Identifikasi dan Analisis mengenai Penggunaan Lahan Dan Kesesuaian Lahan Kabupaten Bogor
Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi mata kuliah
Tata Guna dan Pengembangan Lahan
Disusun oleh :
Aditiya Ramdani (133060003) Karlita Ayu Suntari ()
Eky Sanjaya () Arum Aztiningrum ()
Bella Aolia N () Ramadansyah ()
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN
2014
Mata Kuliah : PL 314 Nomor Tugas : 03
Tanggal Penyerahan : 16 Januari 2014 Kelas : A
Tata Guna dan Pengembangan Lahan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...2
BAB I...3
IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN DAN KESESUAIAN LAHAN...3
1.1. Identifikasi Kabupaten Bogor...3
1.2 Identifikasi Penggunaan Lahan...6
1.3 Identifikasi Kesesuaian Lahan...8
1.3.1 Kemiringan Lereng...8
1.3.2 Jenis Tanah...11
1.3.3 Curah Hujan...13
BAB II...16
ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN DAN KESESUAIAN LAHAN...16
2.1 Analisis Penggunaan Lahan...16
2.1.1 Analisis Pola Penggunaan Lahan...16
2.2 Analisis Kesesuaian Lahan...32
2.3 Analisis Komparasi Penggunaan Lahan Dan Kesesuian Lahan...35
BAB III...37
ARAHAN KEBIJAKAN RENCANA POLA RUANG...37
3.1 Kawasan Lindung...37
3.1.1 Hutan Konservasi...37
3.1.2. Hutan Lindung...37
3.1.3 Arahan Pengembangan kawasan lindung meliputi:...38
3.2 Kawasan Budidaya...38
3.2.1.kawasan budidaya di dalam kawasan hutan...38
3.2.2 kawasan budidaya di luar kawasan hutan...39
BAB IV...49
KESIMPULAN DAN SARAN...49
Tata Guna dan Pengembangan Lahan
BAB I
IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN DAN KESESUAIAN LAHAN 1.1. Identifikasi Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten di provinsiJawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Cibinong.
Letak Geografis
Koordinat : 6º18′ 6º47’10 LS dan 106º23’45- 107º 13’30 BT Luas Wilayah : 298.838.304 Ha
Batas Administrasi :
Utara : Kab. Tangerang Kab / Kota Bekasi, Kota Depok
Timur : Kab. Cianjur dan Kab. Karawang
Selatan : Kab. Sukabumi dan Cianjur
Barat : Kab. Lebak ( Prov. Banten)
Tengah : Kota Bogor
Kabupaten Bogor Barat ada 14 kecamatan yang nantinya masuk kedalam kabupaten Bogor Barat. Kecamatan tersebut terdiri dari:
Kecamatan Dramaga
Kecamatan Nanggung
Kecamatan Leuwiliang
Kecamatan Leuwisadeng
Kecamatan Pamijahan
Kecamatan Cibungbulang
Kecamatan Ciampea
Kecamatan Tenjolaya
Kecamatan Rumpin
Kecamatan Tenjo
Kecamatan Jasinga
Kecamatan Parung Panjang
Kecamatan Suka Jaya
Kecamatan Cigudeg
Tabel 5.1
Luas Per
Kecamatan di
Kabupaten Bogor
N
Kecamatan Luas (Ha)
1 Kec. Babakanmadang 9237,91
2 Kec. Bojonggede 2805,77
3 Kec. Caringin 7756,67
7 Kec. Cibinong 4620,35
8 Kec. Cibungbulang 3845,42
9 Kec. Cigombong 4838,09
1
Kec. Cigudeg 17761,23
1
Kec. Cijeruk 4728,60
1
Kec. Cileungsi 7033,55
1
Kec. Ciomas 1813,94
1
Kec. Cisarua 7408,67
1
Kec. Ciseeng 4129,07
1
Kec. Citeureup 6881,01
1
Kec. Dramaga 2637,33
1
Kec. Gunungputri 6094,78
1
Kec. Gunungsindur 4951,88
2
Kec. Jasinga 14308,34
2
Kec. Jonggol 13207,33
2
Kec. Kemang 3366,74
2
Kec. Klapanunggal 9606,84
2
Gambar I. 1
1.2 Identifikasi Penggunaan Lahan
Tabel I.2
Distribusi Penggunaan Lahan di Kabupaten Bogor
N Kecamatan
N Kecamatan
N Kecamatan
Gambar I. 2
Persentase distribusi penggunaan lahan di Kabupaten bogor
HUTAN KEBUN
LADANG/TEGALAN PEMUKIMAN RAWA SAWAH
SEMAK/BELUKAR TUBUH AIR
Dari data diatas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terdiri dari
Gambar I. 3
1.3 Identifikasi Kesesuaian Lahan
Tinjauan teori kesesuaian lahan ini bertujuan mengidentifikasi lokasi-lokasi
yang sangat sesuai dengan tipe penggunaan lahan tertentu pada suatu kawasan. Pada Identifikasi kesesuaian lahan 3 variabel yaitu Kemiringan lereng, Jenis tanah, dan Curah Hujan dimana ketiga variabel ini merupakan kondisi fisik dasar yang sangat mempengaruhi pengembangan suatu Kawasan Budidaya, Kawasan Pengembanagan Terbatas, dan Kawasan Lindung.
1.3.1 Kemiringan Lereng
Kemiringan Lereng merupakan bentuk dari variasi perubahan
permukaan bumi secara global, regional atau dikhususkan dalam bentuk suatu wilayah tertentu variabel yang digunakan dalam pengidentifikasian kemiringan lereng adalah sudut kemiringan lereng, titik ketinggian di atas muka laut dan bentang alam berupa bentukan akibat gaya satuan geomorfologi yang bekerja
Tabel 1.3
N Kemiringan
Gambar I. 4
Grafik Persentase Kemiringan Lereng di Kabupaten Bogor
Gambar I. 5
1.3.2 Jenis Tanah
Jenis Tanah di Kabupaten Bogor
20% 3% Alluvial
Andosol Tanah di Kabupaten Bogor
Dari data diatas dapat diketahui bahwa di Kabupaten Bogor memiliki
Gambar I. 7
1.3.3 Curah Hujan
Dalam meteorologi, presipitasi (juga dikenal sebagai satu kelas dalam hidrometeor, yang merupakan fenomena atmosferik) adalah setiap produk dari
kondensasi uap air di atmosfer. Ia terjadi ketika atmosfer (yang merupakan suatu
larutan gas raksasa) menjadi jenuh dan air kemudian terkondensasi dan keluar dari
larutan tersebut (terpresipitasi). Udara menjadi jenuh melalui dua proses, pendinginan atau penambahan uap air.
Tabel I.5
Curah Hujan di Kabupaten Bogor
No Curah Hujan Luas (Ha)
Gambar I. 9
BAB II
ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN DAN KESESUAIAN LAHAN 2.1 Analisis Penggunaan Lahan
2.1.1 Analisis Pola Penggunaan Lahan
Analisis ini digunakan untuk melihat pola penggunaan lahan yang terbentuk sebagai akibat dari penggunaan lahan suatu wilayah. Dengan mengetahui pola penggunaan lahan tersebut maka kemudian dapat diprediksi kecenderungan penggunaan lahan kedepan maupun pola penggunaan lahan yang akan terbentuk.
Analisis ini dilakukan dengan memetakan penggunaan lahan suatu wilayah dan peneliti melihat pola yang terjadi dari penggunaan lahan tersebut. Analisis ini meliputi pengidentifikasian terhadap pola penggunaan lahan menurut fungsinya, yaitu fungsi lindung dan budidaya
Untuk Kabupaten Bogor, pola penggunaan lahan yang dilihat adalah : Pola penggunaan hutan
Pola penggunaan kebun
Pola penggunaan ladang/ tegalan Pola penggunaan pemukiman Pola penggunaan rawa Pola penggunaan sawah
Gambar I.10
1. Pola Penggunaan Lahan Hutan
Gambar I. 10
2. Pola Penggunaan Lahan Kebun
Gambar I. 11
3. Pola Penggunan Lahan Ladang/ Tegalan
Gambar I. 12
4. Pola Pengguaan Lahan Permukiman
Pola penggunaan lahan pemukiman di Kabupaten Bogor paling banyak berada di Bagian Utara, namun tidak berpusat disuatu wilayah melainkan tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Bogor sehingga disebut sporadis . sebagai suatu unsur yang menandai keberlangsungan suatu ekosistem seharusnya memiliki kesinambungan atau jaringan penghubung antar pemukiman lainnya., dapat di katakan bahwa pola lahan pemukiman di Kabupaten Bogor mengikuti pola jaringan jalan atau sungai, sehingga
Gambar I. 13
5. Pola Penggunaan Lahan Rawa
Gambar I. 14
6. Pola Penggunaan Lahan Sawah
Gambar I. 15
7. Pola Penggunaan Lahan Semak/Belukar
Gambar I. 16
2.2 Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis ini bertujuan mengidentifikasi lokasi-lokasi yang sangat sesuai dengan tipe penggunaan lahan tertentu pada suatu kawasan. Analisis ini meliputi “overlaying map” (tumpang tindih) dan ukuran-ukuran kesesuaian lahan, seperti kemiringan, perubahan penggunaan lahan baik itu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Hasil yang diperoleh dari analisis ini digunakan untuk menghasilkan “suistability scores” (scoring kesesuaian lahan) untuk setiap kawasan dalam
wilayah perencanaan. Adapun kesesuaian lahan menurut (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 41 Tahun 2007 ) menghasilkan kawasan lindung dan kawasan budidaya, serta kawasan budidaya terbatas. hal ini akan lebih jelas sebagai berikut :
Adapun klasifikasi kelas untuk kesesuaian lahan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel I.6 Aturan Kelas Lereng
N o
Kela
s Kemiringan (%)
Keteranga
n Skoring
1 I 0 – 8 Datar 20
2 II 8-15 Landai 40
3 III 15-25 Agak curam 60
4 IV 25-40 Curam 80
5 V > 40 Sangat
curam 100
Sumber : Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/80
Tabel I.7
Kela
s Tanah Menurut Kepekaannya
Kepekaan
terhadap erosi Skoring
I Alluvial, Gley Humus, Panosol, Hidromorf Kelabu, Lateria Air Tanah
tidak peka erosi 15
II Latosol agak peka 30
III Brown Forest Soil, Non Calcic Brown, Meditera kurang peka 45
IV Andosol, Laterik, Podsolik, Grumosol Peka 60
V Regosol, Litosol, Organosol, Rendzenna sangat peka 75
Sumber : Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/80
Tabel I.8
Aturan Kelas Intensitas Hujan
Kelas Kisaran Intensitas Hujan (mm/hari) Keterangan Skoring
I 0 – 1,36 sangat rendah 10
II 1,36 – 2,07 Rendah 20
III 2,07 – 2,77 Sedang 30
IV 2,77 – 3,48 Tinggi 40
V > 3,48 sangat tinggi 50
Sumber : Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/80
Tabel I.9
Gambar I. 17
Persentase Kesesuaian Lahan di Kabupaten Bogor
No KECAMATAN BudidayaKawasan pengembanganKawasan terbatas
kawasan Lindung
1 KEC. BABAKANMADANG 4323 4834 1983
2 KEC. BOJONGGEDE 2841
3 KEC. CARINGIN 3891 3047 569
4 KEC. CARIU 2432 5255 429
5 KEC. CIAMPEA 2927 146
6 KEC. CIAWI 2035 1732 930
7 KEC. CIBINONG 4578
8 KEC. CIBUNGBULANG 3322 70
9 KEC. CIGOMBONG 2777 1817 191
10 KEC. CIGUDEG 4314 10840 208
11 KEC. CIJERUK 2578 1512 609
12 KEC. CILEUNGSI 6820
13 KEC. CIOMAS 633 1178
14 KEC. CISARUA 2411 5140 1631
15 KEC. CISEENG 4010
16 KEC. CITEUREUP 3573 3451
17 KEC. DRAMAGA 1916 649
18 KEC. GUNUNGPUTRI 10571 54
19 KEC. GUNUNGSINDUR 4748
20 KEC. JASINGA 7102 11503
21 KEC. JONGGOL 7000 5143
22 KEC. KEMANG 3067 362
23 KEC. KLAPANUNGGAL 2874 6534 62
24 KEC. LEUWILIANG 5366 4235
25 KEC. LEUWISADENG 565 2639
26 KEC. MEGAMENDUNG 2779 2675 787
27 KEC. NANGGUNG 5188 9645 11
28 KEC. PAMIJAHAN 9164 2576 747
29 KEC. PARUNG 2707
30 KEC. PARUNGPANJANG 6476 235
31 KEC. RANCABUNGUR 1793 431
32 KEC. RUMPIN 9768 3966
33 KEC. SUKAJAYA 5103 8676
34 KEC. SUKAMAKMUR 3728 11437 844
35 KEC. SUKARAJA 3463 912
36 KEC. TAJURHALANG 3058
37 KEC. TAMANSARI 491 2679 249
38 KEC. TANJUNGSARI 1428 11317 1601
39 KEC. TENJO 7681 82
40 KEC. TENJOLAYA 1553 2135 508
54% 42%
4%
Kawasan Budidaya Kawasan pengembangan terbatas
kawasan Lindung
Berdasarkan analisis penggunaan lahan dan analisis kesesuian lahan dapat dibandingkan bahwa penggunaan lahan di Kabupaten Bogor itu kebanyakannya tersebar (sporadis) dan dilihat dari kesesuaian lahan itu sudah cukup cocok karena penggunaan lahan di kabupaten Bogor sudah sesuai berada pada Kawasan Budidaya,Pengembangan Terbatas, dan lindung. Akan tetapi, terdapat pemukiman yang berada dikawasan lindung terutama di kecamatan Cisarua, Tanjungsari, dan Pamijahan padahal sesuai kebijakan RTRW tidak boleh ada pemukiman di kawasan lindung karena berdampak negatif pada kawasan lindung atau membuat rusaknya ekosistem dikawasan lindung tersebut. Hal ini disebabkan karena pesatnya perkembangan pemukiman dan dominasi kawasan budidaya di Kabupaten Bogor.
BAB III
ARAHAN KEBIJAKAN RENCANA POLA RUANG 3.1 Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Penetapan kawasan lindung di Kabupaten Bogor sebesar 44,69% (133.584,41 hektar) dan luas wilayah Kabupaten Bogor seluas 298.8383,304 hektar, yang meliputi kawasan hutan yang berfungsi lindung di dalam hutan kawasan lindung dan kawasan lindung di luar kawasan hutan. Pengembangan kawasan lindung di Kabupaten Bogor bertujuan untuk mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Bogor. kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air dan mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung.
Kawasan Lindung terdiri dari:
1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya; 2. kawasan perlindungan setempat;
3. kawasan suaka alam; 4. kawasan pelestarian alam;
5. kawasan perlindungan plasma nutfah;
6. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; 7. kawasan rawan konservasi geologi; dan 8. kawasan rawan bencana alam
Kawasan yang berfungsi lindung di dalam kawasan hutan Kawasan Lindung terdiri dari:
3.1.1 Hutan Konservasi 1. Taman Nasional 2. Taman Wisata Alam
3.1.2. Hutan Lindung
berfungsi Lindung terletak: Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Jasinga dan Kecamatan Cigudeg.
3.1.3 Arahan Pengembangan kawasan lindung meliputi:
a. menetapkan kawasan lindung sebesar 44,69 % dan/atau seluas 133.548,41 Hektar dari luas wilayah Daerah yang meliputi kawasan yang berfungsi lindung di dalam kawasan hutan dan kawasan yang berfungsi lindung di luar kawasan hutan;
b. mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air; dan
c. mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung
3.2 Kawasan Budidaya
kawasan budi daya yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional untuk pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat, ruang udara, dan termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah.
Kawasan Budidaya terdiri dari:
3.2.1.kawasan budidaya di dalam kawasan hutan
1. kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT), terletak sebagia besar di Kecamatan Jasinga, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Babakanmadang, Kecamatan Klapanunggal, Kecamatan Jonggol, Kecamatan Sukamakmur dan Kecamatan Tanjungsari
3. Pengelolaan Hutan Produksi Terbatas dan Tetap, sebagai berikut :
a.pengelolaan budidaya hutan dan hasil hutan yang ditujukan untuk kesinambungan produksi dengan memperhatikan kualitas lingkungan melalui pencegahan kerusakan tanah dan penurunan kesuburan tanah, serta menjaga ketersediaan air;
b.pengembangan kegiatan budidaya hutan yang dapat mendorong terwujudnya kegiatan industri pengolahan hasil hutan, dengan pengembangan jenis tanaman hutan industri melalui pola kemitraan/hutan kemasyarakatan;
c.pemanfaatan kegiatan hutan produksi untuk kegiatan di luar budidaya hutan dan hasil hutan yang penggunaannya untuk kepentingan umum dan bersifat strategis, dilakukan dengan memperhatikan asas konservasi air dan tanah;
d.percepatan reboisasi dan percepatan pembangunan hutan rakyat pada hutan produksi yang mempunyai tingkat kerapatan tegakan rendah dan
e.pemanfaatan untuk kegiatan pertambangan harus mempertimbangkan luas dan jangka waktu penambangan
3.2.2 kawasan budidaya di luar kawasan hutan 1. kawasan pertanian, terdiri dari:
A. Pertanian Lahan Basah (LB), merupakan sawah beririgasi teknis yang direncanakan sebagai lahan sawah produktif sebesar 14,32 % (seluas 42.789,78 Hektar), terletak di sebagian : Kecamatan Tenjo, Kecamatan Jasinga, Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Rumpin, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Leuwisadeng, Kecamatan Cibungbulang, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Tenjolaya, Kecamatan Ciampea, Kecamatan Rancabungur, Kecamatan Kemang, Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Gunung Sindu, Kecamatan Dramaga, Kecamatan Ciomas, Kecamatan Tamansari, Kecamatan Caringin, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Cigombong, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Klapanunggal, Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Jonggol, Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan Cariu, dan Kecamatan Tanjungsari.
Pengelolaan kawasan pertanian lahan basah, sebagai berikut:
b.perubahan kawasan pertanian tetap memperhatikan luas kawasan yang dipertahankan, konversi lahan dapat dilakukan selama tersedia lahan pengganti
c.pemanfaatan kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi dan produktifitas tanaman pangan melalui pengembangan kawasan konsolidasi lahan pertanian serta pemanfaatan fasilitas sosial cadangan tanah makam dari pihak pengembang diupayakan dialokasikan pada lahan basah
B.Pertanian Lahan Kering (LK) berupa sawah tadah hujan dan lahan yang tidak berpengairan irigasi, terletak di sebagian : Kecamatan Tenjo, Kecamatan Jasinga, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Rumpin, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Leuwisadeng, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Rancabungur, Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Caringin, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Megamendung, Kecamatan Babakanmadang, Kecamatan Klapanunggal, Kecamatan Citeureup
Pengelolaan kawasan pertanian lahan kering, sebagai berikut :
a.pengembangan dan peningkatan kawasan budidaya lahankering, dilakukan melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan/atau diversifikasi dengan komoditas tanaman bernilai ekonomi tinggi
b.pengembangan agribisnis yang dapat mendorong terwujudnya kegiatan agroindustri untuk memperkuat budidaya pertanian sebagai basis perekonomian masyarakat dan mewujudkan kawasan agropolitan
c.konversi lahan ke kegiatan non pertanian, dengan tujuan untuk menunjang peningkatan perekonomian masyarakat, dan diprioritaskan pada lahan yang kurang produktif secara teknis, ekonomis, dan fisik
d.penggunaan untuk kepentingan umum maupun kegiatan lain yang dinilai dapat memberikan manfaat terhadap perekonomian masyarakat
Cisarua, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Megamendung, Kecamatan Babakanmadang, Kecamatan Klapanunggal, Kecamatan Citeureup
Pengelolaan kawasan tanaman tahunan/perkebunan , sebagai berikut :
a.pengembangan kawasan perkebunan hanya di kawasan yang dinyatakan memenuhi syarat, serta berada di luar area rawan banjir dan longsor
b.dalam penetapan komoditi tanaman tahunan, selain mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi tanahdan air juga perlu mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan keindahan/estetika; dan
c.peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan melalui peningkatan peran serta masyarakat yang tergabung dalam kawasan permukiman dalam perkebunan masing-masing.
d.Perkebunan (PB), terletak disebagian: Kecamatan Jasinga, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Rancabungur, Kecamatan Caringin, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Rumpin, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Megamendung, Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan Cariu dan Kecamatan Tanjungsari.
e. Peternakan
- Peternakan kecil, antara lain domba dan kambing - peternakan besar, antara lain sapi potong dan sapi perah
- peternakan unggas
- tempat pemotongan dan rumah kesehatan hewan, dapat dikembangkan pada sentra produksi ternak
f. Perikanan.
- Kawasan Perikanan
- pasar pengumpul dan pelelangan ikan air tawar dapat dibangun pada sentra produksi ikan di Kecamatan Cibinong, Kecamatan Sukaraja, dan Kecamatan Ciseeng.
2. Kawasan Pertambangan
- pertambangan bahan galian golongan vital dan pertambangan bahan galian golongan di luar bahan galian golongan strategis dan bahan galian golongan vital (golongan C).
3. kawasan industri
a. kawasan industri estate, terletak disebagian: kecamatan Klapanunggal, Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Cibinong, Kecamatan Babakan Madang, dan Kecamatan Citeureup.
b. zona industry, terletak disebagian: Kecamatan Cibinong, Kecamatan Jonggol, Kecamatan Klapanunggal, Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Gunungsindur, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Jasinga, Kecamatan Parungpanjang.
c. sentra industri kecil, terletak disebgaian: Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Ciampea, Kecamatan Cibungbulang, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Parungpanjang, Kecamatan Ciomas, Kecamatan Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Parung, dan Kecamatan Pamijahan
Pengelolaan kawasan industri, sebagai berikut :
a.pengembangan kawasan industri dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekologis
b.pengembangan kawasan industri harus didukung oleh adanya jalur hijau sebagai penyangga antar fungsi kawasan
c.pengembangan zona industri pada daerah aliran sungai harus didasari perhitungan kemampuan daya dukung sungai
d.pengembangan kegiatan industri yang didukung oleh sarana dan prasarana industri, antara lain penyediaan hunian sebagai pendukung kegiatan
e.pengelolaan kegiatan industri dilakukan dengan mempertimbangkan keterkaitan proses produksi mulai dari industri dasar/hulu dan industri hilir serta industri antara, yang dibentuk berdasarkan pertimbangan efisiensi biaya produksi, biaya keseimbangan lingkungan, dan biaya aktifitas sosia dan
4. Kawasan pariwisata a. kawasan wisata alam b. kawasan budaya dan
c. kawasan wisata minat khusus 5. kawasan permukiman a.Permukiman Perdesaan
Rencana pengembangan pusat permukiman perdesaan merupakan upaya penataan struktur ruang pedesaan sebagai sistem pusat permukiman di pedesaan yang berpotensi menjadi pusat pertumbuhan di perdesaan. Pengelolaan struktur ruang pedesaan merupakan upaya untuk mempercepat pertumbuhan di kawasan perdesaan, dilakukan melalui pengembangan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP). Setiap pusat pelayanan di permukiman perdesaan dikembangkan melalui penyediaan berbagai fasilitas sosial-ekonomi yang mampu mendorong perkembangan kawasan perdesaan.
Permukiman perdesaan terdiri dari :
a.permukiman perdesaan di luar kawasan yang berfungsi lindung (PD 1) dan
b.permukiman perdesaan yang berada di dalam kawasan lindung di luar kawasan hutan (PD 2) Kawasan permukiman perdesaan di luar kawasan yang berfungsi lindung (PD 1) adalah kawasan untuk permukiman/hunian kepadatan rendah yang mendukung kegiatan jasa perdagangan dan industri berbasis bahan baku lokal dan berorientasi tenaga kerja, dengan penyebaran meliputi sebagian : Kecamatan Tenjo, Kecamatan Jasinga, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Rumpin, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Leuwisadeng, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Rancabungur, Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Caringin, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Megamendung, Kecamatan Babakanmadang, Kecamatan Klapanunggal, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Tenjolaya, Kecamatan Ciomas.
b. Permukiman Perkotaan.
Rencana pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan meliputi arahan terhadap fungsi pusat kegiatan dan arahan terhadap penataan struktur ruang pusat-pusat permukiman perkotaan. Rencana pengelolaan pusat permukiman perkotaan meliputi pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal di wilayah perkotaan.
Permukiman Perkotaan terdiri dari :
a. permukiman perkotaan kepadatan tinggi (Pp 1)
Kawasan permukiman perkotaan kepadatan tinggi (Pp 1) diarahkan untuk permukiman/hunian padat, dan pengembangan bangunan vertikal (rumah susun), kegiatan perdagangan dan jasa skala regional, serta industrinon-polutan yang berorientasi pasar, dengan penyebaran meliputi sebagian: Kecamatan Cibinong, Kecamatan Bojonggede, Kecamatan Tajurhalang, Kecamatan Parung, Kecamatan Kemang, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Gunung Sindur, Kecamatan Rumpin, Kecamatan Jasinga, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Gunungputri, Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Klapanungga
b. permukiman perkotaan kepadatan sedang (Pp 2)
Kawasan permukiman perkotaan kepadatan sedang (Pp 2) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf b diarahkan untuk permukiman/hunian sedang, industri berbasis tenaga kerja non polutan, jasa, dan perdagangan
c. permukiman perkotaan kepadatan rendah (Pp 3)
Kawasan permukiman perkotaan kepadatan rendah (Pp 3) merupakan kawasan permukiman perkotaan yang berada dalam kawasan lindung di luar kawasan hutan, yang diarahkan untuk hunian rendah sampai sangat rendah/jarang, merupakan bangunan tunggal, yang berorientasi terhadap lingkungannya (pertanian, peternakan dan perikanan, kehutanan, agrowisata dan pariwisata) melalui rekayasa teknologi dan serta bangunan yang tidak memiliki beban berat terhadap tanah.
a. pengembangan kawasan permukiman/hunian yang aman dari bencana alam, serta mempunyai akses untuk kesempatan berusaha dan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan ketersediaan permukiman, mendayagunakan fasilitas dan utilitas disekitarnya,
dan meningkatkan sarana dan prasarana perkembangan kegiatan ekonomi pedesaan;
b. pengembangan permukiman perdesaan dilakukan dengan menyediakan fasilitas dan infrastruktur secara berhirarki sesuai dengan fungsinya sebagai pusat pelayanan antar desa, pusatpelayanan setiap desa, dan pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman c. menjaga kelestarian permukiman perdesan khususnya kawasan pertanian
d. pengembangan permukiman yang bercirikan perkotaan dilakukan dengan tetap memperhatikan fungsi kawasan sebagai kawasan perdesaan yang harus dijaga dan tidak mengganggu ekosistem kawasan
e. membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau
f. pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan skala lokal kecamatan dan
g. pengembangan pemukiman khusus, melalui penyediaan tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata, dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada dengan tetap memperhatikan kaidah lingkungan hidup dan selaras dengan rencana tata ruang.
Pengelolaan kawasan permukiman perkotaan, sebagai berikut :
a. fungsi kawasan perkotaan antara lain sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan/industri dan distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, serta transportasi, dan pergudangan
b. fungsi perkotaan sedang dan kecil sebagai pemasok lokasi pengolahan agroindustri dan berbagai kegiatan agrobisnis
c. Pengembangan permukiman perkotan sebagai pusat pelayanan yang didukung oleh prasarana dan sarana sosial ekonomi yang tinggi untuk mendorong wilayah pedesaan dalam peningkatan produktifitasnya dan
Pengelolaan kawasan perdesaan, meliputi:
a. mendukung kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat
b. pengembangan lingkungan permukiman pedesaan sehingga dapat membentuk suatu kesatuan lingkungan/kawasan pedesaan yang utuh sesuai dengan fungsi dan peranan perdesaan
c. meningkatkan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa, sosial, dan kegiatan ekonomi masyarakat desa
d. pengembangan kawasan agropolitan sebagai alternative pembangunan perdesaan melalui keterkaitan kawasan perkotaan - perdesaan untuk meningkatkan peran perkembangan kawasan perdesaan dan
e. intensitas pemanfaatan lahan diarahkan untuk menjamin kelangsungan Budidaya pertanian dan pelestarian lingkungan, dengan pemberian koefisien tutupan rendah.
Rencana penetapan Kawasan Budidaya di Kabupaten Bogor diarahkan agar kawasan yang
dimaksud dapat memberi pengaruh positif terhadap kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan pelestarian lingkungan, antara lain :
a. pengembangan kawasan strategis Puncak sebagai kawasan wisata dan konservasi dengan tetap mempertahankan pelestarian lingkungan hidup;
b. pengembangan kawasan strategis industri sebagai kawasan yang dapat mendorong masuknya investasi melalui regulasi, perizinan, dan pengembangan infrastruktur yang dapat mendukung kegiatan industri;
c. pengembangan kawasan strategis pertambangan untuk kepentingan pendayagunaansumber daya alam dilakukan melalui konservasi bahan galian dengan pengembangan industri pengolahan yang dapat memberikan multiflier efectkepada masyarakat sekitar dengan tetap
mempertahankan pelestarian lingkungan hidup dan
d. pengembangan kawasan strategis lintas administrasi daerah untuk sinergitas pemanfaatan ruang dan pengembangan infrastruktur wilayah perbatasan.
Rencana pengelolaan tata guna tanah, dilakukan melalui upaya perlindungan tanah dan
a. pengaturan peruntukan dan penggunaan tanah yang memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
b. penggunaan tanah yang mengacu pada fungsi (zona) yang telah ditetapkan untuk kawasan lindung dengan pemanfaatansebagai kawasan konservasi
c. lahan yang berperan strategis bagi kelestarian lingkungan seperti pengembangan tanaman lindung pada kawasan konservasi
d. lahan yang dipandang strategis bagi perkembangan sosial ekonomi seperti pengembangan bangunan tinggi
e. penggunaan tanah yang tidak sesuai rencana tata ruang tidak dapat diperluas atau dikembangkan penggunaannya
f. pola penyesuaian penggunaan/pemanfaatan tanah dilakukan melalui penataan kembali (konsolidasi tanah), upaya kemitraan dan penyerahan/pelepasan hak atas tanah pada negara atau pihak lain dengan penggantian sesuai peraturan perundang-undangan
g. menunjang keseimbangan pembangunan dengan penyediaan tanah disetiap tingkatan pemerintahan yang selaras denganrencana tata ruang dan
h. rencana pengelolaan bangunan bawah tanah, melalui : 1.pengembangan utilitas perkotaan (manhole)
BAB IV