30 20,82 18,48
metil butena 1925,85 93,66 49,00
trimetiletilena 0,00 1779,46 3,73
Total
b. Neraca massa alat
1. Neraca massa separator FG-01
Tabel 2.4 Neraca massa separator FG-01
Komponen
input (kg/jam) output (kg/jam)
arus 5 arus 3 arus 4
1-pentena 165,64 133,14 32,50
metil butena 2717,88 2174,63 543,25
trimetiletilena 24,88 18,95 5,93
Total
2908,40 2326,72 581,68
2908,40 2908,40
2. Neraca massa reaktor R-01
Tabel 2.5 Neraca massa reaktor R-01
Komponen
input (kg/jam) output (kg/jam)
arus 3 arus 6
1-pentene 133,14 133,14
metil butena 2174,63 391,43
trimetiletilena 18,95 1802,14
3. Neraca massa menara distilasi T-01
Tabel 2.6 Neraca massa menara distilasi T-01
Komponen
input (kg/jam) output (kg/jam)
arus 6 arus 11 arus 12
1-pentena 133,14 112,32 20,82
metil butena 391,43 297,78 93,66
trimetiletilena 1802,14 22,68 1779,46
Total
2326,72 432,78 1893,94
2326,72 2326,72
4. Neraca massa heat exchanger E-04
Tabel 2.7 Neraca massa heat exchanger E-04
Komponen
input (kg/jam) output (kg/jam)
arus 8 arus 10 arus 12
1-pentena 54,27 33,45 20,82
metil butena 241,20 147,54 93,66
trimetiletilena 4032,30 2252,84 1779,46
Total
4327,77 2433,83 1893,94
5. Neraca massa Tee-01
Tabel 2.8 Neraca massa Tee-01
Komponen
input (kg/jam) output (kg/jam)
arus 1 arus 2 arus 3
1-pentena 39,30 93,84 133,14
metil butena 1925,85 248,78 2174,63
trimetiletilena 0,00 18,95 18,95
Total
1965,15 361,56 2326,72
2326,72 2326,72
6. Neraca massa Tee-02
Tabel 2.9 Neraca massa Tee-02
Komponen
input (kg/jam) output (kg/jam)
arus 3 arus 4 arus 5
1-pentena 133,14 32,50 165,64
metil butena 2174,63 543,25 2717,88
trimetiletilena 18,95 5,93 24,88
Total
2326,72 581,68 2908,40
7. Neraca massa Tee-03
Tabel 2.10 Neraca massa Tee-03
Komponen
input (kg/jam) output (kg/jam)
arus 7 arus 9 arus 11
1-pentena 1235,52 1123,20 112,32
metil butena 3275,55 2977,77 297,78
trimetiletilena 249,48 226,80 22,68
Total
4760,54 4327,77 432,78
4760,54 4760,54
8. Neraca massa Tee-04
Tabel 2.11 Neraca massa Tee-04
Komponen
input (kg/jam) output (kg/jam)
arus 8 arus 10 arus 12
1-pentena 54,27 33,45 20,82
metil butena 241,20 147,54 93,66
trimetiletilena 4032,30 2252,84 1779,46
Total
4327,77 2433,83 1893,94
9. Neraca massa Tee-05
Tabel 2.12 Neraca massa Tee-05
Komponen
input (kg/jam) output (kg/jam)
arus 11 arus 2 arus 13
1-pentena 112,32 93,84 18,48
metil butena 297,78 248,78 49,00
trimetiletilena 22,68 18,95 3,73
Total
432,78 361,56 71,21
2.3.2Neraca Panas
Basis perhitungan : 1 jam operasi
Satuan : 1 kJ
a. Neraca panas total
Tabel 2.13 Neraca panas total
Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam)
Vaporizer (E-01) 949752,62
Heater (E-02) 54953,06
Panas Reaksi 158082,54
Cooler Reaktor 117016,87
Expander 95439,24
Kondenser (E-05) 934223,19
Kondenser (E-03) 4436486,47
Reboiler (E-04) 4453801,64
Arus 1 21945,75
Arus 6 54422,03
Arus 7 971,99
Total 5638535,62 5638559,78
Selisih 24,16
b. Neraca panas alat
1. Neraca panas reaktor R-01
Tabel 2.14 Neraca panas reaktor R-01
Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam)
Arus (3) 1031610,50 0,00
Arus (6) 0,00 1072676,17
Pendingin 0,00 117016,87
Panas Reaksi 158082,54 0,00
Total 1189693,04 1189693,04
2. Neraca panas separator S-01
Tabel 2.15 Neraca panas separator S-01
Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam)
Arus 5 1033076,67 0,00
Arus 4 0,00 56443,38
Arus 3 0,00 976633,28
3. Neraca panas menara distilasi T-01
Tabel 2.16 Neraca panas menara distilasi T-01
Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam)
Arus (6) 43013,75 0,00
Arus (11) 0,00 5906,89
Arus (12) 0,00 54422,03
Pendingin E-03 0,00 4436486,47
Pemanas E-04 4453801,64 0,00
Total 4496815,39 4496815,39
4. Neraca panas heat exchanger E-01
Tabel 2.17 Neraca panas heat exchanger E-01
Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam)
Arus 5 in 83324,04 0,00
Arus 5 out 0,00 1033076,67
Pemanas E-01 949752,62 0,00
5. Neraca panas heat exchanger E-02
Tabel 2.18 Neraca panas heat exchanger E-02
Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam)
Arus 3 in 976633,28 0,00
Arus 3 out 0,00 1031586,34
Pemanas E-02 54953,06 0,00
Total 1031586,34 1031586,34
6. Neraca panas heat exchanger E-03
Tabel 2.19 Neraca panas heat exchanger E-03
Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam)
Arus 7 in 4601879,40 0,00
Arus 7 out 0,00 165392,93
Pendingin E-03 0,00 4436486,47
7. Neraca panas heat exchanger E-04
Tabel 2.20 Neraca panas heat exchanger E-04
Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam)
Arus 12 0,00 54422,03
Arus 8 407541,82 0,00
Arus 10 0,00 4806921,44
Pemanas E-04 4453801,64 0,00
Total 4861343,47 4861343,47
8. Neraca panas Tee-01
Tabel 2.21 Neraca panas Tee-01
Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam)
Arus 1 21945,75 0,00
Arus 2 4934,90 0,00
Arus 3 0,00 26880,66
9. Neraca panas Tee-02
Tabel 2.22 Neraca panas Tee-02
Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam)
Arus 3 26880,66 0,00
Arus 4 56443,38 0,00
Arus 5 0,00 83324,04
Total 83324,04 83324,04
10. Neraca panas Tee-03
Tabel 2.23 Neraca panas Tee-03
Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam)
Arus 6 2966,73 0,00
Arus 7 0,00 8317,88
Arus 8 5351,15 0,00
11. Neraca panas Tee-04
Tabel 2.24 Neraca panas Tee-04
Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam)
Arus 7 165392,93 0,00
Arus 9 0,00 159486,04
Arus 11 0,00 5906,89
Total 165392,93 165392,93
12. Neraca panas Tee-05
Tabel 2.25 Neraca panas Tee-05
Komponen Input (kJ/jam) Output (kJ/jam)
Arus 2 0,00 4934,90
Arus 11 5906,89 0,00
Arus 13 0,00 971,99
Total 5906,89 5906,89
2.4 Tata Letak Pabrik dan Peralatan 2.4.1Tata Letak Pabrik
Tata letak pabrik adalah kedudukan dari bagian pabrik yang terdiri dari
Tata letak pabrik harus dirancang sedemikian rupa sehingga penggunaan
area yang tersedia dapat efisien dan proses produksinya dapat berjalan dengan
lancar. Jadi dalam penentuan tata letak pabrik harus dipikirkan penempatan
alat-alat produksi sehingga keamanan, keselamatan dan kenyamanan bagi karyawan
dapat dipenuhi.
Selain peralatan yang tercantum dalam flow sheet proses, beberapa
bangunan fisik seperti kantor, laboratorium, bengkel, tempat ibadah, poliklinik,
MCK, kantin, fire safety, pos penjagaan dan sebagainya hendaknya ditempatkan
pada bagian yang tidak mengganggu jalannya proses, ditinjau dari lalu lintas
barang, kontrol, dan keamanan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan tata letak pabrik adalah:
1. Perluasan pabrik dan kemungkinan penambahan bangunan
Perluasan pabrik harus sudah direncanakan sejak awal sehingga masalah
kebutuhan akan tempat tidak akan timbul di masa depannya. Area yang khusus
harus dipersiapkan untuk dipakai tempat perluasan pabrik, penambahan peralatan
untuk menambah kapasitas, maupun pengolahan produk.
2. Keamanan
Penentuan tata letak pabrik harus memperhatikan masalah keamanan,
apabila terjadi hal-hal seperti kebakaran, ledakan, kebocoran gas beracun dapat
ditanggulangi secara tepat. Oleh karena itu ditempatkan alat-alat pengamanan
seperti hidran, penampungan air yang cukup, alat penahan ledakan dan alat sensor
3. Luasan area yang tersedia
Pemakaian tempat harus disesuaikan dengan area yang tersedia apabila
harga tanah cukup tinggi maka pemakaian lahan haruslah efisien.
4. Instansi dan utilitas
Pemasangan dan distribusi yang baik dari gas, steam, dan listrik serta
utilitas lainnya akan membantu proses produksi dan perawatannya. Penempatan
alat-alat kantor diatur sedemikian rupa agar karyawan mudah mencapainya dan
dapat menjamin kelancaran operasi serta memudahkan perawatannya.
5. Area pengolahan limbah
Pabrik harus memperhatikan aspek sosial dan ikut menjaga kelestarian
lingkungan, yaitu dengan memperhatikan masalah buangan limbah hasil
produksinya. Batas maksimal kandungan komponen berbahaya pada limbah harus
diperhatikan dengan baik. Untuk itu penambahan fasilitas pengolahan limbah
sangat diperlukan, sehingga buangan limbah tersebut tidak berbahaya bagi
komunitas yang ada disekitarnya.
6. Jarak yang tersedia dan jarak yang dibutuhkan
Alat-alat proses perlu diletakkan pada jarak yang teratur dan nyaman
sesuai dengan karakteristik alat dan bahan sehingga kemungkinan bahaya
kecelakaan dapat dihindarkan. Sebagian besar gerakan bahan cairan dan gas di
Secara umum, garis besar tata letak pabrik ini dibagi menjadi beberapa
daerah utama, yaitu :
1. Daerah Administrasi/Perkantoran
Daerah ini merupakan pusat kegiatan administrasi perusahaan yang
mengatur kelancaran operasi dan kegiatan-kegiatan lainnya. Daerah ini
ditempatkan di bagian depat pabrik agar kegiatan administrasi tidak mengganggu
kegiatan dan keamanan pabrik serta harus terletak jauh dari areal proses yang
berbahaya.
2. Daerah Fasilitas Umum
Merupakan daerah penunjang segala aktivitas pabrik dalam pemenuhan
kepentingan pekerja, seperti tempat parkir, tempat ibadah, kantin dan pos
keamanan.
3. Daerah Proses
Merupakan pusat proses produksi di mana alat-alat proses dan pengendali
proses ditempatkan. Daerah proses ini terletak di bagian tengah pabrik yang
lokasinya tidak mengganggu. Letak aliran proses direncanakan sedemikian rupa
sehingga memudahkan pemindahan bahan baku dari tangki penyimpanan dan
pengiriman produk ke daerah penyimpanan serta memudahkan pengawasan dan
pemeliharaan terhadap alat-alat proses. Daerah proses ini diletakkan minimal 15
meter dari bangunan-bangunan atau unit-unit lain.
4. Daerah Laboratorium dan Ruang Kontrol
laboratorium merupakan pusat kontrol kualitas bahan baku, produk dan limbah
proses, sedangkan daerah ruang kontrol merupakan pusat kontrol berjalannya
proses yang diinginkan (kondisi operasi baik tekanan, temperatur dan lain-lain
yang diinginkan). Laboratorium dan ruang kontrol ini diletakkan dekat daerah
proses apabila terjadi sesuatu masalah di daerah proses dapat cepat teratasi.
5. Daerah Pemeliharaan
Daerah pemeliharaan merupakan tempat penyimpanan suku cadang alat
proses dan untuk melakukan perbaikan, pemeliharaan atau perawatan semua
peralatan yang dipakai dalam proses.
6. Daerah Penyimpanan Bahan Baku dan Produk
Daerah ini terdiri dari area tangki penyimpanan bahan baku dan produk
yang terletak di lingkungan terbuka dan berada di dalam daerah yang dapat
terjangkau oleh angkutan pembawa bahan baku dan produk. Daerah ini biasanya
ditempatkan di dekat areal proses supaya suplai bahan baku proses dan
penyimpanan produk lebih mudah.
7. Daerah Utilitas
Daerah ini merupakan tempat untuk penyediaan keperluan yang
menunjang berjalannya proses produksi berupa penyediaan air, steam, listrik.
Daerah ini ditempatkan dekat dengan daerah proses agar sistem pemipaan lebih
Keterangan :
1. Pos Keamanan 5. CCR & laboratorium 9. Benkel & Perlengkapan 13. IPAL
2. Musholla 6. Garasi 10. Safety 14. Area Perluasan
3. Klinik 7. Parkir dan Taman 11. Area Produksi 15. Gudang
4. Kantin 8. Kantor dan Aula 12. Utilitas 16. Area Bongkar Muat
1 6
5 11
7
10 14
8 9
12
2 15 16
3 4
13
Skala 1 : 1000
2.4.2Tata Letak Peralatan
Dalam perencanaan tata letak peralatan proses pada pabrik ada beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Aliran bahan baku
Pengaliran bahan baku dan produk yang tepat akan memberikan
keuntungan ekonomis yang lebih besar, serta menunjang kelancaran dan
keamanan produksi.
2. Aliran udara
Aliran udara di dalam dan sekitar area proses perlu diperhatikan supaya
lancar, hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya stagnasi udara pada suatu
tempat yang dapat menyebabkan akumulasi bahan kimia yang berbahaya,
sehingga membahayakan keselamatan pekerja, disamping itu perlu diperhatikan
arah hembusan angin.
3. Cahaya
Penerangan seluruh pabrik harus memadai, dan pada tempat-tempat proses
yang berbahaya atau beresiko tinggi perlu diberikan penerangan tambahan.
4. Lalu lintas manusia
Dalam perancangan lay out peralatan proses, perlu diperhatikan agar pekerja
dapat mencapai seluruh alat proses dengan cepat dan mudah, supaya apabila
5. Lalu lintas alat berat
Hendaknya diperhatikan jarak antar alat dan lebar jalan agar seluruh alat
proses dapat dicapai oleh pekerja dengan cepat dan mudah supaya jika terjadi
gangguan alat proses dapat segeara diperbaiki.
6. Perhitungan ekonomi
Dalam menempatkan alat-alat proses pada pabrik diusahakan agar dapat
menekan biaya operasi dan menjamin kelancaran serta keamanan produksi,
sehingga dapat menguntungkan dari segi ekonomi.
7. Jarak alat proses
Untuk alat proses yang mempunyai suhu dan tekanan operasi tinggi,
sebaiknya dipisahkan dari alat proses lainnya, sehingga apabila terjadi ledakan
Prarancanga
n Pabrik Trimetiletilena
Dengan Pros
es Isomerisasi Metil Butena
Kapasitas 15
BAB III
SPESIFIKASI ALAT
3.1 Alat Utama 3.1.1 Reaktor R-01
Kode : R-01
Fungsi : Tempat berlangsungnya reaksi isomerisasi metil butena
membentuk trimetiletilena
Jenis : fixed bed multi tube
Jumlah : 1
Kondisi operasi : T = 80 oC
P = 3 atm
isothermal dan non adiabatic
Katalis : Alumina aktif + 0,3 % berat palladium
Pendingin : Air, dengan suhu : 30 oC
Tube :
ID : 1,01 in (2,565 cm)
OD : 1,25 in (3,175 cm)
BWG : 11
Panjang : 3,580 m
Jumlah : 1500
Clearance : 0,0079375 m
ΔP : 0,0309 atm
Shell :
Material : Carbon steel SA-167 grade 5
IDS : 1,6141 m
Baffle spacing : 0,8070 m
Tebal : 14 in
ΔP : 6,6043 ∙ 10-4 atm
Head :
Jenis : flanged and standard dished head
Material : Carbon steel SA-167 grade 5
Tebal : 38 in
Tinggi : 0,2466 m
Harga U$$ : 356.481
3.1.2 Menara distilasi T-01
Kode : T-01
Fungsi : Memisahkan sebagian besar metil butena dan
1-pentena dengan trimetiletilena
Tipe : Sieve plate tower
§ Bawah : T = 38,02 oC
§ Umpan : T = 36,62 oC
Shell /Kolom
§ Diameter : 1,61 m
§ Tinggi total : 21,35 m
§ Tebal shell : 0,50 in
Head
§ Tipe : Torispherical head
§ Tebal head : 0,25 in
§ Tinggi head : 0,617 m
Plate
§ Tipe : Sieve tray
§ Jumlah plate : 52 ( tanpa reboiler)
§ Plate spacing : 0.3 m
§ Plate umpan : Plate ke 20 dari bawah
Harga U$$ : 163.580
3.2 Alat Pendukung
3.2.1 Tangki metil butena TT-01
Kode : TT-01
Fungsi : Menyimpan metil butena selama 1 bulan
Tipe : Tangki silinder vertikal, flat bottomed dan atap
Kondisi operasi : T = 30oC
P = 1 atm
Material : Carbon steel SA-283 grade C
Kapasitas : 16790 bbl
Diameter : 50 ft
Tinggi : 48 ft
Tebal shell : Course 1 = 0,500 in
Course 2 = 0,500 in
Course 3 = 0,437 in
Course 4 = 0,375 in
Course 5 = 0,313 in
Course 6 = 0,313 in
Course 7 = 0,250 in
Course 8 = 0,187 in
Tebal head : 0,75 in
Tinggi head : 9,10 ft
Tinggi total : 57,10 ft
Isolasi : Asbestos
Tebal isolasi : 0,28 in
Tipe : Tangki silinder vertikal, flat bottomed dan atap
Conical head
Jumlah : 1 buah
Kondisi operasi : T = 30oC
P = 1 atm
Material : Carbon steel SA-283 grade C
Kapasitas : 16790 bbl
Diameter : 50 ft
Tinggi : 48 ft
Tebal shell : Course 1 = 0,500 in
Course 2 = 0,500 in
Course 3 = 0,437 in
Course 4 = 0,375 in
Course 5 = 0,313 in
Course 6 = 0,313 in
Course 7 = 0,250 in
Course 8 = 0,187 in
Tebal head : 0,75 in
Tinggi head : 9,10 ft
Tinggi total : 57,10 ft
Isolasi : Asbestos
3.2.3 Separator S-01
Kode : S-01
Fungsi : Memisahkan cairan dan gas keluar E-01
Tipe : Vertical drum dengan torispherical head
Material : Low alloy steel SA-283 grade C
Kondisi operasi : T = 66,94 °C
P = 3 atm
Diameter : 5,94 ft
Tinggi : 25,63 ft
Tebal shell : 0,3125 in
Tebal head : 0,4375 in
Tinggi total : 28,28 ft
Harga U$$ : 55.229
3.2.4 Akumulator D-01
Kode : D-01
Fungsi : Menampung hasil atas menara distilasi T-01
Tipe : Horisontal drum dengan torispherical head
Material : Low alloy steel SA-283 grade C
Kondisi operasi : T = 31,14 °C
Tebal shell : 3/16 in
Tebal head : 3/16 in
Panjang total : 8,56 ft
Harga U$$ : 10611
3.2.5 Heat exchanger E-01
Kode : E-01
Fungsi : Mengubah fase cair menjadi gas umpan
Metil butena
Tipe : Shell and tube heat exchanger
Beban Panas : 900191,68 Btu/jam
Luas Transfer panas : 107,84 ft2
Material : High-alloy steel SA-167 Grade 5
Tube side
§ Fluida : Steam
§ Kapasitas : 379,08 kg/jam
§ Suhu : Suhu masuk = 133,99 oC
Suhu keluar = 133,99 oC
§ OD tube : 0.75 in
§ Susunan : Triangular pitch
§ BWG : 18
§ Pitch : 0,9375 in
§ Passes : 1
§ Delta P : 0,05 psi
Shell side
§ Fluida : Bahan yang diuapkan
§ Kapasitas : 9497552,62 kg/jam
§ Suhu : Suhu masuk = 33,39 °C
Suhu keluar = 66,94 °C
§ ID shell : 15,25 in
§ Baffle spacing : 15,25 in
§ Passes : 1
§ Delta P : 0.01 psi
Uc : 68,30 Btu/j.F.ft2
Ud : 63,66 Btu/j.F.ft2
Rd required : 0.001 j.ft2.F/Btu
Rd : 0.0011 j.ft2.F/Btu
Harga U$$ : 10775
3.2.6 Heat exchanger E-02
Kode : E-02
Fungsi : Memanaskan bahan dari hasil atas S-01
Material : High-alloy steel SA-167 Grade 5
Pipa dalam
§ Fluida : Bahan yang dipanaskan (dari tangki pencampur)
§ Kapasitas : 5129,53 lb/jam
§ Delta P : 0.05 psi
§ Suhu : Tmasuk = 66,94 °C
Tkeluar = 80 °C
§ IPS : 2 in
§ Diameter luar : 2,375 in
§ SN : 40
§ Diameter dalam : 2,067 in
§ Panjang hair pin : 15 ft
§ Jumlah hair pin : 3 buah
Pipa luar
§ Fluida : Steam
§ Kapasitas : 48,35 lb/jam
§ Delta P : 0,05 psi
§ Suhu : Tmasuk = 133,99 °C
Tkeluar = 133,99 °C
§ IPS : 3 in
§ Diameter luar : 3.5 in
Uc : 41,85 Btu/j.ft2.F
Ud : 39,91 Btu/j.ft2.F
Rd required : 0.001 ft2.jam.F/Btu
Rd : 0.0012 ft2.jam.F/Btu
Harga U$$ : 4940
3.2.7 Heat exchanger E-03
Kode : E-03
Fungsi : Mengembunkan hasil atas menara distilasi D-01
Tipe : Shell and tube heat exchanger
Beban panas : 4204977 Btu/jam
Luas transfer panas : 1722,59 ft2
Tube side
§ Fluida : Air pendingin
§ Kapasitas : 116804 lb/jam
§ Material : High-alloy steel SA-167 Grade 5
§ Suhu : Tmasuk = 10oC
Tkeluar = 25oC
§ OD tube : 1 in
§ Susunan : Triangular pitch
§ Passes : 1
§ Delta P : 0.01 Psi
Shell side
§ Fluida : Hasil Atas D-01
§ Kapasitas : 26715 lb/jam
§ Material : High-alloy steel SA-167 Grade 5
§ Suhu : Tmasuk = 31,25oC
Tkeluar = 31,14oC
§ ID shell : 35 in
§ Passes : 1
§ Delta P : 0.01 Psi
Uc : 122,28 Btu/j.F.ft2
Ud : 88,32 Btu/j.F.ft2
Rd required : 0.003 j.F.ft2/Btu
Rd : 0.0031 j.F.ft2/Btu
Harga U$$ : 40326
3.2.8 Heat exchanger E-04
Kode : E-04
Fungsi : Menguapkan sebagian hasil bawah menara distilasi
T-01
Tipe : Kettle reboiler
Beban panas : 4221388 Btu/jam
Material : High-alloy steel SA-167 Grade 5
Tube side
§ Fluida : Steam
§ Kapasitas : 3919,05 lb/jam
§ Suhu : Tmasuk = 133,99oC
Tkeluar = 133,99 oC
§ OD tube : 3/4 in
§ Susunan : Triangular pitch
§ BWG : 16
§ Pitch : 15/16 in
§ Panjang tube : 12 ft
§ Jumlah tube : 127
§ Passes : 1
§ Delta P : Diabaikan
Shell side
§ Fluida : Hasil bawah D-01
§ Kapasitas : 30890 lb/jam
§ Suhu : Tmasuk = 37,94oC
Tkeluar = 38,02oC
Ud : 126,40 Btu/j.F.ft2
Rd required : 0.001 j.F.ft2/Btu
Rd : 0.0011 j.F.ft2/Btu
Harga U$$ : 19452
3.2.9 Heat exchanger E-05
Kode : E-05
Fungsi : Mengembunkan hasil Reaktor
Tipe : Shell and tube heat exchanger
Beban panas : 885472 Btu/jam
Luas transfer panas : 200,74 ft2
Tube side
§ Fluida : Air pendingin
§ Kapasitas : 24596 lb/jam
§ Material : High-alloy steel SA-167 Grade 5
§ Suhu : Tmasuk = 10oC
Tkeluar = 25oC
§ OD tube : 3/4 in
§ Susunan : Triangular pitch
§ BWG : 18
§ Pitch : 0,9375 in
§ Panjang tube : 12 ft
§ Delta P : 0.01 Psi
Shell side
§ Fluida : Hasil Reaktor
§ Kapasitas : 5129 lb/jam
§ Material : High-alloy steel SA-167 Grade 5
§ Suhu : Tmasuk = 48,63oC
Tkeluar = 36,62oC
§ ID shell : 12 in
§ Passes : 1
§ Delta P : 0.01 Psi
Uc : 71,78 Btu/j.F.ft2
Ud : 58,24 Btu/j.F.ft2
Rd required : 0.003 j.F.ft2/Btu
Rd : 0.0032 j.F.ft2/Btu
Harga U$$ : 8326
3.2.10 Pompa J-01
Kode : J-01
Fungsi : Mengalirkan metil butena dari TT-02 ke E-01
Tipe : Sentrifugal
NPSH required : 9.84 ft
NPSH available : 31,83 ft
Pipa
§ IPS : 2,25 in
§ OD : 2,66 in
§ ID : 2,38 in
§ SN : 40 ST 40S
Harga U$$ : 20274
3.2.11 Pompa J-02
Kode : J-02
Fungsi : Mengalirkan bahan dari D-01 ke top T-01
Tipe : Sentrifugal
Jumlah : 2
Kapasitas (gpm) : 582,51
Tenaga pompa : 14,95 Hp
Tenaga motor : 20,12 Hp
NPSH required : 9.84 ft
NPSH available : 23,83 ft
Pipa
§ IPS : 8 in
§ OD : 8,625 in
Harga U$$ : 12419
3.2.12 Pompa J-03
Kode : J-03
Fungsi : Mengalirkan Bahan dari E-04 ke TT-03
Tipe : Sentrifugal
Jumlah : 2
Kapasitas (gpm) : 35,10
Tenaga pompa : 0,71 Hp
Tenaga motor : 2,68 Hp
NPSH required : 9.84 ft
NPSH available : 12,59 ft
Pipa
§ IPS : 2 in
§ OD : 2,375 in
§ ID : 1,94 in
§ SN : 80 XS 80S
Harga U$$ : 13951
3.2.13 Pompa J-04
Kode : J-04
Tenaga pompa : 0,13 Hp
Tenaga motor : 2,68 Hp
NPSH required : 9.84 ft
NPSH available : 128,68 ft
Pipa
§ IPS : 1,25 in
§ OD : 1,66 in
§ ID : 1,44 in
§ SN : 10S
Harga U$$ : 7952
3.2.14 Expander JC-01
Kode : JC-01
Fungsi : Menurunkan tekanan dari 3 atm ke 1 atm
Tipe : Sentrifugal
Jumlah : 2
Kapasitas (acfm) : 28,984
Daya : 2,49 Hp
Kerja Aktual : 2,11 Hp
Efisiensi : 84 %
Penggerak : Listrik
T masuk : 80,00 oC
BAB IV
UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM
4.1. Unit Pendukung Proses
Unit pendukung proses atau sering disebut unit utilitas merupakan bagian
penting untuk menunjang berlangsungnya proses dalam suatu pabrik.
Unit pendukung proses untuk pabrik ini meliputi : unit pengadaan air, unit
pengadaan steam, unit pengadaan udara tekan, unit pengadaan listrik, unit
pengadaan bahan bakar dan unit pengolahan limbah.
Unit-unit pendukung proses yang terdapat dalam pabrik Trimetiletilena
antara lain :
1. Unit pengadaan air
Unit ini bertugas menyediakan dan mengolah air untuk memenuhi kebutuhan
air sebagai berikut :
a. Air pendingin
b. Air umpan boiler
c. Air konsumsi dan sanitasi
2. Unit pengadaan steam
Unit bertugas menyediakan kebutuhan steam sebagai media pemanas untuk
4. Unit pengadaan listrik
Unit ini bertugas menyediakan listrik sebagai tenaga penggerak untuk peralatan
proses, keperluan pengolahan air, peralatan-peralatan elektronik atau listrik
AC, maupun untuk penerangan. Listrik disuplai dari PT. PLN dan dari
generator sebagai cadangan bila listrik dari PT. PLN mengalami gangguan.
5. Unit pengadaan bahan bakar
Unit ini bertugas menyediakan bahan bakar untuk kebutuhan boiler dan
generator.
6. Unit pengolahan limbah
Unit ini bertugas untuk pengolahan limbah padat, cair, maupun gas yang
dihasilkan selama proses produksi berlangsung.
7. Unit Refrigerasi
Unit ini bertugas menyediakan media pendingin untuk digunakan di
kondensor menara distilasi dan kondensor setelah expander.
4.1.1. Unit Pengadaan Air a. Air Pendingin
1. Sumber Air
Air pendingin yang digunakan adalah air laut yang diperoleh dari laut yang
tidak jauh dari lokasi pabrik. Alasan digunakannya air laut sebagai media
pendingin adalah karena faktor – faktor sebagai berikut :
a. Air laut dapat diperoleh dalam jumlah yang besar dengan biaya murah.
d. Tidak terdekomposisi.
e. Tidak dibutuhkan cooling tower, karena air laut langsung dibuang lagi.
Air pendingin ini digunakan sebagai pendingin pada kondenser total,
kondenser parsial dan heat exchanger. Hal – hal yang perlu diperhatikan
dalam pengolahan air laut sebagai pendingin adalah :
a. Partikel – partikel besar/makroba (makhluk hidup laut dan konstituen
lain).
b. Partikel – partikel kecil/mikroba laut (ganggang dan mikroorganisme
laut) yang dapat menyebebkan fouling pada kondenser dan heat
exchanger.
2. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Air Laut
Air laut digunakan sebagai media pendingin untuk heat exchanger pada
E-03, E-04, E-06 dan E-08. Kebutuhan air pendingin dapat dilihat pada Tabel
4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Kebutuhan Air Pendingin
No Kode Nama Alat Kebutuhan (kg/jam)
1.
2.
3.
R-01
E-03
E-05
Pendingin Reaktor
Kondensor Menara Distilasi 1
Kondensor Expander
18.000,000
52.981,000
11.157,000