• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMPNEGERI 3 PULE TRENGGALEK DENGAN STRATEGI GROUP INVESTIGATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMPNEGERI 3 PULE TRENGGALEK DENGAN STRATEGI GROUP INVESTIGATION"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMPNEGERI 3 PULE

TRENGGALEK DENGAN STRATEGI

GROUP INVESTIGATION

Andi Navianto SMP Negeri 3 Pule, Trenggalek

andinavianto@yahoo.com

Abstrak

Salah satu hasil belajar yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika adalah siswa memahami konsep matematika. Oleh karena itu pembelajaran matematika seharusnya menekankan pada pemahaman konsep.Proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung. Jadi dalam proses pembelajaran yang lebih aktif adalah siswa sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar yang didapatkan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan proses pembelajaran menggunakan strategi Group Investigation (GI) yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mendiskripsikan bagaimana peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa.Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang berlangsung sebanyak dua siklus.Setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan.Tahap-tahap penelitian ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data yang dikumpulkan berupa hasil pengamatan aktivitas siswa dan hasil tes akhir siswa. Hasil penelitian menunjukkan penerapan strategi Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VIII B SMP Negeri 3 Pule Trenggalek Tahun Pelajaran 2015/2016.Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan aktivitas siswa dari kategori CUKUP pada siklus I menjadi BAIK pada siklus II. Hasil tes siswa juga menunjukkan peningkatan.Pada siklus I siswa yang tuntas baru mencapai 50% sedang pada siklus II ketuntasan siswa mencapai presentase 85% dengan nilai rata-rata 82.

Kata kunci: Peningkatan Hasil belajar, Pembelajaran Matematika, Strategi Group Investigation

Abstract

One of the learning outcomes to be achieved in mathematics learning is that students understand the concept of mathematics. Therefore, mathematics learning should emphasize conceptual understanding. The learning process is a process of obtaining concepts oriented to the involvement of students actively and directly. So in the process of learning is more active students so that the effect on student learning outcomes obtained. This study aims to describe the learning process using Group Investigation (GI) strategy that can improve student learning outcomes and describe how improvements in student learning outcomes. This study is a Classroom Action Research which lasted two cycles. Each cycle consists of 3 lesons. The stages of this study consist of planning, implementation of action, observation, and reflection. The data collected in the form of observation of student activity and result of student test. The results showed that the implementation of Group Investigation strategy can improve student learning outcomes of Class VIII B SMP Negeri 3 Pule Trenggalek. This is indicated by the increase in student activity from the ENOUGH category in cycle I to GOOD in cycle II. Student test results also show improvement. In the first cycle of students who completed the new 50% is on cycle II mastery of students reach 85% percentage with an average value of 82.

Keywords: Improving learning outcomes, Learning of mathematics, Group Investigation strategy

PENDAHULUAN

Hasil belajar yang ingin dicapai dalam

Pemahaman konsep adalah salah satu

kemampuan penting dalam

(2)

dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.

Oleh karena itu pembelajaran matematika

seharusnya menekankan pada

pemahaman konsep.Proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung.Jadi dalam proses pembelajaran yang lebih aktif adalah siswa. Siswa diberi situasi atau

lingkungan untuk membangun

pemahaman matematika berdasarkan pengetahuan yang dimiliki siswa.

Namun pada kenyataan pembelajaran di SMP Negeri 3 Pule masih terpusat di guru.Pembelajaran matematika selama ini adalah guru menerangkan materi, memberi contoh soal yang dikerjakan menggunakan rumus yang telah guru berikan lalu memberikan tugas kepada siswa untuk dibahas.Dalam pembelajaran yang berlangsung siswa hanya menghapalkan rumus dan berpatokan pada contoh yang telah diberikan.Ketika siswa diberikan soal yang berbeda dengan contoh, banyak siswa yang tidak mampu mengerjakan dengan baik.Setelah diadakan evaluasi pembelajaran, hasil yang didapatkan belum memuaskan.Hal ini dapat dilihat dari hasil-hasil ulangan harian matematika pada semester ganjil tahun 2015/2016 banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yang telah ditentukan.Hasil tes sebelum penelitian ini dilakukan juga menunjukkan hanya 26% siswa yang telah tuntas.

Peneliti sering menemui siswa mampu menyebutkan rumus luas segitiga sebagai

setengah alas kali tinggi.Ketika diberikan segitiga siku-siku ABC beserta ukuran panjang sisi-sisinya kemudian siswa diminta menyebutkan rumus luas segitiga atau menghitung luas segitiga, siswa mengalami kesulitan.Siswa kesulitan

dalam menyebutkan rumus luas segitiga

berdasarkan notasi yang

diberikan.Kesulitan yang sering dialami siswa adalah menentukan manakah yang alas dan mana yang tinggi segitiga.

Belum tercapainya hasil belajar siswa yang memuaskan salah satunya dipengaruhi oleh rendahnya pemahaman konsep yang dimiliki siswa. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan membangun pemahaman siswa sehingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik adalah strategi Group Investigation (GI). Melalui strategi ini, siswa dituntut untuk bekerja sama dalam sebuah kelompok untuk memecahkan masalah dengan cara menyelidiki dan mengkaitkan data dan pengetahuan yang dimiliki siswa. Pada proses pembelajaran akan terbangun pemahaman konsep bersama sebagai dasar memecahkan masalah.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (a) bagaimanakah penerapan startegi Group Investigation(GI)yang dapat meningkatkan hasil belajar bangun ruang sisi datar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pule Trenggalek Tahun Pelajaran 2015/2016, dan (b) bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pule Trenggalek setelah diterapkan pembelajaran dengan strategi Group Investigation (GI) . Sedang tujuan penelitian adalah (a) mendiskripsikan proses pembelajaran menggunakan strategi Group Investigation (GI) yang dapat meningkatkan hasil belajar bangun ruang sisi datar pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Pule Trenggalek Tahun

Pelajaran 2015/2016 dan (b)

(3)

setelah diterapkan pembelajaran dengan strategi Group Investigation (GI).Manfaat yang ingin didapatkan dari penelitian ini bagi guru adalah sebagai tambahan

wawasan dalam melaksanakan

pembelajaran agar lebih bervariasi,

menyenangkan dan dapat

memberdayakan siswa untuk

berpartisifasi aktif dan bagi siswa adalah sebagai salah satu wahana untuk meningkatkan motivasi dan efektifitas belajar karena dalam strategi ini menuntut keaktifan dan kreatifitas belajar siswa.

Menurut Daryanto (2013: 51)

pembelajaran diartikan sebagai proses

penciptaan lingkungan

yangmemungkinkan terjadi proses belajar.Menurut Hamalik (2009: 27) belajar merupakan perubahan perilaku individu akibat pengalaman yang dialami

inidividu tersebut. Menurut

Abdurrahmandan Mulyono (2009: 207)belajar adalah suatu bentuk perubahancara-cara bertingkah laku baru yang dilakukan seseorang akibat pengalaman dan latihan. Irwanto (2002: 105) juga mengungkapkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan suatu individu dari sebelumnya belum mampu menjadi sudah mampu.

Suatu proses belajar dalam lingkup sekolah ditandai dengan adanya proses perubahan perilaku siswa. Perubahan perilaku didapatkan dari pengalaman maupun latihan yang dialami siswa. Interaksi yang dilakukan antara siswa dan lingkungannya akan menciptakan

pengalaman-pengalaman. Bentuk

pengalaman dan latihan dapat berupa

kegiatan membaca, mengamati,

mendengarkan,meniru, mencoba,

mempraktekan dan sebagainya. Melalui belajar, seorang siswa yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham

menjadi paham, dari tidak bisa menjadi bisa, dan dari tidak terampil menjadi terampil.

Dari proses belajar yang dilakukan siswa akan didapatkan hasil belajar. Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimilikisiswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut Nana Sudjana dalam Fatimah (2011: 95) bahwa pencapaian hasil belajar siswa merujuk pada pencapaian aspek-aspek yang bersifatkognitif, afektif, dan psikomotorik.Ditinjau dari segi aspek perubahan yang ingin dicapai, hasil belajar setidaknya dapat dideskripsikan menjadi aspek pengetahuanatau pemahaman, aspek keterampilan, dan aspek sikap.

Dari pengertian hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan proses belajar dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa. Secara umum ada tiga aspek hasil belajar yang dapat dinilai yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar pada aspek kognitif dinilai

berdasarkan pengetahuan dan

pemahaman yang dikuasai siswa. Pada aspek afektif dilihat dari perubahan sikap yang ditunjukkan siswa. Untuk aspek psikomotorik ditinjau dari ketrampilan yang dikuasai siswa.

Karena subjek belajar adalah siswa, maka guru harus mengupayakan lingkungan

yang membuat siswa belajar.

(4)

Dalam matematika, setiap materi saling berkaitan. Satu materi melandasi materi yang lain. Menurut Hudojo (2001:103) agar proses belajar matematika terjadi, materi matematika seyogyanya tidak disajikan dalam bentuk yang sudah tersusun secara final, melainkan siswa dapat terlibat aktif di dalam menemukan konsep-konsep, struktur-struktur, sampai kepada teorema atau rumus-rumus. Pembelajaran matematika dalam pandangan konstruktivis menurut Hudojo (1988:7) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: siswa terlibat aktif, siswa belajar secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, dan mengkaitkan informasi baru dengan informasi sebelumnya.Oleh karena itu perlu diupayakan penciptaan lingkungan belajar yang konstruktif. Lingkungan belajar yang konstruktif menurut Hudojo (1988:7) diantaranya memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) menyediakan pengalaman belajar yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga belajar merupakan proses

pembentukan pengetahuan, (2)

menyediakan berbagai alternatif

pengalaman belajar, (3)

mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi dan kerja sama antara siswa, dan (4) memanfaatkan berbagai media agar pembelajaran lebih menarik .

Pelibatan siswa dalam proses berpikir dan menghubungkan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki dan pengetahuan baru merupakan hal penting

dalam membangun pemahaman

matematika yang lebih baik.Pembelajaran bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP, guru dapat memanfaatkan pengetahuan yang telah didapatkan siswa di kelas VII. Guru dapat memfasilitasi pengetahuan siswa tentang luas bangun datar untuk digunakan siswa menemukan

aturan atau rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar. Misalkan pengetahuan tentang luas persegi digunakan untuk menentukan rumus luas permukaan kubus.

Dalam proses pembelajaran guru menjadi fasilitator untuk berkembangnya pengetahuan dalam diri siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat terjadinya interaksi dan diskusi antar siswa melalui kerjasama kelompok. Guru memiliki peranan penting dalam pembagian anggota yang heterogen. Setiap siswa memiliki kemampuan dan latar belakang yang berbeda, pengetahuan dan pengalaman yang mungkin tak sama. Adanya diskusi dan saling bertukar pengetahuan dan pengalaman dapat menjadi sarana berkembangnya pengetahuan siswa dan dasar untuk membangun pemahaman bersama.

Pada pembelajaran siswa SMP perlu menggunakan alat peraga.Hal ini dikarenakan siswa SMP masih dalam berpikir hal yang konkret. Penggunaan alat peraga dapat menjadi cara menghubungkan pengetahuan siswa. Misalnya siswa diberikan media bangun kubus, ketika siswa memahami permukaan kubus berbentuk persegi dan luas persegi.maka siswa dapat merumuskan luas permukaan kubus. Untuk itu dalam pembelajaran, upaya

guru membangun pemahaman

(5)

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat membangun interaksi dan kerjasama siswa dalam memperoleh pemahaman matematika adalah strategi

group investigation (GI).Menurut Setiawan (2006: 9) pembelajaran investigasimerupakan pembelajaran yang memberikan kemungkinan kepada siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Siswa dituntut selaluberpikir tentang suatu persoalan dan peserta didik mencari sendiri carapenyelesaiannya. Siswa akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan

keterampilanpengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akantertanam untuk jangka waktu yang lama. Kegiatan investigasi dapat dilakukan secara berkelompok. Melalui kelompok siswa dapat saling membantu dan melengkapi pengetahuan sebagai dasar memecahkan masalah. Melalui kegiatan investigasi, siswa dihadapkan pada suatu masalah yang dapat menghasilkan banyak konsep dan prinsip/teorema.

Menurut Hopkins (1996) di dalam strategi Group Investigation (GI) ini terdapat tiga konsep utama, yaitu penyelidikan (inkuiry), pengetahuan

(knowledge) dan dinamika belajar kelompok (the dynamics of learning group). Yang dimaksud penyelidikan ialah proses dimana siswa dirangsang dengan cara menghadapkanya pada masalah. Pengetahuan dalam konteks ini maksudnya adalah pengalaman yang diperoleh siswa dari pengalaman langsung maupun tidak langsung, jadi bukan pengalaman yang dibawa lahir. Dinamika kelompok adalah suasana yang menggambarkan sekelompok individu saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama, yang melibatkan proses berbagi ide dan

pendapat serta saling tukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi. Kemudian siswa menganalisis

unsur-unsur yang diperlukan,

mengorganisasikanya, melaksanakan dan melaporkan hasilnya.

Strategi Group Investigation (GI) menurut Thelen dalam Joyce dan Weil, (1986:232 ) memiliki enam tahapan kegiatan seperti berikut: (a) siswa dihadapkan masalah, (b) siswa melakukan eksplorasi/mengkaji masalah, (c) siswa merumuskan tugas-tugas belajar, (d) siswa melakukan kegiatan belajar kelompok atau sendiri, (e) siswa menganalisa kemajuan dan proses belajar, dan (f) siswa mengecek ulang hasil belajar.

Tahap-tahap strategiGroup Investigation

(GI) dapat dijelaskan sebagai berikut : a) pemberian masalah, dalam langkah ini

siswa memahami masalah dan menganalisa apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari masalah, b) eksplorasi/mengkaji masalah, dalam

langkah ini siswa menggali masalah

untuk menentukan fokus

permasalahan serta mengerti rencana penyelesaian masalah dari apa yang diketahui,

c) perumusan tugas, dalam langkah ini siswa membagi tugas belajar secara perorangan atau kelompok,

d) kegiatan belajar, dalam langkah ini siswa menyelesaikan masalah didampingi/ dibimbing oleh guru sebagai fasilitator sesuai dengan pembagian tugas,

e) analisa kemajuan, dalam langkah ini siswa menganalisa hasil pekerjaan masing-masing dan melaporkannya dalam diskusi kelas untuk membahas hasil pekerjaan tersebut, dan

(6)

pekerjaan yang salah serta menyimpulkan.

Dari tahap-tahap pembelajaran

menggunakan strategi Group

Investigation (GI) menunjukkan strategi GI memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari memahami dan menentukan masalah, merencanakan

penyelesaian sampai pada

menyimpulkan. Melalui strategi ini, siswa berinteraksi dengan banyak informasi sambil bekerja secara kolaboratifdengan lainnya dalam situasi

kooperatif untuk menyelidiki

permasalahan, perencanaan dan melakukan presentasi, dan mengevalusi hasil pekerjaan mereka.Pembelajaran ini juga menuntut siswa untuk memiliki

kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi maupunketerampilan proses kelompok. Melalui strategi ini, suasana belajarakan lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran akan membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus.Masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan.Siklus I digunakan untuk pembelajaran materi luas permukaan dan siklus II untuk pembelajaran materi volume bangun ruang sisi datar.

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Pule yang terletak di Desa Puyung, Kecamatan Pule Kabupaten Trenggalek Jawa Timur pada bulan Maret – Mei 2016. Subjek penelitian pada penelitian

ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pule semester genap tahun ajaran 2015/2016. Kelas yang dipilih adalah VIII B. Siswa kelas VIII B sebanyak 34 siswa, yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki.

Tahap-tahap penelitian ini mengikuti model Kemmis dan Mc Taggart, yaitu:perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.Secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:

i. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang peneliti lakukan pada tahap ini adalah merancang dan menyusun (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan Silabus yang ada, (2) Lembar Kerja Siswa (LKS), (3) lembar pengamatan, (4) soal tes evaluasi, (5) menyediakan alat peraga yang diperlukan, (6) merancang pembagian kelompok, dan (7) berdiskusi dengan sesama guru untuk mendapatkan masukan atas rencana penelitian yang akan dilakukan.

ii. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini merupakan proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun pada saat perencanaan tindakan. Adapun langkah-langkah pokok kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sesuai strategi Group Investigation(GI) yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

iii. Tahap Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan dengan cara mengamati dan mencatat hasil pengamatan semua aktivitas yang tampak

selama berlangsungnya proses

(7)

memberi skor pada lembar pengamatan jika aktivitas yang diharapkan dalam proses pembelajaran ditampilkan dan mencatat hal lain yang dianggap penting pada tempat yang tersedia dalam lembar pengamatan.

iv. Tahap Refleksi

Tahap ini merupakan kegiatan mengevaluasi dan meninjau kembali pelaksanaan pembelajaran berdasarkan data pengamatan dan hasil tes demi perbaikan dalam pembelajaran.Refleksi dilakukan untuk melihat keseluruhan proses pelaksanaan tindakan dan hasil pemahamansiswa. Adapun langkah-langkah dalam refleksi tindakan meliputi

: (a) mendata

permasalahan-permasalahan yang muncul selama tindakan pembelajaran langsung, (b) menganalisis dan merinci tindakan pembelajaran yang telah dilaksanakan dan aktivitas pembelajaran berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi guru, (c) menentukan tindakan selanjutnya berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat.

Instrumen penelitian ini berupa tes dan lembar pengamatan aktivitas siswa. Tes diberikan di setiap akhir siklus. Tes berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami bangun ruang sisi datar setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan strategi Group Investigation (GI). Lembar pengamatanmemuat indikator-indikator yang mencerminkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika

menggunakan strategi Group

Investigation (GI). Aktivitas siswa yang diamati adalah :

a) Mengkaji, merumuskan masalah dan merencanakan penyelesaian

b) Menjalankan tugasnya dan bekerja sama dalam kelompok melakukan investigasi

c) Memperhatikan presentasi dan memberi tanggapan baik dalam diskusi kelas

Analisis data dilakukan berdasar data aktivitas pembelajaran dari hasil pengamatan dengan menggunakan Persentase Nilai Rata-rata (NR) sebagai berikut:

Taraf keberhasilannya sebagai berikut:

90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik

80% ≤ NR < 90% : Baik 70% ≤ NR < 80% : Cukup 60% ≤ NR < 70% : Kurang

0% ≤ NR < 60% : Sangat Kurang Untuk analisis data berdasar hasil tes siswa menggunakan rumus:

% x n S

SR 100

Keterangan

SR= Persentase skor rata-rata hasil tes siswa

S = jumlah siswa yang mendapat skor ≥ 75

n = Jumlah siswa

Kriteria ketuntasan belajar yang

digunakan dalam penelitian

(8)

diperoleh tidak memenuhi kategori tersebut, akan dijadikan patokan untuk melanjutkan ke siklus berikutnya.

BAHASAN UTAMA

Siklus I terdiri dari tiga

pertemuan.Pertemuan pertama digunakan untuk pembelajaran materi luas permukaan kubus dan balok.Pertemuan kedua digunakan untuk materi luas permukaan prisma dan limas.Pertemuan ketiga digunakan untuk tes akhir siklus I.

Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

Pertemuan Pertama

a. Pendahuluan

1) Guru mempersiapkan siswa untuk belajar dengan memberi salam dan mengecek kehadiran siswa.

2) Guru lalu bertanya atau mengajak dialog tentang bentuk-bentuk bangunan yang ada di sekolah.

3) Guru menyampaikantujuan

pembelajaranyaitu menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok dan menggunakan untuk menyelesaikan masalah melalui strategi Group Investigation (GI). 4) Guru meminta siswa menempati

kelompok heterogen(kemampuan) yang telah dibentuk dengan masing-masing kelompok terdiri dari 5 atau 6 siswa.

5) Guru menjelaskan tugas dan

tanggung jawab yaitu

investigasiberkelompokmenggunak an Lembar Kerja Siswa (LKS) dan peraga yang ada untuk menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok dan menggunakan untuk menyelesaikan masalah kemudian siswa menyajikan hasil kerja kelompoknya.

6) Guru meminta satu wakil dari kelompok untuk memilih LKS dari dua macam LKS yang disediakan guru. Guru menyediakan tiga LKS Luas Permukaan Kubus dan 3 LKS Luas Permukaan Balok. Kelompok juga dapat memilih peraga yang sesuai.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa secara

berkelompokmembaca dan

memahami masalah yang terdapat di awal Lembar kerja Siswa (LKS) 2) Siswa melakukan eksplorasi atau

mengkaji masalahuntuk

menentukan fokus permasalahan

dan menyusun rencana

penyelesaian masalah secara kelompok.

3) Siswa berbagi tugas dan bekerja sama mengikuti langkah-langkah di LKS.

4) Siswa bekerjasama secara kelompok menggunakan alat peraga untuk menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok untuk menyelesaikan masalah di LKS.

5) Siswa berdiskusi untuk membahas hasil pekerjaan yang telah dikerjakan. Guru membantu menganalisis hasil pekerjaan siswa. 6) Siswa mengecek kembali hasil

yang telah didapatkan kelompok. Guru membantu menguatkan hasil pekerjaan siswa dengan meminta mengecek kembali apakah hasil yang didapatkan sudah benar. 7) Siswa menyiapkan laporan hasil

kerja kelompok

(9)

9) Kelompok lain menanggapi penyajian kelompok lain dan berdiskusi. Guru membantu kelancaran kegiatan diskusi.

c. Penutup

1) Guru mengapresiasi dan memberi penguatan hasil diskusi. Lalu guru mengarahkan siswa membuat kesimpulan.

2) Guru melakukan evaluasi

pembelajarandengan bertanya tentang materi yang telah dipelajari. Guru memberikan kesempatan siswa bertanya jika ada yang belum jelas.

3) Guru memberikan tugas individu yang harus dikumpulkan di akhir pertemuan berikutnya. Guru memberikan kesempatan siswa bertanya jika ada yang belum jelas. 4) Guru mengkomunikasikan materi

yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

5) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran.

Pertemuan Kedua

a. Pendahuluan

1) Guru mempersiapkan siswa untuk belajar dengan memberi salam dan mengecek kehadiran siswa.

2) Guru mengingatkan kembali materi

pembelajaran pertemuan

sebelumnya. Guru mengingatkan siswa tentang tugas individu yang harus dikumpulkan di akhir pertemuan ini.

3) Guru menyampaikantujuan

pembelajaranyaitu menemukan rumus luas permukaan prisma dan limas dan menggunakan untuk menyelesaikan masalah melalui strategi Group Investigation (GI). 4) Guru meminta siswa berkumpul

kembali dengan kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya.

5) Guru menjelaskan tugas dan

tanggung jawab yaitu

investigasiberkelompokmenggunak an Lembar Kerja Siswa (LKS) dan peraga yang ada untuk menemukan rumus luas permukaan prisma dan limas dan menggunakan untuk menyelesaikan masalah kemudian siswa menyajikan hasil kerja kelompoknya.

6) Guru meminta satu wakil dari kelompok untuk memilih LKS dari dua macam LKS yang disediakan guru. Guru menyediakan tiga LKS Luas Permukaan Prisma dan 3 LKS Luas Permukaan Limas. Kelompok juga dapat memilih peraga yang sesuai.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa bekerja secara berkelompok untuk melakukan investigasi untuk

memecahkan masalah yang

terdapat di awal Lembar kerja Siswa (LKS)

2) Siswa melakukan eksplorasi atau

mengkaji masalahuntuk

menentukan fokus permasalahan

dan menyusun rencana

penyelesaian masalah secara kelompok.

3) Siswa berbagi tugas dan bekerja sama mengikuti langkah-langkah di LKS.

4) Siswa bekerjasama secara kelompok menggunakan alat peraga untuk menemukan rumus luas permukaan prisma dan limas untuk menyelesaikan masalah di LKS.

5) Siswa berdiskusi untuk membahas hasil pekerjaan yang telah dikerjakan. Guru membantu menganalisis hasil pekerjaan siswa. 6) Siswa mengecek kembali hasil

(10)

pekerjaan siswa dengan meminta mengecek kembali apakah hasil yang didapatkan sudah benar. 7) Siswa menyiapkan laporan hasil

kerja kelompok

8) Wakil kelompok yang ditunjuk guru atau inisiatif kelompok menyajikan hasil kerja kelompok berupa hasil investigasi dan pemecahan masalah.

9) Kelompok lain menanggapi penyajian kelompok lain dan berdiskusi. Guru membantu kelancaran kegiatan diskusi.

c. Penutup

1) Guru mengapresiasi dan memberi penguatan hasil diskusi. Lalu guru mengarahkan siswa membuat kesimpulan.

2) Guru melakukan evaluasi

pembelajarandengan bertanya tentang materi yang telah dipelajari. Guru memberikan kesempatan siswa bertanya jika ada yang belum jelas.

3) Guru memberi kesempatan siswa untuk menyelesaikan tugas individu yang harus dikumpulkan. Setelah dirasa cukup guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas.

4) Guru mengkomunikasikan rencana Tes Siklus Iyang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.

5) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran.

Pertemuan Ketiga

a. Pendahuluan

1) Guru mempersiapkan siswa untuk belajar dengan memberi salam dan mengecek kehadiran siswa.

2) Guru mengajak dialog tentang materi pembelajaran sebelumnya.

3) Guru membahas tugas yang telah dikumpulkan siswa pada pertemuan sebelumnya, memberi penghargaan atas kerja siswa dan menunjukkan

kekurangan atau kesalahan siswa yang perlu diperbaiki.

4) Guru meminta siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti Tes siklus I. b. Kegiatan Inti

1) Siswa mengerjakan Tes Siklus I. Guru mengawasi jalannya tes.

c. Penutup

1) Guru meminta siswa mengecek kembali pekerjaanya kemudian mengumpulkan lembar jawab.

2) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas partisipasi aktifnya dalam belajar.

3) Guru menyampaikan tindak lanjut dari Tes Siklus I dan rencana kegiatan selanjutnya.

4) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran

Pada saat pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa. Pengamatan dilakukan terhadap pembelajaran di pertemuan pertama dan kedua. Pertemuan ketiga tidak dilakukan pengamatan karena berupa kegiatan tes akhir siklus. Hasil pengamtan aktivitas siswa pada siklus I ditunjukkan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Statistik Aktivitas Siswa Siklus I

A Mengkaji, merumuskan masalah dan

merencanakan penyelesaian

83 80 82

B Menjalankan tugasnya dan bekerja sama dalam kelompok melakukan investigasi

68 71 69

C Memperhatikan presentasi dan memberi tanggapan baik dalam diskusi kelas

60 64 62

(11)

Berdasarkan Tabel 1 aktivitas siswa pada siklus I berada pada kategori CUKUP.

Secara umum hasil tes siswa pada siklus I disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Statistik Hasil Tes Siswa Siklus 1

NO URAIAN NILAI

1 Nilai Terendah 40

2 Nilai Tertinggi 100

3 Rata-rata 72

4 Siswa Tuntas Belajar 50 %

Berdasarkan Tabel 1 dan 2 hasil belajar pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas siswa yang masih berada dalam kategori CUKUP dan banyak siswa yang tuntas hanya 50% dengan rata-rata nilai kelas 72. Oleh karena itu pembelajaran dilanjutkan siklus II.

Siklus II terdiri dari tiga pertemuan.Pertemuan pertama digunakan untuk pembelajaran materi volume kubus dan balok.Pertemuan kedua digunakan untuk materi volume prisma dan limas.Pertemuan ketiga digunakan untuk

tes akhir siklus II. Langkah-langkah pembelajaran pada siklus II secara umum sama dengan pembelajaran siklus I.

Perbedaannya adalah materi

pembelajaran. Materi siklus I adalah luas permukaan sedang siklus II adalah volume bangun ruang sisi datar.

Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa ditunjukkan pada Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Statistik Aktivitas Siswa Siklus II

(dalam persen)

Sedang hasil tes siswa pada siklus II ditunjukkan pada Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4. Statistik Hasil Tes Siswa Siklus II

NO URAIAN NILAI

1 Nilai Terendah 55

2 Nilai Tertinggi 100

3 Rata-rata 82

4 Siswa Tuntas Belajar 85 %

Berdasarkan Tabel 3 dan 4 hasil belajar pada siklus IIsudah memenuhi indikator keberhasilan. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas siswa yang berada dalam kategori BAIKdan banyak siswa yang tuntas 85% dengan rata-rata nilai kelas 82. Oleh karena itu pembelajaran dicukupkan pada siklus II saja.

Berdasarkan hasil pengamatan juga ditemukan beberapa hal sebagai berikut: 1) Pada saat pembagian kelompok

pertama kali menyita waktu sehingga meminta waktu pelajaran sesudahnya. Siswa bingung untuk menentukan tempat duduk kelompok. Untuk mengatasi hal tersebut, pada akhir

pertemuan pertama guru

menyampaikan supaya siswa langsung

Aktivitas Siswa

Pertemua n

Rata-rata 1 2

A Mengkaji, merumuskan masalah dan

merencanakan penyelesaian

94 92 93

B Menjalankan tugasnya dan bekerja sama dalam kelompok melakukan investigasi

79 79 79

C Memperhatikan presentasi dan memberi tanggapan baik dalam diskusi kelas

71 74 72

(12)

berkumpul dengan kelompok dan menempati tempat duduk pada pertemuan kedua.

2) Selain itu ada ketidaksiapan siswa menerima teman kelompoknya karena siswa lebih memilih untuk satu kelompok dengan teman sebangku atau teman yang dekat tempat duduknya. Tindakan yang dilakukan guru adalah memotivasi dan memberi pengertian siswa bahwa semua siswa sama dan satu kelas adalah keluarga. 3) Saat siswa diberikan masalah dan

mendapatkan LKS, mayoritas siswa tidak paham apa yang harus dilakukan. Banyak siswa yang bertanya kegiatan apa yang harus dilakukan. Kegiatan ini merupakan hal yang baru bagi para siswa. Termasuk juga bagi guru yang pertama kali

menerapkan strategi Grup

Investigation (GI).

4) Pada saat belajar kelompok, didapatkan kelompok yang interaksi siswa kurang. Siswa kurang mampu memantau kegiatan seluruh kelompok sehingga mampu bekerja sama dan menegur siswa yang berbicara tentang hal-hal lain. Guru berusaha menjalankan saran pengamat

Hasil pembelajaran pada siklus I dan II menunjukkan bahwa strategi Grup Investigation(GI) pada pembelajaran materi bangun ruang sisi datar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Pule Trenggalek Tahun Pelajaran 2015/2016. Peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan dengan

peningkatan aktivitas siswa dan hasil tes siswa. disajikan pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Peningkatan Aktivitas Siswa

Aktivitas Siswa Siklus I II bekerja sama dalam kelompok melakukan investigasi

69% 79%

C

Memperhatikan presentasi dan memberi tanggapan baik dalam diskusi kelas

62% 72%

Rata-rata 71 % 82 %

KATEGORI CUKUP BAIK

Berdasarkan Tabel 5 terlihat kenaikan presentase aktivitas siswa 11% dari siklus I ke siklus II. Aktivitas siswa dalam pembelajaran naik dari kategori CUKUP menjadi BAIK.

Pembelajaran sebelum

penelitiandilakukan memiliki perbedaan dibandingkan pembelajaran pada siklus I dan II. Pembelajaran sebelumpenelitian menempatkan siswa sebagai penerima ilmu yang pasif sedang yang menguasai pembelajaran adalah guru. Hal ini berbeda dengan pembelajaran siklus yang

menggunakan strategi Group

(13)

menyelesaikan masalah dengan cara bersama-sama melakukan investigasi untuk menemukan konsep atau aturan tertentu terlebih dahulu sebelum menyelesaikan masalah. Strategi Group Investigation (GI) diterapkan dalm pembelajaran agar proses belajar terjadi. Menurut Hudojo (2001:103) agar proses belajar matematika terjadi, materi matematika seyogyanya tidak disajikan dalam bentuk yang sudah tersusun secara final, melainkan siswa dapat terlibat aktif di dalam menemukan konsep-konsep, struktur-struktur, sampai kepada teorema atau rumus-rumus. Siswa menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk membangun pengetahuan-pengetahuan baru.

Peningkatan hasil tes siswa disajikan pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6Peningkatan Hasil Tes

No Tahap Hasil Tes Akhir Rata-rata Ketuntasan

1 Siklus I 72 50 %

2 Siklus II 82 85 %

Dari hasil tes siswa terjadi kenaikan dalam presentase ketuntasan dan rata-rata nilai kelas. Hal ini menunjukkan bahwa siswa melakukan proses belajar karena siswa yang awalnya belum mampu menjadi mampu. Hal ini sesuai dengan pendapat Irwanto (2002: 105) yang

mengungkapkan bahwa belajar

merupakan suatu proses perubahan suatu individu dari sebelumnya belum mampu menjadi sudah mampu. Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimilikisiswa setelah menerima pengalaman belajar. Dari hasil

tes siswa menunjukkan bahwa

kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah mengalami peningkatan.

Dari penelitian ini juga didapatkan peningkatan aktivitas siswa juga dibarengi peningkatan hasil tes siswa. Pada Tabel 5 menunjukkan peningkatan aktivitas siswa dan Tabel 6 menunjukkan peningkatan hasil tes siswa. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan aktivitas belajar yang dilakukan siswa juga meningkatkan hasil belajar yang dperoleh siswa.

PENUTUP

Simpulan

1. Penerapan strategi Group

Investigationyang dapat meningkatkan pemahaman bangun ruang sisi datar pada siswa SMP Negeri 3 Pule Trenggalek meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Pada kegiatanpendahuluan, setelah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi terkait lingkungan sekitar dan materi yang pernah dipelajari siswa, siswa dibagi dalam 6kelompok belajar yang heterogenterdiri dari 5atau 6 siswa. Masing-masing kelompok diberi kebebasan untuk memilih topik pembahasan yang telah disiapkan. Pada setiap topik yang dipilih siswa telah disiapkan LKS dan alat peraga. Kemudian guru menyampaikan tugas dan tanggung jawab kelompok. Di awal kegiatan inti, siswa dihadapkan pada masalah yang terdapat dalam LKS. Kemudian siswa mengkaji masalah yang diberikan,menentukan

fokus masalah dan rencana

penyelesaian. Dalam kelompok siswa merumuskan tugas dan membagi tugas untuk dikerjakan secara berkelompok atau perseorangan. Selama siswa

menyelesaikan tugas, guru

(14)

hasil pekerjaannya dalam kelompok dan membuat laporan. Untuk melihat hasil pembelajaran yang telah dilakukan siswa maka laporan kelompok dipresentasikan pada diskusi kelas. Respon dan tanggapan siswa selama dalam diskusi kelas menjadi bahan perbaikan untuk membuat kesimpulan dan membuat laporan akhir. Kegiatan penutup adalah guru memberikan respon atas diskusi yang berlangsung, menarik kesimpulan dan mengadakan evaluasi pembelajaran.

2. Penerapan strategi Group

Investigationdapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 3 Pule Trenggalek pada materi bangun ruang sisi datar. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan aktivitas pembelajaran dan hasil tes akhir siklus. Hasil pengamatan menunjukkan aktivitas siswa terjadi kenaikan dari kategori CUKUP pada siklus I menjadi BAIK pada siklus II. Hasil belajar siswa juga menunjukkan peningkatan. Pada siklus I siswa yang tuntas baru mencapai 50% sedang pada siklus II ketuntasan siswa mencapai presentase 85% dengan nilai rata-rata 82.

Saran

1. Strategi Grup Investigation dapat menjadi alternatif untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika SMP

dalam rangka meningkatkan

pemahaman siswa. Selain itu, penerapan strategi grup investigation

dapat membangun kemandirian siswa dalam belajar

2. Dalam menerapkan strategi grup investigation guru hendaknya perlu mengetahui penguasaan siswa terhadap materi prasyarat dan khususnya bagi guru yang pertama

kali menerapkannya perlu

mempersiapkan diri untuk

menghadapi hal-hal yang tidak sesuai rencana sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

3. Guru perlu mengarahkan dan memotivasi siswa untuk aktif dan berkontribusi pada saat menyelesaikan tugas kelompok dan saat diskusi kelas serta memperhatikan dan menghargai apabila ada siswa yang presentasi,

bertanya dan menyampaikan

tanggapan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman dan Mulyono. 2009.

Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:Rineka Cipta.

Daryanto. 2013.Media

Pembelajaran.Yogyakarta: Gava Media

Fatimah. 2011. Faktor Penentu

Obyektivitas dan

Kreativitas.Majalah Ilmiah. EdisiMaret-April 2011. Sekeretariat LPPM UNINDRA. Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar

dan Mengajar. Bandung: PT Sinar BaruAlgensindo.

Hopkins, D. 1996. A Teacher’s Guide to

Classroom Research. England: Open University Press.

Hudojo, H. 1988. Mengajar

BelajarMatematika. Jakarta: Depdikbud P2LPTK.

Hudojo, H. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.Malang: UM Press. Irwanto. 2002. Psikologi Umum. Jakarta:

Prenhallindo

(15)

Setiawan. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi. Yogyakarta: PPPG Matematika

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung :PT. Ramaja Rosdakarya.

Biografi Penulis

Andi Navianto, S.Si., M.Pd

Gambar

Tabel 1.  Statistik Aktivitas Siswa
Tabel 4.  Statistik Hasil Tes  Siswa
Tabel 5.  Peningkatan Aktivitas
Tabel 6Peningkatan Hasil Tes

Referensi

Dokumen terkait

[r]

With output branching, you can program parallel outputs on a rung to allow a true logic path to control

Namun sebaliknya, jika konsumen merasa tidak puas maka konsumen akan mengevaluasi dengan tulisan yang negatif sehingga tulisan tersebut dapat mempengaruhi calon

Memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah, serta Surat Penetapan Hasil

Jumlah pemain ganda yang mungkin dibentuk dari ketiga orang tersebut adalah ....!. Dari 10 orang finalis lomba karya tulis akan dipilih urutan 1, 2, dan 3, banyaknya cara

Dengan ini kami beritahukan bahwa perusahaan Saudara telah masuk dalam calon penyedia jasa untuk pekerjaan Perencanaan Pengaspalan Jalan Ruas Basala - Kapuwila (LPDS).

pada Sampel Penyakit Hewan di Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

COURAGE AND SINCERITY IN CATHERINE HARDWICKE’S RED RIDING HOOD MOVIE (2011):.. AN