• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KONSELING PSIKOANALISIS dalam mengatasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KONSELING PSIKOANALISIS dalam mengatasi "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KONSELING PSIKOANALISIS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Bimbingan dan Penyuluhan

Dosen: Maqbul Mawardi, M.Ps.Dm

Oleh:

AHMAD FUADI

AHMAD FAUZI (REGULER)

HIDAYATURRAHMAN

SALAMET REYADI

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN (IDIA) PRENDUAN

SUMENEP MADURA JAWA TIMUR

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berbagai masalah yang dimiliki manusia khususnya secara psikis, tentu saja memiliki penyelesaian yang berbeda-beda. Untuk menyelesaikannya pun memerlukan ketepatan dalam mengambil teknik yang digunakan seorang konselor atau psikolog. Namun puluhan bahkan ratusan teknik tidak mungkin digunakan semua secara sekaligus. Maka sangat diperlukannya penentuan teknik yang akan dipakai. Teknik itu merupakan salah-satu cara konselor atau psikolog dalam melakukan proses pendekatan terhadap pihak klien berdasarkan sikap, masalah yang dihadapi, dan berbagai hal lainnya yang harus dipahami para konselor atau psikolog secara teori untuk kemudian dipraktekkan di lapangan.

Dalam pemecahan masalah yang berhubungan dengan psikologis, ada banyak pendekatan-pendekatan yang berguna untuk keselarasan problem solving yang akan diberikan seorang konselor atau psikolog dalam membantu kliennya.

Beberapa pendekatan dalam konseling yaitu pendekatan psikoanalisis, eksistensial-humanitis, client-centered, terapi gestalt, terapi rasional-emotif, terapi realitas dan pendekatan eklektik. Dalam makalah ini, hanya akan diuraikan tentang pendekatan psikoanalisis secara lebih mendetail.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan konseling psikoanalisis ? 2. Apa saja prinsip dan tujuan konseling psikoanalisis ?

3. Bagaimana pandangan psikoanalisis tentang kepribadian manusia ? 4. Bagaimana teknik konseling psikoanalisis ?

(3)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Konseling Psikoanalisis

Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Menurut Eldido Psikoanalisis merupakan suatu pandangan baru tentang manusia, di mana ketidak sadaran memainkan peran sentral. Psikoanalisis ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan pasien-pasien histeria. Baru kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan teoritis dari penemuannya dibidang praktis. Dari hasil penelitian yang dilakukannya kemudian lahir asumsi-asumsi tentang perilaku manusia.

Corey mengatakan bahwa psikoanalisis merupakan teori pertama yang muncul dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik, kemudian disusul oleh behaviorisme dan humanitis.

Pada kemunculannya, teori Freud ini banyak mengundang kontroversi, eksplorasi, penelitian dan dijadikan landasan berpijak bagi aliran lain yang muncul kemudian. Mulanya Freud menggunakan teknik hipnosis untuk menangani pasiennya. Tetapi teknik ini ternyata tidak dapat digunakan pada semua pasien.

Dalam perkembangannya, Freud menggunakan teknik asosiasi bebas

(free association) yang kemudian menjadi dasar dari psikoanalisis. Teknik ini ditemukan ketika Freud melihat beberapa pasiennya tidak dapat dihipnotis atau tidak memberi tanggapan terhadap sugesti atau pertanyaan yang mengungkap permasalahan klien. Selanjutnya, Freud mengembangkan lagi teknik baru yang dikenal sebagai analisis mimpi.

Menurut Willis, pengertian psikoanalisis meliputi tiga aspek penting yaitu :

(4)

3. Sebagai teori kepribadian1.

Letak keunggulan psikoanalisis dalam konseling menurut Freud adalah sangat efektif untuk menyembuhkan klien atau pasien yang histeria, cemas, obsesi neurosis. Namun demikian kasus-kasus sehari-hari dapat juga digunakan pendekatan psikoanalisis ini untuk mengatasinya2.

B. Prinsip dan Tujuan Konseling Psikoanalisis

Di dalam gerakannya, psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip yaitu: 1. Prinsip Konstansi artinya bahwa kehidupan psikis cenderung untuk

mempertahankan kualitas ketegangan psikis pada taraf yang serendah mungkin, atau setidak-tidaknya taraf yang stabil, atau dengan kata lain bahwa kondisi psikis manusia cenderung dalam konflik yang permanen. 2. Prinsip Kesenangan, artinya kehidupan psikis cenderung untuk

menghindarkan ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan.

3. Prinsip Realitas yaitu prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan keadaan nyata3.

Konseling psikoanalisis bertujuan:

1. Menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus tentang mekanisme penyesuaian dirinya.

2. Membentuk kembali struktur kepribadian konseling dengan jalan mengembalikan hal-hal yang tidak disadari menjadi sadar kembali, dengan menitik beratkan pada pemahaman dan pengenalan pengalaman-pengalaman masa anak-anak, terutama usia 2-5 tahun, untuk ditata, didiskusikan, dianalisis dan ditafsirkan sehingga kepribadian konseling bisa direkonstruksi lagi4.

1 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 140-141

2 Latipun, Psikologi Konseling,(Malang: UMM Press, 2011), hlm. 48

3Sofyan S.Willis, Konseling Keluaga, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 92-93

(5)

C. Pandangan Psikoanalisis Tentang Kepribadian Manusia 1. Topografi Kepribadian

Teori topografi merupakan teori psikoanalisis yang menjelaskan tentang kepribadian manusia yang terdiri dari sub-subsistem. Bagi Freud kepribadian itu berhubungan dengan alam kesadaran (awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu:

a. Alam sadar (conscious/Cs), bagian yang berfungsi mengingat, menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar atau nyata.

b. Alam prasadar (preconscious/Pcs), bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan, dan perasaan dan berfungsi mengantarkan ide, ingatan, dan perasaan tersebut ke alam sadar jika individu berusaha mengingatnya kembali.

c. Alam bawah sadar (unconscious/Ucs), bagian dari dunia kesadaran yang paling menentukan terbentuknya kepribadian individu. Alam bawah sadar menyimpan semua ingatan atas peristiwa-peristiwa subsistem struktur kepribadian yang berinteraksi secara dinamis, antara lain:

a. Id, merupakan subsistem kepribadian yang asli, yang dimiliki individu sejak lahir. Id bersifat primitif dan bekerja pada prinsip kesenangan. Id berperan sebagai sumber libido atau tenaga hidup dan energi serta merupakan sumber dari dorongan dan keinginan dasar untuk hidup dan mati.

b. Ego, berbeda dengan id yang bekerja hanya untuk memuaskan kebutuhan naluriah, ego bertindak sebaliknya. Ego berperan

(6)

menghadapi realitas hidup dan berasal dari kebudayaan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Prinsip kerjanya selalu bertentangan dengan id.

c. Superego, terbentuk dari nilai-nilai yang terdapat dalam keluarga dan masyarakat yang dipelajari di sepanjang tahun-tahun pertama hidup manusia. Superego bekerja berdasarkan prinsip moral yang orientasinya bukan kesenangan tetapi pada kesempurnaan kepribadian6.

3. Perkembangan Kepribadian

Secara genetis perkembangan kepribadian berkembang melalui beberapa tahap, yaitu tahap oral, anal, falik, laten dan genital. Freud mengemukakan bahwa tahapan perkembangan ini sangat penting terutama bagi pembentukan kepribadian di kemudian hari.

a. Fase oral, terjadi sejak lahir hingga akhir tahun pertama. Pada fase ini anak berkembang berdasarkan pengalaman kenikmatan erotik pada daerah mulut. Anak yang tidak mendapat kasih sayang dari ibu dan kepuasan dalam makan serta minum akan menghambat perkembangan kepribadiannya.

b. Fase anal, terjadi mulai usia dua sampai akhir tahun ketiga. Perkembangan anak pada fase ini berpusat pada kenikmatan pada daerah anus. Selama fase ini, peran latihan buang air (toilet training)

sangat penting untuk belajar disiplin dan moral.

c. Fase falik, berkembang mulai usia empat hingga lima tahun. Pusat kenikmatan berpusat pada alat kelamin. Istilah yang kerap muncul pada fase ini adalah Oedipus complex (ketertarikan seksual pada sosok ibu) pada anak laki-laki dan electra complex (ketertarikan seksual pada sosok ayah) pada anak perempuan.

d. Fase laten, juga disebut tahap pregenital. Periode ini terjadi antara lima atau enam tahun hingga pubertas. Pada fase ini anak hanya

(7)

sedikit berminat pada seksualitas karena disebabkan kesibukan belajar, aktifitas dengan teman sebaya dan keterampilan fisik.

e. Fase genital, terjadi pada masa pubertas (diatas 12 tahun). Perilaku umum yang tampak pada fase ini adalah kecenderungan tertarik pada lawan jenis, bersosialisasi dan berkelompok serta menjalin hubungan kerja. Semua tingkah laku yang dilakukan kerap kali pada proses menciptakan hubungan dengan orang lain7.

4. Dinamika Kepribadian

Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme abad ke–19 dan menganggap organisme manusia sebagai suatu energi yang kompleks. Energi yang di peroleh dari makanan (energi fisik). Berdasarkan hukum penyimpangan (conservation of energi) energi tidak dapat hilang, tetapi dapat berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Energi fisik dapat berubah menjadi energi psikis. Jembatan antar energi tubuh dengan kepribadian ialah id beserta insting – instingnya.

a. Insting, menjadi sumber energi psikis dalam mengarahkan tindakannya memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Freud mengelompokkan insting atas dua jenis yakni insting hidup dan insting mati. Bentuk energi dimana insting-insting hidup beroperasi disebut libido. Yang paling utama insting libido ialah insting seksual. Insting-insting hidup yang lainnya adalah lapar dan haus.

b. Kecemasan, yaitu perasaan kekhawatiran karena keinginan dan tuntunan internal tidak terpenuhi dengan sebaiknya. Freud mengemukakan ada tiga bentuk kecemasan, antara lain :

1) Kecemasan realitas (reality anxity), takut akan bahaya yang datang dari luar. Kecemasan ini bersumber dari ego.

2) Kecemasan neurosis (neurotic anxity), khawatir tidak mampu mengatasi atau menekan keinginan-keinginan primitifnya. Kecemasan ini bersumber dari id.

(8)

3) Kecemasan moral (moral anxity), kecemasan akibat dari rasa bersalah dan ketakutan dihukum oleh nilai-nilai dalam hati nuraninya. Kecemasan ini bersumber dari super ego8.

c. Mekanisme Pertahanan Ego

Cara individu menghindari kecemasan biasanya dilakukan dengan mekanisme pertahanan ego (ego defense mechanism). Di antara contoh bentuk mekanisme pertahanan ego antara lain :

1) Represi, melupakan isi kesadaran yang traumatis. Contoh : seorang korban tsunami di Aceh berusaha melupakan peristiwa tersebut.

2) Proyeksi, mengalamatkan pikiran, perasaan, motif yang tidak diterimanya kepada orang lain. Contoh : seseorang mengatakan bahwa kegagalannya dalam ujian karena teman sebangkunya

4) Regresi, tindakan melangkah mundur secara tidak sadar ke fase perkembangan yang terdahulu dimana tuntutan tugas perkembangannya tidak terlalu besar. Contoh : anak berusia 10 tahun yang kembali minta digendong ketika adiknya lahir9. D. Teknik Konseling Psikoanalisis

Teknik spesifik yang digunakan Freud dalam psikoterapi adalah asosiasi bebas, interpretasi mimpi, analisis transference, dan analisis resistensi10.

1. Asosiasi Bebas

Asosiasi bebas maksudnya teknik yang memberikan kebebasan kepada klien untuk mengemukakan segenap perasaan dan pikirannya yang terlintas pada benak klien, baik yang menyenangkan maupun tidak.

8 Sofyan S.Willis, Konseling Keluaga, hlm. 95-96

9 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar, hlm. 147

(9)

Asosiasi ini untuk memudahkan konselor terhadap dinamika psikologis yang terjadi padanya, sehingga dapat membimbing klien menyadari pengalaman-pengalaman ketidaksadarannya, dan membuat hubungan-hubungan kecemasannya saat ini dengan pengalaman masa lampau. 2. Interpretasi Mimpi

Interpretasi mimpi merupakan teknik dimana klien mengemukakan segenap mimpinya kepada terapis, karena fungsi mimpi adalah ekspresi segenap kebutuhan, dorongan, keinginan yang tidak disadari akan direpresi dan termanifes dalam mimpi. Interpretasi mimpi maksudnya klien diajak konselor untuk menafsirkan mimpi-mimpi yang tersirat dalam mimpi yang berhubungan dengan dorongan ketidaksadarannya. 3. Analisis Tranferensi

Transferensi merupakan bentuk pengalihan segenap pengalaman masa lalunya dalam hubungannya orang-orang berpengaruh kepada terapis di saat konseling. Dalam transferensi ini akan muncul perasaan benci, ketakutan, kecemasan dan sebagainya yang selama ini ditekan di ungkapkan kembali, dengan sasaran konselor sebagai objeknya. Dalam konteks ini konselor melakukan analisis pengalaman klien dimasa kecilnya, terutama hal-hal yang menghambat perkembangan kepribadiannya. Dengan analisis transferensi diharapkan klien dapat mengatasi problem yang dihadapi hingga saat ini.

4. Analisis Resistensi

Resistensi merupakan sikap dan tindakan klien untuk menolak berlangsungnya terapi atau mengungkpkan hal-hal yang menimbulkan kecemasan. Perilaku ini dilakukan sebagai bentuk pertahanan diri. Dalam konseling, konselor membantu klien mengenali alasan-alasan klien melakukan resisitensi sebaiknya dimulai dari hal-hal yang sangat tampak untuk menghindari penolakan atas interpretasi konselor.

(10)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

1. Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisis merupakan suatu pandangan baru tentang manusia, dimana ketidak sadaran memainkan peran sentral. Psikoanalisis ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan pasien-pasien histeria. Baru kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan teoritis dari penemuannya di bidang praktis. Dari hasil penelitian yang dilakukannya kemudian lahir asumsi-asumsi tentang perilaku manusia. 2. Prinsip dan Tujuan Konseling Psikoanalisis

a. Di dalam gerakannya, psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip yaitu: prinsip konstansi, prinsip kesenangan dan prinsip realitas. b. Konseling psikoanalisis bertujuan Menolong individu mendapatkan

pengertian yang terus menerus tentang mekanisme penyesuaian dirinya dan membentuk kembali struktur kepribadian konseli dengan jalan mengembalikan hal-hal yang tidak disadari menjadi sadar kembali.

3. Pandangan Psikoanalisis Tentang Kepribadian Manusia.

a. Topografi Kepribadian: Alam sadar (conscious/Cs), alam prasadar

(preconscious/Pcs), dan alam bawah sadar (unconscious/Ucs).

b. Struktur Kepribadian: Id, Ego, dan Superego

(11)

ibunya sudah lama meninggal saat berprofesi menjadi pramugari dan pesawatnya kecelakaan meledak di udara, saat itu usia Siska 3,5 tahun. Siska dirumah hanya tinggal dengan pembantu dan tukang kebun, karena saudaranya sudah berkeluarga dan sekarang memiliki rumah sendiri. Kejadian masa lalu membuat Siska sering bertingkah aneh, Siska tidak pernah mau jika satu kelompok belajar dengan laki-laki. Dan setiap melihat laki-laki dirinya merasakan ingin melemparkan sesuatu ke wajah laki-laki tersebut. dan yang membuatnya khawatir adalah pada usia 17 tahun dirinya sama sekali belum tertarik atau simpatik kepada laki-laki”.

Proses konseling :

Tujuan dari konseling psikoanalisis adalah menggali ketaksadaran dan bekerja ke arah pengubahan kepribadian secara radikal. Konselor memulai konseling dengan terapeutik berawal dari pembicaraan klien kepada katarsis. Asosiasi bebas dengan pemanggilan kembali pengalaman masa lampau. Konseli menceritakan kepada konselor sesuatu yang selama ini belum pernah diceritakan, yakni kebenciannya pada setiap laki-laki. Pembicaraan awal ini dinilai sudah cukup baik bagi langkah selanjutnya, karena klien sudah melepaskan represi yang selama ini dipendam. Disini konselor membangun hubungan kerja dengan klien, dan banyak mendengar dan menafsirkan. Konselor perlu mengorganisasikan proses terapeutik dalam konteks pemahaman terhadap struktur kepribadian.

(12)
(13)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib. Zainal, Konseling Kesehatan Mental, (Bandung: CV Yrama Widya, 2013) Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM Press, 201

1)

Lumongga Lubis. Namora, Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: Kencana, 2011)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun penelitian tentang implementasi e-learning yang telah diteliti yaitu Afrioni Jaya Saputra, 2014, Aplikasi E-Learning Berbasis Web dan Pengiriman Informasi Untuk

(2) Rencana Pola Ruang laut Pulau Raya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 sampai dengan Pasal 45 digambarkan dalam peta rencana Pola Ruang laut dengan skala 1: 50.000 (satu

Dalam rangka memenuhi peningkatan kebutuhan akan tenaga listrik khususnya di pulau jawa sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah serta untuk meningkatkan pemanfaatan sumber

Tidak ada motto yang boleh mengganti ini, “Mencegah lebih baik daripada mengobati”.Ini berlaku untuk siapapun, terlebih pada orang yang mempunyai factor risiko

17 Sumadi Suryabrata, 1998, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.. 25 mengkonsepsikan hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional

Evaluasi polimer hibrid GLYMO sebagai bahan pelapis baja karbon dilakukan dengan pengukuran laju korosi substrat baja karbon yang dilapisi polimer hibrid dalam larutan

Sesuai dengan hasil tes awal yang telah dilakukan, maka diberikan tindakan dengan menerapkan metode image streaming (mengalirkan bayangan) untuk meningkatkan